Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Satu hal yang membedakan antara derajat manusia yang satu dengan lainnya
ialah keimanannya yang mendalam kepada Allah dan keyakinannya bahwa apapun
peristiwa yang terjadi di alam ini dan apa pun yang terjadi pada diri manusia adalah
berkat qadha’ dan taqdir Allah. Iman ialah melindungkan diri dibawah naungan Allah
SWT dengan teguh memegang aqidah yang tersurat di dalam Al Qur’an dan Hadits
atau sunnah. Keimanan kepada Allah SWT itu merupakan hubungan yang semulia-
mulianya antar manusia dengan dzat yang Maha menciptakan. Keimanan bukanlah
semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja ataupun semacam keyakinan
dalam hati belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu
akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani dan dari situ akan
muncul pulalah bekas-bekas atau kesan-kesannya. Iman yang ada dalam hati kita
dapat mengalami kenaik dan turunan sehingga iman tersebut bisa bertambah kuat,
namun juga dapat terkikis tanpa kita sadari. Naik turunnya iman yang kita miliki
tergantung kepada diri kita sendiri dalam menjaganya. Sebagai seorang muslim,
tentunya kita menginginkan agar iman yang kita miliki tidak berkurang, tapi justru
bertambah kuat. Karenanya, kita harus mengetahui apa saja yang mempengaruhi naik
turunnya kadar keimanan dalam diri kita.
B.     Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang naik dan turunnya iman, maka diperlukan
bahasan yang penulis buat dalam rumusan masalah sebagai berikut:
a)      Apa saja yang di maksud dengan iman?
b)      Apa saja faktor penyebab naik turunnya iman?
c)      Bagaimana menaikan kadar iman?
C.    Tujuan Makalah
a)      Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah ilmu tauhid dari
b)      Menambah referensi mengenai naik dan turunnya iman.

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Iman
Definisi iman menurut para jumhur ulama.
Kata iman diambil dari bahasa arab yaitu masdar dari arti kata aamana- yu’minu yang
artinya percaya atau mempercayai sesuatu. Menurut istilah membenarkan dengan hati, 
mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin secara bahasa adalah pengakuan
yang melahirkan sikap menerima dan tunduk. Secara istilah, dalam mendefinisikan
iman manusia terbagi menjadi beragam pendapat dengan sedikit perubahan. Iman itu
berupa pembenaran hati’ artinya hati menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasul
shallallahu ‘alahi wa sallam.
Arti iman dalam Alqur’an adalah memebenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah
SWT mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-Nya dengan kebenaran
yang nyata dan petunjuk yang jelas.
B.     Faktor penyebab naik dan turunnya iman
1.      Faktor penyebab naiknya iman
a)      Menuntut ilmu syar’i
Bertambahnya iman dengan sebab ilmu dari sisi ketika dia keluar menuntut ilmu, duduk
di majelis ilmu, mempelajari masalah ilmu, dan mengamalkan ilmu. Namun, perlu
diketahui bahwa ilmu yang bermanfaat dan dianjurkan oleh syari’at adalah ilmu yang
membuahkan amal karena ilmu hanyalah sarana belaka, sedang intinya adalah amal.
b)      Membaca Al Qur’an dan merenunginya
c)      Memahami nama dan sifat Allah SWT
Contohnya, jika seorang hamba mengetahui dari lubuk hatinya bahwa Allah Maha
mendengar dan melihat maka hal itu akan menjadikan dirinya untuk menjaga anggota
tubuhnya dan berusaha mengarahkan anggota tubuhnya dalam kecintaan kepada
Allah.
d)     Mempelajari sirah perjalanan Nabi Muhammad SAW
e)      Memikirkan kekuasaan Allah dalam makhlukNya
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air.... “ (QS Al Baqarah : 164)
f)       Semangat beramal shalih
Sesungguhnya setiap amal shalih yang dilakukan oleh seorang muslim akan semakin
menambah kuatnya iman, sebab iman itu bertambah dengan ketaatan.
2.      Faktor penyebab turunnya iman
a.       Kejahilan/kebodohan tentang ilmu agama
Sebagaimana ilmu adalah faktor bertambahnya iman, maka demikian juga
sebaliknya, kejahilan adalah faktor utama lemahnya iman. Jika ilmu adalah sumber
segala kebaikan maka demikian juga kejahilan adalah sumber segala kejelekan. Oleh
karena itu, para ulama salaf seperti Abu Aliyah, Qatadah, Mujahid, dan sebagainya
menyebutkan bahwa setiap orang berbuat dosa maka dia adalah jahil. Maka hendaknya
seorang untuk bersegera mengobatinya dengan ilmu yang bermanfaat agar dia tidak
terus bergelimang dalam kejahilan.
b.      Kelalaian
Kelalaian dan sikap acuh adalah sifat orang-orang kafir dan munafik. Allah sering
mencelanya dalam al-Qur’an. Allah berfirman:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yûnus [10]: 92)
c.       Berbuat dosa
d.      Jiwa yang mengajak kepada kejelekan
Jiwa yang mengajak kepada keburukan ini sangat berbahaya bagi iman seorang
hamba jika dilepas kendalinya begitu saja. Sebab itu, hendaknya seorang hamba selalu
berintrospeksi dan berusaha mengekang nafsunya dari kejelekan

e.       Setan
Setan memiliki misi dan ambisi untuk merusak iman seorang hamba. Jika
seorang hamba pasrah dan menyerah pada bisikan dan godaan setan, maka dia akan
menjadi budak setan dan akan semakin lemah imannya. Karena itu, Allah
mengingatkan kita semua agar berhati-hati dari tipu daya setan.
f.       Fitnah gemerlapnya dunia
g.      Teman yang jelek
Islam melarang kita berteman dengan teman-teman yang rusak karena tabiat
manusia itu meniru temannya. Bila dia berteman dengan para penuntut ilmu maka akan
bangkit semangat menuntut ilmu. Bila berteman dengan orang yang cinta dunia maka
akan bangkit cinta dunia, dan demikian seterusnya.
Maka hendaknya seorang memilih teman-teman yang baik sehingga membuahkan
kebaikan dan manfaat baginya serta pengaruh yang positif baginya dan sebaliknya
hendaknya mewaspadai dari teman-teman yang rusak karena pengaruh mereka
sangatlah besar.
C.    Menaikan Kadar Keimanan
                               I.            Meyakini rukun-rukun iman dengan sepenuh hati (terdapat pada QS. Al-
mudastir : 31)
                            II.            Mengingat, membaca dan mendengarkan ayat-ayat Allah (terdapat pada
QS. Al-anfal : 2)
                         III.            Menjalankan kewajiban-kewajiban yang disyariatkan (terdapat pada QS.
Al-anfal : 3-4)
                         IV.            Amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemunkaran)[8].
Selain itu, hal yang dapat kita lakukan agar kadar keimanan dapat bertambah
adalah : belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari Al-quran dan As-sunah,
merenungi ayat-ayat kauniyah, berusaha bersungguh-sungguh mengerjakan amal
shalih.

Anda mungkin juga menyukai