Anda di halaman 1dari 11

A.

Aristoteles
Aristoteles menjadi penutup dari serangkaian 3 filsuf besar klasik yunani.
Kebesaran nama Aristoteles tidak terlepas dari kemampuan diferensiasi antara
kedua gurunya, meskipun tetap menyetujui beberapa pemikiran guru-gurunya,
Aristoteles hadir sebagai seornag filsuf yang mempunyai ciri khas berkutat
dengan logika. Aristoteles terkenal dengan kemampuannya dalam membangun
sebuah sistematika, mulai dari alam sampai mengemas sebuah retorika menjadi
terstuktur. Kemampuan berfikir sistematis adalah bagian dari menggunakan
sebuah rasio, yang menjadi kekuatan dari ajaran Aristoteles.1
Kemampuan ini sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan
sehari-hari sampai dengan permasalahan bernegara, karena dengan runtuhnya
sebuah masalah kita dapat mendeteksi celah kesalahan dan bisa mengatasinya,
dengan mampu meruntutkan sebat-akibat. Pendidikan dalam berbagai jenjang
pada dasarnya melatih berpikir secara berurutan, logis dan sesuai kapasitas murid-
murid. Disinilah Aristoteles memiliki peran yang besar dalam membangun sebuah
fondasi.2 Berada bertahun-tahun dalam didikan Plato, sebaliknya Aristoteles
banyak mengkritisi pemikiran Plato dan melahirkan banyak pandangan baru.
Kekhasan yang membedakan anatar Plato dan Aristoteles adalah karakter
Plato yang cenderung berpikir abstrak dan idealis, tertarik pada hal-hal yang sulit
dinalar oleh orang-orang kebanyakan misalnya dunia ide, yang mengawang-
awang dan sulit dilihat realitanya, berbeda dengan Aristoteles yang karakter
berpikirnya pragmatis dan mengamati permasalahan sehari-hari, lebih praktis dan
solutif. Dunia ide adalah salah satu dari pandangan Plato yang ditentang oleh
Aristoteles.
Aristotels lahir di Stagyra, Yunani Utara pada tahun 384 SM.3 Pengaruh
ayahnya yang berprofesi sebagai dokter turut mempengaruhi pengalaman
empirisnya, selain filsafat Aristoteles juga banyak mempelajari keilmuan seperti
matematika, astronomi, retorika dan lainnya bahkan nyaris menguasai berbagai
1
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 100.
2
Ibid.,
3
Loeksino Choiril Warsito et al, Pengantar Filsafat, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018).,
hlm. 24.

1
keilmuan yang berkembang pada masanya. Belajar di academia Plato yang
bertempat di Athena pada usia 17 tahun sampai disana kira-kira 20 tahun sampai
meninggalnya Plato. Lamanya pertemuan antara kedua filsuf ini, menjadikan
hubungan keduanya tidak hanya sebatas guru dan murid namun bahkan bisa
dibilang mirip sahabat.4
Ketika Plato meninggal dunia Aristoteles mendirikan sekolah di Assos
(Asia Kecil). Aristoteles memiliki kecenderungan berpikir saintifik tampak dari
pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan
metode empiris. Dan pandangan filsafatnya lebih mengarah kepada hal-hal yang
konkret. Dia juga pernah menjadi guru dari seorang jenderal terkenal yaitu
Alexander Agung. Aristoteles memiliki karya luar biasa adalah filsafat etika,
negara, logika, dan metafisika. Di dalam dunia filsafat Aristoteles di kenal sebagai
bapak logika.5 Logika Aristoteles dikenal sebagai logika tradisional dan sebagai
pengantar pada logika modern. Logika tradisional di sini di sebut dengan logika
formal. Sedangkan bagi kaum santri dikenal dengan sebutan ilmu Manthiq.
Aristoteles walaupun menjadi murid Plato, namun dalam beberapa hal ia
tidak sependapat dengan pandangan Plato. Berbeda dengan Plato tentang
persoalan kontradiktif antara tetap dan mejadi, Aristoteles menerima yang
berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya, yang semua itu berada
di dunia pengalam sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat
Aristoteles di sebut sebagai realisme.
Pandangan Plato bagi Aristoteles merupakan filosofi tentang adanya yang
ada dan adanya yang tidak ada. Aristoteles melengkapinya dengan bahwa manusia
berpotensi mengembangkan ide, dan pengembangannya tersebut dipengaruhi oleh
penglihatan, pengalaman, dan pengertian-pengertian, sehingga ide dan realitas
segala yang ada menyatu dalam suatu terminologi filosofis. Di sini sebenarnya
Plato mempelajari keberadaan yang ada sebagai suatu keseluruhan, dan yang
dipelajarinya adalah dunia yang tidak kelihatan yakni dunia ide. Sedangkan

4
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 101.
5
Aloysius G. Dinora. Aristoteles, Socrates, Plato Sebuah Biografi. (Yogyakarta: Penerbit
SOCIALITY, 2019), hlm. 73

2
Aristoteles membagi adanya itu dalam berbagai lingkungan seperti fisika, biologi,
etika, politik, dan psikologi. Di sini Aristoteles mempelajari sesuatu kenyataan
yang tampak.
Pandangan Aristoteles sangat luas dalam bidang filsafat, maka dari itu ia
juga memberikan suatu pandangan tentang konsep Tuhan. Aristoteles adalah
orang yang percaya terhadap adanya Tuhan, baginya bukti adanya Tuhan ialah
bahwa Tuhan adalah penyebab utama adanya gerak (a first cause of motion).
Sedangkan pandangannya mengenai etika, Aristoteles mengatakan bahwa etika
adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan sebagai barang tertinggi dalam
kehidupan, etika juga dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap yang pantas
dalam segala perbuatan.6
Sama seperti dua pendahulunya, Aristoteles juga mengalami ancaman dari
orang-orang yang antipasti terhadap pemikirannya. Aristoteles dituduh
menyebarkan ajaran sesat, sehingga ia harus pergi dan menyelamatkan dirinya .
Sebelumnya Aristoteles tingal di Athena, perbedaan pemikiran yang begitu
signifikan dari plato membuat Aristoteles berinisiatif meninggalkan Athena
setelah kematian Plato dan mengajar di Pythia. Kemudian terjadinya serangan dari
Persia sampai akhirnya mendapat undangan dari raja Philips dari Macedonia
untuk mengajarkan anaknya yaitu Alexander Agung7 yang kemudian menjadi
tokoh terkenal, yang kelak menjadi seorang diplomat dan jenderal yang membuat
nama Aristoteles turut melambung tinggi.
Berbicara tentang filsafat Aristoteles sesungguhnya masih banyak bahasan
yang perlu disajikan dalam pembahasan ini. Namun yang paling penting dari
ajaran Aristoteles adalah masalah logika dan dia memperkenalkan cara berpikir
silogisme.8 Silogisme adalah setiap penyimpulan dari dua keputusan yang
disimpulkan dengan suatu keputusan yang baru. Keputusan baru itu berkaitan erat
dengan premispremis sebelumnya. Jika kedua premis benar, dengan sendirinya
penyimpulan akan benar. Sedangkan contoh silogisme itu sendiri antara lain

6
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 102.
7
Ibid.
8
Ibid.,

3
adalah sebagai berikut: “Setiap makhluk akan musnah - dunia adalah makhluk -
maka, dunia akan musnah.”

B. Perbedaan Aristoteles dan Plato


Jika Plato yang merupakan guru dari Aristoteles biasanya terkenal dengan
julukannya sebagai “Bapak filsafat politik”, dan juga Plato terkenal dengan
metode induktifnya, serta lebih mengutamakan prinsip kewajiban (nature) dan
Philosophical Method-nya.9
Maka Aristoteles yang merupakan salah satu dari murid Plato yang
dibilang salah satu yang jenius biasanya dikenal dengan sebutan “Bapak ilmu
politik”, serta pemikiran beliau yang menonjol tentang metode induktif-nya, serta
lebih mengutamakan asas hak (aktifitas) dan pemikirannya tentang Scientific and
analytical, yang dimana cenderung ke arah analisis dari Aristoteles itu sendiri
Adapun keahlian dan kontribusi dari Aristoteles tidak hanya sebatas pada
suatu bidang ilmu disiplin saja, namun juga memiliki banyak pengaruh di banyak
bidang ilmu seperti Aristoteles on Logic, Aristoteles on Mechanic, Aristoteles on
Physic, Aristoteles on Phsiology, Aristoteles on Astronomy, Aristoteles on
Economis, Aristoteles on Politics. Kontribusi terbesar Aristoteles dalam bidang
kajian ilmu social adalah pada metodologi yang digunakannya yang berbasis
fokus pada rasionalitas, serta adanya intregasi etnik dan social, dan memberikan
pondasi sistematis dari moral, politik, dan teori social beserta beberapa konsep
dasar dari ekonomi, hukum, dan pendidikan.
Aristoteles memiliki kehidupan yang dekat dengan kekuasaan yang
memungkinkannya untuk mempelajari nilai dasar dari one man role (satu
penguasa dengan aturannya),10 ekonomi dan pentingnya hubungan serta kebijakan
luar negeri. Adapun beberapa karya yang dimiliki Aristoteles adalah sebagai
berikut: 150 Philosophical Treaties, yang mana 30 diantaranya masalah filsafat
dalam biologi dan psikologi serta hubungannya dengan politik. Aristoteles juga
9
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 102.
10
Aloysius G. Dinora. Aristoteles, Socrates, Plato Sebuah Biografi. (Yogyakarta: Penerbit
SOCIALITY, 2019), hlm. 77

4
menulis pemikirannya yang kemudian dikenal dengan ”Lecture Noted”. Selain
itu, Aristoteles juga memiliki 6 karya tulis tentang logika, 26 dengan subjek
berbeda tentang dasar ilmu social, 4 dalam etika dan moral, 3 tentang seni dan
puisi. Selebihnya tentang metafisika, ekonomi, sejarah, politik. Beberapa tulisan
metode yang digunakan oleh Aristoteles adalah sebagi berikut: Scientific and
Analitycal Methodology, Inductive and Deductive, Historical dan Comparative,
Teological and Analogical, Analytical and Observation.11
Pondasi filsafat teori politik dan etika Aristoteles adalah sebagai berikut,
politik tidak akan lepas dari ilmu dan etika, fenomena merupakan intrepetasi dari
bentuk dan ruh, etika menjadi pemandu ilmu politik, Negara adalah bentuk dari
moral sejati yang membentuk kehidupan.
C. Retorika dan Silogisme

Retorika adalah salah satu karya terkenalnya yang menjelaskan tentang


proses penyusunan pidato dan pesan, dengan memperhatikan sistematika pesan,
pendengar, dan kapasitas penyampai pesan. Retorika menjadi salah satu ajaran
tertua di dunia yang diterapkan dalam banyak keilmuan mulai dari politik sampai
hukum. Dalam tradisi retoris ini sedikit menceritakan sejarah dar Aristoteles dan
Plato. Plato adalah guru dari Aristoteles seperti yang sudah saya uraikan di
pembahasan bagian atas tadi. Cara pandang Plato berusaha untuk mencari
kebenaran bisa bersifat pasti. Plato berusaha untuk mencari kebenaran yang
absolute mengenai dunia. Plato merasa bahwa selama orang dapat sepakat
mengenai hal-hal penting, masyarakat akan dapat bertahan terhadap kondisi suatu
dunia tersebut.

Sebaliknya Aristoteles menyatakan bahwa kebenaran bersifat pasti.12 Dia


lebih tertarik untuk mempelajari apa yang ada di sini dan sekarang, ia tidak
tertarik dengan kebenaran yang absolut berbeda dengan kebanyakan filsuf
sebelumnya terutama Plato karena ia sedang berusaha untuk mencapai cara

11
Aloysius G. Dinora. Aristoteles, Socrates, Plato Sebuah Biografi. (Yogyakarta: Penerbit
SOCIALITY, 2019), hlm. 77.
12
Loeksino Choiril Warsito et al, Pengantar Filsafat, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018).,
hlm. 24.

5
pandang yang logis, realistis dan rasional mengenai masyarakat.13 Hal yang paling
penting adalah definisi Aristoteles mengenai retorika alat-alat persuasi yang
tersedia. Hal ini diinginkan dan direkomendasikan oleh Aristoteles adalah agar
para pembicara berusaha melampaui insting awal mereka ketika mereka ingin
membujuk orang lain.

Ketika beretorika harus tahu latar belakang khalayak-khalayaknya dan


yang kedua ada bukti-bukti tentang apa yang mau dibicarakan agar pada saat
beretorika asumsi dari komunikator lebih kuat. Para politikus seringkali
menyerang lawan mereka dengan menyatakan bahwa “retorika mereka adalah
kosong belaka” atau bahwa semua janji mereka adalah “retorika, dengan sedikit
diikuti tindakan nyata”.14 Kritik semacam ini hanya membuat proses aktif dan
dinamis dari retorika serta perannya dalam proses public speaking terkesan sepele.

Dalam tulisan-tulisan Aristoteles yang dikumpulkan dan ditulis West dan


Turner, mereka merumuskan beberapa asumsi. Pertama Aristoteles menyatakan
bahwa hubungan antara pembicara dengan khalayak harus dipertimbangkan. Para
pembicara harus berpusat pada khalayak. Mereka harus memikirkan khalayak
sebagai sekelompok orang yang memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan
bukannya sebagai sekelompok besar yang homogeny dan serupa.

Analisis khalayak yang merupakan proses mengevaluasi suatu khalayak


dan latar belakangnya (seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan
sebagainya) dan menyusun pidatonya sedemikian rupa sehingga para pendengar
memberikan respons sebagaimana diharapkan pembicara.15 Misalnya dalam
mengkampanyekan hidup sehat kepada anak-anak sekolah, pembicara perlu
mengetahui latar belakang gizi yang sehat dan dibutuhkan oleh anak-anak.
Pembicara perlu mengetahui asupan gizi yang bisa dipenuhi dengan sumber daya
sekitar.

13
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 112.
14
Ibid.
15
Ibid., 13.

6
Asumsi kedua bukti-bukti yang dimaksudkan oleh Aristoteles ini merujuk
pada cara-cara persuasi dan bagi Aristoteles terdapat tiga bukti yaitu ethos, pathos
dan loghos.16 Ethos merujuk pada karakter, intelegensi dan niat baik yang
dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditujukan melalui
pidatonya. Ethos merupakan istilah yang luas yang merujuk pada pengaruh timbal
balik yang dimiliki oleh pembicara dan pendengar terhadap satu orang dengan
yang lain. Kredibilitas pembicara merupakan hal yang penting untuk bisa
meyakinkan. Logos merupakan bukti-bukti logis yang digunakan oleh pembicara
dalam argument mereka, rasionalisasi, dan wacana.17

Menurut teoritikus logos mencakup penggunaan beberapa praktik


termasuk menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas.18 Isi dari apa yang
disampaikan haruslah pas atau cocok dengan komunikan misalnya jika ingin
berpidato tentang bahaya bully maka isinya dari pidato itu haruslah hal-hal yang
menjelaskan tentang kekerasan dan akan lebih kredibel jika komunikator
membawa bukti-bukti untuk memperkuat pidatonya dan khalayak yang cocok
untuk dapat diterima adalah pelajar smp dan sma, Pathos adalah sesuatu yang
berkaitan dengan emosional emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.
Bahwa para pendengar menilai dengan cara berbeda ketika mereka dipengaruhi
oleh emosional mereka seperti rasa bahagia, benci, sedih, dan sakit. Contoh
terkenal adalah seperti pidato Soekarno yang mampu membangkitkan semangat
perjuangan.

D. Dunia Ide vs Realisme


Warisan berharga lainnya dari Aristoteles adalah pertentangannya
mengenai dunia ide Plato. Aristoteles yang pragmatis dan empiris berbanding
terbalik dengan Plato yang idealis dan abstrak, perbedaan kedua pendekatan ini
membuat perbedaan minat dalam pengamatan mengenai filsafat. Plato menurut
Aristoteles terlalu asik dengan pikirannya sampai-sampai tidak berada di dunia,

16
Aloysius G. Dinora. Aristoteles, Socrates, Plato Sebuah Biografi. (Yogyakarta: Penerbit
SOCIALITY, 2019), hlm. 86
17
Ibid.
18
Ibid., 87

7
sedangkan Aristoteles melibatkan perasaannya dengan peka terhadap apa yang
terjadi di sekitarnya.19
Dalam pengantar disebutkan bahwa Aristoteles tidak setuju dengan konsep
dunia ide yang dicetuskan oleh Plato. Sekali lagi pendekatan mereka akan filsafat
mempengaruhi cara mereka memahami dunia, Plato dengan keabstrakannya
terlalu seru dengan dunia idenya, alam sekitar yang penuh gejolak malah tidak
mendapat perhatiannya, sebaliknya Aristoteles memperhatikan kejadian-kejadian
alam misalnya perubahan langit, adanya bintang-bintang, bunga dan pohon yang
tumbuh dengan keunikannya masing-masing atau keunikan sebuah binatang mulai
dari anatomi sampai keunikan kemampuannya masing-masing.
Jika Plato menjelaskan melalui dunia idenya bahwa bentuk-bentuk yang
ada di dunia adalah representasi dari dunia ide yang menurutnya adalah dunia
ideal yang menjadi bentuk sempurna dan menginspirasi dunia realita karena kekal
dan abadi, sebaliknya Aristoteles menjelaskan realitas tersebut yang membentuk
dunia ide. Ilustrasi sederhananya sebagai berikut, orang mampu membayangkan
sebuah ide akan meja adalah hasil manusia setelah mengamati banyak meja,
sehingga konsep meja tersebut dibangun dari kenyataan yang ada, bukan
sebaliknya seperti yang dijelaskan oleh Plato dalam dunia ide.
Gaader dalam novelnya Dunia Sophie, Aristoteles pernah berpendapat
bahwa seluruh pemikiran dan gagasan masuk ke dalam kesadaran manusia melaui
apa yang manusia dengar dan lihat.20 Dalam novel dunia Sophie ini pun
menjelaskan bahwa Plato menyatakan realita yang paling tinggri tercipta jika
sesuatu dipikirkan melalui akal, sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa indra
kitalah yang menciptakan realita tersebut. Maka hal ini mirip dengan cara
berpikir deduktif-induktif, Plato mengarah deduktif dimana akal yang emnjadi
sumber dan realita adalah bentuk cerminan akal, sebaliknya Aristoteles lebih
induktif karena dimana indra membentuk objek-objek dalam pikiran kita,
Misalnya adalah pengalaman manusia dalam mengalami bentuk fisik dari
tumbuhan, binatang dan manusia sendirilah yang kemudian membuat manusia
19
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 120.
20
Gaarder, J. Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat (Bandung: Mizan Media Utama, 2013)

8
memahami perbedaan ketiga jenis makhluk hidup tersebut dan itulah yang
membangun cara berpikir kita, alias jika kita bandingkan dengan pemikiran Plato
adalah realita yang membangun dunia ide.
Maka kritik Aristoteles yang paling mendalam terhadap teori ide Plato,
dalam dunia Sophie adalah terperangkapnya Plato di dalam gambaran mitologis
dunia dimana imajinasi disamakan dengan dunia nyata, bagi Aristoteles alam
adalah wujud dari dunia yang nyata di dunia, sesuatu yang benar-benar ada dan
seharusnya alamlah yang memerlukan perhatian filsuf untuk diamati. Maka tidak
heran jika filsafat Aristoteles akan mengarah pada hal yang bersifat nyata atau
realism, bukan hal yang abstrak. Kontribusi besar lainnya dari Aristoteles adalah
menyusun berbagai macam ilmu pengetahuan menjadi tertata sehingga lebih
mudah dipelajari.21
E. Etika Nikomachea
Aristoteles menjadi penutup sekaligus puncak dalam masa emas filsafat
Yunani kuno. Nikomachea menjadi salah satu dari banyak karya lainnya yang
diminati untuk dipelajari orang, salah satu keunggulan Aristoteles dibanding Plato
adalah keberhasilan Aristoteles tidak hanya mengembangkan seluruh ilmu tetapi
mengembangkan ide terpenting dan paling dasar dari segala ilmu, Aristoteles
adalah orang pertama yang mengidentifikasikan sejarah dan menampilkan
pengandaian serta arah yang tepat dari petualangan intelektual.22
Telah disinggung sebelumnya dalam novel dunia Sophie bahwa
Aristoteles berperan penting dalam merapikan ilmu pengetahuan, ia
mengembangkan banyak pemikiran yang kemudian kita kenal sebagai bidang
ilmu psikologi, politik, metafisika, fisika, matematika, psikologi, politik, estetika,
logika, meteorology, geologi, metodologi, kosmologi, dan teologi.23 Minatnya
yang begitu luas menjadi kekaguman bagi kita, bagaimana mungkin orang yang
hidup di era ribuan tahun lalu dapat dengan matang merumuskan ilmu
pengetahuan, yang berguna sampai sekarang dan dipelajari banyak orang.

21
Al-ahmed, Sholahuddin., & Aloysius Germia Dinora. Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-
Socrates hingga Aristoteles. (Yogyakarta: Penerbit SOCIALITY, 2020), hlm. 123.
22
Ibid.
23
Gaarder, J. Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat (Bandung: Mizan Media Utama, 2013)

9
Aristoteles merupakan contoh filsuf yang matang dan mempunyai karakter
yang kuat. Maka dalam beberapa tulisan menyatakan bahwa cukup sulit untuk
mempelajari karya-karya Aristoteles yang dikenal memiliki kepadatan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Nama Nikomachea diberikan setelah anak Aristoteles
yang bernama Nikomachea mengedit karya ini,24 pemikirannya ini diwarnai
dengan gagasan-gagasan mengenai arah, tujuan. Antara tujuan dan tujuan akhir
setiap tindakan dan hidup manusia.
Salah seorang tokoh yang mempelajari mengenai karya Aristoteles
memberikan sebuah gambaran tentang karya Aristoteles dengan menjelaskan
dengan konsep fisika, kita menemukan pemikiran Aristoteles bahwa objek-objek
bergerak sebagaimana mestinya karena mereka memiliki ruang alami di dalam
dunia, seperti api yang menyala yang mendapat ruang di langit maka kobaran dari
api tersebut akan menyala kea rah langit, dalam artian api tersebut akan otomatis
mengarah ke atas, sama halnya dengan benda mati seperti batu yang memiliki
ruang di bumi, maka otomatis batu tersebut jika dilemparkan ke atas akan selalu
mengarah ke bawah atau turun. Objek bergerak sesuai sedemikian rupa karena
memiliki keterarahan atau arah alami.
Aristoteles dalam akhir tulisan etika Nikomachea menuliskan pemikiran
etika yang paling luas dan lengkap, dengan sederhana ia menjawab “Datanglah,
mari kita berusaha terus untuk menyelidiki”.25 Pernyataan tersebut mengajak kita
untuk bisa terus menyelidiki segala hal yang kita anggap kebahagiaan, apakah
benar-benar semu atau benar-benar realita. Aristoteles mengajak kita untuk bisa
melihat aspek kebahagiaan dengan dalam agar kita tidak mudah iri pada
kebahagiaan orang lain dan bisa menemukan kebahagiaan sejati menurut diri kita
sendiri.

Kesimpulan

24
Aloysius G. Dinora. Aristoteles, Socrates, Plato Sebuah Biografi. (Yogyakarta: Penerbit
SOCIALITY, 2019), hlm. 98.
25
Ibid.

10
Dari semua penjelasan yang ada di atas kita dapat mengambil kesimpulan
yang begitu amat banyaknya, mulai dari sejarah munculnya filsafat yang dimana
kita tahu sendiri ilmu filsafat tidak lahir dengan begitu saja, akan tetapi banyak
tokoh-tokoh yang berkontribusi penting dalam proses lahirnya ilmu filsafat, yang
pada awalnya Yunani kuno hanya merupakan kebudayaan lisan semata sebelum
menjadi sebuah filosofis. Semakin berkembangnya masa para filsuf pun mulai
menuliskan ide-ide mereka yang kemudian diteruskan oleh murid-muridnya.
Dari tulisan kami ini pun kita sudah berusaha sebaik-baik mungkin untuk
mengupas semua informasi mengenai bagaimana keadaan pada masa pra yunani
kuno sampai pada masa Socrates, Plato hingga Aristoteles pun sudah berusaha
kami tulis sebaik-baiknya agar dapat mudah dimengerti dan dipahami tentunya.
Agar nanti kedepannya kita semua tidak hanya mengerti nama para pemikir
filsafat kuno saja tapi tentunya agar mengerti secara keseluruhan bagaimana
kehidupan mereka dan tentunya perjalanan mereka hingga dapat menjadi seorang
tokoh filsafat terkenal pada masanya.

11

Anda mungkin juga menyukai