Anda di halaman 1dari 12

Makalah

KECERDASAN INTUITIF DAN REFLEKTIF


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Matematika
Dosen Pengampu: Naili Luma’ati Noor, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 9 :
Pramudya Hilma Khoirunnisa (1810610101)
Siti Ghoyatul Muna (1810610112)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A.   Latar Belakang Masalah................................................................................1

B.   Rumusan Masalah.........................................................................................3

C.   Tujuan Penulisan...........................................................................................3

C.   Manfaat Penulisan.........................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

A. Kecerdasan Intuitif..........................................................................................5

B. Kecerdasan Reflektif.......................................................................................8

C. OPO YOOOOO??.............................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Simpulan...........................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada


kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini
yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi
siswa. Padahal, matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi
salah satu pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu
jenjang pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi
tenaga kerja bidang tertentu. Melihat kondisi ini berarti matematika tidak hanya
digunakan sebagai acuan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga
digunakan dalam mendukung karier seseorang.
Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang
semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang cerdas, terampil dalam suatu
bidang, serta kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut
perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk
matematika. Dengan pembelajaran matematika, dapat melatih siswa agar mampu
dan terbiasa berpikir kritis serta meningkatkan intelegensi/kecerdasannya.
Kecerdasan sendiri yaitu kemampuan dalam menggunakan pengetahuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi lingkungan secara efektif.
Karakteristik siswa dalam proses pembelajaran matematika lebih
mengarah kepada hal-hal yang terkait dengan individual siswa, spesifiknya pada
tingkat kecerdasan atau kemampuan intelektual siswa, baik yang bersifat bakat
sebagai sebuah kelebihaan atau lebih dikenal dengan intelegensi maupun sikap
yang berasal dari emosi atau lebih dekatnya sebagai wujud implementasi
emosional siswa. Karakteristik psikologis siswa tidak bisa terlepas dari
kepribadian. Hal itu di dasarkan pada sifat matematika itu sendiri yang merupakan
bagian dari ilmu yang tidak bisa dipecahkan tanpa pengendalian dan pemanfaatan

1
intelegensi dan pemikiran yang seksama berdasarkan kemampuan dan
pengalaman yang telah ditemukan. Lebih spesifiknya bisa didefinisikan sebagai
sebuah kepribadian. Menurut Santrock (2009) keperibadian merujuk pada
pemikiran, emosi, dan prilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu
menyesuaikan diri dengan dunia.1
Dari pengertian kepribadian di atas, kita bisa memperhatikan aspek
kecerdasan intuitif dan reflektif yang berkembang dan tumbuh dalam diri setiap
siswa yang menjadi bagian dari himpunan siswa di kelas. Dua hal tersebut
merupakan bagian dari faktor utama yang sangat berperan dalam aktivitas dan
mendukung kemampuan siswa. Pemahaman karakteristik siswa secara utuh akan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendidik terutama dalam
menentukan langkah-langkah atau metode yang akan di tempuh dalam proses
pembelajaran serta dapat menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan tingkat
kebutuhan siswa secara proporsional dan kondisional.

Agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dan mendapat hasil yang


maksimal, seorang pendidik harus memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
sehingga bisa melakukan perbaikan dan menjadikan kekurangan yang ada pada
setiap siswa sebagai sebuah motivasi untuk merangsang mereka supaya lebih aktif
dan kreatif menemukan rumus atau formula baru yang menunjangdalam
memahami setiap mata pelajaran yang akan atau sedang ditempuh. Dengan kata
lain, kekurangan menjadi motivasi utama untuk melakukan perubahan secara
menyeluruh guna mencapai tujuan utama dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan.

Kaitannya dengan pembelajaran matematika, memahami karakteristik


siswa dalam proses pembelajaran menjadi salah satu hal yang tidak boleh
ditinggalkan. Hal tersebut dibutuhkan agar pengaplikasian pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa bisa dimanfaatkan dengan semestinya dalam kehidupan sehari-

1
Syukrul Hamdi, Memahami Karakteristik Psikologis Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Berdasarkan Kecerdasan Intuitif Dan Reflektif. Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, (2012): 2, diakes pada 6 Februari, 2020,
https://eprints.uny.ac.id/10102/

2
hari. Di samping itu, pengetahuan pendidik akan karakteristik siswa nantinya bisa
membantu dalam mengarahkan dan memberi penjelasan yang berujung pada
pemahaman optimal dari para siswa secara merata dan menyeluruh.

Mengembangkan kecerdasan intuitif dan reflektif perlu menjadi fokus dan


perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan
karakteristik keilmuan matematika. Tetapi dalam praktiknya, fokus dan perhatian
pada upaya meningkatkan kecerdasan intuitif dan reflektif dalam matematika
jarang dikembangkan. Padahal kecerdasan itu yang sangat perlu mendapat
perhatian agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ini


adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kecerdasan intutif dalam matematika?


2. Bagaimana kecerdasan reflektif dalam matematika?
3. ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasar pada rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah


ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui kecerdasan intuitif dalam matematika.


2. Untuk mengetahui kecerdasan reflektif dalam matematika.
3. Untuk mengetahui

3
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dimaksudkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangan teoritis terhadap para guru maupun calon guru
khususnya matematika mengenai kecerdasan intuitif dan reflektif siswa
dalam bermatematika.
2. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini dimaksudkan dapat memberikan
pandangan atau arahan bagi para calon guru agar dapat menciptakan
proses pembelajaran matematika yang efektif yang mampu meningkatkan
daya berpikir kritis siswa disesuaikan dengan kecerdasan intuitif dan
reflektif yang dimiliki siswa tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Intuitif

Dalam KBBI (2002), intuisi adalah bisikan hati; gerak hati; kemampuan
mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari. 2 Wild
(1938) memandang intuisi sebagai suatu kesadaran (awareness) yang cepat
tanpa bantuan indera ataupun penalaran untuk memperoleh pengetahuan.
Kemudian Bruner (1963/1977) memaknai intuisi sebagai suatu tindakan untuk
mendapatkan suatu makna, signifikansi, struktur atau situasi dari masalah tanpa
ketergantungan secara eksplisit pada peralatan analitik yang dimiliki seorang
ahli. Bruner memberikan contoh situasi dalam matematika bagaimana intuisi
dimaknai. Contoh pertama, adalah seseorang dikatakan berpikir secara intuitif,
bila ia telah banyak bekerja dalam suatu masalah dalam periode waktu lama. Ia
dapat segera memberikan solusi masalah didasarkan atas sesuatu yang pernah
ia buktikan secara formal sebelumnya. Contoh kedua, seseorang disebut
matematikawan intuitif yang baik bila orang lain datang menyodorkan masalah
padanya, dia akan dengan sangat segera memberikan tebakan yang baik untuk
solusi masalah, atau dapat dengan segera memberika beberapa pendekatan
alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut kita bisa menemukan sifat umum dari


intuisi tersebut, yaitu mengarah pada spontanitas secara tidak tersadar. Jadi,
kecerdasan intuitif adalah kemampuan manusia untuk memperoleh
pengetahuan langsung atau wawasan langsung tanpa melalui observasi atau
penalaran terlebih dahulu. Pemikiran-pemikiran cerdas ilmuan banyak yang
lahir dari kecerdasan ini, yang mana mereka berani berbeda dengan pemikiran
banyak orang.
2
Syukrul Hamdi, hlm 3.

5
Terdapat dua jenis pendefinisian intuisi yang berbeda berdasarkan
pendapat para ahli. Jenis pertama, intuisi dipahami sebagai hasil atau dampak
(outcome) dari suatu proses kognitif seperti yang didefinisikan oleh Rorty
(1967, dalam Dane & Pratt, 2007: 34), Fischbein (1987: 14), Hersh (1997: 65)
dan Kahneman (2002: 449). Sedangkan jenis kedua, intuisi dipahami sebagai
sebuah proses (proses intuitif). Contohnya adalah yang dikemukakan oleh Jung
(1921) dan Wescott & Ranzoni (1963, dalam Dane & Pratt, 2007: 34), yaitu
cara untuk memahami dan memilah data / informasi. Setidaknya ada tiga ciri
utama dari proses intuitif yaitu: (a). proses dilakukan atau terjadi dibawah sadar
(nonconscious) individu; (b). adanya keterlibatan rasa dan emosi individu
didalamnya ; (c). proses terjadi dengan cepat tampak seperti “otomatis”.3

Pada tingkat intuitif, kita menyadari bahwa melalui reseptor/ alat indera
(terutama penglihatan dan pendengaran), kita dapat mengetahui lingkungan
luar. Hal ini dikarenakan, secara otomatis data tersebut diklasifikasikan dan
dihubungkan dengan data serupa yang sudah ada. Dengan otot-otot yang
dimiliki, kita dapat menggerakan kerangka untuk berbuat pada lingkungan luar
(deskripsi terdiri atas berkata dan menulis). Aktivitas ini banyak dikontrol dan
diarahkan oleh umban balik, informasi selanjutnya mengenai kemajuan dan
hasilnya dapat diketahui melalui reseptor luar kita. Dalam banyak kasus, hal
tersebut dapat berhasil sepenuhnya tanpa adanya kesadaran dari proses
intervensi mental.4 Contoh, ketika membaca secara keras, mengemudi
kendaraan, atau menjawab pertanyaan “6 + 5?”. Berikut adalah skema
kecerdasan intuitif:

3
Agus Sukmana, Profil Berpikir Intuatif Matematik. Jurnal LPPM 9, no.3 (2011): 20,
diakses pada 7 Februari, 2020, http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/2758.
4
Richard R. Skemp, Psikologi Belajar Matematika, terj. Pasukan Mascot 2012 (Pend.
Matematika A Fmipa Uny 2012), 23

6
Penerima-Penerima
Kegiatan-Kegiatan
Mental Perantara

Lingkungan Luar
Pelaksana-Pelaksana

Beberapa hasil penelitian (Dane & Pratt, 2009) melaporkan bahwa intuisi
setidaknya berperan dalam tiga aspek berikut, yaitu sebagai sarana untuk
pemecahan masalah, sebagai masukan untuk membuat keputusan moral, dan
sebagai instrumen untuk memfasilitasi kreatifitas.5 Konseptualisasi dari intusi
yang paling umum adalah merujuk pada intuisi pemecahan masalah. Intuisi ini
hadir dan digunakan ketika berhadapan dengan dilema pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan. Proses yang mendasari intuisi pemecahan
masalah adalah mencocokan pola yang dapat dipertajam melalui pelatihan dan
latihan berulang. Tidak peduli bagaimana kompleksnya struktur kognitif
seseorang, intuisi pemecahan masalah terlibat pada situasi saat ini ditinjau dari
kesamaan dan perbedaannya dengan pengalaman masa lalu.

Apabila dikaitkan dengan pemahaman matematika maka proses tersebut


bisa dimanfaatkan oleh pendidik melalui rangsangan berupa pemberian soal
yang dilakukan secara berulang untuk melihat apakah hal tersebut terjadi
kembali sehingga bisa digeneralisasikan untuk mendapatkan solusi yang
berperan dalam peningkatan kualitas ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa. Bagi siswa jenis intuitif, mereka lebih mengandalkan intuisi dan firasat
(hunches) dalam belajar. Mereka mencari hubungan dan pola sebagai sarana
untuk memahami fakta-fakta. Metode penemuan (discovery) lebih menarik

5
Agus Sukma, hlm 24.

7
dibandingkan metoda ceramah bagi siswa jenis intuitif, karena mereka pada
umumya ingin melihat bagaimana suatu teori berkembang dan bekerja.

Akan tetapi, siswa yang masih pada tahap intuitif, biasanya banyak
tergantung pada cara penyajian materi oleh guru.6 Jika konsep baru yang
didapati sangat jauh dari skema yang ada, mungkin dia tidak mampu
mengasimilasikannya; khususnya karena tingkat akomodasi yang mungkin
pada tingkat intuitif lebih rendah daripada yang dicapai dengan refleksi. Maka
pada tahap-tahap awal, guru harus menganalisis konseptual siswa secara
cermat sebagai dasar merencanakan pembelajaran, sehingga siswa dapat
melakukan sintesa struktur-struktur dalam ingatannya sendiri. Itulah hal yang
harus diperhatikan, tidak peduli apakah pembelajaran terjadi langsung oleh
guru, maupun pembelajaran tidak langsung (dari buku). Pembelajaran langsung
oleh guru mempunyai keuntungan yaitu pertanyaan dapat diajukan, penjelasan
dapat diberikan; dan bahkan keuntungan yang lebih besar bahwa guru yang
sensitif dapat mempersepsikan perkembangan skema tiap siswanya, dan
mengajarkan materi yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Pendekatan ini
lebih fleksibel, disesuaikan dengan penguasaaan siswa sehingga tidak harus
tepat sesuai rencana yang telah disiapkan.

B. Kecerdasan Reflektif

C. OPO YOO???

6
Syukrul Hamdi, hlm 5.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Hamdi, Syukrul. Memahami Karakteristik Psikologis Siswa Dalam Pembelajaran


Matematika Berdasarkan Kecerdasan Intuitif Dan Reflektif. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, (2012) - 6
Februari 2020 - https://eprints.uny.ac.id/10102/
Skemp, Richard R.. Psikologi Belajar Matematika, terj. Pasukan Mascot 2012
(Pend. Matematika A Fmipa Uny 2012).
Sukmana, Agus. “Profil Berpikir Intuitif Matematik”. Jurnal LPPM 9, no.3
(2011) - 7 Februari, 2020 -
http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/2758.

9
10

Anda mungkin juga menyukai