Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Realisme Aristoteles dengan baik. Shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Qira’ah dan
Ibadah, tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai Realisme Aristoteles.
Akhir kata kami selaku penulis makalah mohon maaf apabila di dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap teman-teman
untuk memberikan kritik dan saran agar kami dapat mengevaluasi untuk kedepannya.
Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
Forma dan Materia, Teori 4 Causa
Kategori, Induksi-Deduksi, Logika
Eudaimona, Praxis, dan Keutamaan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah filsafat, selain Plato, tokoh yang paling berpengaruh dan menyita
perhatian publik luas hingga saat ini adalah Aristoteles. Banyak komentator semisal
Coleridge, sampai demikian jauh membagi manusia menjadi dua kelompok:
Platonian dan Aristotelian. Kendati pembagian ini terkesan serampangan dan terlalu
menyederhanakan, namun itu juga tidak sertatus persen bisa disalahkan. Sebab,
memang pada satu sisi karakter orang cenderung idealis sama seperti tokoh pemikir
Plato, di sisi lain ada juga tipe manusia yang pragmatis dalam melihat persoalan
seperti Aristoteles.
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Forma, Materia, dan Teori 4
Causa Aristoteles.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kategori, Induksi-Deduksi, dan
Logika Aristoteles.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Eudaimona, Praxis, dan
Keutamaan Aristoteles.
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika karena karya-
karyanya yang berisi pandangan-pandangan dia tentang persoalan filsafat seperti
negara, logika, metafisika dan lain sebagainya. Bila orang-orang shopis banyak
yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles
dalam Metaphysic menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran.
Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti “sungguh-sungguh,
nyata, atau benar”. Sepanjang sejarah, realisme memiliki tema umum, yang disebut
prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan
dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa
realisme menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata.1
Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi.
Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam
bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai yang
sesungguhnya. Sehingga filsafat Aristoteles disebut realisme.
Aristoteles memiliki konsep tentang paham yang baik atau hidup yang baik tidak
akan terlalu menjadikan seorang tukang untuk bekerja dengan baik, atau seorang
negarawan menjadi pemimpin yang baik. Itu tidak ada gunanya. Apa yang
membuat kehidupan manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas
manusia sendiri. Dalam bahasanya, ia mengatakan bahwa setiap benda tersusun dari
hule dan morfe. Hule adalah dasar permacam-macaman. Sedangkan morfe adalah
dasar kesatuan yang mnehadi inti dari sesuatu. Karena morfe-nya maka sesuatu itu
sama dengan yang lain (satu inti), yakni termasuk dalam jenis yang sama.
Misalnya, si Ali dan si Fatimah yang berbeda-beda (hule) itu berada dalam morfe
yang sama, yaitu sebagai manusia.2
1
Syaiffudin Zuhri, “Makalah Realisme Aristoteles.”
https://muhammadzuhri.wordpress.com/2011/08/21/makalah-realisme-aristoteles/ (diakses Tanggal 03
November 2020.
2
Pipit Priyani, “Realisme Aristoteles.”
1. Forma- Materia
Forma/Ontologi merupakan bagian dari realitas yang mempersoalkan hal-hal
yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada. Ontologi membahas tentang
hakikat objek. Menurut Aristoteles, ontologi merupakan ilmu mengenai esensi
benda, di mana ontologi ini menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental.