Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami bisa
diberikan kesempatan untuk menyelasaikan tugas Filsafat Umum yaitu menyusun
makalah tentang Realisme Aristoteles. Kami sadar bahwa makalah ini banyak
kurang dan jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik yang konstruktif kami
harapkan guna berbaikan pada tugas – tugas makalah yang lain.
Harapan penyusun makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan kontribusi yang baik terhadap mahasiswa yang lain yang pada
akhirnya akan menjadi seseorang yang berguna, dan diharapkan mampu
mengambil nilai positif yang terkandung di dalam makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab I : Pendahuluan..........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
Bab II : Pembahasan.........................................................................................3
D. Etika Aristotelian..................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
Daftar Pustaka...................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu filosuf yang dianggap sangat berjasa dalam meletakkan sendi-
sendi pertama rasionalitas Barat adalah Aristoteles, yang merupakan murid
Plato. Meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan pandangan,
tetapi Aristoteles dianggap sebagai murid yang mewarisi pemikiran-
pemikiran gurunya, dan dianggap sebagai salah satu tokoh penggerak zaman.
Dia juga dianggap sebagai peletak tonggak dasar dalam sejarah pemikiran
Barat. Bahkan Michael H. Hart menilai bahwa Aristoteles adalah seorang
filosuf dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau. Dia memelopori
penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafah dan
memberi sumbangsih tak terperikan besarnya terhadap ilmu pengetahuan.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
yaitu, sebagai berikut :
1. Bagaimana Riwayat Hidup Aristoteles?
2. Bagaimana Ontologi dan Metafisika Aristoteles?
3. Bagaimana Teori Pengetahuan Aristoteles?
4. Bagaimana Etika Aristotelian?
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki beberapa
tujuan, yakni :
1. Untuk mengetahui Riwayat Hidup Aristoteles
2. Untuk mengetahui Ontologi dan Metafisika Aristoteles
3. Untuk mengetahui Teori Pengetahuan Aristoteles
4. Untuk mengetahui Etika Aristotelian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
- Causa Efficiens berbunyi: ―The ‘mover’ that causes the thing to be or
happen‖ yaitu kausa tentang penggerak/pelaku yang dapat merubah satu
materi menjadi materi lain .
- Causa finalis berbunyi: ―The purpose for which the thing exist‖ yaitu
kausa tentang untuk apa sesuatu itu ada, atau untuk apa (id cuius gratia)
setiap hal dibuat. Aristoteles mengatakan bahwa causa finalis adalah
kebaikan (agathon) dari setiap hal.
a. Ontologi
Setelah membenahi cara memperoleh ilmu pengetahuan, Filosof mulai
menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Objek-
objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah
sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat. Ada yang menamakan bagian
ini dengan Ontologi.
Bidang pembicaraan hakikat itu luas sekali, segala yang ada dan
mungkin ada, dan juga mencakup hakikat pengetahuan dan hakikat nilai.
Nama lain dari teori hakikat ini dalah teori tentang keadaan (Langeveld).
Hakikat adalah pembicaraan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara
atau keadaan yang menipu . Misalnya contoh berikut ini. Pada hakikatnya
pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyatnya mungkin orang
pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewenang-
wenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan
sementara, bukan hakiki. Yang hakiki adalah pemerintahan itu demokratis.
Kita melihat suatu objek yang Fatamorgana , Fatamorgana itu tidak real atau
bukan hakikat. Atau hakikat Fatamorgana adalah tidak ada.
Istilah “ontologi” berasal dari kata Yunani “onta” yang berarti sesuatu
“yang sungguh-sungguh ada”, “kenyataan yang sesungguhnya”, dan logos”
yang berarti “studi tentang”, “studi yang membahas sesuatu” . Jadi dari segi
istilah ontologi berarti studi yang membahas sesuatu yang ada.
Objek material ontologi adalah yang ada, artinya segala-galanya
meliputi yang ada sebagai wujud konkret dan abstrak, indrawi maupun tidak
indrawi. Objek formal ontologi adalah memberikan dasar yang paling
umum tiap masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan. Titik
tolak dan dasar ontologi adalah refleksi terhadap kenyataan yang paling
dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya. Dengan demikian, ontologi
berarti sebagai usaha intelektual untuk mendeskripsikan sifat-sifat umum
dari kenyataan; suatu usaha untuk memperoleh penjelasan yang benar
tentang kenyataan; studi tentang sifat pokok kenyataan dalam aspeknya
yang paling umum sejauh hal itu dapat dicapai; teori tentang sifat pokok dan
struktur dari kenyataan .
4
Objek yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek yang empiris, yaitu
objek yang bisa ditangkap oleh panca indera. Sebab bukti-bukti yang harus
ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan
untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Ontologi Aristoteles menyaratkan logika. Logika adalah salah satu
cabang filsafat yang telah dikembangkan Aristoteles. Logika membicarakan
norma-norma berpikir benar agar diperoleh dann terbentuk berpikir benar.
Ada dua macam logika, yaitu : Logika formal dan Logika Material. Logika
Formal sering disebut dengan Logika saja , adalah logika yang
memeberikan norma berpikir benar dari segi bentuk berpikir. Logika nya
adalah untuk diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya
harus benar. Soal berpikir salah benar nya itu dibicarakan oleh Logika
Material. Kesimpulan yang benar berdasarkan terhadap penyelidikan isi
kesimpulan itu. Yang meneliti kesimpulan itu adalah Logika Material.
Deduksi ini bentuk nya benar dan isinya benar :
”Setiap manusia akan mati. Muhammad adalah manusia.. Maka
Muhammad akan mati.”
Contoh ini bentuknya tepat tapi isinya tidak benar :
“Manusia adalah sejenis hewan.. Kuda adalah salah satu jenis hewan..
jadi kuda dan manusia itu sama.”
b. Metafisika
Istilah metafisika yang berasal dari bahasa Yunani: µετά (meta) “setelah
atau di balik”, φύσικα (phúsika) “hal-hal di alam” adalah cabang filsafat
yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia.
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
Nama ‘Metafisika’ tidak digunakan oleh Aristoteles sendiri.Sampai
belum lama berselang, orang mengandaikan bahwa nama ini berasal dari
Andronikos dari Rhodos, yang telah menerbitkan karya Aristoteles sekitar
tahun 40 SM.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi
benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika
juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia,
termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab
akibat, dan kemungkinan.
Metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati
termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur
ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, maka metafisika
adalah landasan peluncurannya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat
5
nyata ini ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang
hakikatnya.
Beberapa tafsiran Metafisika :
1) Animisme
Animisme adalah kepercayaan yang berdasarkan pemikiran
supernaturalisme, dimana manusia percaya bahwa terdapat roh-roh
yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda seperti: batu,
pohon dan air terjun.
2) Materialisme
Materialisme merupakan lawan dari aliran anisme. Materialisme
merupakan paham yang berdasaran paham naturalisme, yang
berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat
dalam alam itu sendiri. Paham ini dikembangkan oleh Demokritos
(460-370 SM).
3) Aliran monistik
Aliran monistik mula-mula dipakai oleh Christian Wolff ,
mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat,
mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan
namun mempunyai substansi yang sama. Ibarat zat dan energy, dalam
teori relativitas Einstein, energy merupakan bentuk lain dari zat.
4) Aliran Dualistik
Terminologi dualisme ini mula-mula dipakai oleh Thomas Hyde
(1700). Dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat
dan pikiran yang bagi mereka berbeda secara substantive. Filsuf yang
menganut paham dualistik ini diantaranya adalah Rene Decrates (1596-
1650), John Locke (1632-1714) dan George Berkeley (1685-1753).
1. Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam
bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh
ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya
oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
6
2. Ada sebagai yang Illahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak
bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (Illahi berarti yang tidak
dapat ditangkap oleh panca indera).
- Relasi (Relation)
Relasi merupakan aksiden yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada
substansi yang di lekatinya. Relasi memberikan ciri kusus berupa
hubungan atau relasivitas. Misal: Aristoteles lebih muda dari Plato.
7
- Waktu (time). Waktu, setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat
dalam waktu tertentu. Misal, Sokrates dalam melakukan seluruh
kegiatan kehidupan keluarga, mengatur jadwal yang teratur.
Misal: Seseorang yang hidup pada abad ke 5 SM
- Kedudukan (Potition/Posture).
Merupakan bentuk aksiden yang memberikan sifat khusus pada
substansinya berupa keadaan atau posisi dari sesuatu tersebut. Misal:
manusia itu sedang duduk.
- Aktivitas (Activity)
Misal: manusia itu telah memotong sepotong kain.
Pasifitas (Pasivity/ Affection)
Misal: Manusia itu dibunuh dengan racun.
b. Logika
Nama “Logika” tidak terdapat dalam aristoteles sendiri. Dalam karangan-
karangan masa lalu, istilah logika muncul pertama kali pada Cicero (abad
1 sebelum masehi), tapi dalam arti “seni berdebat”. Alexander
Aphrodisias adalah orang yang ertama menggunakan istilah logika dalam
arti yang sekarang (ilmu yang meneyelidiki lurus tidaknya pemikiran
kita). Aristoteles memakai istilah “Analitika” untuk penyelidikan
mengenai argumentasi yang bertitik tolak pada putusan-putusan yang
benar dan ia memakai istilah “Dialektika”. Sedangkan nama karya-karya
nya Analytica Prioria dan Analytica Posteriora sudah menyatakan
bahwa disini ia memakai istilah Analitika. Jadi bagi Aristoteles, Analitika
dan Dialektika merupakan dua cabang dari ilmu yang sekarang
dinamakan dengan Logika. Logika tidak merupakan cabang ilmu
pengetahuan, melainkan suatu alat agar kita dapat mempraktekan ilmu
pengetahuan.
8
Aristoteles mempunyai jasa yang besar dalam menemukan logika, yang
kita maksudkan adalah bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah ia
membuat suatu uraian yang sistematis mengenai logika.
D. Etika Arestotelian
Arestotelian menguraikan pendiriannya tentang etika dalam tiga karya, yaitu :
Ethics Nichomacea, Ethics Eudaimonia, dan Ethical Moralia.
a. Kebahagian sebagai tujuan
Dalam segala perbuatannya, manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu
mencari sesuatu yang baik untuknya.Tetapi ada banyak aktivitas manusia
juga yang terarah pada berbagai macam tujuan. Contohnya, Kepandaian
seorang pelaut berusaha supaya kapalnya kembali dalam keadaan
selamat. Apalagi, aktivitas yang sama sering kali mengejar beberapa
tujuan yang tergantung dari satu tujuan kepada yang lain. Contohnya,
Seorang dokter memberikan pasien nya obat agar pasien nya bisa tidur
nyenyak, dan tidur itu dimaksudkan agar kesehatan nya cepat pulih.
Menurut aristoteles, tujjuan tertinggi adalah kebahagiaan (Eudaimonia).
Tugas etika adalah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan.
Dengan itu sudah nyata bahwa etika merupaka cabang filsafat yang
bersifat praktis, bukan teoretis.
9
Pemikiran disertai keutamaan belum boleh disebut kebahagiaan kalau
hanya terjadi sesaat saja. Manusia dikatakan bahagia apabila
menjalankan pemikiran disertai keutamaan dan berjangka panjang.
Dengan kata lain kebahagiaan adalah keadaan manusia yang bersifat
stabil. Selain itu, ada unsure yang tak kalah penting, yaitu kesenangan
atau kebahagiaan dalam menjalankan aktivitas nya.
1. Keutamaan moral
2. Keutamaan intelektual
d. Kehidupan ideal
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Di akhir makalah ini, kami mengharapkan sekali saran dan kritik baik dari
teman-teman maupun dari Bapak Karman selaku dosen mata kuliah Filsafat
Umum agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih teriring do’a Jazakumullahu khairan katsiera.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://zainabzilullah.wordpress.com/2013/02/09/magnum-opus-aristoteles-
nichomachean-ethics-kitab-suci-etika-eudomania-bagi-semesta/
http://tobeloluary.blogspot.com/2015/01/makalah-tentang-realisme-aritoteles-
dan.html
12