Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERADABAN LEMBAH SUNGAI KUNING

(HUANG HO)

DOSEN PEMBIBING :

Dr. H, Nuraini H. A. Mannan M.Ag.

NAMA KELOMPOK : 4
HIDAYAT KHAIRIL MAS (210501082)
ALAN (210501080)

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2022-2022
KATA PENGATAR

Alhandulilahirabil alamin, Puji syukur panjakan atas kehadiran allah swt. Berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen kami yang berjudul
tentang peradaban lembah sungai kuning. Berdasarkan sumber yang kami temukan mau itu
dari buku maupun dari luar buku. Walaupun masih banyak kekurangan dari makalah yang
kami buat. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan suatu informasi yang megenai
karakteristik masyarakat cina kuno.

Diharapkan bahwa makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca untuk
memahami dengan lebih baik tentang karakteristik msyarakat cina kuno. Dan kami
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna disebabkan terbatasnya kemampuan kami
oleh karena itu kritik dan saran kami butuhkan dari pembaca terutama dari ibu Dosen
pembimbing kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Mei, 2022

Penulis,
DAFTAR ISI :

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

A. Latar belakang ..........................................................................................................

B. Rumusan masalah .....................................................................................................

C.Tujuan ........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................

1. Peradaban lembah sungai kuning (Huang ho)…………………………………

BAB II .........................................................................................................................................

A.penutup ........................................................................................................................

B. saran ............................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA .................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai Kuning atau Hwang-Ho bersumber di daerah pegunungan Kwen-Lun di Tibet.


Setelah melalui daerah pengunungan Cina Utara, sungai panjang yang membawa lumpur
kuning itu membentuk dataran rendah Cina dan bermuara di Teluk Tsii-Li di Laut Kuning.
Sedang di dataran tinggi sebelah selatan mengalirkan Sungai Yang Tse Kiang yang berhulu
di Pegunungan Kwen-Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina Timur. Negeri Cina terletak di
Asia Bagian Timur. Di sebelah barat dan utaranya dengan daerah Siberia dan Mogolia
(Gurun Gobi). Hal yang paling menonjol dari peradaban ini adalah sistem pemerintahan
berdinasti dan beberapa kemajuan di berbagai bidang misalnya, teknologi, ilmu pengetahuan
dan kepercayaan. Sungai kuning juga termaksud dalam daerah yang sering mengalami
berbagai macam musibah.

A> Rumusan Masalah


Dimana letak Huang ho?
Dinasti apa saja yang pernah berkuasa?
Bagaimana perkembangan filsafatnya?
Apa hal yang menarik dari peradaban mereka?

B> Tujuan
Agar mengetahui peradaban kuno dan pengaruhnya terhadap kehidupan hari ini serta
berusaha meneladani apa-apa yang baik dalam peradaban kuno di Cina ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Peradaban Lembah Sungai Kuning (Huang ho)


Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Tiongkok yang
muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho) atau yang sekarang disebut
( Huang He). Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa
lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber dari Pegunungan
Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan Tiongkok Utara
hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning.
Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Tiongkok
berawal. Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Tiongkok kuno
untuk melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di musim
dingin dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai
kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Tiongkok untuk berpikir dan
mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.

B. Pertanian
Pada bagian hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Tiongkok yang
subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Tiongkok. Masyarakat Tiongkok
umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatan
pertanian Tiongkok Kuno memang sudah dikenal sejak zaman Neolitikum (±
5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah padi. Pada zaman
perunggu, prioritas pokok dalam pertanian rakyat Tiongkok adalah padi, teh,
kacang kedelai, dan rami. Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam
pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM). Pada masa itu, masyarakat Tionghoa
telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk,
irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum.

1
(inggris) Albert Hyma, Mary Stantion, Michael McHugh (1992). Stream of Civilization: Earliest Times to the
Discovery of the New World. Charistian Liberty Press. ISBN 978-1-930367-43-2.
C. Filsafat
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat Tiongkok berkembang dengan
pesat karena lahirnya tiga ahli filsafat Tiongkok, yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong
Hu Cu), dan Mengzi. Lao Zi menuliskan ajarannya dalam buku berjudul Tao Te
Ching. Dia menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal
dan abadi yang dinamakan Tao. Ajaran Lao Zi disebut Taoisme dan mengajarkan
manusia untuk menerima nasib. Ajaran Kong Fu Zi juga berdasarkan pada
Taoisme. Menurut Kong Fu Zi, Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta
ini hingga tercapai keselarasan. Penganut ajaran Taoisme meyakini bahwa
bencana yang terjadi di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan
manusia pada aturan Tao. Ajaran Kong Fu Zi yang mencakup bidang
pemerintahan dan keluarga telah memberikan pengaruh yang begitu besar bagi
masyarakat Tionghoa karena memengaruhi cara berpikir dan sikap hidup sebagian
besar bangsa Tiongkok. Menurut Kong Fu Zi, masyarakat terdiri dari keluarga dan
dalam keluarga seorang bapak merupakan pusatnya. Oleh karena itu raja harus
memerintah dengan baik dan bijaksana serta rakyat harus hormat dan taat pada
raja seperti hubungan bapak dan anak yang seharusnya. Lain halnya dengan Kong
Fu Zi, Meng Zi yang merupakan murid Kong Fu Zi mengajarkan pengetahuan
kepada rakyat jelata dan menurut ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam
suatu negara.

D. Kebudayaan
Masyarakat Tiongkok kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis
pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya, huruf Tionghoa yang dibuat sangat
sederhana yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan
Dinasti Han, seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan
ditemukannya kertas. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dibukukan
baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya. Pada masa pemerintahan
Dinasti Tang, hidup dua orang pujangga terkemuka yang banyak menulis puisi
kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu. Selain berupa sastra, kebudayaan Tiongkok yang
muncul dan berkembang di lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik,
kuil, dan istana. Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil
karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang
umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang
pernah memerintah. Keramik Tiongkok merupakan hasil kebudayaan rakyat yang
bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditas perdagangan saat itu.
Rakyat Tiongkok menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan penjelmaan
dewa sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah. Hasil
kebudayaan Tiongkok yang sangat terkenal hingga saat ini adalah Tembok Besar
Tiongkok yang dibangun pada masa Dinasti Qin untuk menangkal serangan dari
musuh di bagian utara Tiongkok.[6] Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan
dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa
dengan sepanjang 7000 km

E. Kepercayaan
Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Tiongkok menganut
kepercayaan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam. Dewa-
dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (dewa
angin), Lei-Shih (dewan angin topan yang digambarkan sebagai naga besar),
T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po. Menurut kepercayaan
Tiongkok kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah segi empat yang di bagian
atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit. Di tengah-tengah dunia itulah terletak
daerah yang didiami bangsa Tiongkok yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar
T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa
(penguasa musim semi).

F. Pemerintahan
Dalam kehidupan kenegaraan Tiongkok kuno, ada dua macam sistem
pemerintahan yang dianut yaitu feodal dan unitaris. Dalam sistem pemerintahan
feodal, kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan karena kedudukan
kaisar bersifat sakral. Kaisar dianggap sebagai utusan atau anak dewa langit
sehingga tidak pantas mengurusi politik praktis. Sedangkan pada sistem
pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam pemerintahan sehingga
kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis. Sejarah mencatat
terdapat banyak dinasti yang membangun Tiongkok menjadi bangsa besar, di
anataranya adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, dan
Dinasti Tang. Dinasti Shang (Hsia) merupakan dinasti tertua di Tiongkok
walaupun tidak banyak peninggalan tertulis mengenai dinasti ini. Berdasarkan
cerita rakyat Tiongkok kuno, pada masa ini telah berkembang sistem kepercayaan
terhadap Dewa Shang-Ti. Dinasti Chou adalah dinasti ketiga di Tiongkok dan
pada masa ini diterapkan prinsip feodalisme dengan pembagian kekuasaan
pemerintahan[8] Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi daerah-
daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan. Pada masa pemerintahan
Dinasti Qin, sistem tersebut berubah karena Raja Cheng yang bergelar Qin Shi
Huang membentuk Tiongkok menjadi negara kesatuan yang hanya diperintah oleh
satu orang pemimpin. Dalam pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan
ilmu pengetahuan Tiongkok berkembang. Sayangnya saat dia meninggal terjadi
kekacauan karena perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh
Liu-Pa. Liu-Pa mendirikan Dinasti Han yang mencapai kejayaannya pada masa
pemerintahan Han Wudi. Salah satu dinasti yang terpenting dalam sejarah
Tiongkok adalah Dinasti Tang karena Tiongkok berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur
dan sejahterah, serta berkembangan kesenian dan kebudayaan Tiongkok kuno.

G. Ilmu Pengetahuan Teknologi


Masyarakat Tiongkok Kuno memiliki banyak astronom yang dapat membantu
masyarakat dalam pembuatan sistem penanggalan. Berkembangan ilmu astronomi
merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan bangsa Tiongkok karena
sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya memerlukan informasi tentang
pergantian dan perputaran musim. Perkembangan teknologi masyarakat Tiongkok
kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang tambang
dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat
pertanian. Tiongkok kaya akan barang tambang seperti batu bara, besi, timah,
emas, wolfram, dan tembaga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari peradaban sungai Kuning ini dapat disimpulkan bahwa Cina
adalah Negara yang maju sejak dahulu kala dan peradabannya pernah
mengalami pasang-surut begitu juga dengan kehidupan manusia, ada yang
senang dan susah namun harus berusaha memperbaiki semua aspek
kehidupan . Masyarakat Lembah Sungai Kuning dalam kehidupan sehari-
hari juga sangat menghormati nenek moyang dan kekuatan-kekuatan alam
yang berpengaruh besar dalam kehidupan manusia, seperti guntur, kilat,
sungai, binatang, matahari dan gempa sehingga orang-orang sekarang
wajib menghormati alam seperti yang di lakukan oleh masyarakat cina
last, dan tetap bersyukur pada Tuhan yang maha esa.

B. Saran
Bagi para yang telah mempelajari bab ini diharapkan untuk
menghargai alam, dan menghargai peninggalan yang ada serta tidak
berulang kali kesialan yang dulu pernah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

(Inggris) Albert Hyma, Mary Stanton, Michael McHugh (1992). Streams of


Civilization: Earliest Times to the Discovery of the New World. Christian Liberty
Press. ISBN 978-1-930367-43-2.
(Inggris) Yi-Fu Tuan (2008). A Historical Geography of China. Aldine Transaction.
ISBN 978-0-202-36200-7.
(Inggris) Peter J. King (2004). One hundred philosophers: the life and work of the
world's greatest thinkers. Quarto Publishing. ISBN 1-77022-001-1.
I wayan Badrika (2004). Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Erlangga. ISBN
979-741-085-4.
(Inggris) Michael Sullivan (2000). The arts of China. University of California Press.
ISBN 978-0-520-21876-5.
(Inggris) Julia Lovell (2007). The Great Wall: China Against the World, 1000 BC -
AD 2000. Grove Press. ISBN 978-0-8021-4297-9.
(Inggris) Wolfram Eberhard (2008). History of China. Routledge. ISBN 978-0-415-
36148-4.
(Inggris) Qian Sima, Raymond Stanley Dawson, K. E. Brashier (2007). The first
emperor: selections from the Historical records. Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai