Anda di halaman 1dari 8

UTS Filsafat Ilmu

Prodi BSA
Semester /Kelas: III C, D dan E
2021

Nama : Muhamad Wildan


NIM : 1205020115
BSA 3C

I. Pertanyaan Umum untuk semua


1. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang mengkaji terkait hakikat ilmu. Filsafat
merupakan studi tentang hakikat, mengenai apa yang ada dan tidak ada, realitas sesuatu
hal. Pertanyaannya adalah:
a. Jelaskan pengertian filsafat ilmu menurut beberapa ahli.!
1). Pengertian filsafat menurut aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran. Dimana ilmu pengetahuan tersebut berisi banyak hal, mulai dari
ilmu retorika, ilmu etika, ilmu metafisika, ilmu politi, ilmu logika dan ilmu
keindahan.
2). Menurut tokoh yang lain seperti Immanuel Kant, mendefinisikan bahwa
filsafat adalah dasar dari seluruh ilmu pengetahuan yang memliputi banyak hal.
Mulai dari meliputi isu epistemology atau yang lebih familiar dengan sebutan
filsafat pengetahuan dan berperan untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang
manusia ketahui.
3). menurut Al Farabi yang mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang sifat yang
mencoba untuk mengetahui sifat sebenarnya dari kebenaran.

b. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang menjadi objek kajian filsafat ilmu?
objek kajian filsafat ilmu terdiri dari dua yaitu objek material dan objek formal.
1). Objek material
Objek material adalah yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. Objek yang dikaji adalah
sesuatu yang dapat dirasionalkan yang bersifat empiris dan ilmiah.
Sesuatu yang dianggap ada bukan hanya yang hanya dirasakan indera saja tapi ada
beberapa hal yang tidak bisa dirasakan langsung oleh indera misalkan sejarah.
Sesuatu yang "ada" kemudian disebutkan sebagai berikut:
a. Thinkable, hal rasional yang berdasarkan pada inderawi dalam artian selama
panca indera bisa mengenali atau merasakan hal tersebut maka
itulah hakikat ada dalam objek material.
b. Unthinkable, sesuatu yang tidak terfikirkan oleh kita namun bisa jadi sedang atau
telah difikirkan oleh orang lain. Hal tersebut juga merupakan hakikat ada yang bisa
menjadi objek kajian dalam filsafat bagian dari objek material karena hal yang
difikirkan oleh orang lain bisa diteliti oleh kita. contoh : Mahasiswa belum
memikirkan tentang bagaimana ia akan bekerja, tetapi orang lain sudah atau telah
memikirkan bagaimana nanti ia akan bekerja.
c. Unthoughtable, sesuatu yang tidak pernah terfikirkan namun diyakini ada. Satu-
satunya hal tersebut adalah adanya Tuhan. Tuhan diyakini ada namu pemikiran kita
tidak akan sampai pada esensi pertanyaan-pertanyaan tentang adanya Tuhan. Pada
akhirnya apapun tentang Tuhan tidak bisa terpikirkan oleh akal.
Dengan tiga hal tersebut orang Islam menyatakan bahwa semua hal bisa dikaji
dengan filsafat.
2). Objek formal
Objek formal adalah metode untuk memahami objek material tersebut. Hal yang
dijadikan dalam objek formal merupakan objek material yang dikaji secara khusus.
Contoh: Penelitian tentang pohon kelapa khususnya fungsi air kelapa. Pohon
kelapa merupakan objek material, sedangkan air kelapa merupakan objek
formalnya.
Cara pemahamannya ada dua yaitu:
a. Spesifikasi, yaitu hal yang menjadi fokus kajian bukan sesuatu yang umum
melainkan sesuatu yang khusus.
b. Perspektif, yaitu objek dikaji dengan sudut pandang tertentu.

c. Jelaskan tujuan dan manfaat mempelajari filsafat ilmu?


Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi
kritis dancermat terhadap kegiatan ilmiah.
Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang,sehi1wngga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal(berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari
keberadaan kita.
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkanpersoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Jelaskan perkembangan filsafat Ilmu


a. pada masa Yunani kuno
Zaman yunani kuno ini ada yang menyebutnya dengan zaman filosofi alam,
sebab tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar. Darimana terjadinya
alam, itulah yang menjadi soal bagi para filosof pada masa itu. Selain itu, Fuad Hasan
menyebutnya dengan ciri pemikiran yang kosmosentris, yaitu para filosof
mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya. Pengamatan terhadap gejala
kosmik dan fisik sebagai upaya menemukan sesuatu asal muasal yaitu arche yang
merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.
Tokoh-tokoh yang terkenal pada zaman Yunani kuno ini antara lain Thales (625 -
545 SM). Thales dapat dikatakan salah seorang dari tujuh orang terpandai dalam
cerita-cerita lama Yunani. Nama-nama lainnya yaitu Solon, Bias, Pittacos, Chilon,
Periandos, dan Cleogulos. Mereka hidup di kota Miletos dan tersohor karena
petuahnya yang pendek-pendek, misalnya “Kenali dirimu”, “Segalanya berira-kira”,
“Ingat akhirnya”, “Tahan amarahmu”. Thales dikatakan sebagai bapaknya filosofi
Yunani. Filosofinya diajarkan dengan mulut saja dan dikembangkan oleh murid-
muridnya dari mulut kemulut juga. Baru Aristoteles yang kemudian menuliskannya.
Menurut Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah “semuanya itu air”. Air yang cair
itu adalah pangkal, pokok, dan dipengaruhi oleh ajaran gurunya. Anaximandros
bahwa “Jiwa itu serupa dengan udara”.
Selain ketiga filosof tersebut diatas, filosof yunani kuno lainnya yaitu Herakleitos
(540 - 480 SM). Berbeda dengan pendahulu-pendahulunya diatas, menurut
Herakleitos, anasir yang asli itu adalah api. Meskipun Herakleitos memandang api
sebagi anasir yang asal, pandangannya tidak semata-mata terikat pada alam luaran,
alam besar, seperti padangan filosof Miletos. Annasir yang asal itu dipandangnya juga
sesuatu yang bergerak. Menurutnya yang ada hanya pergerakan senantiasa, tidak ada
yang boleh disebut ada, melainkan menjadi, semuanya itu dalam kejadian. Jasa
terbesar Herakleitos yaitu dunia fikir yang dinamainya logos, yang artinya pikiran
yang benar. Dan dari sinilah kemudian timbul perkataan logika.
Filosof lainnya pada zaman yunani kuno ini, adalah filosof Pytagoras (580 - 500
SM) yang mempunyai kedudukan sendiri dalam alam pikiran Yunani. Filosofinya
berdasar pada pandangan agama paham keagamaan. Pitagoras percaya akan
kepindahan jiwa dari makhluk yang sekarang pada makhluk yang akan datang. Pokok
ajarannya yang terkenal yaitu segala barang adalah angka-angka.
Kemudian Demokritos (460 - 370 SM), merupakan filosof yunani yang juga
mempunyai peranan penting dalam rangka pengembangan imu pengetahuan.
Demokritos merupakan cikal bakal bagi perkembangan ilmu fisika, kimia dan
biologi.dia mengatakan bahwa realitas terdiri banyak unsur yang disebut atom.
Dalam perjalanan sejarah yunani kuno, trio besar yang sampai sekarang selalu
diperbincangkan adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates (470 - 399 SM)
menyajikan filsafat dialektika. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ia
membidani pengetahuan yang terdapat dalam diri oranglain. Metode berfikir socrates
merupakan cara berfikir induksi.
Pandangan Plato menyatakan bahwa dala rangka mencari kebenaran sebaiknya
dilakukan dengan dialog yang kemudian dikenal dengan metode platonik. Plato (428 -
348 SM) merupakan murid sekaligus tradisi dialog yang diajarkan Socrates. Plato
juga dikenal sebagai filosof dualisme yang mengakui dua kenyataan yang terpisah
dan berdiri sendiri yaitu dunia ide dan dunia bayangan.
Aristoteles (384 - 322 SM) menyatakan bahwa tugas utama ilmu yaitu mencari
penyebab-penyebab yang diselidiki. Menurut Aristoteles, tiap-tiap kejadian
mempunyai 4 sebab, yaitu:
1. Penyebab material (material cause)
2. Penyebab formal (formal cause)
3. Penyebab efisien (eficien cause)
4. Penyebab final (final cause)
Aristoteles juga mengemukakan tentang adanya 2 pengetahuan yaitu pengetahuan
indrawi dan pengetahuan akali. Pemikiraan tentang Sillogisme sebagai cara menarik
kesimpulan dari premis-premis sebelumnyamerupakan sumbangan besar Aristoteles
bagi pengetahuan. Metode yang diciptakan ini pada akhirnya membuat dia mendapat
julukan sebagai “Bapak Logika”.

b. pada abad pertengahan dan modern


Zaman abad pertengahan (6 - 16 M), juga disebut dengan zaman kejayaan Kristiani
(gereja). Ciri pemikiran pada zaman ini disebut teosentris, oleh karena para
filosofnya memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama
kristiani. Filosof yang terkenal pada abad ini yaitu Agustinus dan Thomas Aquinas.
Agustinus (354 - 430 M) sangat dipengaruhi oleh pemikiran Plato. Melalui
pengetahuan tentang kebenaran abadi yang dibawa sejak lahir dalam ingatan dan
menjadi dasar karena manusia mengetahui sesuatu, manusia ikut ambil bagian dalam
ide-ide Tuhan. Dalam arti tertentu keadaan ikut ambil bagian ini terjadi dengan
mengetahui sesuatu, namun semua perbuatan mengetahui dibimbing oleh kasih.
Berfikir dan mengasihi berhubungan secara selaras dan tak terceraikan. Tuhan ada
sebagai ada, yang bersifat pribadi dan sebagai pribadi menciptakan seluruh jagat
raya secara bebas, dan tidak beremanasi yang niscaya terjadi.
Thomas Aquinas (1125 - 1274 M), terpengaruh oleh pemikiran Aristoteles. Ciri
khas filsafat abad pertengahandikenal dengan predikat “Ancilla Theologiae”, dan
ini merupakan pemikiran Thomas Aquinas. Thomas Aquinas tidak semata-mata
mengulangi ajaran Aristoteles, membuang hal-hal yang tidak pas dengan ajaran
kristiani dan menambah hal-hal baru yang melahirkan aliran bercorak Thomisme.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5
abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi,
muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat
Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat
Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”.
Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu
tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak
lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang
mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang
diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena
itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan
mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap
agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan
tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran
(inkusisi). Adapun ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:
Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang
picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru
paerkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi
gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun,
di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia
yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa
depannya sendiri.
Zaman Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyang yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun
demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang ilmu yang terjadi pada
masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya
agama Kristen yang dijarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi
membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen
menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno
yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka
belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu
oleh wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan
masa Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal.
Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.

Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli
pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya.
Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka
yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber
kebenaranyaitu firman Tuhan, an tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran
yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai
alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman
Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil
metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai
kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi,
mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak
bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima
filsafat Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat
Yunani) itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut
menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-
orang yang menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa dirinyalah yang bena-benar
hidup sejalan dengan Tuhan.

Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat
beberapa penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut;
Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik
ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian,
kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik
Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar
kepercayaan dan akal.
Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor,
diantaranya faktor Religius dan faktor Ilmu Pengetahuan.

Skolastik Awal (800-1200)


Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-
abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 –
814) dapat memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan
ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang
semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang
merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda
sekali dengan sebelumnya.

Skolastik Puncak ( 1200-1300)


Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-
1300 dan masa ini juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan
universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut
ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan
gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya
Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya
memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas
Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.

Skolastik Akhir (1300-1450)


Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan).
Selain itu, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah
nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk
tentang aspek yang sma dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengetia umum
hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.
Perkembangan Skolisik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad
ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah
rasa jemu terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang
setia kepada pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah
dua kelompok pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

c. di Timur Tengah dan dunia Islam


Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa
dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur
Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan
juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut
Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu
mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.
Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad
Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah
ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari
lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah
Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.
Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh
pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur
(Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar
Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles
berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Alkulturasi kebudayaan ini
mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di
kemudian hari. Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya
lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran di era Bani Abbasiyah (750-
1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan
perkembangan kajian filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan
periode ini sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus
menunjukan keterbukaan umat Muslim terhadap berbagai pandangan yang
berkembang saat itu, baik dari para penganut keyakinan monoteis lainnya, seperti
kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di negeri-negeri Islam
(Ravertz, 2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan umat
Muslim terhadap literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering diidentikan
dengan ritual-ritual Paganisme.
Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu
pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada
Abad Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam kemudian semakin terfokus
pada pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan wahyu, yang
kemudian mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan wahyu
sebagai landasan epistemologis yang berpengaruh pada karakter perkembangan
ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Kondisi tersebut memunculkan semakin
banyaknya cabang-cabang keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat
teosentris dengan merujuk pada dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber
kebenarannya oleh para Mutakalim (ahli kalam), tetapi juga bersifat antroposentris
dengan rasio dan pengalaman empiris manusia sebagai landasannya tanpa
menegasikan dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits. Pada periode ini, dunia Islam
menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina,
Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Kajian filsafat Islam di periode
ini umumnya mengkaji lebih lanjut pandangan-pandangan perguruan filsafat
peripatetik di Eropa seperti logika, metafisika, filsafat alam, dan etika, sehingga
periode ini disebut juga sebagai periode peripatetik dari kajian filsafat Islam
(Islamic/Arabic peripatetic school).

3. Jelaskan keterkaitan antara filsafat dan ilmu!

Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsof mengutarakan jalinan filsafat dengan
ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan
bukannya di dalamnya ilmu. Sementara itu Saifullah memberikan kesimpulan umum
bahwa pada dasarnya filsafat tiada lain adalah hasil pemikiran manusia, hasil spekulasi
manusia betapa pun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran manusia. Antara filsafat
dan ilmu memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan pikiran
manusia, yaitu berpikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaan antara
keduanya, terutama untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana
untuk hidup. Karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu
pengetahuan. Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu
kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu
lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk
memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing,
bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya
dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia. Harold H.Titus mengakui
kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan
filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat,di
samping di kalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan
keterbatasan ilmu, demikian juga di kalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam
memberikan makna dan tugas filsafat. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian)
antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam
upaya menghadapi atau memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal
tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen
pada kebenaran, di samping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan
sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan,
dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif
dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data
pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala
tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga
lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman
manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki
dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan
kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus
dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-
temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan memperhatikan ungkapan di
atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh
ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka
filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau
dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu
mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berpikir reflektif dan
sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. Filsafat dan keseluruhan
ilmu itu bertemu pada satu titik, titik itu adalah semua yang ada dan yang mungkin ada,
yang disebut dengan objek material, akan tetapi ilmu dan filsafat tetap berbeda, tidak sama,
karena berbeda pada objek formanya. Objek forma ilmu itu adalah mencari sebab yang
sedalam-dalamnya, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari keterangan
yangsedalam-dalamnya. Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencoba berusaha
mencari kebenaran tentang alam semesta beserta isinya dan termasuk di dalamnya adalah
manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri, juga berusaha mencari kebenaran, baik
kebenaran tentang alam maupun tentang manusia (sesuatu yang belum atau tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena di luar atau diatas jangkauannya) ataupun tentang
Tuhan, Sang Pencipta segala-galanya. Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara
menjelajahi atau menziarahi akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya),
mengakar, sistematis (logis dengan urutan dan adanya saling hubungan yang teratur) dan
intergral (universal atau berpikir mengenai keseluruhan) serta tidak merasa terikat oleh
ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yaitu logika. Ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan menggunakan metode atau cara penyelidikan (riset),
pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) atau sangat terkait dengan tiga aspek,
yaitu aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hukum. Selanjutnya kebenaran ada
yang bersifat spekulatif atau kebetulan saja adalah kebenaran yang bersifat dugaan atau
perkiraan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, secara riset dan secara
eksperimental. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang bersifat positif,
bukan bersifat spekulasi atau kebetulan saja, yaitu kebenaran yang masih berlaku sampai
saat ini yang dapat diuji. Baik kebenaran filsafat maupun kebenaran ilmu pengetahuan
kedua-duanya bersifat nisbi atau relatif yang artinya sifatnya sementara dan sewaktu-waktu
dapat berubah sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia, yang sangat tergantung
kepada situasi dan kondisi, termasuk perubahan alam. Mengenai lapangan pembahasan
ilmu dan filsafat. Lapangan ilmu pengetahuan mempunyai daerah-daerah tertentu, yaitu
alam dengan segala kejadiannya. Sedangkan lapangan filsafat adalah tentang hakikat yang
umum dan luas. Mengenai tujuannya, tujuan ilmu pengetahuan ialah berusaha menentukan
sifat-sifat dari kejadian alam yang di dalamnya juga terdapat manusia. Sedangkan filsafat
bertujuan untuk mengetahui tentang asal-usul manusia, hubungan manusia dengan alam
semesta dan bagaimana akhirnya (hari kemudiannya).
Mengenai cara pembahasannya, filsafat dalam pembahasannya tidak mempergunakan
percobaan-percobaan serta penyelidikannya mempergunakan pikiran dan akal. Sedangkan
ilmu pengetahuan dalam pembahasan dan penyelidikannya mempergunakan panca
indera dan percobaan-percobaan. Mengenai kesimpulannya, ilmu pengetahuan dalam
menentukan kesimpulan-kesimpulannya dapat diterapkan dengan dalil-dalil yakin yang
didasarkan pada penglihatan dan percobaan-percobaan. Sebaliknya, filsafat dalam
menentukan kesimpulan tidak memberi keyakinan mutlak, sebagai kesimpulan selalu
mengandung keraguan yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan pendapat di antara ahli-
ahli filsafat, serta jauh dari kepastian, kerja sama, serta keyakinan. Dengan demikian,
ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba
mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan
jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-
masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak atau
dogmatis. Menurut Sidi Gazalba, Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat
diteliti (riset dan atau eksperimen) batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian.Pengetahuan filsafat segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi
(rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi batasnya ialah batas alam namun
demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh
agama “Tuhan”.

4. Jelaskan epistemologi, ontologi ,dan aksiologi ilmu!


Epistimologi : Epistemologi berasal dari kata Yunani, epistime dan logos. Episteme
biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran,kata, atau
teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar
dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya
menjadi theory of knowledge (Surajiyo, 2014)
Ontologi : Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah bidang
pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada
menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada
manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh,
teratur, dan tertib dalam keharmonisan.
Aksiologi ilmu : Aksiologi berasal dari kata Yunani axios(nilai) dan logos(teori), yang
berarti teori tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi
merupakan cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat dan
manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.

II. Pertanyaan Khusus:


Cari sebuah jurnal kemudian beri ulasan/ komentar terhadap jurnal tersebut.
1. Untuk no.urut absen 29 – 32 jurnal terkait Perkembangan Filsafat Ilmu masa modern

Jurnal :
FILSAFAT MODERN DAN PERKEMBANGANNYA (Renaissance: Rasionalisme dan Emperisme)
Musakkir Musakkir
STAI Al Gazali Bulukumba, Indonesia

http://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/tajdid/article/view/626

Ulasan/Komentar:

Menurut saya Jurnal ini cukup jelas, mudah dipahami oleh pelajar/mahasiswa dan kalangan lainnya,
namun ada beberapa istilah asing yg mungkin sulit untuk dipahami oleh pemula masih membuka KBBI
untuk lebih mudah memahami istilah asing tsb.

Anda mungkin juga menyukai