Anda di halaman 1dari 11

MAULID DI JAWA

TENGAH

Disusun oleh :

Kelompok 1

Rahmad Furqan
(200501006)

Prodi Sejarah Peradaban Islam

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH-DARUSSALAM

TAHUN AJARAN 2020-2021


BAB I

A. ISTILAH MAULID NADI


Seperti diketahui dari kalender hijriah, Maulid Nabi diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awal
atau bertepatan pada tanggal 18 Oktober 2021. Dalam peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad
SAW atau biasa disebut dengan Maulid Nabi selalu diperingatkan dengan beragam acara yang
berbeda-beda di Indonesia.

Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Peringatan inu merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan
kepada Nabi Muhammad swt, namun peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan berbagai tradisi
yang unik maupun mempunyai makna yang mendalam.

Selain itu, dalam perayaan Maulid Nabi biasanya dimulai pengajian, dzikir, hingga permainan dan
perlombaan untuk memeriahkan peringatan hari yang dianggap istimewa ini, bahkan kelompok
thariqat memperingati maulid dengan dzikir dan syair.

Ada beberapa hal teori yang terdapat didalamya, salah satunya:

Teorinya dikutip dari buku Pro dan Kontra Maulid Nabi karya AM Waskito. Peringatan Maulid
Nabi pertama kali disebut digelar pahlawan besar umat Islam Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau
Muhammad Al Fatih. Arti Maulid Nabi pada saat itu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
semangat jihad bagi umat muslim dalam perang Salib.

"Tujuannya untuk meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin, dalam rangka menghadapi
Perang Salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yarusalem,.

Sementara itu, peringatan Maulid Nabi di Indonesia pertama kalinya dibawa oleh Wali Songo pada
tahun 1404 masehi. Perayaan tersebut dilakukan demi menarik hati masyarakat memeluk agama
Islam.

Sebab itulah, perayaan Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Nama lainnya
yang dikenal masyarakat Indonesia adalah Gerebeg Mulud dengan menggelar upacara nasi
gunungan.

perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sebagai bentuk upaya untuk mengenal keteladanan
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Allah SWT pernah berfirman
perihal keutamaan memuliakan dan mencintai Nabi Muhammad SAW dalam surat Al A'raf ayat
157,

ِ C‫اهُ ْم َع ِن ْال ُم ْن َك‬CCَ‫ُوف َويَ ْنه‬


ُّ‫ ل‬C‫ر َوي ُِح‬C ِ ‫ال َم ْعر‬Cْ Cِ‫ْأ ُم ُرهُ ْم ب‬Cَ‫يل ي‬ َّ ‫ي اُأْل ِّم‬
ِ ‫ي الَّ ِذي يَ ِجدُونَهُ َم ْكتُوبًا ِع ْن َدهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َواِإْل ْن ِج‬ َّ ِ‫ُون ال َّرسُو َل النَّب‬ Cَ ‫الَّ ِذينَ يَتَّبِع‬
‫وا‬CC‫رُوهُ َواتَّبَ ُع‬C‫َص‬ َ ‫ َّزرُوهُ َون‬C‫ ِه َو َع‬Cِ‫وا ب‬CCُ‫َت َعلَ ْي ِه ْم ۚ فَالَّ ِذينَ آ َمن‬ْ ‫ان‬CC‫ض ُع َع ْنهُ ْم ِإصْ َرهُ ْم َواَأْل ْغاَل َل الَّتِي َك‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ‫ت َويُ َحرِّ ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَاِئ‬ ِ ‫لَهُ ُم الطَّيِّبَا‬
َ ‫ هُ ۙ ُأو ٰلَِئ‬CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC‫ز َل َم َع‬CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC
َ‫ون‬CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCُ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح‬ ِ ‫ور الَّ ِذي ُأ ْن‬
َ ُّ‫الن‬

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh
mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala
yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung."

Itulah penjelasan arti Maulid Nabi Muhammad SAW dan sekilas informasi tentang sejarahnya.
B. TRADISI MAULID DI JAWA TENGAH

Namun di Jawa Tengah sendiri ada berbagai tradisi Maulid Nabi yang masih lestari hingga saat ini.
Apa saja?
1) Grebek Maulud
Grebeg berasal dari kata gumrebeg yang diartikan sebagai suasana ribut dan riuh saat
peristiwa Grebeg Maulud berlangsung. Suasana ramai saat memperebutkan gunungan
seakan tergambarkan dalam kata grebeg. Namun selain itu, kata grebeg juga
berarti Miyos atau keluarnya sultan untuk memberikan hasil bumi kepada rakyatnya.

Grebeg Maulud mendapatkan pengaruh dari Islam Kejawen, yang merupakan perpaduan
antara agama Islam dan budaya Jawa yang berkesinambungan satu sama lain. Ditarik jauh
ke belakang, Grebeg maulud ini merupakan kebudayaan yang berasal pada zaman kerajaan
Demak. Bermula dari para Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Grebeg Maulud juga digagas oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan tujuan yang
sama seperti Walisongo, yakni menyebarkan agama Islam. Pada masa kerajaan Demak,
para Walisongo menyisipkan ajaran Islam dalam kebudayaan Jawa agar masyarakat
setempat dapat menerimanya. Hal inilah yang disebut sebagai Islam Kejawen.

Islam kejawen sendiri mengukir keunikan budaya masyarakat Yogyakarta dari masa lalu
hingga masa kini. Salah satu bentuk keunikan tersebut adalah Grebeg Maulud. Tradisi ini
merupakan bagian dari festival Sekaten, tepatnya sebagai puncak acara.

Sebagai puncak acara upacara Sekaten, Grebeg Maulud sangat diramaikan oleh antusiasme
masyarakat. Gunungan hasil bumi yang diberikan oleh sultan diperebutkan oleh masyarakat
karena dipercaya dapat memberikan keberkahan, kemakmuran, dan ketenangan.
Kepercayaan ini menggambarkan betapa kentalnya pengaruh Islam Kejawen dalam 
kehidupan masyarakat Yogyakarta.

 Proses Upacara Grebeg Maulud

Dalam Sekaten, rangkaian hingga mencapai Grebeg Maulud dimulai dengan Miyos
Gangsa. Kemudian dilanjutkan dengan Numplak Wajik. Dalam prosesi ini, semua pusaka
dikeluarkan dan dipersiapkan untuk Grebeg Maulud. Kemudian dilanjutkan dengan Prosesi
Bethak dan Pesowanan Garebeg.

Dalam Pesowanan Garebeg nasi yang dimasak saat Prosesi Bethak dibuat bulatan-bulatan
kecil. Selanjutnya, nasi tersebut diletakkan dalam pusaka kanjeng kyai Blawong yang
berwujud piring besar. Kemudian dilanjutkan dengan gunungan yang berjumlah tujuh buah
diarak sebelum akhirnya dibagikan kepada masyarakat.

Grebeg Maulud diawali dengan prajurit keraton dengan pakaian lengkap tak lupa senjata
melakukan parade. Rombongan prajurit penunggang kuda kemudian menyusul keluar
diakhiri dengan gunungan yang diarak. Gunungan hasil bumi ini kemudian didoakan
terlebih dahulu di Masjid Gedhe.

Gunungan yang diletakkan di Masjid Gedhe tersebut kemudian dibagikan -atau lebih
tepatnya diperebutkan- oleh masyarakat. Tanpa memandang umur kemudian masyarakat
akan saling menyerbu pembagian gunungan tersebut karena diyakini akan mendatangkan
berkah. Abdi dalem adalah yang bertugas saat pembagian gunungan.

 Makna Upacara Grebeg Maulud

Landasan upacara tradisi Grebeg Maulud adalah untuk memperingati hari kelahiran dan
teladan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Kegiatan mendengarkan riwayat Rasulullah
menjadi bagian dalam tradisi Grebeg Maulud ini. Upacara ini juga merupakan wujud
syukur dari Keraton atas kemakmuran yang dapat dinikmati.

Pembagian gunungan hasil bumi sebagai inti tradisi ini mengandung makna sedekah dari
sultan Hamengku Buwono kepada rakyat. Penggambaran kepedulian sang Sultan pada
kepentingan rakyatnya secara menyeluruh. Perekonomian yang adil dan sejahtera sebagai
prioritas sultan dalam menjalankan kepemimpinan keraton tersirat dalam pembagian
gunungan.

Grebeg Maulud ini juga menggambarkan nilai solidaritas dan persatuan bangsa Indonesia.
Seluruh elemen masyarakat tanpa memandang suku dan ras dapat mengikuti acara Grebeg
Maulud ini. Termasuk Sobat Genpi nanti ketika nanti berkunjung ke Yogyakarta saat
perayaan Grebeg Maulud.

Grebeg Maulud mendapatkan dukungan penuh dari keraton juga masyarakat dalam
pelaksanaannya. Partisipasi masyarakat serta kelancaran acara berkat koordinasi yang baik
menunjukkan banyak makna dalam tiap unsurnya. Suksesnya pelaksanaan Grebeg maulud
lahir dari musyawarah dan mufakat serta koordinasi yang baik antar banyak pihak.

2) Tradisi Ampyang Maulid

Penamaan Ampyang Maulid berasal dari dua kata, yaitu Ampyang dan Maulid. Ampyang
merupakan jenis kerupuk yang terbuat dari tepung, berbentuk bulat dengan warna yang
beraneka macam, sedangkan maulid berarti kelahiran. Tradisi ini menjadi salah satu cara
syiar dan dakwah Islam yang memadukan kearifan lokal masyarakat setempat.
Tradisi Ampyang Maulid memeriahkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (8/10/2022). Tradisi ini diwarnai dengan
pawai keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, sebelum menuju ke Masjid At Taqwa di
desa setempat.

Tradsisi Ampyang Maulid selama ini dikenal sebagai tradisi dalam memperingati kelahiran
Nabi Muhammad di Kabupaten Kudus. Dalam tradisi ini disajikan makanan yang dihiasi
ampyang atau kerupuk yang diarak keliling desa
Yang khas dari tradisi ini merupakan nasi kepal yang dibungkus dengan daun jati yang
disusun menjadi gunungan.
Dalam gunungan ada pula buah-buahan dan sayur hasil bumi masyarakat. Gunungan ini
kemudian akan diarak dan didoakan oleh tokoh agama setempat sebelum dibagikan pada
masyarakat.

3) Tradisi Barik’an

Tradisi Barik’an merupakan acara kenduri yang masih ada dan lestari di Kabupaten
Pati. Kenduri sendiri merupakan sebuah budaya masyarakat dengan membawa
nasi beserta lauk ke dalam sebuah wadah yang dibawa dari rumah.

Lalu di suatu masjid atau mushala, doa akan dipanjatkan oleh seorang Kiyai atau
Ustadz. Baru setelah doa panjatkan, dilanjutkan dengan tukar menukar makanan
yang dibawa dan dimakan bersama-sama.

Di setiap wilayah menyebut cara kenduri ini memamg berbeda-beda. Namun tujuan
dari diakannya kenduri pada peringatan Maulid Nabi ini tetaplah sama. Bahkan dari
tradisi ini, kerukunan dan tali silaturahmi antar umat muslim kian terjalin baik.

4) Tradisi Meron

Tradisi meron yang diselenggarakan di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo,


Kabupaten Pati merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Kabupaten Pati dalam memperingati Maulid Nabi SAW. Biasanya proses tradisi ini
berlangsung hanya setengah hari saja.

Pagelaran tradisi meron ini kerap berlangsung meriah, sebab berbagai rangkaian
acara disiapkan oleh pihak penyelenggara. Salah satunya yaitu arak-arakan
berbentuk gunungan nasi tumpeng dengan tambahan hasil bumi seperti kacang,
terong, buah-buahan,  padi, cabai dan hasil bumi lainnya.

Selain itu, ada juga  pawai bersama dengan mengenakan pakaian khas darah oleh
anak-anak, pakaian keraton yang dikenakan remaja putri, dan pakaian petani yang
digunakan oleh remaja putra.

Selain dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi SAW, tradisi ini dilakukan
sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
hasil pertanian yang melimpah selama setahun ini.

5) Ritual Maulid Nabi di desa Pakem

Di Desa Pakem Pati, terdapat sebuah ritual khusus pada peringatan bulan kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Berbagai kegiatan disusun oleh pihak penyelenggara, salah
satunya yakni dimulai dari kelilih dukuh dengan membawa tombak, keris, dan
ancak.
Setelah arak-arakan selesai, dilanjut dengan sholawatan di depan mushala Baitul
Muttaqin, mauidhoh hasanah, mahalul qiyam, doa, rebutan ancak, menyanyikan
mars yalal wathon, mars banser, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.

Tidak jauh beda dengan tradisi lainnya, di desa Pakem ini justru membuat perayaan
Nabi  ini menjadi sebuah simbol toleransi. Sebab dalam perayaannya, di desa
Pakem ini tidak hanya umat muslim yang merayakan tapi juga non muslim.

6) Tradisi Weh-Wehan

Tradisi Weh-Wehan merupakan salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan
oleh masyarakat kabupaten Kendal saat memperingati Maulid Nabi SAW. Tradisi
ini masih eksis hingga kini, bahkan masyarakat memiliki antusias yang tinggi.

Biasanya menjelang Maulid, masyarakat akan di sibukkan dengan mempersiapkan


makanan seperti ketan abang ijo, serabi, klepon, jajanan, hingga minuman yang 
nantinya akan diberikan kepada masyarakat secara gratis.

7) Tradisi Sekaten

Tradisi Sekaten merupakan salah satu tradisi yang digelar di Kota Solo sejak abad
ke-15 yang dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.  Selain
itu, tradisi ini disebut masih berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam
yang ada di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Wali Songo.

Selain itu, pelaksanaan tradisi Sekaten di Solo biasanya digelar dengan


serangkaian acara seperti pasar malam di alun-alun kidul selama sebulan penuh.
Salah satu pertanada pagelaran Sekaten dimulai yaitu ketika gamelan yang akan
diarak ke masjid sudah dibunyikan.

Biasanya, acara ini akan berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 Rabiul Awal yang
mana pada tanggal ini gamelan akan ditabuh atau dibunyikan secara terus
menerus. Setelah itu acara akan dilanjutkan dengan Tumplak Wajik dan Grebeg
Maulud.

Demikian itulah beberapa ulasan tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia terutama daerah Jawa dalam rangka memperingati Maulid Nabi SAW
dengan ciri khas dan keunikan masing-masing.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5559494/upacara-adat-rambu-solo-makna-di-balik-
ritual-pemakaman-unik-dari-toraja

Fitri Haryani, 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia, Bhuana Ilmu Populer : Jakarta, 2019

Krishandini dkk, Bahan Ajar BIPA Tingkat 6, Penerbit IPB Press : Bogor, Agustus 2021

https://amp.kompas.com/regional

Robi Panggarra, Upacara Rambu Solo’ Di Tana Toraja: Memahami Bentuk Kerukunan di
Tengah Situasi Konflik, IKAPI : 2015

Anda mungkin juga menyukai