A. 4 SIFAT RASUL
1. Sifat pertama yang wajib dimiliki Rasul ialah As-Siddiq yang
berarti selalu benar atau jujur. Sifat ini berarti seorang Rasul
sudah pasti jujur dan tak pernah berbohong kepada Allah SWT
dan juga kepada orang lain.
2. Sifat kedua ialah Al-Amanah yang berarti dapat dipercaya.
Sifat ini memiliki arti bahwa Rasul sudah pasti dapat dipercaya
3. At-Tabligh yang berarti menyampaikan wahyu. Sebagai
utusan Allah SWT, sudah pasti setiap Rasul akan menyampaikan
wahyu dan tak ada satupun wahyu yang disembunyikan.
4. Terakhir adalah Al-Fatanah, sifat ini berarti Rasul memiliki
kecerdasan yang tinggi agar mampu memerangi kaum yang
masih belum berada dijalan Allah SWT dan mengajak mereka
untuk berada dijalan yang di ridhoi Allah SWT.
C. TRADISI ISLAM
1. Tradisi Halal Bihalal. Halal bihalal dilakukan pada Bulan
Syawal, berupa acara saling bermaaf-maafan. Setelah umat
Islam selesai puasa ramadhan sebulan penuh maka dosa-
dosanya telah diampuni oleh Allah Swt. Namun, dosa kepada
sesama manusia belum akan diampuni Allah Swt. jika belum
mendapat kehalalan atau dimaafkan oleh orang tersebut. Oleh
karena itu tradisi halal bihalal dilakukan dalam rangka saling
memaafkan atas dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan
agar kembali kepada !trah (kesucian). Tradisi ini erat kaitannya
dengan perayaan Idul Fitri. Tujuan halal bihalal selain saling
bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturahim dan
mempererat tali persaudaraan. Sampai saat ini tradisi ini masih
dilakukan di semua lapisan masyarakat. Mulai keluarga, tingkat
RT sampai istana kepresidenan. Bahkan acara halal bihalal
sudah menjadi tradisi nasional yang bernafaskan Islam. Istilah
halal bihalal berasal dari bahasa Arab (halla atau halal) tetapi
tradisi halal bi halal itu sendiri adalah tradisi khas bangsa
Indonesia, bukan berasal dari Timur Tengah. Bahkan bisa jadi
ketika arti kata ini ditanyakan kepada orang Arab, mereka akan
kebingungan dalam menjawabnya. Halal bihalal sebagai sebuah
tradisi khas Islam Indonesia lahir dari sebuah proses sejarah.
Tradisi ini digali dari kesadaran batin tokoh-tokoh umat Islam
masa lalu untuk membangun hubungan yang harmonis
(silaturahim) antar umat. Dengan acara halal bihalal, pemimpin
agama, tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah akan
berkumpul, saling berinteraksi dan saling bertukar informasi.
Dari komunikasi ini akan mempererat kekeluargaan dan dapat
menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Pada acara halal
bihalal semua orang mengucapkan mohon maaf lahir dan batin.
Hal ini mengandung maksud bahwa ketika secara lahir telah
memaafkan yang ditandai dengan berjabat tangan atau
mengucapkan kata maaf, maka batinnya juga harus dengan
tulus memaafkan dan tidak lagi tersisa rasa dendam dan sakit
hati.
2. Tradisi Tabot atau Tabuik. Tabot atau Tabuik, adalah
upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang
kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin
Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad saw. Kedua cucu Rasulullah
saw. ini gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada tanggal
10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Perayaan di Bengkulu pertama
kali dilaksanakan oleh Syaikh Burhanuddin yang dikenal sebagai
Imam Senggolo pada tahun 1685. Syaikh Burhanuddin menikah
dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut
sebagai keluarga Tabot. Upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai
10 Muharram (berdasar kalendar Islam) setiap tahun. Istilah
Tabot berasal dari kata Arab, “tabut”, yang secara har!ah
berarti kotak kayu atau peti. Tidak ada catatan tertulis sejak
kapan upacara Tabot mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga
kuat tradisi ini dibawa oleh para tukang yang membangun
Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Para tukang
bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan
Bengali di bagian selatan India.
3. Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat) Di Pulau Jawa bahkan sudah
berkembang ke daerah-daerah lain terdapat tradisi kupatan.
Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah
hari raya Idul Fitri. Biasanya masyarakat berkumpul di suatu
tempat seperti mushala dan masjid untuk mengadakan
selamatan dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat).
Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras dan
dibungkus anyaman (longsong) dari janur kuning (daun kelapa
yang masih muda). Sampai saat ini ketupat menjadi maskot
Hari Raya Idul Fitri. Ketupat memang sebagai makanan khas
lebaran. Makanan itu ternyata bukan sekadar sajian pada hari
kemenangan, tetapi punya makna mendalam dalam tradisi
Jawa. Oleh para Wali, tradisi membuat kupat itu dijadikan
sebagai sarana untuk syiar agama. Oleh sebagian besar
masyarakat, kupat juga menjadi singkatan atau di-jarwo
dhosok-kan menjadi rangkaian kata yang sesuai dengan
momennya yaitu Lebaran. Kupat adalah singkatan dari ngaku
lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi simbol untuk saling
memaafkan.
4. Tradisi Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta. Tradisi
Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa
Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan
dilestarikan sebagai wujud mengenang jasa-jasa para
Walisongo yang telah berhasil menyebarkan Islam di tanah
Jawa. Peringatan yang lazim dinamai Maulud Nabi itu, oleh para
wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata Syahadatain (dua
kalimat Syahadat). Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama
Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu
setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi
dengan lagu-lagu yang berisi ajaran agama Islam serta setiap
pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca
syahadatain. Jadi, Sekaten diadakan untuk melestarikan tradisi
para wali dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
Sebagai tuntunan bagi umat manusia, diharapkan masyarakat
yang datang ke Sekaten juga mempunyai motivasi untuk
mendapatkan berkah dan meneladani Nabi Muhammad saw.
Dalam upacara Sekaten tersebut disuguhkan gamelan pusaka
peninggalan dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak.
Suguhan ini sebagai pertanda bahwa dalam berdakwah para
wali mengemasnya dengan menjalin kedekatan kepada
msyarakat.
5. Tradisi Grebeg. Tradisi untuk mengiringi para raja atau
pembesar kerajaan. Grebeg pertama kali diselenggarakan oleh
keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1.
Grebeg dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat dalem berupa
menikahkan putra mahkotanya. Grebek di Yogyakarta di
selenggarakan 3 tahun sekali yaitu: Pertama grebek pasa-
syawal diadakan setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk
menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr. Kedua grebeg
besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan
hari raya kurban. Ketiga grebeg maulud setiap tanggal 12 Rabiul
awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw.
Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebeg
adalah kota Solo, Cirebon dan Demak.
6. Tradisi Grebeg Besar di Demak Tradisi Grebeg Besar
merupakan upacara tradisional yang setiap tahun dilaksanakan
di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Tradisi ini dilaksanakan pada
tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya Hari Raya
Idul Adha atau Idul Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena
Demak merupakan pusat perjuangan Walisongo dalam dakwah.
Pada awalnya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah
tahun 1428 Caka dan dimaksudkan sekaligus untuk
memperingati genap 40 hari peresmian penyempurnaan Masjid
Agung Demak. Mesjid ini didirikan oleh Walisongo pada tahun
1399 Caka, bertepatan 1477 Masehi. Tahun berdirinya masjid
ini tertulis pada bagian Candrasengkala “Lawang Trus Gunaning
Janmo”. Pada tahun 1428 tertulis dalam Caka tersebut Sunan
Giri meresmikan penyempurnaan masjid Demak. Tanpa diduga
pengunjung yang hadir sangat banyak. Kesempatan ini
kemudian digunakan para Wali untuk melakukan dakwah Islam.
Jadi, tujuan semula Grebeg Besar adalah untuk merayakan Hari
Raya Kurban dan memperingati peresmian Masjid Demak.
7. Tradisi Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado.
Di kawasan Kedaton Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur, juga diselenggarakan tradisi yang dinamakan Kerobok
Maulid. Istilah Kerobok berasal dari Bahasa Kutai yang artinya
berkerubun atau berkerumun oleh orang banyak. Tradisi
Kerobok Maulid dipusatkan di halaman Masjid Jami’
Hasanuddin, Tenggarong. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka
memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., tanggal 12
Rabiul Awwal. Kegiatan Kerobok Maulid ini diawali dengan
pembacaan Barzanji di Masjid Jami’ Hasanudin Tenggarong.
Kemudian dari Keraton Sultan Kutai, puluhan prajurit
Kesultanan akan keluar dengan membawa usung-usungan yang
berisi kue tradisional, puluhan bakul Sinto atau bunga rampai
dan Astagona. Usung-usungan ini kemudian dibawa berkeliling
antara Keraton dan Kedaton Sultan dan berakhir di Masjid Jami’
Hasanuddin. Kedatangan prajurit keraton dengan membawa
Sinto, Astagona dan kue-kue di Masjid Hasanudin ini akan
disambut dengan pembacaan Asrakal yang kemudian membagi-
bagikannya kepada warga masyarakat yang ada di dalam
Masjid. Akhir dari upacara Kerobok ini ditandai dengan
penyampaian hikmah maulid oleh seorang ulama. Lain di Kutai
lain pula di Manado. Untuk memperingati Maulid nabi
Muhammad saw. warga muslim di Kota Manado, Sulawesi
Utara, menggelar tradisi pawai obor. Obor yang dibawa
berpawai oleh ribuan warga membuat jalan-jalan di Kota
Manado terang. Bagi warga muslim setempat pawai obor sudah
jadi tradisi dan dilaksanakan turuntemurun sebagai simbol
penerangan. Lebih lanjut simbol penerangan itu bermakna
bahwa kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah membawa
ajaran yang menjadi cahaya penerang iman saat manusia hidup
dalam kegelapan dan kemusyrikan.
8. Tradisi Rabu Kasan di Bangka. Tradisi Rabu Kasan
dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada
hari rabu terakhir bulan Safar. Hal ini sesuai dengan namanya,
yakni Rabu Kasan berasal dari Kara Rabu Pungkasan (terakhir).
Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di
Bangka saja, tetapi juga di daerah lain, seperti di Bogor Jawa
Barat dan Gresik Jawa Timur. Pada dasarnya maksud dari tradisi
ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah Swt. agar
dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana). Di Kabupaten
Bangka, tradisi ini dipusatkan di desa Air Anyer, Kecamatan
Merawang. Sehari sebelum upacara Rabu Kasan di Bangka
diadakan, semua penduduk telah menyiapkan segala keperluan
upacara tersebut seperti ketupat tolak balak, air wafak, dan
makanan untuk dimakan bersama pada hari Rabu esok hari.
Tepat pada hari Rabu Kasan, kira-kira pukul 07.00 WIB semua
penduduk telah hadir di tempat upacara dengan membawa
makanan dan ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga
masing-masing. Acara diawali dengan berdirinya seseorang di
depan pintu masjid dan menghadap keluar lalu
mengumandangkan adzan. Lalu disusul dengan pembacaan doa
bersama-sama. Selesai berdoa semua yang hadir menarik atau
melepaskan anyaman ketupat tolak balak yang telah tersedia
tadi, satu persatu menurut jumlah yang dibawa sambil
menyebut nama keluarganya masing-masing. Kemudian
dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah itu, masing-
masing pergi mengambil air wafak yang telah disediakan untuk
semua angngota keluarganya. Setelah selesai acara ini mereka
pulang dan bersilahturahmi ke rumah tetangga atau
keluarganya.
9. Tradisi Dugderan di Semarang. Tradisi dugderan merupakan
tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, Jawa
Tengah. Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut
datangnya bulan puasa. Dugderan biasanya diawali dengan
pemberangkatan peserta karnaval dari Balaikota Semarang.
Ritual dugderan akan dilaksanakan setelah shalat Asar yang
diawali dengan musyawarah untuk menentukan awal bulan
Ramadan yang diikuti oleh para ulama. Hasil musyawarah itu
kemudian diumumkan kepada khalayak. Sebagai tanda
dimulainya berpuasa dilakukan pemukulan bedug. Hasil
musyawarah ulama yang telah dibacakan itu kemudian
diserahkan kepada Kanjeng Gubernur Jawa Tengah. Setelah itu
Kanjeng Bupati Semarang (Walikota Semarang) dan Gubernur
bersama-sama memukul bedug kemudian diakhiri dengan doa.
10. Tradisi atau Budaya Tumpeng. Tumpeng adalah cara
penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut.
Nasi tumpeng umumnya berupa nasi kuning, atau nasi uduk.
Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi
keturunan Jawa, dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau
perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, budaya
tumpeng sudah menjadi tradisi nasional bangsa Indonesia.
Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah tradisional)
dan dialasi daun pisang. Ada tradisi tidak tertulis yang
menganjurkan bahwa pucuk dari kerucut tumpeng dihidangkan
bagi orang yang dituakan dari orang-orang yang hadir. Ini
dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang
tersebut. Saat ini budaya tumpeng sudah menjadi tradisi
nasional bangsa Indonesia.
Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah.
(al-haqqah/69: 36)
I. ASMAUL HUSNA
1. AL-ALIM
Al Alim adalah salah satu dari Asmaul Husna. Arti Al Alim adalah
Yang Maha Mengetahui. Arti Al Alim ini menjelaskan bahwa
Allah SWT adalah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang
adalah di alam semesta ini, baik sebelum atau pun sesudahnya.
Al-Alim bermakna bahwasanya Allah SWT adalah zat yang
mengetahui segala hal di semesta ini. Tidak ada satu hal pun di
dunia yang luput dari pengetahuannya. Saking luasnya
pengetahuan Allah, Dia sudah mengetahui apa yang akan
terjadi di masa depan, yang sedang terjadi, serta yang sudah
terjadi di masa silam. Selain itu, Allah juga mengetahui yang
nyata dan yang gaib, yang terlihat dan tak terlihat. Ilmu Allah
sangat luas, menembus batas ruang dan waktu, serta
mencakup segala hal yang ada di muka bumi
2. AL-KHABIR
Allah Al Khabir artinya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
sampai ke detail-detailnya (Maha Teliti). Makna dari Al Khabir
adalah Allah menciptakan makhluk yang ada di dunia dengan
penuh detail dan kompleks. Allah mengetahui hal-hal yang
terjadi pada masa lalu dan yang akan datang.
Dalam buku Sejenak Mengenal Asma & Sifat Allah oleh Salih bin
Abdul Aziz As-Sindi, dituliskan bahwa Al Khabir artinya dzat
yang Maha Mengetahui perkara yang tersembunyi. Hal ini
tergambar dalam surah Al-Mulk ayat 14.
3. AS-SAMI
Makna Asmaul Husna As Sami memiliki arti yaitu Allah Maha
Mendengar segala sesuatu. Allah mendengar segala hal baik
yang keras maupun yang samar, baik yang jelas maupun yang
rahasia. Allah merupakan zat yang maha mendengar segala doa
dan permintaan hamba-Nya yang sungguh-sungguh penuh
harap kepada Allah.
4. AL-BASIR
mengandung arti bahwa Allah Maha Melihat dan Maha
Menyaksikan segala sesuatu. Baik sesuatu yang tampak
maupun tersembunyi.
Allah melihat segala sesuatu di bumi maupun di luar angkasa
yang tak luput dari pandangan-Nya. Demikian juga Allah
melihat dan menyaksikan seluruh amal perbuatan baik dan
buruk serta isi hati hamba-Nya tanpa terkecuali
L. JAMA’ QASAR
Dasar hukum pelaksanaan untuk mengqashar salat ada di
dalam Al Quran pada surah An-Nisa ayat 101. Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman:
صاَل ِة ُ ْس َع َل ْي ُك ْم ُج َنا ٌح َأنْ َت ْق
َّ صرُوا م َِن ال ِ ْض َر ْب ُت ْم فِي اَأْلر
َ ض َف َلي َ َوِإ َذا
Wa idzaa darabtum fil ardi falaisa 'alaikum junaahun an
taqsuruu minas Salaati in khiftum ai yaftinakumul laziina
kafaruuu; innal kaafiriina kaanuu lakum aduwwam mubiinaa
Artinya, “Ketika kalian bepergian di bumi, maka bagi kalian
tidak ada dosa untuk meringkas shalat.”
M. AN NISA
N. KITAB ALLAH
Kitab merupakan kumpulan firman Allah SWT yang dituliskan.
Saat diturunkan kepada Nabi dan Rasul, malaikat Jibril yang
menjadi perantaranya. Firman Allah STW yang diturunkan
kepada Nabi dan Rasul pada awalnya belum dalam bentuk
tulisan. Para sahabat Rasul kemudian menuliskan firman Allah
yang diberikan kepada Nabi dan Rasul pada lempengan batu,
kulit, hingga tulang. Terdapat 4 kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi dan Rasul. Kitab-kitab tersebut adalah
Taurat, Zabur, Injil, dan Al Quran.
R. SUJUD
1. Sujud Syukur Ketika memperoleh suatu nikmat besar atau
terhindar dari musibah, seorang muslim disyariatkan bersujud
syukur. Maharati Marfuah dalam buku Bagaimana Seharusnya
Sujud Syukur (2018) menuliskan sejumlah alasan yang lazim
membuat seorang muslim bersujud sukur. Di antaranya adalah
saat memperoleh kehamilan anak, sembuh dari penyakit parah,
menemukan harta yang hilang, selamat dari bahaya,
kemenangan umat Islam, dan kemenangan secara umum.