Prodi BSA
Semester /Kelas: III C, D dan E
2021
b. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang menjadi objek kajian filsafat ilmu?
objek kajian filsafat ilmu terdiri dari dua yaitu objek material dan objek formal.
1). Objek material
Objek material adalah yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. Objek yang dikaji adalah
sesuatu yang dapat dirasionalkan yang bersifat empiris dan ilmiah.
Sesuatu yang dianggap ada bukan hanya yang hanya dirasakan indera saja tapi ada
beberapa hal yang tidak bisa dirasakan langsung oleh indera misalkan sejarah.
Sesuatu yang "ada" kemudian disebutkan sebagai berikut:
a. Thinkable, hal rasional yang berdasarkan pada inderawi dalam artian selama
panca indera bisa mengenali atau merasakan hal tersebut maka
itulah hakikat ada dalam objek material.
b. Unthinkable, sesuatu yang tidak terfikirkan oleh kita namun bisa jadi sedang atau
telah difikirkan oleh orang lain. Hal tersebut juga merupakan hakikat ada yang bisa
menjadi objek kajian dalam filsafat bagian dari objek material karena hal yang
difikirkan oleh orang lain bisa diteliti oleh kita. contoh : Mahasiswa belum
memikirkan tentang bagaimana ia akan bekerja, tetapi orang lain sudah atau telah
memikirkan bagaimana nanti ia akan bekerja.
c. Unthoughtable, sesuatu yang tidak pernah terfikirkan namun diyakini ada. Satu-
satunya hal tersebut adalah adanya Tuhan. Tuhan diyakini ada namu pemikiran kita
tidak akan sampai pada esensi pertanyaan-pertanyaan tentang adanya Tuhan. Pada
akhirnya apapun tentang Tuhan tidak bisa terpikirkan oleh akal.
Dengan tiga hal tersebut orang Islam menyatakan bahwa semua hal bisa dikaji
dengan filsafat.
2). Objek formal
Objek formal adalah metode untuk memahami objek material tersebut. Hal yang
dijadikan dalam objek formal merupakan objek material yang dikaji secara khusus.
Contoh: Penelitian tentang pohon kelapa khususnya fungsi air kelapa. Pohon
kelapa merupakan objek material, sedangkan air kelapa merupakan objek
formalnya.
Cara pemahamannya ada dua yaitu:
a. Spesifikasi, yaitu hal yang menjadi fokus kajian bukan sesuatu yang umum
melainkan sesuatu yang khusus.
b. Perspektif, yaitu objek dikaji dengan sudut pandang tertentu.
Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli
pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya.
Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka
yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber
kebenaranyaitu firman Tuhan, an tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran
yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai
alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman
Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil
metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai
kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi,
mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak
bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima
filsafat Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat
Yunani) itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut
menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-
orang yang menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa dirinyalah yang bena-benar
hidup sejalan dengan Tuhan.
Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat
beberapa penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut;
Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik
ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian,
kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik
Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar
kepercayaan dan akal.
Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor,
diantaranya faktor Religius dan faktor Ilmu Pengetahuan.
Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsof mengutarakan jalinan filsafat dengan
ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan
bukannya di dalamnya ilmu. Sementara itu Saifullah memberikan kesimpulan umum
bahwa pada dasarnya filsafat tiada lain adalah hasil pemikiran manusia, hasil spekulasi
manusia betapa pun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran manusia. Antara filsafat
dan ilmu memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan pikiran
manusia, yaitu berpikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaan antara
keduanya, terutama untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana
untuk hidup. Karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu
pengetahuan. Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu
kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu
lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk
memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing,
bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya
dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia. Harold H.Titus mengakui
kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan
filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat,di
samping di kalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan
keterbatasan ilmu, demikian juga di kalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam
memberikan makna dan tugas filsafat. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian)
antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam
upaya menghadapi atau memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal
tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen
pada kebenaran, di samping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan
sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan,
dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif
dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data
pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala
tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga
lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman
manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki
dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan
kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus
dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-
temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan memperhatikan ungkapan di
atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh
ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka
filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau
dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu
mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berpikir reflektif dan
sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. Filsafat dan keseluruhan
ilmu itu bertemu pada satu titik, titik itu adalah semua yang ada dan yang mungkin ada,
yang disebut dengan objek material, akan tetapi ilmu dan filsafat tetap berbeda, tidak sama,
karena berbeda pada objek formanya. Objek forma ilmu itu adalah mencari sebab yang
sedalam-dalamnya, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari keterangan
yangsedalam-dalamnya. Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencoba berusaha
mencari kebenaran tentang alam semesta beserta isinya dan termasuk di dalamnya adalah
manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri, juga berusaha mencari kebenaran, baik
kebenaran tentang alam maupun tentang manusia (sesuatu yang belum atau tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena di luar atau diatas jangkauannya) ataupun tentang
Tuhan, Sang Pencipta segala-galanya. Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara
menjelajahi atau menziarahi akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya),
mengakar, sistematis (logis dengan urutan dan adanya saling hubungan yang teratur) dan
intergral (universal atau berpikir mengenai keseluruhan) serta tidak merasa terikat oleh
ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yaitu logika. Ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan menggunakan metode atau cara penyelidikan (riset),
pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) atau sangat terkait dengan tiga aspek,
yaitu aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hukum. Selanjutnya kebenaran ada
yang bersifat spekulatif atau kebetulan saja adalah kebenaran yang bersifat dugaan atau
perkiraan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, secara riset dan secara
eksperimental. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang bersifat positif,
bukan bersifat spekulasi atau kebetulan saja, yaitu kebenaran yang masih berlaku sampai
saat ini yang dapat diuji. Baik kebenaran filsafat maupun kebenaran ilmu pengetahuan
kedua-duanya bersifat nisbi atau relatif yang artinya sifatnya sementara dan sewaktu-waktu
dapat berubah sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia, yang sangat tergantung
kepada situasi dan kondisi, termasuk perubahan alam. Mengenai lapangan pembahasan
ilmu dan filsafat. Lapangan ilmu pengetahuan mempunyai daerah-daerah tertentu, yaitu
alam dengan segala kejadiannya. Sedangkan lapangan filsafat adalah tentang hakikat yang
umum dan luas. Mengenai tujuannya, tujuan ilmu pengetahuan ialah berusaha menentukan
sifat-sifat dari kejadian alam yang di dalamnya juga terdapat manusia. Sedangkan filsafat
bertujuan untuk mengetahui tentang asal-usul manusia, hubungan manusia dengan alam
semesta dan bagaimana akhirnya (hari kemudiannya).
Mengenai cara pembahasannya, filsafat dalam pembahasannya tidak mempergunakan
percobaan-percobaan serta penyelidikannya mempergunakan pikiran dan akal. Sedangkan
ilmu pengetahuan dalam pembahasan dan penyelidikannya mempergunakan panca
indera dan percobaan-percobaan. Mengenai kesimpulannya, ilmu pengetahuan dalam
menentukan kesimpulan-kesimpulannya dapat diterapkan dengan dalil-dalil yakin yang
didasarkan pada penglihatan dan percobaan-percobaan. Sebaliknya, filsafat dalam
menentukan kesimpulan tidak memberi keyakinan mutlak, sebagai kesimpulan selalu
mengandung keraguan yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan pendapat di antara ahli-
ahli filsafat, serta jauh dari kepastian, kerja sama, serta keyakinan. Dengan demikian,
ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba
mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan
jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-
masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak atau
dogmatis. Menurut Sidi Gazalba, Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat
diteliti (riset dan atau eksperimen) batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian.Pengetahuan filsafat segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi
(rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi batasnya ialah batas alam namun
demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh
agama “Tuhan”.
Jurnal :
FILSAFAT MODERN DAN PERKEMBANGANNYA (Renaissance: Rasionalisme dan Emperisme)
Musakkir Musakkir
STAI Al Gazali Bulukumba, Indonesia
http://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/tajdid/article/view/626
Ulasan/Komentar:
Menurut saya Jurnal ini cukup jelas, mudah dipahami oleh pelajar/mahasiswa dan kalangan lainnya,
namun ada beberapa istilah asing yg mungkin sulit untuk dipahami oleh pemula masih membuka KBBI
untuk lebih mudah memahami istilah asing tsb.