Imam kepada Allah adalah membenarkan adanya Allah SWT dengan keyakinan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya Allah SWT wajib ada-Nya dengan dzat nya. Dia Maha Esa, yang menguasai langit dan bumi beserta isinya, Yang Maha Kuasa, Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri, Yang Kekal. Sesungguhnya Allah SWT mengetahui atas segala sesuatu dan Maha Kuasa. Allah melakukan apa yang Dia Kehendaki, dan Allah Maha Bijaksana terhadap apa yang Allah SW kehendaki. Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah SWT. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari sesuatu yang menyerupai dan menandingi, dan Maha Suci Allah dari teman dan pembantu (mitra dan asisten). Allah tiak membatasi waktu, tidak ada yang menyibukan atau merepotkan Allah, dan Allah tidak terbatasi dengan arah, Allah Maha Kaya, artinya dengan mutlak Allah tidak butuh terhadap segala sesuatu. Akan tetapi segala sesuatu selain Allah sangat butuh kepada-Nya. Ia yang telah menciptakan perbuatan-perbuatan mereka, baik dan buruknya, manfaat dan madharatnya, yang memberi hidayah kepada orang yang ia kehendaki, dan menyesatkan kepada orang yang ia kehendaki, dan yang mengampuni kepada orang yang ia kehendaki dan menyiksa kepada orang yang ia kehendaki. Allah tidak layak dipertanyakan atas apa yang ia lakukan dan makhluk lah (manusia dan jin) yang pantas ditanya atas apa yang mereka lakukan. Artinya manusia harus mempertanggungjawabkan atas segala perbuatannya. Dan tidak wajib atas Allah kepada seseorang atas segala sesuatu, artinya Allah tidak terbebani atas segala kepentingan makhluknya. Karena ia Maha Menguasai terhadap segala –Nya dan ia lah yang mengendalikan segala-Nya, maka tidak ada seorangpun yang bersekutu dengan ia (Allah) didalam kerajaan-Nya. Dan tidak ada hak bagi seorangpun atas sesuatu yang ada di sisi Allah. Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang berbuat kebaikan dengan pahala (Surga) semata-mata karena rahmat-Nya. Dan Allah mengancam kepada orang-orang yang berbuat keburukan dengan siksaan (Neraka) semata-mata karena keadilan-Nya. B. Bentuk Wujud Imam Kepada Allah SWT Sifat Wujud pengertiannya tetapnya sesuatu dan pasti adanya, sifat wujud ini wajib bagi Allah SWT. Dzatnya bukan Illat (Pengaruh Luar) maksudnya bahwa selain Allah (Makhluk) tidak dapat mempengaruhi adanya Allah. Adapun sifat wujud tanpa Dzat itu terjadi seperti keberadaan kita yaitu melalui perbuatan Allah Ta’ala. Adapun bukti adanya Allah yaitu adanya makhluk ini, jika Allah SWT tidak ada, maka tidak akan ada satu makhlukpun. Allah Ta’ala berfirman : َّ ِإنَّنِ ٓى َأنَا ٱهَّلل ُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإٓاَّل َأن َ۠ا فَٱ ْعبُ ْدنِى َوَأقِ ِم ٱل ٓ صلَ ٰوةَ لِ ِذ ْك ِر ى Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(Q.S Thaha:14)
Seseorang muslim yang beriman kepada Allah adalah yang membenarkan
adanya Tuhan Yang Maha Agung Tuhan maha Pencipta langit dan bumi. Dia mengetahui alam ghaib dan alam nyata, maha Pengatur, Raja segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Dia. Dialah Yang Maha Agung, yang memiliki sifat-sifat maha sempurna. Untuk pertama kalinya kita mendapat petunjuk dari petunjuk-Nya. (Allah berfirman : “Kalaulah bukan karena petunjuk Allah, tidaklah kita mendapat petunjuk). Kemudian petunjuk untuk beriman itu kita peroleh berdasarkan dalil naqli dan aqli.”) 1. Dalil Naqli Dalil naqli adalah tanda bukti atau petunjuk dari teks ayat Al-Qur’an, dalil teresebut kebenarannya merupakan mutlak atau hakiki. Contohnya seperti : a. Berita dari berjuta-juta ulama tentang Allah, sifat-sifat, nama-nama,dan pengaturan- Nya terhadap segala sesuatu, kemampuan-Nya terhadap segala sesuatu, kemampuan- Nya terhadap segala sesuatu, kerana itulah mereka menyembah dan menaati, mencitai-Nya, serta menentang keras demi diri-Nya. b. Berimannya berjuta-juta manusia kepada adanya Allah SWT penyembahan serta ketaatan mereka kepada-Nya, padahal pada saat itu berlaku adat kebiasaan manusia bahwa membenarkan satu atau dua orang lebih patut daripada mebenarkan suatu kelompok atau umat manusia atau suatu julah besar manusia yang tidak dapat dihitung, berdasarkan kesaksian rasio dan fitrah terhadapap kebenaran mengenai apa yang diberitakan kepada mereka, dan mengenai apa yang mereka mendekatkan diri kepada-Nya. c. Berita dari sekitar 124.000 nabi dan rasul yang menyebutkan adanya Tuhan Allah SWT tentang rububiyyah terhadap alam semesta, penciptaan-Nya, pengembangan, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya. Tidak seorang nabi atau rasul pun kecuali hanyalah Allah telah berbicara kepadanya atau mengutus hanya seorang utusan atau Allah telah memasukkan ke dalam hatinya sesuatu yang meyakinkannya bahwa itu kalam Allah dan wahyu-Nya yang diberikan kepadanya. Pemberitaan sejumlah makhluk dan manusia pilihan ini memustahilakn akal manusia untuk membohongkannya atau menyebabkan orang sebanyak ini sepakat untuk berdusta. Begitu juga pemberitaan sesuatu yang belum diketahui mereka, tidak diselidiki oleh mereka kebenarannya, dan yang belum pasti kepada mereka, padahal mereka itu manusia-manusia pilihan, manusi terbaik. Mereka itu manusia manusia yang mempunyai alasan rasional yang lebih kuat, dan mereka itu manusia-manusia yang terpercaya dalam pembicaraannya. 2. Dalil Aqli Dalil aqli adalah dalil yang dapat dinalar oleh akal pikiran. Contohnya seperti : a. Wujud macam-macam alam, juga makhluk, menjadi bukti adanya pencipta karena selain diri-Nya (Allah), tidak ada yang mengaku telah menciptakan ini semua. Akal manusia mustahil akan mengatakan adanya sesuatu itu tak ada yang mengadakan. Bahkan mustahil pula adanya sesuatu yang jelasitu tanpa ada yang mengadakan. Demikian pula, seperti halnya makanan, tak mungkin ada tanpa ada yang memasaknya, dan tak mungkin ada hamparan tanah di planet bumi ini tanpa ada yang menciptakannya. Jadi, bagaimana mungkin alam semesta seperti langit, planet, matahari, bintang-bintang, bulan, padahal semuanya berbeda serta jarak masing- maasing berjauhan, dan berputar. Planet bumi dan apa-apa yang ada seperti manusia, jin, dan binatangbinatang yang beraneka macam jenisnya itu berbeda pengetahuan dan pemahamannya, keistimewaan dan ilmunya, juga barang-barang yang bermanfaat yang ada padanya. Tak mungkin semua ini ada tanpa adanya Pencipta. Demikian pula hal nya dengan sungai yang airnya mengalir, uapnya mengepul, tumbuh-tumbuhan yang tumpul dan buah buahan yang beraneka rasa dan warna serta ciri-ciri khusus dan manfaatnya. b. Adanya firman Allah yang sampai kepada kita, yang kita renung renungkan dan kita pahami makna-maknanya merupakan bukti akan adanya Pencipta semua itu, yaitu Allah SWT. Mustahil ada kalau tanpa Mutakallim, dan mustahil ada ucapan tetapi tidak ada yang mengucapkannya. Oleh karena itu, kalau Allah menjadi bukti terhadap wujud-Nya lebihlebih kalam Allah ini merupakan syariat yang paling benar sejauh yang diketahui oleh manusia. Hukum-hukum-Nya merupakan hukum-hukum yang terbaik bagi manusia, sebagaimana pula bahwa Firman Allah itu mengandung teori-teori ilmiah yang paling benar, meliputi hal-hal yang ghaib, juga peristiwa-peristiwa sejarah. Semua itu adalah hal yang memang benar bagi siapa saja yang mau membenarkan, dan hukum syariat, dan faedahnya tidak terbatas untuk sepanjang masa walaupun dengan perbedaaan waktu dan tempat, dan tidak ada teori ilmiah apapun hal menolak hal itu, dan tidak ada satu berita ghaib pun yang meleset dari yang diberiatakan didalamnya, sama sekali tidak mengurangi arti faedah hukum-Nya walaupun masa telah berlalu sekian lama. Demikian pula sejarawan tidak akan bisa menolak dan mendustakan berbagai kisah yang disebutkan didalamnya atau memeperkuat pendustaan atau penolakan peristiwa-peristiawa sejarah yang diisyaratkan dan dijelaskan oleh-Nya. Terhadap kalam Allah yang bijak seperti ini mustahil akal mengatakan bahwa ia adalah ciptaan seorang manusia karena kalam itu betul-betul berada diatas kemampuan dan pengetahuan manusia. Adalah salah bila kalam itu kalam manusia. Dialah kalam Pencipta Manusia, yang menjadi bukti terhadap adanya Allah, kemampuan, serta kebijaksanaan-Nya. c. Adanya sistem yang sangat akurat didalam hukum alam semesta dalam penciptaan, pembentukan, peredaran, dan pertumbuhan wujud hidup dialam ini, sesungguhnya semuanya tunduk kepada tananan hukum alam ini, terikat olehnya, dan sama sekali tidak ada yang bisa keluar dari tananan tersebut. Seorang suami, misalnya, menyemburkan spermanya kedalam Rahim istrinya sehingga terjadi pembuahan yang menakjubkan, yang tidak dibantu oleh seorang manusia pun. Hanya Allah lah yang dapat memasukan benih janin itu sampai keluar menjadi bayi. Ini dalam hal penciptaan awal, demikian pula dalam menumbuhkan dan mendewasakannya, mulai dari bayi dan anak kecil sampai menjadi pemuda, orang dewasa, dan kakek-kakek. Ini hukum umum yang terjadi pada manusia, binatang, dan tumbuhtumbuhan. Hal yang sama juga terjadi pada planet-planet angkasa dan bintang-bintang dilangit. Semuanya tunduk, patuh, saling berkaitan, dan tidak ada hukum yang keluar daripadanya. Jika penyimpangan terjadi dari hukumnya, maka hal itu pertanda telah matinya planet tersebut. Berdasarkan dalil aqli yang rasional dan dalil naqli yang dapat didengar, manusiapun meyakini Allah dan pengurusan-Nya terhadap segala sesuatu, ketuhanan- Nya (bagi orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian). Atas dasar inilah maka kehidupan Muslim, dalam segala aspeknya, sangat bergantung pada keimanan terhadap Allah SWT.