1. MM Kanker serviks
1.1 Definisi dan klasifikasi
Karsinoma serviks adalah keganasan di
daerah leher rahim, umumnya punya gejala
perdarahan per vagina yang abnormal (IPD jilid 3
edisi 6).
Kanker serviks merupakan keganasan
yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk
silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum (Panduan
penatalaksanaan kanker serviks).
Klasifikasi
1) Karsinoma sel skuamosa (75%)
2) Adenokarsinoma dan campuran karsinoma Karsinoma invasif serviks berkembang
adenoskuamosa (20%) pada zona transfromasi dan invasi dalam stroma
3) Karsinoma sel kecil neuroendokrin (< 5%) hingga tumor eksofitik yang besar dapat dilihat
(Kumar, 2015) secara makroskopik (gross). Tumor melingkar
serviks dan penetrasi pada stroma dibawahnya
CIN 1: ditandai oleh perubahan displastik pada membentuk serviks seperti gentong (barrel cervix)
bagian bawah 1/3 epitel skuamosa dan dapat diraba melalui palpasi langsung. Ekstensi
perubahan koilositik pada lapisan permukaan parametrium mengakibatkan perlengketan uterus
epitel. dengan struktur pelvis disekitarnya. Penyebaran
CIN 2: displasia mencapai 1/3 tengah epitel ke kelenjar getah bening pelvis bergantung
dan gambaran sebagai maturasi keratinosit kedalaman invasi tumor dan adanya sel tumor
yang terlambat. Beberapa variasi ukuran sel pada rongga vaskular. Risiko metastasis
dan inti, heterogenitas kromatin inti, mitosis meningkat yaitu < 1% jika tumor kedalaman < 3
diatas lapisan basal yang meluas hingga mm menjadi 10% invasi > 3 mm. Karsinoma
mencapai 1/3 tengah epitel. Lapisan derajat keganasan ditentukan menurut derajat
superfisial sel berdiferensiasi dan kadang ada diferensiasi skuamosa (Kumar, 2015).
perubahan koilositik.
CIN 3: ditandai kehilangan maturasi yang
hampir lengkap, dan variasi yang lebih
mencolok dari ukuran sel dan inti,
heterogenitas kromatin, orientasi sel tidak
teratur dan mitosis normal atau abnormal;
hampir mengenai lapisal epitel. Perubahan
koilositik tidak ada.
Untuk keperluan klinis CIN dibagi menjadi:
LSIL (CIN 1) dan HSIL (CIN 2 dan CIN 3) (Kumar,
2015).
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Subtipe Kanker
Meliputi:
Karsinoma sel skuamosa (sekitar 80-85%) paling
sering
Adenokarsinoma (15% dari kanker serviks di Inggris)
Karsinoma adenoskuamosa
Karsinoma sel kecil
Tumor neuroendokrin
Glassy cell carcinoma
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Villoglandular adenocarcinoma Kumar, V., Abbas, A.K.., Aster, J.C., 2015. Buku
Keganasan non karsinoma: melanoma dan limfoma Ajar Patologi Robbins Edisi 9, Singapura:
(jarang terjadi). Elsevier Saunders.
Klasifikasi FIGO tidak memasukkan keterlibatan KGB Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan
edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF.
2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
III. VI. Jakarta: Interna Publishing.
1.2 Etiologi
Karsinoma serviks disebabkan oleh infeksi
virus papilloma humanis (HPV) tipe 16, 18, 31, dan
Stadium 45. Faktor risiko lain seperti aktivitas seksual pada
Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis. Stadium usia muda (< 6 tahun), hubungan seksual dengan
klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvik, multipartner, menderita HIV atau mendapat
jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan penyakit/penekanan kekebalan
biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto (immunosuppressive) bersamaan dengan infeksi
paru-paru, pielografi intravena (dapat pula digantikan HPV, dan perempuan perokok (Sarwono, 2011).
dengan foto CT-scan). Untuk kasus-kasus stadium lebih Menurut panduan penatalaksanaan
Ianjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi, proktoskopi, kanker serviks, penyebab kanker serviks diketahui
dan barium enema (Sarwono, 2011). adalah virus HPV (HumanPapilloma Virus) sub tipe
onkogenik, terutama sub tipe 16 dan18. Adapun
faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain:
aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan
seksual dengan multipartner,merokok,
mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah,
pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau
positif), penyakit menular seksual, dan gangguan
imun.
kanker serviks dan bersama dengan subtipe yang tidak tepat dapat meningkatkan
31 menjadi faktor risiko utama untuk kanker risiko.
serviks. 4) Dietilstilbesterol (DES)
Ko-faktor Hubungan antara clear cell
Menurut american cancer society faktor risiko adenocarcinoma serviks dan paparan DES
kanker serviks berupa: merokok, infeksi HIV, in utero telah dibuktikan.
infeksi klamidia, faktor makanan, kontrasepsi 5) Agen infeksius
hormonal, kehamilan multipel, paparan Mutagen pada umumnya berasal
hormon obat dietilstilbestrol, dan riwayat dari agen-agen yang ditularkan melalui
keluarga kanker serviks. Selain itu, hubungan hubungan seksual seperti Human
seksual pertama usia muda, kehamilan Papilloma Virus (HPV) dan Herpes
pertama, penggunaan dini kontrasepsi oral, Simpleks Virus Tipe 2 (HSV 2).
faktor risiko genetik HLA-B7 berkaitan dengan 6) Human papilloma virus (HPV)
kanker serviks. Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab neoplasia servikal.
Menurut Imam rasjidi dalam jurnal epidemiologi Karsinogenesis pada kanker serviks sudah
kanker serviks, sebagai berikut: dimulai sejak seseorang terinfeksi HPV
Faktor risiko yang telah dibuktikan: yang merupakan faktor inisiator dari
1) Hubungan seksual kanker serviks yang menyebabkan
Wanita dengan partner seksual terjadinya gangguan sel serviks.
yang banyak dan wanita yang memulai Adanya onkogenitas virus
hubungan seksual pada usia muda akan papiloma hewan; hubungan infeksi HPV
meningkatkan risiko terkena kanker serviks dengan kondiloma dan atipik
serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih koilositotik yang menunjukkan displasia
peka terhadap metaplasia selama usia ringan atau sedang; serta deteksi antigen
dewasa maka wanita yang berhubungan HPV dan DNA dengan lesi servikal.
seksual sebelum usia 18 tahun akan HPV tipe 6 dan 11 berhubungan
berisiko terkena kanker serviks lima kali erat dengan diplasia ringan yang sering
lipat. Keduanya, baik usia saat pertama regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan
berhubungan maupun jumlah partner dengan diplasia berat yang jarang regresi
seksual, adalah faktor risiko kuat untuk dan seringkali progresif menjadi
terjadinya kanker serviks. karsinoma insitu. Infeksi Human Papilloma
2) Karakteristik partner Virus persisten dapat berkembang
Pasien dengan kanker serviks lebih menjadi neoplasia intraepitel serviks (NIS).
sering menjalani seks aktif dengan partner Seorang wanita dengan seksual
yang melakukan seks berulang kali. Selain aktif dapat terinfeksi oleh HPV risiko tinggi
itu, partner dari pria dengan kanker penis dan 80% akan menjadi transien dan tidak
atau partner dari pria yang istrinya akan berkembang menjadi NIS. HPV akan
meninggal terkena kanker serviks juga hilang dalam waktu 6-8 bulan. Dalam hal
akan meningkatkan risiko kanker serviks. ini, respons antibodi terhadap HPV risiko
3) Riwayat ginekologis tinggi yang berperan. Dua puluh persen
Hamil di usia muda dan jumlah sisanya berkembang menjadi NID dan
kehamilan atau manajemen persalinan sebagian besar, yaitu 80%, virus
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
menghilang, kemudian lesi juga RNA spesifik pada sampel jaringan wanita
menghilang. Oleh karena itu, yang dengan displasia serviks. DNA sekuens
berperan adalah cytotoxic T-cell. juga telah diidentifikasi pada sel tumor
Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus dengan menggunakan DNA rekombinan.
tidak menghilang dan terjadi infeksi yang Diperkirakan, 90% pasien dengan kanker
persisten. NIS akan bertahan atau NIS 1 serviks invasif dan lebih dari 60% pasien
akan berkembang menjadi NIS 3, dan dengan neoplasia intraepitelial
pada akhirnya sebagiannya lagi menjadi serviks (CIN) mempunyai antibodi
kanker invasif. HPV risiko rendah tidak terhadap virus.
berkembang menjadi NIS 3 atau kanker 8) Lain-lain
invasif, tetapi menjadi NIS 1 dan beberapa Infeksi trikomonas, sifilis, dan
menjadi NIS 2. Infeksi HPV risiko-rendah gonokokus ditemukan berhubungan
sendirian tidak pernah ditemukan pada dengan kanker serviks. Namun, infeksi ini
NIS 3 atau karsinoma invasif. dipercaya muncul akibat hubungan
Berdasarkan hasil program seksual dengan multipel partner dan tidak
skrining berbasis populasi di Belanda, dipertimbangkan sebagai faktor risiko
interval antara NIS 1 dan kanker invasif kanker serviks secara langsung.
diperkirakan 12,7 tahun dan kalau 9) Merokok
dihitung dari infeksi HPV risiko-tinggi Rokok sebagai penyebab kanker
sampai terjadinya kanker adalah 15 tahun. serviks dan hubungan antara merokok
Waktu yang panjang ini, di samping terkait dengan kanker sel skuamosa pada serviks
dengan infeksi HPV risiko-tinggi persisten (bukan adenoskuamosa atau
dan faktor imunologi (respons HPV- adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa
specific T-cell, presentasi antigen), juga langsung (aktivitas mutasi mukus serviks
diperlukan untuk terjadinya perubahan telah ditunjukkan pada perokok) atau
genom dari sel yang terinfeksi. Dalam hal, melalui efek imunosupresif dari merokok.
ini faktor onkogen E6 dan E7 dari HPV Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau
berperan dalam ketidakstabilan genetik dapat dijumpai dalam lendir dari mulut
sehingga terjadi perubahan fenotipe rahim pada wanita perokok. Bahan
ganas. karsinogenik ini dapat merusak DNA sel
Oncoprotein E6 dan E7 yang epitel skuamosa dan bersama infeksi HPV
berasal dari HPV merupakan penyebab dapat mencetuskan transformasi
terjadinya degenerasi keganasan. keganasan.
Oncoprotein E6 akan mengikat p53 Faktor risiko yang diperkirakan
sehingga TSG p53 akan kehilangan 1) Kontrasepsi oral
fungsinya. Sementara itu, oncoprotein E7 Risiko noninvasif dan invasif
akan mengikat TSG Rb. Ikatan ini kanker serviks telah menunjukkan
menyebabkan terlepasnya E2F yang hubungan dengan kontrasepsi oral.
merupakan faktor transkripsi sehingga Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya
siklus sel berjalan tanpa kontrol. tidak selalu konsisten dan tidak semua
7) Virus herpes simpleks studi dapat membenarkan perkiraan risiko
Teknik hibridisasi insitu telah dengan mengontrol pengaruh kegiatan
menunjukkan bahwa terdapat HSV seksual.
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker dharmais, pada 2009 dan 2010 dengan
kanker serviks adalah 454.000 kasus. Data ini prevalensi masing-masing 16,5% dan 17,2% dan
didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan menempati urutan kedua dari 10 kanker
populasi, registrasi data vital, dan data otopsi terbanyak pada rumah sakit tersebut.
2010. Per tahun insiden dari kanker serviks Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker
meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun Serviks. Komite Penanggulangan Kanker
kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah Rasjidi, Imam. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.
wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara Indonesian Journal of Cancer. Tangerang:
serviks menduduki urutan ke-7 secara global Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF.
dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 III. VI. Jakarta: Interna Publishing.
Perkembangan kanker invasif berawal dari antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi
terjadinya lesi neoplastik pada lapisan epitel (Wiknjosastro, 2007).
serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks Penelitian akhir-akhir ini lebih
(NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in memfokuskan virus sebagai salah satu faktor
situ(KIS).Selanjutnya setelah menembus penyebab yang penting, terutama virus DNA.
membran basalis akan berkembang menjadi Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus
karsinoma mikroinvasif dan invasif.Pemeriksaan tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel
sitologi papsmear digunakan sebagai skrining, tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya
sedangkan pemeriksaan histopatologik sebagai mutasi sel.Sel yang mengalami mutasi tersebut
konfirmasi diagnostik (Panduan penatalaksanaan dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga
kanker serviks). terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Karsinoma serviks biasa timbul di daerah Dimulai dari displasia ringan,displasia sedang,
yang disebut squamo-columnar junction (SCJ), displasia berat dan karsinoma in-situ dan
yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana (Wiknjosastro, 2007).
secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan
epitel endoserviks yaitu epitel kuboid/kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh
faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada
wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di
atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks.
Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang
berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan
terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan
memicu displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita
dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di
ostium eksternum karena trauma atau retraksi
otot oleh prostaglandin (Wiknjosastro, 2007).
Pada masa kehidupan wanita terjadi Sumber:
perubahan fisiologis pada epitel serviks. Epitel Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa Serviks. Komite Penanggulangan Kanker
yang diduga berasal dari cadangan epitel Nasional.
kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan.
menjadi epitel skuamosa disebut proses Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina Prawirohardjo.
yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi
sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat Patofisiologi menurut sumber lain:
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik Karsinoma serviks adalah penyakit yang
terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah
menjadi tempat pertemuan antara epitel menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker
skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan
melalui beberapa stadium displasia (ringan, gen pada molekul vital yang tidak dapat
sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
akhirnya invasif.Berdasarkan karsinogenesis kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
umum, proses perubahan menjadi kanker keganasan (Suryohudoyo, 2007). Berbagai jenis
diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali protein diekspresikan oleh HPV yang pada
siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah dasarnya merupakan pendukung siklus hidup
onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. alami virus tersebut. Protein tersebut adalah E1,
Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen
efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, open reading frame (ORF). Di tingkat seluler,
dimana onkogen memperantarai timbulnya infeksi HPV pada fase laten bersifat epigenetic.
transformasi maligna, sedangkan tumor supresor Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi
gen akan menghambat perkembangan tumor ekspresi E1 dan E2 yang menstimulus ekspresi
yang diatur oleh gen yang terlibat dalam terutama terutama L1 selain L2 yang berfungsi
pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive pada replikasi dan perakitan virus baru. Virus baru
berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak tersebut menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di
semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul
preinvasif akan mengalami regresi secara spontan reaksi imun tipe lambat dengan terbentuknya
sebanyak 3 -35%. antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan
Bentuk ringan (displasia ringan dan penurunan ekspresi E1 dan E2. Penurunan
sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ±
Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi 50.000 virion per sel dapat mendorong terjadinya
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, integrasi antara DNA virus dengan DNA sel
sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma penjamu untuk kemudian infeksi HPV memasuki
insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM fase aktif. Ekspresi E1 dan E2 rendah hilang pada
FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks pos integrasi ini menstimulus ekspresi
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan onkoprotein E6 dan E7.Selain itu, dalam
displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. karsinogenesis kanker serviks terinfeksi HPV,
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas protein 53 (p53) sebagai supresor tumor diduga
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat paling banyak berperan. Fungsi p53 wild type
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau sebagai negative control cell cycle dan guardian of
bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. genom mengalami degradasi karena membentuk
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan kompleks p53-E6 atau mutasi p53. Kompleks p53-
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53
menjadi invasif pada stroma serviks dengan wild type adalah labil dan hanya bertahan 20-30
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks menit.
dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. proses karsinogenesis berjalan tanpa kontrol oleh
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada p53. Oleh karena itu, p53 juga dapat dipakai
serviks, parametria dan akhirnya dapat sebagai indikator prognosis molekuler untuk
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. menilai baik perkembangan lesi pre-kanker
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan maupun keberhasilan terapi kanker serviks.
serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
pada kanker serviks terinfeksi HPV terjadi Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin
peningkatan kompleks p53-E6. Dengan tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda dini yang
pernyataan lain, terjadi penurunan p53 pada tidak spesifik yaitu sekret vagina yang agak
kanker serviks terinfeksi HPV. Dan, seharusnya berlebihan dan kadang disertai bercak
p53 dapat dipakai indikator molekuler untuk perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi
menentukan prognosis kanker serviks.Bila berupa perdarahan pervaginam (pascasenggama,
pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat perdarahan di luar haid) dan keputihan (Sarwono,
menyebar ke pembuluh getah bening pada 2011).
servikal dan parametria, kelenjar getah bening Pada penyakit lanjut keluhan berupa
obtupator, iliaka eksterna dan kelenjar getah keluar cairan pervaginam yang berbau busuk,
bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering
kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada berkemih, buang air kecil atau buang air besar
aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa
terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan
mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, obstruksi ureter (Sarwono, 2011).
empedu, pankreas dan otak. Pada penyakit stadium lanjut, metastasis
dapat ditemukan di abdomen, paru atau di
tempat lain. Gejala kanker serviks stadium lanjut
meliputi hilangnya nafsu makan, penurunan berat
badan,kelelahan, nyeri panggul, nyeri punggung,
nyeri kaki, pembengkakakan kaki, perdarahan
vagina, fistel vagina, dan fraktur (IPD jilid 3 edisi
6).
Sumber:
Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan
edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF.
2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
III. VI. Jakarta: Interna Publishing.
1.6 Cara diagnosis dan diagnosis banding
Cara diagnosis
Sumber: Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis,
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. pemeriksaan klinik.
2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
III. VI. Jakarta: Interna Publishing. Pada umumnya, lesi prakanker belum
Suryohudoyo P. 2007. Kapita Selekta Ilmu memberikan gejala. Bila telah menjadi kanker
Kedokteran Molekuler. Jakarta: CV. invasif, gejalan yang paling umum adalah
Sagung Seto. perdarahan (contact bleeding,perdarahan
saat berhubungan intim) dan keputihan.Pada
merupakan pemeriksaan yang tidak adekuat. dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Interpretasi
Pemeriksaan radiologik berupa foto paru-paru, dari limfangografi, arteriografi, venografi,
pielografi intravena atau CT-scan untuk melihat laparoskopi, ultrasonografi, CT scan dan MRI
perluasan penyakit, serta menyingkirkan adanya sampai saat ini belum dapat digunakan secara
obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik baik untuk staging karsinoma atau deteksi
berupa pemeriksaan darah tepi, tes fungsi ginjal, penyebaran karsinoma karena hasilnya yang
dan tes fungsi hati untuk mengevaluasi fungsi sangat subyektif. Diagnosis ditegakkan
organ serta menentukan jenis pengobatan yang berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
diberikan (Sarwono, 2011). berikut (Suharto, 2007) :
1) Pemeriksaan pap smear
Histopatologik Pemeriksaan ini dilakukan untuk
Delapan puluh lima persen jenis histopatologik mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien
adalah karsinoma sel skuamosa, 10% yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker
adenokarsinoma, dan 5% adenoskuamosa, sel dapat diketahui pada sekret yang diambil dari
jernih, sel kecil, sel verukosa dan lain-lain. Derajat porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai
diferensiasi dengan berbagai metode dapat dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau
menunjang diagnosis, tetapi tidak dapat ketika telah melakukan aktivitas seksual
memodifikasi stadium klinis. Secara histopatologik sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
kanker serviks dibagi menjadi 5: Neoplasia pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun
intraepitel serviks, derajat III, Karsinoma sekali sampai usia 65 tahun. Pap smeardapat
skuamosa insitu, Karsinoma skuamosa mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher
(berkeratinisasi, tidak berkeratinisasi, verukosa), rahim secara akurat dan dengan biaya yang
Adenokarsinoma insitu, Adenokarsinoma insitu tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat
tipe endoservikal, Adenokarsinoma endometrioid, kanker leher rahim pun menurun sampai lebih
Adenokarsinomasel jernih, Karsinoma dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara
adenoskuamosa, Karsinoma kistik adenoid, seksual sebaiknya menjalani pap smear secara
Karsinoma sel jernih dan Karsinoma teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila
undffirentiated. Derajat histopatologik selama 3 kali berturut-turut menunjukkan
Diferensiasi baik, Diferensiasi sedang dan hasil pemeriksaan yang normal, maka
Diferensiasi buruk (Sarwono, 2011). pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap
Menurut sumber lain: 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap
Stadium klinik seharusnya tidak berubah smearadalah sebagai berikut (Prayetni,1999):
setelah beberapa kali pemeriksaan. Apabila ada a) Normal.
keraguan pada stadiumnya maka stadium yang b) Displasia ringan (perubahan dini yang
lebih dini dianjurkan. Pemeriksaan berikut belum bersifat ganas).
dianjurkan untuk membantu penegakkan c) Displasia berat (perubahan lanjut yang
diagnosis seperti palpasi, inspeksi, kolposkopi, belum bersifat ganas).
kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi, d) Karsinoma in situ (kanker terbatas pada
proktoskopi, intravenous urography, dan lapisan serviks paling luar).
pemeriksaan X-ray untuk paru-paru dan tulang. e) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke
Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih dan lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
saluran pencernaan sebaiknya dipastikan dengan organ tubuh lainnya).
biopsi. Konisasi dan amputasi serviks dapat
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Tabel Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini
berdasarkan sistem Bethesda dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear.
Teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan
teknik cone biopsy yang menggunakan
anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui
kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal.
Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang
terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor
saja (Prayetni, 1997).
intravena (IVP), enema barium, dan Prayetni. 1997. Asuhan Keperawatan Ibu dengan
sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Gangguan Sistem Reproduksi Pusdiknakes,
Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / Jakarta.
pelvis digunakan untuk menilai Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF.
penyebaran lokal dari tumor dan / atau 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
terkenanya nodus limpa regional (Gale & III. VI. Jakarta: Interna Publishing.
charette, 1999). Sulaini P. 2006. Biopsi. Dalam Aziz M, Adrijojo,
Menurut sumber lain: Saifuddin A, penyunting.Buku Acuan
Perubahan dini pada serviks, khususnya Nasional Onkologi Ginekologi.Jakarta:
Carcinoma In-Situ(CIN), bisa dideteksi sebelum Yayasan Bina Pustaka Sarwono
berkembang menjadi kasus karsinoma invasif Prawirohardjo.
dengan cara skrining dengan menggunakan Pap Diagnosis banding
smear, tes HPV, dan skrining visual dengan 1) Adenokarsinoma Endometrial
menggunakan asam asetat atau larutan Lugol 2) Polip Endoservikal
iodin (WHO, 2013). 3) Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular
Untuk mendapatkan diagnosis pasti seksual lainnya pada wanita dengan:
keganasan dilakukan biopsi serviks. Biopsi Keluhan perdarahan vagina, duh vagina
jaringan pada keganasan serviks dapat dipandu serosanguinosa, nyeri pelvis
baik oleh suatu lesi yang jelas terlihat atau dengan Serviks yang meradang dan rapuh (mudah
kolposkopi. Indikasi dilakukannya kolposkopi berdarah, terutama setelah berhubungan
adalah temuan HGSIL (High Grade Squamous seksual).
Intraepithelial Lesion) pada Pap smear, termasuk Sumber: Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan
di dalamnya displasia sedang, berat, dan Kanker Serviks. Komite Penanggulangan
karsinoma in situ. Indikasi lain untuk melakukan Kanker Nasional.
kolposkopi adalah adanya LGSIL (Low Grade
Squamous Intraepithelial Lesion) yang persisten. 1.7 Tatalaksana
Macam biopsi yang dapat dilakukan antara lain Standar Pemotongan Makroskopik
punch biopsy, incisional biopsy, LEEP (Loop Kanker ServiksStandar operasi pada kanker
Electrosurgical Excision Procedure), cold knife serviks yang operabel adalah histerektomi
biopsy, danlaser cone biops. Konisasi dapat radikal yang mengangkat organuterus, serviks,
digunakan juga untuk mengobati lesi pra-invasif vagina, parametrium kanan dan kiri,
serviks seperti displasia berat (CIN 3), terutama salphingo-oforektomi bilateral, serta
jika fungsi reproduksi masih dibutuhkan (Sulaini, limfadenektomi kelenjar getah bening
2006). regional (Panduan penatalaksanaan kanker
Sumber: serviks).
Gale, S. A & Charette, D. E. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC. Konisasi serviks
Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker 1) Operator memberi tanda pada arah jam
Serviks. Komite Penanggulangan Kanker 12 (tanda benang)
Nasional. 2) Dokter SpPA memotong spesimen
Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan konisasi padabagian puncak (1 kupe) serta
edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka 12 kupe potongan lain sesuai arah jarum
Sarwono Prawiroharjo.
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Prinsip radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu
modalitas penting dalam tatalaksana kanker
serviks. Radioterapi dalam tatalaksana kanker
serviks dapat diberikan sebagai terapi kuratif
definitif, ajuvan post-operasi, dan paliatif.
Radioterapi definitif/radikal
a) Stadium I-IIA pasca operasi
Radioterapi pasca bedah diberikan
sebagai terapi ajuvan bila memenuhi
kriteria tersebut dibawah ini
Indikasi Radiasi :
Batas sayatan positif atau close
margin
Karsinoma sel skuamosa
berdiferensiasi sedang-buruk
Karsinoma adenoskuamosa
Adenokarsinoma
Invasi limfovaskuler positif
Invasi kelenjar getah bening pelvis
Bentuk dan dosis radiasi
1) Pada keadaan dimana batas sayatan
tidak bebas tumor atau pada close
margin, diberikan radioterapi dalam
bentuk radiasi eksterna whole
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
pelvisdengan dosis 45-50 Gy, 1,8-2Gy 3x7 Gy (post RE 50 Gy) atau 4x7 Gy
per fraksi 5 frakkri per minggu, diikuti (post RE 45 Gy).
dengan brakiterapi ovoid 3x7 Gy (post 2) Kemoterapi dapat diberikan
RE 50 Gy) atau 4x7 Gy (post RE 45 Gy), bersamaan dengan radiasi sebagai
preskripsi pada permukaan ovoid. radiosensitiser (kemoradiasi)
3) Apabila masih terdapat residu
parametrium setelah 50 Gy, dapat
diberikan tambahan booster radiasi
eksterna di daerah parametrium
dengan dosis 15-20 Gy, atau
2) Pada bentuk dini, diberikan radiasi brakiterapiinterstitial, atau kombinasi
eksterna saja terhadap whole pelvis. intrakaviter dan interstitial.
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi
stadium, terutama mulai stadium II B yang paling aktif adalah Cisplatin. Carboplatin
sampai IV atau bagi pasien pada stadium juga mempunyai aktivitas yang sama dengan
yang lebih kecil tetapi tidak merupakan Cisplatin. Jenis kemoterapilainnya yang
kandidat untuk pembedahan. mempunyai aktivitas yang dimanfaatkan
Penambahan Cisplatin selama radioterapi dalam terapi adalah Ifosfamid dan pacIitaxel
whole pebic dapat (Sarwono, 2011).
memperbaiki kesintasan hidup 30%
sampai 50%. Pengamatan Lanjut
Komplikasi radiasi yang paling sering Sebagian besar residif terjadi dalam waktt
adalah komplikasi gastrointestinal seperti 2 tahun setelah diagnosis. Dalam 2 tahun
proktitis, kolitis, dan traktus urinarius pertama, pasien dianjurkan melakukan
seperti sistitis dan stenosis vagina. pemeriksaan setiap 3 bulan. Pada tahun ketiga
Teleterapi dengan radioterapi tohole sampai tahun ke lima, pemeriksaan dianjurkan
pebic diberikan dengan fraksi 180 - 200 setiap 6 bulan, dan selanjutnya setiap 1 tahun
cGy per hari selama 5 minggu (sesuai (Sarwono, 2011).
dengan dosis total 45oO - 5000 cGy) Pemeriksaan meliputi pemeriksaan
sebagai awal pengobatan. Tujuannya kelenjar getah bening, pemeriksaan pelvis, rektal
memberikan radiasi seluruh rongga dan tes Pap. Pemeriksaan foto paru-paru atau CT-
panggul, parametrium, kelenjar getah scan hanya dilakukan atas indikasi dari
bening iliaka, dan para-aorta. pemeriksaan klinis atau gejala yang timbul
Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan (Sarwono, 2011).
brakiterapi dengan menginsersi tandem Daerah organ terjadinya residif (pasien
dan ovoid (dengan dosis total ke titik A yang tidak diradiasi) adalah puncak vagina
8500 cGy dan 6500 cGy ke titik B) melalui (25%), pelvis (25%), daerah di luar pelvis (50%).
2 aplikasi. Tujuan brakiterapi untuk Bila terjadi residif sentral (tidak ada metastasis
memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus, jauh), dipertimbangkan eksenterasi pelvik dengan
serviks, vagina, dan parametrium. mortalitas operasi 2% dan morbiditas jangka
Titik A adalah titik 2 cm superior dari panjang lebih dari 5O%. Bila residif didapati jauh
ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral dari di luar pelvis, dipertimbangkan untuk kemoterapi
garis tengah utems. Titik ini berada di dengan response rate 20% (Sarwono, 2011).
Titik B adalah titik 2 cm superior dari Kandungan edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
pasien pascabedah dengan risiko tinggi. Pilihan pengobatan lokal kanker serviks
dipengaruhi oleh faktor:
4) Faktor risiko komplikasi dari pembedahan - Bila pasca operasi radikalitas operasi,
atau radioterapi diberikan radiasi eksterna dan
5) Keinginan pasien. intrakaviter
Terdapat beberapa ketentuan: - Bila KGB positif dan sel berdiferensiasi
1) Lesi intraepitelial berderajat tinggi intraepitel buruk, emboli sel dalam pembuluh
(HSILs) dikelola dengan prosedur limfe dan vaskuler atau jenis
electroexcision loop (LEEP) adenoskuamosa/neuroendokrin, maka
2) Kanker mikroinvasif dengan luas < 3 mm 2 pengobatan dengan kemoradiasi
(stadium IA1) dikelola dengan operasi (rejimen sisplantin).
konservatif (conization excisional) atau Pilihan modalitas lain yaitu radioterapi
histerektomi ekstrafasial (tipe 1) (eksternal dan brakiterapi). Dosis
3) Kanker invasif awal (stadium IA2 dan IB1 dan radiasi eksternal 45-50 Gy, dengan
bebrapa tumor stadium IIA) dikelola dengan 180-200 cGy per fraksi. Radiasi high
histerektomi radikal yang dimodifikasi (tipe II) dose rate (HDR)/brakiterapi, perlu
atau radikal (tipe III) atau radioterapi penyesuaian dosis.
4) Kanker stadium lanjut lokal (IB2 dan IVA) Bila lesi > 4 cm, pilihan pengobatan:
dikelola dengan radioterapi. - Kemoradiasi
Pasien tertentu dengan penyakit kambuh lokal - Histerektomi radikal-
berulang setelah radioterapi maksimum dapat limfadenektomi pelvik yang diikuti
diobati dengan pembedahan radikal eksenteratif. oleh radiasi
Kekambuhan panggul terisolasi setelah - Neo-adjuvan kemoterapi (2/3
histerektomi diobati dengan radiasi. siklus, berbasis sisplantin,
Stadium IA misalnya PVB), diikuti tindakan
Pengobatan standar adalah konisasi serviks histerektomi radikal +
atau total (tipe I) atau histerektomi vagina. limfadenektomi pelvik, dengan
Limfadenektomi panggul tidak dianjurkan atau tanpa radiasi/kemoradiasi
karna risiko metastasis KGB panggul dari pasca operasi.
tumor < 1%. Pasien yang menjalani Sisplantin diberikan dosis 40
pengobatan konservatif harus diikuti dengan mg/m2/minggu bersama radiasi
evaluasi periodik sitologi, kolposkopi, dan eksternal. Jika ditemukan keterlibatan
kuretase endoserviks. Pada stadium IA3 KBG iliaka komunis atau para aorta
dengan invasi 3-5 mm, dilakukan histerektomi maka lapangan radiasi diperluas.
radikal tipe II dan limfadenektomi pelvis Stadium IIB-IVA
bilateral. Pilihan yaitu kemoradiasi (eksternal dan
Stadium IB/IIA brakiterapi). Eksenterasi pelvis
Bila lesi < 4 cm dan tidak ada dipertimbangkan untuk stadium IVA jika
kontraindikasi operasi, maka pengobatan terdapat fistula vesiko-vagina atau rekto-
dengan operasi radikal. Pasien vagina.
menopause dengan ovarium normal dapat Stadium IVB
ditinggalkan dan digantungkan keluar Jika ada keluhan, berikan radiasi palatif
lapangan radiasi. dan dilanjutkan kemoterapi.
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Jika tidak ada keluhan, berikan diagnostik diperlukan. Karena konisasi dapat
kemoterapi jenis PVB (sisplantin- menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin,
vinblastin-bleomisin) atau BEP (bleomisin- maka harus dilakukan hanya pada trisemester
etoposid-sisplantin). kedua dan hanya pada pasien dengan
kolposkopi tidak memadai dan punya bukti
Pengamatan lanjut kuat sitologi kanker invasif. Konisasi pada
Pemeriksaan berkala setiap 2 bulan selama 2 trisemester pertama dikaitkan dengan tingkat
tahun, setiap 4 bulan pada tahun ke 3 dan 6 aborsi hingga 33% dan konisasi konservatif
bulan sekali sesudahnya. dibawah bimbingan kolposkopi mengurangi
Tes pap setiap kunjungan risiko tersebut.
Foto toraks setiap 12 bulan Penundaan pengobatan definitif pasien
PIV 6 bulan dan 2 tahun sesudah dengan karsinoma in situ atau stadium
pengobatan penyakit IA cukup aman sampai janin telah
Pemeriksaan fisik melalui perabaan KGB minggu setelah melahirkan jika tidak
perhatian khusus pada vaginal distal dan Pengobatan pasien dengan tahap lanjut
Adenokarsinoma 5% dari kanker serviks, baru untuk bayi hingga usai kehamilan 28 minggu,
terdeteksi setelah tumor tumbuh besar dan dan 90% yang usia kehamilan 32 minggu.
sama dengan jenis skuamosa, tapi operasi amniosentesis, dan tatalaksana yang tepat
Penatalaksanaan kanker serviks pada kematangan paru. Pada stadium kanker IB1,
Kejadian kanker serviks invasif selama histerektomi radikal dengan diseksi KGB
kehamilan 0,02%-0,9%. Kejadian kehamilan panggul. Pasien dengan stadium IIA dan
pada pasien dengan kanker serviks invasif stadium kanker kanker serviks IB diobati
berkisar antara 0,5%-5%. Hacker et al. dengan radioterapi. Jika janin dapat
Melaporkan kejadian karsinoma serviks in situ dipertahankan, bayi dilahirkan dengan bedah
sebesar 0,013% pada wanita hamil. kaisar klasik dan radioterapi dimulai pasca
hamil harus menjalani pemeriksaan panggul dengan aborsi spontan yang terjadi sebelum
dan pap smear pada kunjungan antenatal penyinaran 40 Gy. Pada trisemester kedua,
mencurigakan harus dibiopsi. Jika pap smear peluang kelangsungan hidup janin. Jika pasien
positif untuk sel-sel ganas dan diagnosis menunda terapi, pastikan kematangan paru
kanker invasif tidak dapat dibuat dengan janin sebelum kelahiran dilakukan.
kolposkopi dan biopsi, tindakan konisasi Kemoterapi neo-adjuvan untuk stadium awal
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Ukuran tumor merupakan faktor prognosis Tirah baring diindikasikan bagi pasien
negatif dan berhubungan dengan survival rate dengan trombosis vena dalam (DVT) akut, untuk
dan waktu untuk sembuh. Tumor primer mencegah emboli paru. Namun tirah baring
dengan massa bulky (diameter ≥ 4 cm) pasien menyebabkan stasis vaskular dengan
dengan stadium FIGO IB atau IIA berhubungan terbentuknya bekuan darah. Menurut the
dengan insidens yang lebih tinggi terhadap american college of chest physicians (ACCP) bagi
metastasis nodul, kekambuhan sentral, pasien dengan DVT dianjurkan memakai stoking
regional dan jauh. kompresi elastis serta pengobatan dengan
Sisplantin efisien pada pasien dengan kanker antikoagulan, dengan low molecular weight
serviks lanjut, berulang, atau metastasis. heparin (LMWH) maupun unfractionated heparin
Pembedahan awal pada pasien kanker serviks (UFH).
dengan massa bulky tidak direkomendasikan Perdarahan karsinoma serviks ditandai
kanker tingginya insidens metastasis ke KGB. dengan perdarahan pervaginam dapat menjadi
Sardi dkk mengusulkan kemoterapi kombinasi masalah yang serius. Invasi kanker pada vesika
terdiri dari regimen sisplantin, vinkristin, dan urinaria atau saluran cerna menyebabkan
bleomisin (PVB) dalam interval 10 hari. Hasil hematuria atau hematoskezia. Perdarahan akibat
yang diperoleh adalah berkurangnya ukuran infiltrasi sumsum tulang jarang pada kanker
tumor, toksisitas dapat diterima, dapat reseksi serviks.
pembedahan kasus yang tidak dapat dioperasi Malodour (bau busuk) diakibatkan oleh
sebelumnya dan juga survival rate pasien kerusakan jaringan, menyebabkan kehilangan
lebih tinggi daripada kelompok kontrol sejumlah cairan dari jaringan nekrotik atau erosi
dengan terapi konvensional. pada saluran cerna atau saluran kemih, dan
Sumber: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, menyebabkan kebocoran sejumlah feses atau
Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit urin. Infeksi juga berperan dalam terjadinya
dalam jilid III. VI. Jakarta: Interna malodour. Penatalaksanaan bertujuan untuk
Publishing. mengobati infeksi, mengurangi kehilangan
1.8 Komplikasi sejumlah cairan, meminimalkan iritasi lokal dan
Komplikasi yang sering ditemukan: uropati optimalisasi kualitas hidup pasien (IPD jilid 3 edisi
obstruksi hingga gagal ginjal, nyeri viseral, 6).
trombosis, perdarahan serta malodour (bau Sumber: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B,
busuk). Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit
Penatalaksanaan uropati obstruksi dalam jilid III. VI. Jakarta: Interna
berkaitan dengan keseimbangan antara kualitas Publishing.
hidup dengan cadangan fungsi ginjal. Pilihan 1.9 Pencegahan
tatalaksana dibagi menjadi: observasi (tidak Pencegahan memiliki arti yang sama
memerlukan penatalaksanaan khusus), dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder,
tindakan/pemasangan nefrostomi dan double J yaitu pemeriksaan atau tes yang dilakukan pada
stent (DJ stent). orang yang belum menunjukkan adanya gejala
Nyeri viseral akibat karsinoma serviks penyakit untuk menemukan penyakit yang belum
diberikan analgetik, mulai derajat sedang terlihat atau masih berada pada stadium praklinik.
(regimen tramadol dan gabapentin) hingga Program pemeriksaan/skrining yang dianjurkan
derajat tinggi (injeksi morfin). untuk kanker serviks (WHO): skrining pada setiap
wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun.
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Jika fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan
wanita usia 35-55 tahun. Jika fasilitas tersedia warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.
lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 Tujuannya adalah untuk
tahun. Ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun melihat adanya sel yang mengalami displasia
pada wanita usia 25-60 tahun. sebagai
salah satu metode skrining kanker mulut rahim.
Test PAP IVA tidak direkomendasikan pada wanita
Secara umum, kasus kanker mulut rahim dan pascamenopause, karena daerah zona transisional
kematian akibat kanker mulut rahim bisa seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak
dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan tampak dengan pemeriksaan inspekulo. IVA
pada daerah mulut rahim dengan cara positif bila ditemukan adanya area berwarna
pemeriksaan sitologi menggunakan tes Pap. putih dan permukaannya meninggi dengan batas
American College of Obstetrician and yang jelas di sekitar zona transformasi.
Gynecologists (ACOG), American Cancer Society
(ACS), dan US Preventive Task Force (USPSTF)
Pencegahan Primer
mengeluarkan panduan bahwa setiap wanita
Menunda Onset Aktivitas Seksual
seharusnya melakukan tes Pap untuk skrining
Menunda aktivitas seksual sampai usia
kanker mulut rahim saat 3 tahun pertama
20 tahun dan berhubungan secara monogami
dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21
akan mengurangi risiko kanker serviks secara
tahun. Karena tes ini mempunyai risiko false
signifikan.
negatif sebesar 5-6%, Tes Pap yang kedua
Penggunaan Kontrasepsi Barier
seharusnya dilakukan satu tahun pemeriksaan
Dokter merekomendasikan
yang pertama. Pada akhir tahun 1987, American
kontrasepsi metode barier (kondom,
Cancer Society mengubah kebijakan mengenai
diafragma, dan spermisida) yang berperan
interval pemeriksaaan Tes Pap tiap tiga tahun
untuk proteksi terhadap agen virus.
setelah dua kali hasil
Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada
negatif. Saat ini, sesuai dengan American College
kondom yang dibuat dari kulit kambing.
of Obstetry and Gynecology dan National Cancer
Penggunaan Vaksinasi HPV
Institute, dianjurkan
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada
pemeriksaan Tes Pap dan panggul setiap tahun
pasien bisa mengurangi infeksi Human
terhadap semua wanita yang aktif secara seksual
Papiloma Virus, karena mempunyai
atau yang telah berusia 18 tahun. Setelah wanita
kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari vaksin
tersebut mendapatkan tiga atau lebih Tes Pap
propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk
normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi
mencegah perkembangan infeksi HPV dan
yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan
rangkaian dari event yang mengarah ke
dokter. Diperkirakan sebanyak 40% kanker serviks
kanker serviks. Kebanyakan vaksin adalah
invasif dapat dicegah dengan skrining pap interval
berdasarkan respons humoral dengan
3 tahun.
penghasilan antibodi yang menghancurkan
virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa
IVA depan dari vaksin propilatik HPV sangat
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan menjanjikan, namun penerimaan seluruh
larutan asam cuka (asam asetat 2 %) dan larutan populasi heterogenous dengan tahap
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
pendidikan berbeda dan kepercayaan kultur seks. Wanita yang berhubungan seksual
berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai dibawah usia 20 tahun serta sering berganti
tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV pasangan beresiko tinggi terkena infeksi.
mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa Namun hal ini tak menutup kemungkinan
dekade untuk program imunisasi yang sukses akan terjadi pada wanita yang telah setia pada
dalam usaha mengurangi insiden kanker satu pasangan saja.
serviks. 2) Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah,
Pencegahan Sekunder dan sudah mempunyai anak perlu melakukan
Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko pemeriksaan pap smearsetahun sekali atau
Sedang menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap
Hasil tes Pap yang negatif sebanyak smear adalah cara untuk mendeteksi dini
tiga kali berturutturut dengan selisih waktu kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan
antarpemeriksaan satu tahun dan atas dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang
petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk relatif terjangkau dan hasilnya akurat.
pasien (atau partner hubungan seksual yang Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah
level aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
untuk melakukan tes Pap tiap tahun. seksual dengan frekuensi dua kali dalam
Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut
Tinggi menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat
Pasien yang memulai hubungan dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan
seksual saat usia < 18 tahun dan wanita yang hasil yang lebih akurat, kini ada teknik
mempunyai banyak partner (multipel partner) pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini
seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi
dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Hybrid Capture II System (HCII).
Interval sekarang ini dapat diturunkan 3) Pilih kontrasepsi dengan metode barrier,
menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan seperti diafragma dan kondom, karena dapat
risiko khusus, seperti mereka yang memberi perlindungan terhadap kanker leher
mempunyai riwayat penyakit seksual rahim.
berulang. 4) Memperbanyak makan sayur dan buah segar.
Sumber: Rasjidi, Imam. 2009. Epidemiologi Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah
Kanker Serviks. Indonesian Journal of kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan
Cancer. Tangerang: Fakultas Kedokteran hubungan yang terbalik antara konsumsi
Universitas Pelita Harapan. Vol.3 (3); 103- sayuran berwarna hijau tua dan kuning
108. (banyak mengandung beta karoten atau
vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
Menurut sumber lain: kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan serviks. Artinya semakin banyak makan
kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor- sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka
faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit
2004) : kanker mulut rahim.
1) Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu 5) Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar
hubungan seks pada usia muda, pernikahan vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18
pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
ini bekerja dengan cara meningkatkan Angka kesintasan 5 tahun, berdasarkan AJCC
kekebalan tubuh dan menangkap virus tahun 2010 adalah sebagai berikut.
sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain
membentengi dari penyakit kanker serviks,
vaksin ini juga bekerja ganda melindungi
perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11
yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu
ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif
apabila diberikan pada perempuan yang
berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif
secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3
kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan
vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa Faktor utama yang menimbulkan residif
menurun hingga 75%. termasuk invasi limfo-vaskuler, metastasis ke
Sumber: Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini kelenjar getah bening, kedalaman invasi
Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar stroma,batas sayatan operasi, dan ukuran tumor.
Swadaya Jakarta. Jenis karsinoma sel skuamosa dan
adenokarsinoma tidak berbeda prognosisnya
Menurut IPD jilid 3 edisi 6: (Sarwono, 2011).
Vaksin HPV Gardasil adalah vaksin untuk melawan Faktor lain untuk timbulnya residif
jenis HPV 6, 11, 16 dan 18 dengan efektivitas 98%. termasuk ploidi DNA tumor dan ekspresi
Cervarix 92% efektif mencegah infeksi HPV 16 dan onkogen khusus (HER2/neu) (Sarwono, 2011).
18 dan efektif selama > 4 tahun. HPV tipe 16 dan
18 menyebabkan sekitar 70% kasus kanker
serviks. HPV tipe 6 dan 11 menyebabkan 90%
kasus kutil kelamin. Vaksin HPV mencegah
prekusor beberapa jenis kanker lain yang terkait
HPV.
Vaksin HPV ditujukan pada gadis dan wanita usai
9 sampai 26 karena vaksin hanya bekerja jika
diberikan sebelum infeksi terjadi, pekerjaan
kesehatan masyarakat menargetkan perempuan
sebelum mulai berhubungan seks. Efektivitas
vaksinasi 4-6 tahun.
Modalitas lain untuk mencegah kanker servix
dengan menggunakan kondom untuk mencegah
penularan infeksi HPV, berhenti merokok, dan Faktor prognostik
memperbanyak asupan sayur dan buah. Ketahanan hidup penderita pada kanker serviks
Sumber: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, stadium awal setelah histerektomi radikal dan
Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid limfadenektomi pelvis bergantung pada beberapa
III. VI. Jakarta: Interna Publishing. faktor:
1.10 Prognosis 1) Status KGB
Penderita tanpa metastasis ke KGB, memiliki
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
5-year survival rate (5-YSR) antara 85 – 90%. yaitu subtipe adenokarsinoma yang jarang
Bila didapatkan metastasis ke KGB maka 5-YSR dan berdiferensiasi jelek, diketahui
antara 20 – 74%, bergantung pada jumlah, berhubungan dengan prognosis yang jelek.
lokasi, dan ukuran metastasis. Pada penelitian ditemukan bahwa hanya 25%
2) Ukuran tumor pasien adenoma maligna stadium I dan II yang
Penderita dengan ukuran tumor < 2 cm angka survive selama 3 tahun (Rasjidi, 2009).
survivalnya 90% dan bila > 2 cm angka Diferensiasi dan Grade Histopatologi
survival-nya menjadi 60%. Bila tumor primer > Kepentingan prognosis dari
4 cm, angka survival turun menjadi 40. diferensiasi kanker serviks sampai saat ini
Analisis dari GOG terhadap 645 penderita masih diperdebatkan. Demikian pula sampai
menunjukkan 94,6% tiga tahun bebas kanker saat ini tidak ditemukan hubungan prognostik
untuk lesi yang tersembunyi; 85,5% untuk dengan grade kanker serviks. Bichel dkk.,
tumor < 3 cm; dan 68,4% (1985) memakai sistem grading malignancy
bila tumor > 3 cm. (MGS) untuk meneliti 275 biopsi karsinoma
3) Invasi ke jaringan parametrium sel skuamous invasif. Sistem ini berdasarkan 8
Penderita dengan invasi kanker ke parameter, di mana tiap grade dibagi atas
parametrium memiliki 5-YSR 69% 3 poin (tabel 2). Angka survival pada pasien
dibandingkan 95% tanpa invasi. dengan indeks MGS < 14 adalah lebih baik
Bila invasi disertai KGB yang positif maka 5- daripada indeks MGS > 14 (p=0,001). Tidak
YSR turun menjadi 39-42%. ditemukan hubungan antara skor MGS
4) Kedalaman invasi dengan stadium klinik pasien (Rasjidi, 2009).
Invasi < 1 cm memilki 5-YSR sekitar 90% dan Reaksi Stromal
akan turun menjadi 63 – 78% bila > 1 cm. Seperti grading histologik, reaksi
5) Ada tidaknya invasi ke lymph–vascular space stroma pada kanker serviks mula-mula
Invasi ke lymph–vascular space sebagai faktor diperiksa untuk mengetahui radiosensitivitas
prognosis masih menjadi kontroversi. tumor. Para ahli menemukan bahwa reaksi
stroma merupakan faktor prognosis yang baik.
Beberapa laporan menyebutkan 50 – 70% Dilaporkan bahwa pasien dengan tumor yang
5-YSR bila didapatkan invasi ke lymph – vascular mempunyai infiltrat limfosit padat dan
space dan 90% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. uniform mempunyai prognosis yang lebih
Akan tetapi, laporan lain mengatakan tidak ada baik. Metastasis tumor hanya ditemukan pada
perbedaan bermakna dengan adanya invasi atau pasien yang hanya mempunyai infiltrat sel
evolusi, mendekati aterem, atau sudah kanker (karsinoma) serviks. Dengan kemajuan
postmatur penelitian mutakhir di bidang sitologi apusan
d) Menilai ada/tidaknya stimulasi esterogen pap, Sitologi ginekologik yang semula
pada wanita yang telah dilakukan dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi
ooforektomi atau mereka yang mendapat kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai
terapi estrogen per oral. alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini
2) Mendiagnosis peradangan telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker
Peradangan pada vagina dan serviks pada dan kanker serviks yang ampuh dengan
umumnya dapat didiagnosis dengan ketepatan diagnostik yang tinggi. Walaupun
pemeriksaan sitologi apusan pap. Baik ketepatan diagnostik sitologi ginekologik
peradangan akut maupun kronis, sebagian apusan pap sangat tinggi, yaitu 96%, tetapi
besar akan memberi gambaran perubahan sel diagnostic sitologi tidak dapat menggantikan
yang khas pada sediaan apusan papsesuai diagnostic histopatologik sebagai alat pemasti
dengan organisme yang tidak menimbulkan diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnostic
reaksi yang khas pada sediaan apusan pap sitologi kanker serviks harus dikonfirmasi
3) Identifikasi organisme penyebab peradangan dengan pemeriksaan histopatologi jaringan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam biopsy serviks, sebelum dilakukan tidakan
organisme/kuman yang sebagian merupakan berikutnya.
flora normal vagina yang bermanfaat bagi 5) Memantau hasil terapi
organ tersebut (mis, bakteri doderlein). Pada a) Memantau hasil terapi hormonal,
umumnya organisme penyebab peradangan misalnya pada kasus infertilitas atau
pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi gangguan endokrin. Memantau hasil
dengan pulasan pap, tetapi beberapa macam terapi radiasi pada kasus kanker serviks
infeksi oleh kuman tertentu menimbulkan yang telah diobati dengan radiasi
perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat b) Memantau adanya kekambuhan pada
diperkirakan organisme penyebabnya. kasus kanker yang telah dioperasi
Organisme kuman Gradnerella vaginalis c) Memantau hasil terapi lesi prakanker atau
dikatakan memberi gambaran yang khas kanker serviks yang telah diobati dengan
dengan adanya clue cell. Infeksi Chlamydia elektrokuater, kriosurgeri, atau konisasi
menunjukan adanya sel metaplastik yang
bervakuolisasi, dan infeksi HPV menunjukkan Umur Yang Sesuai Untuk Melakukan Pap Smear
adanya sel metaplastik yang bervakuolisasi, Skrining pada wanita yang sudah
dan infeksi HPV menunjukan adanya sel melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya
koilosit. Organisme parasit yang mudah keganasan pada servik, pemantauan setelah
dikenal dengan pulasan pap, adalah tindakan pembedahan, radio terapi, atau
Trichomonas, candida, Leptothrix, kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008)
Actinomyces, oxyuris, dan amoeba. Departemen kesehatan menganjurkan
4) Mendiagnosa kelainan prakanker (displansia) bahwa semua wanita yang berusia 20-26 tahun
serviks dan kanker serviks dini atau lanjut harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap
(karsinoma insitu/invasif). Manfaat sitologi lima tahun. The British Medical Associaton Family
apusan pap yang paling banyak dikenal dan Health Encyclopediamenganjurkan bahwa
digunakan adalah sebagai pemeriksaan untuk seorang wanita harus melakukan Pap Smear
mendiagnosis lesi prakanker (displasia) atau dalam waktu 6 bulan setelah pertama kali
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
melakukan hubungan seksual, dengan Pap Smear Meliputi : dysplasia sedang dan berat,
kedua 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama CIS/CIN 2 dan CIN 3
(karena suatu perubahan kecil dapat Dengan gambaran dicurigai terdapat
menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu invasi (bila dicurigai terdapat invasi)
Pap Smear) dan hasil yang diberikan adalah d) Squamouse cell carcinoma
normal pada selang waktu (interval) 3 tahun Sel Glandular
selama hidupnya. Ahli-ahli di maries topes a) Atipikal
internasional menganjurkan agar kita melakukan 1) Sel-sel endoserviks (yang tidak
Pap Smear setiap tahun (Evennett, 2004). dapat diklasifikasikan atau
sebutkan dengan penjelasan)
Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear 2) Sel-sel endometrial (yang tidak
Menurut Rasjidi (2008) pengklasifikasian pap dapat diklasifikasikan atau
smear yaitu : sebutkan dengan penjelasan
a) Klasifikasi Papaniculou 3) Sel-sel glandular (yang tidak dapat
1) Grade I tak ada sel abnormal atau atipik diklasifikasikan atau sebutkan
2) Grade II ada sitologi atipik tapi tak ada dengan penjelasan
bukti adanya keganasan b) Atipikal
3) Grade III ada perubahan sitologi yang jelas 1) Sel-sel endoserviks, mengarah
tapi tak dapat disimpulkan ada keganasan pada neoplastik
4) Grade IV curiga ada keganasan 2) Sel-sel glandular, mengarah pada
5) Keganasan neoplastik
b) Klasifikasi WHO c) Adenokarsinoma Endoserviks in situ
1) Negatif d) Adenokarsinoma
2) Inkonklusif e) Endoserviksi
3) Displasia ringan, sedang, berat f) Endometrial
4) Keganasan g) Akstrauterin
c) Klasifikasi Cervical Intraepithelial Neoplasma Tidak dapat diklasifikasikan.
1) CIN I/ Neoplasma interaepitelial skuamosa Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
(NIS) I Bahan pemeriksan apusan Pap Smear terdiri atas
2) CIN II secret vaginal, secret serviks (eksoserviks), secret
3) CIN III endoserviks, secret endometrium, secret forniks
d) Klasifikasi Bathesda posterior (Lestadi, 2009).
Sel skuamosa Alat Pemeriksaan Pap smear
a) Atypical sguamous cells Menurut Lestadi (2009) Dalam membuat
1) Of undetermined significance (ASC- pemeriksaan Pap Smear diperlukan alat sebagai
US) berikut:
2) Tidak dapat mengeksklusi HSIL (ASC-H) a) Kaca objek
b) Low grade Squamous Intraepithel lesion b) Bahan fiksasi basah berupa cairan fiksasi
(LSIL) alcohol 95% dalam tabung atau bahan fiksasi
Meliputi : HPVdysplasia ringan/ CIN 1 kering berupa cytotrep, dryfix, atau hair spray
c) High grade Squamousintraepithelial lesion c) Pensil gelas atau pensil intan (diamond pencil)
(HSIL) d) Spatula Ayre dari kayu model standar atau
model modifikasi
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
e) Lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush 5) Operator akan meletakan sel-sel tersebut
f) Sapu endometrium (balai endomatre) pada kaca obyek yang kemudian akan dikirim
g) Spekulum vagina cocor bebek (speculum ke laboratorium untuk di periksa
cusco). 6) Spekulum kemudian dilepaskan
Syarat Pengambilan Bahan sitologi Pap smear 7) Operator biasanya akan melanjutkan
Menurut Lestadi (2009) Ada beberapa syarat yang memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba
harus dipenuhi sebelum melakukan pengambilan fallopi, dan rectal (anus) dengan tangannya
bahan pemeriksaan Pap Smear yaitu: Pemeriksaan Pap Smear tidak membutuhkan
1) Sekret vaginal harus berasal dari dinding pembiusan, baik bius lokal maupun bius umum.
lateral vagina seperti bagian atas. Jika pada Pap Smear ditemukan gambaran sel
2) Pengambilan secret harus dilaksanakan pada yang tidak normal maka akan dilakukan biopsi
keadaan vagina normal tanpa infeksi dan (pengambilan sedikit jaringan mulut rahim) untuk
tanda pengobatan local, paling sedikit dalam pemeriksaan mikroskop lebih lanjut. Pemeriksaan
waktu 48 jam terakhir. biopsi berguna untuk menginformasikan hasil
3) Untuk penilaian hormonal siklus menstruasi pemeriksaan Pap Smear (Bustan, 1997).
pada infertilitas, pengambilan secret harus Sumber:
dilaksanakan pada hari siklus tertentu, sesuai Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. ( 2008).
dengan fase-fase pada siklus haid. Sediaan Panduan Pelayanan Medik: Model
vaginal biasanya harus diambil pada hari siklus Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker
ke-8, 14,19, dan 22 atau hari siklus ke-8, 15 Serviks dengan Gangguan Ginjal. Jakarta:
dan 22. EGC.
Prosedur Pap Smear Bustan, M.N, 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak
Menurut Bustan (1997) prosedur Pap Smear Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
dilakukan dengan prosedur : Lestadi,L. 2009. Sitologi Pap Smear. Jakarta: EGC.
1) Pemeriksa akan menjelaskan prosedur yang
akan dilakukan. Tidur telentang dengan kedua 2. Etika pemeriksaan genitalia menurut pandangan islam
kaki berada pada penyangga kaki di kiri dan Dalam pola etika medis sekarang, kepentingan
kanan tempat tidur. utama seorang dokter ialah kesejahteraan pasien.
2) Pemeriksa akan memeriksa memeriksa Dokter sepenuhnya bertanggung jawab atas
apakah ada pembengkakan, luka, inflamasi, kesehatan dan keselamatan pasiennya begitupun
atau gangguan lain pada alat kelamin bagian pasien terikat secara etis pada dokter, dengan
luar. asumsi bahwa dokter itu merupakan agen yang
3) Memasukan instrumen metal atau plastic mewakili kepentingan pasien. Namun senantiasa ada
yang disebut spekulum ke dalam vagina. keterbatasan kemampuan dokter dan keterbatasan
Tujuannya agar mulut rahim dapat leluasa pengertian dokter terhadap keadaan pasien.
terlihat. Dalam pemeriksaan terhadap pasien, dokter
4) Dengan swab atau spatula kayu, atau pasti melihat aurat pasien yang akan diperiksa bahkan
semacam sikat, operator mengambil sel pada tidak hanya melihat aurat pasien tetapi juga
seluruh saluran mulut rahim, pada puncak menyentuh dan merabanya. Padahal dalam Islam
mulut rahim, dan pada daerah peralihan melihat yang sesama jenis ada batasan-batasan aurat
mulut rahim dan vagina yang boleh dilihat dan disentuh, apalagi melihat yang
berlainan jenis.
PBL SK 3 – PERDARAHAN PERVAGINAM NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161
Dalam praktek kedokteran seorang dokter 2. Jangan membuka bagian-bagian tubuh pasien
wajar menerima dan menangani pasien lawan jenis wanitanya kecuali sesuai dengan keperluan
yang bukan mahramnya, lain halnya bila dilihat dari pemeriksaan.
segi hukum Islam seseorang tidak boleh melihat dan 3. Selama pengobatan harus didampingi
menampakkan aurat terhadap lawan jenis yang bukan mahramnya, suami atau wanita yang dapat
mahramnya. Islam memberikan aturan tentang aurat dipercaya seperti ibunya atau saudara wanitanya.
perempuan yang boleh dilihat dalam hubungan 4. Seorang dokter tidak boleh non muslim selama
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. masih ada yang muslim.
Aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali muka Selain ke empat syarat di atas juga
dan telapak tangan. Hal ini dapat dilihat dalam firman disyaratkan tidak ada dokter wanita yang mampu
Allah SWT Al-Ahzab (33) : 59 : menangani penyakit yang dialami oleh wanita
tersebut. Apabila syarat-syarat tadi terpenuhi maka
dokter boleh melihat atau menyentuh bagian-bagian
aurat tersebut karena Islam adalah agama yang tidak
Artinya: : memberikan umatnya kesukaran namun
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak- mengutamakan mashlahat dan kemudahan untuk
anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: umatnya.
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya19 ke Sumber: Zulhamdi. 2017. Tinjauan Hukum Islam
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya Terhadap Perempuan Melahirkan Pada Dokter
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka Kandungan Laki-laki. Al-Qadha Jurnal Hukum Islam
tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun dan Perundang-undangan. Vol (4):2.
lagi Maha Penyayang. Di dalam ayat tersebut Allah
SWT memerintahkan agar laki-laki maupun
perempuan untuk menutupi anggota tubuhnya dan
menahan pandangan agar mereka tidak diganggu.
Dengan menutup aurat manusia akan terjaga
kehormatannya.
Allah SWT juga berfirman yang artinya
“katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya…” Ayat ini cakupannya sabda Rasulullah
saw “Palingkanlah wajahmu“. Di sini terdapat
pengecualian dari pandangan ini yaitu pada waktu-
waktu yang terpaksa untuk urusan-urusan mendesak
seperti, melihat dengan tujuan pengobatan; Seorang
dokter boleh melihat aurat wanita pada tempat-
tempat yang memerlukan pengobatan.
Pengobatan dokter laki-laki terhadap wanita
diperbolehkan kecuali dengan beberapa syarat:
1. Dokter haruslah orang yang bertakwa, dapat
dipercaya, adil, mempunyai keistimewaan dan
ilmu pengetahuan pada bidangnya.