Anda di halaman 1dari 30

Kuliah online AIK II (ke 13)

STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL


Tingkat/ Smt : II/ 3
Prodi : D3, S1 Kep dan S1 Gizi
Hari/ Tanggal : Rabu, 13 Januari 2021
AKHLAK TERHADAP
RASULULLAH SAW.
Akhlak terhadap Rasulullah SAW secara umum
meliputi :
1. Mencintai dan Memuliakan Rasul
2. Mengikuti dan Mentaati Rasul
3. Mengucapkan Shalawat dan Salam.
AKHLAK TERHADAP RASULULLAH SAW.
1. Mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW.
a. Bahwa Nabi Muhammad SAW. Adalah nabi terakhir,
penutup sekalian nabi dan rasul.
b. Beliau diutus oleh Allah SWT.untuk seluruh ummat
manusia sampai hari kiamat nanti.
3. Kedatangan beliau sebagai utusan Allah merupakan
rahmat alam semesta.
4. Beliau telah berjuang selama 23 tahun untuk
membawa ummat keluar dari kegelapan menuju cahaya
terang benderang.
5. Beliau sangat menyayangi ummatnya, ikut menderita
dengan penderitaan ummatnya.
Sebagai seorang mukmin harus mencintai
beliau melebihi cinta kepada siapapun selain
Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW. “Tidak
beriman salah seorang diantara kalian sebelum
aku lebih dicintainya dari pada diriny sendiri,
orang tuanya, anaknya dan semua manusia”.
Lihat QS. At Taubah : 24
Nabi berkata kepada Tsauban : “Engkau beserta
orang yang engkau cintai”. Ini Rasul menjawab
ketakutan Tsauban tidak bisa menyertai Nabi di
surga.
Mencintai Rasul berarti juga mencintai juga orang-
orang dicintai Rasulullah SAW. Dan membenci
orang yang dibencinya, lebih khusus mencintai
dan memuliakan keluarga dan para sahabatnya.
2. MENGIKUTI DAN MENTAATI RASUL.
Mengikuti Rasulullah SAW. Adalah salah satu bukti
kecintaan hamba kepada Allah SWT. “Katakanlah:
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 3:31)
Rasul diutus untuk ditaati (QS. 4 : 64)
Apa saja yang dari Rasulullah SAW harus
diterima, dan apa yang dilarang maka tinggalkan,
sebagimana firmannya dalam QS. Al Hasyr/59 : 7.
Ketaatan kepada Rasulullah adalah mutlak yg
merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT
“Man yuthi’i Rasul faqad atha’a Allah” artinya:
Baransiapa yang mentaati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah.
Dan banyak ayat yang memerintahkan taat
kepadaAllah dan kepada Rasul.
3. MENGUCAPKAN SHALAWAT DAN SALAM
Mengucapkan salam kepada Nabi adalah
perintah Allah SWT. (QS. Al Ahzab/33 : 56)
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat2-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkan salam penghormatan kepadanya”.
Dalam hadits : “Sesungguhnya orang yang
paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat
adalah siapa yang paling banyak bershalawat
kepadaku” (HR. Tirmizi).
Hadits lain menyebutkan tentang orang bakhil:
“Al bakhilu man dzukkirtu ‘indahu falam yushalli
alayya “ artinya : ”Orang yang benar-benar
bakhil adalah orang yang ketika disebut
namaku dihadapannya, ia tidak mengucapkan
shalawat kepadaku”.
Teks salam : “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu
warahmatullahi wabarakaatuhu”.
Teks shalawat : seperti dalambacaan shalat.
AKHLAK PRIBADI
A. SHIDIQ, artinya benar atau jujur sebagai lawan
dusta atau bohong. Seorang muslim dituntut
selalu berada :
1. Benar hati (sidq al qalb), dihiasi iman dan
bersih dari segala penyakit hati.
2. Benar perkataan (shidq al hadits), semua
ucapannya adalah kebenaran.
3. Benar perbuatan (sidq al’amal), perbuatan
yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam.
Bentuk – bentuk Kebohongan.
Seorang mukmin tidak mungkin jadi pembohong
karena tidak mungkin sifat pembohong
menyatu dengan seorang mukmin. Ada
beberapa kebohongan yang terjadi :
1. Khianat (QS. Al Anfal/8 : 27)
2. Ingkar janji, ini merupakan sifat munafiq
3. Kesaksian palsu
4. Fitnah
5. Menggunjing (QS. Al Hujurat/49: 12)
6. Bohong, juga merupakan sifat munafiq
B. Amanah.
Amanah artinya dipercaya, seakar kata “iman”,
Memang sifat amanah melekat erat dengan
iman. Pengertian sempitnya yaitu memelihara
titipan dan menyerahkan kepada pemiliknya
dalam bentuk seperti semula. Secara luas me
nyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan
orang lain, melaksanakan kewajiban, dll
(QS. Al Ahzab/33: 72)
Bentuk-bantuk amanah :
1. Memelihara titipan dan mengembalikannya
seperti semula
2. Menjaga rahasia
3. Tidak menyalah gunakan jabatan seperti
korupsi
4. Menunaikan kewajiban dengan baik
5. Memelihara nikmat yang diberikan Allah SWT.
6. Menjaga kehormatan orang tua, keluarga dan
komunitasnya.
C. Istiqomah. Secara lughawi yi “tegak lurus”.
maka diartikan sebagai sikap teguh pendirian
dan selalu konsekuen. Secara terminologi akh
laq adalah sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman
meskipun menghadapi tantangan dan godaan,
(QS. Hud/11: 112)
Juga sabda Rasulullah SAW : “Qul amantu
Billahi tsummas taqim”, maknanya katakanlah
saya beriman kepada Allah, kemudian
istiqamahlah! (HR. Muslim).
Setiap orang yang mengaku beriman, pasti
akan menghadapi ujian, sebagaimana tercan
tum dalam firman Nya QS. Al Ankabut/29: 4)
Buah dari istiqomah adalah kebaikan dunia
dan akhirat
D. Iffah, artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang
tidak baik. Secara terminologis berarti menjaga
kesucian, memelihara kehormatan diri dari
segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjatuhkannya, bentuknya “
1. menjaga diri dari pergaulan lawan jenis,
berpakaian menutup aurat. (QS. Al Ahzab/33:59)
2. Menjaga diri dalam hubungannya dengan
harta, menjaga dari haram dan subhat
3. Menjaga diri dari kepercayaan orang
E. Mujahadah. Artinya mencurahkan segala ke
mampuan untuk melepaskan diri dari segala
hal yang menghambat pendekatan diri terha
dap Allah SWT. Baik hambatan yang bersifat
internal seperti dorongan untuk berbuat
maksiat, hawa nafsu, cinta harta, maupun
eksternal yaitu dari syaithan, orang kafir,
munafiq dan para pelaku kemaksiatan.
(QS. Al Ankabuut/29: 69)
Obyek Mujahadah :
1. Jiwa yang mendorong manusia untuk
melakukan kedurhakaan
2. Hawa nafsu yang tidak terkendali
3. Syaithan yang selalu menggoda manusia
4. Kecintaan kepada dunia
5. Orang kafir dan munafiq
6. Para pelaku kemaksiatan
F. Syaja’ah, artinya berani yang ditentukan kekuatan
hati, iman dan kebersihan jiwa. Lawannya adalah
jubun atau penakut. Bentuk bentuk keberanian :
1. Keberanian menghadapi musuh dalam
peperangan (jihad fi sabilillah)
2. Keberanian menyampaikan kebenaran, Sabda
Rasulullah SAW : Jihad paling afdhal ada lah
memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa
yang dzalim (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
3. Keberanian untuk mengendalikan diri ketika
marah.
Faktor yang menyebabkan mempunyai syaja’ah:
1. Rasa takut kepada Allah SWT
2. Lebih mencintai akhirat dari pada dunia
3. Tidak takut mati
4. Tidak ragu-ragu
5. Tidak menomorsatukan materi
6. Tawakal dan yakin akan datang pertolongan
Allah SWT.
7. Hasil pendidikan (X)
G. TAWADHU’
Tawadhu’ artinya rendah hati, lawannya som-
bong atau takabur. Orang yang rendah hati
tidak memandang dirinya lebih dari orang lain,
sedangkan orang yang sombong menghargai
dirinya secara berlebihan dan merendahkan
orang lain.
Oleh Rasulullah SAW. Orang yang takabur
ditandai dengan dua hal :
1. Batharul haq (menolak kebenaran)
2. Wa ghamtun naas (merendahkan orang
lain).
Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir
dari keimanan, kesadaran akan kemahakuasa-
an Allah SWT. Manusia adalah lemah dan tidak
kuasa apa-apa dihadapan Allah SWT. Manusia
butuh karunia, ampunan dan Rahmat Allaah
Ta’ala. Orang yang tawadlu’ menyadari apa sa-
ja nikmat yang ada adalah dari Allah dan bila
ditimpa kemudharatan maka hanya kepada
Allah meminta pertolongan. (QS. An Nahl: 53).
Maka tidak pantas menyombongkan kepada
sesama manusia, apalagi kepada Allah SWT.
Beberapa contoh bentuk tawadhu’ :
1. Tidak menonjolkan diri dari orang-orang lain
2. Menhormati dan mmuliakan tamu
3. Bergaul dengan orang awam dengan ramah
4. Mau mengunjungi orang lain, sekalipun lebih rendah
status sosialnya
5. Mau duduk bersama dengan fakir miskin dan kaum
lemah seperti cacat, jompo dll.
6. Tidak makan minum, berpakaian berlebihan
7. Mengucapkan salam tanpa melihat status.
8. Sedia memberi pertolongan kepada siapapun.
9. Dan lain sebagainya.
Takabur.
Sifat takabur adalah warisan iblis yang menolak
perintah Allah untuk sujud kpd Adam AS. Karena
merasa lebih mulia dari Adam.
Orang yang sombong/ takabur jauh dari
kebenaran maka tidak akan masuk surga, seba
gaimana sabda Rasulullah SAW. “Tidak akan
masuk surga orang yang didalam hatinya ada
sebiji zarah sifat sombong” (HR. Muslim).
Apa sih yang disombongkan : harta, pangkat, anak,
ilmu, bukankah semua titipan Allah SWT. yang
sewaktu-2 dapat diambil oleh Allah SWT.
Berikut beberapa contoh kesombongan :
1. Kalau mendatangi majelis, senang hadirin
berdiri menyambutnya.
2. Kalau berjalan ingin ada yang mengiringnya
3. Tdk suka duduk, mengunjungi orang yang lebih
rendah statusnya.
4. Bergaul hanya dengan orang yang se level
5. Merasa malu mengerjakan pekerjaan rumah
6. Memanggil orang dengan sebutan seenaknya
7. Suka menonjol dalam penampilan, harus beda
dengan orang kebanyakan, dll.
H. M A L U.
Malu (al haya’) adalah sifat atau perasaan yang
menimbulkan keengganan melakukan perbua-
tan yang rendah dihadapan Allah atau tidak
baik. Malu adalah sifat terpuji yang menjadi
keistimewaan ajaran Islam. Sebgaimana sabda
Rasulullah SAW : “Inna likulli diinin khuluqon,
wakhuluqul Islaam al hayaa’I”, artinya “Sesung
guhnya semua agama itu mempunyai akhlaq,
dan akhlaq Islam adalah sifat MALU”.
(HR. Malik).
Sifat malu dapat dibagi menjadi TIGA jenis :
1. Malu kepada Allah SWT.
2. Malu kepada diri sendiri
3. Malu kepada orang lain
Ketiga malu tersebut harus ditumbuhkan dan
dipelihara terus, terlebih malu kepada Allah
SWT. Karena ini bersumber dari iman, bahwa
Allah SWT adalah serba meihat, selalu
mendengar dan mengawasi setiap perbuatan
yang dilakukan oleh manusia.
Malu adalah sebagian dari iman seperti sabda
Rasulullah SAW “Al haya’u minal iman, wal
imaanu fil jannah, wal bada’u minal jafa’I
waljafa’u fin nar”, artinya : “Malu itu sebagian
dari iman, dan iman itu didalam surga, lidah
yang keji adalah kebengisan, dan kebengisan
itu di dalam neraka”.
Apabila orang sudah tidak memiliki lagi sifat
malu, maka dia akan kehilangan kontrol segala
tingkah lakunya. Dia lepas kendali, bebas apa
saja, tidak melihat halal haram, baik buruk dll.
I. SABAR
Secara etimologis kata sabar (ash-shabr) ber
arti menahan, mengekang. Secara terminolo
gis bermakna menahan diri dari segala sesua
tu terhadap yang tidak disukai karena taat ke
pada Allah dan mengharap ridla Allah SWT.
Yang tidak disukai bukan hanya berupa musi-
bah saja tapi bisa jadi yang disenanginya mi
salnya gejolak hawa nafsu, harta,kenikmatan
duniawi lainnya.
Macam-macam sabar :
1. Sabar menerima cobaan hidup (QS. 2:155-
157)
2. Sabar dari keinginan hawa nafsu (QS. 63: 9)
3. Sabar dalam taat kepada Allah SWT. (QS.
19:65)
4. Sabar dalam berda’wah (QS. 31: 17)
5. Sabar dalam derita, perang (QS. 2: 177)
6. Sabar dalam pergaulan (QS. 4: 19)
J. PEMAAF
Pemaaf adalah sikap mulia suka memberi ma af
kepada orang lain tanpa ada rasa benci dan
keinginan untuk membalas (QS. 2: 219 dan 3:133-
134). Memberi maaf disebutkan dalam Al Qur’an
disebut “al afwu”.
Tindakan memberi maaf untuk diikuti dengan
lapang dada yang dalam Al-Qur’an disebut “ash
shafhu”
Lawan pemaaf adalah dendam yaitu menahan
rasa permusuhan di dalam hati, dan menung- gu
kesempatan untuk membalas (QS. 24: 22).

Anda mungkin juga menyukai