I. Diabetes tipe 1
II. Diabetes tipe 2 :
III. Diabetes tipe lain menurut (Powers, 2005)
Etiologi Diabetes Melitus
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena
kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati.
Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,
artinya terjadi resistensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama
bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001).
Gejala Klinis Diabetes Melitus
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat
dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing
dan Penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari
120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih
dari 200 mg/dl.
Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa
darah di bawah harga normal. Walaupun kadar
glukosa plasma puasa pada orang normal jarang
melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180
mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar
glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar glukosa darah
keseluruhan (whole blood) karena eritrosit
mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah.
Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena,
sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara
kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).
Etiologi
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat,
kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau
melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan
pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau
penurunan berat badan (Kedia,2011).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Hipoglikemia menurut Setyohadi
(2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin,
takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit
kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara
kurang jelas, perubahan sikap perilaku,lemah,
disorientasi, penurunan kesadaran, kejang,
penurunan terhadap stimulus bahaya.
Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan
insulin relative ataupun absolute dan juga gangguan
pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita
diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II.
Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang
harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama
berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Komplikasi
Gangguan pernafasan
Mengakibatkan kerusakan otak akut.
Gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat ditandai oleh perilaku
dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010)
Kedia (2011) kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Prosedur Khusus: Untuk hipoglikemia reaktif
tes toleransi glukosa postoradial oral 5 jam
menunjukan glukosa serum < 50 mg/dl setelah 5
jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: Peningkatan
tekanan darah
3. Pemeriksaan Laboratorium: Glukosa serum
<50 md/dl. Spesmen urin dua kali negatif terhadap
glukosa
4. EKG: Takikardi
Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia
tergantung pada keparahan dari hipoglikemia.
Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan
karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi
makanan ringan.
Pengertian Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya
asupan glukosa dan meningkatnya produksi glukosa
hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisme habis secara normal melalui
glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim
aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang
selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi (Arifin).
Klasifikasi
Hiperglikemia terdiri dari:
1. Diabetes Keto Asidosis (DKA)
2. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik
Non Ketotik (KHHNK)
Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2003), hiperglikemia
dapat terjadi pada penderita diabetes dan non
diabetes dengan etiologi sebagai berikut:
- Dosis insulin tidak tepat
- Asuhan makanan tidak berlebihan
- Kurang aktivitas
- Stress (Fisik maupun Emosional)
- Infeksi
Tanda dan Gejala