NIM : 2008201025
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Kelas :A
Topik Pembahasan 2
Pengertian, Dasar-Dasar Qur’ani, dan Sejarah Timbulnya Ilmu Kalam
Dalam ayat 144 surah al-A’raf, menyebut bi kalami yang ditujukan kepada Nabi
Musa AS, menurut al-Baidawi maksudnya bi kalami iyyaka (Aku berbicara
langsung kepadamu). Dalam ayat 15 surah al-Fath, kalama Allah diartikan janji
atau ketentuan Allah SWT yang harus diikuti oleh seluruh umat manusia. Sebagai
kata benda dari kata taklim, kalam mengandung dua pengertian, yaitu berbicara dan
hukum (undang-undang).
Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud-wujud Tuhan (Allah),
sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan
sifatsifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan tentang rasul-rasul
Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada
padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin
terdapat padanya.
Menurut Ibn Khaldun, Ilmu Kalam adalah ilmu yang mengandung argumentasi
rasional yang digunakan untuk membela akidah-akidah imaniyyah dan
mengandung penolakan terhadap pandangan ahli bid’ah yang di dalam akidah-
akidahnya menyimpang dari mazhab al-Salaf al-Salih dan ahl sunnah, untuk
kemudian masuk pada keyakinan hakiki yang menjadi rahasia dari tauhid. Ilmu
kalam juga disebut ilmu tauhid (percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada
sekutu-Nya). Ilmu Kalam juga dinamakan ‘ilm ‘aqaid atau ‘ilm usul al-din. Hal ini
karena kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agama. Ilmu Kalam juga disebut
dengan teologi islam.
Menurut Harun Nasution, teologi dalam Islam disebut `ilm al-Tauhid. Kata tauhid
mengandung arti satu atau Esa dan keEsaan dalam pandangan Islam, sebagai agama
monotheisme merupakan sifat yang terpenting di antara segala sifat-sifat Tuhan.
Teologi Islam disebut pula `ilm al-Kalam. Kalam adalah kata-kata, sehingga
dengan pengertian kalam ini muncul dua pemahaman. Pertama, kalam ialah sabda
Tuhan. Karena soal kalam sebagai sabda Tuhan atau Al-Quran di kalangan umat
Islam pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi pernah menimbulkan pertentangan-
pertentangan keras sehingga timbul penganiayaan dan pembunuhan-pembunuhan
terhadap sesama muslim pada masa itu. Kedua, yang dimaksud kalam adalah kata-
kata manusia, karena kaum teolog Islam bersilat lidah dengan kata-kata dalam
mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Teolog dalam Islam
dinamai dengan mutakallimun yaitu ahli debat yang pandai memakai kata-kata.
Istilah teologi Islam, ilmu kalam, dan ilmu tauhid pada intinya memiliki kesamaan
pengertian, yaitu di sekitar masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan tentang Tuhan dengan segala seginya, yang berarti termasuk di
dalamnya soal-soal wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, dan sebagainya.
2. Pertalian-Nya dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya
persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta kada dan
kadar. Pengutusan rasul-rasul juga termasuk di dalam persoalan pertalian
manusia dengan Tuhan, yang meliputi juga soal penerimaan wahyu dan berita-
berita alam gaib atau akhirat.
B. Dasar Qurani
Sebagai sumber ilmu kalam, al-Quran banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
1. QS. Al-Ikhlas (122): 3-4
(٤) ۙ) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُ ْولَ ْد٣( َولَمۡ يَ ُك ۡن لَّ ٗه ُكفُ ًوا اَ َح ٌد
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakan,
serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-
Nya.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang bertahta di atas
"Arsy". Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya.
ْ لَّ ۥهُ ۚ َوأَ ْلقَ ْيتُ َعلَ ْيكَ َم َحبَّةً ِّمنِّى َولِت
(٣٩) ُصنَ َع َعلَ ٰى َع ْينِ ٓى
Artinya: “Yaitu, letakanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkan ia ke
sungai (Nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh
(Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kasih sayang
yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.”
(٢٧) N ِمN اNرNَ N ْكNِ إْلN اNوNَ N اَل ِلNجNَ N ْلN اN وN ُذN َكNِّ بNرNَ Nُ هNجNْ N َوNىNٰ Nَ قN ْبNَ يNوNَ
Artinya: “Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai "wajah" yang tidak akan
rusak selama-lamanya.
Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan hal-
hal yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak
diketemukan sehingga para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan
rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu
disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan
istilah Ilmu Kalam.
Sejarah berdirinya ilmu kalam apabila dilihat dari faktor penyebab dari dalam Islam
dan kaum Muslimin sendiri, antara lain sebagai berikut:
1. Al-Quran sendiri di samping ajakannya kepada tauhid dan mempercayai
kenabian dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu, menyinggung pula
golongan-golongan dan agama-agama yang ada pada masa Nabi Muhammad
SAW., yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar, seperti
golongan yang mengingkari agama dan adanya Tuhan, menyembah bintang-
bintang, bulan, matahari. Golongan yang tidak percaya akan keutusan Nabi-nabi
dan tidak mempercayai kehidupan kembali di akhirat setelah nanti. Adanya
golongan-golongan tersebut di samping adanya perintah Tuhan sudah barang
tentu membuka jalan bagi kaum muslimin untuk mengemukakan alasan-alasan
kebenaran ajaran-ajaran agamanya di samping menunjukkan kesalahan-
kesalahan golongan-golongan yang menentang kepercayaan-kepercayaan itu,
dan dari kumpulan alasan-alasan itulah berdiri ilmu kalam.
2. Ketika kaum Muslimin selesai membuka negeri-negeri baru untuk masuk Islam,
mereka mulai tentram dan tenang fikirannya, di samping melimpah-ruahnya
rizki. Di sinilah mulai mengemukakan persoalan agama dan berusaha
mempertemukan nas-nas agama yang kelihatannya saling bertentangan.
Selain itu, ada faktor-faktor lain yang datangnya dari luar Islam dan kaum
Muslimin,yaitu:
1. Banyak di antara pemeluk-pemeluk Islam yang sebelumnya beragama Yahudi,
Nasrani dan lain-lain yang memasukkan ajarannya ke dalam ajaran Islam.