CRITICAL APPRAISAL
BLOK KEDOKTERAN KELUARGA
“Effect of Piperacillin-Tazobactam vs Meropenem on 30-Day Mortality for
Patients With E coli or Klebsiella pneumoniae Bloodstream Infection and
Ceftriaxone Resistance A Randomized Clinical Trial”
Disusun Oleh:
Muhammad Aulia Rachman
(1102017147)
Dosen Pembimbing:
dr. Sakura Muhammad Tola, SpFK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019
SKENARIO
Seorang anak laki-laki usia 16 thn diantar orang tuanya ke RS dengan keluhan demam tinggi, rewel dan
tak pernah tidur sejak semalam. Menurut ibunya dalam 3 bulan terakhir beberapa kali membawa
anaknya ke dokter dengan keluhan batuk dan pilek yang hilang timbul dan hampir 1 bulan terakhir ini
batuk dan pilek anaknya tidak berhenti yang kadang disertai sesak. Pada saat penimbangan di posyandu
bulan lalu BB anaknya 10 kg. Anaknya ini adalah anak ke 3, kedua kakaknya juga mengalami hal yang
sama sejak 3 minggu yang lalu dan telah membaik sejak 2 hari yang lalu, hanya saja yang dialami kedua
kakaknya tidak separah anaknya yang ketiga ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan otot bantu napas ,
tidak ditemukan wheezing tetapi terdapat rhonchi di kedua paru. Menurut pasien obat yang diberikan
sebelumnya yaitu meropenem. Dokter memberikan pipercillintazobactam untuk terapi kausal yang lebih
baik dan lebih efektif.
Foreground Quostion:
Apakah bisa penggunaan piperacillin-tazobactam digunakan sebagai terapi pada pasien dengan
infeksi yang disebabkan oleh bacteri Escherichia coli atau Klabsiella pneumoniae yang resisten
terhadap Ceftriaxone dibandingkan dengan pemberian Meropenem dalam 30 hari?
PICO
P (Pasien) : Seorang anak laki-laki usia 16 tahun dengan pnemoniae
I (Intervensi) : Piperacillin-tazobactam
C (Comparison) : Meropenem dalam 30 hari
O (Outcome) : Efektifitas obat terhadap terapi pada pasien dengan infeksi aliran darah
yang disebabkan oleh bacteri Escherichia coli atau Klabsiella
pneumoniae yang resisten terhadap Ceftriaxone.
Keyword:
Piperacillin-Tazobactam AND Meropenem AND Escherichia coli or Klebsiella pneumoniae
Infection
B. IMPORTANCE
1. Seberapa besar efek terapi terhadap kesembuhan pasien?
a. EER (Experiment Event Rate)
Merupakan proporsi angka munculnya efek yang terjadi pada kelompok
intervensi.
EER = 0,68 (68%)
b. CER (Control Event Rate)
Merupakan proporsi angka munculnya efek yang terjadi pada kelompok
control
CER = 0,74 (74%)
c. ARR (Absolute Risk Reduction)
Besarnya perbedaan kelompok abnormalitas antara kelompok control
dengan kelompok intervensi
ARR = EER – CER = 0,68 – 0,74 = - 0,06
d. ARI (Absolute Risk Increase)
Berapa persen terapi yang diuji memberikan perbaikan dibandingkan
control.
ARI = CER – EER = 0,74 – 0,68 = 0,06
e. RR (Relative Risk)
Perbandingan antara insiden dari hasil pada kelompok perlakuan dengan
insiden dari hasil pada kelompok control
EER 0,684
Rumus: = = 0,91
CER 0,746
f. NNT (Number Needed to Treat)
Berapa jumlah pasien yang harus diterapi dengan obat eksperimental
untuk memperoleh tambahan satu kesembuhan atau menghindari
kegagalan
1 1
Rumus: = = 16,66
ARR 0,06
= √ 0,00225
= 0,047
Upper Limit of 95% CI for ARR ( ARR ) = ARR + 1,96 ( SE ARR)
U
= 0,06 + 1,96 (0,047)
= 0,06 + 0,092
= 0,152 = 0,15
Lower Limit of 95% CI for ARR ( ARR) = ARR – 1,96 ( SE ARR)
L
= 0,06 - 1,96 (0,047)
= 0,06 – 0,092
= 0,032
Upper Limit of 95% CI for NTT (U NTT ) = 1/U ARR = 1/0,15 = 6,67
Lower Limit of 95% CI for NTT ( LNTT ) = 1/ L ARR = 1/0,032 = 31,24
Confidance Interval 95% = 31,24 – 6,667
3. APPLICABILTY
1. Apakah hasil ini bisa di terapkan pada pasien saya?
- Tidak bisa, karena dari hasil penelitian pipracillintazobactam efektifitas
obatnya tidak bisa dibuktikan dibandingkan dengan maropenem
2. Menentukan potensi keuntungan dan kerugian pada pasien?
- Keuntungan: penggunaan pipracillintazobactam cukup efektif terhadap pasien
imuno kompremise di sebabkan pipracilintazobactam memiliki waktu yang
lebih singkat , penggunaan pipracillintazobactam lebih efektif terhadap
pengobadan system urinaria
- Kerugiannya: pada analisa dalam penelitian ini kelompok yang diberikan obat
pipracillintazobactam memiliki angka tingkat kematian yang lebih tinggi di
bandingkan dengan pemberian obat golongan meropenem