FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS NEGRI ISLAM PROF. KH SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO 2023 BAB I PEMBAHASAN A. Sejarah Aristoteles Aristoteles lahir di Stageria, Yunani 384-322 SM. Beliau meninggal dalam usia 63 tahun. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan socrates dan plato, ia dianggap menjadi seorang diantara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh dipemikiran barat. Aristoteles memimpin akademik ruang dibangun oleh plaro untuk mengambangkan ajaran plato tentang ketuhanan, politik dan perbintangan. Aristoteles memiliki banyak karya diataranya adalah buku logika, fisika, metafisika, perbintagan, sastra, dan ilmu seni. Filsafat aristoteles yang lebih dominan adalah masalah logika. Adapun dasar loginya adalah berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab akibat. Filsafat etika aristoteles adalah menyangkut estetika atau keindahan yang tertinggi yang dapat diperoleh dengan kesusilaan.(Prima Mytra dkk, 2016:5) Aristoteles pada usia 17 tahun, dikirim ke athena untuk belajar di academia plato. Disana ia belajar dibawah bimbingan plato selama kurang lebih 20 tahun lamanya hingga plato meninggal. Aristoteles juga sempat mengajar logika dan retorika di academia selama beberapa waktu. Aristoteles mempunyai murid yaitu Ale Berbeda dengan plato, Aristoteles berpendapat bahwa “ide” tidak terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan plato, tetapi justru terletak pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Aristoteles itu sendiri telah menulis banyak bidang pengetahuan yang meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pemikiran-pemikiranya yang sistematis tersebut banyak memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hasil-hasil pemikiran Aristoteles dapat dikelompokan menjadi delapan bagian yang mencakup : logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, retorika dan poctika. Selain mengembangkan cara berpikir deduktif, Aristoteles juga mengembangkan cara berpikir atau metode berpikir induktif. Berbeda dengan metode deduktif, metode induktif dimulai dari pengamatan- pengamatan impiris dan ditarik kesimpulan yang isinya melampaui obyek- obyek yang diamati. Dengan demikian, dalam metode induktif ada proses generalisasi, yaitu menarik kesimpulan yang lebih umum dari pada obyek- obyek yang diamatinya. Melalui metode ini Aristoteles mengembangkan sejumlah kajian yang menjadi cikal bakal sejumlah ilmu pengetahuan modern, misalnya biologi, geologia, fisika, astronomi, dan lain sebagainya.(Mulyadi,2022:187) B. Pengertian Realisme Menurut KBBI Realisme adalah paham atau ajaran yang selalu bertolak dari kenyataan, aliran kesenian yang berusaha melukiskan (menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya). Dengan memasuki abad ke-20, realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti yang actual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya.(Vina Rizqoeni dkk, 2021:5) C. Karya-karya Aristoteles Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi karya aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika politik, ekonomi, retorika dan politika. (Muhammad Kristiawan, 2016: 220) D. Ajaran-ajaran Aristoleles (Muhammad Kristiawan, 2016: 220-223). 1. Logika Aristoteles terkenal sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang logika. 2. Metafisika Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang ide-ide. Menurut Aristoteles yang sungguh ada itu bukanlah yang umum melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang ada, melainkan manusia ini, itu, anas, dan lain-lain. Semuanya ada. Jadi Aristoteles bertentangan dengan gurunya plato yang mengatakan bahwa semua yang nampak hanyalah merupakan bayangan semata. Menurut Aristoteles tidak ada ide-ide yang umum serta merupakan realita yang sebenarnya. Dunia ide diingkari oleh Aristoteles sebagai dunia realitas, karena tidak dapat dibuktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada konkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah yang merupakan realita sebenarnya. 3. Abstraksi Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya umum. Menurut Aristoteles, obyek yang diketahui itu memang konkrit dan satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indra dan indra mengenalnya. Pengetahuan indra yang macam-macam itu dapat diolah oleh manusia(budi). Manusia itu menggalkan yang bermacam- macam dan tidak sama, walaupun tidak diingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja dalam permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh Aristoteles dinamai ide atau pengertian. Jadi, Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan ide juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran Aristoteles disebut “Realisme”. 4. Politik 1) Tujuan negara Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoon Politicon” atau makhluk sosial yang hidup dalam negara. Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup dengan baik dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain, lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga, semua baik. 2) Rumah Tangga Aristoteles mengkritik pendapat Plato bahwa para penjaga tidak boleh hidup berkeluarga dan dilarang mempunyai milik pribadi. Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh milik pribadi, tetapi kekayaan tidak boleh ditambah dengan sembarang cara. 3) Susunan Negara yang Paling Baik Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan untuk kepentingan umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia.” Politeia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar. 5. Etika Dalam karya Aristoteles “Ethika Nicomachea” mengatakan dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan. Tugas etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu. Menurut Aristoteles, manusia hanya disebut bahagia jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain, agar manusia berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik. 6. Beberapa Catatan 1) Tentang akal budi dan pancaindera: a) Plato: berbeda dan berpisah. b) Aritoteles: berbeda tetapi tidak berpisah 2) Tentang sikap berjalan a) Plato: memandang ke atas = ke dunia ide b) Aritoteles: memandang ke bawah = ke dunia realitas 3) Penekanan dalam filsafat a) Plato: membahas "kebaikan" = kehendak b) Aristoteles: membahas "kebenaran" = akal budi 4) Tentang jiwa a) Plato: menganut pendapat akan kebakaan jiwa b) Aristoteles: jiwa manusia akan binasa 5) Teori pengetahuan a) Plato: pengetahuan adalah ingatan kembali (anamnesis) b) Aristoteles: teori abstrak E. Pemikiran-pemikiran Aristoteles Berikut ini terdapat beberapa pemikiran-pemikiran Aristoteles, diantaranya adalah 1. Ajarannya Tentang Logika Logika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad pertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (Abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Menurut Aristoteles, berfikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai sifat yang umum) dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu: Substansi (mis. Manusia, binatang) b) Kuantitas (dua, tiga) c) Kualitas (merah, baik) d) Relasi (rangkap, separuh) e) Tempat (di rumah, di pasar) f) Waktu (sekarang, besok) g) Keadaan (duduk, berjalan h) Mempunyai (berpakaian, bersuami) i) Berbuat (membaca, menulis) j) Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai bapak logika tradisional. 2. Ajaran tentang Silogisme Ajarannya Tentang Silogisme Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berfikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatny umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berfikir yang bertolak padad dua kebenaran yang tidak diragukan lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru. Berfikir dedukasi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor, dan kesimpulan. Perhatikan contoh berikut. a.Manusia adalah makhluk hidup (premis maror) b. Si Fulan adalah manusia (premis minor) c. Si Fulan adalah makhluk hidup (kesimpulan) 3. Ajarannya Tentang Pengelompokan Ilmu Pengetahuan Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu: a. Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik) b. Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian) c. Ilmu pengetahuan teorotis (fisika, matematika, metafisika) 4. Ajarannya Tentang Potensi Dan Dinamika Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah- ubah. Itulah realitas yang sesungguhnya. Mengenai hule dan morfe, bahwa yang disebut sebagai hule adalah suatu unsur yang menjadi dasar kesatuan. Setiap benda yang konkret, terdiri hule dan morfe. Misalnya, es batu dapat dijadikan es the,es sirop, es jeruk dan es the tentu akan lain dengan es jeruk karena morfenya. Jadi, hule dan morfe tidak terpisahkan. 5.Ajarannya Tentang Pengenalan Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari suatu benda. Dengan pengenalan rasionall ini dapat menuju satu-satunya untuk ke ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan adalah dengan teknik abstraksi. Abstraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat suatu benda. 6.Ajarannya Tentang Etika Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berfikir murni. 7.Ajarannya Tentang Negara Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling baik adalah negara dengan system demokrasi moderat, artinya system demokrasi yang berdasarkan Undang-undang Dasar. F. Realisme Aristoteles Istilah realitas (realisme) berasal dari kata latin Realis yang berarti "sungguh-sungguh", nyata, benar". Oleh karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh2 ada, terlepas dari Indra dan Budi yang menangkapnya Karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu fisafat. Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap panca Indra dan yang konsepnya ada dalam Budi itu memang nyata ada. Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide² bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk.(Ras Mawar, 2012: 6) DAFTAR PUSTAKA
Mytra Prima dkk, 2016. “Tokoh-tokoh(Matematikawan), Aliran, dan Pengaruhnya”.
Dalam https://scholar.google.com/scholar? hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tokoh+tokoh+matematikawan+aliran+dan+pengaruh nya&btnG= diakses pada tangaal 7 maret 2023. Mulyadi, 2020. FILSAFAT UMUM. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kristiawan Muhammad, 2016. Filsafat Pendidikan The Choice is Yours. Yogyakarta:
Valia Pustaka Yogyakarta.
Rizqoeni, Vina dkk, 2021. “Realisme Aristoteles Formameteria, Teori Cause,
Kategori, Etika Kebahagiaan”. Dalam https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri- pekalongan/sharia-economy-21/5-realisme-aristoteles/45415233 diakses pada 14 maret 2023.
Mawar, Ras, 2012. “Filsafat Umum Realisme Aristoteles”. Dalam
https://www.academia.edu/12097647/Filsafat_Umum_Realisme_Aristoteles diakses pada 14 maret 2023