Anda di halaman 1dari 6

AKHLAK DA’I

Penyusun : Fahmi Ramdani

1. PENDAHULUAN

Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Mohammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shabat-
sahabatnya, dan umatnya yang setia dijalan beliau hingga akhir zaman. Amma ba’du

Akhlak adalah suatu perhiasan bagi seseorang, seseorang dapat dikatakan baik atau buruk, ‘alim
atau jahil, dan bersahabat atau sebaliknya itu tergantung pada sifatnya. Dan juga akhlak adalah
cerminan hati, dapat diibaratkan hati adalah teko yang berisi air, sedangkan air adalah sifatnya,
jadi apapun yang keluar dari teko tersubut sesuai dengan apa yang ada didalamnya. Jika teko
tersebut berisi air putih, maka akan keluar pula air putih. Jika teko tersebut berisi kopi, maka
akan keluarlah air kopi tersebut, dan jika air kopi berisi air susu maka akan keluarlah air susu dan
seterusnya…

Mengingat begitu urgennya akhlak, yaitu bahwa akhlak menjadi modal utama bagi diterimanya
da’I dalam da’wahnya di masyarakat, maka sang penulis ingin menyebutkan dan sedikit
menggambarkan akhlak-akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’I pada khususnya dan
muslimin pada umumnya. Dan sebelum menjabarkan akhlak-akhlak tersebut, terlebih dahulu kita
bahas pengertian akhlaq dan da’i, baik secara bahasa maupun istilah.

1. PENGERTIAN AKHLAK DA’I

Akhlak berasal dari bahasa arab (Al-akhlak) yang artinya adalah suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia , yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan
yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’, disebut akhlak yang baik. Jika
perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.[1]
Sedangkan da’I berasal dari bahasa arab yakni fa’il (pelaku) dari kata ‫يدعو‬-‫دعا‬  yang berarti orang
yang memanggil.

Jadi, dari kedua pengertian diatas kita dapat digabungkan bahwa ahlak da’i adalah akhlak atau
sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i untuk mengajak manusia kejalan Allah ta’ala.

SIFAT-SIFAT POKOK SEORANG DA’I

1. Iman Kepada Allah

Ini adalah sifat yang paling dasar yang harus dimiliki oleh seorang da’i. dan termasuk iman
kepada Allah, juga iman kepada Rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan
qodho dan qodar-Nya.

Dengan iman-iman inilah seorang da’i dapat melewati berbagai rintangan dan hambatan dalam
da’wahnya, dan tetap istiqamah dijalan-Nya, karena ia yakin bahwa Allah tidak akan
mengingkari janjinya dan akan memberikan ia balasan dengan apa yang ia lakukan baik di dunia
maupun diakherat.

Allah Ta’ala berfirman :

“….tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah
di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (Al-Hujurat :7)

2. Ilmu

Da’wah tanpa ilmu bagaikan tong kosong nyaring bunyinya. Inilah permisalan yang paling tepat
bagi para da’i yang hanya bisa ngomong tapi ia tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu.
Allah Ta’ala berfirman :
“…Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-
Zumar : 9)

Banyak sekali ayat-ayat atupun hadits nabi yang menerangkan tentang kedudukan dan
keutamaan ilmu, maka sangatlah tidak pantas jika seseorang ingin mengajarkan sesuatu tapi ia
tidak memiliki sesuatu tersebut, maka apa yang akan dia berikan?

Seorang da’I harusnya memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, untuk menjawab berbagai
tantangan yang ada didepannya, apalagi dizaman sekarang yang mulai banyak bersebaran
paham-paham liberalisasi yang menuntut kita untuk lebih mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan
tentangnya.

3. Ikhlas

Hakikat ikhlas adalah keinginan seseorang melaksanakan segala amalannya semata-mata untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Ikhlas merupakan ruh amal dan ciri menonjol seorang
da’i. suatu amal tanpa keikhlasan, bagaikan debu yang bertebaran.

Adapun batasan ikhlas sebagaimana perkataan sebagaian para ulama adalah bahwa orang ikhlas
tidak peduli seandainya semua penghargaan dan pujian manusia tertuju kepadanya, sebab hatinya
tulus hanya mengharap ridha Allah Ta’ala, dan ia tidak ingin orang lain memperhatikan
perbuatannya walau hanya seberat dzarrah.

Ikhlas didalam dakwah kejalan Allah Ta’ala merupakan adab yang paling agung dan merupakan
esensi dakwah dan pondasi keberhasilan amal dakwah. Dakwah kejalan Allah adalah jalan untuk
bertaqarrub kepada Allah Ta’ala, sedangkan ikhlas adalah merupakan salah satu syarat
diterimanya suatu ibadah. Allah berfirman :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah :5)
Maka wajib bagi setiap Da’I supaya mengikhlaskan da’wahnya hanya untuk Allah semata,
janganlah ia beramal atas dasar riya’ dan sum’ah, dan jangan pula untuk mengambil dunia dan
reruntuhannya yang tidak kekal.[2]

sebuah amal itu diterima berdasarkan niatnya, jika ia beramal untuk mendapatkan pahala dari
Allah Ta’ala maka ia akan mendapatkannya, dan jika ia beramal hanya untuk mendapatkan
dunia, maka iapun akan mendapatkannya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam

ِ ‫ِإنَّ َما اَأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ت‬

“sesungguhnya setiap pekerjaan itu tergantung dari niatnya” (HR. Bukhari)

Ikhlas merupakan sifat yang wajib dimiliki oleh seorang da’i. kemudian ia beramal karena ingin
mendapatkan ridha Allah dan syurga diakherat kelak. Sifat ini penting bagi mereka yang ingin
memperbaiki kondisi manusia dan ingin mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya
kebenaran.

4. Sabar

Allah Ta’ala berfirman :

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul
telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka
melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik.” (QS. Al-Ahqaf : 35)

Sabar merupakan akhlak Qur’ani yang paling menonjol dan sangat diperhatikan oleh kitab Allah
yang mulia. Ia merupakan akhlak yang banyak diulang-ulang oleh Al-qur’an, karena tidak ada
keimanan bagi seseorang tanpa kesabaran padanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam memasukan sabar sebagai separuh iman. Sesungguhnya
iman itu yang separuh adalah syukur, dan separuh lagi adalah sabar. Sabar juga merupakan suatu
inti kebahagiaan, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Qayyim , “inti kebahagiaan itu ada
tiga:

 Apabila mendapat nikmat ia bersyukur


 Apabila diuji ia sabar
 Dan apabila ia berbuat dosa maka ia beristighfar[3]

5. Jujur

Kejujuran selalu melekat pada pribadi muslim. Ajaran islam yang telah menjadi bagian dari
hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan puncak segala keutamaan, dan asas
kemuliaan akhlak.

Kejujuran pada gilirannya akan membimbing manusia kearah kebaikan, mengantarkan manusia
ke syurga. Sebaliknya, dusta membawa manusia menuju kezaliman dan kejahatan, menyeret
kedalam api neraka dan siksa.[4]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

  َّ‫صدِّيقًا َوِإنَّ ا ْل َك ِذ َب يَ ْه ِدي ِإلَى ا ْلفُ ُج و ِر َوِإن‬ ِ َ‫ق َحتَّى يَ ُكون‬ ُ ‫ص ُد‬ْ َ‫ق يَ ْه ِدي ِإلَى ا ْلبِ ِّر َوِإنَّ ا ْلبِ َّر يَ ْه ِدي ِإلَى ا ْل َجنَّ ِة َوِإنَّ ال َّر ُج َل لَي‬
َ ‫ص ْد‬
ِّ ‫ِإنَّ ال‬
‫ب َحتَّى يُ ْكت ََب ِع ْن َد هللاِ َك َّذابًا‬
ُ ‫ا ْلفُ ُجو َر يَ ْه ِدي ِإلَى النَّا ِر َوِإنَّ ال َّر ُج َل لَيَ ْك ِذ‬.

“sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan kepada kebajukan dan kebajikan itu mengantarkan
k syurga. Seseorang bersikap jujur sehingga Allah menetapkannya sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya dusta itu mengantarkan kepada perbuatan dosa dan dosa itu mengantarkan ke
neraka. Seseorang bersikap dusta sehingga Allah menetapkannya sebagai pendusta. (HR.
Bukhari dan Muslim No: 6094/6803)

Wajib bagi para da’I untuk menjadi orang yang jujur pada kondisi apapun sehingga orang mudah
menerimanya dan apa yang dibawanya. Da’I harus jujur pada semua aspek. Lisannya, tujuannya,
seluruh amalnya, janji-janjinya baik trhadap Allah Ta’ala, orang lain, maupun terhadap dirinya
sendiri.

6. Rendah hati

Seorang dai wajib mengatahui bahwa risalah yang diembannya untuk seluruh manusia ini adalah
risalah rahmah (kasih sayang) sebagaimana ditegaskan dalam Al-qur’an

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (Al-Anbiya :107)

Selama hidupnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu rendah hati, kasih sayang,
lemah lembut dan penuh toleransi. Sekalipun terhadap anak-anak kecil. Sifat kenabian dan
kedudukan tinggi beliau tidak menghalanginya berbuat baik dan berakhlak mulia yang khusus
diberikan kepada Allah Ta’ala. Beliau selalu memberi salam kepada anak-anak, bermuka manis
kepada mereka, dan meluangkan waktu sekedar untuk menyenangkan mereka.[5]

Rahmah (kasih sayang) itu meliputi kasih sayang dalam akidah, syariat dan akhlak. Kita dapat
melihat kasih sayang islam itu dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga kasih sayang itu telah
menjadi ciri khas masyarakat islam, baik terhadap sesame manusia, hewan tumbuh-tumbuhan,
bahkan terhadap benda mati sekalipun.

PENUTUP

Hendaklah para da’I untuk berakhlak dengan akhlak yang telah disebutkan diatas, karena
akhlakh adalah kunci diterimanya da’wah. Sebelum orang mengenal da’wah kita, pastilah
terlebih dahulu mereka menilai akhlak kita, jadi diterima dan tidak diterimanya suatu da’wah, itu
tergantung pada akhlak sang da’i. jika ia menyampaikan dengan hikmah dan penuh kasih sayang,
maka kemungkinan besar da’wahnya akan diterima, dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai