Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 2

 KETUA : KARLINA RATNADEWI


 ANGGOTA : 1. YUNIA CITRA

2. DINNI INDRIANI
3. SRI MULYANI
PERADABAN LEMBAH SUNGAI
HWANG HO (SUNGAI KUNING)
PERADABAN LEMBAH SUNGAI HWANG HO

 Sejarah tertua di Tiogkok dimulai dari Lembah Sungai Hwang Ho sekitar tahun
3000 SM. Sungai Hwang Ho merupakan sungai terpanjang di Tiongkok yang
panjangnya mencapai 5.464 kilometer dan merupakan sungai terpanjang nomr dua
di dunia setelah Sungai Nil. Sungai yang terpanjang di dunia adalah Sungai Nil,
panjangnya lebih dari 6000 km. Sungai Hwang Ho mengalir dari Dataran Tinggi
Tibet berbelok ke arah timur dan bermuara ke Teluk Tsii Li di Laut Kuning. Sungai
Hwang Ho melewati lima provinsi di Tiongkok, yaitu Tsing Hai, Kansu, Shansi,
Honan dan Shantung. Di selatan Sungai Hwang Ho, mengalir Sungai Yang Tze
Kiang yang berhulu di Pegunungan Kwen Lun di Tibet dan bermuara di Laut
Tiongkok Timur. Sungai Hwang Ho disebut juga Sungai Kuning dan paling
berlumpur di dunia. Berdasarkan penelitian para ahli, lumpur yang mengendap di
lembah sungai itu berasal dari tanah loss Gurun Gobi yang diterbangkan angin
sampai ke Lembah Sungai Hwang Ho dan berwarna kuning. Akibatnya, air Sungai
Hwang Ho berwarna kekuning-kuningan dan lembah sepanjang alirannya menjadi
subur.
 Tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Tiongkok di Lembah Sungai Hwang Ho
didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut.
 Air Sungai Hwang Ho membeku di musim dingin sehingga sulit bagi masyarakat
Tiongkok melaksanakan aktivitas kehidupannya.
 Saat musim semi tiba, salju-salju mencair dan menimbulkan air bah serta
menggenangi dataran rendah yang amat luas.
 Kondisi tersebut memberikan tantangan bagi bangsa Tiongkok. Oleh karena itu,
mereka pun berupaya mengatasinya dengan membangun tanggul-tanggul raksasa di
sepanjang sungai tersebut. Dengan demikian, bencana alam tersebut dapat
diminimalisir.
LETAK GEOGRAFIS PERADABAN LEMBAH SUNGAI
KUNING

Secara garis besar, letak geografis Cina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
 (a) Lembah Sungai Hwang Ho (Sungai Kuning)
Sungai Hwang Ho dianggap berkah bagi bangsa Cina, lahan-lahan di
sekitar sungai menjadi subur setelah terjadi banjir yang membawa
lumpur-lumpur. Aliran Sungai Huang Ho dari hulu yang berada di Kwen
Lun (Tibet) sampai muara Teluk Tsi-Li.
 (b) Lembah Sungai Yang Tse
Lembah Sungai Yang Tse merupakan pusat pertanian sehingga banyak
ditemui kota-kota di sekitarnya. Sungai Yang Tse memiliki sumber di
Pegunungan Kwen Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina Timur.
 (c) Cina Selatan
Di daerah ini banyak ditemukan bahan timah. Daerah ini sebagai bukti
bahwa bangsa Cina di masa prasejarah sudah mampu membuat perkakas
dari bahan-bahan logam.
Kedua sungai yang telah disebutkan merupakan cikal bakal tumbuhnya
peradaban di Cina, namun walau demikian kebudayaan yang timbul
ditemukan berada di Lembah Sungai Hwang Ho

Pemerintahan Peradaban
Lembah Sungai Kuning
DINASTI CHOU (1027 – 256 SM)
 Dinasti Chou menggantikan Dinasti Shang setelah terjadi perebutan kekuasaan
dengan alasan raja dari Dinasti Shang dianggap salah mengurus negara dan telah
meninggalkan mandat dari Dewa Langit. Sebagai ibukota dipilih Kota Hao. Kondisi
sosial dalam masyarakat semasa Dinasti Shang sudah terbentuk, secara tidak
disadari telah terbentuk dua golongan, yaitu golongan bangsawan dan golongan
rakyat biasa.
 Adanya kondisi ini melahirkan sistem feodalisme yang diterapkan pada masa
Dinasti Chou. Sistem pemerintahan pada Dinasti Chou dikuasai secara terpusat di
bawah kekuasaan Kaisar, dan daerah-daerah yang dikuasai raja dipimpin oleh raja
bawahan (Raja Vazal) sebagai pembantu. Sistem seperti ini, Raja Vazal selalu
menekan kepada rakyatnya untuk membayar upeti dan memperkuat daerahnya
sendiri dengan membentuk pasukan militer yang menguasai daerah-daerah
tetangga yang lemah dengan alasan memperkuat kekuatan pusat apabila
dibutuhkan.
 Adanya serangan bangsa barbar dari sebelah barat Cina ke ibukota Hao,
menyebabkan dipindahkannya ibukota ke Loyang di sebelah Timur. Akibat
serangan ini memperlemah kekuatan Dinasti Chou ditambah lagi dengan lemahnya
kekuatan pusat yang beralih ke daerah maka tahun 770 SM terjadi pergantian
kekuasaan oleh persekutuan raja-raja Vazal. Karena lemahnya kerajaan, pada
tahun 480 SM Cina terbagi menjadi tiga penguasa, yaitu Chi di Shantung, Chu di
bagian Utara Sungai Yang Tse dan Chin di Lembah Sungai Hwang Ho. Kondisi
pemerintahan seperti ini melahirkan para tokoh filsafat, di antaranya Lao Tse, Kong
Fu Tse, Meng Tse, dan lain-lain.
DINASTI CHIN (221 – 206 SM)
 Di antara tiga penguasa, Chin adalah penguasa yang agresif dan mengalahkan
kekuatan lainnya. Barulah tahun 221 SM, Pangeran Cheng sebagai penguasa
Chin membeli wilayah untuk kekuasaanya dari Manchuria sampai Yang Tse.
Keberhasilannya itu, Pangerang Cheng menamai dirinya Shih Huang Ti
(Kaisar Pertama).
 Kebijakan-kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh Shih Huang Ti selama
berkuasa, yaitu:
(1) Penghapusan sistem feodalisme dan raja vazal.
(2) Sistem birokrasi terpusat, dengan seorang gubernur untuk mengatur
provinsi.
(3) Menyusun tulisan yang seragam.
(4) Memperluas wilayah Cina, bahkan hingga Korea.
(5) Memerintahkan pembangunan tembok Cina, untuk menahan serangan
tentara Mongol dari Utara.
(6) Pengaturan takaran dalam perdagangan.
(7) Petani dan masyarakat golongan biasa dikenai wajib militer, pajak tinggi
dan kerja paksa.
(8) Menghancurkan faham Kong Fu Tse dengan membunuh sarjana dan
membakar buku-buku ajarannya.
 Shih Huang Ti wafat tahun 210 SM, terjadi kekacauan di provinsi yang
diakibatkan oleh keserakahan para gubernur dan bangsawan yang ingin
mengambil kekuasaan di Cina, dan timbulnya pemberontakan rakyat terhadap
sistem yang diterapkan oleh Shih Huang Ti. Salah seorang petani bernama Liu
Pang berhasil mengatasi kekacauan dan menduduki tahta kerajaan dengan
mendirikan Dinasti Han.
DINASTI HAN (206 SM – 221 M)
 Kedekatan Liu Pang kepada rakyat dan pendidikan, ajaran
Kong Fu Tse dihidupkan kembali bahkan ajarannya dipakai
sebagai seleksi calon pegawai negara dan kenaikan jabatan,
sistem feodalisme dikekang, penghapusan pajak, dan
pembangunan irigasi dan jalan yang baru.
 Dinasti Han, tetap mempertahan tradisi dinasti-dinasti
sebelumnya untuk memperluas wilayah Cina, bahkan pada saat
kekuasaan kaisar Wu Ti menghasilkan sebuah imperium yang
luas hingga ke Korea, Turkestan, sebagian India dan IndoCina.
 Berkat imperium ini, terjadi hubungan perdagangan antara
Cina dan India sehingga terjadi percampuran kebudayaan dan
dimulainya masuk ajaran agama Buddha. Jalur perdagangan
Cina dengan Asia Tengah menggunakan Jalur Sutera, yaitu
jalur perjalanan dari Cina ke Asia Tengah melalui India Utara.
Adanya kerawanan keamanan selama perjalanan, jalur
perdagangan diganti melalui laut melalui Indonesia.
Sepeninggal Wu Ti, Cina mengalami kemunduran akibat
kebijakan yang tidak menguntungkan orang kaya dengan cara
penghapusan budak, pembagian pemilikan tanah dan penetapan
harga. Kehancuran Dinasti Han terjadi pada tahun 221 SM.
DINASTI TANG (618 – 906 M)

Pada zaman Dinasti T’ang bangsa Cina


mengalami kejayaan kembali yang sebelumnya
telah hancur dan terpecah-pecah menjadi negara
kecil. Kemajuan Dinasti T’ang ditunjang
kedekatannya kepada para petani dan kaum
bangsawan dengan diberlakukannya Undang-
undang tentang pembagian tanah dan
perpajakan. Wilayah Cina diperluas hingga ke
Persia dan Laut Kaspia sehingga terjalin
hubungan perdagangan dengan Asia Tengah.
Dari perdagangan inilah masuknya agama
Kristen dan Islam ke daratan Cina.
Pengetahuan dan Teknologi
Peradaban Lembah Sungai
Kuning
 Ilmu pengetahuan bangsa Cina diketahui dari tulisan-
tulisannya yang berbentuk gambar (piktograf). Tulisan ini
menunjukkan lambang dari suatu kata atau kalimat,
sehingga komunikasi antar daerah bisa terwujud apalagi
daerah yang ditempati oleh kelompok-kelompok terpisah-
pisah. Pada awalnya tulisan-tulisan ditulis di kayu, kulit,
bambu, dan bahkan tulang binatang.
 Kemajuan lain bangsa Cina dapat dirasakan dengan
banyaknya sisa-sisa peninggalannya dari bahan logam yang
kemudian diperdagangkan hingga ke luar negeri. Iklim di
Cina mengenal empat musim, adanya keteraturan pergantian
musim dimanfaatkan dengan membuat penanggalan dan ilmu
perbintangan sehingga dapat dipakai untuk keperluan pola
tanam pertanian, perdagangan dan pelayaran. Penemuan
swipoa adalah salah satu bentuk keahlian bangsa Cina di
bidang matematika yang digunakan untuk mempercepat
perhitungan saat berdagang.
ILMU FILSAFAT

 Pada masa Dinasti Chou muncul beberapa tokoh filsafat,


tiga diantaranya merupakan yang terbesar, yaitu Lao Tse,
Kong Fu Tse dan Meng Tse.
 Lao Tse
Lao Tse merupakan pencetus dasar-dasar Tao (Tao
artinya jalan) dalam buku yang berjudul Tao Tse Ting.
Oleh karena itu, ajaran Lao Tse dikenal dengan nama
Taoisme. Dalam Taoisme, manusia diharuskan untuk
pasrah terhadap hal-hal yang dialaminya dan selalu
menjalankan kehidupannya dengan baik karena senang
ataupun susah tidak ada bedanya, yang penting adalah
cara menjalaninya yang harus diperbaiki. Taoisme
mengajarkan tentang keseimbangan alam
dengan yin dan yang. Yin adalah unsur-unsur negatif
misalnya: malam, gelap, dingin, perempuan. Yang adalah
unsur-unsur positif, misalnya siang, terang, panas, laki-
laki.
 Kong Fu Tse
Ajaran Kong Fu Tse mengacu pada ajaran Taoisme yang
mengharuskan adanya keselarasan dalam kehidupan
bermasyarakat. Kong Fu Tse memusatkan ajarannya pada
kehidupan sehari-hari, dan keluarga adalah inti dari masyarakat.
Keselarasan hidup dalam keluarga bisa dirasakan saat orang tua
menyayangi anak, anak menghormati orang tua, laki-laki sebagai
kepala keluarga, perempuan sebagai pengurus rumah tangga.
Pemikiran ini diterapkan pada sistem pemerintahan dimana raja
harus menyayangi rakyatnya begitu pula rakyat harus taat kepada
raja.
 Meng Tse
Meng Fu Tse mengikuti ajaran gurunya, Kong Fu Tse. Ia
mengajarkan bahwa rakyat boleh mengingatkan raja dan
memberontak apabila haknya diabaikan, begitu pula rakyat harus
tunduk, taat dan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh
raja. Timbal balik antara raja dan rakyat merupakan dasar-dasar
kehidupan dalam negara demokrasi, sama seperti yang pernah
dilontarkan pula oleh Plato.
Hasil Kebudayaan
Peninggalan Peradaban
Masyarakat Lembah Sungai
Hwang Ho (Sungai Kuning)
 Seni Bangunan
Seni bangunan peninggalan masyakarat Sungai Hwang Ho sebagai
berikut.
 Tembok Besar Tiongkok
Salah satu peninggalan banugnan yang termasuk bagian dari
tujuh keajaiban dunia adalah Tembok Besar Tiongkok (The Great Wall of
China) dibangun pada masa Dinasti Chin. Walaupun sebenarnya
sebelum dinasti Chin berkuasa di daerah Tiongkok bagian utara sudah
dibangun dinding terpisah untuk menangkal serangan dari suku-suku
yang berasal dari utara.
Pada masa pemerintahan Kaisar Han Ti dinding tembok tersebut
mulai disatukan sehingga menjadi tembok raksasa dan memanjang
sejauh 7000 km, berketinggian 16 meter dan lebar 8 meter. Tembok
Besar Tiongkok akhirnya selesai dibangun pada masa pemerintahan
Dinasti Ming pada abad ke-17 M. Dengan demikian, pembangunan
Tembok Besar Tiongkok memerlukan waktu selama 18 ahad.
 Kuil
Salah satu kuil yang terkenal di Tiongkok adalah Kuil Dewa Beijing.
Kuil tersebut digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap para dewa.
 Istana
Istana Kekaisaran Tiongkok dibangun sangat besar dan megah.
Tujuannya adalah untuk menghormati kaisar karena dianggap sebagai
utusan dewa.
 Keramik
Keramik merupaan salah satu peninggalan budaya bangsa Tiongkok yang bermutu
tinggi. Keramik yang berglasir (diberi lapisan kertas yang berkilap) serta porselin
Tiongkok yang indah dibuat dengan teknik yang tinggi. Mangkuk, cawan, dan
piring-piring keramik Tiongkok dikenal di Eropa juga di Indonesia. Tiap-tiap dinasti
di Tiongkok meninggalkan jenis keramiknya masing-masing.
 Penemuan Kertas dan Alat Cetak
Pada zaman Dinasti Han, bangsa Tiongkok telah menemukan kertas sekitar tahun
150 M dan tinta sehingga adanya istilah “tinta Tiongkok”. Bangsa Tiongkok juga
menemukan tik gerak (movable type), yaitu blok-blok kayu dengan huruf-huruf yang
dicungkil ke luar. Melalui penemuan kertas dan alat cetak tersebut memungkinkan
adanya penerbitan buku-buku dalam jumlah yang besar dan dengan harga murah.
Bangsa Tiongkok termasuk bangsa yang sangat memperhatikan karya sastra di
Tiongkok. Para pujangga Tiongkok yang terkenal sebagai berikut.
 Szema Tzien yang hidup pada zaman dinasti Han. Ia menulis buku sejarah berjudul
“Shi-Ji” yang meliputi Zaman Praaksara sampai pemerintahan Han Wu Ti.
 Li tai Po, seorang penyair yang hidup di zaman Dinasti Tang
 Astronomi
Ilmu pengetahuan yang telah berkembang sejak zaman Dongeng, antara lain
astronomi atau ilmu perbintangan. Ilmu astronomi digunakan untuk hal-hal
berikut.
a) Menentukan penanggalan yang didasarkan pada peredaran bulan.
b) Meramal masa depan manusia dan masa depan negara, khususnya saat
memasuki tahun baru Imlek.
c) Mengetahui saat terjadinya gerhana matahari dan bulan.
d) Mengetahui perputaran atau pergantian musim yang erat hubungannya dengan
kehidupan masyarakat, seperti pertanian dan pelayaran.
SISTEM KEPERCAYAAN

Masyarakat lembah Sungai Hwang Ho menganut politeisme.


Mereka memuja deawa-dewi yang mempunyai kekuatan
alam. Dewa yang mereka sembah, antara lain Feng Pa (Dewa
Angin); Lei-Shih (Dewa Angin Topan yang digambarkan
sebagai naga besar); Tai Shan (Dewa yang menguasai Bukit
Suci); Ho Po (Dewa Penguasa Sungai Hwang Ho); dewa
Langit adalah dewa yang mendapat pemujaan tertinggi.
Masyarakat Tionghoa memuja dewa langit yang disebut
Syang karena langit adalah pemberi hujan dan panas
matahar. Adapun bumi sebagai lahan yang menerima sinar
matahari dan hujan dari langit, sehigga masyarakat
Tionghoa juga memuja arwah leluhur. Upacara pemujaan
dilakukan oleh anak laki-laki tertua. Pada masyarakat
Tionghoa di Indonesia sampai saat ini, tradisi tersebut terus
dilestarikan, contohnya adalah adalanya meja abu di tiap
rumahnya.
Pengaruh Peradaban sungai
Hwang Ho terhadap
Kebudayaan Bangsa
Indonesia
 Pengaruh peradaban Tiongkok Kuno terhadap
masyarakat Indonesaia sebagai berikut.
a) Kepercayaan tentang nasib dan perutungan
yang didasarkan pada kejadian yang terjadi
pada tubuh, seperti bentuk garis tangan dan
bentuk-bentuk alat tubuh lainnya.
b) Islam yang datang ke Indonesia diantaranya
berasal dari Tiongkok. Hal ini terjadi terutama
pada masa Dinasti Tang dan Dinasti Ming.
c) Makanan-makanan Indonesia banyak yang
berasal dari Tiongkok, antara lain: mie, bihun,
capcay, tahu dan kecap.

Anda mungkin juga menyukai