Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami bisa
diberikan kesempatan untuk menyelasaikan tugas Filsafat Umum yaitu menyusun
makalah tentang Realisme Aristoteles. Kami sadar bahwa makalah ini banyak
kurang dan jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik yang konstruktif kami
harapkan guna berbaikan pada tugas – tugas makalah yang lain.
Harapan penyusun makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan kontribusi yang baik terhadap mahasiswa yang lain yang pada
akhirnya akan menjadi seseorang yang berguna, dan diharapkan mampu
mengambil nilai positif yang terkandung di dalam makalah ini.

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih atas perhatianya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Bab I : Pendahuluan..........................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

Bab II : Pembahasan.........................................................................................3

A. Riwayat Hidup Aristoteles....................................................................3

B. Ontologi dan Metafisika Aristoteles.....................................................3

C. Teori Pengetahuan Aristoteles..............................................................7

D. Etika Aristotelian..................................................................................9

Bab III : Penutup...............................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................11

B. Saran.....................................................................................................11

Daftar Pustaka...................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu filosuf yang dianggap sangat berjasa dalam meletakkan sendi-
sendi pertama rasionalitas Barat adalah Aristoteles, yang merupakan murid
Plato. Meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan pandangan,
tetapi Aristoteles dianggap sebagai murid yang mewarisi pemikiran-
pemikiran gurunya, dan dianggap sebagai salah satu tokoh penggerak zaman.

Dia juga dianggap sebagai peletak tonggak dasar dalam sejarah pemikiran
Barat. Bahkan Michael H. Hart menilai bahwa Aristoteles adalah seorang
filosuf dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau. Dia memelopori
penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafah dan
memberi sumbangsih tak terperikan besarnya terhadap ilmu pengetahuan.

Meskipun banyak ide-ide Aristoteles yang tampaknya kini sudah


ketinggalan zaman, tetapi yang paling penting dari apa yang pernah
dilakukannya adalah pendekatan rasional yang senantiasa melandasi
karyanya. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap bidang
penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika,
psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan, puisi,
adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu proyek
penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk
studi bandingan. Makalah ini berusaha mendeskripsikan pemikiran-pemikiran
filsafat Aristoteles sebagai tokoh  yang telah berhasil membentuk dan
meletakkan dasar yang paling kokoh bagi pembangunan kebudayaan dan
peradaban Barat modern.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
yaitu, sebagai berikut :
1. Bagaimana Riwayat Hidup Aristoteles?
2. Bagaimana Ontologi dan Metafisika Aristoteles?
3. Bagaimana Teori Pengetahuan Aristoteles?
4. Bagaimana Etika Aristotelian?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki beberapa
tujuan, yakni :
1. Untuk mengetahui Riwayat Hidup Aristoteles
2. Untuk mengetahui Ontologi dan Metafisika Aristoteles
3. Untuk mengetahui Teori Pengetahuan Aristoteles
4. Untuk mengetahui Etika Aristotelian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Aristoteles

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagira, Sebuah kota di Thrace.


Ayahnya meninggal tatkala ia masih usia yang amat muda. Ia diambil oleh
Proxenus, dan orang ini memberikan pendidikan yang sangat istimewa
kepadanya. Tatkala Aristoteles berusia 18 tahun, ia dikirim ke Athena dan
dimasukkan ke Akademia Plato. Waktu itu memang kebiasaan orang
mengirimkan anaknya ke tempat jauh yang merupakan pusat-pusat
perkembangan intelektual.
Dalam pergaulan tingkat atas, ia barangkali lebih berhasil ketimbang Plato;
ia pernah menjadi tutor Alexander putra Philip dari Masedonia.Seoranng
diplomat ulun dan jenderal terkenal. Antara tahun 340-335 SM Aristoteles
menekuni riset di Stragia, dibantu oleh Theoprasthus dan dibiayai oleh
Alexander dan menghasilkan kemajuan di bidang sains dan Filsafat.
Tatkala Alexander berperang di Asia pada tahun 334 SM, Aristoteles pergi
ke Athena bukan sebagai murid tapi ia mendirikan sekolah yang bernama
Lyceum . Terjadilah persaingan antara Lyceum dan Akademia. Persaingan ini
mendorong Aristoteles untuk meningkatkan penelitian nya. Hasilnya ia tidak
hanya dapat menjelaskan prinsip-prinsip sains, tapi juga mengajarkan politik,
retorika, dan dialektika.
Lama kelamaan posisinya di Athena tidak aman, karena ia orang asing dan
teman Alexander. Masyarakat Athena yang anti Macedonia memandang
Aristoteles sebagai yang menyebarkan pengaruh yang bersifat subversive, dan
akhirnya Aristoteles meninggalkan Athena kemudian pindah ke Chalcis dan
meninggal disana pada tahun 322 SM.

B. Ontologi dan Metafisika Aristoteles


Teori 4 Causa :
- Causa Materialis berbunyi: ―The material out of which the thing exist‖
yaitu kausa tentang materia (ΰλη) adalah id ex quo, τò έξ ού, tentang
olehmana suatu materi itu terbentuk dan darimana materi itu terbuat.
- Causa Formalis berbunyi: ―The form in which the thing is arranged‖ yaitu
kausa tentang esensi dari segala sesuatu. Forma ini menunjuk pada struktur
atau hakekat yang membuat suatu materi berbeda dari materi lainnya

3
- Causa Efficiens berbunyi: ―The ‘mover’ that causes the thing to be or
happen‖ yaitu kausa tentang penggerak/pelaku yang dapat merubah satu
materi menjadi materi lain .
- Causa finalis berbunyi: ―The purpose for which the thing exist‖ yaitu
kausa tentang untuk apa sesuatu itu ada, atau untuk apa (id cuius gratia)
setiap hal dibuat. Aristoteles mengatakan bahwa causa finalis adalah
kebaikan (agathon) dari setiap hal.

a. Ontologi
Setelah membenahi cara memperoleh ilmu pengetahuan, Filosof mulai
menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Objek-
objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah
sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat. Ada yang menamakan bagian
ini dengan Ontologi.
Bidang pembicaraan hakikat itu luas sekali, segala yang ada dan
mungkin ada, dan juga mencakup hakikat pengetahuan dan hakikat nilai.
Nama lain dari teori hakikat ini dalah teori tentang keadaan (Langeveld).
Hakikat adalah pembicaraan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara
atau keadaan yang menipu . Misalnya contoh berikut ini. Pada hakikatnya
pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyatnya mungkin orang
pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewenang-
wenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan
sementara, bukan hakiki. Yang hakiki adalah pemerintahan itu demokratis.
Kita melihat suatu objek yang Fatamorgana , Fatamorgana itu tidak real atau
bukan hakikat. Atau hakikat Fatamorgana adalah tidak ada.
Istilah “ontologi” berasal dari kata Yunani “onta” yang berarti sesuatu
“yang sungguh-sungguh ada”, “kenyataan yang sesungguhnya”, dan logos”
yang berarti “studi tentang”, “studi yang membahas sesuatu” . Jadi dari segi
istilah ontologi berarti studi yang membahas sesuatu yang ada.
Objek material ontologi adalah yang ada, artinya segala-galanya
meliputi yang ada sebagai wujud konkret dan abstrak, indrawi maupun tidak
indrawi. Objek formal ontologi adalah memberikan dasar yang paling
umum tiap masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan. Titik
tolak dan dasar ontologi adalah refleksi terhadap kenyataan yang paling
dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya. Dengan demikian, ontologi
berarti sebagai usaha intelektual untuk mendeskripsikan sifat-sifat umum
dari kenyataan; suatu usaha untuk memperoleh penjelasan yang benar
tentang kenyataan; studi tentang sifat pokok kenyataan dalam aspeknya
yang paling umum sejauh hal itu dapat dicapai; teori tentang sifat pokok dan
struktur dari kenyataan .

4
Objek yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek yang empiris, yaitu
objek yang bisa ditangkap oleh panca indera. Sebab bukti-bukti yang harus
ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan
untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Ontologi Aristoteles menyaratkan logika. Logika adalah salah satu
cabang filsafat yang telah dikembangkan Aristoteles. Logika membicarakan
norma-norma berpikir benar agar diperoleh dann terbentuk berpikir benar.
Ada dua macam logika, yaitu : Logika formal dan Logika Material. Logika
Formal sering disebut dengan Logika saja , adalah logika yang
memeberikan norma berpikir benar dari segi bentuk berpikir. Logika nya
adalah untuk diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya
harus benar. Soal berpikir salah benar nya itu dibicarakan oleh Logika
Material. Kesimpulan yang benar berdasarkan terhadap penyelidikan isi
kesimpulan itu. Yang meneliti kesimpulan itu adalah Logika Material.
Deduksi ini bentuk nya benar dan isinya benar :
”Setiap manusia akan mati. Muhammad adalah manusia.. Maka
Muhammad akan mati.”
Contoh ini bentuknya tepat tapi isinya tidak benar :
“Manusia adalah sejenis hewan.. Kuda adalah salah satu jenis hewan..
jadi kuda dan manusia itu sama.”

b. Metafisika
Istilah metafisika yang berasal dari bahasa Yunani: µετά (meta) “setelah
atau di balik”, φύσικα (phúsika) “hal-hal di alam” adalah cabang filsafat
yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia.
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
Nama ‘Metafisika’ tidak digunakan oleh Aristoteles sendiri.Sampai
belum lama berselang, orang mengandaikan bahwa nama ini berasal dari
Andronikos dari Rhodos, yang telah menerbitkan karya Aristoteles sekitar
tahun 40 SM.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi
benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika
juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia,
termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab
akibat, dan kemungkinan.
Metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati
termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur
ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, maka metafisika
adalah landasan peluncurannya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat

5
nyata ini ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang
hakikatnya.
Beberapa tafsiran Metafisika :
1) Animisme
Animisme adalah kepercayaan yang berdasarkan pemikiran
supernaturalisme, dimana manusia percaya bahwa terdapat roh-roh
yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda seperti: batu,
pohon dan air terjun.

2) Materialisme
Materialisme merupakan lawan dari aliran anisme. Materialisme
merupakan paham yang berdasaran paham naturalisme, yang
berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat
dalam alam itu sendiri. Paham ini dikembangkan oleh Demokritos
(460-370 SM).

3) Aliran monistik
Aliran monistik mula-mula dipakai oleh Christian Wolff ,
mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat,
mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan
namun mempunyai substansi yang sama. Ibarat zat dan energy, dalam
teori relativitas Einstein, energy merupakan bentuk lain dari zat.

4) Aliran Dualistik
Terminologi dualisme ini mula-mula dipakai oleh Thomas Hyde
(1700). Dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat
dan pikiran yang bagi mereka berbeda secara substantive. Filsuf yang
menganut paham dualistik ini diantaranya adalah Rene Decrates (1596-
1650), John Locke (1632-1714) dan George Berkeley (1685-1753).

Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :

1. Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam
bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh
ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya
oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.

6
2. Ada sebagai yang Illahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak
bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (Illahi berarti yang tidak
dapat ditangkap oleh panca indera).

C. Teori Pengetahuan Aristoteles


a. Kategori
Kategori Aristoteles
- Substansi, setiap hal pasti berada didalam dirinya sendiri, bukan yang
lain. Misalnya, manusia tetaplah berada dalam dirinya sendiri, tidak
berada dalam binatang. Begitu pula binatang, tumbuhan, air, dan
sebagainya. Substansi (konfirmasi, infrensi, dan logika). Ismaun
(2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang
berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3)
konfirmasi dan (4) logika inferensi.

- Kualitas merupakan salah satu bentuk ‘aksiden-aksiden’, yaitu suatu


hal yang tidak berdiri sendiri, yang menunjukkan nilai dan potensi
dari sesuau substansi yang di tempatinya, sehingga apabila
dihubungkan dengan sesuatu yang lain yang berdiri sendiri
(substansi) maka nilai atau potensi dari sesuatu itu akan menjadi ciri
khusus dari substansi tersebut.Misal: Manusia adalah mahluk yang
cerdas. Sifat cerdas akan menjadi ciri khusus dari manusia tersebut. 

- Kuantitas (Quantity). Kuantitas memberikan sifat khusus pada


substansi berupa kapasitas dan jumlah dari sesuatu tersebut. Misal:
manusia itu tingginya 180 cm.

- Relasi (Relation)
Relasi merupakan aksiden yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada
substansi yang di lekatinya. Relasi memberikan ciri kusus berupa
hubungan atau relasivitas. Misal: Aristoteles lebih muda dari Plato.

- Tempat / Ruang (Place).


Tempat adalah salah satu bentuk aksiden yang akan memberikan ciri
khusus kepada substansinya berupa lokasi atau wilayah. Misal: Plato
tinggal di Athena.

7
- Waktu (time). Waktu, setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat
dalam waktu tertentu. Misal, Sokrates dalam melakukan seluruh
kegiatan kehidupan keluarga, mengatur jadwal yang teratur.
Misal: Seseorang yang hidup pada abad ke 5 SM

- Kedudukan (Potition/Posture).
Merupakan bentuk aksiden yang memberikan sifat khusus pada
substansinya berupa keadaan atau posisi dari sesuatu tersebut. Misal:
manusia itu sedang duduk.

- Keadaan (State). Keadaan, eksistensi setiap hal pasti terikat dalam


keadaan tertentu. Misalnya, air itu begitu tenang (tidak terbebas dari
situasi alam) atau Sokrates dalam melakukan seluruh kegiatannya,
tidak bias terbebas dari keadaan dirinya dan situasi lingkungan alam;
dan sebagainya.
Misal: anak itu berpakaian.

- Aktivitas (Activity)
Misal: manusia itu telah memotong sepotong kain.
Pasifitas (Pasivity/ Affection)
Misal: Manusia itu dibunuh dengan racun. 

b. Logika
Nama “Logika” tidak terdapat dalam aristoteles sendiri. Dalam karangan-
karangan masa lalu, istilah logika muncul pertama kali pada Cicero (abad
1 sebelum masehi), tapi dalam arti “seni berdebat”. Alexander
Aphrodisias adalah orang yang ertama menggunakan istilah logika dalam
arti yang sekarang (ilmu yang meneyelidiki lurus tidaknya pemikiran
kita). Aristoteles memakai istilah “Analitika” untuk penyelidikan
mengenai argumentasi yang bertitik tolak pada putusan-putusan yang
benar dan ia memakai istilah “Dialektika”. Sedangkan nama karya-karya
nya Analytica Prioria dan Analytica Posteriora sudah menyatakan
bahwa disini ia memakai istilah Analitika. Jadi bagi Aristoteles, Analitika
dan Dialektika merupakan dua cabang dari ilmu yang sekarang
dinamakan dengan Logika. Logika tidak merupakan cabang ilmu
pengetahuan, melainkan suatu alat agar kita dapat mempraktekan ilmu
pengetahuan.

8
Aristoteles mempunyai jasa yang besar dalam menemukan logika, yang
kita maksudkan adalah bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah ia
membuat suatu uraian yang sistematis mengenai logika.

c. Induksi dan Deduksi


Menurut Aristoteles, Pengetahuan baru dapat dihasilkan melalui dua
jalan. Jalan yang pertama disebut dengan Induksi.. Dengan bertitik tolak
dari kasus-kasus khusus, induksi menghasilkan pengetahuan yang umum.
Jalan kedua disebut dengan Deduksi. Deduksi bertitik tolak dari dua
kebenaran yang disangsikan dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran
yang ketiga. Sudah nyata bahwa induksi bergantung pada pengetahuan
inderawi, sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan inderawi.. itu
sebabnya Aristoteles menganggap deduksi sebagai jalan yang sempurna
menuju pengetahuan yang baru. Induksi tidak mendapat banyak perhatian
Aristoteles. Logikanya hamper hamper tidak membicarakan lain dari
pada masalah-masalah yang berhubungan dengan Deduksi saja.

D. Etika Arestotelian
Arestotelian menguraikan pendiriannya tentang etika dalam tiga karya, yaitu :
Ethics Nichomacea, Ethics Eudaimonia, dan Ethical Moralia.
a. Kebahagian sebagai tujuan
Dalam segala perbuatannya, manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu
mencari sesuatu yang baik untuknya.Tetapi ada banyak aktivitas manusia
juga yang terarah pada berbagai macam tujuan. Contohnya, Kepandaian
seorang pelaut berusaha supaya kapalnya kembali dalam keadaan
selamat. Apalagi, aktivitas yang sama sering kali mengejar beberapa
tujuan yang tergantung dari satu tujuan kepada yang lain. Contohnya,
Seorang dokter memberikan pasien nya obat agar pasien nya bisa tidur
nyenyak, dan tidur itu dimaksudkan agar kesehatan nya cepat pulih.
Menurut aristoteles, tujjuan tertinggi adalah kebahagiaan (Eudaimonia).
Tugas etika adalah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan.
Dengan itu sudah nyata bahwa etika merupaka cabang filsafat yang
bersifat praktis, bukan teoretis.

b. Kebahagiaan menurut isinya


Manusia hanya disebut bahagia ketika ia dapat menjalankan aktivitas nya
dengan baik. Menurut Aristoteles, supaya manusia bahagia, ia harus
menjalankan aktivitasnya menurut keutamaan (Keutamaan moral dan
intelektual).

9
Pemikiran disertai keutamaan belum boleh disebut kebahagiaan kalau
hanya terjadi sesaat saja. Manusia dikatakan bahagia apabila
menjalankan pemikiran disertai keutamaan dan berjangka panjang.
Dengan kata lain kebahagiaan adalah keadaan manusia yang bersifat
stabil. Selain itu, ada unsure yang tak kalah penting, yaitu kesenangan
atau kebahagiaan dalam menjalankan aktivitas nya.

c. Ajaran tentang keutamaan

Menurut Aristoteles, belum cukuplah jika manusia mengetahui apa yang


baik baginya, karena hal ini tidak serta merta membuat ia melakukan
pengetahuannya tentang keutamaan tersebut. Dengan demikian,
Aristoteles menentang anggapan bahwa keutamaan itu dapat diajarkan.
Aristoteles menambahkan bahwa kita dapat memperoleh keutamaan
dengan berbuat baik. Hidup menurut keutamaan (objektif) dapat
menyebabkan keutamaan pribadi, sehingga selanjutnya perbuatan akan
dilakukan menurut keutamaan.

1. Keutamaan moral

Aristoteles melukiskan keutamaan moral sebagai suatu sikap yang


memungkinkan manusia untuk memilih jalan tengah antara dua
ekstrem yng berlawanan.

2. Keutamaan intelektual

Rasio manusia mempunyai dua fungsi, di satu sisi rasio manusia


memungkinkan manusia untuk mengenal kebenaran (rasio teoritis). Di
lain pihak, rasio manusia berfungsi sebagai pemberi petunjuk atau
keputusan supaya orang mengetahui apa yang harus ia lakukan dalam
keadaan tertentu. Sementara di sisi ini rasio bisa dikatakan sebagai
rasio praktis. Sehingga dari sini Aristoteles membagi keutamaan yang
menyempurnakan rasio, yakni kebijaksanaan teoritis dan
kebijaksanaan praktis.

d. Kehidupan ideal

Dalam buku terakhir dari Nicomachea Ethic, Aristoteles kembali lagi


pada unsur terpenting dalam kebahagian manusia, yaitu memandang
kebenaran. Hal ini tidak jauh berbeda dengan anggapan Plato, hanya saja
dalam mencapai kebenaran ini Plato meyakini akan unsur ide-ide
sedangkan aristoteles menolaknya. Menurutnya, tujuan terpenting dalam
hidup manusia adalah kebenaran.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Aristoteles lahir di Stageira, pada semenanjung Kalkideke di Trasia


(Balkan) pada tahun 384 SM. Beliau meninggal di Kalkis pada tahun 322
SM dalam usia 63 tahun. Ayahnya yang bernama Mashaon adalah seorang
dokter istana pada raja Makedonia, Amyntas II. Pada usia 17 atau 18 tahun
aristoteles di kirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato. Di kota itu
ia belajar pada Plato tentang pemikiran saintifik. Ilmu yang didapatkan
dari Plato menjadi cikal bakal pandangan filsafat Aristoteles yang
sistematis dan menggunakan metode empiris. Walaupun pada akhirnya
terdapat perbedaan pandangan antara Aristoteles dan Plato. Ia tinggal
disana sampai Plato meninggal pada tahun kurang lebih 20 tahun. Pada
saat di sana, Aristoteles menerbitkan beberapa buku. Ia juga mengajar
anggota-anggota Akademia yang lebih muda dalam pelajaran logika dan
retorika.
2. Istilah “ontologi” berasal dari kata Yunani “onta” yang berarti sesuatu
“yang sungguh-sungguh ada”, “kenyataan yang sesungguhnya”, dan
logos” yang berarti “studi tentang”, “studi yang membahas sesuatu” . Jadi
dari segi istilah ontologi berarti studi yang membahas sesuatu yang ada.
3. Istilah metafisika yang berasal dari bahasa Yunani: µετά (meta) “setelah
atau di balik”, φύσικα (phúsika) “hal-hal di alam” adalah cabang filsafat
yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia.
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
4. Teori Pengetahuan Aristoteles
a. Kategori
b. Logika
c. Induksi dan Deduksi
5. Etika Arestotelian
a. Kebahagiaan sebagai tujuan
b. Kebahagiaan menurut isinya

B. Saran
Di akhir makalah ini, kami mengharapkan sekali saran dan kritik baik dari
teman-teman maupun dari Bapak Karman selaku dosen mata kuliah Filsafat
Umum agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih teriring do’a Jazakumullahu khairan katsiera.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Bertens, K. .1975. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta : Kanisius

https://zainabzilullah.wordpress.com/2013/02/09/magnum-opus-aristoteles-
nichomachean-ethics-kitab-suci-etika-eudomania-bagi-semesta/

http://tobeloluary.blogspot.com/2015/01/makalah-tentang-realisme-aritoteles-
dan.html

12

Anda mungkin juga menyukai