Anda di halaman 1dari 4

SUKA DUKA KULIAH DARING

Inilah sepenggal cerita tetang sebuah kehidupan baru yang saya alami, yang
juga dirasakan oleh ratusan bahkan ribuan mahasiswa lainnya. Sebuah
kehidupan yang penuh dengan suka duka kuliah daring (online) dimasa pandemi
covid-19.

Virus corona mulai muncul di Indonesia pada tanggal, 2 Maret 2020. Beberapa
perguruan tinggi di Medan meniadakan perkuliahan tatap muka di kampus
untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19). Pada tanggal 17
Maret 2020 kampusku mengeluarkan surat edaran bahwasannya perkuliah tatap
muka ditiadakan dan beralih ke kuliah daring (online). Aku sangat senang saat
membaca surat itu “Yes, bisa pulang kampung” suara dalam hatiku.

Setelah aku membaca surat edaran tersebut, tiba-tiba gawaiku berdering dari
arah tempat tidurku. Ternyata ibuku yang meneleponku.
“Halo, nang apa kabar?”.
“Sehat Mak! Orang mamak sehatnya semua kan?” ucapku sambil bertanya.
“Puji Tuhan sehatnya kami semua nang! Kuliahmu bagaimana nang?” tanya
ibuku.
“Puji Tuhan lancar Mak, tapi mulai besok kami kuliah daring Mak karena virus
korona itu” ucapku.
“Bah, iyanya” ucap ibuku sedikit terkejut. “kalau begitu kamu pulang sajalah
nang daripada di sana nanti kamu kenapa-napa tidak ada yang mengurus” ucap
ibuku dengan nada khawatir.
“Iya Mak, aku besok pulang! Hari ini kupesan tiket mobilnya” jawabku karena
sehari sebelum berangkat tiket harus lebih dulu dipesan.
“Hmm, iya nang kabari besok orang mamak ya, udah dulu yang nang mamak
mau masak dulu ya Shalom” ucap ibuku.
“Iya Mak, Shalom” ucapku sambil menutup telepon.

Setelah selesai teleponan dengan ibuku aku langsung memesan tiket mobilku
melalui via telepon.
“Halo kak selamat siang, tiket ke Sidimpuan untuk besok masih ada kak?”
tanyaku kepada pegawai travel.
“Halo! Iya kak selamat siang, tiket ke Sidimpuan untuk besok malam masih ada
kak, untuk berapa orang ya kak?” tanya pegawai travel.
“Baik kak, besok jam enam sore akan dijemput ke alamat kakak” jawab
pegawai travel.
“Oh iya baik kak, terimakasih” ucapku sambil menutup telepon.

Esok harinya dipagi hari yang cerah dengan cuaca yang tidak begitu panas aku
membereskan kostku agar bersih dan rapih saat kutinggalkan. Setelah selesai
beberes aku lanjut dengan menyusun barangku ke koper mulai dari pakaian dan
buku pelajaran yang perlu dibawa ke kampung. Rasanya ada yang kurang kalau
pulang kampung tanpa buah tangan. Karena itu aku memesan kue untuk dibawa
pulang ke kampung. Setelah itu aku istirahat sebentar di tempat tidurku sembari
scroll Tik-Tok dan Instagram.

Tak terasa hari mulai sore jarum jam di dinding kamar menunjukkan pukul
17:30. Aku beranjak dari tempat tidur, aku mengambil handuk dan menyiapkan
pakaian ganti. Kusasar kaki menelaah sandal jepit, aku menuju ke kamar mandi
untuk mandi.

Tiba-tiba gawaiku berdering dan ternyata telepon dari pihak travel.


“Hallo kak kami dari travel mobil sedang menuju lokasi kakak” ucapnya.
“Iya kak, terimakasih sudah mengingatkan” jawabku sambil menutup telepon.
Setelah menerima telepon aku buru-buru mandi dan siap-siap, kemudian aku
langsung mengangkat semua barang-barangku ke depan kos.

Perjalanan ke kampungku membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 13 jam


untuk sampai. Sesekali supirnya berhenti sejenak untuk istirahat atau untuk
buang air kecil dan besar. Biasanya tempat pemberhentiannya di rumah makan
agar bisa sekalian makan dan minum. Aku sengaja memilih berangkat malam,
agar bisa tidur selama perjalanan. Ketika matahari belum beranjak dari
peraduannya, aku pun sudah mulai beranjak dari tidur malamku. Aku buka mata
dan kusiapkan diriku untuk tidak tertidur lagi karena sebentar lagi akan sampai.

Suasana saat itu masih gelap, tetapi sudah banyak orang di jalan. Ada yang jalan
pagi, bersepeda dan pedagang di pasar yang sudah mulai berangkat. Suasana
pagi itu sebenarnya dalam keadaan sedikit mendung dan sempat beberapa menit
terjadi gerimis. Ketika waktu hampir menunjukkan pukul setengah tujuh, secara
perlahan mendung di langit mulai menghilang. Hingga kami sampai pada suatu
Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan yang mana kutemukan suatu
pemandangan yang menurutku sangat indah. Di tengah area persawahan yang
begitu hijau dan matahari yang masih malu menunjukkan sinarnya. Kombinasi
antara sinar matahari yang sedikit mendung menghasilkan cahaya merah marun
yang tentunya jarang kita temui dipagi hari. Sungguh pemandangan yang sangat
indah kala itu. Melihat hal itu aku tak ingin menyianyiakannya dan segera
mengabadikannya lewat kamera gawaiku.

Tak terasa kami sudah sampai di Sidimpuan satu persatu penumpang diantar
dimulai dari alamat yang terdekat sampai yang terjauh. Berhubung alamat
rumahku yang paling jauh aku yang terakhir diantar. Setelah 6 penumpang
lainnya selesai diantar akupun segera diantar oleh pak supir ke desaku sekitar 30
menit dari kota Sidimpuan. Dan akhirnya setelah 13 jam perjalanan aku sampai
di rumah tercinta.
Saat aku turun dari mobil kedua anjing peliharaanku langsung menyambutku
dengan bahagia dengan mengibaskan ekornya kesana-kemari, melompat ke
arahku sambil menggongong bahagia. Ibuku juga langsung memelukku saat tiba
di rumah. Aku sangat senang sekali karena bisa sampai di rumah dengan
selamat dan dalam keadaan sehat.

Hari demi hari berlalu sudah hampir setahun lamanya kuliahku di rumah aja dan
rumahku adalah kampusku. Aku bahkan sempat berpikir bahwa daring atau
pembelajaran jarak jauh itu menyenangkan, ternyata ekspektasiku tidak sesuai
dengan kenyataan.
Setiap senin sampai kamis, mulai pagi hingga sore terkadang sampai malam
hari kami kuliah hanya melalui laptop atau gawai saja. Memang enak
pertamanya, cuma belakangan ini mulai agak kewalahan hal ini membuatku
merasa bosan, saat kuliah daring berlangsungpun tidak banyak pelajaran yang
dapat kupahami dengan cepat dan baik. Ada beberapa kendala yang aku alami
saat kuliah daring, seperti kualitas sinyal yang lemot, kalau listrik padam sinyal
juga ikutan padam alias mati, belum lagi kalau kuota internetku habis kadang
segan selalu minta dari orangtua, berasa terlalu membebani orangtua.
Untungnya pemerintah memberikan bantuan berupa kuota belajar secara gratis
sebanyak 50 GB untuk mahasiswa dalam jangka waktu sebulan, jadi beban
orangtua berkurang sedikit.

Setiap hari tugas semakin banyak, kadang aku merasa bingung dengan tugas
yang diberikan, bayangkan saja disetiap mata kuliah ada enam tugas KKNI
(Tugas Rutin, Critical Journal Review, Critical Book Report, Rekayasa Ide,
Mini Riset, dan Tugas Projek) yang wajib dikerjakan dan diselesaikan dengan
deadline yang singkat membuatku kesulitan dan merasa terbebani karena
pemberian tugas tidak diimbangi dengan materi dan melakukan diskusi. Belum
lagi presentasi kelompok atau individu disetiap matakuliah. Aku merasa
kesulitan dalam membagi waktu belajar, bermain, dan melakukan pekerjaan
rumah. Bahkan terkadang aku tidak bisa membantu ibuku melakukan pekerjaan
rumah. Walau begitu ibuku tidak pernah mengeluh padahal akau tau ibu sangat
letih. Sama sekali tak pernah terlihat ia lemah, kecuali melalui tatap matanya
yang bening. Ibu selalu bisa menjadi pelindung dan memberikan solusi atas
semua masalah yang aku hadapi. Ibu menjadi tempat mengadu, menjadi tempat
melampiaskan sumpah serapah, karena ibu adalah segala-galanya bagiku.

Hingga suatu ketika ibuku marah dan selalu mengomel karena aku tidak bisa
membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Karena saat itu ibuku sedang
sakit, asam uratnya kambuh. Pada saat itu aku sedang mengerjakan tugas untuk
dikumpul besok bukan karena aku sedang bermalas-malasan. Ibuku benar-benar
emosi dan tidak bisa mengerti seperti apa kondisiku saat itu. Hal itu membuatku
merasa benar-benar kesal dan rasanya ingin pergi dari rumah. Untungnya aku
bisa mengontrol emosiku saat itu karena aku sangat sayang dan menghormati
ibuku aku mengurungkan niatkku.

Sejak saat itu aku menjadi tidak serius menjalani kuliah daring, di satu sisi aku
harus kuliah daring dan di satu sisi aku harus melakukan pekerjaan rumah itu
sebabnya aku melakukan banyak kesalahan saat kuliah daring berlangsung. Aku
sengaja telat masuk zoom, kalau dosen sudah masuk baru aku masuk, kamera
gawai/laptopku sengaja kumatikan dan microphone-nya kusilent, biar bisa
sambil rebahan haha…, ke kamar mandi juga bawa handphone, paling parahnya
lagi saat kuliah daring aku malah masak di dapur, kadang sambil cuci piring
juga, kalau peribahasanya menyelam sambil minum air. Tentunya hal itu
membuatku jadi tidak mendengarkan penjelasan dari dosen dengan baik tetapi
hal itu kadang-kadang saja kulakukan, tergantung dosen yang mengajar, kalau
dosennya baik dan pengertian tidak apa-apa karena beliau pasti mengerti
kondisi mahasiswanya dan beliau juga pasti pernah merasakan bagaimana
rasanya jadi mahasiswa. Tapi kalau dosennya yang killer dan suka merepet
setiap kulon (kuliah online) aku tidak berani hehe…, karena aku takut kenak
semprot dan buat teman-teman juga jangan coba-coba melakukan hal tersebut,
karena kalau kamera mati diaanggap absen wkwkwk, belum lagi dosennya tidak
mau memulai perkuliahan sebelum kameranya dinyalain bisa-bisa dosennya
ngambek dan makin ribet urusannya nanti.

Akibat ketidakseriusanku dan kesalahan yang kulakukan saat kuliah daring aku
jadi tidak mengerti materi pelajaran yang sedang dibahas, saat dosen bertanya
padaku aku hanya bisa terdiam sejenak dan menjawab dengan asal saja.
Rasanya malu sekali saat ditegor dosen “Makanya dengarin kalo bapak sedang
menjelaskan, fokus, pikiranmu jangan kemana-mana”. Saat UTS di beberapa
mata kuliah jawabannya aku copas (copy paste) dari google, sialnya pada salah
satu matakuliah ketahuan sama dosennya kalau jawabanku hasil dari plagiat
akibatnya nilai Ujian Tengah Semesterku menurun karena ulahku sendiri.
Untungnya dosennya baik dan memberikan aku waktu sehari untuk menganti
jawabanku dengan syarat harus dari hasil pikiranku sendiri tanpa plagiat dan
harus percaya dengan jawabanku sendiri, benar atau salah itu urusan
belakangan.

Jadi buat teman-teman jangan dicontoh ya kesalahan yang aku buat karena
penyesalan selalu datang terlambat. Jujur saat itu aku menyesali perbuatanku,
itu sebabnya setelah kejadian itu aku kembali serius kuliah, yang biasanya tiap
pagi aku tidak pernah mandi cuma cuci muka saja karena bangun kesiangan,
sekarang harus cepat bangun pagi biar bisa bantu mamak masak juga biar bisa
mandi supaya badan segar, pikiranpun fresh dan semangat kuliah. Aku selalu
berusaha bisa memanejemeni waktuku sebaik mungkin, mana waktu untuk
belajar, waktu bermain dan membantu orangtua, because time is money.

Anda mungkin juga menyukai