Anda di halaman 1dari 65

BAB I

A. Pengertian Iman
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw, yang di riwayatkan dari umar sebagai jawaban
pertanyaan yang diajukan oleh malaikat jibril
Engkau beriman kepada Allah,

kepada malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya,

kepada

utusan-utusan-Nya, kepada hari kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang
buruk(HR muslim)
Iman selalu berkaitan erat dengan amal saleh. Karena setiap perbuatan harus di landasi
dengan iman di dalam dirinya, karena imanlah yang akan menentukan balasan yang akan
Allah berikan. Artinya, ketika ia melakukan amal saleh, menunaikan segala kewajiban yang
Allah bebankan, maka harus senantiasa didasari dengan keyakinan akan adanya balasan
terhadap setiap hal yang dilakukan. Ia harus tetap menyadari bahwa Allah lah yang telah
mengaruniakan rahmat-nya sehingga ia masih di beri kesempatan untuk berbuat baik di muka
bumi ini.
Jika kita simpulkan maka iman juga dapat diartikan juga dengan percaya/yakin.

B. Wujud Iman
Adapun wujud iman yaitu:
1) Iman Kepada Allah
Mengenal kepada Allah adalah hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim
dalam beragama. Bermula dari mengenal Allah maka kita akan mengenali diri kita,
sebagaimana sebagaian atsar shahabat. Dari penganalan terhadap Allah itulah, keimanan dan
ketakwaan kita akan meningkat. Jalan mengenal Allah yang islami adalah dengan
mengoptimalkan akal,fitrah,pendengaran,pengelihatan. Hal inilah yang akan mampu
mendeteksi adanya keberadaan Allah
2) Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah
Beriman kepada hal yang ghaib adalah sesuatu yang menjadi cirri-ciri orang yang
bertakwa, sebagaimana firman-Nya:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib (QS Al- Baqarah: 3)
Segala yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera manusia disebut sebagai al-ghaib,
sebaliknya yang dapat dijangkau oleh panca indera manusia adalah as-syahadah.

Malaikat adalah salah satu makhluk gaib. Secara bahasa mala-ikah adalah bentuk jamak
dari malak,berasal dari mashadar al-alukah yang artinya ar-risalah (misi,pesan). Malaikat
diciptakan Allah SWT dari cahaya. Malaikat adalah makhluk Allah yang senantiasa patuh
terhadap Allah.
3) Iman Kepada Kitab Allah
Kitab adalahmashadar dari kata kataba yang berarti menulis. Kitab berarti tulisan atau
buku. Kitab yang dimaksudkan disini adalah kitab kitab suci Allah yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Rasul-Nya, kitab suci Allah berisi wahyu yakni firman Allah SWT yang
antara lain berisi perintah dan larangan-Nya. Kita wajib mengimani kitab tersebut
sebagaimana firman-Nya
Bukanlah menghadap wajahmu ke arahh timur dan barat itu suatu kebajikan,akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,hari kemudian,malaikatmalaikat,kitab-kitab,nabi-nabi (QS.Al-Baqarah:177)
4) Iman Kepada Rasul-Nya
Setelah beriman kepada kitabullah, kita diwajibkan beriman kepada rasul-rasul-Nya.
secara bahasa nabi berasal dari kata na-ba artinya yang ditinggikan, atau kata na-ba-a yang
artinya berita. Menurut Ustadz Yunahar Ilyas,Lc, nabi berarti seseorang yang ditinggikan
derajatnta oleh Allah SWT dengan memberinya wahyusedangkan rasul adalah seorang yang
diutus Allah untuk menyampaikan pesan atau risalah. Setiap rasul adalah seorang nabi,
namun seorang nabi belum tentu seorang rasul.
5) Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah berakhirnya kehidupan di dunia yang fana ini. Hari yang ditandai
dengan hancurnya alam semesta dan berakhirnya seluruh kehidupan umat manusia. Kiamat
adalah sesuatu yang harus kita imani bakal terjadi. Namun begitu tak ada seorang pun yang
tau kapan terjadinya hari kiamat.
6) Iman Kepada Takdir Baik maupun Buruk
Yang dimaksud dengan takdir adalah qadha dan qadar. Qadha adalah kehendak atau
ketetapan hukum,yakni kehendak dan ketetapan hukum Allah SWT terhadap segala
sesuatunya. Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT terhadap segala sesuatu
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran,,, (QS.AlQomar:49

BAB II
A. Tanda orang beriman

kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian


harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan tentang hal itu. Sungguh Allah
maha mengetahui(QS.Al imran:92)
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa kadar iman seseorang dapat diukur dengan
perbuatan baik yang ia lakukan. Tanda dan ukuran yang menunjukkan benarnya iman
seseorang adalah kemampuannya untuk menginfakkan sesuatu yang dicintainya demi
kepentingan agama dan masyrakat secara ikhlas. Ia melakukan hal itu semata-semata untuk
memperoleh keridaan Allah SWT.Apabila ia sudah mampu mendermakan sebagian harta
yang
paling ia banggakan itu,berarti ia telah sampai kepada suatu tingkat kebajikan yang sempurna
dengan memperoleh pahala yang akan mengantarkannya masuk ke surga.
Tanda orang beriman juga dapat dilihat dari ikhtiar, meskipun sangat banyak cobaan
yang diberikan oleh Allah tetapi ia selalu percaya,bahwa Allah akan memberikan bantuan.
Dan tidak mungkin Allah memberikan ujian diluar batas kemampuan manusia.

B. Pengaruh keimanan
Pengaruh keimanan terhadap kehidupan manusia sangat besar. Di bawah ini
dikemukakan beberapa manfaat tentang keimanan.
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaaan benda
Orang yang beriman hanya percaya kepada Allah. kalau Allah hendak memberikan
pertolongan, maka tidak ada kekuatan lain yang dapat menggagalkannya. Kepercayaan ini
dapat menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia atau benda mati lainnya.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut
Takut menghadapi maut menyebabkan sifat pengecut, dan manusia menjadi takut
mengungkapkan kebenaran karena takut menghadapi resiko.orang yang beriman yakin
sepenuhnya bahwa hidup dan mati ada di tangan Allah.
Seperti firman Allah dalam surah An-nisaa,4:78
Dimana sajakamu berada,kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh
3.iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Rezeki atau mata pencaharian memegang penting dalam kehidupan manusia, kadang
orang tidak. Segan melepaskan prinsip, serta menjual kehormatan. Pegangan orang beriman
dalam hal ini

Ialah firman Allah:


Dan tidak ada satu binatang melatapun

pun di

bumi melainkan Allah-lah yang

memberi rezekinya,. Hud,11:6


4.iman memberikan ketentraman jiwa
5.iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

BAB III
A. Pengertian dan fungsi takwa
Taqwa (takwa) berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara, dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten (istipmah). Seperti firman Allah SWT dalam surat AlBaqarah, 2:177. Ayat tersebut menjelaskan tentang karakteristik orang-orang yang bertakwa,
yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori atau indicator ketakwaan,
antara lain:
1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi
2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin,
orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dana, orang-orang
yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
3. Mendirikan salat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara ibadah formal.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan di waktu perang, atau dengan kata lain memiliki
semangat perjuangan.
Fungsi-fungsi Taqwa:
1.
2.
3.
4.
5.

Akan menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah


Akan menjadi bekal dunia-akhirat
Akan di beri jalan keluar dari segala permasalahan dan diberi rizqi yang tidak terduga
Akan menjadi pakaian bathin
Akan menjadi manusia yang dapat membedakan (furqon)

BAB IV
Peran Iman dan Taqwa dalam problem modern
Peran Iman dan Taqwa dalam menjawab problem modern. Pengaruh Iman dan Taqwa
sangat berpengaruh besar. Antara Iman dan Taqwa adalah kemuliaan yang telah dijelaskan
dalam Al-Quran. Al-Quran menjelaskan bahwa manusia yang paling mulia di sisi

Allah.SWT adalah orang-orang yang Taqwa. Iman adalah syarat sedangkan Taqwa adalah
tujuan.
Mantapnya pemahaman agama, adat dan budaya dalam perilaku sehari-hari menjadi
landasan dasar. Pengembangan melalui program pendidikan, pelatihan, pembinaan keluarga,
institusi serta lingkungan harus sejalin dengan pemantapan Aqidah Agama pada generasi saat
ini atau mendatang. Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan membanggakan
kejayaan masa lalu (glory of the past) melainkan dengan mengangkat derajat umat melalui
kualitas iman dan ilmu.
Problem manusia dalam kehidupan modern, dalam pandangan Islam:
- Penemuan Teknologi yang menyebabkan pencemaran lingkungan
- Hutan gundul (illegal logging)
- Habitat hewan menjadi rusak
- Pemanasan global akibat rumah kaca
- Pulusi
- Manusia yang konsumtif, materialistic, ekspoloitatif (dalam bidang ekonomi)
- Korupsi
- Melemahnya jati diri
Dunia sedang berubah, apalagi diera globalisasi saat ini. Komunikasi antar manusia
menjadi tanpa batas dan bisa diakses oleh siapa saja, secara terbuka atau pun tersamar.
Kemajuan ilmu teknologi, komunikasi, kebudayaan, ekonomi dan politik serta transportasi,
telah menjadikan dunia sebagai desa besar.
Semakin bertambahnya zaman pasti ada perubahan!. Baik dalam moral, agama dan
budaya maupun dalam segi social kehidupan di dalam masyarakat. Dan yang utama dalam
segi agama, kepercayaan dan keyakinan sehingga dalam segi iman dan taqwa pun berkurang.
Adapun peran iman digunakan dalam era modern saat ini:
- Iman sebagai filter informasi secara obyektif dan cerdas sesuai ajaran Islam
-

7
Iman sebagai pertahanan dan adaptasi arus budaya globlal yang kurang dengan budaya local

dan ajaran Islam


Iman sebagai alat untuk memilih dan menggunakan alat teknologi untuk kepentingan diri

sendiri, public, dan kedepan


Iman sebagai filter dan pegangan dalam bersosialisasi
Iman sebagai alat untuk memilih dan dan menyaring system dan implementasi

perekonomian yang dijalani secara pribadi & lingkungan sesuai sejarah Islam
Iman sebagai filter menjalankan fungsi dan aturan politik yang digunakan
Peran Iman dan Taqwa di dalam profesi yang di geluti oleh seseorang adalah suatu
profesi atau kedudukan yang dimiliki dengan di imbangi oleh Iman dan Taqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa karena jika memiliki profesi harus di imbangi dengan ke imanan.

Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang
bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Bagaimana umat Islam dapat
berhasil dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Bekerja di dunia, bagi umat
Islam merupakan bekal di akhirat kelak. Hidup di surge merupakan tujuan dan impian
kesuksesan setiap umat Islam. Jadi ummat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah
kepada Allah dan Rasul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa
Bekerja sebagaimana yang ditentukan Allah.SWT. Terkait dengan hal ini, Rasul bersabda:
Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau meyakini di dalam hati, menyatakan
dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perbuatan (Al hadits).
Iman kepada Allah tidak hanya yakin didalam hati dan mengucap dalam perkataan,
tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak menghendaki para
pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa bekerja, usaha untuk mencari
rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan mendatangkan siksa.
Islam mendidik pengikutnya agar cinta bekerja sebagaimana firman Allah:
Apabila telah ditunaikan sholat, maka beterbaranlah kamu di muka bumi, dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung
(QS Al-Jumuah:10).
Terlihat jelas bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam
mencari karunia /rejeki dari Allah. Dan dalam ayat ini, Allah menghendaki supaya umat
Islam dalam bekerja mendapatkan untung, atau keberhasilan.
Islam memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya.
Dengan bekerja manusia dapat mengambil manfaat dari kehidupan dan manfaat dari
masyarakat. Islam benci pengangguran, kemalasan dan kebodohhan, karena hal tersebut
merupakan penyakit yang lambat laun dapat mematikan kemampuan fisik dan berfikir
manusia. Rasullah bersabda:
Janganlah sekali-kali diantara kalian ada yang duduk-duduk engan mencari
karunia Allah, sambil berdoa, Ya Allah, limpahkanlah karunia kepadaku, padahal ia
telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak (HR
Bukhari Muslim).
Hikmah dari sabda Rasul tersebut, bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rejeki
dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk dan berdoa. Dalam mencapai kesuksesan, Islam
bukan hanya membenci orang yang malasdan menganggur, tetapi menghendaki umat Islam
untuk bekerja, bahkan bekerj dengan keras. Islam tidak menghendaki umatnya menjadi

peminta-minta terhadap orang lain. Umat Islam mampu mandiri, mencukupi kebutuhan
dengan usaha keras.

KESIMPULAN
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa iman adalah hal terpenting yang harus kita
miliki di tengah jaman yang semakin maju ini, dimana cobaan dan godaan akan terus datang.
Sehingga mempelajari tentang keimanan dan ketakwaan ini sangat di butuhkan.
Keimanan dan ketakwaan juga wajib untuk dilakukan agar kita dapat memfilter diri
sendiri agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif, Selain itu ibadah kita juga akan
meningkat, karena kita akan terus mengingat Allah SWT.
Dari sini kita juga dapat mengukur sampai dimana keimanan dan ketakwaan yang kita
miliki, kita juga dapat melihat apakah kita sudah menerapkan keimanan kita dalam kehidupan
sehari-hari.
Keimanan dan ketakwaan akan terwujud secara simbang jika kita percaya bahwa apa
yang kita terima selama ini dari Allah semata, maka kita patut mensyukurinya. Dan apa yang
kita lakukan akan mendapat balasan dari Allah SWT.
Selalu berbuat baik dan membantu sesama merupakan tolok ukur bagi kita sampai
dimana ketakwaan dan keimanan yang kita miliki. Jika kita sudah rajin menyedekahkan
sebagian harta kita yang kita cintai maka insyaAllah keimanan kita sudah termasuk dalam
golongan yang baik.
Begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil dalam makalah ini, semoga makalah ini
dapat menjadi jalan untuk renungan kita dan sebagai jalan untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan.

DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra, Prof, Dr, dkk. Pendidikan Agama Islam, 2002.
Hamilton Sir A.R.Gibb, Islam dalam lintasan sejarah, Bhratara karya aksara, Jakarta-New
York, 1949
Srijonti, Purwanto S.K & Pramono Waahyudi. Etika membangun masyarakat islam modern,
Graha Ilmu, 2006
Diposkan oleh Yesi Ratna Putri "Nyesssss!!!!" di 05.21
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Aktualisasi Diri Dalam Meningkatkan Keimanan Dan Ketaqwaan[


Aktualisasi Diri Dalam Meningkatkan Keimanan Dan Ketaqwaan[1]*)
Oleh : Aly Rosyad Yusya`, Lc
Pendahuluan
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-nilai
kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai macam
persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang pesat ini
persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan
hidupnya. Di saat kita tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup sebagai

makhluk yang syarat dengan kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan otak kita dalam
berfikir jauh kedepan, pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal
yang menyimpang. Seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit
dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan
yang sedang dihadapinya.
Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi
untuk menyelesaikan masalah kehidupan tersebut. Ketika seseorang telah bisa memahami
dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa kedalam kehidupannya, maka ia dapat
mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi, iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia,
khususnya bagi kita pemeluk agama Islam, agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dan menjadi hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu, konsep iman dan
taqwa itu perlu untukdikaji.
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman
dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?
2.
Apa tanda dan wujud peningkatan iman dan takwa tersebut ?
3.
Bagaimana cara mengaktualisasikan diri dengan konsep iman dan taqwa di dalam
kehidupan sehari-hari ?
Pengertian Iman dan Taqwa
Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'minu imanan yang berarti percaya.
Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok pokok kepercayaan
yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
iman menurut istilah adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa yang
datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui Rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan
dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah: 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang
amat sangat cinta kepada Allah (Asyaddu Hubban Lillah). Oleh karena itu, beriman kepada
Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena itu, beriman kepada Allah
berarti amat sangat menaati ajaran Allah apapun yang termaktub dalam Al-Quran dan sunnah
rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bil arkaan)
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Sebagaimana disabdakan Nabi SAW : Al-Iimaanu Bidh`un Wa Sittuuna Syu`batan.
Yang artinya : Iman itu ada enam puluh sekian cabang. Bukankah sering kita baca atau
dengar sabda Rasullah SAW yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah
sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari
iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat
membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.
Pengertian Taqwa

Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi , Wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Yaitu dengan menjalankan perintahperintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Jadi, Seorang muslim yang bertaqwa pasti
selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dengan
segenap kesanggupannya.
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indikator ketaqwaan, yaitu ;
A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
B. Mengeluarkan harta yang dianugerakan untuknya kepada kerabat, anak yatim, orang
orang miskin, orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang meminta
minta dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan
mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C. Mendirikan solat, menjalankan puasa wajib, menunaikan zakat, dan haji. Atau dengan
kata lain, memelihara ibadah formal.
D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
E. Memiliki kesabaran sempurna (tiga macam) dalam kondisi apapun. Atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan pantang menyerah.
Hubungan antara Iman Dan Taqwa
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman
sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat
disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi, maka
sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah
maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan
taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan keduaduanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud
bila tidak diawali dengan keimanan. Dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai
apapun
bila
tidak
sampai
kederjat
ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan
seseorang, maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara
iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan
untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan
yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa
melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran
ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam
Al-Qur'an dengan amal shaleh (Amanu Wa 'Amilu Ash-Shalihat) supaya keberadaan iman
terkesan
lebih
energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya
khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya
khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk
menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan.
Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini
secara kontinyu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan

demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah SWT
supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan AlQur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar
bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102,
al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini
mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai
taqwa. Berdasarkan hal ini, maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator
yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan
kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi
hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.
Wujud Peningkatan Iman dan Taqwa dan tanda-tandanya
Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya. Oleh
karena itu, lapangan iman sangatlah luas.
Iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang
dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan
segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan
perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang
muslim yang bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh
dalam mengarungi kehidupan dunia
Tanda-tanda orang beriman sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran adalah sebagai
berikut :
1.
Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha tidak lepas dari syaraf
memorinya (al-anfal : 2)
2.
Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran :
120)
4.
Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3)
5.
Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3)
6.
Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Almukminun: 3, 5)
7.
Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
8.
Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
9.
Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)
Adapun ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada Allah SWT adalah sebagai berikut :
1.
Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya
2.
Tampak wibawanya karena semua aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran
3.
Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rejeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya
4.
Senantiasa bersih dan berhias secara islami walaupun miskin
5.
Selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya
6.
Murah hati dan murah tangan
7.
Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat
8.
Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah
9.
Disiplin dalam tugasnya
10. Tinggi dedikasinya
11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya
kemaslahatan / kemanfaatan masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain

13. Kalau ditegur orang maka akan segera introspeksi diri. Kalau ternyata teguran tersebut
benar maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah SWT serta minta maaf kepada
orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau makian anda
benar saya bermohon semoga Allah SWT mengampuniku. Akan tetapi Kalau teguran anda
ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.
Cara Meningkatkan Kadar Iman & Taqwa
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Quran dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Quran memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing
orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Quran mampu
menggetarkan hati seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Quran
mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari
ketenangan. Sebagaimana firman Allah SWT Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian. (QS, al-Israa 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asmaul Husna, Sifat-sifat Allah Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha
Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari
apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa,
maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat kelak, sehingga
iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang berikan Allah SWT untuk bisa
bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar,
maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia
dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah SAW, maka akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk
mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah
SWT.
Seorang sahabat RA mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, Wahai Rasul Allah, kapan
tibanya hari akhirat?. Rasulullah saw balik bertanya : Apakah yang telah engkau
persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?. Si sahabat menjawab , Wahai Rasulullah, aku
telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup.
Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah. Rasulullah saw
menjawab, Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai.
(HR Muslim). Dengan begitu, Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan
menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih
mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah
dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam
ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti
Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi
ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat
Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabiin dan tabiit tabiin)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar

keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud. Sementara manusia di zaman ini diibaratkan
kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar RA pernah
memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang
diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya
seorang tabiin meng-khatamkan Quran dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang
seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib
sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa
mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan
hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (marifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini
diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang
sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi
hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Quran. Salah satu keajaiban Al Quran adalah struktur
matematis Al Quran. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu
lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal hari disebut sebanyak 365 kali, sebanyak
jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali,
sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran
disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saaah (jam)
disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata
itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih
banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan
bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang
membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin
tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan
manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah
kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta
alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita
dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk
melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati.
Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak,
kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Quran, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan
sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang
kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk
berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
Sebab-sebab turunnya kadar iman :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh
jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan

bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha
Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia
sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai, tidak diberi tempat dipikirannya.
Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut
dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi
sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan, padahal ia tahu hal itu telah
diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri..
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan
larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari
zina pandangan mata yang dianggap dosa kecil, kemudian berkembang menjadi zina tubuh.
Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk
menyepelekan dosa-dosa besar. Oleh karena itu, basmilah dosa-dosa kecil selagi belum
tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat
dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam
diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar
keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh
merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah,
Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan
barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan
beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat
rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (Muhasabah) merupakan cara untuk
memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa
saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah, maka ia menjadi sarang
syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya
melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanamtanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan,
seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu
ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh
dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim
mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi)
dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan
mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan

duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita, maka hanya
tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia
selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan
mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat
penting kita miliki di zaman kini. Dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak
lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan
membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang
pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh.
Sebaliknya, berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk
menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Cara Mengaktualisasikan Diri Dengan Konsep Iman Dan Taqwa Di Dalam Kehidupan
Sehari-Hari
Tanpa iman, ibadah yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak
akan sampai kepada Allah SWT, Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT
untuk hamba-Nya haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan amal
ibadahnya. Misalnya; disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga
menjalankan ibadah sunnah. Misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut adalah penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.
F. Menjaga amanah dan menepati janji.
G. Menjaga sholat wajib.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian .
Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan oleh sebagian
anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya menerapkan iman dan
taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan
taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab
munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal siapa Allah SWT.
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun
syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati
menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan syubhat dan jeratan syahwat yangmerasuki hati
dan sekujur tubuhnya.
C. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang ditinggalkan juga semakin
besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting dan semakin prinsip maka
meninggalkannya pun akan mengakibatkan penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin
besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya
kehilangan iman secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali.
Perlu diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua. Pertama, ada
yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang ditinggalkan adalah berupa
kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak
akan mendatangkan hukuman dan siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan
kewajiban karena udzur syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab

yang terindera), atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk
orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan yang
tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal
mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha
kesimpulan
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru agama islam bisa
lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan adanya agama islam
permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan perkembangan iptek ini dapat
diatasi atau diselesaikan. Dengan cara tetap menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut
dalam kehidupan kita, dengan begiu kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada
diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan
upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan modernitas.
Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan
(Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era
modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang
diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek
sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek
sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah
sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni
manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama
sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
SARAN
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari iman
dan taqwa. Dengan iman dan taqwa, kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari halhal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik. Semoga...

[1]*)

Di sampaikan pada acara memperingati Isro` Mi`roj Nabi Muhammad SAW tahun
1434 H. di Auditorium SMANTA tanggal 12 Juni 2013.

MAKALAH
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM
KEHIDUPAN MODERN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

LITA RIZKIKA SARI


MELANY AMDIRA
ANGGIA PERAMAHANI
HASTI RIZKY WAHYUNI

08121006007
08121006027
08121006042
08121006069

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................... 2
PENDAHULUAN....................................................................2
1

Latar Belakang...................................................................2

Rumusan Masalah..............................................................4

Tujuan................................................................................4
BAB II................................................................................... 5
PEMBAHASAN......................................................................5

A.
B.
C.
D.

Pengertian Iman.................................................................5
Pengertian Taqwa...............................................................5
Implementasi Iman Dan Takwa...........................................7
Problematika, Tantangan dan Resiko Dalam kehidupan Modern
.......................................................................................... 10
E. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan
Tantangan Kehidupan Modern............................................14
BAB III................................................................................ 17
PENUTUP............................................................................ 17
1.

Kesimpulan....................................................................... 17

2.

Saran................................................................................ 18

3.

Daftar Pustaka..................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kita diciptakan di dunia ini untuk satu hikmah yang agung dan bukan
hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan himah penciptaan
ini telah dijelaskan dalam firman Allah:




Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:5658)
Allah telah menjelaskan dalam ayat-ayat ini bahwa tujuan asasi dari
penciptaan manusia adalah ibadah kepadaNya saja tanpa berbuat syirik.
Sehingga Allah pun menjelaskan salahnya dugaan dan keyakinan sekelompok
manusia yang belum mengetahui hikmah tersebut dengan menyakini mereka
diciptakan tanpa satu tujuan tertentu dalam firmanNya :









Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami. (QS. 23:115)
Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan secara
main-main saja, namun diciptakan untuk satu hikmah. Allah tidak menjadikan

manusia hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan


dunia, serta tidak dimintai pertanggung jawaban atas semua prilakunya di dunia
ini. Tentu saja jawabannya adalah kita semua diciptakan untuk satu himah dan
tujuan yang agung dan dibebani perintah dan larangan, kewajiban dan
pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan dan disiksa
atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka.
Demikianlah seorang manusia yang ingin sukses harus dapat bersikap
profesional dan proforsonal dalam mencapai tujuan tersebut, sebab
sesungguhnya tujuan akhir seorang manusia adalah mewujudkan peribadatan
kepada Allah dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu orang yang paling sukses
dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah:



Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal (QS. 49:13)

Namun untuk mencapai kemulian tersebut membutuhkan dua hal :


a). Itishom bihablillah. Hal ini dengan komitmen terhadap syariat Allah dan
berusaha merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan
ini kita selamat dari kesesatan. Namun hal inipun tidak cukup tanpa perkara
yang berikutnya, yaitu;
b). Itishom billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakal dan berserah diri serta
memohon pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan
mewujudkan yang pertama tersebut. Sehingga dengannya kita selamat dari
rintangan mengamalkannya.
Sebab seorang bila ingin mencapai satu tujuan tertentu, pasti
membutuhkan dua hal, pertama, pengetahuan tentang tujuan tersebut dan
bagaimana cara mencapainya dan kedua, selamat dari rintangan yang
menghalangi terwujudnya tujuan tersebut.
Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: Poros kebahagian duniawi dan ukhrowi
ada pada Itishom billahi dan Itishom bihablillah dan tidak ada kesuksesan
kecuali bagi orang yang komitmen dengan dua hal ini. Sedangkan Itishom bi
hablillah melindungi seseorang dari kesesatan dan Itishom billahi melindungi
seseorang dari kehancuran. Sebab orang yang berjalan mencapai (keridhoan)
Allah seperti seorang yang berjalan diatas satu jalanan menuju tujuannya. Ia
pasti membutuhkan petunjuk jalan dan selamat dalam perjalanan, sehingga
tidak mencapai tujuan tersebut kecuali setelah memiliki dua hal ini.
Dalil (petunjuk) menjadi penjamin perlindungan dari kesesatan dan
menunjukinya kejalan (yang benar) dan persiapan, kekuatan dan senjata menjadi

alat keselamatan dari para perampok dan halangan perjalanan. Itishom bi


hablillah memberikan hidayah petunjuk dan mengikuti dalil sedang Itishom
billah memberikan kesiapan, kekuatan dan senjata yang menjadi penyebab
keselamatannya di perjalanan.
Oleh karena itu hendaknya kita menekuni bidang kita masing-masing
sehingga menjadi ahlinya tanpa meninggalkan upaya mengenal, mengetahui
dan mengamalkan ajaran islam yang merupakan satu kewajiban pokok setiap
muslim. Agar dapat mencapai tujuan penciptaan tersebut dengan menjadikan
keahlian dan kemampuan kita sebagai sarana ibadah dan peningkatan iman dan
takwa kita semua.
Tentu saja hal ini menuntut kita untuk dapat mengambil faedah dan
pengetahuan tantang syariat sebagai wujud syukur kita atas nikmat yang Allah
anugerahkan. Semua itu agar mereka mengakui bahwa mereka adalah makhluk
yang tunduk dan diatur dan mereka memiliki Rabb yang maha pencipta dan
maha mengatur mereka.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis
menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa masalah-masalah manusia dalam kehidupan modern berdasarkan
pandangan Islam ?
2. Bagaimanakah peran iman dan takwa dalam menjawab masalah dan
tantangan kehidupan modern ?
3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui apa yang menjadi dasar dari pengimplementasian iman dan takwa
dalam kehidupan modern dan era globalisasi sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti


kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena
iu beriman kepada Allah berarti amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu AlQuran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani waamalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-quran selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentanhg suatu yang diimani, seperti dalam surat
an-Nisa: 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan
kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar
menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan
kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.

Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai
pokok dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw.
Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman,
kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman,
bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang
dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman.
Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada
Allah SWT.

1).

Wujud Iman

Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong


seorang muslim berbuat amal soleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan
hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan
dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam.
Seseorang dipandang muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya.
Apabila ia berakidah muslim maka segala sesuatu yang dilakukannya akan
bernilai sebagai amal saleh. Apabila tidak berakidah, maka segala perbuatannya
dan amalnya tidak mengandung arti apa-apa.
Oleh karena itu, menjadi seorang muslim berarti
menjalankan segala sesuatu yang diajarkan dalam ajaran Islam.

2).

meyakini

dan

Proses Terbentuknya Iman

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pembinaan


yang bekesinambungan. Pengaruh pedidikan keluarga secara langsung maupun
tidak langsung sangat berpengaruh terhadap iman seseorang.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawali dengan proses
perkenalan. Megenal ajaran Allah harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan
kemampuan anak itu. Disamping pengenalan, proses pembiasaan juga perlu
diperhatikan, seorang anak harus dibiasakan dari kecil untuk mengenal dan
melaksanakan ajaran Allah, agar kelak dapat melaksanakan ajaran -ajaran Allah.

3). Tanda-tanda Orang Beriman


Al-quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali
imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3.Te rtib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya.
(al-anfal: 3, Al-muminun: 2, 7)
4. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
5 Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Almukminun: 3, 5)
6 Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7 Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8 Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

B. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan
makna etimologis
tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten
( istiqomah ).
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara umum dapat
dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
a)
Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan
kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
b)
Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang
orang miskin, orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang
meminta minta dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang
kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
c)
Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain,
memelihara ibadah formal.
d)
Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara
kehormatan diri.
e)
Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan
kata lain memiliki semangat perjuangan.

C. Implementasi Iman Dan Taqwa


1. Pemantapan Iman dan Taqwa
Masa depan ditentukan oleh umat yang memiliki kekuatan budaya
yang dominan. Generasi pelopor penyumbang dibidang pemikiran (aqliyah), dan
pembaruan (inovator), perlu dibentuk di era pembangunan.
Keunggulan generasi pelopor akan di ukur ditengah masyarakat
dengan pengetahuan dan pemahaman (identifikasi) permasalahan yang dihadapi
umat, dengan equalisasi mengarah kepada kaderisasi (patah tumbuh hilang
berganti). Keunggulan ini di iringi dengan kemampuan penswadayaan
kesempatan-kesempatan. Pentingnya menumbuhkan generasi pelopor menjadi
relevansi tuntutan agama dalam menatap kedepan.
Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam
perilaku seharian jadi landasan dasar kaderisasi re-generasi. Usaha kearah
pemantapan metodologi pengembangan melalui program pendidikan dan
pelatihan, pembinaan keluarga, institusi serta lingkungan mesti sejalin dan
sejalan dengan pemantapan Akidah Agama pada generasi mendatang. Political
action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi sumber kekuatan besar
menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif, dimana umat berperan
sebagai subjek dalam pembangunan bangsa itu sendiri.

2. Melemahnya Jati Diri


Kelemahan mendasar ditengah perkembangan zaman adalah
melemahnya jati diri, dan kurangnya komitmen kepada nilai luhur agama yang
menjadi anutan bangsa. Isolasi diri karena tidak berkemampuan menguasai
bahasa dunia (politik, ekonomi, sosial, budaya, iptek), berujung dengan
hilangnya percaya diri. Kurangnya kemampuan dalam penguasaan teknologi
dasar yang akan menopang perekonomian bangsa, dipertajam oleh kurangnya
minat menuntut ilmu, menjadikan isolasi diri masyarakat bertambah tertutup.
Kondisi ini akan menjauhkan peran serta di era-kesejagatan (globalisasi), dan
akhirnya membuka peluang menjadi anak jajahan di negeri sendiri.
Sosialisasi pembinaan jati diri bangsa mesti disejalankan dengan
pengokohan lembaga keluarga (extended family), dan peran serta masyarakat
pro aktif menjaga kelestarian adat budaya (hidup beradat, di masyarakat
Minangkabau adat bersendikan syarak, syarak bersendikan Kitabullah). Setiap
generasi yang di lahirkan dalam satu rumpun bangsa wajar tumbuh menjadi
kekuatan yang peduli dan pro-aktif menopang pembangunan bangsa.
Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan
timbal balik antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-

hari. Aktifitas ini mendorong lahirnya generasi penyumbang yang bertanggung


jawab, di samping antisipasi lahirnya generasi lemah.

3. Arus Globalisasi
Menjelang berakhirnya alaf kedua memasuki millenium ketiga, abad
dua puluh satu ditemui lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan pesat. Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan
atau proses menjadikan sesuatu mendunia (universal), baik dalam lingkup
maupun aplikasinya. Era globalisasi adalah era perubahan cepat. Dunia akan
transparan, terasa sempit seakan tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan jarak satu
sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern.
Arus
kesejagatan
(globalisasi)
secara
dinamik
memerlukan
penyesuaian kadar agar arus kesejagatan tidak mencabut generasi dari akar
budaya bangsanya. Sebaliknya arus kesejagatan mesti di rancang bisa merobah
apa yang tidak di kehendaki.
Membiarkan diri terbawa arus deras perubahan sejagat tanpa
memperhitungkan jati diri akan menyisakan malapetaka. Globalisasi menyisakan
banyak tantangan (sosial, budaya, ekonomi, politik, tatanan, sistim, perebutan
kesempatan menyangkut banyak aspek kehidupan kemanusiaan.
Globalisasi juga menjanjikan harapan dan kemajuan. Setiap Muslim
harus arif dalam menangkap setiap pergeseran dan tanda-tanda perubahan
zaman. Kejelian dalam menangkap ruh zaman (zeitgeist) mampu men- jaring
peluang-peluang yang ada, sehingga memiliki visi jauh ke depan. Diantara yang
menjanjikan itu adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pesatnya
pertumbuhan ekonomi menjadi alat untuk menciptakan kemakmuran
masyarakat.

4. Paradigma Tauhid
Paradigma tauhid, laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia menjadi
abid, hamba yang mengabdi kepada Allah dalam arti luas, berkemampuan
melaksanakan ajaran syariy mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasul Allah,

untuk menjadi manusia mandiri (self help), sesuai dengan eksistensi manusia itu
di jadikan.
Manusia pengabdi (abid) adalah manusia yang tumbuh dengan Akidah
Islamiah yang kokoh. Akidah Islamiah merupakan sendi fundamental dari dinul
Islam, dan titik dasar paling awal untuk menjadikan seorang muslim.
Akidah adalah keyakinan bulat tanpa ragu, tidak sumbing dengan
kebimbangan, membentuk manusia dengan watak patuh dan ketaatan yang
menjadi bukti penyerahan total kepada Allah. Akidah menuntun hati manusia
kepada pembenaran kekuasaan Allah secara absolut. Tuntunan Akidah
membimbing hati manusia merasakan nikmat rasa aman dan tentram dalam
mencapai Nafsul Mutmainnah dengan segala sifat-sifat utama.
Apabila Akidah tauhid telah hilang, dapat dipastikan akan lahir prilaku
fatalistis dengan hanya menyerah kepada nasib sambil bersikap apatis dan
pesimis. Sikap negatif ini adalah virus berbahaya bagi individu pelopor
penggerak pembangunan. Keyakinan tauhid secara hakiki menyimpan kekuatan
besar berbentuk energi ruhaniah yang mampu mendorong manusia untuk hidup
inovatif.

D. Problematika, Tantangan dan Resiko Dalam Kehidupan


Modern
Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah
munculnya dampak negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi
yang berdampak terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan
maupun tumbuhan, munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam
peningkatan yang makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global
akibat akibat rumah kaca.
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang.
Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam
kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa
adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang
yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jumat atau shalat
hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya
sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah
hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap
muslim. Signifikansi taqwa bagi umat
islam diantaranya adalah sebagai
spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena
taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak
ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan
keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka
semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya,
karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah percaya, maka taqwa
adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.
Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat

akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti


menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia
juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan
kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama
sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia,
kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas
pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama
dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena
manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan
analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud
implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim,
yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial.
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi
permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan
modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap
detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang
dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah
lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda
dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama
dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman
seseorang.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikirakirakan serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai
obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat
ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang
terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa
menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa
itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam
tafsirnya bahwa arti taqwa adalah imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih,
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.
Beberapa problem yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya:
Problem dalam Hal Ekonomi
Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya
merupakan homo economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi
kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat
dengan kaidah kaidah moral. Ekonomi kapitalisme materialisme yang
menyatakan bahwa berkorban sekecil kecilnya dengan menghasilkan
keuntungan yang sebesar besarnya telah membuat manusia menjadi makhluk
konsumtif yang egois dan serakah.

Problem dalam Bidang Moral


Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi.
Ini tidak lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai nilai Barat yang

menginginkan lepasnya ikatan ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan


manusia Indonesia pada khususnya selalu berkiblat kepada dunia Barat dan
menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.

Problem dalam Bidang Agama


Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan
kepada faham Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya
dipisahkan dari urusan agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang
disebut dengan split personality di mana seseorang bisa berkepribadian ganda.
Misal pada saat yang sama seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi
seorang koruptor.

Problem dalam Bidang Keilmuan


Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak
kepemikirannya yang pada kehidupan modern ini adalah menganut faham
positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang rasional, empiris, eksperimental,
dan terukur lebih ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan benar apabila
telah memenuhi criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal ini tidak
seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang kadang kala
kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan keimanan yang tidak
begitu poluler di kalangan ilmuwan ilmuwan karena keterbatasan rasio manusia
dalam memahaminya.
Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah
falsifikasi. Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika
ada penemuan baru yang lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak belakang
dengan bidang keagamaan.Jika anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda
temukan banyak ilmuwan yang telah menganut faham atheis (tidak percaya
adanya tuhan) akibat dari masalah masalah dalam bidang keilmuan yang telah
tersebut di atas.
Pengaruh Modernisasi dalam Kehidupan Islam
Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia telah
diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat pengaruh morenisasi.
Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu rendah. Manusia adalah
mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk menuruti arus hidup
yang materialistis dan sekuler. Martabat manusia berangsur-angsur telah
dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah direndahkan. Modernisai
adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara-negara
Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring kita pada
kehancuran peradaban. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang secara perlahanlahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah,
berbalik menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya

kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia


khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah
sekedar ada, namun ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia.
Sehingga tidak mengherankan ketika batas-batas moral, etika dan nilai-nilai
tradisional juga terlampaui. Modernisasi yang berladangkan diatas sosial
kemasyarakatan ini juga tidak bisa mengelak dari pergeseran negatif akibat
modernisasi itu sendiri. Peningkatan intensitas dan kapasitan kehidupan serta
peradaban manusia dengan berbagai turunannya itu juga meningkatan
konstelasi sosial kemasyarakatan baik pada level individu ataupun level kolektif.
Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok ulang menuju keseimbangan baru searah
dengan laju modernisasi. Pegerakan ini tentu saja mengguncang perspektif
individu dan kolektif dalam tatanan kemasyarakatan yang telaha ada selama ini.
Perubahan
kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan peradaban
merupakan prasyarat bagi perubahan ekonomi, politik, dan sebagainya. Itulah
sebabnya, ketika masyarakat modern tak dapat mengakomodasikan apa yang
tersedia di lingkungannya, mereka memilih alternatif atau model dari negara
imperialis yang menjadi pusat-pusat kekuatan dunia. Secara politis, mereka
berlindung pada negara-negara tersebut. Terbukalah kemungkinan konfrontasi
antara kekuatan eksternal dengan kekuatan internal (kekuatan Islam) bila Islam
hendak ditampilkan sebagai kekuatan nyata. Morernisasi bagi umat Islam tidak
perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting dari
semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju
tatanan dunia baru yang lebih maju dan beradab. Bagi kita semua, ada atau
tidaknya istilah modernisasi dan globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting
ajaran Islam sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh
segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi,
dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari
modernnya pakaiannya, perhiasan dan penampilan. Namun modern bagi umat
Islam adalah modern dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan yang
dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya masyarakat yang adil,
makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.

E. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan


Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:
a.

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana,
maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.

Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan


manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7

b.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.


Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena
takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa
kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan
mati adalah firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu
kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)

c.

Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak


orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan
prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud)
(Hud, 11:6)

d.

Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan ,
hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan
firman Allah:
..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram (Ar-Rad,13:28)

e.

Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu


melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(An Nahl, 16:97)

f.

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas,


tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Anaam, 6:162)

g.

Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan
demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)

h.

Iman mencegah penyakit

Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,
tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan
dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan
kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon
dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme

zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa
sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh
kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia
bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati.
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut,
maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).

Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam


perilaku seharian jadi landasan dasar kaderisasi re-generasi. Usaha kearah
pemantapan metodologi pengembangan melalui program pendidikan dan
pelatihan, pembinaan keluarga, institusi serta lingkungan mesti sejalin dan
sejalan dengan pemantapan Akidah Agama pada generasi mendatang. Political
action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi sumber kekuatan besar
menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif, dimana umat berperan
sebagai subjek dalam pembangunan bangsa itu sendiri.
Pemberdayaan lembaga adat, agama, perguruan tinggi, untuk meraih
keberhasilan, mesti sejalan dengan kelompok umara yang adil (kena pada
tempatnya). Pertemuan pendapat ilmuan dan para pengamat melalui dialog,
penekanan amanah kepada pemegang kendali ekonomi, menyatukan gerak
masyarakat disertai doa (harapan) sebagai perpaduan usaha, menjadi pekerjaan
mendesak meniti pengembangan pembangunan (development). Peran dai ilaa
Allah aktif menyokong mempertahankan nilai-nilai ruhaniyah sebagai modal
dalam menghasilkan yang belum dimiliki. Generasi pelopor (inovator)
pembangunan harus dipersiapkan supaya tidak lahir generasi pengguna
(konsumptif) yang tidak produktif, yang merupakan benalu bagi bangsa dan
negara.
Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan
timbal balik antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan
sehari-hari. Aktifitas ini mendorong lahirnya generasi penyumbang yang
bertanggung jawab, di samping antisipasi lahirnya generasi lemah.

2. Saran
Permasalahan-permasalahan yang ada di era globalisasi sekarang
yang banyak menyimpang dari aturan agama khususnya di Indonesia sangat
miris sekali. Yang diperlukan sekarang adalah generasi muda yang handal,
dengan daya kreatif, innovatif, kritis, dinamis, tidak mudah terbawa arus,
memahami nilai-nilai budaya luhur, siap bersaing dalam knowledge based
society, punya jati diri yang jelas, memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
Islam sebagai kekuatan spritual. Kekuatan yang memberikan motivasi
emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik-material, tanpa harus
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

3. Daftar Pustaka

Abdiansyah,
Septian.
2010.
Keimanan
dan
Ketaqwaan.
http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-ketakwaan.html

Abr26. 2011. Pengertian iman dan taqwa. http:// tugas agama/imtaq.html

Nainayn Nurmala, 2012. Implementasi iman dan taqwa. http://implementasiiman-dan-takwa-dalam.html

Punya papinka. 2011. Implementasi iman dan takwa. http://IMPLEMENTASI IMAN


DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN _ punyanyavika.html

Tafany, 2009. Iman dan taqwa, http://pengertian-iman-dan-taqwa -----.html

Diposkan oleh anggia peramahani di 20.17


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada kom

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk
mencari nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia
dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian.
Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih
kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat
kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita
pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang
menyimpang seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak
sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi
persoalan kehidupan.

Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika
seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa
tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan
hidupnya. Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi
kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan
menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman dan
taqwa itu perlu untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :
1.

Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?

2.

Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?

3. Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan seharihari ?


4.

Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan modern ?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah
agama islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulisan dan pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara
mengimplementasikannya ke kehidupan sehari-hari serta mengetahui bahwa
imtaq dapat menjawab problema kehidupan kita di masa yang modern ini

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1 Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati.
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.

Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai)


Allah dan segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasulrasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan
perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena
itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu AlQuran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam surat
an-Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan
kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar
menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan
kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita
jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan
sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap
ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat
membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara
cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah
SWT.
2.1.2 Pengertian Takwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut,
maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
B. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang
orang miskin, orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang
meminta minta dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang
kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara
ibadah formal.
D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
E. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

2.2 Wujud Iman dan Taqwa


Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang dinyatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat


dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam.
Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang
dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang
bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh dalam
mengarungi kehidupan dunia

2.3 TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN DAN


BERTAQWA
2.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman

1.

Al-qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

2. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
3. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali
imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
4. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (alanfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
5.
7)

Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2,

6. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.


(Al-mukminun: 3, 5)
7.

Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)

8.

Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)

9.

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

2.3.1 ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada swt :


1.

Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya

2. Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran


dan kejujuran
3. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan
kemampuannya
4.

Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin

5. selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun


kaya
6.

Murah hati dan murah tangan

7.

Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat

8.

Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah

9.

Disiplin dalam tugasnya

10. Tinggi dedikasinya


11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada
terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat)

12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang
lain
13. Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar
maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau
makian anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau
teguran anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.

2.4 KETERKAITAN IMAN DAN TAQWA


Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.
Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat
bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga
demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari
puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa
merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan
kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan
pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri
tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas
menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang
yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa,
semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula
kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini
tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk
menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturanaturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan
perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis
karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu,
maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu
wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya
upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu
sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika
masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang
yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk
menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri
menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu
sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng
untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam
kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan

ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.


Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman
agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah
278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan alHasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai
kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka
orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk
dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan
kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk
memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah

2.5 Pengertian dan Rukun Iman


2.5.1 Pengertian & Rukun Iman
Menurut bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di
yakini dengan sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan
anggota badan . orang yang beriman disebut MU'MIN.
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu
1. Iman kepada Allah
Yaitu percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan pencipta alam,
Maha Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha lainnya. Untuk itu kita wajib
beribadah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat
selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun
membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya tidak dapat dilihat
dengan panca indera manusia, namun kita wajib iman dan percaya kepadanya.
Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang mengetahui jumlahnya,
kecuali Allah. Diantara nama - nama malikat yang disebut dalam Al-Qur'an
adalah :
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Allah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai pedoman
umat manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat. Ada 4 kitab
yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
b.
c.
d.
e.

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S


Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS
Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah

Nabi adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya sendiri,
sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah yang
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Tugas utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama
Allah kepada manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan
Rasul yang wajib kita ketahui ada 25 orang. Yaitu :
Di antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul
Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah, namun
mereka tetap tegar, tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah NUH,
IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat NIMIM.
5.Iman kepada Hari akhir
Yaitu kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti
terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia tak ada
satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak tahu kapan
akan terjadinya kiamat.
Ketika beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, belaiau
tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-tanda kiamat yang
mendahului terjadinya kimat.
Di antara tanda-tadanya adalah :
a.

Banyak orang minum-minum keras

b.

Banyak terjadi perzinahan

c.

Banyak gedung-gedung tinggi

d.

Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur

e.

Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz

f.

Keluarnya Dajjal

g.

Dll.

6.Iman kepada Qodho dan Qodhar


Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia.
Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk. Maka
seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun
buruknya.
Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di
mana kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna. Ibnu
Abbas pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang

mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan
barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya
merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar,
terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri. Qada
menurut bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan
menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran.
Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan
pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara etimologi memiliki arti
yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali
kepada makna kesempurnaan." (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir).
Sedangkan qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti
penentuan.
Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah
terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha). Sedangkan
arti terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :
"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar
dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi
makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan
rancangan tersebut."
Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah
yang telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah
ketetapan Allah yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat pula
dikatakan bahwa qada adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar
adalah ukuran. Dengan demikian yang dimaksud dengan qada dan qadar atau
takdir adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran atau norma
tertentu.
Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36,
yaitu :
Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49, yakni :
Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Iman
kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :

Ilmu Allah SWT

Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang
merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Allah mengetahui segala sesuatu.
Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia
ketahui. Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia
juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi di masa yang akan datang.

Penulisan Takdir

Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik di
masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya telah
dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan olehNya.

Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)

Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus mengimani
masyi`ah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Apapun yang
Dia kehendaki pasti terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu
pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi
meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan
Allah tidak mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.

Pencipta Allah

Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus mengimani
bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan tidak
ada Rabb semesta alam ini selain Dia.
Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus diyakini setiap
muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini diabaikan atau
didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang keimanan
yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut berarti merusak
bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika bangunan iman itu rusak,
maka hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan pada bangunan tauhid itu
sendiri.
Ada empat macam takdir, antara lain :
1. Takdir Umum (Takdir Azali)
Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit,
bumi, dan seluruh isinya.
1. Takdir Umuri
Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan
bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.
1. Takdir Samawi

Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.


1. Takdir Yaumi
Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu
hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa,
menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :
Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang
terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam
dalam mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat
mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa,
mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen serta
dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

2.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam


Kehidupan Sehari-Hari
Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah
yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai
kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang
artinya
"Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan
terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"

Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya


haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal,
misalnya disamping
menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah
sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.

Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai


berikut:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B.

Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah

C.

Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)

D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.


E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist
yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan
bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F.
Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa
haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah
untuk selalu menepati janji selagi masih mampu.
G. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan
persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga
waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya.
Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya
dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari sholat, yaitu dengan
benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang telah dibaca dalam
melaksanakan sholat.

H. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah


dilakukan oleh sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang
sepenuhnya menerapkan iman dan taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
masalah yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri
masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab munculnya masalah
berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal siapa Allah SWT.
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat
kauni maupun syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam
itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan
syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur tubuhnya.
C. Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.

Oleh karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan
tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta
kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi
sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar, jauh lebih
parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab dalam dosa
kecil. Berkurangnya keimanan karena kejahatan membunuh tentu lebih besar
daripada akibat mengambil harta orang. Sebagaimana iman akan lebih
banyak berkurang dan lebih lemah karena dua buah maksiat daripada akibat
melakukan satu maksiat. Demikianlah seterusnya. Oleh sebab itulah orang miskin
yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada dosa
orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang masih muda. Hal itu
sebagaimana dikisahkan di dalam hadits,
Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak
akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat.Dan di antara mereka itu adalah
orang tua beruban yang berzina dan orang miskin yang sombong.
D. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang
ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting
dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan
penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan. Bahkan
terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman
secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali. Perlu
diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua.
Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang
ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk
meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan
siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan kewajiban karena udzur
syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang
terindera), atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh
untuk orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah
perempuan yang tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang
meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan
shalat Dhuha

BAB III
PERMASALAHAN
Di kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat
tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup manusia
bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah menjadi lebih kompleks dan
ragam permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat beberapa contoh
problem dalam kehidupan modern di antara :

1.

perekonomian

2.

Putus asa

3.

Kegelisahan atau bimbang

4.

kekecewaan

5.

dll

Permasalah di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis


faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1. Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah
sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana
dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan
2. Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat
ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang
berdampak negatif seperti narkoba.
3. Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan
meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan kebimbangannya di
jiwa mereka.

PEMBAHASAN
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini


dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:
a.

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana,
maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7
b.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.


Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena
takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa
kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan
mati adalah firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu
kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
c.

Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak


orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan
prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud)
(Hud, 11:6)
d.

Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan ,
hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan
firman Allah:
..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram
(Ar-Ra'd,13:28)
e.

Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu


melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(An Nahl, 16:97)
f.

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas,


tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'aam, 6:162)
g.

Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan
demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)
h.

Iman mencegah penyakit

Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,
tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan
dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan
kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon
dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme
zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa
sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh
kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia
bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu

masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk


masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera

BAB IV
KESIMPULAN
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan
iptek tapi justru agama islam bisa lebih mengembangkan dan
memperbaiki iptek itu. Dan dengan adanya agama islam
permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan.
Dengan cara tetap menerapkan konsep iman dan taqwa
tersebut dalam kehidupan kita, dengan begiu kemajuan iptek
tidak membuat kemerosotan moral pada diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama
dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk
menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan
modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan
melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang
penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan.
Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern
ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek
sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman

Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur


pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah
sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk
manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya
menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran
agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

BAB V
SARAN
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai
manusia tidak bisa terlepas dari iman dan taqwa. Karena
dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan
menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari
segala sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita juga dapat
menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai
suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak,
diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

DAFTAR PUSTAKA
Tim dosen PAI UB. 2010. Pendidikan Agama islam. Percetakan Citra Mentari :
Malang
Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta
http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/16/pengertian-akidah-serta-imankepada-qada-dan-qadar/
http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/21/pengertian-dan-rukun-iman/
http://gustiprabangasta.blogspot.com/2010/09/masalah-masalah-sosial-yangterjadi-di.html

PERTANYAAN
1.

Apakah iman itu hanya diukur lewat sholat, dzikir, puasa dll ?

2.

Bagaimana iman kepada Qada

3.

Apa maksud iman mencegah penyakit

4. Bagaiman islam memandang budaya indonesia yang tidak sesuai dengan


iman dan taqwa

JAWABAN
1.
iman tu tidak diukur hanya dengan hubungan kita dengan allah, tetapi
dengan sesama manusia dan hubungan kita dengan alam
2. Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia.
Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk. Maka
seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun
buruknya.
3. Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral
dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak
pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai
oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi
tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan
kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat
dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih,
dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
4. Budaya bukan menciptakan islam tetapi islam yang menciptakan budya dan
memelihara budaya agar tidak menyimpang dari ajaran islam., maka dari itu
budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam lebih baik kita tinggalkan., atau
apabila kita bisa memperbaikinya lebih baik kita memperbaikinya

2 komentar:

1.
ibrahim aji
19 Agustus 2013 20.42

mantap gan,,

1.
fahrial mawally
10 November 2013 14.38

bagus
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

favorit artikel
PALING DIBACA

CONTOH LAPORAN KARYA TULIS STUDY TOUR


untuk mempermudah copy paste anda dapat download artikel ini dalam
format microsoft word (doc disini ) LAPORAN KARYA TULIS ...

CONTOH MAKALAH PAI TENTANG IMAN DAN TAQWA


Anda bisa langsung download artikel ini klik DOWNLOAD BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kehidupannya, manusia tidak
a...

CONTOH PROGRAM KERJA PERPUSTAKAAN

DOWNLOAD ARTIKEL PROGRAM KERJA PERPUSTAKAAN SMPIT & SMA PLUS


BINAAUL UMMAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Disusun Oleh ...

Makalah teori pembentukan alam semesta


untuk mempermudah copy paste anda dapat download artikel ini dalam
format microsoft word (doc disini ) MAKALAH ALAM SEMESTA Dosen Pen...

Makalah Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat


download artikel ini (doc) PENINGKATAN KEMAMPUAAN MEMBACA CEPAT
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI
01...

contoh surat pesanan bahasa inggris


PT WIJAYA UTAMA Jalan Jendral Sudirman kav. 12 Jakarta Selatan Telp :
+6217771234, fax : +622127771235, Email : wijayautama@yahoo.com
Nomo...

Makalah Analisis Psikologi Sastra


PERILAKU SEKSUAL DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI : ANALISIS
PSIKOLOGI SASTRA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mata Kuliah
Seminar S...

contoh wawancara : "Tips Kegiatan Sekolah"


WAWANCARA Tips KegiatanLiburanSekolah Nama
Dra. Rini Kristia...

contoh surat izin sewa tempat


PT WIJAYA UTAMA Jalan Jendral Sudirman kav. 12 Jakarta Selatan Telp :
+6217771234, fax : +622127771235, Email : wijayautama@yahoo.com
Nomo...

Pendidikan Karakter sebagai upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Dalam


Rangka Menanggulangi Kenakalan Remaja
Remaja adalah makhluk yang unik bahkan tidak mudah dimengerti baik
oleh diri mereka sendiri maupun ora...

Dapatkan gaji online klik

Website islam

Ashabul Muslim ~ Mari lestarikan budaya luhur islam

Total Tayangan Laman


209,901

Pengikut
Blog Archive

2015 (9)

2014 (1)

2013 (7)
o

September (4)

Maret (1)

Februari (1)

Januari (1)

2012 (49)

2011 (1)

2010 (5)

CONTOH MAKALAH PAI TENTANG IMAN DAN TAQWA

Mengenai Saya

Alie Marz
Saya bukan malaikat, makanya saya banyak salahnya dan mohon
dimaafkan. Saya juga bukan iblis yang selalu berbuat maksiat makanya
tolong jangan dianggap remehkan.
Saya hanya berprinsip bahwa kebahagiaan hidup didunia ini hanya bisa
didapatkan bila kita saling berbagi dengan sesama manusia. Egoisme dan
individualisme adalah sifat jelek yang menipu. Seakan-akan sifat yang
enak padahal sifat ini rasanya busuk.
Rasulullah saw pernah bersabda "Sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR Tirmidzi)". Oleh karena itu
internet ini semoga dapat kita jadikan manfaat untuk dunia dan akhirat
dengan saling berbagi ilmu dan pengalaman ala kadarnya dan tidak
menuntut bannyaknya tapi menuntut keihlasan hati kita.
Salam dari kami

Team Ashabul Muslimin


Lihat profil lengkapku
Peran Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini telah banyak timbul kekacauan-kekacauan di bumi ini. Hal ini disebabkan
oleh semakin berkurangnya tingkat keimanan dan ketaqwaan manusia kepada
Allah SWT. Banyak sekali kejadian dan contoh-contoh akibat dari semakin
menipisnya iman dan ketaqwaan itu. Dengan semakin berkembangnya zaman,
banyak dampak positif yang dapat kita ambil tetapi cukup banyak pula dampak
negatif yang ditimbulkan.
Dampak-dampak negatif itu dapat terjadi karena landasan kehidupan sekaligus
tuntunan dan tujuan kehidupan dari manusia mulai goyah dan lama-kelamaan
landasan itu akan mulai hancur. Bila hal itu terjadi, maka kehidupan manusia
akan hancur. Sama halnya dengan maraknya penggunaan narkoba di kalangan
remaja maupun dewasa di zaman modern ini,di mana Penyalahgunaan narkotika
dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian
meningkat.

Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat


membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena
pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin
hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga
pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan
bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari
penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja
Sekarang ini manusia akan bertindak dengan hanya mengandalkan hawa nafsu
tanpa melibatkan akal dan pikiran. Mereka akan bertindak semau mereka sendiri
dan akan mengejar nikmat duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai dan normanorma agama serta pendidikan. Untuk itulah kami mengambil judul
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modrn (khususnya maraknya
penggunaan narkoba/ narkotika).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah problematika, tantangan, dan resiko narkoba dalam kehidupan
modern
2. Bagaimana peran iman dan takwa dalam menjawab problema dan tantangan
kehidupan modern
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui problematika, tantangan, dan resiko narkoba dalam
kehidupan modern.
2. Untuk mengetahui peran iman dan takwa dalam menjawab problema dan
tantangan kehidupan modern.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika, Tantangan, dan Resiko Narkoba dalam Kehidupan Modern
a. Problematika iman dan takwa serta narkoba dalam kehidupan modern
Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka
yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam
tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit
rangsangan, semangat dan halusinasi. Dengan timbulnya efek halusinasi inilah
yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama di kalangan remaja ingin

menggunakan Narkotika meskipun tidak menderita apa-apa. Hal inilah yang


mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika (obat). Bahaya bila
menggunakan Narkotika bila tidak sesuai dengan peraturan adalah adanya
adiksi/ketergantungan obat (ketagihan).
Adiksi adalah suatu kelainan obat yang bersifat kronik/periodik sehingga
penderita kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian
terhadap dirinya dan masyarakat. Orang-orang yang sudah terlibat pada
penyalahgunaan Narkotika pada mulanya masih dalam ukuran (dosis) yang
normal. Lama-lama pengguna obat menjadi kebiasaan, setelah biasa
menggunakan mar kemudian untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan
dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini berakhir menjadi
ketergantungan, merasa tidak dapat hidup tanpa Narkotika.
Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya
dan terlarang) belakangan ini amat populer di kalangan remaja dan generasi
muda bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan narkoba ini telah merebak ke
semua lingkungan, bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi
telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya. Narkoba
saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja dan generasi muda dalam bentuk
kapsul, tablet dan tepung seperti ekstasy, pil koplo dan shabu-shabu, bahkan
dalam bentuk yang amat sederhana seperti daun ganja yang dijual dalam
amplop-amplop.
Saat ini para orang tua, mulai dari ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum
dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap narkoba ini, sebab generasi
muda masa depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya.Akibat leluasannya
penjualan narkoba ini, secara umum mengakibatkan timbulnya gangguan mental
organik dan pergaulan bebas yang pada gilirannya merusak masa depan bangsa.
b. Tantangan iman dan takwa serta narkoba dalam kehidupan modern
Dalam pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran,
ingatan, hati, jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh
karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah
SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, Hadits Rasulullah SAW dan juga
ajaran-ajaraan agama lainnya, antara lain sebagai berikut :
1. Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada kecelakaan / kebiasaan (sebagai
akibat tangan) tangan-tanganmu. (Q.S. Al-Baqarah : 195).




195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
2. Dan Janganlah kamu membunuh dirimu (dengan mencapai sesuatu yang
membahayakanmu). Karena sesungguhnya Allah Maha Kasih Sayang
kepadamu. (Q.S. An-Nisa : 29).










29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu
3. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) Khamar,
(berkorban) untuk Berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan
syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan. (Q.S. Al-Maidah : 90).



90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.
4. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian diantara kamu lantaran ( minuman ) Khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu
( dari mengerjakan pekerjaan itu ). (Q. S. Al-Maidah : 91).

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan


kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
5. Mereka bertanya kepadamu tentang Khomar dan Judi, katakanlah pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya. (Q.S. Al-Baqarah : 219).







219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu
apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,
6. Melarang Rasulullah SAW daripada tiap-tiap barang yang memabukkan dan
melemahkan akal dan badan. (H.R. Ahmad).
7. Tiap-tiap barang yang memabukkan adalah haram. (H.R. Bukhari dan
Muslim).
8. Setiap benda yang memabukkan banyaknya maka sedikitnya haram. (H.R.
Ahmad, Abu Daud, Turmuzi, NasaI, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
9. Dalam ajaran Kristen disebutkan, Saudara-Saudaraku yang kekasih, karena
kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua

pencemaran jasmani dan rohani dan dengan demikian menyempurnakan


kekudusan kita dalam takut akan Allah (2 Korintus 7 ayat 1).
10. Dalam ajaran Katolik disebutkan, Tuhan tidak mengehndaki kematian, tetapi
pertobatan hidup, kepada orang-orang yang sedang mengalami drama
kecanduan dan menderita kemalangan. Yeh. 18 : 23).
11. Dalam ajarn agama Buddha disebutkan, Kami bertekad akan melatih diri,
menghindari segala minuman keras, yang menyebabkan lemahnya kesadaran
kami. (Pancasila Buddhis, Sila Kelima).
12. Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan
pengemudinya, yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia
hidup datanglah maut, karena itu jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik
yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu (Sloka Sarasamuccaya).
c. Resiko iman dan takwa serta narkoba dalam kehidupan modern
Narkoba sebagaimana disebutkan di atas menimbulkan dampak negatif baik bagi
pribadi, keluarga, masyarakat maupun bagi bangsa dan negara. Dampak negatif
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahaya yang bersifat pribadi
Narkoba akan merobah kepribadian si korban secara drastis, seperti berubah
menjadi pemurung, pemarah, melawan dan durhaka.
Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya seperti tidak lagi
memperhatikan pakaian, tempat tidur dan sebagainya, hilangnya ingatan, dada
nyeri dan dikejar rasa takut.
Semangat belajar menurun dan suatu ketika bisa saja si korban bersifat seperti
orang gila karena reaksi dari penggunaan narkoba.
Tidak lagi ragu untuk mangadakan hubungan seks karena pandangnya
terhadap norma-norma masyarakat, adat kebudayaan, serta nilai-nilai agama
sangat longgar. Dorongan seksnya menjadi brutal, maka terjadilah kasus-kasus
perkosaan.
Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau
menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius, ingin mati bunuh diri.
Menjadi pemalas bahkan hidup santai.
Bagi anak-anak sekolah, prestasi belajarnya akan menurun karena banyak
berkhayal dan berangan-angan sehingga merusak kesehatan dan mental.
Memicu timbulnya pemerkosaan dan seks bebas yang akhirnya terjebak dalam
perzinahan dan selanjutnya mengalami penyakit HIV/ AIDS.
2. Bahaya yang bersifat keluarga
Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan bahkan menjual barang-barang di
rumah untuk mendapatkan uang secara cepat.
Tidak lagi menjaga sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua.
Kurang menghargai harta milik yang ada seperti mengendarai kendaraan tanpa
perhitungan rusak atau menjadi hancur sama sekali.
Mencemarkan nama keluarga.
3. Bahaya yang bersifat sosial
Berbuat yang tidak senonoh ( mesum/cabul ) secara bebas, berakibat buruk dan
mendapat hukuman masyarakat.

Mencuri milik orang lain demi memperoleh uang.


Menganggu ketertiban umum, seperti ngebut dijalanan dan lain-lain.
Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain
karena kurangnya rasa sosial manakala berbuat kesalahan.
Timbulnya keresahan masyarakat karena gangguan keamanan dan penyakit
kelamin lain yang ditimbulkan oleh hubungan seks bebas.
4. Bahaya bagi bangsa dan Negara
Rusaknya pewaris bangsa yang seyogyanya siap untuk menerima tongkat
estafet kepemimpinan bangsa.
Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa yang pada gilirannya mudah
untuk di kuasai oleh bangsa asing.
Penyelundupan akan meningkat padahal penyelundupan dalam bentuk apapun
adalah merugikan negara.
Pada akhirnya bangsa dan negara kehilangan identitas yang disebabkan karena
perubahan nilai budaya.
B. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
a. Penanggulangan narkoba
Mengingat betapa dahsyatnya bahaya yang akan ditimbulkan oleh Narkoba dan
betapa cepatnya tertular para generasi muda untuk mengkonsumsi Narkoba,
maka diperlukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasinya. Upaya-upaya
tersebut antara lain adalah :
1. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama dan keagamaan
baik di sekolah maupun di masyarakat.
2. Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab
peran keluarga sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang. Hasil penelitia
menunjukkan bahwa anak-anak nakal dan brandal pada umumnya adalah
berasal dari keluarga yang berantakan (broken home).
3. Penanaman nilai sejak dini bahwa Narkoba adalah haram sebagaimana
haramnya Babi dan berbuat zina.
4. Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba, di Rumah oleh Ayah
dan Ibu, di Sekolah oleh Guru/Dosen dan di masyarakat oleh tokoh agama dan
tokoh masyarakat serta aparat penegak hukum.
b. Sikap pecandu
Adapun sikap yang harus dilakukan oleh pecandu Narkoba sesuai dengan
tuntunan ajaran agama adalah :
1. Bersabar sebab sikap sabar adalah merupakan sebuah kepasrahan diri
terhadap Allah SWT atas qudrat dan irodatNya sehingga yang bersangkutan
dapat menerimanya sebagai sebuah kenyataan.
2. Bertaubat kepada Allah SWT sehingga tidak mengulanginya lagi di kemudian
hari.
3. Taqarrub Ilallah yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak
melaksanakan ibadah baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah.
4. Berdoa kepada Allah SWT sehingga mendapat petunjuk dan pertolongan dari

Allah SWT.
c. Sikap kita terhadap pecandu
Adapun sikap yang harus kita lakukan terhadap pecandu Narkoba sesuai dengan
tuntunan ajaran agama adalah :
1. Membimbing yang bersangkutan ke Jalan Yang Benar sehingga si pecandu
tetap percaya diri, yakin taubatnya diterima Allah SWT dan tetap beramal sholeh
sampai dengan akhir hayat.
2. Adapun sikap yang harus kita lakukan terhadap pecandu Narkoba sesuai
dengan Memperlakukan yang bersangkutan scara manusiawi dan tidak
mengkucilkannya dari pergaulan sehari-hari, baik dalam keluarga, masyarakat
maupun jamaah ibadah.
3. Meringankan penderitaan bathin yang bersangkutan sehingga senantiasa
bersabar dan berusaha untuk dapat menghindarinya.

BAB III
KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka
yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam
tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit
rangsangan, semangat dan halusinasi.
2. Dalam pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran,
ingatan, hati, jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh
karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah
SWT.
3. Narkoba sebagaimana disebutkan di atas menimbulkan dampak negatif baik
bagi pribadi, keluarga, masyarakat maupun bagi bangsa dan negara.
4. Peranan iman dan takwa dalam penanggulangan narkoba yaitu Meningkatkan
iman dan taqwa, Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga
sakinah, Penanaman nilai sejak dini, Meningkatkan peran orang tua dalam
mencegah Narkoba.
5. Bahwa Narkotika adalah obat terlarang sehingga siapapun yang
mengkonsumsi atau menjualnya akan dikenakan sanksi yang terdapat pada UU
No.07 Tahun 1997 tentang Narkotika. Dilarang keras untuk mengkonsumsi dan
menjualnya selain itu di dalam UU RI No.27 Tahun 1997 tentang Narkotika hanya

dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu


pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Abimayu, Soli dan M. Thayeb Manrihu. 1984. Bimbingan dan Penyuluhan Di
Sekolah. Jakarta : CV. Rajawali.
Budianto. 1989. Narkoba dan Pengaruhnya.Ganeca Exact : Bandung.
H.M. Rozy SE, MSc. Cegah Narkoba Dengan Pendidikan Agama.
Diposkan oleh IeRmae MeonK di 04.51
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2011 (4)
o

Juni (1)

Mei (3)

Membangun Karakter Wirausaha melalui Pendidikan Be...

Peran Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern

Sistem Pengendalian Manajemen

Mengenai Saya

IeRmae MeonK
hhmm . . santai kayag dipantai . haha
Lihat profil lengkapku

Template Awesome Inc.. Diberda

Anda mungkin juga menyukai