Anda di halaman 1dari 10

REALISME ARISTOTELES

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu: Kusdiyana, MSI

Disusun oleh Kelompok 3 (HKI A / Semester I):

1. Mayliana Adianita (2008201012)


2. Tri Winarni (2008201025)
3. Nur ‘Annisa Nabila (2008201035)
4. Ade Satria Pamungkas (2008201041)
5. Jujun Septian (2008201044)

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Realisme Aristoteles dengan baik. Shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Qira’ah dan
Ibadah, tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai Realisme Aristoteles.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kusdiyana, MSI. dan teman-teman


yang telah membimbing dan mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Karena, manusia tidak luput dari kesalahan
dan keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis.

Akhir kata kami selaku penulis makalah mohon maaf apabila di dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap teman-teman
untuk memberikan kritik dan saran agar kami dapat mengevaluasi untuk kedepannya.
Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembacanya.

Cirebon. 03 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
Forma dan Materia, Teori 4 Causa
Kategori, Induksi-Deduksi, Logika
Eudaimona, Praxis, dan Keutamaan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah pencarian kebenaran melalui alur berpikir yang sistematis,


artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur mengikuti
sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir
sistematis tentu tidak loncat-loncat, melainkan mengikuti aturan main yang benar.

Dalam sejarah filsafat, selain Plato, tokoh yang paling berpengaruh dan menyita
perhatian publik luas hingga saat ini adalah Aristoteles. Banyak komentator semisal
Coleridge, sampai demikian jauh membagi manusia menjadi dua kelompok:
Platonian dan Aristotelian. Kendati pembagian ini terkesan serampangan dan terlalu
menyederhanakan, namun itu juga tidak sertatus persen bisa disalahkan. Sebab,
memang pada satu sisi karakter orang cenderung idealis sama seperti tokoh pemikir
Plato, di sisi lain ada juga tipe manusia yang pragmatis dalam melihat persoalan
seperti Aristoteles.

Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia,


Macedonia tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang benama Nicomacus adalah
seorang tabib pribadi Raja Amyntas III dari Macedonia. Ayahnya meninggal ketika
Aristoteles berusia 15 tahun. Karena itu, ia kemudian di asuh oleh pamannya yang
bernama Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke Athena balajar di
Akademi Plato dan menjadi murid Plato. Kemudian ia diangkat menjadi seorang
guru selama 20 tahun di akademi tersebut. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan
minat dalam hal spekulasi filosofis. Aristoteles merupakan orang pertama di dunia
yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukannya
dengan jalan melihat gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini
dengan kata benda, kata sifat, kata benda dan sebagainya, merupakan pembagian
kata menurut pemikirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Forma, Materia, dan Teori 4 Causa Aristoteles?
2. Apa yang dimaksud dengan Kategori, Induksi-Deduksi, dan Logika Aristoteles?
3. Apa yang dimaksud dengan Eudaimona, Praxis, dan Keutamaan Aristoteles?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Forma, Materia, dan Teori 4
Causa Aristoteles.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kategori, Induksi-Deduksi, dan
Logika Aristoteles.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Eudaimona, Praxis, dan
Keutamaan Aristoteles.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Forma-Materia, dan Teori 4 Causa Aristoteles

Di dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika karena karya-
karyanya yang berisi pandangan-pandangan dia tentang persoalan filsafat seperti
negara, logika, metafisika dan lain sebagainya. Bila orang-orang shopis banyak
yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles
dalam Metaphysic menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran.

Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti “sungguh-sungguh,
nyata, atau benar”. Sepanjang sejarah, realisme memiliki tema umum, yang disebut
prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan
dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa
realisme menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata.1

Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi.
Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam
bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai yang
sesungguhnya. Sehingga filsafat Aristoteles disebut realisme.

Aristoteles memiliki konsep tentang paham yang baik atau hidup yang baik tidak
akan terlalu menjadikan seorang tukang untuk bekerja dengan baik, atau seorang
negarawan menjadi pemimpin yang baik. Itu tidak ada gunanya. Apa yang
membuat kehidupan manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas
manusia sendiri. Dalam bahasanya, ia mengatakan bahwa setiap benda tersusun dari
hule dan morfe. Hule adalah dasar permacam-macaman. Sedangkan morfe adalah
dasar kesatuan yang mnehadi inti dari sesuatu. Karena morfe-nya maka sesuatu itu
sama dengan yang lain (satu inti), yakni termasuk dalam jenis yang sama.
Misalnya, si Ali dan si Fatimah yang berbeda-beda (hule) itu berada dalam morfe
yang sama, yaitu sebagai manusia.2
1
Syaiffudin Zuhri, “Makalah Realisme Aristoteles.”
https://muhammadzuhri.wordpress.com/2011/08/21/makalah-realisme-aristoteles/ (diakses Tanggal 03
November 2020.
2
Pipit Priyani, “Realisme Aristoteles.”
1. Forma- Materia
Forma/Ontologi merupakan bagian dari realitas yang mempersoalkan hal-hal
yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada. Ontologi membahas tentang
hakikat objek. Menurut Aristoteles, ontologi merupakan ilmu mengenai esensi
benda, di mana ontologi ini menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental.

Di dalam dunia inilah kita menghadapi pengertian-pengertian tentang “yang


ada sebagai potensi” dan “yang ada secara terwujud”. Menurutnya, keduanya itu
adalah sebutan untuk melambangkan materi (hule) dan bentuk (eidos, morfe).
Bentuk “ada” (eidos, morfe) telah kita temui pada Plato, yaitu idea. Akan tetapi
apa yang diajarkan Aristoteles tentang eidos berbeda dengan yang diajarkan
Plato. Bagi eidos atau ide adalah pola segala sesuatu yang tempatnya di luar
dunia ini, yang berdiri sendiri, lepas daripada benda yang konkret, yang adalah
penerapannya. Bagi Aristoteles eidos adalah asas yang imanen atau yang berada
di dalam benda yang konkret, yang secara sempurna menentukan jenis benda itu,
misalnya disebut meja, kursi, dan lain-lain.

Materia/Metafisika adalah filsafat tentang hakikat yang ada di balik


fisika, tentang hakikat yang bersifat transeden, di luar atau di atas jangkauan
pengalaman manusia. Metafisika Aristoteles berpusat pada masalah “barang”
dan “bentuk” atau disebut “matter” dan “form”. Ia mengemukakan bentuk
sebagai pengganti pengertian idea Plato yang ditolaknya.bentuk ikut
memberikan kenyataan pada benda. Tiap-tiap benda di dunia ini adalah
barang (substansi) yang berbentuk.

2. Teori 4 Causa Aristoteles

Pandangan Aristoteles yang bersifat empiris kemudian juga menghasilkan


suatu prinsip kausalitas terhadap segala kejadian di alam ini, yaitu segala sebab
dan akibatnya. Menurutnya, ada empat macam sebab yang disebut dengan Teori
Empat Causa, yang kemudian harus dipahami untuk mengartikan sebuah
kejadian. Teori 4 Causa tersebut ialah sebagai berikut:
a. Causa materialis atau materia (ΰλη) adalah id ex quo, τò έξ ού, sesuatu oleh
mana terjadi atau terbuat suatu hal. Materia dari binatang-binatang adalah
daging dan tulang, materia bagi patung adalah kayu atau marmer, materia
bagi bangunan rumah adalah pasir, batu, kayu, semen dan lain sebagainya.
Causa materialis merujuk pada bahan yang menjadi unsur untuk membuat
segala sesuatu.
b. Causa formalis atau forma atau esensi dari segala sesuatu. Forma merujuk
pada struktur atau hakekat yang membuat materi berbeda dari materi lainnya.
Misalnya kayu gelondongan dapat dibuat menjadi sekian banyak barang
karena formanya: untuk meja adalah ke-meja-an, kursi: ke-kursi-an, lemari:
ke-lemari-an, manusia: ke-manusia-an dst.
c. Causa efficiens atau penggerak/pelaku adalah sesuatu dari mana perubahan
dan gerak dari segala sesuatu berasal. Misalnya, tukang adalah orang yang
membuat meja, kursi, lemari, pemahat adalah pelaku yang mengubah
sebongkah marmer atau sepotong kayu menjadi patung atau benda-benda
lainnya
d. Causa finalis atau tujuan dari suatu aksi adalah sesuatu untuk apa atau
seturut fungsi apa (id cuius gratia) setiap hal dibuat. Aristoteles mengatakan
bahwa causa finalis adalah kebaikan (agathon) dari setiap hal. Misalnya,
kursi dibuat untuk duduk, meja untuk makan dan menulis, lemari untuk
menyimpan pakaian atau piring dan mangkok, dst.
B. Kategori, Induksi-Deduksi, dan Logika Aristoteles
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai