Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH PERADABAN LEMBAH SUNGAI KUNING


HOANG HO MASA CINA KUNO
Guru Mata Pelajaran : NURAENI S.Pd

Kelompok 2 :

Andi. Muh. Rezky


Endang
Muh. Eriel
Noto
Putri Sahrani
Santri Oktavia S

SMA NEGERI 04 BOMBANA


2023-2024
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, kami panjatkan puji dan syukur


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang sejarah peradaban Lembah


Sungai Kuning Hoang Ho pada masa Cina Kuno, sebagai
bagian dari pembelajaran mata pelajaran sejarah kelas 10.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang


lebih luas tentang kebesaran peradaban tersebut dan
bagaimana nilai-nilai historisnya tetap relevan hingga saat
ini.

Teppoe, Januari 2024

Penyusun
Putri Sahrani

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................ i


Daftar Isi ................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................1
B. Tujuan Penulisan ................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................. 2


A. Kehidupan Ekonomi dan Sosial .................................. 2
B. Sistem Pemerintahan .............................................. 2
C. Kepercayaan......................................................... 5
D. Filsafat ............................................................... 5

BAB 3 PENUTUP ........................................................ 6


A. Kesimpulan .......................................................... 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah kehidupan manusia di lembah Sungai Kuning masa Cina Kuno merupakan
salah satu peradaban besar di dunia. Peradaban kuno di Tiongkok ini diduga sudah ada
sejak tahun 3000 Sebelum Masehi (SM) dan muncul di lembah Sungai Kuning atau
Hoang Ho (sekarang disebut Huang He).

Sejarah awal peradaban ini bermula dari sebuah sungai yang alirannya membawa
lumpur kuning. Mulai dari hulu di Pegunungan Kwen-Lun (Tibet), melalui Pegunungan
Cina Utara, hingga ke hilirnya di Teluk Tsii-Li (Laut Kuning), aliran lumpur tersebut
kemudian membentuk kawasan dataran rendah.

Dikutip dari catatan Susiati dalam buku ajar Sejarah (2020:13), terungkap bahwa
dataran rendah tersebut dikategorikan subur hingga akhirnya menjadi cikal bakal
kebudayaan bangsa Cina Kuno tumbuh.

Di sisi lain, kawasan subur itu juga punya kendala. Menurut tulisan Rizem Aizid dalam
Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia (2018:194), Lembah Sungai Kuning sering dilanda
bencana pembekuan (saat musim dingin), banjir, bahkan air bah.

Albert Hyma, Mary Stanton, dan Michael Hugh dalam Streams of Civilization: Earliest
Times to the Discovery of the New World (1992) mengungkapkan, orang-orang Cina
Kuno akhirnya berhasil mengatasi masalah itu dengan cara membangun tanggul
raksasa di sepanjang aliran Sungai Kuning.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif mengenai sejarah peradaban Lembah Sungai Kuning Hoang Ho pada
masa Cina kuno. Makalah ini juga bertujuan untuk menyoroti pencapaian-pencapaian
kuno yang mempengaruhi perkembangan sejarah dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Tanah di peradaban Lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho amat subur. Oleh karena
itu, seperti yang diungkapkan Yi-Fu Tuan dalam A Historical Geography of China (2008),
kehidupan ekonomi peradaban Cina Kuno bertumpu kepada sektor pertanian atau
agraris. Masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho kala itu menanam berbagai
jenis tumbuhan pangan, seperti gandum, padi, teh, jagung, hingga kedelai.

Kegiatan ekonomi dalam peradaban Lembah Sungai Kuning terus berkembang. Ada
yang kemudian berburu dan meramu, seperti menangkap hewan buruan atau ikan,
kemudian mulai mengembangkan metode peternakan. Pada zaman pemerintahan
Dinasti Chou (1066 SM-221 SM) masyarakat Cina Kuno yang hidup di Lembah Sungai
Hoang Ho sudah mulai berdagang, bahkan ada yang menjadi penenun, pengrajin,
penebang kayu, buruh, dan lainnya.

Kehidupan sosial masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho ini pada akhirnya
diatur oleh sistem pemerintahan feodalisme. Mulai terdapat pengelompokan sosial,
dari kaum bangsawan hingga rakyat biasa. Sistem feodal kemudian digantikan dengan
sistem pemerintahan lainnya yakni unitaris yang dijalankan di peradaban Lembah
Sungai Kuning di Cina.

2
B. Sistem Pemerintahan

Terdapat 2 sistem pemerintahan dalam peradaban Lembah Sungai Kuning, yakni


feodalisme dan unitaris.

• Pada sistem pemerintahan feodalisme, kedudukan Kaisar dianggap sakral


sebagai utusan/anak Dewa Langit. Kedudukan kaisar pada masa pemerintahan
feodalisme hanya bertindak sebagai simbol dan tidak ikut campur dalam urusan
politik dan pemerintahan.
• Sebaliknya, sistem unitaris menempatkan kaisar sebagai titik pusat yang
mengatur masalah politik dan negara. Oleh karena itu, kaisar punya hak dan
kewajiban untuk menjalankan politik praktis serta menangani segala urusan
kenegaraan.

Dalam catatan Susiati di buku Sejarah (2020:13), setidaknya ada enam dinasti yang
memerintah peradaban masyarakat Cina masa Lembah Sungai Hoang Ho, di antaranya
adalah Dinasti Shang, Chou, Chin, Han, Tang, dan Shung.

a. Dinasti Shang
Dinasti Shang merupakan dinasti pertama yang memerintah di China pada
pertengahan abad ke-16 hingga abad ke-11 SM.

Pada masa itu telah lahir kebudayaan tinggi, seperti membuat peralatan rumah
tangga, kerajinan dari bambu, batu marmer dan perunggu. Kebudayaan yang
berkembang pada jaman dinasti Shang disebut kebudayaan Lung-Shan. Setelah
runtuhnya dinasti Shang, Cina kemudian diperintah oleh dinasti Chou.

Pada masa Dinasti Shang masyarakat memuja dewa bernama dewa Shang-Ti
(Dewa Langit). Masyarakat percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari
shang-ti dan pada akhirnya akan kembali kepada Shang-Ti.

b. Dinasti Chou
Dinasti Chou berkuasa pada 1222 SM hingga 249 SM. Pendiri Dinasti Chou
adalah Chou Wen Wang. Pada Dinasti Chou meletakkan dasar sistem
pemerintahan feodalisme dan pola kebudayaan China.

Pada masa itu hidup para filosof terkenal yaitu Lao Tze, Kung Fu Tze dan Meng
Tze. Ajaran Kung Fu Tze mengenai kesusilaan menjadi dasar perkembangan
kebudayaan Cina. Ajaran Kung Fu Tze lahir sebagai reaksi atas keadaan negara
waktu itu, banyak korupsi, merosotnya akhlak bangsa dan para pemimpinnya .

Runtuhnya Dinasti Chou disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tidak ada
raja-raja pengganti yang cakap, kerajaan terpecah menjadi dua yaitu Chou Barat
dan Chou Timur.

3
c. Dinasti Chin
Dinasti Chin berkuasa pada 221 SM hingga 207 SM. Dalam memerintah, Dinasti
China menggunakan sistem sentralisasi dan meninggalkan sistem feodalisme
(desentralisasi). Kebijakan sentralisasi dilakukan, karena kekacauan yang
terjadi di Cina pada dinasti sebelumnya tidak cukup hanya di atas oleh sikap
raja-raja yang baik dan saleh saja.

Tapi dibutuhkan kekuasaan raja yang kuat dan nyata. Hukum yang dijalankan
dengan adil sehingga tercipta ketertiban dan ketentraman diseluruh negeri
China.

Pada masa Dinasti Chin, dibangun membangun tembok besar Cina sepanjang
2.250 kilometer. Di mana untuk membendung masuknya suku-suku
pengembara (nomaden) dari Utara. Selain itu juga menetapkan standardisasi
tulisan, satuan ukuran misalnya timbangan, ukuran roda, alat-alat pertanian.

d. Dinasti Han
Dinasti Han berkuasa pada 207 SM hingga 221 M. Pada Dinasti Han kembali
menjalankan sistem feodalisme dan mengijinkan kembali filsafat
konfusianisme. Pada masa itu ajaran konfusianisme menjadi salah satu mata
ujian bagi calon penghuni negeri.

Dinasti Nan mencapai puncak kejayaan di bawah kaisan Han Wuti. Di mana
wilayah kekuasannya mencapai Asia Tengah (Turkistan), Korea, Mansyuria
Selatan, Anam, dan Sinkiaing (daerah utara Tibet). Pada masa itu juga juga
menjalin hubungan dengan mancanegara. Jalur perdagangan ke Barat sampai
Roma di kenal dengan sebutan "Jalan Sutera".

e. Dinasti Tang
Dinasti Tang berkuasa pada 619-906. Pada masa Dinasti Tang telah terjalin
hubungan dagang antara China dengan kerajaan-kerajaan Nusantara. Hal ini
ditandai dengan kunjungan para musafir dari Cina, seperti I Tsing di Kerajaan
Sriwijaya. Laksamana Cheng Ho dan Ma Huan yang berkunjung ke Kerajaan
Majapahit.

f. Dinasti Shung
Pada masa Dinasti Shung bidang seni dan ilmu pengetahuan menjadi perhatian.
Dinasti Shung berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Masyarakat hidup
makmur dan sejahtera, bahkan berkembangnya kesenian dan kebudayaan
China kuno.

4
C. Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Kuning menganut polytheisme. Mereka


memuja dewa-dewi yang mempunyai kekuatan alam, seperti Feng Pa (dewa angin ).
Kemudian Lei -Shih (dewa angin topan yang digambarkan sebagai naga besar), Tai Shan
(dewa yang menguasai bukit suci ), Ho Po (dewa penguasa sungai Hoang-Ho).

Selain pemujaan kepada dewa-dewa masyarkat Cina juga memuja arwah leluhur.
Upacara pemujaan dilakukan oleh anak laki-laki tertua. Masyarakat China di Indonesia
hingga saat ini, tradisi tersebut terus dilestarikan.

D. Filsafat

Ilmu filsafat dalam peradaban Lembah Sungai Kuning yang masih bersinggungan
dengan kepercayaan muncul sejak pemerintahan Dinasti Chou sejak 1066 SM hingga
221 SM. Pada masa ini, ada tiga ilmu filsafat atau kepercayaan, yakni Lao Tse, Kong Fu
Tse, dan Meng Tse.

a) Lao Tse (605 - 531 SM)


Ajaran Lao Tse percaya adanya semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal
dan abadi yang bernama Tao. Ajaran Lao Tse disebut Taoisme. Ia mengajarkan
agar orang harus menyesuaikan dengan kodrat alam untuk meraih hidup sejati.

b) Kung Fu Tse (551 - 479 SM)


Ajaran Kung Fu Tse jauh lebih banyak penganutnya. Pada ajaran Kung Fu Tse
menekankan bahwa akhlak yang bobrok dapat diperbaiki dengan membangun
kembali keselarasan dalam masyarakat sebagaimana telah dialami oleh
leluhur. Keselarasan meliputi semua pihak artinya pemerintah maupun rakyat,
tua maupun muda.

c) Meng Tse (372 - 280 SM)


Meng Tse merupakan murid Kong Fu Tse. Ia melanjutkan dan melengkapai
ajaran Kung Fu Tse manusia itu pada dasarnya baik. Kebaikan baru tampak jika
terdapat keselarasan masyarakat. Karena itu pendidikan amat perlu.
Seandainya pemerintah tidak beres rakyat punya hak untuk memberontak dan
menggulingkan pemerintahan.

5
BAB III
PEPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, peradaban Lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho


memiliki kehidupan ekonomi yang bertumpu pada sektor pertanian, dengan
masyarakat yang menanam berbagai jenis tanaman pangan dan mulai mengembangkan
kegiatan perdagangan. Sistem pemerintahan mereka berkembang dari feodalisme
menjadi sistem unitaris, dan kepercayaan masyarakat pada masa itu didasarkan pada
polytheisme dengan pemujaan kepada dewa-dewi alam dan arwah leluhur. Selain itu,
ilmu filsafat mulai muncul sejak pemerintahan Dinasti Chou.

Anda mungkin juga menyukai