Pendahuluan
Cina merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah kebudayaan tertua
didunia. Negara Cina terletak di Asia bagian Timur. Di sebelah barat dan utaranya
berbatasan dengan daerah Siberia dan Mongolia (Gurun Gobi). Sebelum menjadi Dinasti,
Cina pernah berada pada periode Pre-Dinasti dimana pada saat itu terdapat beberapa
dinasti-dinasti yang berkuasa sebelum Dinasti Qin.
Qin adalah sebuah wilayah yang saat ini masuk kedalam provinsi Shaanxi, Ganshu,
dan Sichuan. Kondisi alamnya diketahui banyak didominasi oleh sabana dan stepa yang
luas serta dikelilingi oleh bukit-bukit yang terjal. Nama “Qin” itu sendiri adalah nama kuno
untuk daerah Tianshui, namun di China modern sebutan “Qin” merujuk pada provinsi
Shaanxi. Dalam sejarahnya, Qin didirikan dan diperintah oleh marga Ying (Menurut
Alamanak Keluarga Lü adalah keturunan dari Shaohao (2598-2525 SM), putra dari Kaisar
Kuning yang dianggap sebagai nenek moyang perdaban China.
Kemajuan negeri Qin semakin bertambah pesat pada masa pemerintahan Raja
Xiaogong (361-338 SM). Ditahun pertama pendudukannya sebagai seorang raja, Qin
Xiaogong sedang mencari orang berbakat untuk membantunya memulihkan keadaan dan
mengembalikan kejayaan negeri Qin. Hingga akhirnya ada seorang penganut aliran
legalisme bernama Shang Yang mendaftarkan dirinya.
Shang Yang adalah penganut legalism yang menekankan tentang penerapan hukum
dengan tegas sebagai landasan bagi pembangunan negara. Tegasnya peraturan yang dibuat
oleh Shang Yang tidak pandang bulu dan siapapun akan dikenakan sanksi yang sesuai
dengan perbuatannya jika melakukan sebuah kesalahan. Setelah mencapai kesuksesannya,
Shang Yang semakin brutal dan membabi buta dalam menerapkan prinsip yang ia buat
sehingga terkesan keras dan seperti teror bagi masyarakat pada masa itu.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah kajian pustaka (library research). Kajian pustaka
merupakan teknik penelitian dengan cara melakukan penelusuran-penelusuran yang
berkaitan dengan kajian yang penulis angkat. Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dihasilkan berupa data deskriptif,
sedangkan jenis penelitiannya menggunakan jenis penelitian studi pustaka (library
research) yaitu penelitian yang berdasarkan pada kajian tulisan-tulisan atau pustaka yang
sesuai dan relevan dengan penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan lewat beragam
informasi kepustakaan berupa jurnal ilmiah, maupun artikel (Zed, 2014 dalam Wiryanto
et.all 2021). Penelitian dimulai dengan mengumpulan sumber data penelitian dengan
memanfaatkan koleksi yang terdapat di internet. Penelitian membatasi kegiatan pada
bahan-bahan bacaan seperti teks jurnal, website, dan hasil penelitian yang berhubungan
dengan pengaruh reformasi Shang Yang yang diterapkan pada masa Dinasti Qin. Pada
penulisan karya ilmiah kali ini penulis mengkaji mengenai Pengaruh Reformasi Shang
Yang Terhadap Dinasti. Objek penelitian yang diambil dalam penelitian kali ini adalah
Reformasi Shang Yang. Dalam penyajian karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan
teknik penulisan yang berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah (PPKI) Universitas
Jember.
Negara Cina terletak di Asia bagian Timur. Di sebelah barat dan utaranya
berbatasan dengan daerah Siberia dan Mongolia (Gurun Gobi). Negara Cina
merupakan salah satu tempat yang mempunyai peninggalan tertua dan tinggi
tingkat peradabannya. Sisa-sisa peninggalan tertua ditemukan di lembah sungai
Yang Tze Kiang. Sungai Huang Ho dan sungai Hual. Ketiga sungai ini sering di
landa banjir. Endapan lumpur membuat daerah itu menjadi subur.
Daerah di lembah sungai kuning merupakan pusat peradaban Cina kuno
yang bernilai tinggi. Dari hasil yang di lakukan oleh Prof. Davidsolack dapat di
pastikan bahwa kebudayaan Cina kuno berada di lem- bah sungai kuning. Di
daerah Ordos di temukan benda-benda berukir seperti kalung Wanita. Di daerah
Yang Shou di temukan tembikar dan Jambangan berkaki tiga (tempat Abu Suci).
Sebelum menjadi Dinasti, Cina pernah berada pada periode Pre-Dinasti
dimana pada saat itu terdapat beberapa dinasti-dinasti yang berkuasa sebelum
Dinasti Qin. Namun Qin lah yang diakui sebagai dinasti pertama Cina karena pada
periode Qin, Cina banyak sekali mengalami perkembangan diberbagai sektor
kehidupan.
1) Dinasti Xia (2070 SM-1600SM)
Wei Yang atau yang juga dikenal sebagai Shang Yang merupakan seorang
ilmuwan penganut legalisme terkemuka yang hidup pada tahun 390-338 SM. Shang
Yang adalah seorang reformis yang melayani Dinasti Qin. Pemikiran-pemikiran
serta kebijakannya menjadi peletak dasar administrasi, politik, dan ekonomi Dinasti
Qin. Hal inilah yang nantinya mampu menjadikan Dinasti Qin sebagai salah satu
Dinasti yang mampu menyatukan kembali Cina dalam sejarahnya.
Shang Yang merupakan putra seorang selir yang berasal dari negara bagian
Wei. Nama keluarganya adalah Gongsun. Sebagai bagian dari anggota keluarga
Wei, ia juga dikenal dengan sebutan Wei Yang. Di usai mudanya, Shang Yang
sudah mempelajari berbagai ilmu hukum dan memperoleh kedudukan dibawah
Perdana Menteri Shuzuo dari Wei.
Diketahui Kemajuan Negeri Qin semakin bertambah pesat pada masa
pemerintahan Raja Xiaogong (361-338 SM). Ditahun pertama pendudukannya
sebagai seorang raja, Qin Xiaogong sedang mencari orang berbakat untuk
membantunya memulihkan keadaan dan mengembalikan kejayaan negeri Qin.
Karena mendapat dukungan penuh dari Dipati Xiao dari Qin, maka Shang Yang
meninggalkan posisi rendahnya di Wei kemudian menjadi kepala penasihat dari
Dinasti Qin.
Mulanya Shang Yang memperkenalkan ajaran Konfusianisme dan Taoisme
kepada Raja Qin namun ternyata hal ini tidak mendapatkan respon positif hingga
akhirnya Shang Yang berpikiran untuk memperkenalkan ajaran Legalism. Shang
Yang percaya bahwa reformasi total akan menjadi cara paling efisien untuk
membuat Negara Qin kuat dan kaya. Hal ini tentunya menarik perhatian dari Raja
Qin sehingga Shang Yang mulai diangkat menjadi orang kepercayaan Raja pada
saat itu.
Berbagai reformasi yang diterapkan mampu mengubah Dinasti Qin menjadi
kerajaan terkuat secara militer. Banyak pembaharuan yang terjadi salah satunya
pada bindag politik dimana sistem hukum negara menjadi dasar bagi Dinasti Qin
untuk makmur dan maju sebagai negara berperang.
Pada 341 SM, Qin mulai bergerak menyerah Dinasti Wei dengan pemimpin
pasukannya adalah Shang Yang. Akhirnya Wei kalah dan menyerahkan wilayahnya
kepada Dinasti Qin. Untuk membalas jasa dan keberhasilan dari Shang Yang, maka
ia dianugerahkan 15 Kota di daera Shang sehingga Shang Yang kemudian dikenal
sebagai penguasa (Shang Jun).
Alasan di balik kesuksesan reformasi Shang Yang adalah
ketergantungannya pada sistem penghargaan dan hukuman. Sistem ini pada
dasarnya merupakan sarana utama penerapan hukum (fa). Dengan kata lain, fa
bukan hanya seperangkat hukum dan kebijakan konkret tetapi juga merupakan inti
dari filosofi politik Shang Yang. Hal ini menjadi standar dalam membentuk
kebijakan yang dinyatakan Shang Yang seperti "pertanian dan peperangan" dan
"penghargaan dan hukuman".
Tertera didalam Buku of Lord Shang, Shang Yang mendefinisikan konsep
fa: “Faa adalah skala dan bobot negara.” (14.2). Pernyataan ini mengungkapkan
tiga tingkat yang paling mendasar pada hukum dan larangan. Jika dilihat dari sudut
pandang politik, fa merupakan sebuah prinsip yang ideal untuk digunakan dalam
memerinta negara, mengatur masyarakat, dan membangun tatanan sosial. Konsep
ini melambangkan teori negara hukum Shang Yang yang sistematis dan lengkap.
Dalam konteks ini fa Shang Yang sebagai pengembangan dari konsep
Gauanzi tentang “memerintah melalui negara hukum”. Jika dilihat secara konkrit
maka pemikiran politik Shang Yang memiliki beberapa aspek yaitu: mencapi tertib
aturan melalui hukum, hukum harus dilaksanakan, untuk selamatkan dunia,
dapatkan kekayaan dan kekuatan, wujudkan aturan yang tertib, dan hormati
penguasa.