Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

MAKALAH
“PENDANGKALAN AKIDAH GENERASI MUDA”

Mata Kuliah
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengasuh
H. Syarifuddin SY,M.Ag

Oleh :

Hendra Bahyuni 215115429

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL JAMI
BANJARMASIN

1
2015
A. PENDAHULUAN
Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap umat
Islam untuk melaksanakan segala aktivitas ibadah. Bila akidah seorang umat
Islam baik maka baik pula amal ibadahnya begitu juga sebaliknya, jika akidah
seorang umat Islam buruk maka buruk pula amal ibadahnya.
Akidah yang baik dan benar haruslah dimiliki oleh generasi muda Islam
yang merupakan tongkat estapet penerus bangsa dan perjuangan umat Islam,
sebagaimana yang di kehendaki oleh agama Islam. Akidah merupakan factor
penentu eksistensi Islam dalam kancah perjuangan melawan pihak-pihak
Misioneris Kristen yang ingin menghancurkan akidah umat Islam, khususnya
generasi muda yang dijadikan sasaran empuk karena usia generasi muda
merupakan usia labil dan rentan yang belum kokoh akidah dan keimanannya.
Sehingga, mudah bagi mereka untuk mendangkalkan serta menyesatkan akidah
seorang generasi muda.
Dewasa ini fenomena pendangkalan akidah merupakan masalah yang
sangat krusial yang penting untuk dibahas serta ditanggulangi. Hal ini karena
semakin maraknya aksi-aksi pendangkalan akidah oleh kaum misioneris atau
orang-orang Kristen untuk merusak akidah umat Islam, khususnya pada generasi
muda Islam. Saat ini banyak hal-hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi
mampu mendangkalkan akidah yang menjadi sebuah pertarungan sengit, baik
pertarungan tradisi, masyarakat, alam dan teknologi serta peradaban modern,
maupun terhadap diri sendiri (tuntunan hawa nafsu) seperti dalam menyampaikan
rasa gembira dan salut kepada teman-teman yang berhasil atas prestasinya, tidak
hanya sekedar berjabat tangan, adu pipi (cipika-cipiki), kecup bibir di depan
umum mulai dibudayakan yang seyogyanya ini merupakan budaya barat yang
telah melenceng dan mendangkalkan akidah yang Islami..
Dalam mempertahankan akidah yang benar di zaman modern yang serba
canggih, umat Islam khususnya generasi muda harus berhadapan dengan
kekuatan materialisme, zionisme dan sekularisme yang berusaha mengrogoti
akidah umat Islam, ibarat rayap yang hinggap pada sebuah pohon. Tujuan utama
misioneris adalah seandainya umat Islam atau generasi mudanya tidak mampu

2
mereka jadikan seorang kafir (murtad), setidaknya bagaimana umat Islam dan
generasi mudanya tidak mengetahui apa-apa dan melenceng dari ajaran Islam,
baik itu masalah yang kecil maupun besar. Jika tujuan para misioneris untuk
mendangkalkan akidah tersebut telah berhasil seperti saat ini yang mulai tampak,
siapa pihak yang harus dipersalahkan dan diminta pertanggung jawaban?.
Melihat fenomena inilah maka penulis akan mengupas pembahasan
tentang pendangkalan akidah generasi muda yang akhirnya menimbulkan sebuah
pertanyaan besar yakni siapa yang salah?. Dan dalam makalah ini penulis
memfokuskan pada empat aspek pembahasan yaitu: ramalan seperti pencarian
jodoh, rezeki dan bintang (zodiac), pendidikan yang hanya menjadikan orang
pintar tetapi tidak menjadikan akidah seseorang baik, tontonan yang merusak
akidah dan hal sepele seperti ucapan salam yang mulai hilang. Ke empat aspek
pembahasan dalam tulisan ini diharapkan semoga menjadi sumbangan pemikiran
dan pencerahan bagi umat Islam dan generasi muda dalam membangun akidah
yang benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasul Allah dan Al-Qur’an untuk
menghadapi persoalan pendangkalan akidah kedepannya.

B. HAKIKAT MAKNA AKIDAH


Akidah yang menjadi pembahasan pokok pada tulisan ini memiliki
hakikat makna yang perlu diperjelas sebagai dasar dalam pembahasan. Akidah
secara bahasa berasal dari kata al-'aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang
berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya
mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat
dengan kuat. Sedangkan akidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang
diyakini sesorang, diimaninya dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun
batil. Kemudian makna akidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah
beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan
rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik
maupun buruk. Selanjutnya, dari kata akidah ini dipinjamkan pula beberapa arti
yang lain, seperti sumpah setia dan perjanjian. Dalam penggunaan sehari-hari
atau secara istilah, khususnya dalam konteks agama, kata akidah lazim diartikan
dengan“kepercayaan/keimanan/keyakinan”(1).

3
Pengertian akidah tersebut di perkuat oleh Desy Anwar dalam kamus
Bahasa Indonesia yang berarti kepercayaan atau keyakinan(2). Selanjutnya
didukung dalam kitab Mu’jam Al-Fasafi oleh Jamil shaliba yang mengartikan
akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan
bersambung secara kokoh(3). Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan
bahwa akidah menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang
meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu,
serta member pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari(4).
Dari berbagai pendapat tentang pengertian akidah tersebut di atas
bermakna bahwa betapa pentingnya akidah itu ada dalam diri setiap umat Islam
karena merupakan hal pokok yang harus dimiliki seseorang jika ingin memeluk
agama Islam. Karena jika akidah tidak sesuai antara praktek dan arti sebenarnya
maka akan berakibat sangat fatal yang menyebabkan dangkalnya akidah.
Sehingga, akidah harus mutlak kebenarannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surah Al-Ikhlas ayat 1-4 :

Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah yang Maha Esa”.(1) Allah adalah Rabb
yang bergantung kepada-Nya segala urusan(2).Dia tidak beranak dan tidak
diperanakkan(3). dan tidak ada seorang pun setara dengan-Nya.(4)
(Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)

Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh dalam
Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnnya Allah Yang Tunggal dan satu-
satunya, yang tiada tandingan, tanpa pembantu, juga tanpa sekutu dan tidak ada yang
menyerupai-Nya. Ini menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa yang tidak membutuhkan
siapapun, Dialah pemilik segalanya sebagai yang Maha Sempurna. Hal selaras dengan
sifat-Nya yang harus diyakini dan di imani dengan akidah yang benar(5).
Selanjutnya M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyatakan bahwa kata
Ahad yang di sebutkan dalam surah Al-Ikhlas mengandung arti keEsaan zat Allah yang
tidak ada unsur-unsur dan bagian-bagian yang menyatakan akan zat Allah Yang Maha
Esa yang wajib di imani dan diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikitpun
dan tanpa mensekutukan-Nya(6).

4
Kemudian dalam Ensiklopedia Al-Qur’an menyebutkan bahwa kata Ahad biasa
diterjemahkan dengan “Esa”. Kata ini ditemukan dalam Al-Qur’an sebanyak 53 kali, akan
tetapi hanya sekali yang digunakan sebagai sifat Allah. Ini mengandung isyarat tentang
keesaan-Nya yang sedemikian murni, hingga sifat Ahad yang menunjuk kepada-Nya
hanya sekali dalam Al-Qur’an, dan hanya ditujukan kepadaNya semata, yaitu pada Q.S
Al-Ikhlas (112) ayat 1-4(7). Kata ahad tidak sama dengan kata wahid yang artinya satu,
sehingga makna kata Esa tidak sama dengan makna kata satu. Satu adalah bilangan
pertama dari bilangan asli matematika dan merupakan bilangan bulat yang dapat dibagi
menjadi beberapa bilangan pecahan sampai tak terhingga. Adapun kata Esa sebagai
terjemahan dari kata ahad bukanlah bilangan, sehingga tidak dapat dibagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil(8).
Berdasarkan ayat dan tafsir serta penjelasan di atas penulis menyatakan bahwa
Akidah yang benar adalahnya akidah yang merujuk kepada kata Ahad yang berarti
mengesakan Allah SWT tanpa adanya campur aduk dengan yang lain yang dalam artian
menyekutukan (menduakan) Allah dengan penuh keyakinan dalam hati tanpa adanya
keraguan. Jika seorang umat Islam yang telah menyatakan dirinya menganut ajaran
Islam haruslah menyatakan akan keesaan-Nya dengan mengucapkan kalimah syahadat
yaitu Tiada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad itu Utusan Allah. Kalimat ini bukan
hanya sekedar untuk memenuhi syarat belaka yang hanya sekedar di ucapkan habis
perkara, namun kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam yang inti dari kalimat
syahadat tersebut yaitu akidah Islam yang sebenarnya yang akan terus dipakai oleh
umat Islam dalam menjalankan segala aktivitas amal ibadahnnya.

C. BEBERAPA BENTUK PENDANGKALAN AKIDAH GENERASI MUDA


Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu
mendangkalkan akidah umat. Islam hanya sekedar formalitas, tercatat pada lembaran
sensus atau KTP saja. Jangan aktif melaksanakan keseluruhan perintah Allah, sedangkan
sisi luar dari Islam itu sendiri tidak pernah dinampakkan dan banyak hal yang dianggap
sudah biasa ternyata memiliki nilai pendangkalan akidah yang sangat
kronis. Saat ini sudah banyak contoh akibat dari pendangkalan akidah yang tidak
disadari dan segera untuk diatasi telah menjadi momok bangsa, seperti

5
terseretnya budaya yang tidak Islami, banyak manusia bahkan umat Islam sendiri
yang tercetak menjadi algojo, orang-orang bejat, koruptor dan manipulator.
Seharusnya ini tidak akan terjadi jika umat Islam mau melaksanakan perintah
Allah SWT dan ajaran Nabi. Beberapa contoh pendangkalan akidah pada umat Islam
khususnya generasi muda, yaitu:
1. Percaya Terhadap Ramalan
Ramalan merupakan suatu ilmu yang ada pada seseorang yang dipercaya bisa
melihat masa depan orang lain tentang segala aspek kehidupan melalui media alam
gaib. Orang yang bekerja meramal disebut sebagai peramal. Sedangkan di dalam
Islam seorang peramal dinyatakan kafir karena ia telah mengklaim bahwa dirinya
mengetahui sesuatu yang gaib yang sebenarnya hanya diketahui Allah SWT.
Ramalan saat ini menjadi sebuah tren tersendiri yang sangat populer dan
familiar bagi kalangan generasi muda dan tidak menutup kemungkinan juga bagi orang
tua. Ramalan yang terupdate sering diperlihatkan di berbagai media seperti di
televisi, radio, majalah, tabloid, koran maupun buku khusus untuk menyuguhkan
informasi mengenai peruntungan, karir, asmara (jodoh), kesehatan ataupun
keuangan (rezeki) dan bagi mereka yang akidahnnya tidak terpatri kuat dalam
hati dan belum kokoh pastilah akan mempercayainya. Contohnya seperti iklan
ketik REG RAMAL kirim ke 6677 yang ditayangkan oleh para peramal seperti
Deddy Corbuzer atau Mama Laurent, maka berbondong-bondong para generasi
muda mengirimkan SMS karena ingin mengetahui hasil dari ramalan tersebut,
dan mereka terkesan sangat mempercayai hasilnya. Hal ini telah dianggap mereka
hal yang baik dan menjadi suatu yang wajar dan lumrah.
Demikian juga halnya dengan ramalan menggunakan zodiac yang
menggunakan lambang-lambang tidak Islami. Sama halnya juga dengan
keyakinan terhadap bintang, sehingga sebagian para pembaca surat kabar sengaja
hanya untuk melihat keberuntungan hari ini “Bintang anda (Zodiak)”. Ia melihat
tanggal lahir dan bintangnya, kemudian ia memperhatikan yang ditulis peramal
untuknya tentang keberuntungannya hari tersebut, lalu ia terkesan
mempercayainya.

6
Sedangkan Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah hadistnya bahwa
orang yang mendatangi dan mempercayai peramal tergolong kepada kafir, yang
artinya, “Siapa yang mendatangi seorang dukun / peramal, lalu mempercayai
apa yang ia katakan, maka dia telah kafir kepada apa yang telah diturunkan
kepada Muhammad saw” ( HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ).
Percaya terhadap ramalan seperti yang dicontohkan di atas telah menjadi
pemandangan yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Jika ini tidak segera di
sadari oleh generasi muda, orang tua, masyarakat maupun pemimpin maka tidak
tahu apa jadinya generasi muda Islam kedepannya. Oleh karena sangat diperlukan
bagi generasi muda perhatian serta bimbingan dari orang tua, kepedulian dari
masyarakat, serta tanggungjawab dari pemerintah. Jika dari segala aspek telah
bisa bekerjasama dan peduli kepada generasi muda maka akan terciptalah
generasi yang tangguh akan segala hal dan prilaku yang akan mendangkalkan
akidahnya. Bahkan bisa menjadi penghalang terhadap pendangkalan akidah
kedepannya bagi generasi selanjutnnya.
2. Peran Pendidikan
Pendidikan nampaknya bukan lagi menjadikan manusia baik, penyantun kepada
orangtua, pengabdi kepada khaliqnya, tetapi hanya sekedar berilmu dan pintar dengan
harapan kelak menjadi orang kaya, berkedudukan dan beruang (punya duit). Ini
merupakan salah satu bukti dari pendangkalan akidah yang berorientasi kepada paham
materialisame yang sedang dikembang dan dikemas kaum misioneris Kristen untuk
merusak akidah generasi muda. Namun, mengapa hal ini tidak disadari oleh generasi
muda muslim yang seyogya akidahnya telah dikoyak-koyak dan akan hancur berantakan
jika tidak segera dikemas ulang dan diperbaiki.
Menjadikan generasi yang pintar itu mudah, suapi saja dengan berbagai ilmu.
Tetapi untuk menjadikan generasi yang baik sangat sulit, dia harus dilatih dalam
keluarga dengan dasar keimanan yang kuat, sehingga kehadirannya dalam keluarga
menjadi ”Qurratu a’yunin” penyejuk mata dan penyenang hati. Bukan seperti musuh
yang harus dipelototi serta dihardik dengan menampakkan kekasaran. Masyarakatpun
merupakan tantangan yang harus dihadapi, karena mampu menyeret warganya ke
lembah maksiat. Sebab saat ini kebanyakan nilai manusia dijunjung karena jabatan.

7
Dikalangan pemerintahpun sepertinya sudah tidak ambil pusing akan hal yang
menimpa generasi muda, bahkan sebagian dari mereka memiliki akidah yang sangat
buruk yang seharusnya menjadi suri tauladan yang baik sebagai tokoh pemimpin yang
tentunya menjadi panutan, tetapi dengan berprilaku merugikan rakyat seperti prilaku
korupsi, kolusi dan nepotisme itu telah merusak nilai-nilai akidah bahkan
menghilangkannya. Dengan prilaku sebagian para pemimpin yang demikian
mengakibatkan sampai pada hari ini Indonesia masih menyandang sebagai Negara 4
besar terkorup didunia melalui survey yang dilakukan oleh Bribe Payer Index(BPI) 2011
Transparency International, yang dilakukan terhadap 28 negara yang secara kumulatif
berperan signifikan terhadap perekonomian dunia dengan angka korupsi yang mencapai
triliuna rupiah pertahun (9).
Dunia pendidikan saat ini tidak lagi memilki kurikulum tentang penanaman nilai
akidah pada generasi muda, sehingga bisa dilihat banyak generasi muda telah
terjerumus kepada jurang kehancuran lembah hitam seperti kasus pemakai narkoba
yang terlibat lebih dari 50% generasi muda dan dari hasil survey Kepala Badan Narkotika
Nasional (BNN), Mories Mere di Kepatihan Yogyakarta tanggal 2 Februari 2011,
menyatakan:”Transaksi narkoba sejak tahun 2003-2010 meningkat tajam hingga 300%.
(10). Kemudian pada kota metropolitan di negeri ini menurut survei Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat, Sugiri Syarif, pada saat
memberikan mata kuliah umum di Unimed, Rabu 13 Mei 2011, menyatakan bahwa 51%
remaja di Jakarta, 52% remaja di Medan dan 54% remaja di Surabaya, pernah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah(11). nauzubilahi minzalik ini
merupakan suatu pristiwa dekadensi akidah yang sudah pada tahap kronis menuju
jurang kehancuran. Jika ini tidak segera diselamatkan maka ditakutkan akan
mengundang musibah yang akan diterjunkan oleh Allah SWT kepada bangsa ini dan
lebih ironis jika sampai di musnahkan habis seperti pristiwa pada zaman Nabi Nuh a.s
(Q.S Nuh (71): 25) dan Nabi Luth a.s.
Melihat fenomena di atas dapat dikatakan negeri ini sedang berada di tepi
jurang kehancuran. Seperti yang digambarkan Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 103:
Artinya: “….Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya….”(Q.S Ali-Imran (3): 103).

8
Dr. ‘Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh Dalam
Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
keselamatan kepada umatnya dari tepi jurang kehancuran (neraka), jika umat
manusia masih mau bertaubat dan memperbaiki keadaan diri dan masyrakat
sekitar dengan cara memerintahkan hendaklah ada sebuah gerakan penyelamatan
dari kehancuran itu(12).
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas penulis berpendapat bahwa Allah SWT
saat ini masih memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk berbenah diri
dari segala kehancuran akidah yang terjadi. Nyatanya saat ini musibah yang terus
bergulir di negeri ini masih pada tahap bisa di tangani sedikit demi sedikit.
Namun, jangan sampai terulang lagi musibah seperti tsunami di Aceh yang bisa
dikatakan laknat dari Allah yang menelan sekitar 150.000 jiwa, cukuplah itu
menjadi bahan pelajaran dan intropeksi bagi umat Islam khususnya bagi generasi
muda.
Pendidikan yang merupakan salah satu factor terpenting dalam
memberikan ilmu pengetahuan pada generasi saat ini telah menjadi pendidikan
yang tidak relevan lagi karena tidak adanya penanaman nilai-nilai yang
seharusnya menjadi tema pokok pada kurikulum pendidikan, agar selain
menjadikan generasi yang pintar dan cerdas namun juga memiliki akidah yang
benar. Sehingga, generasi muda itu akan menjadi generasi yang membawa negeri
ini menjadi negeri yang “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur” (negeri yang
aman dan penuh rahmat). Serta dijauhkan Allah SWT dari segala macam bentuk
musibah dan bencana.
3. Tontonan yang Merusak Akidah
Tontonan saat ini telah melenakan umat tentang nilai yang terkandung
didalamnya. Bahkan menurut penulis hampir sekitar 70% tontonan saat ini sudah
merusak nilai akidah umat. Karena pada tontonan saat seperti di televisi lebih
banyak tontonan yang bersifat negatif daripada positifnya, seperti pada sinetron,
iklan dan film yang mempertontonkan budaya kebarat-baratan dari segi sikap dan
prilaku. Mulai dari cara berpakaian yang memperlihatan aurat diambang batas
kewajaran yang Islami sudah menjadi hal yang biasa. Berpelukan dan berciuman

9
pada sinetron dan film pada kalangan muda yang berpacaran menjadi suatu yang
indah dan mengasikkan bagi pemandangan mereka yang tidak memiliki akidah
yang kuat. Sehingga, pada selanjutnya akan menjadi bahan contoh yang
dilakukan. Islam dan iman telah ditelanjangi oleh bau farfum, kerlap kerlip lampu dan
hingar bingarnya musik di gedung megah yang penuh dengan acara kemaksiatan, kontes
mode, kontes ratu kecantikan sampai lomba ratu sejagat sengaja diadakan untuk
mengalihkan perhatian umum, terutama pemuda untuk meninggalkan agamanya,
kemudian terjun ke gelanggang menyaksikan dari satu kontes ke kontes lainnya.
Manusia telah asyik tenggelam bersama alkohol dengan aromanya sampai mereguk
nikmatnya kulit-kulit mulus yang memang diperdagangkan.
Sangat lebih dahsyatnya lagi bagi generasi muda saat ini, yaitu sikap dan
prilaku seperti mengagung-agungkan idolanya lebih dari ia mengagungkan Allah
SWT, ini dapat dilihat pada saat mereka rela antri berjam-jam bahkan berhari-hari
untuk mendapatkan tiket nonton bola atau konser artis ternama. Mereka juga rela
merogoh sakunya dalam-dalam hanya untuk bertemu artis idolanya. Kemudian
tatkala mereka melihat artis idolanya maka tidak sedikit dari mereka menjerit
hiseris bahkan menangis karena perasaan bahagia yang menyelimuti hatinya.
Tentunya hal ini tidak seimbang dengan kewajiban yang mereka lakukan sebagai
seorang muslim. Ketika mereka di perintahkan Allah SWT untuk berzakat dan
bersedekah mereka enggan untuk mengeluarkan, hal ini berbeda ketika mereka
ingin membeli tiket konser. Kemudian ketika mereka diperintahkan shalat sebagai
media untuk berkomunikasi dan bertemu dengan Sang Pencipta, sulit rasannya
dijumpai mereka yang menjerit histeris atau bahkan menangis karena perasaan
bahagia menghadap-Nya.
Kejadian seperti ini menunjukkan akan kedangkalan akidah umat yang
jauh dari yang diharapkan Islam. Dari fenomena ini banyak pihak yang harus di
persalahkan dan bertanggungjawab seperti kurangnya peran orang tua terhadap
anaknya. Para orang tua sibuk seharian bekerja tanpa memperhatikan kondisi
anak dengan alasan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga
yang tidak ada habisnya. Kemudian juga dari lingkungan masyarakat yang tidak
ada rasa prihatin dan peduli akan kondisi yang seperti ini, yang sedang melanda

10
generasi mereka seperti para pengusaha jasa perfilman dan sinetron yang tidak
ambil peduli akan masalah dekandensi akidah yang terjadi dari apa yang telah
dilakukannya, mereka hanya memikirkan bagaimana bisa meraup keuntungan
sebesar-besarnya.
Pihak pemerintah juga kurang perhatian akan hal ini seperti Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang menjadi tokoh agama yang dipercaya untuk
memperhatikan akan kondisi umat Islam, namun nyatanya tidak berbuat apa-apa
atas hal ini, apakah mereka tidak menyadari ini atau bahkan tidak mau peduli
sama sekali. Demikian halnya seperti Komisi penyiaran Indonesia (KPI) yang
memilki peran penting terhadap tontonan di media televisi yang seharusnya
memiliki peraturan tayang, sehingga hal yang dapat mendangkalkan akidah di
larang atau setidaknya diminimalisir dengan jam tayang setelah pada waktu anak-
anak tidur. Namun, menurut hemat penulis langsung saja dihapuskan siaran yang
dapat merusak akidah.
4. Ucapan Salam yang mulai Hilang
Ada beberapa hal kecil yang nampaknya sepele, akan tetapi mampu
mendangkalkan akidah. Misalnya saja sisi kecil dari Islam, yaitu ucapan
”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” dikalangan pemuda masjid
atau organsasi pemuda Islam lainnya ucapan itu merupakan hal yang wajar dan
memang harus dilestarikan. Namun, bagi komunitas umum ucapan salam seperti
ini menjadi suatu yang aneh bila di ucapkan bahkan dikatakan kurang pergaulan
(kuper). Mereka lebih bangga bila mengucapkan “selamat malam”. Salam dengan
”Selamat siang” dan “selamat malam” lebih dipopulerkan, bahkan dalam
pertemuan yang tidak diselenggarakan di masjid, seperti ketika menyampaikan
sambutan/pidato ucapan ini menjadi tabu, seolah-olah hanya layak dipakai di
masjid dikala berkhutbah saja, sedangkan Islam itu luwes, dapat dipakai tanpa
memperhatikan apakah ini siang, sore atau malam, di ujung pencakar langit atau
di surau di ujung desa.
Padahal ucapan salam yang diajarkan oleh Islam merupakan salam yang
mengandung makna dan doa bagi yang mengucapkan dan yang menjawabnya.
Bahkan ada hukum yang terkandung didalamnya yaitu, sunah hukumnya bagi

11
yang mengucapkan dan wajib hukumnya bagi yang menjawabnya. Dari ucapan
salam yang diajarkan Islam ini sudah merupakan perbuatan amal ibadah, begitu
indahnya Islam mengajarakan kepada umat, namun ini tidak disadari oleh umat
islam itu sendiri khusunya generasi muda. yang lebih aneh dan lucu mereka malu
kalau mengucapkan salam seperti itu dan lebih bangga jika mengucapkan selamat
malam. Padahal seyogyanya salam seperti itu adalah ucapan umat non muslim.
Hal kecil dan sepele seperti ini haruslah diperhatikan, karerna dapat
mendangkalkan dan mengurangi kekuatan akidah umat dan ini harus ada
kerjasama dari segala pihak, jika tidak maka sulit untuk mewujudkan akidah yang
benar sesuai yang diajarkan Islam.
Dalam keluarga mungkin telah maksimal orangtua memerankan diri untuk
menanamkan keyakinan (akidah) kepada anaknya, tetapi bisa kabur dan dangkal
kembali bila lingkungan masyarakat dan pemerintah tidak menunjang ke arah itu.
Semua pihak harus kompak dan bekerjasama untuk memberikan contoh dan
memberikan solusi terhadap pristiwa yang saat ini sudah merusak dan
mendangkalkan akidah. Umat Islam khususnya generasi muda harus bangga
dengan ucapan salam yang telah diajarkan, dan harus mensosialisasikan kepada
seluruh umat manusia di muka bumi ini, bahwa sesungguhnya Islam merupakan
agama yang paling benar dan ucapan salam yang diajarkan ada sebaik-baiknya
ucapan salam. Jika ini bisa diterakan tentunya akan membuat Islam menjadi
agama yang kuat dan Allah SWT akan memberikan rahmat serta lindungan-Nya
kepada bangsa ini dengan menjadikan negeri ini negeri yang makmur dan bebas
bencana serta musibah.

D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan
mendasar tentang pendangkalan akidah pada generasi muda yang terjadi saat ini,
yaitu :
a. Sebagai generasi muda haruslah tahu tentang ajaran Islam dengan benar,
terlebih kepada permasalahan pendangkalan akidah seperti yang dipaparkan di
atas yang saat ini sudah mulai terlupakan dan menjadi hal biasa. Agar masalah
pendangkalan akidah yang terjadi saat ini pada generasi muda bisa diatasi

12
maka harus segera dicarikan solusi yang tepat, karena jika tidak segera maka
pendangkalan akidah ini akan merambat kepada dekadensi moral yang menuju
kemaksiatan. Hal ini sangat berbahaya, karena jika tidak ada pergerakan
penyelamatan yang pada akhirnya akan mengundang murka Allah SWT
dengan diturunkan berbagai bencana dan musibah, bahkan bisa saja
dihancurkan-Nya seperti yang menimpa kaum Nabi Luth a.s. tentunya akan
membuat negeri ini menjadi negeri yang hancur berantakan. Oleh karena
itulah diperlukan pergerakan penyelamatan dengan secepat mungkin.
b. Banyak pihak yang bertanggungjawab atas pendangkalan akidah generasi
muda, pertama orang tua. Orang tua sebagai suri tauladan dan panutan dalam
sebuah lingkungan keluarga haruslah mampu menanamkan nilai-nilai akidah
yang benar bagi anak mereka agar menjadi pondasi awal yang kokoh dari
proyek-proyek pendangkalan akidah yang dipelopori oleh kaum misioneris
Kristen. Kemudian juga perlunya dukungan yang baik dari masyarakat sebagai
tempat lingkungan generasi muda berbaur dalam kehidupannya, dengan
menjadi masyarakat yang madani dengan menjunjung tinggi nilai-nilai akidah
Islam. Terakhir pemerintah sebagai “Ulil Amri” yang bertanggung jawab atas
seluruh aspek kehidupan dalam wilayah kepemimpinannya, dengan
kekuasaannya ia akan dipertanggungjawabkan kelak diakhirat atas apa yang ia
perbuat untuk agamanya dalam membimbing generasi muda sebagai penerus
tongkat estapet kepemimpinan.
2. Saran
1. Kepada generasi muda harus segera kembali kepada akidah yang benar, dan
menolak segal macam bentuk pendangkalan akidah dengan cara memperdalam
ilmu agama dan meramaikan majelis taklim serta kajian-kajian Islam.
2. Kepada orang tua dan mayarakat harus memperhatikan generasi muda dan
mencegah dari segala macam bentuk pendangkalan akidah
3. Pemerintah sebagai penanggungjawab utama harus mencegah segala macam
bentuk program pendangkalan akidah dengan membuat aturan dan undang-
undang terhadap segala aspek yang dapat mendangkalkan akidah generasi
muda.

13
Daftar Pustaka
A. Jamrah Suryan, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: UIN SUSKA Riau dan
LSFK2P, 2007
Anwar Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: AMELIA, Tanpa
Tahun.
Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu
Katsir, jilid 8, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.
Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
jilid 9, Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Shihab M.Quraish, Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Tanpa Penerbit dan Tanpa
Tahun. 2011.
Bakhri Syuhada, Konsentrasi kami Mulai Keperbatasan, Jakarta: Majalah
Tazakka, Edisi Januari 2011.
Alu Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahim Bin Ishaq, Tafsir ibnu
Katsir, jilid 2, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2006.
Kusnadi, Akidah Islam Dalam Konteks Ilmiah Populer, Jakarta: Amzah, 2007.
Al-Qahthani Syaikhmsaid Bin Ali Bin Wafh, Syarh Aqidah Wasyithiyah, Solo:
At-Tibyan.Com, Tanpa Tahun
Jaiz Ahmad Hartono dkk, Sumber-Sumber Penghancur Akhlaq Islam, Jakarta:
Pustaka Nahi Munkar, 2010.
Departemen Kementrian Agama, Al-Qur’anulkarim, Bandung: PT. Sygma
Examsdia Arkanleema. Tanpa Tahun

14
15

Anda mungkin juga menyukai