Makalah Kelompok
Di susun oleh
Kelompok 5 :
Zalva (
Hara (
Puji dan syukur kita panjatkan kekhadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami, dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw,
para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selalu umatnya. Seiring dengan
berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantas nya lah kami mengucapkan terima kasih kepada
kawan kawan yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami juga menyadari
masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini. Selain itu, kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2.1 Definisi Justifikasi Ekonomi Islam...................................................................................................4
2.2 Pengertian Ekonomi Islam................................................................................................................4
2.3 Landasan Hukum Ekonomi Islam.....................................................................................................5
I. AL-QUR’AN...............................................................................................................................6
II. Hadist dan Sunnah.......................................................................................................................7
III. Ijma..........................................................................................................................................8
IV. Ijtihad dan Qiyas......................................................................................................................8
2.3 Mazhab dalam ekonomi islam..........................................................................................................9
1) Mazhab Iqtishaduna.....................................................................................................................9
2) Mazhab Mainstream..................................................................................................................10
3) Mazhab Alternatif–Kritis...........................................................................................................11
2.4 Latar Belakang Islamisasi Ilmu Ekonomi.......................................................................................12
2.5 Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu dan Norma...............................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
KESIMPULAN.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia ekonomi kini telah mengalami polarisasi dari dua kekuatan sistem
ekonomi, yaitu Sistem Ekonomi Konvensional dan Sistem Ekonomi Islam. Sistem
Ekonomi Konvensional merupakan sistem ekonomi yang banyak digunakan oleh
berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Eknomi konvensional merupakan
sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh kepada setiap orang untuk
melakukan kegiatan perekonomian, pemerintah juga bisa ikut andil untuk memantau
kegiatan perekonomian yang berjalan, bisa juga tidak. Sistem ekonomi konvensional
sendiri juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sosialis.
1
Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam Volume 7 No. 2 Juli - Desember 2016 P-ISSN: 2085-3696; E-ISSN: 2541-
4127 Page: 183 - 204
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan kami menyusun makalah yang berjudul Justifikasi Ekonomi Islam tak
lain hanya karena untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pembimbing. Di
samping itu kami bertujuan agar kami dan kawan kawan yang membaca makalah ini
dapat memahami pertimbangan ataupun justifikasi ekonomi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), 4-7.
dalam situasi tertentu. Semua data tidak dapat diketahui dan ramalan berdasarkan data
yang diketahui yang ada kemungkinan untuk direkayasa oleh pengaruh data yang tidak
diketahui.
Ada berbagai metode pengambilan hukum (istinbath) dalam Islam, yang secara
garis besar dibagi atas yang telah disepakati oleh seluruh ulama dan yang masih
menjadi perbedaan pendapat, di mana secara khusus hal ini dapat dipelajari dalam
disiplin ilmu ushul fiqh. Dalam pembahasan ini hanya akan dijelaskan metode
pengambilan hukum yang telah disepakati oleh seluruh ulama, terdiri atas Alquran,
hadis dan sunah, ijma, ijtihad, serta Qiyas.6
I. AL-QUR’AN
Merupakan Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Alquran.
Alquran merupakan amanat sesungguhnya yang disampaikan Allah melalui perantara
Nabi Muhammad SAW untuk membimbing umat manusia. Amanat ini bersifat
universal, abadi dan fundamental. Pengertian Alquran adalah sebagai wahyu Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (baik isi maupun redaksi) melalui
perantaraan malaikat Jibril. Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Alquran sebagai
berikut. “Alquran adalah Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan
dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”. Adapun Muhammad Ali ash-
Shabuni mendefinisikan Alquran sebagai berikut: "Alquran adalah firman Allah yang
tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan
Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup
dengan surat An-Naas". Makna Alquran secara ishtilaahi, adalah “Firman Allah SWT
yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi
oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi
berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar”.
III. Ijma
Ijma sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari
masyarakat maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara
sunah dan ijma terletak pada kenyataan bahwa sunah pada pokoknya terbatas
pada ajaran-ajaran Nabi dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan
sumber bagi penyampaiannya. Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum
baru 7yang timbul sebagai akibat dari penalaran atas setiap perubahan yang
terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi. Ijma dalam pengertian
bahasa memiliki dua arti. Pertama, berupaya (tekad) terhadap sesuatu.
disebutkan “ ”أجمع فالن على األمرberarti berupaya di atasnya.
7
Al Arif, M. Nur Rianto. (2010). Teori Makroekonomi Islam: Konsep, Teori dan Analisis. (Bandung: Alfabeta)Hlm, 78
2.3 Mazhab dalam ekonomi islam
Ekonomi konvensional mempunyai paradigma yang berbeda dengan ekonomi
Islam. Oleh karena ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler
dan sama sekali tidak memasukkan faktor X (yaitu faktor Tuhan) di dalamnya
sehingga ekonomi konvensional menjadi suatu bidang ilmu yang bebas nilai
(positivistik). Sementara ekonomi Islam dibangun di atas prinsip-prinsip syariah.
Dalam tataran ini, ekonom muslim tidak berbeda pendapat. Namun, ketika diminta
untuk menjelaskan apa dan bagaimana konsep ekonomi Islam itu mulai muncullah
perbedaan pendapat. Sampai saat ini pemikiran para ekonom muslim kontemporer
terbagi atas tiga mazhab. Kenapa pemikiran para ekonom muslim ini dapat dikatakan
sebagai mazhab? Sebab pemikiran-pemikiran mereka telah tersusun secara sistematis.
Tiga mazhab tersebut adalah mazhab:
1. Iqtishaduna,
2. Mainstream,
3. Alternatif-kritis.
1) Mazhab Iqtishaduna
2) Mazhab Mainstream
Mazhab kedua ini berbeda pendapat dengan mazhab pertama. Mazhab kedua
atau yang lebih dikenal dengan mazhab mainstream ini justru setuju bahwa masalah
ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan
manusia yang tidak terbatas. Dalil yang dipakai adalah Alquran surat Al Baqarah ayat
155. “Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-
orang yang sabar”.
Salah seorang tokoh mazhab ini Umer Chapra mengatakan bahwa usaha
pengembangan ekonomi Islam bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis yang
baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh para ekonom konvensional Yang
bermanfaat diambil, yang tidak bermanfaat dibuang sehingga terjadi suatu proses
transformasi keilmuan yang diterangi dan dipandu oleh prinsip-prinsip syariah Islam
sebab keilmuan yang saat ini berkembang di dunia Barat pada dasarnya merupakan
pengembangan keilmuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim pada era
dark ages sehingga bukan tak mungkin ilmu yang berkembang sekarang pun masih
ada beberapa yang sarat nilai karena merupakan pengembangan dari pemikiran
ilmuwan muslim terdahulu.
3) Mazhab Alternatif–Kritis
Mazhab ketiga dipelopori oleh Timur Kuran, Jomo, Muhammad Arif, dan lain-lain.
Mazhab ini mengkritik kedua mazhab sebelumnya. Mazhab pertama dikritik sebagai mazhab
yang berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang pada hakikat aslinya sudah ditemukan
oleh orang lain. Mereka menghancurkan teori lama, untuk kemudian menggantinya dengan teori
baru yang notabenenya sebagian telah ditemukan.
Sedangkan mazhab kedua dikritik sebagai jiplakan dari ekonomi konvensional dengan
menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat. Mazhab ketiga ini
merupakan mazhab yang kritis, mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus
dilakukan terhadap ekonomi konvensional yang telah ada, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu
sendiri. Ekonomi Islam muncul sebagai tafsiran manusia atas Alquran dan Sunah, di mana
tafsiran ini bisa saja salah dan setiap orang mungkin mempunyai tafsiran berbeda atasnya. Setiap
teori yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya agar ekonomi Islam
dapat muncul sebagai rahmatan lil-alamin di dunia ini.8
Contoh lain, misalnya tentang fakta bahwa kebanyakan orang akan mengonsumsi barang
dan jasa apa saja sepanjang memberikan kepuasan maksimal adalah ekonomi positif, sementara
anjuran agar tidak semestinya segala nafsu mencari kepuasan dipenuhi adalah pernyataan
normative. Ilmu ekonomi konvensional melakukan pemisahan secara tegas antara aspek positif
dan aspek normatif. Pemisahan aspek normative dan positif mengandung implikasi bahwa fakta
ekonomi merupakan suatu yang independen terhadap norma; tidak ada kausalitas antara norma
dengan fakta. Dengan kata lain, realitas ekonomi merupakan suatu yang bersifat independen, dan
karenanya bersifat objektif-dan akhirnya berlaku universal. Hukum penawaran, misalnya yang
menyatakan bahwa jika harga suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang ditawarkan
akan meningkat, cateris paribus- adalah pernyataan positif. Hukum tersebut berlaku karena para
produsen memandang bahwa kenaikan harga barang adalah untuk mencetak keuntungan
(pendapatan) setinggitingginya.
Teori ini tidak menjelaskan faktor apakah yang mendorong dan mengharuskan produsen
untuk mencari keuntungan maksimum, yang sebenarnya hal ini merupakan pernyataan
normative. Hal-hal yang bersifat normative dianggap sebagai sesuatu yang telah ada sebelumnya
(given) dan berada di luar batas analisis ekonomi.
Salah satu kritik utama para pemikir Islam terhadap ilmu ekonomi konvensional, terutama
kapitalisme, adalah adanya kecenderungannya untuk mengklaim bebas nilai (Value free), serta
mengabaikan pertimbangan moral. Kritik ini muncul dari pengamatan berikut ini.
a. Ilmu ekonomi konvensional cenderung berbicara pada dataran positif (positive economics)
dengan alasan menjaga objektivitas ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, ilmu ekonomi
dianggap benar-benar independen terhadap norma atau nilai. Norma yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan ekonomi dipandang sebagai sesuatu yang given sehingga tidak
membuka peluang untuk dilakukannya perubahan norma sebagai perubahan ilmu ekonomi.
b. Teori model kebijakan dan masyarakat ekonomi yang dikembangkan selama 2 abad terakhir
berada dalam lingkup tradisi materialisme.
c. Tradisi pemikiran neo klasik, yang merupakan mazhab pemikiran ekonomi mainstream saat
ini, cenderung menempatkan filsafat individualisme, merkantilisme, dan utililitarisme sebagai
dasar dalam penyusunan teori dan model ekonominya. Sebenarnya fenomena pendikotomian
normative dan positif dalam ekonomi konvensional adalah menyimpang dari sejarah awalnya.
Buku tentang ekonomi yang pertama ditulis oleh Adam Smith adalah Theory of Moral Sentiment
(1759) tidak mendikotomikan realitas dan norma, sebelum kemudian ia menulis buku An Inquiry
into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776). Upaya untuk menanggalkan baju
moral sebenarnya telah berawal dari Adam Smith sendiri, setidaknya hal ini tampak pada dua
buku tersebut. Namun, ‘’politifisasi’’ ilmu ekonomi baru berkembang pesat pada masa
kemudian, terutama dipelopori oleh David Ricardo dan diperkuat oleh fondasi pemikiran dari
Alfred Marshal. Stanley Jevons, dan Walras pendiri aliran neo klasik. Mereka dengan
menggunakan perangkat matematika ekonominya, dengan kalkulus diferensial dan persamaan
simultannya telah membawa ilmu ekonomi semakin jauh dari matriks norma/budaya.
ilmu ekonomi konvensioanal saat ini masih mengandung banyak kerancuan. Ilmu
ekonomi konvensional telah dibangun di atas dua himpunan tujuan yang berbeda. Salah satunya
disebut tujian ‘positif ‘, yang berhubungan erat dengan usaha realisasi secara efisien dan adil
dalam proses alokasi dan distribusi sumber daya ekonomi. Tujuan lainnya, yaitu tujuan
normative, yang diekpresikan dengan usaha penggapaian secara universal tujuan social ekonomi
untuk pemenuhan kebutuhan hidup, full employment, tingkat pertumbuhan ekonomi yang
optimal, distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata, dan lain-lain.
Adanya tujuan yang berbeda ini telah menyebabkan ketidakefektifan ilmu ekonomi
konvensional dalam menggapai tujuannya, sebab keduanya berhubungan erat. Dapat atau
tidaknya tujuan normative dan positif tersebut bersifat konsisten akan sangat tergantung
bagaimana tujuan-tujuan tersebut didefinisikan. Jadi, sebenarnya selalu ada kaitan antara positif
dan normative, ia tidak dapat didikotomisasikan secara kaku. Oleh karena itu, ekonomi Islam
pada dasarnya mengedepankan pendektan integrative antara normative dan positif. Islam
menempatkan nilai yang tercermin dalam etika pada posisi yang tinggi. Jadi, etika harus menjadi
kerangka awal dalam ilmu ekonomi.
Penjelasan, pemahaman dan penilaian tujuan ekonomi harus dilakukan dengan kerangka
ilmu social yang integral, tanpa mendikotomikan etika dan realita secara absolut. Integrasi etika
dan realita dalam pandangan Islam tentu saja bukan seperti pemahaman Max Weber tentang
wertfrei, sebab dalam pandangan Islam etikalah yang harus menguasai ilmu ekonomi bukan
sebaliknya. Dalam pandangan Islam hidup seorang manusia harus dituntun oleh syariat Islam
secara keseluruhan, dan inilah misi utama eksistensi manusia di muka bumi. Syariah Islam telah
menyediakan perangkat yang lengkap sebagai sistem kehidupan (manhaj al-hayah) dan sarana
kehidupan (wasilah al-hayyah). Sebagai konsekuensi bahwa ekonomi Islam hanya ditujukan
untuk mendapatkan falah , maka ekonomi Islam tidak hanya dapat dipandang sebagai deskripsi
empiris atas perilaku umat Islam, namun juga membentuk suatu perekonomian yang mampu
membawa manusia untuk mencapai falah tersebut.10
10
Ghofur, Abdul. Pengantar Ekonomi Syariah. (Depok: Rajawali Pers. 2017) hlm, 49-53
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Justifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya putusan (alasan,
pertimbangan) berdasarkan hati Nurani.. Justifikasi adalah pembenaran sekaligus merupakan
alasan, pertimbangan, bukti, atau fakta yang membuat tindakan atau keputusan yang diambil
menjadi wajar atau benar. Justifikasi merupakan pembuktian atau proses untuk menyodorkan
fakta yang mendukung suatu hipotesis atau proposisi. Menurut M. Ansjar, justifikasi adalah
suatu proses pembuktian atas suatu pernyataan yang didasarkan pada definisi, teorema, lemma
yang sudah pernah dibuktikan sebelumnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kami dapat
menyimpulkan bahwa justifikasi adalah proses membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan
dengan cara memberikan alasan. Ekonomi sesungguhnya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari ajaran Islam, karena Islam pada hakekatnya merupakan ajaran yang bersifat
syumuliyah, yaitu mencakup seluruh bidang kehidupan
Landasan hokum ekonomi islam antara lain yaitu, terdiri atas Alquran, hadis dan sunah,
ijma, ijtihad, serta Qiyas. Pemahaman tentang terminologi ekonomi positif (Positive Economics)
dan ekonomi normative (normative economics) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
mempelajari ekonomi Islam. Ekonomi ‘positif membahas mengenai realitas hubungan ekonomi
atau membahas sesuatu yang senyatanya terjadi, sementara ekonomi ‘normatif’membahas
mengenai apa yang seharusnya terjadi atau apa yang seharusnya dilakukan. Keharusan ini
didasarkan atas nilai (value) atau norma (norm) tertentu, baik secara eksplisit maupun implisit.
Kemiskinan yang terjadi di negara-negara berkembang tidak seharusnya semakin memburuk
adalah contoh pernyataan normative.
Dalam memahami Islam bukan hanya memahami pengetahuan dan nilai-nya yang benar,
namun proses memahami pun sepatutnya sesuai dengan apa yang ingin disampaikan, sehingga
akan maksimal proses transfer tersebut begitu juga hasil yang akan didapat. Islam sebagai sebuah
nilai yang terkandung didalamnya hukum dan pengetahuan yang paling tepat untuk dijadikan
rujukan bagi hidup dan kehidupan manusia, haruslah secara utuh dipahami bentuknya. Dari nilai
akidah, nilai akhlak sampai pada ketentuan syariahnya. Dengan demikian, proses penyampaian
Islam sebagai sebuah nilai haruslah sesuai dengan kaidah Islam itu sendiri, terlebih lagi ketika
Islam memiliki panduan dalam berprilaku termasuk prilaku belajar dan mengajar. Otomatis
panduan tersebut sangat mempengaruhi mekanisme pengajaran ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam Volume 7 No. 2 Juli - Desember 2016 P-ISSN: 2085-
3696; E-ISSN: 2541-4127 Page: 183 – 204
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan
Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 4-7.
Mannan, M. Abdul. (1992). Ekonomi Islam: Teori dan Praktik. Jakarta: Intermasa. Hlm, 30
Al Arif, M. Nur Rianto. (2010). Teori Makroekonomi Islam: Konsep, Teori dan Analisis.
(Bandung: Alfabeta)Hlm, 78
Syamsul Arifin,et al, Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: Sipress,
1996) hlm. 77
Ghofur, Abdul. Pengantar Ekonomi Syariah. (Depok: Rajawali Pers. 2017) hlm, 49-53