Anda di halaman 1dari 167

FATHUL MUJIB

( Fi Bayâni Gharaibul Qur`ân & Terjemah Nadzam Hidâyatusshibyân )

Riwayat ‘Âshim ‘alâ Qirâ`ati Hafsh

Di Terbitkan oleh :
JAM‟IYYAH MUTA‟ALLIMIL QUR`AN
AL MU’AWANAH
PON. PES. LIRBOYO KOTA KEDIRI
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

KHUSUS KALANGAN SENDIRI


Cetakan Ke Empat 2019 M.

2
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ََ َ َ ۡ ُ ۡ ْ َ ُ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ ُ َ ۡ َ ُ ۡ َُ
KATA PENGANTAR
ََّ َ ٰ َ َ ۡ َ ۡ ُ
‫ وأن أحئا ٱىلرءانَۖ ذٍ َِ ٱْخدى فإِجٍا‬٩١‫وأمِرت أن أزٔن ٌَِ ٱلٍصي ِ ٍِي‬
َ
)99 99 ٢٧‫ (اجل‬٩٢ َ‫ي‬ َ ‫صِّۦ َو ٌََ َض َّو َذ ُل ۡو إ َّج ٍَا ٓ أَُا ۠ ٌ ََِ ٱل ۡ ٍُِذِر‬ َۡ ََۡ
ِ ِ َۖ ِ ‫حٓخدِي ِلِ ف‬
“Dan aku (Muhammad) di perintahkan supaya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri (muslim) dan supaya aku membacakan
al Qur`ân (kepada manusia) . Maka barang siapa mendapat petunjuk,
sesungguhnya ia hanya mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya,
dan barang siapa tersesat maka katakanlah, sesungguhnya aku (ini)
hanyalah salah seorang dari orang-orang yang memberi peringatan. “
(Q.s. an-Naml, 91 – 92).
Ayat tersebut menggaris bawahi bila semua “agama wahyu”,
mengajarkan bahwa manusia tidak akan mampu memecahkan
problem hidupnya hanya dengan akal sendiri. Oleh karena itu
manusia butuh bimbingan dan pedoman dari Allah SWT. Pada
tahapan-tahapan praktis dan teoritis, Pedoman ini ter-manifestasikan
dalam kitab-kitab agama yang diwahyukan oleh Allah SWT. Kepada
para Nabi dan Rasul-Nya yang merupakan utusan-Nya didunia,
dimana telah diberi-Nya kemampuan (kualitas) akal dan hati secara
khusus.
Allah SWT. dan Rasul-Nya memerintahkan untuk membaca dan
memahami al Qur`ân, agar pembaca mengetahui prinsip-prinsip
pedoman yang terkandung didalamnya dan dapat menûn ‎ ‎tun
hidupnya dalam semua aspek dengan prinsip-prinsip didalamnya, tujuan
dari semua ini adalah keselamatan (najat) di akhirat nanti. Karena itu
tujuan pembacaan al Qur`ân adalah sesuan dengan satu-satunya
tujuan keselamatan dari Allah SWT., yang hal itu ditekankan dalam al
Qur`ân dan juga hadits Nabi SAW. Ada tujuan-tujuan lain dari
pembaca al Qur`ân, meski secara komparatif kurang penting, tapi
secara praktis tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kaum muslim.
Salah satu dari tujuan ini adalah untuk mendapat barakah dari
membaca al Qur`ân.
Buku panduan ini merupakan buku yang berisi sebagian metode -
metode bacan al Qur`ân. Menurut „ala Qirâati„Ashim riwayati Hafsh,

3
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
melalui KH. Umar Sholeh Kempek Cirebon, dari KH. Munawir
Krapyak Jogjakarta. Lebih sefesifik menjelaskan ayat-ayat gharib yang
meliputi Bacaan dua wajah, imalah, isymam, tashil, dan bacaan yang
tidak sesuai dengan tulisan dan kesunahan-kesunahan yang
berhubungan dengan bacaan. Yang di rangkum dari kitab-kitab
Qirâ`at oleh satu team dari JMQM (Jam‟iyyah Muta‟allimil Qur`ân
Al Mu‟awanah) di Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri.
Melalui buku panduan ini diharapkan kepada para mudarris dan
para muta’allimin mengerti tentang metode-metode dalam membaca al
Qur`ân yang tidak hanya berdasarkan talaqqi dari guru, tapi juga
mampu meng ‎implementasikan bacaan al Qur`ân secara ilmiyah dan
diharapakan pula, bagi para muta’allimin baik pemula atau pelama
untuk lebih giat dan memperbaiki bacaan al Qur`ân yang benar.
Karena itu pada dewasa ini banyak terjadi pergeseran nilai - nilai
bacaan yang tidak orsinil.
Dan kami dari team revisi buku panduan pada kesempatan ini
mengucapkan terima kasih kepada Romo KH. Ahmad Idris Marzuqi
Pengasuh Ponpes Lirboyo, KH. Zainal Arifin Tahmid Pengasuh
Ponpes Darussalamah Balerante Palimanan Cirebon yang telah
berkenan memberikan sambutan, dan tak lupa kepada KH. Abdul
Aziz Muslim (Alm.) dari lembaga MPQQ Kempek Cirebon yang
berkenan memeriksa (mentashih) buku panduan ini.
Terakhir kami dari team revisi buku panduan selalu terbuka
menerima masukan dan kritikan dari para Qur`ânis (aktifis Qur`ân)
yang bersifat membangun, karena kami masih banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kami sebagai manusia tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan.

Lirboyo, 27 M e i 2013 M.
18 Rajab 1434 H.
Ttd,

TEAM REVISI

4
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ة النيغ أمحؽ إدريف مؿزكيق احلةج‬٪‫ ميؼ‬٨ٔ ٍ‫ؿي‬ٞ‫ح اتل‬٧‫لك‬


‫ؽيؿم‬٠ ‫ريبةية‬٣ ‫يف‬٤‫مؿيب املٕ٭ؽ الك‬
٥‫ الؿظي‬٨‫ اهلل الؿمح‬٥‫بك‬
٫‫ كرمحح اهلل كبؿٌلد‬٥‫يس‬٤ٔ ‫الكالـ‬
َ َ ۡ َ َّ َ َ َ ۡ َ َّ َ َّ
ٰ َ ‫ٱۡل‬
‫ كالىالة كالكالـ‬,ًۡ ‫نس ََ ٌَا ل ًۡ َح ۡػي‬ ِ ً ‫ي‬ ‫غ‬ ,ً ‫ي‬
ِ ِ‫ل‬ ‫ٱى‬ ‫ة‬ ً‫ي‬ ‫غ‬ ‫ِي‬
‫ٱَّل‬ ‫ؽ هلل‬٧‫احل‬
. ‫ة ثٕؽ‬٦‫ؿاـ أ‬١‫ ال‬٫‫ةـ كىلع آهل كوعج‬٩‫ىلع قيؽ األ‬

Setelah saya membaca kitab “Fathul Mujîb Fî Bayânil


Gharâib”, yang menerangkan “Gharaibul Qirâ`at”, menurut
pengamatan saya baik sekali untuk dimiliki, sebagai perbandingan
dengan bacaan-bacaan yang lain.
Semoga dengan terbitnya kitab ini, dapat menambah pengertian
para anak-anak yang mempelajari bacaan al Qur`ân dan semoga bisa
untuk menjaga dan mengetahui kemurnian dan keaslian kitab al
Qur`ânul Karim. Karena akhir-akhir ini ada usaha-usaha dari kaum
diluar islam untuk memasukkan beberapa ayat yang bukan al Qur`ân.
Semoga manfaat dan barakah. Amin yaa rabbal „alamin.
٫‫ كرمحح اهلل كبؿٌلد‬٥‫يس‬٤ٔ ‫كالكالـ‬
Lirboyo, 22 Mei 2002

KH. A. IDRIS MARZUQI

5
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫يؽ احلةج‬٧‫ني حت‬ٚ‫ٕةر‬٣‫ ا‬٨‫ة النيغ زي‬٪‫ ميؼ‬٨ٔ ٍ‫ؿي‬ٞ‫ح اتل‬٧‫لك‬


‫ةف الرشبٮين‬٩‫ة‬٧‫ةحل‬ٚ ‫يت‬٩‫ح ثةيل را‬٦‫مؿيب املٕ٭ؽ دار الكال‬
٥‫ الؿظي‬٨‫ اهلل الؿمح‬٥‫بك‬
٫‫ كرمحح اهلل كبؿٌلد‬٥‫يس‬٤ٔ ‫الكالـ‬
ُ ٌَ‫وح ۡٱۡل‬
‫ِي‬ ُّ ِّ‫ َُ َز َل ة‬١٩٢ ‫ي‬
ُ ‫ٱلر‬ َ ٍَ‫يو َر ّب ۡٱى َعٰي‬ُ َ َ ُ َّ
‫زن‬
ِ ِ ِ ِ ‫ " ِإَوُّۥ َل‬/ ٢‫ةا‬ٞ٣‫ؽ هلل ا‬٧‫احل‬
ُّ ‫ب‬ّ َ ‫ ةي ِ َصان َغ‬١٩٤ َ‫ي‬ َ ُ َ َ ۡ َ َٰ َ
َ ‫ٔن ٌ ََِ ٱل ۡ ٍُِ ِذر‬
‫" كالىالة‬١٩٥ ‫ي‬ ‫ت‬ ٌ
‫ِي ِ ي‬ ‫ر‬ ٍ ِ ِ ‫ لَع كيتِم َلِ ه‬١٩٣
‫ؿءاف‬ٞ٤‫ةرئ ل‬ٝ ٨٦ ٥‫ " ز‬/ ٢‫ةا‬ٞ٣‫ؽ ا‬٧‫ة حم‬٩‫ قيػؽ‬٫‫كالكالـ ىلع ظجحج‬
٥‫٭‬٧٤ٔ ‫ة‬٧٠ ‫ؿءاف‬ٞ٣‫ اػؾكا ا‬٨‫ اذلي‬٫‫ " كىلع آهل كوعج‬٫٪ٕ٤‫ؿءاف ي‬ٞ٣‫كا‬
:‫ة ثٕؽ‬٦‫ ا‬.٥٬‫ ص٭ؽ‬٫‫ي‬ٚ ‫ كبؾلٮا‬ٙ‫ اتلعؿي‬٨ٔ ‫ْٮق‬ٛ‫ كظ‬٥‫بي٭‬٩
Kami mengucapkan Syukur kehadirat Allah SWT. Dan juga
kami menyambut gembira atas usaha Pengurus Jam‟iyyah
Muta‟allimil Qur`ân al Mu`awanah serta berterimakasih atas daya
upayanya untuk menyusun dan menerbitkan sebuah buku panduan
tentang tata cara membaca al Qur`ân Qirâ`at ‎i „Ashim „an Riwayati
Hafshin min Tharîqi „Ubaed Ibnu Ashshabagh An Nahsyaliy (As
Shabah).
Pembahasan-pembahasan dalam buku ini pada dasarnya adalah
materi-materi pokok dalam Ilmu Tajwid pada umumnya. Namun
setelah kami mempelajari lebih lanjut, ternyata pada buku ini terdapat
pembahasan tentang bacaan-bacaan yang ghârib dengan
menun‎jukkan ayat-ayatnya secara langsung, disamping disajikan
dengan susunan sistematis dan lebih praktis untuk dipergunakan oleh
para Muta‟allimil Qur`ân. Sehingga kehadiran buku ini tentunya
sangat dibutuhkan untuk dijadikan pegangan oleh para santri dan

6
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
amat berguna bagi masyarakat umum dalam membaca al Qur`ân.
Juga akan melengkapi buku-buku yang telah ada.
Mudah-mudahan jerih payah team penyusun dicatat Allah SWT.
Sebagai amal shâleh, dan semoga buku ini bermanfaat bagi para
pembaca. Amîn Yâ Robbal „Âlamîn.
٫‫ كرمحح اهلل كبؿٌلد‬٥‫يس‬٤ٔ ‫كالكالـ‬
Cirebon, 02 April 2002 M.
21 Muharram 1423 H.

KH. ZAINAL ARIFIN TAHMID

7
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫لك‪٧‬ح اتلىعيط‬
‫‪ ٨٦‬حتخ دؿاب ا‪ٝ‬ؽا‪٦‬س‪ ٥‬امح‪ ٜ‬الٮرل كأذؿ ‪ ٨٦‬ىف ا‪ٞ٣‬ؿل‬
‫ا‪ٞٛ٣‬ري الؿاىج اىل رمحح رب‪ٔ ٫‬جؽ ا‪ٕ٣‬ـيـ مك‪ ٥٤‬احلةج ال‪ٛ٧١‬يىك‬
‫الرشبٮىن‬
‫الكالـ ٔ‪٤‬يس‪ ٥‬كرمحح اهلل كبؿٌلد‪٫‬‬
‫بك‪ ٥‬اهلل الؿمح‪ ٨‬الؿظي‪٥‬‬
‫َ‬ ‫ۡ‬ ‫يو َر ّب ۡٱى َعٰيٍَ َ‬‫َّ ُ َ َ ُ‬
‫وح ٱۡلٌ ُ‬
‫ِي‬ ‫ي ‪َ َُ ١٩٢‬ز َل ةِّ ُّ‬
‫ٱلر ُ‬ ‫زن‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫احل‪٧‬ؽ هلل ا‪ٞ٣‬ةا‪ِ / ٢‬إَوُّۥ َل ِ‬
‫ان َغ َر ّ‬
‫ب ُّ‬ ‫يَ ‪ ١٩٤‬ةي ِ َ‬ ‫َ َٰ َ ۡ َ َ ُ َ‬
‫ٔن ٌ ََِ ٱل ۡ ٍُِ ِذر َ‬
‫ي ‪ "١٩٥‬كالىالة‬‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ت‬ ‫ٌ‬ ‫ِي‬ ‫ٍ‬ ‫ص‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ ١٩٣‬لَع كيتِم َلِ ه‬
‫كالكالـ ىلع ظجحج‪ ٫‬قيؽ‪٩‬ة حم‪٧‬ؽ ا‪ٞ٣‬ةا‪ " / ٢‬اف ا‪ٞ٣‬ؿءاف ا‪٩‬ـؿ ىلع قجٕح‬
‫اظؿؼ ‪ٚ‬ة‪ٝ‬ؿؤا ‪٦‬ة دحرس ‪ "٫٪٦‬كىلع آهل كوعج‪ ٫‬اذلي‪ ٨‬اػؾكا ا‪ٞ٣‬ؿءاف ‪٧٠‬ة‬
‫ٔ‪٧٤‬٭‪٩ ٥‬بي٭‪ ٥‬كظ‪ْٛ‬ٮق ٔ‪ ٨‬اتلعؿي‪ ٙ‬كبؾلٮا ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ص٭ؽ‪ .٥٬‬كبٕؽ‬
‫‪Mengingat dan mengemban serta mengamalkan Dawuh :‬‬
‫‪ٝ .9‬ةؿ اهلل دٕةىل ‪ /‬كرد‪ ٢‬ا‪ٞ٣‬ؿءاف دؿديال‬
‫‪Yang dijabarkan oleh shahabat „Ali RAW :‬‬
‫جتٮيؽ احلؿكؼ ك‪ٕ٦‬ؿ‪ٚ‬ح الٮ‪ٝ‬ٮؼ‬
‫‪ٝ .9‬ةؿ رقٮؿ اهلل وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬دٕ‪ ٥٤‬ا‪ٞ٣‬ؿءاف كٔ‪ ٫٧٤‬اجلةس‬

‫‪8‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ ادـ‬٨‫ةت اث‬٦ ‫ةؿ اذا‬ٝ‫ ك‬٫٪ٕ٤‫ؿءاف ي‬ٞ٣‫ؿءاف كا‬ٞ٣‫ةرئ ا‬ٝ ‫ةؿ رب‬ٝ‫ك‬
‫ ككدل‬,٫‫ٓ ث‬ٛ‫ يجذ‬٥٤ٔ‫ ك‬,‫ح صةريح‬ٝ‫ وؽ‬,‫ زالث‬٨٦ ‫ إال‬٫٤٧ٔ ُٓٞ٩‫ا‬
.‫ط يؽٔٮ هل‬٣‫وة‬
‫ي ٍ ى ٍ ى ي ى ى‬
.٨ٍ ‫ ٍٮ دكالج‬١ٔ‫ ٍؿ ىءاف ا ىصة‬ٝ / ‫يىك‬ٛ٧١‫ط ال‬٣‫ؿ وة‬٧ٔ ‫ةؿ النيغ‬ٝ .3
Saya menyambut baik dan senang dengan terbitnya buku
Panduan ini yang disusun oleh anak-anak Jam‟iyyah Muta‟allimil
Qur`ân al Mu‟âwanah, yang insya`alLah sangat bermanfaat bagi
para Qâri`‎, baik yang pemula maupun pelama, sebagai bentuk wujud
kecintaan kita dalam mempelajari/membaca al Qur`ân. Disamping
kita diwajibkan secara muthlak untuk bermusyafahah bertalaqqi
dihadapan guru yang sanad dan bacaannya bisa
dipertanggungjawabkan.
Saya hanya bisa berdo‟a semoga buku ini manfa‟at, barakah
dan menjadi amal jâriyah.
.‫ني‬٤‫ني يةدليت الكةا‬٦‫ أ‬.‫ني‬٧٤‫ٮـ املك‬٧ٔ‫ؿءاف ك‬ٞ٣‫ًل كحمىب ا‬٧‫حل‬
٫‫ كرمحح اهلل كبؿٌلد‬٥‫يس‬٤ٔ ‫كالكالـ‬
Cirebon, 17 Muharram 1423 H.
31 Maret 2002 M.

KH. ABDUL AZIZ MUSLIM

9
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫مال اهلل حؽاىل ‪/‬‬


‫ُْ َْ َ َْ َْ‬ ‫َ َ‬
‫و رحي اًنصءان حصت ِيل ‪ /‬اًنصءان الىصيٍ‬
‫ِ‬
‫‪PENTINGNYA BELAJAR ILMU TAJWID (1‬‬

‫‪Ketika kita telah mengetahui bahwa ilmu tajwid adalah paling‬‬


‫‪utama-utamanya ilmu dari sekian banyak fan ilmu dalam penjelasan,‬‬
‫‪pemahaman dan paling banyak untuk di gunakan, adalah wajar, sebab‬‬
‫‪ilmu tajwid itu berhubungan dengan kalamullah, seperti sabda Nabi‬‬

‫ى ٍىٍ ى ي ٍي ى‬ ‫ى ٍ ى ى ٍ ى ىل‬
‫‪SAW.:‬‬
‫اء ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف‬‫ى‪ ٨ٍ ٦‬اف يي ىؿاد اف حذىك ى‪ ٥‬ى‪ ٦‬ىٓ اهلل ‪٤ٚ‬ي‪ٞ‬ؿ‬
‫‪“barang siapa yang ingin berhubungan (dekat) dengan Allah maka‬‬
‫‪bacalah Al Qur`ân”.‬‬

‫ي ٍ ى ى ُّ‬ ‫ىٍ‬
‫ع‪ ٨٦ ٫ٞ‬الى‪ٛ‬ةت ‪ٚ,‬ع‪ٜ‬‬ ‫ظؿؼ ‪َ ٨٦‬م ىؿ ًص ً‪ ٫‬كإُٔةؤق ظ‪ ٫ٞ‬كمكذ‬
‫و‬ ‫‪ .(1‬دٕؿي‪ ٥٤ٔ ٙ‬اتلضٮيؽ ‪٬‬ٮ إػؿاج لك‬
‫احلؿؼ‪٬ /‬ٮ و‪ٛ‬ةد‪ ٫‬الالز‪٦‬ح ا‪٣‬يت ال د‪٦ ٫٪ٔ ٟٛ٪‬س‪ /٢‬اهل‪٧‬ف كاجل٭ؿ كا‪٤ٞ٤ٞ٣‬ح كالنؽة كٗري‪ .‬أ‪٦‬ة يم ٍكذى ى‬
‫ع‪ُّٜ‬‬

‫لكجت ‪٨٦‬‬
‫و‬ ‫احلؿؼ ‪ٚ‬٭ٮ و‪ٛ‬ةد‪ ٫‬ا‪ٕ٣‬ةرًح ا‪٣‬يت دٕؿض هل ىف ثٕي األظٮاؿ كد‪ ٫٪ٔ ٟٛ٪‬يف ابلٕي اآلػؿ‬
‫األقجةب ‪٦‬س‪ ٢‬اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كاإلداغـ كٗري‪٬‬ة ك‪ٚ‬ةاؽد‪ /٫‬وٮف ال‪٤‬كةف ٔ‪ ٨‬ال‪٤‬ع‪ ٨‬يف أ‪ٛ٣‬ةظ ا‪ٞ٣‬ؿآف‬
‫ى ل يىلىن‬ ‫ل‬ ‫كاً يٕ ي‪ٚ ٫‬٭ٮ ه‬
‫كيح ‪٪ٔ ٨٦‬ؽ اهلل د‪ٞ٤‬ةق رقٮهل حم‪٧‬ؽ ىوٌل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬دلٮدا‬ ‫ال‪١‬ؿي‪٪ٔ ٥‬ؽ األداء‪ .‬أ‪٦‬ة ٔ‪ً ٨‬‬
‫الكالـ ‪,‬أ‪٦‬ة كآً ‪ٝ‬ٮأؽق ‪ٞٚ‬ؽ ‪ٝ‬ي‪ ٢‬أ‪ ٫٩‬أثٮ األقٮد ادلؤيل ك‪ٝ‬ي‪ ٢‬أ‪ ٫٩‬أثٮ ا‪ٞ٣‬ةق‪ٔ ٥‬جيؽ ث‪٨‬‬ ‫‪ ٨٦‬صربي‪٤ٔ ٢‬ي‪ ٫‬ل‬
‫ل‬ ‫ي ٍ ل‬
‫قالـ ‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ي‪ ٢‬أ‪ ٫٩‬اخل‪٤‬ي‪ ٢‬ث‪ ٨‬أمحؽ ا‪ٛ٣‬ؿا‪٬‬يؽم ك‪ٝ‬ي‪ٗ ٢‬ري‪ ٥٬‬ك‪ٝ‬ؽ أقذي ً‪٧‬ؽ ‪٠ ٨٦‬ي‪ٛ‬يح ‪ٝ‬ؿاءة الؿقٮؿ وًل‬
‫ى يٍ‬ ‫ل‬
‫ال‪ً ٞ٧‬ؿ ًئني إىل أف كو‪٪٤‬ة ثةتلٮادؿ ٔ‪َ ٨‬ؿي‪ ٜ‬منةخي‪٪‬ة األصالء‬ ‫اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬كأوعةث‪ ٫‬كاتلةثٕني كاألاً‪٧‬ح‬
‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ٍ ى ُّ‬
‫ظ‪( ٫٧١‬أ) يظس ي‪ ٥‬ت ىٕ‪ٚ ٫٧ً ٤‬ؿض ً‪ٛ٠‬ةيى وح ‪ٚ‬إذا ‪ٝ‬ةـ ث‪ ٫‬ابلٕي ق‪ ٨ٔ ٍٞ‬اآلػؿي‪( ٨‬ب) يظس ي‪ ٥‬دُجي‪٬ ٫ٞ‬ٮ‬
‫ل‪ ٨ٍ ٧‬ي‪ٞ‬ؿأ ا‪ٞ٣‬ؿآف ظير جيت أف يٕؿؼ األداء الىعيط ٔ‪َ ٨‬ؿي‪ ٜ‬املنة‪ٚ‬٭ح ‪ٚ‬يضت ‪ٕ٦‬ؿ‪ٚ‬ح‬ ‫‪ٚ‬ؿض ىخ ٍني ى‬
‫ي‬
‫و‬
‫ي‬
‫مكةا‪ ٫٤‬كيه ‪ٝ‬ٮأؽق املذٕؽدة ا‪٣‬يت حتس‪٠ ٥‬ي‪ٛ‬يح إػؿاج احلؿكؼ كالك‪٧‬ةت ك‪ ٨٦‬أ‪٦‬س‪٤‬ذ٭ة (لك ‪٦‬ي‪ ٥‬قة‪٪٠‬ح‬
‫ٍ‬ ‫ى ى‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫(‪٦...‬ةل ي٭ ٍ‪ ٥‬ثً ً‪ ٤ًٔ ٨ٍ ٦ً ٫‬و‪)...٥‬‬ ‫يأيت ثٕؽ‪٬‬ة ثةء جيت إػ‪ٛ‬ةؤ‪٬‬ة كي ي ىك لَّم ذل‪ ٟ‬إػ‪ٛ‬ةءا م‪ٛ‬ٮية ‪٧٠‬ة يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل‬
‫(قٮرة ا‪٣‬جكةء‪ /‬اآليح ‪( )957‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)9‬‬

‫‪10‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Allah telah menurunkan Al Qur`ân melalui rûhul âmîn (hati
suci) Muhammad SAW. Hukum mengenai ilmu tajwid tidak ada
perbedaan diantara para Ulama, yakni fardlu kifayah dalam
mengetahuinya dan fardlu „ain dalam mengimplementasikannya.
Sudah barang tentu Al Qur`ân, hadits dan ijma‟ ulama telah sepakat,
‫ٍي ى ى ن‬
seperti yang termaktub dalam firman Allah :
‫ ٍؿ ىءاف د ٍؿ ًتيٍال‬ٞ٣‫ ا‬٢ً ‫ىك ىرد‬
al Imam Al Baidlawi menafsiri ayat tersebut dengan
pernyataan “perbaikilah Al Qur`ân dengan tajwid”. Hal tersebut di
dukung pula oleh ungkapan para Ulama “bacalah Al Qur`ân pada
tempatnya, waqafkanlah Al Qur`ân pada waqafnya dan jadikanlah Al
Qur`an sebagai olahraga lisan”. Yang di maksud ungkapan tersebut
adalah „seringnya nderes‟, mentarqiq lafadz yang tarqiq, mentafkhim
lafadz tafkhim dan lain sebagainya. Mengenai ayat diatas, dari jauh-
jauh hari sahabat „Aly Bin Abi Thalib karramallahu wajhah telah
memberikan pengertian yang spesifik tentang ayat di atas. Bahwa
yang dimaksud lafadz ٢‫ كرد‬adalah :
‫ى ٍ ىي ٍ ي‬ ٍ ‫ىٍ ي‬
ً ٝ‫ح ال يٮ‬ٚ‫ٕ ًؿ‬٦ ‫كؼ ىك‬
‫ٮؼ‬ ً ‫جت ًٮيؽ احل ي يؿ‬
dimana beliau memberikan arti “memperbaiki huruf dan mengetahui
waqafnya”. Dalil ini merupakan pijakan para Ulama dalam
mewajibkan ilmu tajwid untuk diketahui sekaligus dipraktekkan.
Termasuk dari dalil di atas, ungkapan beliau Sayyidina „Umar
bin Khattab ketika bertanya kepada Nabi SAW. Untuk selalu

‫ ىرت ى‬٧ٍ ٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ٮج ل‬


‫ل ى ىى ى ي ى‬ ٍ ‫ى‬
bertajwid, kemudian beliau Nabi SAW menjawab dengan ayat :
٨‫ي‬ ‫س‬ ‫د‬ ‫ال‬ ٚ ٟ‫ب‬ ‫ر‬ ٨٦ ُّ ‫حل ى‬
ٜ ‫ا‬
ً ً
‫ى ٍ ى ٍ ى ى ي ٍ ى‬
dan ayat
‫آ أ ًمؿت‬٧٠ ٥ًٞ ‫ةقذ‬ٚ
perlu kita teliti lebih dekat mengenai ayat tersebut, bahwa Allah
SWT. memberikan perintah kepada kita dengan menggunakan shigat

11
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

٢ٕٚ dan dikukuhkan dengan menggunakan shigat ‫مىؽر‬ yang


memberikan kesan betapa sangat pentingnya untuk selalu berhati-hati
dalam membaca Al Qur`ân, dengan menggunakan alatnya. Yaitu
ilmu tajwid, dan merupakan suatu bentuk penta‟dziman kita pada Al
Qur`ân. Karena ilmu tersebut merupakan suatu sarana untuk
mengagungkan Al Qur`ân dan memahami kandungan didalamnya.
Begitu juga dalil yang lain yang mengatakan wajibnya untuk

‫ٍي ي ٍ ي‬ ‫ ٍؿ ى‬ٞ‫ٍ ي‬٤ً ‫ىةرئ ل‬ٝ ‫ير لب‬


mengetahui ilmu tajwid adalah sabda Nabi SAW. :
٫‫ي‬٪ٕ‫ ى‬٤‫ ٍؿ ىءاف يى‬ٞ٣‫اف ىكا‬
ً ‫ء‬ ‫ً و‬
“banyak sekali orang yang membaca Al Qur`ân, tetapi Al Qur`ân
melaknatnya”.
Dalam artian orang yang membaca Al Qur`ân tidak memperjelas Al
Qur`ân secara makna dan pengamalannya.
Oleh karena itu kita harus mengamalkan apa-apa yang
terdapat di dalam Al Qur`ân, di antaranya yang wajib adalah
membaca Al Qur`an secara tartil dan bermusyafahah dengan guru.
Karena Allah menurunkan Al Qur`ân disertai dengan alatnya
(tajwid). dan ungkapan tersebut telah disepakati oleh Ulama ma‟rifat
billah melalui Rasulullah SAW. atas titah malaikat Jibril yang
bersumber dari lauhul mahfûdz.
Walhasil, bahwa Nabi SAW. secara tegas memvonis kepada
orang yang membaca Al Qur`ân dengan tidak disertai tajwid dan
memiliki guru yang bersanad, dinyatakan sebagai orang yang fasiq,
dan apa yang ia baca bukan termasuk bacaan Al Qur`ân. Karena
perlunya menjaga Al Qur`ân dari kesalahan , dimana permasalahan
ini telah terjadi sejak zaman Rasul SAW. sampai sekarang, dan tidak
ada satupun perbedaan mengenai hal itu (mempelajari ilmu tajwid).
Semua hal di atas merupakan pendapat imam Imam Syâfi‟i yang
paling arjah untuk dijadikan pijakan hukum seperti yang terkandung
dalam kitab “nihayatul qoulul mufid”. Wallahua‟lam.

12
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ْ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ ُ َ َ ُ
‫اري ِذ م ِصآئ ِث العت ِػ ورِواي ِث خك ٍص‬
ِ ‫رلضث ح‬
SEJARAH SINGKAT QIRÂ`AT SAB’AH DAN RIWAYAT
HAFS DI NUSANTARA

A. Pengertian Qirâ`at dan Perbedaanya dengan Riwayat dan


Thariqah ‎

Menurut bahasa, Qirâ`at (‫ؿاءات‬ٝ) adalah bentuk jama‟ dari


qirâ`at (‫ؿاءة‬ٝ) yang merupakan isim mashdar dari qara`a (‫ؿأ‬ٝ), yang
artinya : bacaan, Pengertian Qirâ`at menurut istilah cukup beragam.
Hal ini disebabkan keluasan makna dan sisi pandang yang dipakai
oleh ulama tersebut. Berikut ini akan diberikan dua pengertian
Qirâ`at menurut istilah. Qirâ`at menurut al Zarkâsyi merupakan
perbedaan lafadz-lafadz al Qur`ân, baik menyangkut huruf-hurufnya
maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, sepeti takhfîf, tasydid
dan lain sebagainya.
Dari pengertian di atas, tampaknya al Zarkâsyi hanya terbatas
pada lafadz-lafadz al Qur`ân yang memiliki perbedaan Qirâ`at saja.
beliau tidak menjelaskan bagaimana perbedaan Qirâ`at itu dapat
terjadi dan bagaimana pula cara mendapatkan Qirâ`at itu.
Ada pengertian lain tentang Qirâ`at yang lebih luas daripada
pengertian dari al Zarkâsyi di atas, yaitu pengertian Qirâ`at menurut
pendapat al Zarqâni.
Al Zarqâni memberikan pengertian Qirâ`at sebagai : “Suatu
mazhab yang dianut oleh seorang imam dari para imam qurra` yang
berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan al Qur`ân al Karim
dengan kesesuaian riwayat dan thurûq darinya. Baik itu perbedaan
dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.”
Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan Qirâ`at yang
harus diketahui. Kata kunci tersebut adalah Qirâ`at riwayat dan
thariqah ‎. Berikut ini akan dipaparkan pengetian dan perbedaan
antara Qirâ`at dengan riwayat dan thariqah ‎, sebagai berikut :

13
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
a. Qirâ`at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang
imam dari qurra` yang tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti
Qirâ`at Nâfi‟, Qirâ`at Ibn Kâtsir, Qirâ`at Ya‟qûb dan lain
sebagainya.
b. Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang
perawi dari para qurra` yang tujuh, sepuluh atau empat belas.
Misalnya, Nâfi‟ mempunyai dua orang perawi, yaitu Qalun dan
Warsy, maka disebut dengan riwayat Qalun „an Nâfi‟ atau
riwayat Warsy „an Nâfi‟.
c. Thariqah ‎ adalah bacaan yang disandarkan kepada orang yang
mengambil Qirâ`at dari periwayat qurra` yang tujuh, sepuluh
atau empat belas. Misalnya, Warsy mempunyai dua murid yaitu
al Azraq dan al Asbahani, maka disebut thariq ‎ al Azraq „an
Warsy, atau riwayat Warsy min thariq al Azraq. Bisa juga
disebut dengan Qirâ`at Nâfi‟ min riwayati Warsy min thariq ‎al
Azraq.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Qirâ`at
Pembahasan tentang sejarah dan perkembangan ilmu Qirâ`at
ini dimulai dengan adanya perbedaan pendapat tentang waktu mulai
diturunkannya Qirâ`at. Ada dua pendapat tentang hal ini; Pertama,
Qirâ`at mulai diturunkan di Makkah bersamaan dengan turunnya al
Qur`ân. Alasannya adalah bahwa sebagian besar surat-surat al Qur`ân
adalah Makkiyah di mana terdapat juga di dalamnya Qirâ`at
sebagaimana yang terdapat pada surat-surat Madaniyah. Hal ini
menun‎‎jukkan bahwa Qirâ`at itu sudah mulai diturunkan sejak di
Makkah.
Kedua, Qirâ`at mulai diturunkan di Madinah sesudah
peristiwa Hijrah, dimana orang-orang yang masuk Islam sudah
banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya.
Pendapat ini dikuatkan oleh hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam kitab shahihnya, demikian juga Ibn Jarir al Thabari
dalam kitab tafsirnya. Hadist yang panjang tersebut menun‎‎jukkan
tentang waktu dibolehkannya membaca al Qur`ân dengan tujuh huruf

14
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
adalah sesudah Hijrah, sebab sumber air Bani Gaffar –yang
disebutkan dalam hadis tersebut– terletak di dekat kota Madinah.
Kuatnya pendapat yang kedua ini tidak berarti menolak
membaca surat-surat yang diturunkan di Makkah dalam tujuh huruf,
karena ada hadist yang menceritakan tentang adanya perselisihan
dalam bacaan surat al Furqân yang termasuk dalam surat Makkiyah,
jadi jelas bahwa, dalam surat-surat Makkiyah juga dalam tujuh huruf.
Ketika mushaf disalin pada masa „Ustmân bin „Affân,
tulisannya sengaja tidak diberi titik dan harakat, sehingga kalimat-
kalimatnya dapat menampung lebih dari satu Qirâ`at yang berbeda.
Jika tidak bisa dicakup oleh satu kalimat, maka ditulis pada mushaf
yang lain. Demikian seterusnya, sehingga mushaf „Usmâni mencakup
ahruf sab‟ah dan berbagai Qirâ`at yang ada.
Periwayatan dan Talaqqi (guru membaca dan murid
mengikuti bacaan tersebut) dari orang-orang yang tsiqah dan
dipercaya merupakan kunci utama pengambilan Qirâ`at al Qur`ân
secara benar dan tepat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW.
kepada para sahabatnya. Para sahabat berbeda-beda ketika menerima
Qirâ`at dari Rasulullah. Ketika „Ustmân mengirimkan mushaf-mushaf
ke berbagai kota Islam, beliau menyertakan orang yang sesuai
Qirâ`at‎nya dengan mushaf tersebut. Qirâ`at orang-orang ini berbeda-
beda satu sama lain, sebagaimana mereka yang mengambil Qirâ`at
dari sahabat yang berbeda pula, sedangkan sahabat juga berbeda-beda
dalam mengambil Qirâ`at dari Rasulullah SAW.
Dapat disebutkan di sini para Sahabat ahli Qirâ`at antaralain
adalah : „Utsmân bin „Affân, „Ali bin Abi Thâlib, Ubay bin Ka‟ab,
Zaid bin Tsâbit, Ibn Mas‟ûd, Abu Darda`, dan Abu Mûsâ al „Asy‟âri.
Para sahabat kemudian menyebar ke seluruh pelosok negeri
Islam dengan membawa Qirâ`at masing-masing. Hal ini
menyebabkan berbeda-beda juga ketika tabi‟în mengambil Qirâ`at
dari para Sahabat. Demikian halnya dengan Tâbi‟ut-tâbi‟în yang
berbeda-beda dalam mengambil Qirâ`at dari para tâbi‟în.
Ahli-ahli Qirâ`at di kalangan tâbi‟în juga telah menyebar di
berbagai kota. Para tâbi‟în ahli Qirâ`at yang tinggal di Madinah
antara lain : Ibn al Musayyab, „Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz,

15
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Sulaiman dan‟Atha` (keduanya putra Yasar), Mu‟adz bin Harits yang
terkenal dengan Mu‟ad al Qâri`‎‎, Abdurrahman bin Hurmuz al A‟raj,
Ibn Syihab al Zuhri, Muslim bin Jundab dan Zaid bin Aslam.
Yang tinggal di Makkah, yaitu: „Ubaid bin ‟Umair, „Ata` bin
Abu Rabah, Tawus, Mujahid, „Ikrimah dan Ibn Abu Malikah.
Tâbi‟în yang tinggal di Kufah, beliau adalah : „Alqamah, al
Aswad, Maruq, „Ubaidah, „Amr bin Surahbil, al Haris bin Qais,‟Amr
bin Maimun, Abu Abdurrahman al Sulami, Said bin Jabir, al Nakha‟i
dan al Sya‟bi.
Tâbi‟în yang tinggal di Basrah , adalah Abu „Aliyah, Abu
Raja‟, Nasr bin „Ashim, Yahya bin Ya‟mar, al Hasan, Ibn Sirin dan
Qatadah.
Sedangkan tâbi‟în yang tinggal di Syam adalah : al Mughirah
bin Abu Syihab al Makhzumi dan Khalid bin Sa‟d.
Keadaan ini terus berlangsung sehingga muncul para imam
Qirâ`at ‎ yang termasyhur, yang mengkhususkan diri dalam Qirâ`at-
Qirâ`at tertentu dan mengajarkan Qirâ`at mereka masing-masing.
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa
pembukuan Qirâ`at. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa orang
yang pertama kali menuliskan ilmu Qirâ`at adalah Imam Abu Ubaid
al Qasim bin Salam yang wafat pada tahun 224 H. beliau menulis
kitab yang diberi nama al Qirâ`at yang menghimpun Qirâ`at ‎ dari 25
orang perawi. Pendapat lain menyatakan bahwa orang yang pertama
kali menuliskan ilmu Qirâ`at ‎adalah Husain bin „Utsman bin Tsabit al
Baghdadi al Dharir yang wafat pada tahun 378 H. Dengan demikian
mulai saat itu Qirâ`at menjadi ilmu tersendiri dalam „Ulumul Qur`ân.
Pada penghujung Abad ke III Hijriyah, Ibn Mujahid
menyusun Qirâ`at Sab‟ah dalam kitabnya Kitab al Sab‟ah. beliau
hanya memasukkan para imam Qirâ`at ‎ yang terkenal tsiqat dan
amanah serta panjang pengabdiannya dalam mengajarkan al Qur`ân,
yang berjumlah tujuh orang. Tentunya masih banyak imam Qirâ`at
yang lain yang dapat dimasukkan dalam kitabnya.
Abu al Abbas bin Ammar mengecam Ibn Mujahid karena
telah mengumpulkan Qirâ`at sab‟ah. Menurutnya Ibn Mujahid telah
melakukan hal yang tidak selayaknya dilakukan, yang mengaburkan

16
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
pengertian orang awam bahwa Qirâ`at ‎ Sab‟ah itu adalah ahruf
sab‟ah seperti dalam hadist Nabi itu. Dia juga menyatakan, tentunya
akan lebih baik jika Ibn Mujahid mau mengurangi atau menambah
jumlahnya dari tujuh, agar tidak terjadi syubhat.
Banyak sekali kitab-kitab Qirâ`at ‎yang ditulis para ulama
setelah Kitab Sab‟ah ini. Yang paling terkenal diantaranya adalah : al
Taysir fî al Qirâ`at al Sab‟i yang disusun oleh Abu Amr al Dani,
Matan al Syatibiyah fî Qirâ`atal Sab‟i karya Imam al Syatibi, al
Nasyr fî Qirâ`atal „Asyr karya Ibn al Jazari dan Itaf Fudda` al Basyar
fî al Qirâ`atal Arba‟ah „Asyara karya Imam al Dimyati al Banna.
Masih banyak lagi kitab-kitab lain tentang Qirâ`at yang membahas
Qirâ`at ‎dari berbagai segi secara luas, hingga saat ini.
C. Pembagian Qirâ`at dan Macam-macamnya
Ibn al Jazari, sebagaimana dinukil oleh al Suyuti, menyatakan
bahwa Qirâ`at dari segi sanad dapat dibagi menjadi 6 (enam) macam,
yaitu :
1. Qirâ`at Mutawatir adalah Qirâ`at yang diriwayatkan oleh orang
banyak dari banyak orang yang tidak mungkin terjadi
kesepakatan diantara mereka untuk berbuat kebohongan. Contoh
untuk Qirâ`at mutawatir ini ialah Qirâ`at yang telah disepakati
jalan perawiannya dari imam Qirâ`at ‎Sab‟ah.
2. Qirâ`at Masyhur adalah Qirâ`at yang sanadnya bersambung
sampai kepada Rasulullah SAW. diriwayatkan oleh beberapa
orang yang adil dan kuat hafalannya, serta Qirâ`atnya sesuai
dengan salah satu rasam „Utsmani, baik Qirâ`at itu dari para
imam Qirâ`at sab‟ah, atau imam Qirâ`at ‎‟asyrah ataupun imam-
imam lain yang dapat diterima Qirâ`atnya dan dikenal di
kalangan ahli Qirâ`at bahwa Qirâ`at itu tidak salah dan tidak
syadz, hanya saja derajatnya tidak sampai kepada derajat
Mutawâtir.
Contohnya Qirâ`at yang diperselisihkan perawiannya dari
imam Qirâ`at Sab‟ah, dimana sebagian ulama mengatakan bahwa
Qirâ`at itu dirâwikan dari salah satu imam Qirâ`at Sab‟ah dan
sebagian lagi mengatakan bukan dari mereka.

17
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Dua macam Qirâ`at diatas, Qirâ`at Mutawatir dan Qirâ`at
Masyhur, dipakai untuk membaca al Qur`ân, baik dalam shalat
maupun diluar shalat, dan wajib meyakini ke-Qur`ânannya serta tidak
boleh mengingkarinya sedikitpun.
3. Qirâ`at Ahad adalah Qirâ`at ‎ yang sanadnya bersih dari cacat
tetapi menyalahi rasm „Utsmani dan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Arab. Juga tidak terkenal di kalangan imam Qirâ`at‎.
Qirâ`at Ahad ini tidak boleh dipakai untuk membaca al Qur`ân
dan tidak wajib meyakininya sebagai al Qur`ân.
4. Qirâ`at Syadzah adalah Qirâ`at yang cacat sanadnya dan tidak
bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Hukum Qirâ`at ‎
Syadzah ini tidak boleh dibaca di dalam maupun di luar sholat.
Qirâ`at Syadzah dibagi lagi dalam 5 (lima) macam, sebagai
berikut :
a. Ahad, yaitu Qirâ`at yang sanadnya shahih tetapi tidak sampai
mutawatir dan menyalahi rasam „Usmani atau kaidah bahasa
Arab.
b. Syadz, yaitu Qirâ`at yang tidak mempunyai salah satu dari
rukun yang tiga.
c. Mudraj, yaitu Qirâ`at yang ditambah dengan kalimat lain
yang merupakan tafsirnya.
d. Maudlu‟, yaitu Qirâ`at yang dinisbatkan kepada orang yang
mengatakannya (mengajarkannya) tanpa mempunyai asal usul
riwayat Qirâ`at ‎sama sekali.
e. Masyhur, yaitu Qirâ`at yang sanadnya shahih tetapi tidak
mencapai derajat mutawatir serta sesuai dengan kaidah tata
bahasa Arab dan Rasam „Utsmani.
5. Qirâ`at Maudlu‟ adalah Qirâ`at yang dibuat-buat dan
disandarkan kepada seseorang tanpa mempunyai dasar
periwayatan sama sekali.
6. Qirâ`at Syabih bil Mudraj adalah Qirâ`at yang menyerupai
kelompok Mudraj dalam hadist, yakni Qirâ`at yang telah

18
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
memperoleh sisipan atau tambahan kalimat yang merupakan
tafsir dari ayat tersebut.
D. Beberapa bembagian Qirâ`at menurut tingkatan
Berikut ini adalah pembagian tingkatan Qirâ`at ‎ para imam
Qirâ`at ‎ berdasarkan kemutawatiran Qirâ`at ‎ tersebut, para ulama
telah membaginya ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Qirâ`at yang telah disepakati kemutawatirannya tanpa ada
perbedaan pendapat diantara para ahli Qirâ`at yaitu para imam
Qirâ`at yang tujuh orang (Qirâ`at Sab‟ah)
2. Qirâ`at yang diperselisihkan oleh para ahli Qirâ`at tentang
kemutawatirannya, namun menurut pendapat yang shahih dan
masyhur Qirâ`at ‎ tersebut mutawatir, yaitu Qirâ`at para imam
Qirâ`at yang tiga; imam Abu Ja‟far, Imam Ya‟kûb dan Imam
Khalaf.
3. Qirâ`at yang disepakati ketidak mutawatirannya (Qirâ`at syadz)
yaitu Qirâ`at selain dari Qirâ`at para imam yang sepuluh
(Qirâ`at„Asyarah).
E. Mengenal Imam-Imam Qirâ`at Sab’ah
Latar Belakang Adanya Perbedaan Qirâ`at‎ seperti yang
dijelaskan diatas, Orang yang pertama menyusun Qirâ`at‎adalah salah
satu kitab Abu Ubaid Al Qasim Ibn Salam (wafat tahun 244 H).
Beliau telah mengumpulkan para imam Qirâ`at‎ dengan bacaannya
masing-masing, para tokoh lain yang turut mempelopori lahirnya
ilmu Qirâ`at‎ adalah Abu Hatim Al sijistany, Abu Ja‟far al Thabary
dan Ismail al Qadli.
Qirâ`at ini terus berkembang hingga sampailah pada Abu Bakar
Ahmad Ibn Musa Ibn Abbas Ibn mujahid yang terkenal dengan
panggilan Ibn Mujahid (wafat tahun 324 H) di Bagdad. Beliaulah
yang menyusun dan mengumpulkan ‎Qirâ`at sa‟bah atau tujuh Qirâ`at
dari tujuh imam yang dikenal di Mekkah, Madinah, Kufah, Basrah,
dan Syam. Para tujuh imam dari Qâri` tersebut adalah :

19
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
1) Ibn Amir
Nama lengkapnya Abdullah al Yashubi yang merupakan
seorang Qâdli di Damaskus pada masa pemerintahan Ibn Abd al
Malik. Beliau berasal dari kalangan tâbi‟în‎ yang belajar Qirâ`at‎ dari
al Mughirah Ibn Abi Syihab al Mahzumi, „Utsman bin „Affan dan
Rsulullah SAW. Beliau wafat tahun 118 H Damaskus. Muridnya
yang terkenal dalam Qirâ`at‎yaitu Hisyam dan Ibn Syakwan.
2) Ibn Katsir
Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibn Kastir Al
Dary al Makky. Beliau adalah imam Qirâ`at di Mekkah dari kalangan
tâbi‟în‎. Yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah Ibn Zubair,
Abu Ayyub al Anshari dan Anas Ibn Malik. Beliau wafat tahun 291
H, muridnya yang terkenal adalah Al Bazy (wafat tahun 250 H) dan
Qunbul (wafat tahun 291 H).
3) ‘Ashim Al Kufy
Nama lengkapnya „Ashim Ibn Abi Al Nujud M. Asadi disebut
juga Ibn Bahdalan dan nama panggilannya adalah Abu Bakar, beliau
seorang tâbi‟în yang wafat sekitar tahun 127-128 H di Kuffah. Kedua
perawinya yang terkenal adalah Syu‟bah (wafat tahun 193 H) dan
Hafs (wafat tahun 180 H).
4) Abu Amr
Nama lengkap beliau Abu Amr Zabban Ibn A‟la Ibn Ammar
al Bashti yang sering juga dipanggil Yahya. Beliau seorang guru
besar para râwi yang wafat di Kuffah pada tahun 154 H.
5) Hamzah al-Kufy
Nama lengkapnya Hamzah Ibn Habib Ibn Imarah al Zayyat al
Fardh al Thaimi yang sering dipanggil Ibn Imarah. Beliau berasal
dari kalangan hamba sahaya Ikrimah Ibn Rabbi‟ Muthaimi yang
wafat di Hawan pada masa khalifah Abu Ja‟far al Manshur tahun 156
H. Kedua perawinya yang terkenal adalah khalaf (wafat tahun 229 H)
dan Khallath (wafat tahun 220 H).

20
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
6) Imam Nâfi’
Nama lengkapnya Abu Ruwaim Nâfi‟ Ibn Abd Al Rahman
Ibn Abi Na‟im al Laisry. Beliau berasal dari Isfahan dan wafat di
Madinah pad tahun 169 H. Perawinya adalah Qalun (wafat tahun 220
H) dan Warassy (wafat tahun 197 H).
7) Al-Kisa`i
Nama lengkapnya Ali Ibn Hamzah. Selain imam Qâri` ‎beliau
terkenal juga sebagai imam nahwu golongan Kufah. Nama
panggilannya Abu al Hasan dan sering juga disebut Kisa`i karena
sewaktu berihram beliau memakai kisa`i. Beliau wafat pada tahun
189 H. di Ronbawyan yaitu sebuah desa di negeri Roy dalam
perjalanan menuju Khurasan bersama al Rasyid. Perawinya yang
terkenal adalah Abd al Haris (wafat tahun 242 H.) dan Al Dury
(wafat tahun 246 H).
F. Mengenal Imam Qirâ`at ‘Ashim Riwayat Hafs dan Sejarah
Penyebarannya di Nusantara
Qirâ`at „Ashim merupakan salah satu dari tujuh mazhab Qirâ`at
sab‟ah. qirâ`at ini merupakan qirâ`at yang biasa dibaca oleh
penduduk di kepulauan Nusantara dan juga dibaca mayoritas umat
Islam di dunia. Nama lengkap Imam „Ashim adalah Abu Bakar
„Ashim bin Bahzalah al `As‟adi al Kufi. Imam „Ashim merupakan
imam yang dihormati di kalangan ulama Qirâ`at yang lain karena
kepakarannya dalam bidang Qirâ`at al Qur`an. Beliau merupakan
orang yang tekun dalam melaksanakan ibadah, memiliki etika yang
terpuji dan mempunyai suara yang indah.
Beliau memiliki dua perawi (orang atau murid yang
meriwayatkan Qirâ`at) yaitu Abu Bakar Syu‟bah bin Salim al
Hannath al Asadi al Nahsyali al Kufi, lebih popular dengan sebutan
Syu‟bah dan Abu „Umar Hafs bin Sulaiman bin al Mughirah al Asadi
al Kufi. Bagaimanapun, dari keduanya itu, hanya riwayat atau
bacaan Hafs saja yang digunakan umat Islam pada saat ini.
Dalam konteks mengapa penduduk di kepulauan Nusantara
menganut Qirâ`at riwayat Hafs, ini berkaitan dengan sejarah
penyebaran Islam di kawasan ini oleh para pendakwah-pendakwah

21
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
yang dikatakan berasal dari berbagai kawasan seperti India, Persia
dan Tanah Arab. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke
kawasan ini, para pendakwah yang juga melakukan perniagaan
berasal dari kawasan Persia. Memandangkan bahawa faktor geografi
Kufah yang berdekatan dengan kawasan Persia, maka menjadi satu
hipotesis masuknya Qirâ`at „Ashim riwayah Hafs ke Nusantara
bersama-sama dengan masuknya pendakwah tersebut. Imam „Ashim
sendiri berasal dari Kuffah Irak yang merupakan gudang ilmu dan
peradaban kala itu.
Maka sangat logis jika kemudian para pendakwah dalam
menyebarkan agama Islam turut mengajarkan al Qur`an mengikut
Qirâ`at „Ashim yang memang menjadi aliran yang dominan di
masyarakat Kufah ketika itu. Ini diperkuat lagi dengan fakta bahawa
madzhab Qirâ`at yang berkembang di Iran (Persia) sekarang
mengikut riwayah Hafs. Oleh karena penyebaran Islam di kawasan
Nusantara disebarkan oleh para pendakwah-pendakwah yang berasal
dari kawasan Persi, maka dengan sendirinya sistem bacaan al Qur`an
yang digunakan adalah mengikut Qirâ`at „Ashim riwayah Hafs. Oleh
kerana itu, mengenali satu cara pengajaran dan pelajaran membaca al
Qur`an dengan menggunakan kaidah baghdadiyah yaitu satu kaidah
yang berpanduan dengan cara orang Baghdad (Kufah) dalam
mempelajari al Qur`an.
Dari premis diatas kemudian Qirâ`at „Ashim riwayat Hafs
berkembang dan dibaca di kepulauan Nusantara sampai saat ini.
Tentunya dengan memahami latar belakang dan asal mula munculnya
ilmu Qirâ`at ini, pengetahuan kita terbuka kepada satu keadaan di
mana ketika kita membaca al Qur`ân, Imam „Ashim riwayah Hafs
yang selama ini kita baca bukanlah satu-satunya Qirâ`at yang dibaca
umat Islam. Apalagi mempunyai pemikiran dengan menyalahkan dan
menganggap Qirâ`at mazhab lain salah.
Dengan begitu, ketika kita mendengar orang lain membaca al
Qur`ân dengan Qirâ`at yang asing atau pelik di telinga, maka kita
tahu bahwa orang itu membaca dengan Qirâ`at selain riwayah Hafs.
Hakikatnya, dengan mengenali dan mempelajari ilmu Qirâ`at,
tercipta di dalam hati kita satu pemikiran yang menerima keragaman

22
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
cara membaca dan tradisi yang berbeda dengan kita. Ini bermakna
ilmu Qirâ`at turut menyumbang satu pemahaman tentang pluraliti
kehidupan termasuk bagaimana kita juga bersikap terbuka terhadap
berbagai keyakinan, agama, bangsa, bahasa, budaya kaum dan lain
sebagainya, karena itu merupakan sunnatullah.

G). Contoh Qirâ`at sab’at dalam surat al Fâtihah


َ َ ُ
ِ‫اِتَث‬ِ ‫ٔرةُ اىف‬ ‫ش‬
َّ ٢ ‫ي‬
‫ٱلرِنَٰمۡح‬ ِ َ ۡ ١ ًِ ‫خي‬
َ ٍَ‫ٱۡل ٍۡ ُد ِ ََّّللِ َر ّب ٱىۡ َعٰي‬ َّ ‫ٱلرِنَٰمۡح‬
ِ ‫ٱلر‬ َّ ِ‫ٱَّلل‬ َّ
‫ِمۡسِب‬
ِ
َ ۡ ُ ‫اك ن َ ۡص َخػ‬َ َّ‫اك َج ۡػ ُت ُد ِإَوي‬َ َّ‫ إي‬٤ َ‫ٱلِي‬ ّ ‫م يَ ۡٔ ِم‬ َ َّ
‫ ٱْ ِدُا‬٥ ‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ مٰي‬٣ ًِ ‫خي‬ ِ ‫ٱلر‬
ُ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َّ َ ٰ َ َ ِ‫ٱلط َر ٰ َط ٱل ۡ ٍُ ۡص َخل‬ّ
‫ٔب‬
ِ ‫ض‬ ‫غ‬ ٍ ‫ٱل‬ ِ ‫ۡي‬ ‫د‬ ًٓ
ِ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ج‬ ٍ ‫ػ‬ ‫ج‬ ‫أ‬ َ‫ِي‬ ‫ٱَّل‬ ‫ط‬ ‫ر‬ ‫ض‬
ِ ٦ ً‫ي‬ ِ
َ ‫ٓاى‬ّ َّ َ َ ۡ ۡ َ َ
٧ ‫ِي‬ ‫غيي ًِٓ وَل ٱلض‬
Pada Surat Al Fâtihah, terdapat perbedaan Qirâ`at yang tujuh
pada ayat keempat, keenam, dan ketujuh. Perinciannya adalah
sebagai berikut;
1. Ayat yang keempat (٨‫ي‬
ً ‫دل‬
ً ‫ا‬
ٌ ً‫ يى ٍٮـ‬ًٟ ً ‫ةل‬٦‫ ) ى‬: Qirâ`at `Ashim dan Kisa‟i
akan membaca dengan menetapkan (itsbat) alif pada kalimat

‫ى‬
ً ً ‫ةل‬٦). Sedangkan Imam Qirâ`at yang lain (Nafi`, Ibnu Katsir,
Abu „Amr, Ibnu „Amir, dan Hamzah) akan membaca dengan tanpa
‫ى‬
ً ً ‫ةل‬٦‫ىك‬
(hadzf) alif. Dalil Syatibiyyah dalam bab Ummul Qur`ân: ٟ
‫ىػ)ػة ى ه‬٩( ٫ً ‫(ر)اكي‬
‫ص‬ ‫ ى‬٨‫يى ٍٮـً ادلي‬
ً ً ً
ٍ ‫ل‬
2. Ayat ketiga (٥‫ي‬
‫ل‬
ً ‫ الؿ ًظ‬٨ً ‫ )الؿمح‬dan keempat (٨‫ي‬
ً ‫دل‬
ً ‫ا‬
ٌ ً‫ يى ٍٮـ‬ًٟ ً ‫ةل‬٦‫) ى‬: Rawi

23
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

Susi membaca dengan idghâm kabir pada kalimat (٥‫ي‬


‫ل‬
ً ‫ )الؿ ًظ‬yang
disambungkan dengan (ٟ
‫ى‬
ً ً ‫ةل‬٦) sehingga dibaca dengan satu mîm
(‫ )ـ‬ter-idghâm. Pada kasus ini ada huruf mad sebelum dua huruf
serupa sehingga dibolehkan bagi Riwayat Susi untuk membaca
dengan 2, 4, atau 6 harakat seperti mad „aridl lissukun. Qirâ`at
lain akan membaca dengan idzhâr. dalil Syathibiyyah dalam
‫ى ل ى‬ ٍ ‫ى ي ى ى ٍ ى ى ى ى ى ي ٍ يي ىي ى ٍ ى ى‬
perkara ini:
‫ال‬ٛ‫ حتى‬٫ً ‫ِرْص ُّم ًذي‬
ً ‫ وؿ كابل‬٧‫ أثٮ خ‬٫‫ ًجري كرُج‬١‫الداغـ ال‬
ً ‫ ا‬ٟ٩‫كدك‬
‫اط ٍ ي ٍ ى ى‬
3. Ayat yang keenam (٥‫ي‬ًٞ ‫كذ‬٧‫ال‬
‫الِرْص ى‬ ٍ
‫ىة ًٌ ى‬٩‫ ًؽ‬٬‫ا‬ ): Qunbul dari Ibnu
‫ ) ٌ ى ى‬dengan huruf
kalimat (‫الِرْصاط‬ sin (‫)س‬
Katsir membaca ً
menggantikan atau badal untuk (‫)ص‬. Dalilnya:
‫ى ى ى ي ٍي ى ىٍ ي ىى‬ ‫ٍ ىؽ ً ى‬٪ًٔ ‫ىك‬
‫جال ًِبير أت‬٪ٞ٣ً ‫اط كالرساط‬
ً ‫ِس‬
4. Qirâ`at Hamzah membaca dengan isymam shad (‫ )ص‬kepada suara
‫ىل ى‬ ‫ى ٍ ٍ ى ل‬
zay (‫)ز‬. Dalilnya: ‫خلال ًد االكال‬
‫ى ى‬ ‫ل ى ىى‬ ‫ى ل ي ى ن‬
ً ٥٧ً ‫ كام‬ٙ‫ و‬٤‫٭ة دلل ػ‬٧‫ام‬
ً ‫كالىةد زاية‬
Imam lain membaca kalimat di atas dengan shad (‫ )ص‬murni

‫ ى‬٧ٍ ٕ‫ أى ٍج ى‬٨‫ي‬
‫ ٍ٘ ي‬٧‫ ىد ٍري ال ٍ ى‬٥ٍ ‫ىيٍ٭‬٤ٔ‫خ ى‬ ‫ى ى ل‬
sesuai dengan rasm-nya.
‫ٮب‬ ٌ ‫اذل ى‬
ً ‫ًصاط‬
5. Ayat yang ketujuh ( ً ً ً
‫ى ىٍ ٍ ىى ل‬
‫ٌ ى‬٣‫الٌآ‬ ‫ص ى‬‫) ً ى‬, Qunbul juga membaca
‫ني‬ ً ‫ كال‬٥‫ي ً٭‬٤ٔ): Pada kalimat (‫اط‬
dengan huruf sin dengan dalil yang telah disebutkan sebelum ini.
Rawi Khalaf dari Hamzah membaca dengan isymam shad ( ‫)ص‬

kepada suara zay (‫)ز‬. Sedangkan untuk dua kalimat (٥‫ي ً٭‬٤ٔ),
ٍ ٍ‫ى ى‬

24
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
perincian cara membacanya di antara para Imam Qurra` adalah
sebagai berikut:
a. Ibnu Katsir akan membaca shilah mîm jama` yaitu
mendhammahkan dan menyisipkan wawu maddiyyah setelahnya,
sehingga dibaca dua harakat ketika washal, sedangkan ketika
waqaf dibaca sukun seperti lumrahnya.
b. Riwayat Qalun juga membaca seperti Ibnu Katsir, dengan
tambahan wajah lainnya yaitu sukun seperti biasa.

ٍ ‫ى ن ى ىي ه ى‬ ٍ
Dalil untuk kedua kasus ini ialah:
‫ى ى‬ ‫ يحمى ل‬٢‫ٓ ىرجٍ ى‬٧ٍ ‫اجل ى‬ ‫ ىً ل‬٢ٍ ‫ىكو‬
‫ريقً صال‬ ‫ي‬‫ؼ‬
ً ً ً ‫ذ‬‫ث‬ ‫ٮف‬‫ل‬ ‫ة‬ٝ ‫ك‬ ‫اك‬‫ر‬ ‫د‬
ً ‫ؾ‬
‫و‬ ‫ؿ‬ ً ٥‫ي‬
ً ٦ً ٥ ً
c. Qirâ`at Hamzah membaca dlammah pada ha` (٬) dalam dua

‫ٍ ن‬ ٍ ‫ى ىٍ ٍ ىٍ ٍ ى ٍ ى ه ى ىى ٍ ي ى ن‬
kondisi: waqaf maupun washal. Dalil Syathibiyyah-nya:
‫ى‬
‫ة ىك ىم ٍٮ ًوال‬ٛٝ‫ ال ى٭ة ًء ىك‬٥ٌ‫َجيٕة ثً ى‬
ً ‫ٮ‬٧‫ محـة كدلي ً٭‬٥‫ إًحل ً٭‬٥‫ي ً٭‬٤ٔ
d. Bâqil Qurra` (Imam yang lain yang belum disebutkan) akan
membaca dengan kasrah ha` (٬) serta sukun mîm jama‟ (‫)ـ‬
sebagaimana biasa.
ٍ
Cara mengumpulkan bacaan (men-jama`);
a) Ayat pertama (٥‫ي‬
‫الؿ ٍ ى‬
‫ ل‬٨‫مح‬ ‫هلل ل‬ ٌ ‫ يؽ هلل ىر‬٧ٍ ‫احل ى‬
ً ‫الؿ ًظ‬ ً ً ‫ا‬ ‫ِمْسِب‬ ) dan kedua ( ‫ب‬ً ً ً
‫ ى‬٧‫ٍ ىٕةلى‬٣‫)ا‬
‫ني‬ ً dibaca dengan masing-masing berhenti pada ru`ûsul
ayy (ujung ayat). Pada keduanya, bacaan Imam tujuh adalah
sama.
b) Ayat ketiga (٥‫ي‬
‫ل‬ ‫ل ٍى‬ ٌ ً‫ يى ٍٮـ‬ًٟ ً ‫ةل‬٦‫ ) ى‬dibaca
ً ‫ الؿ ًظ‬٨ً ‫ )الؿمح‬dan keempat (٨‫ي‬
ً ‫دل‬
ً ‫ا‬
bersambung dan berhenti pada ujung ayat keempat. Saat
‫ى‬
membaca ayat keempat, kata (ًٟ‫ةل‬٦) dibaca hadzf terlebih -

dahulu. Cara washal ini adalah untuk menunjukkan (metode


waqaf-ibtida‟ intizhary) adanya kasus Qirâ`at pada peralihan

25
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
antara ayat ketiga dan keempat (idghâm kabir oleh Rawi Susi,
akan dijelaskan). Dengan demikian, bacaan Nafi`, Ibnu Katsir,
Duri `an Abu `Amr, Ibnu `Amir, dan Hamzah sudah terpenuhi.
c) Ayat keempat (٨‫ي‬
ً ‫دل‬
ً ‫ا‬
ٌ ً‫ يى ٍٮـ‬ًٟ ً ‫ةل‬٦‫ ) ى‬dibaca lagi, namun kali ini pada
kata (ٟ
‫ى‬
ً ً ‫ةل‬٦) dibaca dengan itsbat alif (‫)ا‬. Dengan demikian,
bacaan `Ashim dan Kisa‟i terpenuhi.
d) Ayat ketiga (٥‫ي‬
‫ل‬ ‫ل ٍى‬ ً‫ يى ٍٮـ‬ًٟ ً ‫ةل‬٦‫ ) ى‬dibaca
ٌ
ً ‫ الؿ ًظ‬٨ً ‫ )الؿمح‬dan keempat (٨‫ي‬
ً ‫دل‬
ً ‫ا‬
bersambung. Pada pertemuan kata (٥‫ي‬
‫ل‬ ‫ى‬
ً ‫ )الؿ ًظ‬dan (ًٟ ً ‫ةل‬٦) dilakukan
idghâm mîm (‫ )ـ‬akhir ayat ketiga ke dalam mîm (‫ )ـ‬awal ayat

keempat. Saat membaca ayat keempat, kata (ًٟ ‫ةل‬٦) dibaca hadzf
‫ى‬

alif (‫)ا‬. Dengan demikian bacaan Susi `an Abu `Amr sudah
terpenuhi. Ayat ketiga serta keempat sudah komplit tujuh
Qirâ`at.
‫ةؾ ى ٍ ى ي‬
e) Ayat kelima (‫نكذ ًٕني‬
‫ةؾ ىج ٍٕجي يؽ ىكإيل ى‬
‫ )إيل ى‬dibaca. Tidak ada khilaf
ً ً
‫اط ٍ ي ٍ ى‬
bacaan pada ayat ini.
‫ى‬
f) Ayat keenam (٥‫ي‬ًٞ ‫كذ‬٧‫ال‬
‫ىة ًٌ ى‬٩‫ ًؽ‬٬ٍ ‫)ا‬
‫الِرْص ى‬ dibaca dengan mula-

mula mengucapkan shad (‫ )ص‬yang murni pada kata (‫الِرْصاط‬


‫ٌ ى ى‬
ً ).
Dengan demikian, bacaan Nafi`, Al-Bazzi `an Ibnu Katsir, Abu
`Amr, Ibnu `Amir, `Ashim, dan Kisa‟i sudah terpenuhi.
‫اط ٍ ي ٍ ى‬
‫ى‬
g) Ayat keenam (٥‫ي‬ًٞ ‫كذ‬٧‫ال‬
‫الِرْص ى‬ ٍ
‫ىة ًٌ ى‬٩‫ ًؽ‬٬‫ا‬ ) dibaca ulang dengan
‫) ٌ ى ى‬. Ini bacaan Qunbul `an Ibnu
huruf sin (‫ )س‬pada kata (‫الِرْصاط‬ ً
Katsir.

26
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ى‬
h) Ayat keenam (٥‫ي‬ًٞ ‫كذ‬٧‫ال‬
‫اط ٍ ي ٍ ى‬ ٍ
‫ىة ًٌ ى‬٩‫ ًؽ‬٬‫ا‬
‫الِرْص ى‬ ) dibaca lagi, kali ini

dengan isymam shad (‫ )ص‬pada suara zay (‫ )ز‬pada kata


‫ٌ ى ى‬
(‫الِرْصاط‬
ً ). Ini melingkup bacaan Hamzah sehingga selesailah
semua bacaan tujuh Qirâ`at di ayat keenam.
ٍ ٍ ‫ىى‬ ‫ي‬ ٍ ‫ى ى ل ى ىٍى ٍ ى ى ىٍ ٍ ى ٍ ٍى‬
i) Ayat ketujuh ( ٥‫ي ً٭‬٤ٔ ‫ٮب‬
ً ٌ٘٧‫ري ال‬ً ‫ د‬٥‫ي ً٭‬٤ٔ ‫خ‬٧ٕ‫ أج‬٨‫اذلي‬
ً ‫ًصاط‬
‫ىى ل‬
‫ٌ ى‬٣‫الٌة‬
‫ني‬ ً ‫ )كال‬dibaca lima kali dengan urutan rincinya:
1) Dibaca sesuai dengan rasm. Dengan ini terkumpul bacaan Nafi`,
Abu `Amr, Ibnu `Amir, `Ashim, dan Kisa‟i.
ٍ ٍ‫ى ى‬
2) Dibaca dengan silah mîm jama‟ pada dua kata (٥‫ي ً٭‬٤ٔ). Dengan
demikian, bacaan Qalun `an Nâfi‟ (wajah kedua), Al Bazzi `an
Ibnu Katsir terpenuhi.
ٍ ٍ‫ى ى‬
3) Dibaca dengan dlammah ha‟ (٬) pada kedua kata (٥‫ي ً٭‬٤ٔ) sebagai
bacaan Khallad `an Hamzah.
4) Dibaca dengan sîn (‫ )س‬pada kata (‫صاط‬
‫ى ى‬
ً ) serta silah mîm jama`
ٍ ٍ‫ى ى‬
pada kedua (٥‫ي ً٭‬٤ٔ) sebagai bacaan Qunbul `an Ibnu Katsir.

5) Dibaca dengan isymam shad (‫ )ص‬kepada suara zay (‫ )ز‬pada kata

(‫صاط‬
‫ى ى‬ ٍ ٍ‫ى ى‬
ً ) serta dlammahnya ha‟ (٬) pada kedua kata (٥‫ي ً٭‬٤ٔ)
sebagai bacaan Khalaf `an Hamzah.
Cara membaca yang dirinci di atas disebut juga dengan istilah
Jama` Kubra untuk Qirâ`at Sab`ah dari Thariq Asy Syathibiyyah.
Dengan metode ini (kaidah jama` yang dirumuskan oleh Syaikh As
Syafaqasi) selesailah tujuh macam bacaan pada Surat Al-Fatihah.
Harap dicatat bahwa pembacaan Qirâ`at dengan jama’
adalah guna majelis pembelajaran (bukan untuk digunakan

27
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
shalat ataupun bacaan Al Qur`ân yang menjadi bagian dari
suatu syarat ibadah spesifik). Kaidah jama‟ ini dilakukan setelah
talaqqi riwayat per riwayat, Qirâ`at satu per satu untuk kemudian
barulah diperbolehkan menggabungkan semua Qirâ`at yang telah
dipelajari dalam sekali membaca sebagai bentuk pelengkap
penguasaan Qirâ`at.
Rujukan:
1. Hirzul Amâni wa Wajhut Tahâni
2. Ibraz Ma`âni min Hirzil Amâni
3. Al Minahul Ilâhiyyah fî Jamî`i Al Qirâ`at As Sab`i min
Tharîq Asy Syathibiyyah
4. Ghunyah Ath Thalabah fî Taisiris Sab`ah
5. Kaidah Qirâ`at Tujuh
6. Manhâj Qirâ`at 10
H). Hikmah Qirâ`at Sab’ah
Hikmah yang dapat diambil dengan kejadian turunnya Al
Qur`ân dengan tujuh huruf adalah sebagai berikut:
1. Mempermudah ummat Islam khususnya bangsa Arab yang
dituruni Al Qur`ân, sedangkan mereka memiliki beberapa dialeks
(lahjah) meskipun mereka bisa disatukan oleh sifat ke
Arabannya.
2. Sebagai mu‟jizat al Qur`ân dari sisi lughawi (bahasa) bagi
bangsa Arab. Karena beragamnya dialek diantara suku-suku
Arab.
3. Mu‟jizat al Qur`ân dari segi makna dan penggalian hukum.
Karena berubahnya bentuk lafadz adalah sebagaian huruf akan
menghasilkan produk hukum yang dapat berlaku dalam setiap
masa. Oleh karena itu, para fuqahâ` dalam istinbat (penyimpulan
hukum) dan ijtihad berhujjah dengan Qirâ`at bagi ketujuh huruf
ini. (2

2). Al-Qaththan, Manna‟, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, Litera Antar Nusa, Bogor, 1992,
hlm. 248

28
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
4. Menyatukan umat Islam dalam satu bahasa yang disatukan
dengan bahasa Quraisy yang tersusun dari berbagai bahasa
pilihan dikalangan suku-suku bangsa Arab yang berkunjung ke
Makkah pada musim haji dan lainnya.

I). Penutup Kesimpulan


Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa jumhûr ulama
dalam masalah ini cenderung mengambil jalan akomodatif, dengan
tidak membenarkan pendapat yang menyatakan mushaf Utsmani
hanya memuat satu huruf, juga tidak membenarkan pendapat yang
menyatakan bahwa mushaf „Utsmani sudah mencakup keseluruhan
sab‟at ahruf. Dari pandangan ini jumhûr terlihat ambivalen, dimana
pada satu sisi mereka tidak membenarkan pendapat yang menyatakan
bahwa mushaf „Utsmani telah mencover keseluruhan sab‟at ahruf, ini
berarti ada bagian dari sab‟at ahruf yang dihilangkan, namun pada
sisi lain mereka juga tidak membenarkan pendapat al Thabari yang
menyatakan bahwa mushaf „Utsmani hanya memuat satu huruf saja.
Padahal argumentasi al Thabari mengenai permasalahan ini selaras
dan dapat dipertanggung jawabkan secara historis.
Dari sini dapat dipahami bahwa turunnya al Qur`ân dalam
berbagai variasi bacaan (sab‟at ahruf), sifatnya kontekstual dan
bukan suatu yang normatif. Hal ini dapat diketahui dari konteks
turunnya di Madinah yang awalnya berfungsi sebagai keringanan dan
kemudahan bagi umat Islam yang saat itu terdiri dari berbagai
qabilah dengan beragam bahasa dan dialek, yang hal itu tidak terjadi
di Mekkah karena umat Islam masih minoritas dan tidak
membutuhkan adanya variasi bacaan al-Qur`ân.
Walallu A‟lam Bi Shawâb .......

29
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ْ ُ ُ ْ ُ ََ
‫ارج الصو ِف‬ ِ ‫م‬
MAKHRAJ-MAKHRAJ HURUF

Al Qur`ânul Karim adalah Kalamullah (Firman Allah) yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril.
Al Qur`ân merupakan mu‟jizat terbesar bagi kaum muslimin yang
menjadi sumber segala ilmu, baik aqidah, fiqh, nahwu, dan penjelas
serta pembantah bagi orang yang berbuat durhaka. Bahkan Al Qur`ân
pun dapat menjadi obat dan rahmat yang tiada tara. Dan membaca Al
Qur`ân merupakan ibadah.
Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan kaum muslimin untuk
dapat membaca Al Qur`ân dengan tartil.
Allah Jalla wa „ala berfirman,
‫ى ن‬ ‫ٍي‬
‫ ٍؿ ىءاف د ٍؿ ًتيٍال‬ٞ٣‫ ا‬٢ً ‫ىك ىرد‬
“Dan bacalah Al Qur`ân itu dengan tartil” (Al Muzammil :4).
‫لٍ ى ن‬
Dan Firman-Nya :
‫ى يةق د ٍؿ ًتيٍال‬٪٤‫ىك ىرد‬
“…Dan kami membacanya dengan teratur” (Al Furqân :32).
Maka wajib bagi kita untuk membaca Al Qur`ân sesuai dengan
apa yang telah Allah SWT. turunkan. Dan tidaklah mungkin seorang
muslim dapat membaca Al Qur`ân dengan tartil (disertai dengan
hukum-hukumnya) kecuali dengan belajar ilmu tajwid. Dan salah
satu pembahasan yang penting dalam ilmu tajwid adalah pembahasan
tentang makharijul huruf, yang dengan mempelajari ilmu tersebut
kita dapat membedakan satu huruf dengan huruf yang lainnya.
Bahwa al Qur`ân diturunkan dan -kemudian- ditulis dalam
bahasa Arab adalah sesuatu yang sudah maklum. Akan tetapi, bahasa
Arab yang selanjutnya menjadi bagian dari al Qur`ân tersebut tidak
boleh dibaca sebagaimana membaca teks-teks berbahasa arab pada
umumnya. Setiap huruf dari bahasa al Qur`ân memiliki sifat serta
makhraj tertentu yang harus diikuti dan dipenuhi ketika dibaca. Tidak

30
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
memenuhi sifat dan makhraj tersebut jika sampai mengubah makna,
maka itu berdosa. Hal ini telah disinyalir oleh sabda Rasulullah
SAW: "Banyak orang yang membaca al Qur`ân tetapi al Qur`ân
(yang dibaca) justru melaknatnya." Akan tetapi jika tidak sampai
mengubah makna maka hal itu dianggap sebagai mengurangi
kesempurnaan al Qur`ân.
Adanya sifat dan makhraj bagi bahasa al Qur`ân ini sekaligus
menjadi peringatan keras bagi kita bahwa (bahasa) al Qur`ân tidak
bisa dengan seenaknya ditransliterasikan ke dalam bahasa manapun -
-termasuk bahasa Indonesia-- untuk kemudian dijadikan pedoman
dalam membaca al Qur`ân. Karena bagaimanapun juga, bahasa
Indonesia (dan bahasa-bahasa lain) tidak memiliki aturan tertentu
dalam pengucapannya sebagaimana aturan yang dimiliki oleh bahasa
al Qur`ân. Contoh paling sederhana, misalnya huruf ‫ت‬. Jika ‫ت‬
ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia, maka huruf yang
dianggap sesuai adalah “T”. Sebagaimana kita diketahui bahwa
dalam mengucapkan huruf “T”, tidak ada aturan tertentu yang
mengaturnya, selain sepanjang dapat ditangkap oleh pendengar. Hal
tersebut --sepanjang dapat ditangkap oleh pendengar-- berbeda
dengan huruf ‫ت‬. Di dalam mengucapkan huruf ‫ت‬, selain kita harus
menyentuhkan ujung lidah pada pangkal gigi depan atas (bagian
dalam) juga nafas kita harus keluar. Baik ketika huruf ‫ ت‬tersebut
difathah, didlammah, dikasrah maupun disukun.
Begitulah al Qur`ân diturunkan dan kemudian diajarkan. Sejak
zaman Rasulullah (shahabat), tâbi‟în‎, tabi‟it tâbi‟în‎ hingga umat
Islam pada zaman sekarang. Sehingga jika ada orang yang membaca
al Qur`ân dengan tanpa mengikuti kaidah atau aturan tertentu
sebagaimana ketika al Qur`ân diturunkan, maka pembacaan itu perlu
diluruskan. Dengan demikian, menguasai huruf-huruf al Qur`ân
sebelum belajar membaca al Qur`ân adalah sebuah keniscayaan yang
tidak boleh ditinggalkan, jika kita tidak ingin disebut sebagai orang
yang mengurangi kesempurnaan al Qur`ân atau bahkan orang yang

31
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
akan mengubah makna al Qur`ân. Di bawah ini, dengan sederhana,
dibawah ini telah disajikan keterangan tentang huruf-huruf al Qur`ân
baik yang berkaitan dengan makhraj, sifat maupun cara
pengucapannya.
Makhraj secara bahasa adalah tempat keluarnya sesuatu.
Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid adalah tempat keluarnya huruf
dan perbedaan satu dengan yang lainnya.

Dan telah terjadi khilaf (perselisihan) diantara para ulama tentang


jumlah makharijul huruf.
1. 29 Makhraj, karena semua huruf mempunyai tempat keluar yang
khusus . Mereka berdalih bahwasanya kalau masing-masing
huruf itu tidak ada makhraj khusus, maka tidak bisa dibedakan
antara satu dengan yang lainnya.
2. 17 Makhraj, ini adalah pendapatnya madzhab jumhur
diantaranya Imam Ibnul Jazary, Kholil bin Ahmad Al Farahidiy.
3. 16 Makhraj, dengan membuang makhraj rongga mulut (Al Jauf)
mereka menjadikan “alif” sama keluarnya dengan “hamzah”,
“ya” di tengah lisan dan “wawu” di kedua bibir. Dan ini adalah
pendapatnya imam Sibawaih dan Asy Syathibi.

32
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
4. 14 Makhraj, dengan membuang makhraj Al jauf ( rongga mulut)
dan menjadikan huruf “lam”, “ro‟” dan “nûn ” satu makhraj
dan ini adalah pendapatnya Ibnu Kaisan, Qurthub, Al Jarmy,
Ibnu Ziyad dan Al Fara‟.
Dari pendapat-pendapat diatas yang rajih adalah pendapat
jumhur, yang kemudian kita pakai pada pembahasan ini. Kemudian
dari 17 makhraj ini terbagi menjadi lima bagian, yaitu:
1) Al Jauf (rongga mulut), yakni celah panjang yang berada di
belakang tenggorokan sampai ke mulut. Keluar huruf-huruf mad
yaitu ‫ ا ك م‬Terkumpul dalam kalimat :
‫ي ى ي ى ى يى ي ى‬
‫ ًن‬٩‫ أجتة ًدلٮ‬- ‫ة‬٪‫ًح‬٩‫ أك‬- ‫ٮظي٭ة‬
ً ٩
2) Al Halq (tenggorokan) , yang terbagi menjadi 3 bagian:
1. Tenggorokan bagian bawah, keluar huruf ‫ ء‬dan ‫ ـه‬
ٍ‫ى ي ى‬
‫ أ ًإ أ ثأ‬: Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, istifâl,
infitâh, ishmât. Cara pengucapannya: mulut terbuka lebar, suara
tidak boleh dibesarkan dan tidak boleh dibaca "o".
‫ آأن أى ًخلةن‬٥٤ً ٍ‫ب‬٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ئ‬
‫آأن أىخلى ٍ ى‬
ً
ً
‫ٍ ٍ ى ن ى‬ ٍ ‫ى ن ى‬
‫ ن٭ة‬٤ً ٬ ‫ة‬٬‫ة‬٬ ٥ً ٤ً ‫٭‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ىة‬٪‫ ى٭٭‬٤ً ٬ ‫ة‬٬‫ة‬٬
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
٫‫ػ ثى‬٬ ‫ػ‬٬ً ٬ : Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah,
istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: suara besar dan nafas
keluar.

33
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

2. Tenggorokan bagian tengah, keluar huruf ‫ ح‬dan ‫ع‬


‫ي‬ ‫ى‬
ٍٓ ‫ ع ًع ع ىب‬: Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: jahr, istifâl,
infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas tertahan, suara
seperti bindeng, jangan dibaca 'nga'.
ٍ ٍ ٍ
‫ نٕة‬٤ً ٔ‫ ىَع نَع ى‬٥ً ٤ً ٕ٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ ىٕٕ ى‬٤ً ٔ‫ىَع نَع ى‬
ٍ ‫ى ن ى ى ٍ ى ى ٍي‬
‫ نعة‬٤ً ‫ةظة ىظ‬ ‫ ىظ ن‬٥٤‫ع‬
ً ً ٧‫ ال‬٨٦ً ٨‫عع‬٤ً ‫ظةظة ظ‬
‫ىح ًح يح ثى ٍط‬ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: hams,
rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmat. Cara pengucapan:
bersih (tidak ada getar di tenggorokan), nafas keluar.

3. Tenggorokan bagian atas, keluar huruf ‫ غ‬dan ‫خ‬


ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
ٖ‫غ ًغ غ ىب‬ : Makhraj: ujung tenggorokan. Sifat: jahr, rakhâwah,

isti'lâ`, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas (agak)


tertahan; suara besar, mulut mecucu (baik ketika
difathah, dikasrah, didlammah maupun disukun),
ketika dibaca sukun suara tidak boleh dipantulkan.
‫ٍ ٍ ى ن ى ن‬ ٍ‫ى ن ى ى‬
‫٘ة‬٤ً ٗ ‫ اغاغ‬٥ً ٤ً ٘٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫٘٘ ى‬٤ً ٗ ‫اغاغ‬
‫ى ن ى ن‬ ٍ ٍ ٍ ‫ى ن ى ى‬
‫ؼة‬٤ً ‫ ػةػة ػ‬٥ً ٤ً ‫ؼ‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ؼؼ ى‬٤ً ‫ػةػة ػ‬
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
‫خ خ ًخ ثىغ‬ : Makhraj: ujung tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah,
isti'lâ`, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: ada getar
(ngorok) di tenggorokan, mulut mecucu (baik ketika
difathah, dikasrah, didlammah maupun disukun) dan
nafas keluar.

34
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
3) Al Lisaan (lisan/lidah), dibagi menjadi 10 bagian :
1. Pangkal lisan dengan langit-langit atas, keluar huruf ‫ؽ‬
‫ٍ ٍ ى ن ى ن‬ ٍ‫ى ن ى ى‬
‫ة‬ٞ٤ً ٝ ‫ة‬ٝ‫ة‬ٝ ٥ً ٤ً ٞ٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ ى‬ٞٞ٤ً ٝ ‫ة‬ٝ‫ة‬ٝ
‫ي‬ ‫ى‬
ٍٜ ‫ؽ ًؽ ؽ ىب‬ : Makhraj: pangkal lidah sebelah atas, sangat dekat
tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, infitâh,
ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan;
mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah,
didlammah maupun disukun), ketika dibaca sukun
suara harus dipantulkan.

2. Bawah pangkal lisan dengan langit-langit atas, keluar huruf ‫ؾ‬


‫ى ن ى ى ٍ ى ى ٍي ٍ ى ن ى ن‬
‫لكاك‬
ً ‫ كك‬٥ً ‫ك‬
ً ٧‫ ال‬٨٦ً ٨‫س‬١‫لك‬
ً ‫كك‬
ٍ
ٟ‫ىؾ ًؾ يؾ ثى‬ : Makhraj: pangkal lidah di bawah makhraj qaf. Sifat:
syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât. Cara
pengucapan: nafas keluar (baik ketika difathah,
dikasrah, didlammah maupun disukun), ketika dibaca
sukun suara tidak boleh dipantulkan, hanya keluar
suara mendesisnya saja.

3. Tengah lisan dengan langit-langit atas, keluar huruf ‫ش‬, ‫ م‬dan ‫ج‬
ٍ ‫يى ٍ ى‬٤‫يىةينة يى‬
‫ينة‬٤ً ‫ يىةينة ي ى‬٥ً ٤ً ٍ‫ي‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ني‬ ً
ٍ
ٍ ‫ى ن ى ى ٍ ى ى ي‬
‫ نضة‬٤ً ‫ةصة ىص‬ ‫ ىص ن‬٥٤‫ض‬
ً ً ٧‫ ال‬٨٦ً ٨‫ضض‬٤ً ‫صةصة ص‬
‫ٍ ٍ ى ى ى ن‬ ٍ ‫ى ن ى ى‬
‫نة‬٤ً ‫ مةمة م‬٥ً ٤ً ‫ن‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫نن ى‬٤ً ‫مةمة م‬

35
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ٍ ‫ ىم م يم ى‬: Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit. Sifat: jahr,


‫َب‬ ً
rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan:
suara tidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh
setelah harakat fathah jangan dibaca 'ae', tapi 'ai'.

‫ىج ًج يج ثى ٍش‬ : Makhraj: tengah lidah menempel langit-langit. Sifat:


jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara
pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda
dengan "ja" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
Jawa), ketika disukun harus dipantulkan.

36
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
‫ش ًش ش بىل‬ : Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit. Sifat:
hams, rakhawâh, istifâl, infitâh, ishmât, tafasysyi.
Cara pengucapan: suara tebal dan nafas keluar.
4. Salah satu tepi lisan sampai pada ujungnya berpapasan dengan
langit-langit atas, keluar huruf ‫ؿ‬
‫ٍ ٌ ى ن ى ن‬ ٍ‫ى ن ى ى‬
‫ال‬٤ً ‫ الال ل‬٥ً ٤ً ٪٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ ى‬٤٤٤ً ‫الال ل‬
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
٢‫ ؿ ًؿ ؿ ثى‬: Makhraj: kanan kiri lidah hingga ujungnya. Sifat: jahr,
istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: keluar nafas,
suara jangan dibesarkan.
5. Tepi lisan bertemu dengan gigi geraham dan langit langit atas,
keluar huruf ‫ض‬
‫ ن‬٤ً‫ةًة ى‬
‫ ىً ن‬٥٤ٌ ٍ ‫ى ن ى ى ٍ ى ى ٍي‬
‫ٌة‬ ً ً ً ٧‫ ال‬٨٦ً ‫ة‬٪ٌٌ٤ً ً ‫ًةًة‬
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
‫ ض ًض ض ثىي‬/ Makhraj tepi lidah (kanan/kiri) dengan (menyentuh)
gigi geraham. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq,
ishmât, istithâlah. Cara pengucapan: nafas ditahan
(tidak boleh keluar), suara besar, mulut mecucu
(baik ketika difathah, dikasrah, didlammah maupun
disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh
dipantulkan.
6. Ujung lisan di bawah makhraj ‫ ؿ‬bertemu dengan bagian atas dari
langit-langit atas, keluar huruf ‫ف‬
‫ٍ ٌ ى ى ل‬ ‫ى ل‬٪٤‫ى‬٩ ‫نة‬٩‫ىة‬٩
‫نة‬٪٤ً ٩ ‫ة‬٩‫ة‬٩ ٥ً ٤ً ٪٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫نن‬ ً
‫ي‬ ‫ى‬
٨ٍ ‫ ف ًف ف ىب‬: Makhraj: ujung lidah agak ke dalam di bawah makhraj
lam. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, ghunnah. Cara

37
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
pengucapan: suara jangan dibesarkan, ketika disukun
jangan dipantulkan.

7. Punggung lisan dengan gusi atas, keluar huruf ‫ر‬


‫ ىر ى‬٥‫ ٍؿل‬٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ارا لرل ىؿ ٍر ىف‬
‫ارا لرل ً نؿا‬ ‫ىر ى‬
ًً ً
‫ ىر ًر ير ثى ٍؿ‬: Makhraj: ujung lidah sedikit lebih ke dalam daripada nûn .
Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, inhirâf, takrîr, tafkhîm
dan tarqîq. Cara pengucapan: ketika berharakat fathah,
dlammah dan berharakat sukun yang didahului oleh huruf
berharakat fathah/dlammah harus dibaca tebal (mulut
mecucu). Ketika berharakat kasrah dan ketika berharakat
sukun yang jatuh setelah huruf yang berharakat
kasrah/jatuh setelah ya' sukun harus dibaca tipis (mulut
mecécé).
8. Ujung lisan dengan antara ujung dua gigi atas dan bawah (dengan
tetap ada lubang (celah) diantara keduanya yaitu antara ujung lisan
dan 2 gigi atas dan bawah), keluar huruf ‫ص‬, ‫ س‬dan ‫ز‬

‫ نكة‬٤ً ‫ةقة ىق‬ ‫ ىق ن‬٥٤‫ ٍك‬٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ ٨‫ ىك ٍك ى‬٤‫ةقة ىق‬ ‫ىق ن‬
ًً ً ً
‫ػـا‬ ‫ ىز ن‬٥‫ ٍـل‬٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ ‫ازا ىزل ىـ ٍز ىف‬
‫ ن‬٣ً ‫ازا ىز‬ ‫ىز ن‬
ًً ً ً
‫ ىو ن‬٥٤‫ ٍى‬٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ ٨‫ ىى ٍى ى‬٤‫ةوة ىو‬
‫ نىة‬٤ً ‫ةوة ىو‬ ‫ىو ن‬
ًً ً ً
‫ىس ًس يس ب ى ٍف‬ : Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang)
bawah. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât,
shafîr. Cara pengucapan: nafas keluar, harus dibaca
tipis (mulut mecécé).

‫ ىز ًز يز ثى ٍـ‬: Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah.
Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr. Cara

38
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar),
ketika dibaca sukun suara tidak boleh dipantulkan.

‫ ىص ًص يص ثى ٍه‬: Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang)


bawah. Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq,
ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar, suaranya
tipis dengan mulut mecucu (baik ketika difathah,
dikasrah, didlammah maupun disukun).
9. Ujung lisan bertemu dengan pangkal dua gigi atas, keluar huruf
‫ط‬, ‫ د‬dan ‫ت‬
‫ٍ ٍ ى ن ى‬ ‫ذى ٍ ى‬٤‫دىةدنة دى‬
‫ذنة‬٤ً ‫ دةدة د‬٥ً ٤ً ‫ذ‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ْت‬ ً
‫ٍ ٍ ى ن ى‬ ‫ى ن ى ٍ ى‬
‫ دادا د ً ندلا‬٥ً ً ‫ؽل‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫دادا د ً ىدلدف‬
‫ نُة‬٤ً َ‫ةَة ى‬ ‫ ىَ ن‬٥٤ٍُ ٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ ىُ ٍُ ى‬٤َ‫ةَة ى‬ ‫ىَ ن‬
ًً ً
‫ي‬
ٍ ‫ت ثى‬ ‫ى‬
‫خ‬ ‫ ت ًت‬: Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi
atas bagian dalam. Sifat: syiddah, hams, istifâl,
infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas harus keluar,
baik ketika hidup maupun ketika dibaca sukun.
Berbeda dengan "ta" dalam bahasa Indonesia
maupun Jawa. Hati-hati!
ٍ ‫ى ي‬
‫د ًد د ثىؽ‬ : Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas
bagian dalam. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât,
qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh
keluar, berbeda dengan "da" dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa Jawa), dan ketika dibaca sukun suara
harus dipantulkan.

ٍٍ ‫ ىط ًط يط ىب‬: Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas


bagian dalam. Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, ithbâq,

39
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak
boleh keluar); mulut mecucu (baik ketika difathah,
dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca
sukun suara harus dipantulkan.

10. Ujung lisan bertemu dengan ujung dua gigi atas, keluar huruf ‫ث‬
, ‫ ذ‬dan ‫ظ‬
‫ٍ ٍ ى ن ى ن‬ ‫سى ٍ ى‬٤‫زىةزنة زى‬
‫سة‬٤ً ‫ زةزة ز‬٥ً ٤ً ‫س‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ْث‬ ً
‫ن‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ٍ ٍ ٍ
‫ى ن ى ى ى‬
‫ ذاذا ذ ًذلا‬٥ً ً ‫ؾل‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ذاذا ذ ًذلذف‬
‫ٍ ٍ ى ن ى ن‬ ٍ ‫ى ن ى ى‬
‫ْة‬٤ً ّ ‫ ّةّة‬٥ً ٤ً ْ٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ْْ ى‬٤ً ّ ‫ّةّة‬
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
‫ ث ًث ث ثىر‬: Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas.
Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara
pengucapan: nafas keluar, mulut melebar .
ٍ ‫ى ي‬
‫ ذ ًذ ذ ثىؾ‬: Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas. Sifat:
jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan:
nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca
sukun suara tidak boleh dipantulkan.
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
ِ‫ ظ ًظ ظ ىب‬: Makhraj: ujung lidah menempel pada ujung dua gigi
atas. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. Cara
pengucapan: nafas agak tertahan (tetap ada yang
keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika
difathah, dikasrah, didlammah maupun disukun), ketika
dibaca sukun suara tidak boleh dipantulkan.

4) Asy Syafataan (kedua bibir), yang terbagi menjadi 4 bagian :

40
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
1. Perut bibir bawah bertemu dengan ujung dua gigi atas, keluar
huruf ‫ؼ‬
‫ٍ ٍ ى ن ى ن‬ ٍ‫ى ن ى ى‬
‫ة‬ٛ٤ً ٚ ‫ة‬ٚ‫ة‬ٚ ٥ً ٤ً ٛ٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ٨‫ ى‬ٛٛ٤ً ٚ ‫ة‬ٚ‫ة‬ٚ
ٍ ‫ي‬ ‫ى‬
ٙ‫ؼ ًؼ ؼ ىب‬ : Makhraj: ujung gigi atas menempel pada bibir
bawah sebelah dalam. Sifat: hams, rakhâwah,
istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: nafas
keluar.
2. Bertemunya antara bibir atas dan bawah dengan sedikit menekan,
keluar huruf ‫ب‬
ٍ ‫جى ٍ ى‬٤‫ثىةثنة ثى‬
‫جنة‬٤ً ‫ ثىةثنة ثى‬٥ً ٤ً ٍ‫ج‬٧‫ ال ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫ب‬ ً
ٍ ‫ب ثى‬
‫ىب ب ي‬
‫ت‬ ً : Makhraj: dua bibir menempel. Sifat: jahr, syiddah,
istifâl, infitâh, idzlâq, qalqalah. Cara pengucapan:
nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ba"
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan
ketika disukun harus dipantulkan.
3. Bertemunya antara bibir atas dan bawah dengan menekan sedikit
lebih ringan, keluar huruf ‫ـ‬
‫ ن‬٦‫ ى‬٥٤٧ٍ ٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ ٨‫ ى‬٧ٍ ٧‫ ى‬٤‫ة ىم‬٦‫ة‬
‫ة‬٧‫ ن‬٤ً ‫ة ىم‬٦‫ة‬ ‫ ن‬٦‫ى‬
ًً ً ً
٥ٍ ‫ىـ ـً يـ ىب‬ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ghunnah.
Cara pengucapan: bibir menempel (jawa: mingkem),
suara jangan dibesarkan.
4. Bertemunya bibir atas dan bawah namun ada sedikit rongga
(mulut terbuka), keluar huruf ‫ك‬

41
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ ىك ن‬٥ً‫ ٍٮل‬٧‫ ال ٍ ي‬٨‫ ى‬٦ً ‫اكا ىكل ً ىٮ ٍك ىف‬
‫اكا ىكل ً نٮا‬ ‫ىك ن‬
ً
‫ىك ًك يك ثى ٍٮ‬ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh,
ishmât. Cara pengucapan: bibir terbuka; suara tidak boleh
dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah
jangan dibaca 'ao', tapi 'au'.
5) Al Khaysyuum (Batang hidung), keluar sifat ghunnah (
dengung), yaitu mîm (‫ )م‬dan nûn (‫ )ن‬yang bertasydid,
urutannya ada 5 yaitu:
1. Syiddah
2. Naaqis
3. bighunnah
4. Ikhfa`
5. Sukun Berharakat.

Perhatian:
Hakikat makhraj (‫( )َمؿج‬tempat keluarnya huruf), harus
diketahui dan dipraktekkan dengan benar. Oleh sebab itu belajarlah
pada guru yang ahli, dengarkan dengan baik terlebih memperhatikan
dengan cermat tingkah keluarnya huruf, supaya jelas.

42
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

43
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ُ ُ ُ َ
‫وف‬
ِ ‫ِضكات الص‬
SIFAT-SIFAT HURUF

Setelah mempelajari Makharijul huruf, belumlah cukup jika


tidak dilanjutkan dengan mempelajari sifat-sifat huruf. Karena sangat
mungkin, seseorang dapat mengucapkan huruf ‫( ب‬ba‟) pada lafadz
‫ل ى ى٭ت ىكدى ل‬
‫ت‬ ‫و‬ dengan tepat sebagaimana makhrajnya, namun bacaan
tersebut belum bisa dikatakan benar dan sempurna, sehingga harus di
ucapkan sesuai dengan salah satu sifatnya, yaitu qalqalah.
Oleh karena itu, tujuan utama mempelajari sifat-sifat huruf
adalah agar setiap huruf yang kita ucapkan, sesuai dengan hurufnya
baik tempat keluarnya maupun sifatnya.
Sifat-sifat huruf secara umum dibagi menjadi 2 :
a. Sifat Lazimah, yaitu sifat bacaan yang menetap pada satu
persatunya huruf.
b. Sifat „Aridlah, yaitu sifat bacaan yang baru datang, yang timbul
dari sifat lazimah, seperti sifat tarqîq, tafkhim, ghunnah dan
yang lainya.

Sifat-sifat huruf huruf yang lazimah terbagi menjadi dua bagian:

A. SIFAT YANG MEMILIKI LAWAN


I. Segi Nafas
1. Sifat Hams adalah huruf yang samar, artinya suara yang keluar
bersamaan dengan nafas (mendesis). Huruf yang bersifat hams ada
10 yang terkumpul pada lafadz :
‫ى ىلي ى ٍ ه ى ى‬
ٍ ١
‫خ‬ ‫ مؼه ق‬٫‫عس‬ٚ
2. Sifat Jahr adalah huruf yang terang atau jelas (Transparan),
artinya suara huruf yang keluar terang, jelas dan nafasnya tertahan
tidak keluar atau tidak disertai dengan mendesis, huruf yang

44
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
memiliki sifat jahr ada 18 yang terkumpul pada ucapan orang arab
:
‫ى ى‬٤َ‫ىةرئ ذل ىٗ ٍّي ىص لؽ ى‬ٝ ‫ ىك ٍز ىف‬٥‫خ ٍْ ى‬.
‫ت‬
‫ى‬
ً ‫ً و‬
II. Segi suara
1. Sifat Syiddah adalah huruf yang kuat bertenaga, artinya suara
ketika dikeluarkan akan tertahan/habis dan tidak bisa
memanjangkan suaranya, huruf yang memiliki sifat Syiddah ada 8

‫ى ي ى ٌّ ى ى‬
yang terkumpul pada lafadz :
ٍ‫سخ‬ ‫أ ًصؽ رٍ ث‬.
2. Sifat Rakhâwah adalah huruf yang lunak atau kendor, artinya
suara yang keluar tidak tertahan atau tidak habis ketika langsung
diucapkan dan bisa memanjangkan suaranya. huruf bersifat
Rakhâwah ada 15 yang terkumpul pada perkataan orang persi :
‫ي ٍ ل ى ٍّ ى ل ى ٍ ي ى ل ى‬
‫ي مٮص زم قةقو‬ٚ ِ‫ػؾ ًٗر ظ‬
3. Sifat Bainiy adalah huruf yang sifatnya diantara syiddah dan
rakhâwah, artinya suara yang dikeluarkan dari huruf-huruf ini
tidak tertahan dengan sempurna dan tidak bisa lepas dengan
sempurna. Hurufnya ada 5 yang terkumpul pada lafadz : ‫ؿ‬٧‫ خ‬٨٣ً
‫ٍ ي ىي‬
Keterangan:
a. Perbedaan sifat jahr dan syiddah adalah tidak keluarnya nafas
dan suara, kalau jahr tidak keluar nafasnya, kalau syiddah tidak
keluar suaranya.
b. Perbedaan sifat hams dengan rakhâwah keluarnya nafas dan
suara, klau hams yang keluar nafasnya, kalau rakhâwah yang
keluar suaranya.

45
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
III. Segi Pangkal Lidah
1. Sifat Isti’lâ` adalah huruf yang tinggi, artinya ketika diucapkan
lidanya akan naik kelangit-langit atas. Hurufnya ada 7 terkumpul
ٍ ٍ ‫ى‬ ‫ي ل‬
pada lafadz : ًِٝ ٍ
‫ػه ً٘ و‬
2. Sifat Istifâl adalah huruf yang rendah, artinya ketika diucapkan
akan menurunkan lidah dari langit-langit atas ke dasar mulut.
Hurufnya ada 21 yang terkumpul pada perkataan orang arab :
‫ىي ٍ ل ى ى‬ ‫ي ي‬ ‫ىثجى ى‬
‫ ماك‬٢‫ ًإذ ىق‬٫ٚ‫ جيىٮد ىظ ٍؿ‬٨ٍ ٦‫خ ًٔ ُّـ ى‬

IV. Segi lidah dengan rongga mulut


1. Sifat Ithbaq adalah huruf yang kokoh, artinya ketika diucapkan
lidah akan menempel pada langit-langit atas. Dan huruf Ithbaq ini
merupakan huruf yang paling kuat-kuatnya huruf isti’lâ`, jumlah

hurufnya ada 4 yaitu :‫ص ض‬ ‫ظط‬


2. Sifat Infitâh adalah huruf yang terbuka, artinya ketika diucapkan
lidah akan terbuka dari langit-langit atas, sampai mengeluarkan
angin bersamaan dengan suara. Huruf-hurufnya ada 24 yang

‫ى ٍ ى ى ى ي ٍ ى ى ى ىىى ى ل ىي ي ٍ ي ى‬
terkumpul dalam ucapan :
ٍ
‫ر‬
‫ هل ُشب دي و‬ٜ‫ـٌل ظ‬ٚ ‫ أػؾ كصؽ قٕ وح‬٨٦

V. Segi mudah dan tidaknya mengeluarkan huruf


1. Sifat Idzlaq adalah huruf yang lancar artinya ketika diucapkan
akan langsung mudah keluar tanpa menûnggu proses atau

ٍّ ‫ي‬٣ ٨ٍ ٦ ‫ى لؿ‬ٚ
persiapan, jumlah hurufnya ada 6 yaitu terkumpul dalam lafadz :
‫ت‬ ً
2. Sifat Ishmât adalah huruf yang bersifat diam (tidak lancar) artinya
ketika diucapkan tidak mudah langsung keluar dari mulut, akan

46
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

tetapi harus menûn ggu proses atau persiapan. jumlah hurufnya


ada 22 yaitu terkumpul dalam perkataan :
‫ٍ ى ن ٍ ٍ ي ي ى ُّ ى‬ ‫ي ى ل ى‬
ٌٟ‫ َيي‬٫ْ‫ح ًإذ ىكخ‬ًٞ‫ةػ وٍ ًوؽز‬
ً ‫ص لؿ ٗل ق‬
Kesimpulan dari keterangan diatas adalah, setiap huruf
memiliki beberapa sifat, yang pembagianya adalah sebagai berikut :
a. Bersuara dan mendesis (rakhâwah dan hams) banyaknya ada 8
huruf yaitu :‫ؼ‬ ‫ س‬,‫ ص‬,‫ خ‬, ‫ ش‬,‫ ق‬, ‫ث‬, ‫ح‬
Tercegah suaranya dan mendesis (Syiddah dan hams) banyaknya
ada 2 yaitu : ‫تؾ‬
Bersuara dan tidak mendesis (rakhâwah dan jahr) banyaknya
ada 8 yaitu : ‫ املؽ م ك ز غ ذ ظ ض‬ٙ٣‫ا‬
d. Tertahan suaranya dan nafasnya (Syiddah dan jahr) banyaknya
ada 6 yaitu : ‫ب‬,‫ط‬,‫ؽ‬,‫د‬,‫ج‬,‫ ء‬. dan perlu diketahui semua yang
masuk kategori ini tentunya tidak dalam keadaan sukun, kalau
disukun maka harus diqalqalahkan. Selain huruf-huruf diatas
adalah hurufnya sifat bainiy yang semuanya termasuk kategori
dari sifat jahr yaitu : ‫ؿ‬٧ٔ ٨٣

47
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪JADWAL SIFAT YANG BERLAWANAN‬‬
‫رػةكة‬ ‫اقذ‪ٛ‬ةؿ‬ ‫ص٭ؿ‬ ‫ص٭ؿ‬ ‫أ‬
‫ث‬
‫اقذ‪ٛ‬ةؿ‬ ‫ا‪ٛ٩‬ذةح‬ ‫اقذ‪ٛ‬ةؿ‬ ‫ذ رػةكة‬
‫ح‬
‫ا‪ٛ٩‬ذةح‬ ‫ا‪ٛ٩‬ذةح ت او‪٧‬ةت‬ ‫ز اقذ‪ٛ‬ةؿ‬
‫س‬ ‫ب‬
‫او‪٧‬ةت‬ ‫مؽة ؾ مؽة‬ ‫ع ا‪ٛ٩‬ذةح‬
‫ش‬
‫ك‬
‫‪٧٬‬ف ‪٧٬ ٬‬ف‬ ‫اذالؽ‬ ‫او‪٧‬ةت‬
‫م‬
‫ص٭ؿ‬ ‫رػةكة‬ ‫رػةكة‬ ‫ص٭ؿ‬
‫رػةكة‬ ‫او‪٧‬ةت‬ ‫اد‪ٛ‬ذةح‬ ‫ء اقذ‪ٛ‬ةؿ‬
‫ض‬
‫او‪٧‬ةت‬ ‫د ا‪ٛ٩‬ذةح خ او‪٧‬ةت ص ‪٧٬‬ف‬
‫ظ‬
‫اقذٕالء‬ ‫اقذٕالء‬ ‫‪٧٬‬ف‬ ‫ج او‪٧‬ةت‬
‫اَجةؽ‬ ‫اَجةؽ‬ ‫اقذٕالء‬ ‫مؽة‬
‫ص٭ؿ‬ ‫ص٭ؿ‬ ‫رػةكة‬ ‫ص٭ؿ‬
‫اقذ‪ٛ‬ةؿ‬ ‫ا‪ٛ٩‬ذةح‬ ‫اقذ‪ٛ‬ةؿ‬ ‫ط او‪٧‬ةت‬
‫مؽة ؼ ا‪ٛ٩‬ذةح ؽ او‪٧‬ةت ؿ ا‪ٛ٩‬ذةح‬
‫او‪٧‬ةت‬ ‫مؽة‬ ‫‪٧٬‬ف‬ ‫اقذٕالء‬
‫اذالؽ‬ ‫اقذٕالء‬ ‫اذالؽ‬ ‫اَجةؽ‬
‫ص٭ؿ ؿ‬ ‫ص٭ؿ‬
‫ثني‬ ‫ا‪ٛ٩‬ذةح ف‬ ‫ر‬
‫اقذ‪ٛ‬ةؿ‬
‫ع الؿػةكة‬
‫غ او‪٧‬ةت‬ ‫ا‪ٛ٩‬ذةح‬ ‫ف‬
‫ٌ‬
‫اقذٕالء ـ كالنؽة‬ ‫اذالؽ‬
‫ـ‬
‫ر‬

‫‪48‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ى ه‬٣ :
B. SIFAT YANG TIDAK MEMILIKI LAWAN
1. ‫ني‬ lain artinya Lunak. maksudnya ketika membunyikan huruf
ini dengan lunak, lemah dan lembut, ketika huruf itu mati dan
jatuh sesudah harakat fathah. Hurufnya ada 2 yaitu :‫م‬
ٍ ‫ٍك‬ seperti
‫ى ى ى‬ ‫ى ى ى ه‬
contoh : -ٍٙ‫ي‬٠-‫ ىق ٍٮؼ‬-‫ػ ٍٮؼ‬-ٍٟ‫– ًاحل‬
‫ٍ ه‬
2. ‫ْن ىؿاؼ‬
ً ‫ ًا‬: Inhiraf artinya Condong. Maksudnya ketika membunyikan
huruf, condong ke ujung lidah dengan sedikit melenturkan
(melengkungkan) lidah. Hurufnya ada 2 yaitu : ‫ؿر‬
ٍ ‫ى‬
3. ‫ دس ًؿيٍ هؿ‬: Takrir artinya Mengulang-ulang. Maksudnya ketika
membunyikan huruf dengan lidah bergetar tidak lebih dari dua
getaran. Apabila getarannya sampai tiga kali, maka tercelalah,
dalam artian belum benar mengeluarkan huruf ini . Dan apabila
sampai empat getaran, berarti huruf itu telah menjadi dua huruf.
Hurufnya ada satu yaitu : ‫ر‬
‫ ٍ ه‬ٛ‫ ىو‬:
‫ري‬
4. ً Shafîr artinya Siul atau seruit. Maksudnya ketika
membunyikan huruf dengan berdesir seperti suara seruling.
Hurufnya ada tiga, yaitu : ‫صزس‬
5. ٍ ٛ‫ ىت ى‬:
‫ّش‬ Tafasy-syi artinya Menyebar. Maksudnya ketika
membunyikan huruf dengan angin tersebar di mulut. Hurufnya ada
satu, yaitu : ‫ش‬

49
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ىٍى ىه‬
6. ‫ح‬٤ٞ٤ٝ Qalqalah artinya Goncang atau pantulan. Maksudnya ketika
membunyikan huruf dengan goncangan pada makhrajnya,
sehingga terdengar pantulan suara yang kuat pada saat mati atau
dimatikan karena berhenti (waqaf) Hurufnya ada lima, yaitu :
‫ير ٍُ ي‬
‫ت ىص وؽ‬
ٍ ‫ىٍى ىه‬
Qalqalah terbagi menjadi dua, yaitu :
a. ‫ح يو٘ ىؿل‬٤ٞ٤ٝ : Qalqalah Shughra, yaitu pantulan suara huruf
qalqalah lebih kecil, karena huruf qalqalahnya itu mati asli
berada di tengah-tengah kata atau kalimat. Contoh :
‫ٍ ي‬ ‫ٍ ى ي ىٍ ي‬ ‫ىٍ ي ى‬
ٖ‫ – يىبذى‬٢ٕ‫ – جي ى‬٢‫ – ح ٍُجى يٓ – يىؽػ‬٢‫جى‬ٞ‫ح‬
b.
‫ ٍ ى‬٠‫ى هح ي‬٤ٞ‫ٍ ى‬٤‫ى‬ٝ : Qalqalah Kubra, yaitu pantulan
‫ربل‬ suara huruf
qalqalah agak lebih besar, karena huruf qalqalahnya itu
‫ى‬ ‫ي ى ى ه‬
sebenarnya hidup, tapi dimatikan ketika waqaf (menghentikan
‫ل ى ي‬
bacaan). Contoh : -‫ؽ‬٧‫ اهلل الى‬- ‫ٮ اهلل اظؽ‬٬ ٢ٝ
‫يٍ يى‬
‫ىه‬
7. ‫ح‬٣‫ ًا ٍق ًذ ىُة‬: Istithalah artinya Memanjang. Maksudnya ketika
membunyikan huruf dengan memanjang di salah satu tepi pangkal
lidah sampai ke depan. Hurufnya ada satu, yaitu : ‫ض‬
‫يله‬
8. ‫ح‬٪‫د‬ Ghunnah artinya Berdengung. Maksudnya ketika
membunyikan huruf dengan suara berdengung yang keluar dari
pangkal hidung. Hurufnya ada dua, yaitu : ‫ ـ‬dan ‫ف‬

50
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
JADWAL SIFAT-SIFAT YANG DIMILIKI OLEH MASING-
MASING HURUF
Sifat Jumlah
Huruf
1 2 3 4 5 6 7 sifat

‫ء‬ Jahr Syiddah Istifâl Infitâh Ishmât - - 5

‫ب‬ Jahr Syiddah Istifâl Infitâh Idzlaq Qalqalah - 6

‫ت‬ Hams Syiddah Istifâl Infitâh Ishmât - - 5

‫ج‬ Jahr Syiddah Istifâl Infitâh Ishmât Qalqalah - 6

‫ح‬ Hams Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât - - 5

‫خ‬ Hams Rakhâwah Isti’lâ`' Infitâh Ishmât - - 5

‫د‬ Jahr Syiddah Istifâl Infitâh Ishmât Qalqalah - 6

‫ذ‬ Jahr Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât - - 5

‫ر‬ Jahr Tawasuth Istifâl Infitâh Idzlaq Inhiraf Takrir 7

‫ز‬ Jahr Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât Shafîr - 6

‫س‬ Hams Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât Shafîr - 6

‫ش‬ Hams Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât Tafasysyi - 6

‫ص‬ Hams Rakhâwah Isti’lâ`' Ithbaq Ishmât Shafîr - 6

‫ض‬ Jahr Rakhâwah Isti’lâ`' Ithbaq Ishmât Istitalah - 6

‫ط‬ Jahr Syiddah Istifâl Ithbaq Ishmât Qalqalah - 6

‫ظ‬ Jahr Rakhâwah Isti’lâ`' Ithbaq Ishmât - - 5

‫ع‬ Jahr Tawasuth Isti’lâ`' Infitâh Ishmât - - 5

‫غ‬ Jahr Rakhâwah Isti’lâ`' Infitâh Ishmât - - 5

51
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ؼ‬ Hams Rakhâwah Istifâl Infitâh Idzlaq - - 5

‫ؽ‬ Jahr Syiddah Isti’lâ`' Infitâh Ishmât Qalqalah - 6

‫ؾ‬ Hams Syiddah Istifâl Infitâh Ishmât - - 5

‫ؿ‬ Jahr Tawasuth Istifâl Idzlaq Inhiraf - - 6

‫ـ‬ Jahr Tawasuth Istifâl Infitâh Idzlaq Inhiraf - 6

‫ف‬ Jahr Tawasuth Istifâl Infitâh Idzlaq - - 5

٬ Hams Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât - - 5

‫ك‬ Jahr Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât Lien - 6

‫م‬ Jahr Rakhâwah Istifâl Infitâh Ishmât Lien - 6

Catatan!
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat kitab-kitab yang lebih luas
mengenai pembahasan makhraj ini, juga harus dilandasi dengan guru
yang mumpuni dan telaten dengan bab makhraj dan sifat-sifat huruf
ini.

52
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪JADWAL SIFAT-SIFAT HURUF‬‬

‫إقذٕالء‬
‫إو‪٧‬ةت‬

‫إقذ‪ٛ‬ةؿ‬
‫إ‪ٛ٩‬ذةح‬
‫إَجةؽ‬

‫‪٧٬‬ف‬
‫رػةكة‬
‫إذالؽ‬

‫ص٭ؿ‬

‫‪٧٩‬ؿة‬
‫مؽة‬
‫ثحن‬
‫خ ء ص ؼ ء‬ ‫ء‬ ‫ؿ‬ ‫ء‬ ‫ء ث‬ ‫ؼ‬ ‫‪9‬‬
‫ص ب ض ر ت‬ ‫ب‬ ‫ف‬ ‫ج‬ ‫ب ح‬ ‫ح‬ ‫‪9‬‬
‫ض ت ط ـ ث‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ج خ‬ ‫ث‬ ‫‪3‬‬
‫غ ث ظ ف ج‬ ‫ث‬ ‫ـ‬ ‫ؽ‬ ‫ذ‬ ‫د‬ ‫‪٬‬‬ ‫‪4‬‬
‫ؿ ح‬ ‫ط ج‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ز‬ ‫ذ‬ ‫ش‬ ‫‪5‬‬
‫ب خ‬ ‫ؽ ح‬ ‫ح‬ ‫ب‬ ‫ر س‬ ‫خ‬ ‫‪6‬‬
‫د‬ ‫ظ خ‬ ‫د‬ ‫ؾ‬ ‫ز ش‬ ‫ص‬ ‫‪7‬‬
‫ذ‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ت‬ ‫ض ص‬ ‫س‬ ‫‪8‬‬
‫ز‬ ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫ط ض‬ ‫ؾ‬ ‫‪9‬‬
‫س‬ ‫ر‬ ‫ز‬ ‫ظ ظ‬ ‫ت‬ ‫‪91‬‬
‫ش‬ ‫ز‬ ‫س‬ ‫ع غ‬ ‫‪99‬‬
‫ص‬ ‫س‬ ‫ش‬ ‫غ ؼ‬ ‫‪99‬‬
‫ض‬ ‫ش‬ ‫ع‬ ‫ؽ ‪٬‬‬ ‫‪93‬‬
‫ط‬ ‫ع‬ ‫ؼ‬ ‫ؿ ك‬ ‫‪94‬‬
‫ظ‬ ‫غ‬ ‫ؾ‬ ‫ـ م‬ ‫‪95‬‬
‫ع‬ ‫ؼ‬ ‫ؿ‬ ‫ف‬ ‫‪96‬‬
‫غ‬ ‫ؽ‬ ‫ـ‬ ‫ك‬ ‫‪97‬‬
‫ؽ‬ ‫ؾ‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫‪98‬‬
‫ؾ‬ ‫ؿ‬ ‫‪٬‬‬ ‫‪99‬‬
‫‪٬‬‬ ‫ـ‬ ‫ك‬ ‫‪91‬‬
‫ك‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫‪99‬‬
‫م‬ ‫‪٬‬‬ ‫‪99‬‬
‫ك‬ ‫‪93‬‬
‫م‬ ‫‪94‬‬

‫‪53‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

َْ َ َ
‫ان‬
ِ ‫ِٔساي ِث الطتي‬
َّ ‫ٱلرِنَٰمۡح‬ َّ
َّ ِ‫ٱَّلل‬
ًِ ‫خي‬
ِ ‫ٱلر‬ ‫ِمۡسِب‬
َ ْ َ َ َ ْ ُْ ََ َ ُّ َّ َ ُ ْ َْ َ
‫لَع انلَّ ِِب الُططَف ختِيتِْا‬ ‫لُـس ِّلِل َوضَّل َربـْا‬ ‫ا‬
ُ ً َْ ْ ْ
‫ف اتلَّج ِٖي ِس جغُاخص َرا‬
َ ََ َ ‫ـدت ِٓ َو ََ ِْ َم‬
ْ َ َ َ
ِ ‫ؤاك‬ ‫ـصا‬ ِ ‫و ِأِلِ وض‬
Segala puji bagi Allah SWT. yang Maha Agung, semoga kasih
sayang dan keagungan selalu terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. seorang pilihan dan kekasih kita, juga
kepada keluarga dan para sahabatnya, serta semua orang yang
membaca al Qur`ân dengan baik. Oleh karena itu marilah kita belajar
ilmu tajwid yang telah dinadhamkan, yang telah bersih dari
kekurangan (yang telah diakui kebenarannya).
ْ ََ َ ُ َْ َْ َ َ َ ُ ُ ْ َّ َ
‫ِلِه َغيث الصض َٖا ِن‬
ِ ‫ارجٖا ا‬ ‫ان‬
ِ ‫ظُيـخٓ ِٔسايـث الطتي‬
“Nadham ini diberi nama “Hidayatushshibyan” yang artinya:
petunjuk bagi anak-anak. Didalam penyusunan, pengarang sangat
mengharapkan sekali ridla Allah SWT.”

54
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
َ َّ ُّ َ ْ ْ َّ َ ْ َ ُ َ
ِ ‫ةاب اخَك ِم اتلْ ِٖي ِِ وانل‬
‫ٖن العاوِْث‬
BAB MENJELASKAN
HUKUM-HUKUM TANWIN DAN NUN MATI
Tanwin adalah suara nûn‎ mati yang bertempat pada akhir
kalimah isim, yang terlihat (terdengar) ketika diucapkan dan hilang
‫ ه‬٧‫ريا س ىق‬
ٓ‫ي‬ ‫ ن‬٧‫ىق‬
‫يٕة ثىى ن‬
ketika ditulis atau diwaqafkan, contohnya : ً ً ً
٥‫ي ه‬٤ً ٔ‫ ى‬sedangkan nûn sakinah adalah nûn mati yang tetap (terlihat)
ketika di tulis, di ucapkan, diwashalkan atau diwaqafkan, baik
‫ى‬
bertempat pada kalimat huruf seperti lafadz : ٨ٍ ‫خ‬ atau kalimat isim
‫ىٍى ه‬
seperti lafadz : ‫ أج٭ةر‬atau kalimah fi‟il seperti lafadz : ٨‫و‬
ٍ ‫ي‬
ُِ‫يـ‬ ٌ َْ َ ْ َْ
َّ َ‫عث حُب‬ ُ ُ َْ َُ ْ َْ ُ َ ْ َ
‫ؼِْس ال ِٕجاءِ َخ‬ ِ‫ٖن تعس‬ ٍ ّ‫أخَكم تْ ِٖي ٍِ و‬
َ ْ ْ َ ُ ْ َْ َ َ ْ َ ْ َ‫ار ا ِْذ ََغ ٌم ََ َػ اًْ ُـ َّْ ِث ا‬
ُ َٕ ‫إ ْع‬
‫الركا َر َو ْوا‬ ِ ‫و‬ ‫ب‬ ٌ ‫ن‬ ً‫ا‬‫و‬ ‫ا‬ٔ‫ْي‬
ِ ِ‫ـ‬‫ة‬ ‫و‬ ِ
“Hukum tanwin dan nûn‎ mati ketika bertemu dengan salah satu
huruf hija`iyyah ‎yang berjumlah 28 huruf, ada lima hukum, yang
akan dijelaskan dibawah ini.

1. Idzhâr adalah mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan


tanpa berdengung.
2. Idghâm ma’al ghunnah adalah memasukan huruf pertama pada
huruf kedua, sehingga seperti menjadi satu huruf yang bertasydid
disertai berdengung.
3. Idghâm Bighairi Ghunnah adalah memasukan huruf pertama
pada huruf kedua, sehingga seperti menjadi satu huruf yang
bertasydid tanpa disertai dengan dengung.
4. Iqlab adalah mengganti suara tanwin dan nûn‎ mati dengan suara
mîm mati.

55
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪5. Ikhfa` adalah menyamarkan suara nûn‎ mati atau tanwin antara‬‬
‫‪idzhâr dan idghâm tanpa tasydid disertai berdengung.‬‬

‫‪Keterangan :Ghunnah/dengung adalah suara enak yang keluar‬‬


‫‪dari janur hidung. (3‬‬

‫َ ْ َ ْ ُ َّ ْ َ ْ ُ ْ َ‬ ‫َ ْ ْ ََ َ ْ َ َ‬
‫‪1. IDZHÂR‬‬
‫ي ث ٍَّ الاءِ‬
‫ي ثٍ اًـ ِ‬
‫واًؽ ِ‬ ‫َلى ُٔ ٍض َؤا ٍء خاءِ‬ ‫قاع ِٕص‬
‫‪“Apabila ada tanwin dan nûn mati bertemu salah satu huruf‬‬
‫‪halaq yang berjumlah enam,‬‬ ‫)غس ع س خ س ح ق س أ‬ ‫‪maka wajib dibaca‬‬

‫‪idzhâr, maksudnya nûn mati atau tanwin dibaca jelas tanpa‬‬


‫‪berdengung. Contoh :‬‬

‫ي ى ل‬
‫ال‪٧‬نؽد ‪٬‬ٮ ٔجةرة ٔ‪ ٨‬ظؿ‪ٚ‬ني ‪٦‬ذ‪٧‬ةز‪٤‬ني أكهل‪٧‬ة قةز‪ ٨‬كاآلػؿ‬ ‫‪ (3‬أظاكـ احلؿكؼ املنؽدة احلؿؼ‬
‫ل ىل ى ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ي‪٦‬ذى ى‬
‫عؿؾ ‪ْٛ٣‬ة ال ػُة كوال ال ك‪ٛٝ‬ة ‪ٚ‬٭ٮ ييسذت ظؿ‪ٚ‬ة كاظؽا ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬اجللةر س الك س َثةصة) كيف ظة‪٣‬ح‬
‫ت) كد‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬احلؿكؼ‬ ‫ال‪ ٧‬ىن لؽد ٔجةرة ٔ‪ ٨‬ظؿ‪ٚ‬ني قة‪٪٠‬ني ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬احل ى ٌش س ىكدى ٌ‬ ‫الٮ‪ ٙٝ‬يىجط احلؿؼ ي‬
‫ي ى ل ى ىٍ يل‬ ‫ي ى ل ى يل‬ ‫ي ى ل ى‬
‫ري د‪٪‬ح ظؿكؼ منؽدة ث٘‪٪‬ح كيه ظؿ‪ٚ‬ةف‬ ‫ال‪٧‬نؽدة إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني ظؿكؼ منؽدة ًث٘‪٪‬ح ك ظؿكؼ منؽدة ًث٘ ً‬
‫ى‬ ‫يى‬ ‫يه‬ ‫ي ى ل ى‬ ‫ي ى ل ى‬
‫ال‪٧‬نؽدة) ‪ُٚ‬ك ‪٪٦‬٭‪٧‬ة ح٘ ُّ‪ٞ٦ ٨‬ؽار ظؿًلذني يف ظة‪٣‬ح ا‪٣‬تنؽيؽ ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬خ ل‪٥‬‬ ‫ال‪٧‬نؽدة كاجلٮف‬ ‫‪٧٬‬ة (املي‪٥‬‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ى ى ل ي‬ ‫ل ل‬
‫ا‪ُ٣‬ة‪٦‬ح س ًإف س ‪ٚ‬كٮا‪ ٨٬‬س اجل ًٕي‪ )٥‬ظؿكؼ منؽدة ث٘ري ٗ‪٪‬ح كيه ثةيق احلؿكؼ اهلضةايح (أم قذح‬ ‫س‬
‫ن ي ى ىل‬ ‫ُّ‬ ‫ى‬
‫مح‪ ٨‬س احل ى ُّ‪ ٜ‬س أ ىً‪ )٢‬كيي ى‬ ‫ٍ‬
‫الؿ ى‬‫(اتلةاًجيٮف س ل‬ ‫كٔرشكف ظؿ‪ٚ‬ة) ك‪٦‬سةؿ ذل‪ /ٟ‬ل‬‫ن‬
‫الظِ أف ‪٪٬‬ةؾ ‪٩‬ٮ‪٩‬ة منؽدة كاظؽة يف‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى ي‬ ‫ٍ‬
‫ى ل‬ ‫ي‬
‫الؿكـس كذل‪ ٟ‬يف لك‪٧‬ح (دأ ى‪٪٦‬ة) يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل ( ‪ٝ‬ةلٮا يىة أثىة‪٩‬ة‬ ‫‪٪٘٣‬لح إ‪٦‬ة اإلم‪٧‬ةـ أك ُّ‬ ‫ا‪ٞ٣‬ؿآف لك‪ ٫‬جيت ‪ٚ‬ي٭ة ‪ ٓ٦‬ا‬
‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى ى ى ى ىٍى ل ىى ي ي ى ى ل ىي ى‬
‫ةوعٮف‪( ).‬قٮرة يٮق‪ /ٙ‬اآليح ‪ )99‬كاإلم‪٧‬ةـ ‪٪٬‬ة أكىل مؿادت ا‪٪٘٣‬ح‬ ‫‪٦‬ةل‪ ٟ‬ال دأ‪٪٦‬ة ىلع يٮق‪ ٙ‬ك ًإ‪٩‬ة هل جل ً‬
‫يل‬ ‫يل‬ ‫يل‬
‫ل‪٪٘٤‬ح مخكح مؿادت ظكت ‪ٝ‬ٮة كًٮظ٭ةسكيه‪ )9( /‬ا‪٪٘٣‬ح اجلةجتح ٔ‪ ٨‬تنؽيؽ اجلٮف (‪ )9‬ا‪٪٘٣‬ح اجلةجتح ٔ‪٨‬‬
‫يل‬ ‫ن‬
‫إداغـ اجلٮف الكة‪٪٠‬ح يف الٮاك أك احلةء كيه أ‪ ٢ٝ‬كًٮظة ‪ ٨٦‬األكىل (‪ )3‬ا‪٪٘٣‬ح اجلةجتح ٔ‪ ٨‬إػ‪ٛ‬ةء اجلٮف‬
‫يل‬
‫الكة‪٪٠‬ح ٔ‪٪‬ؽ أظؽ ظؿكؼ اإلػ‪ٛ‬ةء أك اإل‪ٝ‬الب (‪ )4‬ا‪٪٘٣‬ح ىلع اجلٮف الكة‪٪٠‬ح كاملي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح يف ظة‪٣‬ح‬
‫يل‬ ‫يل‬
‫إّ٭ةر‪٧٬‬ة (‪ )5‬ا‪٪٘٣‬ح ىلع اجلٮف املذعؿًلح كاملي‪ ٥‬املذعؿًلح كا‪٪٘٣‬ح يف اثلالزح مؿادت األكىل هلة ‪٦‬ؽة ز‪٪٦‬يح‬
‫يل‬
‫د‪ٞ‬ؽر ِبؿًلذني أ‪٦‬ة يف اإلزجذني األػريدني ‪ٛٚ‬ي٭‪٧‬ة و‪ ٢‬ا‪٪٘٣‬ح ك‪٬‬ؾق هلة ‪٦‬ؽة ز‪٪٦‬يح ال دـيؽ ٔ‪ ٨‬ظؿًلح‬
‫كاظؽة‪( .‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)96‬‬

‫‪56‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

٨‫ٮي‬٪‫ح ثةتل‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ح ثةجلٮف‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩


‫ى‬ ‫ٍ ى ى‬ ٍ ‫ىٍ ى‬ ‫ىػ ٍ ه‬
‫ةق وؽ ًاذا ىظ ىك ىؽ‬ ً ‫ ُش ظ‬٨٦ً ‫ىك‬ ‫أ‬ ‫ م٭ وؿ‬ًٙ ٣‫ ا‬٨ٍ ٦ً ‫ري‬ 9
‫ ً ى‬٥‫ ه‬٤‫ىق‬ ‫الجٍ ى٭ةري‬ ‫ٍ ىٍ ى ٍى‬
‫يه‬ ٬ ‫ حت ًذ٭ة ا‬٨٦ً 9
‫ن ى‬ ‫ي‬ ٍ ‫ى‬
ٜ‫ ىَجى و‬٨ٍ ‫ة خ‬ٞ‫ىَجى‬ ‫ع‬ ٥ٍ ‫س‬٦ً ‫ىك ًأل ج ىٕة‬ 3
‫ه‬ ‫ى‬ ‫ىييه ٍ ى‬
‫يىػح‬٦ً ‫ة هر ىظة‬٩ ‫ح‬ ٥‫محيٍ و‬ً ٨٦ً ‫ُنؿ‬ ‫ذ‬ 4
‫ى‬ ‫ى‬ ٍ ٛ‫ ىػ ل‬٨ٍ ٦‫ة ى‬٦‫ىكا ى ل‬
‫ك ًذثى وح ػة ًَبىػ وح‬ ‫خ‬ ‫خ‬ 5
‫ػؿ ىٗ ٍ ي‬ ٍ ‫ىي ٍ ى‬ ‫ٍّ ٍ ن‬
‫ي ٍٮف‬٪٧ٍ ‫ػري ىم‬ ‫ص ه‬ ‫ ا‬٥‫ل٭‬ ‫غ‬ ‫ة‬٩‫ ًاػ ىٮا‬٢ًٗ ٨ٍ ٦ً 6

2. IDGHÂM BIGHUNNAH
َ ْ َ َُْ َ َْ َ َ َ َ ُ ْ َ َّ ُ ْ
‫سٌُ ٍث وسجيا قاّتِشا‬
ِ ِ ‫َكّا ة‬ ‫َوادؿ ٍِْ ةِـْ ٍث ة ِـيـُْ ْٖ ل ا ِذا‬
“Dan bacalah idghâm disertai dengan dengung, Apabila ada
tamwin atau nûn mati bertemu dengan salah satu huruf empat yang
terkumpul dalam lafadz ‫ٮ‬٧٪‫ك ) ي‬,‫ مسـ‬,‫(ف‬, dan idghâm ini dinamakan
idghâm bighunnah (dengan kadar panjangnya 1 alif atau 2 harakat),
demikian itu dengan syarat nûn mati tidak dalam satu kalimat, apabila
dalam satu kalimat maka wajib dibaca idzhâr, supaya tidak serupa
dengan lafadz yang mudla‟af (lafadz yang „ain fi‟il dan lam fi‟ilnya
‫ل‬
sama, seperti contoh ‫ؽ‬٦‫) ى‬. Dan contoh didalam al Qur`ân hanya ada
empat lafadz nûn mati bertemu hurufnya idghâm bighunnah yaitu :
nûn mati bertemu ‫ م‬dalam satu kalimah seperti lafadz ‫ ثجيةف س دجية‬dan
‫يٍن‬ ‫ي ٍى ه‬
‫ٍ ه‬ ‫ٍ ه‬
nûn mati bertemu ‫ ك‬dalam satu kalimat seperti lafadz ‫ ىٮاف‬٪ًٝ ‫ ىٮاف س‬٪‫و‬
ً
contoh yang memenuhi syarat idghâm bighunnah adalah :

57
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

٨‫ٮي‬٪‫ح ثةتل‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ح ثةجلٮف‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩


‫ى ى ل‬ ٍ ٍ‫ى ى‬
‫ يؿ‬٠‫ ًبػ وؾ حذىؾ‬٦‫يى ٍٮ ى‬ ‫م‬ ٢٧‫ حٕ ى‬٨ٍ ٧‫ذ ى‬ 9
‫ه‬ ‫ىه ى‬ ‫ٍ ى‬
‫ة ًوجىح‬٩ ‫ح‬٤‫ىَع ًم‬ ‫ف‬ ٨‫صيٍ ى‬ ً ً ‫ة‬٩ ٨٦ً 9
ُّ ‫ى ى ى ٍ ه ى‬ ‫ ى‬٦‫ ى‬٨ٍ ٦ً ‫ا ى نذل‬
٥ٍ ‫ةخجىػؽت‬٦‫ة ىَعثًؽ ى‬٩‫ىكآل أ‬ ‫ـ‬ ‫ػؿ‬
‫و‬ ُ 3
‫ت‬‫ل ى ى٭ت ىكدى ل‬ ‫ك‬ ٥ٍ ‫ ىك ىرآاً ً٭‬٨ٍ ٦ً 4
‫و‬

َ َّ ُ َ
3. IDGHÂM BIGHAIRI GHUNNAH
ْ
.............................. ‫َوادؿ ٍِْ ة ِل دْ ٍث ِف لمٍ َو َرا‬
“Dan bacalah dengan tanpa ghunnah apabila ada tanwin atau
nûn mati bertemu ‫ؿ‬ atau ‫ر‬ , dan idghâm ini dinamakan idghâm
bilaghunnah. contohnya :
٨‫ٮي‬٪‫ح ثةتل‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ح ثةجلٮف‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩
ٍ ‫ى‬ ‫ى ىٍ ى ي ٍ ىي ي ي ى ه‬
‫ذلم ًظض وؿ‬ ً ً ٥‫ ىكػ ه‬ٝ ‫ؿ‬ ‫ نٮا ا ىظؽ‬ٛ٠ ‫هل‬ ٨‫ يس‬٥‫كل‬ 9
‫ٍ ى ى‬ ٍ ‫ىٍ ى ي ٍى‬
‫اًيى وح‬
ً ‫ًىف ًٔحن وح ر‬ ‫ر‬ ‫ػ٘ ى‬
‫ن‬ ‫اف رأق اقذ‬ 9

ُ ً ْ َْ َ ْ ُ ْ َْ َ
4. IQLAB
‫الاءِ َِيُا ذو َصا‬ ‫واًنٌب ؼِْس‬ .......................................
“Dan wajib dibaca iqlab (mengganti suara nûn mati atau tanwin
dengan suaranya mîm mati) apabila ada tanwin dan nûn mati bertemu
‫ب‬. dengan kadar panjang suara mîm mati satu alif atau dua harakat
contonya :

58
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ثةتل‪٪‬ٮي‪٨‬‬ ‫احلؿؼ‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ثةجلٮف‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬


‫ل‬ ‫ى‬ ‫ىٍ‬
‫يى ٍٮ ى‪٦‬بً وؾ ًبى ى٭‪ ٪‬ى‪٥‬‬ ‫ب‬ ‫ىر ُّب ي٭ ٍ‪ ٥‬ثًؾ‪ً ٩‬ج ً٭ ٍ‪ ٚ ٥‬ىك ٌٮي ى٭ة‬ ‫‪9‬‬

‫ََُُْ َْ َ َ َ ْ َ ْ‬ ‫َ َ ْ َ َّ ْ َ َ ْ َ ْ‬
‫`‪5. IKHFA‬‬
‫ش قاؼ ِص ِف‬
‫‪ُ‬جٌخٕا َخعث ؼ ٍ‬ ‫ي ؼِْس ة ِاِق الخ ُص ِف‬ ‫وار ِك‬
‫‪) dengan panjang satu alif apabila ada‬إػ‪ٛ‬ةء( `‪“Bacalah Ikhfa‬‬
‫‪tanwin atau nûn mati bertemu dengan selain huruf-huruf didepan‬‬
‫)‪(huruf idzhâr, idghâm bighunnah, idghâm bilaghunnah dan iqlab.‬‬
‫‪yang berjumlah 15, terkumpul pada permulaan kalimah dalam bait‬‬
‫‪dibawah ini :‬‬
‫ن ٍ يى ى ٍ ى‬ ‫يٍ‬ ‫ىٍ‬ ‫ى ى ٍ‬ ‫ٍ ى ىى ى‬
‫‪‬ـ ىَيجة ًزد ًىف تًف ًٓ ّةل ً ى‪٧‬ة‬
‫د‬ ‫ًو‪ ٙ‬ذا ث‪٪‬ة ز ٍ‪ ٥‬ىصةد مؼ هه ‪ٝ‬ؽ ىق ى‪٧‬ة‬
‫(صس ذس ثس ؾسجس شس ؽس سس دس طس زس ؼس تس ضس ظ)‬
‫‪Contohnya :‬‬
‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ثةتل‪٪‬ٮي‪٨‬‬ ‫احلؿؼ‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ثةجلٮف‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ى ٍ ى ى ي ى ًّ ى ًّ‬ ‫ي ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ةو‪ٛ‬ة‬ ‫كال‪ ٟ٤٧‬و‪ٛ‬‬ ‫ص‬ ‫خ ٍ‪ ٨‬ىوالدً ً٭ ٍ‪ ٥‬ىقة‪ٍ ٬‬ٮف‬ ‫‪9‬‬
‫ى ن‬ ‫‪ٚ‬ىأى ل‪٦‬ة ى‪ ٨ٍ ٦‬ىث ي‪٤ٞ‬ى ٍ‬
‫ىق ىعةثنة زً‪ٞ‬ةال‬ ‫ث‬ ‫خ‬ ‫‪9‬‬
‫َ‬
‫اض َي يث ك ٰ ِذةَ ٍث‬
‫َ‬
‫ُ ِ‬ ‫ؾ‬
‫ٍ ى ٍ‬
‫اجل يض ٍٮ يـ ا‪٩‬س ىؽ ىرت‬ ‫ىك ًا ىذا ُّ‬ ‫‪3‬‬
‫يظ ًّجة ى ًّ‬ ‫ى ٍ ى ى ٍ‬
‫َجة‬ ‫ـ‬ ‫آء ثًةحل ى ىك‪٪‬ىػ ًح‬ ‫‪ ٨٦‬ص‬ ‫‪4‬‬
‫ػةؿ ىذ لر وة ىم ًّ‬
‫ػؿا يى ى‬ ‫ٍى ى‬ ‫ى ٍ ى ى ٍ ي‬
‫ػؿقي‬ ‫ً‪٦‬س‪ٞ‬‬ ‫ش‬ ‫آء ً‪٪٦‬س ٍ‪٥‬‬ ‫لً‪ ٨٧‬م‬ ‫‪5‬‬
‫َ ى ن‬ ‫ىل ىٍ ى ى ى ٍ‬
‫َشل ٰ ًٌ ‪ٍ ٝ‬ٮال‬ ‫ؽ‬ ‫ذلل اج‪ٞ‬ي ّ٭ ىؿ ىؾ‬ ‫ا ً‬ ‫‪6‬‬
‫ى ٍ‬ ‫ََ َ َ‬
‫ت ىق ً‪٤‬يٍ و‪٥‬‬ ‫ثً‪ ٤ٞ‬و‬ ‫س‬ ‫نص ۡٔن‬ ‫وح‬ ‫‪7‬‬

‫‪59‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ٍ ه ى ه‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫ً‪ ٪ٝ‬ىٮاف دا ًجيىح‬ ‫د‬ ‫ًٔ‪ ٪‬ىؽ ًذل ا‪ ٣‬ىٕ ٍؿ ًش‬ ‫‪8‬‬
‫ن‬
‫َش َم ٰ َن ٰ ٍت ًَجىة‪ٝ‬ة‬
‫ى‬
‫ط‬ ‫خ ٍ‪ ٨‬ىَجى و‪ٜ‬‬ ‫‪9‬‬
‫ن‬
‫ج‪ ٛ‬نكة ىز ًًل ليح‬
‫ىٍ‬
‫ز‬ ‫كَ ۡد أَ ۡفيَ َح ٌََ َز َّكىٰٓاَ‬ ‫‪91‬‬
‫ىٔآا نال ‪ٚ‬ىأى ٍدنى‬ ‫ؼ‬
‫ى ل ى ي ٍى ٍ‬
‫آء اج‪ ٛ‬ىُ ىؿت‬ ‫ًاذا الك‪٧‬‬ ‫‪99‬‬
‫ً‬
‫ي ي‬ ‫ً‪ ٨ٍ ٦‬ىحتٍذ ى٭ة ا ٍ ىالجٍ ى٭ ي‬
‫يى ٍٮ ى‪٦‬بً وؾ حتىؽث‬ ‫ت‬ ‫ةر‬ ‫ً‬ ‫‪99‬‬
‫ىم ٍكض نؽا ًً ى‬ ‫ٍ ٍ‬
‫ػؿ ن‬
‫ارا‬ ‫ً‬ ‫ض‬ ‫ىك ىَ‪ ٤‬وط ى‪ ٪٦‬يٌ ٍٮ ود‬ ‫‪93‬‬
‫ين ى ىن‬ ‫ىٍي ى‬
‫ػؿة‬ ‫‪ٝ‬ؿل ّة ً‪٬‬‬ ‫ظ‬ ‫ح‪ ْ٪‬يؿ ٍكف‬ ‫‪94‬‬
‫ى‬ ‫ىٍ ى ى‬
‫ػٮـو ًذل ىم ٍك٘جىػ وح‬ ‫ىف يى ٍ‬
‫ً‬ ‫ذ‬ ‫ا‪ً ٩‬ؾ ٍر ‪ٍ ٝ‬ٮ ىم‪ٟ‬‬ ‫‪95‬‬

‫`‪Catatan : Wajib berhati-hati sewaktu kita membaca Ikhfa‬‬


‫‪jangan sampai memanjangkan dlammah sebelum nûn, supaya tidak‬‬
‫ي ٍي ٍ‬
‫‪٠ , jangan sampai‬ٮجذ‪٪٠ dibaca : ٥‬ذ‪ seperti lafadz : ٥‬ك ‪timbul huruf‬‬
‫ي ٍٍي ٍ‬

‫م ‪memanjangkan kasrah sebelum nûn supaya tidak timbul huruf‬‬


‫ٍ ي ٍ‬
‫‪٦ً dan jangan sampai‬ي‪٪‬س‪٪٦ً dibaca : ٥‬س‪seperti lafadz : ٥‬‬
‫ٍٍ ي ٍ‬

‫ا‪memanjangkan fathah sebelum nûn supaya tidak timbul huruf ٙ٣‬‬


‫ىٍ ي ٍ‬
‫َع‪٩‬س‪ dibaca : ٥‬خ‪٪‬س‪seperti lafadz : ٥‬‬
‫ى ٍ ي ٍ‬ ‫‪(4‬‬

‫‪ (4‬اإلػ‪ٛ‬ةء احل‪ٞ‬يٌف ‪٬‬ٮ اجلي ٍُ ي‪ ٜ‬ثةجلٮف الكة‪٪٠‬ح كاتل‪٪‬ٮي‪ ٨‬ىلع و‪ٛ‬ح ثني اإلّ٭ةر كاإلداغ ‪ ٓ٦‬مؿاَعة‬
‫ن‬ ‫يل‬
‫ا‪٪٘٣‬ح كٔؽـ ا‪٣‬تنؽيؽ كظؿكؼ اإلػ‪ٛ‬ةء مخكح ٔرش ظؿ‪ٚ‬ة (‪ُٚ‬ك ظؿؼ ‪٣‬حف ‪ ٨٦‬ظؿكؼ اإلّ٭ةر أك‬
‫ِّم ثةحل‪ٞ‬يٌف ألف اجلٮف الكة‪٪٠‬ح كاتل‪٪‬ٮي‪ ٨‬دسةد دسٮف‬ ‫اإلداغـ أك اإل‪ٝ‬الب ‪٬‬ٮ ظؿؼ إػ‪ٛ‬ةء) ي‬
‫كق ى‬
‫يل‬ ‫ىٍ‬
‫‪ٕ٦‬ؽك‪٦‬ح كل‪ ٥‬حج ى‪٪٦ ٜ‬٭ة إال ا‪٪٘٣‬ح كيي ىُجل‪ ٜ‬اإلػ‪ٛ‬ةء إذا صةء ثٕؽ اجلٮف الكة‪٪٠‬ح أك اتل‪٪‬ٮي‪ ٨‬أظؽ ظؿكؼ‬

‫‪60‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

َ َّ ْ ْ َ ْ َ َ َّ َ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َ
‫ي وال ُِي ٍِ العاوِْ ِث‬ ِ ‫ةاب اخَك ِم ال ُِي ٍِ وانل‬
ِ ‫ٖن الُشسدت‬
BAB MENJELASKAN HUKUM
MÎM & NÛN YANG BERTASYDID DAN MÎM MATI

1. GHUNNAH
Ghunnah adalah sifat dari nûn dan mîm, baik keduanya
bertasydid atau tidak, dan lebih sempurna sifat ghunnahnya, ketika

َ ُ َ َ ُّ‫ف الُْ ْي ٍِ َوانل‬ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ٌ َّ ُ


keduanya bertasdid.
‫ٖن ا ِذا َا شسدا‬
ِ ِ ِ ‫َودْث مس ا ْو جت ْٖٔا اةسا‬
“Para Ulama ahli Qurra` mewajibkan untuk menyempurnakan
ghunnah ketika mîm dan nûn bertasydid, demikian itu menurut ulama
ahli tajwid, dan panjang dengungnya satu alif.

‫ؽ ظؿؼ‬٪ٔ ٨‫ٮي‬٪‫ح أك اتل‬٪٠‫ةء اجلٮف الكة‬ٛ‫ ثإػ‬ٟ‫ذني) كذل‬٧‫ح كاظؽة أك يف لك‬٧‫ٕة يف لك‬٧‫ةء (قٮاء اصذ‬ٛ‫اإلػ‬
‫ى ى ل‬ ٍ ‫ى ىن‬ ‫ى ٍ ى ُّ ي‬ ُّ ‫ي‬
‫ةرؽ ثني‬ٛ٣‫) ا‬٢ً ٨ٍ ٦‫ك‬ ‫ةدلا ًذي ى٭ة س‬ ٍ ‫ٍ ي‬
ً ‫ قٮء س ػ‬٨٦ً ٥‫ (أف وؽكًل‬ٟ‫سةؿ ذل‬٦‫ؽر ظؿًلذني ك‬ٝ ٫٪ً٘ ٩‫ةء ك‬ٛ‫اإلػ‬
‫ن‬
‫حف يف‬٣ ‫ة‬٧٪‫) أف يف اإلداغـ تنؽيؽا ثح‬9( ‫ٮ‬٬ ‫ةء‬ٛ‫ةرؽ ثني اإلداغـ كاإلػ‬ٛ٣‫يٌف ا‬ٞ‫ةء احل‬ٛ‫اإلداغـ كاإلػ‬
.‫ؽق‬٪ٔ ‫حف‬٣‫ة يسٮف اإلداغـ يف احلؿؼ ك‬٧٪‫ؽ احلؿؼ ثح‬٪ٔ ‫ةء يسٮف‬ٛ‫) أف اإلػ‬9( ‫ةء تنؽيؽ‬ٛ‫اإلػ‬
)95 ‫(أظاكـ اتلضٮيؽ ص‬

61
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪2. IKHFA` SYAFAWI (5‬‬
‫َ ْ َ َّ َ َ‬ ‫َْ ْ َ‬ ‫َ ْ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ ََ َْ َُْ َ‬
‫الشقا‬ ‫َن ُٖ اخخ ِط ٍْ ةاِهللِ حٌل‬ ‫الا ُتخَف‬ ‫وال ُِيٍ ا ِن تعسِ َلى‬
‫‪“Ketika ada mîm mati bertemu‬‬ ‫ب‬ ‫`‪maka wajib dibaca Ikhfa‬‬
‫‪Syafawi, maksudnya menyamarkan suara mîm mati antara idzhâr dan‬‬
‫‪idghâm dengan tetap berdengung, yang bertempat pada kedua bibir‬‬
‫‪) dengan panjang dengungan satu alif,.‬م‪ٛ‬ٮل(‬

‫‪3. IDGHÂM MA’AL GHUNNAH‬‬


‫َ َ ْ ُ َّ ْ َ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫َوادؿ ٍِْ َػ اًـْ ِث ؼِْس َِرٌِٕا‬
‫‪“Ketika mîm mati bertemu sesama mîm, maka wajib dibaca‬‬
‫‪). Dengungan Idghâm ini juga‬اداغـ ‪ ٓ٦‬ا‪٪٘٣‬ح(‪idghâm ma‟al ghunnah.‬‬

‫يل‬ ‫ى‬ ‫‪(5‬اإلػ‪ٛ‬ةء الن‪ٛ‬ٮم ‪٬‬ٮ اجلي ي‬


‫ُ‪ ٜ‬ثةملي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ىلع ًو‪ٛ‬ح ثني اإلّ٭ةر كاإلداغـ ‪ ٓ٦‬مؿاَعة ا‪٪٘٣‬ح كٔؽـ‬
‫ه‬
‫ِّم ثةلن‪ٛ‬ٮم ألف املي‪ ٥‬كابلةء خيؿصةف ‪ ٨٦‬الن‪ٛ‬ذني‪ .‬كيي ىُجل‪ٜ‬‬ ‫ظؿؼ كاظؽ ‪٬‬ٮ (ابلةء) ي‬
‫كق ى‬ ‫ا‪٣‬تنؽيؽ كلإلػ‪ٛ‬ةء‬
‫ي ُّ‬
‫اإلػ‪ٛ‬ةء إذا صةء ثٕؽ املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ثةء سكذل‪ ٟ‬ثإػ‪ٛ‬ةء املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ٔ‪٪‬ؽ ابلةء ك‪٪ً٘ ٩‬٭ة ‪ٝ‬ؽر ظؿًلذني ‪٨٦‬‬
‫ٍ‬ ‫ى ى‬
‫(‪٦...‬ة ل ي٭ ٍ‪ً ٥‬ث ً‪( )...٥٤ًٔ ٨ٍ ٦ً ٫‬قٮرة‬ ‫ٗري إَجةؽ الن‪ٛ‬ذني (كذل‪ ٟ‬ليك ‪٩‬ذالىف ا‪٣‬تنؽيؽ) ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫ا‪٣‬جكةء‪ /‬اآليح ‪ )957‬إداغـ املذ‪٧‬ةز‪٤‬ني الى٘ري ‪٬‬ٮ د‪٦‬ش املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ثةملي‪ ٥‬حلىريا ‪٦‬ي‪٧‬ة كاظؽة منؽدةس‬
‫ن ى ل ى‬ ‫يى‬
‫ت٘ ُّ‪ٝ ٨‬ؽر ظؿًلذني كيي ىُجل‪ ٜ‬اإلداغـ إذا صةء ثٕؽ املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ‪٦‬ي‪ ٥‬كذل‪ ٟ‬ثؽدل٭‪٧‬ة حلىريا ‪٦‬ي‪٧‬ة يمنؽدة‬
‫ىى ي‬ ‫يٍ‬ ‫ى ٍ‬ ‫ىى ي‬ ‫يٍ‬ ‫ي ُّ‬
‫(ك‪ ١٣‬ل‪٧‬ة‬ ‫(ك‪٣‬س‪ ٥‬ى‪٦‬ة ‪ ٠‬ىكبذي‪ )٥‬ت‪ ٞ‬ىؿأ‪/‬‬ ‫ك‪٪ً٘ ٩‬٭ة ‪ٞ٦‬ؽار ظؿًلذني ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬ال‪ )٥‬ت‪ ٞ‬ىؿأ (أ‪ ٙ٣‬ال‪٦‬ي‪ )٥‬ك‬
‫يل‬ ‫ىٍ‬ ‫ى ٍ‬
‫‪ ٠‬ىكبذي‪ .)٥‬اإلّ٭ةر الن‪ٛ‬ٮم ‪٬ /‬ٮ إػؿاج املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ‪َ ٨٦‬م ىؿ ًص ى٭ة ثؽكف د‪٪‬ح كذل‪ ٟ‬إذا صةء ثٕؽ‪٬‬ة أظؽ‬
‫ظؿكؼ اإلّ٭ةر (كيه ‪٪٬‬ة َجيٓ احلؿكؼ اهلضةايح ٔؽا ابلةء كاملي‪ )٥‬كيي ىُجل‪ ٜ‬اإلّ٭ةر إذا صةء ثٕؽ املي‪٥‬‬
‫(ت ٍ‪ ٧‬ى ي‬
‫ى‬ ‫يل‬ ‫ىٍ‬
‫رتكف س‬ ‫الكة‪٪٠‬ح أظؽ ظؿكؼ اإلّ٭ةر كذل‪ ٟ‬ثإػؿاج املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ‪َ ٨٦‬م ىؿ ًص ى٭ة ثؽكف د‪٪‬ح ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٟ‬‬
‫يٍ‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫يٍ ى ىٍ‬
‫أ‪ٍ ًُ ٦‬ؿ‪٩‬ة س أـ ىص ىٕ‪٤‬ٮا) كتلع‪ٞ‬ي‪ ٜ‬اإلّ٭ةر الن‪ٛ‬ٮم ج ٍُ ًج ي‪ ٜ‬الن‪ٛ‬ذني ٔ‪٪‬ؽ املي‪ ٥‬الكة‪٪٠‬ح ز‪ ٥‬ج‪ً ٛ‬ؿ يص ي٭‪٧‬ة برسٔح‬
‫يل‬
‫ظىت ال دذعٮؿ إىل د‪٪‬ح‪( .‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)98-97‬‬

‫‪62‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪sama panjangnya dengan bacaan ghunnah. Dari dua nadzam diatas‬‬
‫‪contoh-contohnya adalah sebagai berikut :‬‬
‫احلس‪٥‬‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ٍ‬
‫محة‪٣‬ى ىح احل ى ىُت س اىل‪ ٌ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬س ‪ٚ‬ى‪٤‬ى ل‪ ٧‬ى‬ ‫ىل‬
‫ٗ‪٪‬ح ‪٦‬ي‪ ٥‬املنؽدة‬ ‫ةص ل‪٨‬‬ ‫ً‬ ‫‪9‬‬
‫لي ى‬ ‫ٍ‬
‫ى ل ى ى ل‬ ‫ٍ‬
‫ٗ‪٪‬ح ‪٩‬ٮف املنؽدة‬ ‫‪ 9‬اجل ى‪٪‬ػح س اخل ى‪٪‬ة ًس س ًإ‪ ّ ٫٩‬ل‪٨‬‬
‫إػ‪ٛ‬ةء م‪ٛ‬ٮل‬ ‫‪ 3‬اىل ى ٍ‪ ٥‬ىح ٍٕ‪٤‬ى ٍ‪ ٥‬ثأى لف ى‬
‫اهلل يى ىؿل‬ ‫ً‬
‫ٍ ى ٍ ٍ ي ٍى‬
‫إداغـ ‪٦‬س‪٤‬ني‬ ‫‪ 4‬ثً ًإذ ًف رب ً٭‪ ٨٦ً ٥‬لك ام وؿ‬

‫ُْ ُ ْ ُ َ‬ ‫َ ْ ْ ََ َ‬
‫‪4. IDZHÂR SYAFAWI‬‬
‫َلى ة ِاِق الصو ِف ُكٕا‬ ‫واع ِٕص‬
‫‪“Dan bacalah idzhâr, ketika mîm mati bertemu dengan salah satu‬‬

‫‪) yang banyaknya ada 26, yaitu :‬ب س ـ( ‪sisa huruf didepan‬‬

‫(أستسثسجسحسخسدسذسرسزسسسشسصسضسطسظسعسغسؼسؽسؾسؿسفسكس قسم)‬
‫‪) . Contohnya :‬اّ٭ةر م‪ٛ‬ٮل( ‪Demikian itu dinamakan idzhâr syafawi‬‬

‫األ‪٦‬س‪٤‬ح‬ ‫احلؿؼ‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬


‫ى‬ ‫ىي ٍ ى ٍ‬
‫ص هؿ ىد ٍ ي‬
‫ري ىم ٍ‪٪٧‬يٮف‬ ‫ل٭‪ ٥‬ا‬ ‫أ‬ ‫‪9‬‬
‫ىى ى ى ى‬
‫ال ٍ‪ ٥‬د ىؿ ‪٠‬يٍ‪ٙ‬‬ ‫ت‬ ‫‪9‬‬
‫كا‪ ٥ٍ ٬‬ىث ى‪٧‬ةج ٍ ى‬
‫ني‬
‫ى ٍ ي ي‬
‫‪ٚ‬ةص ًرل‬ ‫ث‬ ‫‪3‬‬
‫ً‬
‫ج َغ ۡد ين‬ ‫ج َّنٰ ُ‬
‫‪٪‬ؽ ىرب٭ ٍ‪َ ٥‬‬‫ٔ ى‬ ‫ـ‬ ‫‪4‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ه ى ي‬ ‫ي ي‬
‫ن ً ىكآؤز ٍ‪ ٥‬ىظ ٍؿث ‪٣‬س ٍ‪٥‬‬ ‫ح‬ ‫‪5‬‬

‫‪63‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ىىٍ ى ى ٍ ى ى ى ن‬
‫ةوح‬ ‫كلٮكف ثً ً٭‪ ٥‬ػى‬ ‫خ‬ ‫‪6‬‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ىى‬
‫ىلع ىوالدً ً٭ ٍ‪ ٥‬دآاً ي‪ٍ ٧‬ٮف‬ ‫د‬ ‫‪7‬‬
‫ىٍ ى ي يي ي‬
‫ح٘ ً‪ٍ ٛ‬ؿ ‪٣‬س ٍ‪ ٥‬ذ‪ٍ ٩‬ٮبىس ٍ‪٥‬‬ ‫ذ‬ ‫‪8‬‬
‫ىٍ ٍ‬
‫ام ً٭‪ ٤‬ي٭ ٍ‪ ٥‬ير ىكيٍ نؽا‬ ‫ر‬ ‫‪9‬‬
‫ه‬ ‫يي‬
‫ًىف ‪ٍ ٤ٝ‬ٮبً ً٭ ٍ‪ ٥‬ىزيٍٖ‬ ‫ز‬ ‫‪91‬‬
‫ي ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫خ ٍ‪ ٨‬ىوالدً ً٭ ٍ‪ ٥‬ىقة‪٬‬ٮف‬ ‫س‬ ‫‪99‬‬
‫ُش ا‪ ٍ٣‬ىربيحل‬ ‫ُّ‬ ‫ُ ْ َ َٰٓ َ ي ٍ ى‬ ‫ش‬
‫ً ً‬ ‫أولئِم ‪٥٬‬‬ ‫‪99‬‬
‫ني‬‫ػ‪ ٥‬ىوةدر ى‬ ‫ا ٍف ي‪ٍ٪٠‬ذي ٍ‬ ‫ص‬ ‫‪93‬‬
‫ًً‬ ‫ً‬
‫ػؿبٍذي ٍ‪٥‬‬ ‫ًا ٍف ي‪ٍ٪٠‬ػذي ٍ‪ ٥‬ىً ى‬ ‫ض‬ ‫‪94‬‬
‫ىٔ‪٤‬ىيٍ٭ ٍ‪ ٥‬ىَ ٍ ن‬
‫ػريا‬ ‫ط‬ ‫‪95‬‬
‫ً‬
‫ػح ىٔ‪٤‬ىيٍ٭ ٍ‪ ّ ٥‬ىاللي٭ةى‬ ‫ىى ى ن‬
‫كدا ًجي‬ ‫ظ‬ ‫‪96‬‬
‫ً ً‬
‫ٍ‬ ‫ي ي‬
‫ىص ىـآؤ‪ ٪ًٔ ٥ٍ ٬‬ىؽ ىرب ً٭ ٍ‪٥‬‬ ‫ع‬ ‫‪97‬‬
‫ني‬ ‫ري ى‪٦‬ؽيج ى‬ ‫ًا ٍف ي‪ٍ٪٠‬ذي ٍ‪ ٥‬ىد ٍ ى‬ ‫غ‬ ‫‪98‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ىل‬
‫ذلل ىزخ ٍ‪٧‬ذي ٍ‪ ٚ ٥‬ىؽ ىٔ ٍٮ‪٥ٍ ٬‬‬ ‫ا ً‬ ‫ؼ‬ ‫‪99‬‬
‫ى ى ي ى ي‬
‫ىك ًاذا ىرا ٍك‪ٝ ٥ٍ ٬‬ةلٮا‬ ‫ؽ‬ ‫‪91‬‬
‫ى ي ى ى ىٍ ي ى‬
‫ى‪٦‬ة‪٣‬س ٍ‪٠ ٥‬يٍ‪ ٙ‬حت‪ ١‬ي‪٧‬ٮف‬ ‫ؾ‬ ‫‪99‬‬
‫ى‬ ‫لي ٍ ى ى ي ٍ‬
‫ًاج٭‪ ٥‬لىةؿ اجل ًعي ً‪٥‬‬ ‫ؿ‬ ‫‪99‬‬

‫‪64‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ىىٍ ى ٍي ي ٍ ى ن ىىل‬
‫ْٯ‬٤‫ةرا د‬٩ ٥‫ؾردس‬٩‫أ‬ٚ ‫ف‬ 93
‫ى ي ٍ ي ي‬
‫ ىك ى‬٥ٍ ‫س‬
٨‫يل ًدي ه‬ً ٪‫ ًدي‬٥‫س‬٣ ‫ك‬ 94
ُ َۡ
‫َوزِدنٰ ُٓ ًۡ ْدى‬ ٬ 95
‫ى ىٍى‬ ۡ ‫ىلى‬
ٰ َ ‫ٱۡل‬
٥ٍ ٤ٕ‫ ح‬٥ٍ ‫ةل‬٦‫نس ََ ى‬ ِ ٥٤ٔ ‫م‬ 96

َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َْ َْ َْ َ ْ ْ ََ ْ ْ َ
‫لركاء‬ِ ‫او واخشر د ِاع ا‬
ِ ٖ‫وال‬ ِ‫ار ؼِْس اًكاء‬
ِ ‫لع‬
ٕ ِ ‫واخ ِصص لَع ا‬
“Berhati-hatilah ketika membaca mîm mati bertemu ‫ ؼ‬dan ‫ ك‬,
jangan sampai terbaca Ikhfa`, karena keduanya juga keluar dari dua

ٍ ‫ىل‬ ٍ ‫ى ي‬
bibir. contoh :
‫يٍى ي ى‬ ٍ ‫ي‬ ٍ ‫ي ي‬
ً ‫ س ا‬٨‫يل ًدي ه‬
. ‫ٮف‬ٛ٤ً ‫ َمذ‬٫ً ‫ ًذي‬٥٬ ٨‫ذلح ى‬ ‫ ىك ى‬٥‫س‬٪‫ ًدي‬٥‫س‬٣
ً
Keterangan : Wajib hati-hati ketika membaca idzhârnya mîm mati,
jangan sampai menimbulkan harakat pada huruf mîm, seperti lafadz :
‫ي‬ ‫ي‬
‫ ًذيٍ ى٭ة‬٥ٍ ٬ dibaca : ‫ ٍـ ًذيٍ ى٭ة‬٥ٍ ٬ , dan jangan sampai menimbulkan saktah
(berhenti sebentar) karena khawatir terbaca Ikhfa`, seperti
‫ي‬ ‫ي‬
mengucapkan lafadz : ‫ ًذيٍ ى٭ة‬٥ٍ ٬ berhenti sebentar pada lafadz ٥ٍ ٬
kemudian ‫ًذيٍ ى٭ة‬ , karena banyak sekali orang yang belum mengerti
melakukannya.

65
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َ ُ ْ ْ َ‬
‫لدَغ ِم‬‫ةاب ا ِ‬
‫‪BAB MENJELASKAN IDGHÂM (6‬‬
‫‪Idghâm dalam bab ini, sama dengan bab nûn mati, yaitu‬‬
‫‪menyatukan suara huruf yang pertama pada suranya huruf kedua, dan‬‬
‫‪perlu diketahui, cara pengidghâman dalam bab ini ada dua yaitu :‬‬
‫‪1. Idghâm tam, adalah idghâm yang cara memasukkan huruf yang‬‬

‫ي‬ ‫ُّ‬ ‫يٍى ى‬ ‫ُّ ي‬ ‫ٍ ىي ٍ ي ٍ ى لي ٍ‬


‫‪pertama pada huruf kedua baik sifat atau dzatnya huruf seperti‬‬
‫( ً‪ ٨٦‬دل‪ )٫ً ٩‬ت‪ٞ‬ؿأ ( ًمرل‪ )٫ً ٩‬ك(الكضٮد) ت‪ٞ‬ؿأ (أقضٮد) ‪contoh :‬‬

‫ى ل ىن‬ ‫ى‬
‫عؿؾ حلىري اثلةين يمنؽدا كلإلداغـ ٔؽة‬
‫آػؿ ي‪٦‬ذى ى‬ ‫‪(6‬اإلداغـ كأ‪ٝ‬كة‪ ٫٦‬اإلداغـ ‪٬‬ٮ د‪٦‬ش ظؿؼ قةز‪ ٨‬يف‬
‫أ‪ٝ‬كةـ‪ ٨٦ .‬ظير األٔ‪٧‬ةؿ ا‪٣‬يت جتؿم ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬اإلداغـ إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني اإلداغـ الى٘ري ك اإلداغـ ال‪١‬جري‬
‫ن‬ ‫اإلداغـ الى٘ري ك‪٬‬ٮ إداغـ قةز‪ ٨‬يف ‪٦‬ذعؿؾ حلىري اثلةين يم ىن لؽ ىدا ن ي‬
‫ِّم و٘ريا ‪٤ٞ٣‬ح ا‪ٚ ٢٧ٕ٣‬ي‪ ٫‬ك‪٨٦‬‬ ‫كق ى‬
‫ىٍ‬ ‫يٍى ى ى ى ىي‬ ‫يٍ‬ ‫ى ى ٍ ى ىي‬
‫ةرت ي٭‪ )٥‬ك(‪ٝ‬ؽ‬ ‫ةرت ي٭‪ )٥‬ظير دؽ ى‪ ٦‬يش اتلةء الكة‪٪٠‬ح يف اتلةء األػؿل املذعؿًلح ‪ٚ‬ذ‪ٞ‬ؿأ (ر ًِبذض‬ ‫أ‪٦‬س‪٤‬ذ‪( ٫‬ر ًِبخ ًجت‬
‫يٍ‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫يٍى‬ ‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ل ل‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫يٍ‬ ‫ن‬ ‫يٍىي‬ ‫ى ل‬
‫دبىني) ظير تجؽؿ ادلاؿ دةءا كدؽ ى‪ ٦‬يش يف اتلةء ‪ٚ‬ذي‪ ٞ‬ىؿأ (رذبىني)ك(َن‪ٞ٤‬س‪ )٥‬ظير تجؽؿ ا‪ٞ٣‬ةؼ ك‪ٚ‬ة كدؽ ى‪ ٦‬يط‬
‫ن‬
‫كق ى‬ ‫عؿؾ حلىري اثلةين يم ىن لؽ ىدا ن ي‬ ‫عؿؾ يف ي‪٦‬ذى ى‬ ‫س‪ )٥‬اإلداغـ ال‪١‬جري ك‪٬‬ٮ إداغـ ي‪٦‬ذى ى‬ ‫ي ٍ ى ى ٍ ي ُّ‬
‫ِّم ‪٠‬جريا‬ ‫يف الاكؼ ‪ٚ‬ذ‪ٞ‬ؿأ (َن‪٤‬‬
‫ىٍى ىى ى ل ى‬ ‫ىٍى ل ى ل‬
‫ألف األٔ‪٧‬ةؿ ‪ٚ‬ي‪٠ ٫‬سرية ك‪ ٨٦‬أ‪٦‬س‪٤‬ذ‪( ٫‬دأ‪٪٦‬ة س ‪١٦‬ن) ‪ٚ‬أو‪ ٢‬الك‪٧‬ذني (دأ‪٪٪٦‬ة س ‪ً ٪١٦‬ن) ظير د‪ ٥‬تك‪١‬ني‬
‫ن‬
‫اجلٮف األكىل ز‪ ٥‬ددل‪٪‬ة‪٬‬ة يف اجلٮف اثلة‪٩‬يح ‪ٚ‬ىةرت ‪٩‬ٮ‪٩‬ة منؽدة ‪ ٨٦‬ظير ا‪٠‬ذ‪٧‬ةؿ النؽة ك‪ٞ٩‬ىة‪٩‬٭ة ي‪ٞ٪‬ك‪٥‬‬
‫ي ٍ ى‬ ‫ي ٍ ى‬
‫ال‪٧‬ؽٗ‪٥‬‬ ‫ال‪٧‬ؽٗ‪ ٥‬يف‬ ‫اإلداغـ إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني اإلداغـ الاكم‪ ٢‬كاإلداغـ اجلة‪ٝ‬ه‪ .‬اإلداغـ الاكم‪ ٢‬ك‪٬‬ٮ أف يؾكب‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ى ل ىن‬
‫مئ ‪ ٫ْٛ٣ ٨٦‬كال ‪ ٨٦‬و‪ٛ‬ذ‪ ٫‬كيىجط احلؿؼ اثلةين يمنؽدا تنؽيؽا كمال ك‪٦‬سةؿ‬ ‫‪ٚ‬ي‪ ٫‬ىذادىة ن كو ى‪ ٛ‬نح ‪ٚ‬ال يجًف ه‬
‫ً‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ي‬ ‫ُّ‬ ‫يٍ ى‬ ‫ي‬ ‫ُّ‬ ‫لي ٍ‬ ‫ٍ ىي ٍ ي ٍ‬
‫ى‬
‫ذل‪ ٨٦ً ( ٟ‬دل‪ )٫ً ٩‬ت‪ٞ‬ؿأ ( ًمرل‪ )٫ً ٩‬ك(الكضٮد) ت‪ٞ‬ؿأ (أقضٮد) ك( ً‪ ٨٦‬رب ً‪ )٫‬د‪ٞ‬ؿأ ( ًمؿب ً‪ .)٫‬اإلداغـ اجلة‪ٝ‬ه ك‪٬‬ٮ‬ ‫ى‬
‫ى‬
‫ال‪٧‬ؽٗ‪ ٥‬ك‪٣‬س‪ ٨‬دجًف ًو‪ٛ‬ذ‪ ٫‬كيىجط‬
‫ي ٍ ى‬
‫مئ ‪ِٛ٣ ٨٦‬‬ ‫ال‪ٍ ٧‬ؽ ىٗ‪ٚ ٥‬ي‪ ٫‬ىذادىة ن ال و ى‪ ٛ‬نح ‪ٚ‬ال يجًف ه‬ ‫ال‪ٍ ٧‬ؽ ىٗ‪ ٥‬يف ي‬ ‫ذكبةف ي‬
‫ً‬
‫ي ٍ ى‬ ‫يٍ‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ى ل ىن‬
‫ال‪٧‬ؽٗ‪٥‬‬ ‫احلؿؼ اثلةين يمنؽدا تنؽيؽا ‪٩‬ة‪ٝ‬ىة ك‪٦‬سةؿ ذل‪ ٨ٍ ٦ً ( ٟ‬ىك ًيل) ت‪ ٞ‬ىؿأ ( ًم ىٮيل) ‪ٚ‬٭‪٪‬ة ث‪ٞ‬يخ و‪ٛ‬ح احلؿؼ‬
‫ال‪٧‬ؽٗ‪( ٥‬ا‪ُ٣‬ةء) كيه اإلقذٕالء‬
‫ي ٍ ى‬
‫خ) ك‪٪٬‬ة ث‪ٞ‬يخ و‪ٛ‬ح احلؿؼ‬ ‫خ) يت ٍ‪ ٞ‬ىؿأ (أى ىظ ُّ‬ ‫(ا‪٪٘٣‬لح) (أى ىظ ٍُ ي‬‫ي‬
‫(اجلٮف) كيه‬
‫ي ٍ ى‬ ‫ى ٍ ي ي ي ي ٍ ى ى ٍ ي ُّ‬
‫كاإلَجةؽ) (َن‪ٞ٤‬س‪ )٥‬ت‪ٞ‬ؿأ (َن‪٤‬س‪ )٥‬ك‪٪٬‬ة ث‪ٞ‬يخ و‪ٛ‬ح احلؿؼ ال‪٧‬ؽٗ‪( ٥‬ا‪ٞ٣‬ةؼ) كيه (اإلقذٕالء)‪.‬‬
‫(أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)99-98‬‬

‫‪66‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ُّ ‫ ىؿأ (أى ىظ‬ٍٞ ‫خ) يت‬


‫(أى ىظ ٍُ ي‬
2. Idghâm naqish, adalah idghâm yang hanya mengidghâmkan
dzatnya saja seperti contoh contoh : )‫خ‬ .

*Yang mana menetapkan sifat ‫ط‬


Dan idghâm dalam bab ini dibagi menjadi tiga :

1. IDGHÂM MUTAMATSILAIN
Idghâm Mutamatsilain adalah mengidghâmkan dua huruf
yang sama makhraj dan sifatnya, seperti huruf ‫د‬ bertemu ‫د‬, ‫ؾ‬
bertemu ‫ؾ‬, ‫ ب‬bertemu ‫ب‬
ََ َ ْ ََ ْ ََ َْ َ ُ ُ َ ْ
‫ِف َِرٌِ ِٓ ون ْٖ ِِلِ ا ِذ ذٔتـا‬ ‫ز ٍِ مس َوجتا‬
ِ ‫ا ِدَغم ُك ظا‬
“Wajib mengidghâmkan setiap ada huruf yang sama, dan
huruf yang pertama mati, maka wajib dibaca idghâm mitsli /
mutamatsilain baik dalam satu kalimat seperti lafadz :
ٍ ٍ ‫ٍ ٍ ي ٍ ي‬
٨‫ ي٭ ل‬٬‫ ٍٮت س ييس ًؿ‬٧‫ ال ى‬٥‫ ييؽ ًرًلس ي‬atau didalam dua kalimat, seperti contoh
‫ى‬ ٍ ‫ل ي‬ ‫ىل‬ ‫ىيٍ ى ل ى ى ىٍ ى ل‬ ‫ى ى ى ى ٌى ىي‬
‫ ال دس ًؿ يمٮف‬٢‫ ًاىل اف د ىـًلػػٯ س الك ثى‬ٟ٣ ٢٬ ٢ٞ‫ س ذ‬٥ٍ ‫ةرت ي٭‬ ‫ة ر ًِبخ ًجت‬٧‫ذ‬
‫ ى‬٬‫ربا س اذ لذ ى‬
‫وٍن‬ ٍ
‫ ى‬٫ٍ‫ىي‬٤ٔ‫ ت ى ٍكذىُٓ ل‬٥ٍ ‫ةؾ احل ى ىض ىؿ س ل ى‬
‫ضب ثٌ ىٕ ىى ى‬ٍ ‫ىى ل ى ي‬
.‫ت‬ ً ً ً ً ً ‫ا‬
ً ‫س‬ ‫ٮا‬ ٤‫ػؽ دػ‬ٝ‫س ك‬

َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ًّ ُ ََ َ َ َ ََ ْ َ
‫س ُيخـَّل‬ٍ ‫ضُا ويا ٍء بؽس وـ‬ ‫او حَّل‬ٍ ‫وم ِط لَع ٔشا ِظٖى و‬
ُ َ َ ُ ْ َْ ْ َ ْ َ ُ َ َْ َ َْ َْ ْ
‫او َِِ َن ِٖ اض ِِبوا وضاةِصوا‬
ِ ٖ‫وال‬ ‫َِِ َن ِٖ ِف يٖمٍ ِلا ٍء اعٕصوا‬
“Samakanlah seperti contoh didepan, untuk setiap huruf mati
ketika bertemu dengan huruf yang sama didalam makhraj dan
sifatnya, kecuali wawu mati setelah dlammah bertemu wawu, seperti

‫ىى ٍ ى ٍ ي ى ي‬
contoh :
‫ىى ي ى لي‬
. ‫ٮا‬ٞ‫ربكا ىكت لذ‬ ‫ٍ ي ى ى ي‬
ً ‫ٮا اهلل س كاف دى‬ٞ‫ًاو ًربكا كوةثًؿكا س كراثًُٮا كات‬
67
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

Atau ‫ م‬mati setelah kasrah bertemu dengan ‫م‬. Seperti contoh :


‫ىي ي ى‬ ‫يى ىةحلٍ ى‬
‫ ىؽ ي‬ٍٞ ٦ً ‫ٮ ىفس يف يى ٍٮـو ىك ىف‬٧‫ى ي‬٤ٍٕ ‫ى ٍٮم ىح‬ٝ ‫خ‬
‫ٮلٮف‬ٞ‫ ًٔجىة ًدم ح‬٨ٍ ٦ً ‫ار يقس‬ ً ً
Maka wajib dibaca idzhâr, tidak boleh diidghâmkan, supaya tidak
hilang panjangnya atau madnya ‫ ك‬dan ‫م‬.

Keterangan :Ketika ‫ك‬ mati bertemu dengan ‫ك‬ yang jatuh setelah
fathah (Bacaan “Lain”), maka wajib diidghâmkan dengan tanpa

‫يل ل ى لى ى ٍ ى ى ي ي ى ي ي‬
ghunnah seperti contoh:
‫ى ي‬
. ‫ٮا‬٩‫ة ىٔ ىىٮا لكك‬٧‫ثً ى‬, ٥ٍ ٬‫ٮ‬٩‫ اك لك ىز‬٥ٍ ٬‫يٮا س ىك ًاذا كلٮ‬٪٦‫ا‬‫ٮا كء‬ٞ‫ ادػ‬٥‫ث‬
Wajib diidghâmkan juga ‫ م‬mati setelah fathah bertemu dengan ‫م‬
‫ ٍؿ ىجلىة ىكل ىٮ ى ل ي ى ن ى ى ٍ ى ى ى ل‬ٛٗ‫ا‬
seperti contoh : ‫ة بني يؽم س ًاِّن‬٧ً‫ة ل‬ٝ‫ادلم س مىؽ‬
ٍ ‫ىلى‬
ً ً ً ‫ة‬٪‫رب‬
‫ٍ ي ى‬ ‫ى ىى ي ى‬
. ‫ ٍٮف‬٤‫ ٍؿ ىق‬٧‫الخيةؼ ىدل لم ال ي‬
Perlu diperhatikan juga, cara membaca idghâm mutamatsilain
ini dengan tanpa berdengung, cukup dengan menekan suara tasydid
saja dan tidak terlalu lama, kecuali dua huruf yang sama tersebut
merupakan hurufnya ghunnah, maka wajib adanya ghunnah dengan
lama ghunnahnya satu alif.

2. IDGHÂM MUTAJANISÂIN

Idghâm Mutajanisâin adalah meng‎idghâmkan dua huruf yang


sama makhrajnya berbeda sifatnya seperti ‫د‬ bertemu ‫ت‬, ‫ت‬
bertemu ‫ط‬.
ُ َ ْ َ ْ َْ ُ َُْ َ َ َ ْ ََُْ َ َ ُ َّ َ
‫جيتج دؼٖة‬ ِ ‫ا ِدَغمٕا َنٖ ا‬ ‫ال َوطا ٍء اذبخـٖا‬
ٍ ‫واتلاء ِف د‬

68
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
َُ َْ ْ َ َّ ُ َّ َ ُ َ َْ ٌ َّ ْ َ َ
‫الال ِف اًغاءِ ةِْد ِٖ ا ِذعٌُٖا‬ ‫َو َءاَْج طآئ ِكـث َوادؿـُٖا‬
“Para ulama Ahli Qurra` sepakat, ketika ada ‫ ت‬mati bertemu ‫د‬
atau ‫ط‬, maka wajib dibaca idghâm jinsi / mutajanisâin, seperti

‫ي ى ٍ ى ٍ ي ي‬ ‫ي ل ٍ ي ي‬
contoh :
‫ة‬٧‫خ دٔ ىٮدس ى‬ ‫ ا ًصيج‬dibaca ‫ة‬٧‫ا ًصيجىؽ ٔ ىٮدس ى‬
‫ى ه‬ ٍ ‫ى‬٪٦‫ا‬
‫ ىء ى‬dibaca ‫ػح‬ ‫ى ىىل ى ه‬
‫ػح‬ًٛ‫خ ىَآا‬ ًٛ‫ُآا‬٪٦‫ءا‬
‫ىٍى ى ٍ ى‬ ‫ىٍى ى ل‬
‫خ د ىٔ ىٮا اهلل‬ ٤ٞ‫ اث‬dibaca ‫ د ىٔ ىٮا اهلل‬٢ٞ‫اث‬
‫ةف‬ ‫ٍىل ٍ ى ىى‬ ‫ٍى ل ل ىى‬
ً ‫ذ‬ًٛ‫خ َآا‬٧٬‫ ًاذ‬dibaca ‫ةف‬ ً ‫ذ‬ًٛ‫ َآا‬٥٬‫ًاذ‬
Begitu juga ketika ‫ ذ‬mati bertemu ‫ ظ‬seperti lafadz : ‫ٮا‬٧٤ّ‫ ًاذ‬dibaca
‫ٍى ىي‬
‫ل ى‬ ‫ٍ ل ى‬ ٍ ‫ى ىٍى ي‬
‫ٮا‬٧‫ ي‬٤ّ‫ ًا‬, . ٥ٍ ‫ذي‬٧ٍ ٤ّ ‫ احلى ٍٮ ىـ ًاذ‬٥‫ ىٕس ي‬ٛ٪‫ ح‬٨ٍ ٣‫ىك‬
Dinamakan juga dengan idghâm mutajanisâin, ketika ‫ث‬ mati
‫ل ى‬ ٍ
bertemu dengan ‫ ذ‬contonya : ًٟ ‫ ى٭ر ذل‬٤‫ يى‬dan ‫ ط‬mati bertemu ‫ت‬
ُّ ‫ى ى‬
seperti contoh : ‫اظُخ‬, untuk contoh ini, cara membacanya dengan
idghâm nâqish, yaitu dengan memoncongkan mulut kedepan, dengan
lisan ditempelkan pada langit-langit atas sebagai isyarat huruf yang
dihilangkan qalqalahnya, kemudian mengeluarkan makhrajnya ‫ت‬
dengan tipis dan ngeses (hams).

َّ ‫َو َل ُم َٔ ْي َو َب ْي َومُ ْي ف‬
ِ‫الصاء‬ ِ‫ـصاء‬
ْ َ َّ
َ ِ‫اَخ‬ ُ َّ َ
‫اَلال ِف اتلاءِ ةِل‬‫و‬
ِ
َ ْ َ َ َ ‫ك َج‬ ُّ ُ ْ َ ُ ْ ُْ َ َ ْ ََ ُْ
ٍِ ٌ‫اق قاؼـ‬
ِ ‫ك‬ ‫ات‬ِ ‫ة‬ ‫اء‬ ً‫وا‬ ٍِ ‫َِري ًنس حاب َومي َرب اخس‬

69
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

“Begitu juga apabila ada ‫د‬ mati bertemu ‫ت‬ dan ‫ ؿ‬mati bertemu
‫ ر‬, Maka wajib dibaca idghâm jinsi / mutajanisâin, seperti contoh :
‫ؽ دل ى‬ٞ‫ى ى‬٣ dibaca ‫ةب‬
‫ةب‬ ‫ لذ ى‬ٞ‫ى ى‬٣ , ‫ لرب‬٢ٍ ‫ي‬ٝ dibaca ‫ػؿب‬ ‫ي ل‬ٝ
‫ى‬ ‫ى ى ى ى ٍ ى ه ى ى ى ٍ ُّ ٍ ى ٍ ل ى ل ى ُّ ٍ ي ى ٍ ى ى ى ٍ ي ٍ ُّ ى‬
‫ ًئ ر ًددت ًاىل رِّ س‬٣‫َغ س ك‬٣‫ ا‬٨٦ً ‫ؽ تجػني الؿمؽ‬ٝ ‫ س‬٥‫ةخجؽت‬٦ ‫ة َعثًؽ‬٩‫كآل أ‬
ٍ‫ى ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ ى ي‬
. ٥ٍ ‫ لرأحذي‬٢٬ ‫ س‬٫ً ٍ‫ اهلل ًاحل‬٫‫ لرذ ىٕػ‬٢‫ثى‬
3. IDGHÂM MUTAQÂRIBAIN
Idghâm Mutaqâribain adalah mengidghâmkan dua huruf yang

berdekatan makhraj dan sifatnya seperti ‫ؽ‬ mati bertemu dengan ‫ك‬
ُّ ‫ٍ ي‬ ‫ى‬
karena berdekatanya makhraj, seperti contoh : ٥ٍ ‫س‬ٞ٤‫ َن‬. Demikian
menurut kesepakatan ulama Qurra`.

70
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َّ ْ ْ َ َ ْ ْ‬ ‫َ ُ َ ْ َ َ‬
‫ةاب اخَك ِم ل ِم اتلــؽ ِصي ِف ول ِم اً ِكؽ ِي‬
‫‪BAB MENJELASKAN HUKUM‬‬
‫‪) DAN LAM FI’IL (7‬ال( ‪LAM TA’RÎF‬‬
‫‪Lam ta‟rîf adalah lam mati yang didahului oleh hamzah washal‬‬
‫‪) yang ditambahkan hanya pada kalimat isim, sedangkan lam fi‟il‬اؿ(‬
‫‪adalah lam mati yang terdapat pada kalimat fi‟il.‬‬

‫َََْ ْ َْ َ ْ ُ َ َ‬
‫ش ح ْٖجسا‬ ‫َواَ ْعٕ َص َّن َل َم َت ْؽصيْف َ َ‬
‫اربؽ ٍث َِِ بؽ ِس ؼ ٍ‬ ‫َلى‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َْ‬
‫‪........................‬‬ ‫ِف اة ِؾ خجه ورف ؼ ِنيُث‬
‫(اؿ) ‪“ Lam ta‟rîf‬‬ ‫‪wajib dibaca idzhâr qamariyah‬‬ ‫(إّ٭ةر‬
‫‪٧ٝ ketika bertemu huruf 14 yang terkumpul dalam ba‟it :‬ؿيح)‬
‫ى ى ٍ‬ ‫ى‬
‫اث ٍ ًٖ ىظ لض‪ ٟ‬ىكػ‪ ٙ‬ىٔ ً‪ٞ‬يٍ ى‪٧‬ح‬
‫(أ س ب س غ س ح س ج س ؾ س ك س خ س ؼ س ع س ؽ س م س ـ س ق)‬

‫ل‬ ‫ٍ‬
‫‪(7‬أظاكـ الالـ الكة‪٪٠‬ح ‪ /‬أظاكـ الـ (ا‪٣‬ػ) يه الـ قة‪٪٠‬ح زااؽة ٔ‪ ٨‬ثيجيى ًح الك‪٧‬ح دذ‪ٞ‬ؽ يم ى٭ة ‪٧٬‬ـة كو‪٢‬‬
‫الك ً‪٧‬يٓ) ثح‪٧٪‬ة ثٌٕ٭ة اآلػؿ‬ ‫(ا‪٤ٕ٣‬يٍ‪ ٥‬س ل‬ ‫يت ٍ‪ٛ‬ذىط ٔ‪٪‬ؽ اإلثذؽاء ث٭ة كي‪٤‬ي٭ة إق‪ ٥‬كبٌٕ٭ة ي‪٧‬س‪ ٨‬ظؾ‪ٚ‬٭ة ‪٧٠‬ة يف ى‬
‫ً‬
‫ٍ‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫اذلم س ا‪ً ٣‬يت) كيه هلة يظ‪ ١‬ى‪٧‬ةف‪ )9(/‬اإلّ٭ةر ا‪٧ٞ٣‬ؿم كذل‪ ٟ‬إذا صةء ثٕؽ‪٬‬ة‬ ‫ال ي‪٧‬س‪ ٨‬ظؾ‪ٚ‬٭ة ‪٧٠‬ة يف (اهلل س ً‬
‫ن‬
‫أظؽ احلؿكؼ ا‪٧ٞ٣‬ؿيح كٔؽد‪٬‬ة أربٕح ٔرش ظؿ‪ٚ‬ة يه (األ‪ ٙ٣‬س ابلةء س ا‪٘٣‬ني س احلةء س اجلي‪ ٥‬س الاكؼ س الٮاك‬
‫ا‪ ٘٣‬ي‪ٛ‬ٮر س اخل ى ٍ ي‬
‫ري س احلى ٍٮـ س‬
‫ى‬ ‫ٍ‬
‫س اخلةء س ا‪ٛ٣‬ةء س ا‪ٕ٣‬ني س ا‪ٞ٣‬ةؼ س احلةء س املي‪٥‬س كاهلةء) ك‪ ٨٦‬أ‪٦‬س‪٤‬ذ٭ة (األج ى٭ةر س‬
‫ي ى‬
‫ال٭ؽل) (‪ )9‬اإلداغـ كذل‪ ٟ‬إذا صةء ثٕؽ‪٬‬ة أظؽ احلؿكؼ الن‪٧‬كيح كيه ثةيق احلؿكؼ األربٕح ٔرش ك‪٨٦‬‬
‫ل ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫أ‪٦‬س‪٤‬ذ٭ة ل‬
‫(الىالة س اجللةر س ا‪ ٨ْ٣‬س النة ً‪ً ٠‬ؿي‪ ٨‬س الال ًٔ‪٪‬ٮف) (أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)98‬‬

‫‪71‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

Artinya dengan membaca jelas ‫اؿ‬ dan huruf setelahnya, seperti

‫ٍ ى ى ي ٍ ى ي ٍ ى ي ي ٍى ي ٍى ي ٍ ى ي ٍ ى ي ي ٍى ل‬
Contoh :
‫ي‬
‫ةس س‬٪‫ س الٮدكد س اخل‬٥‫ ًؿي‬١٣‫ س ا‬٢‫ي‬٤ً ‫ س اجل‬٥‫ي‬٤ً ‫ٮر س احل‬ٛ٘٣‫االظؽ س ابل ًىري س ا‬
ٍ ‫ٍى ل ي ٍى ي ٍى ي ٍى ي ٍى ي ى‬
.‫ةٔٮف س ال ى٭ة ًدل‬ ٧‫ني س ال‬ًٞ ‫ ًؽيؿ س احل‬ٞ٣‫ س ا‬٥‫ي‬٤ً ٕ٣‫ذةح س ا‬ٛ٣‫ا‬
ْ َ ُْ ُ ْ َ
‫َو ِف ِظ َٖأا َِِ خ ُص ْو ٍف ادؿُِث‬ ........................
“Dan ‫ اؿ‬wajib di baca Idghâm Syamsiyah (‫كيح‬٧‫)إداغـ م‬
ketika bertemu selain huruf 14 diatas yang terkumpul pada permulaan

ٍ ‫ ىؿ‬١ٍ٤‫ة ل‬ٛ‫ يز ٍر ىُشيٍ ن‬٨ٍّ ّ‫ع يق ٍٮ ىء ى‬


bait kitab Tuhfathul Athfal :
ٍ ‫ى‬ ‫ٍ ى‬ ‫ٍ يل ٍ ىٍن ىي‬
‫اـ‬ ً ً ً ‫د‬ ٥ٕ‫ً ى‬٩ ‫ ذا‬ًًٙ ‫ ٍـ‬ٛ‫محة ت‬‫ ر‬٢‫ ًو‬٥‫ًَت ث‬
)‫(ط س ث س ص س ر س ت س ض س ذ س ف س د س س س ظ س ز س ش س ؿ‬
Artinya idghâm syamsiyah ini, dengan mengidghâmkan ‫اؿ‬ pada
huruf setelahnya, seperti Contoh :
ٍ ٰ َٔ ‫ِٱَل ۡل‬ ُّ
‫ ىؿل س‬٠‫اط س ٱذل‬ ‫لِرْص ى‬
‫ى سٱ ى‬ َّ ِ‫ س‬٥ٍ‫الؿ ًظي‬
ً
‫حس ل‬ ٰ َ ‫ٱلض‬ ‫تس‬ ٍ ٝ‫ُيجىةت س ٱثللة‬٣
ً ً
‫ٱ ل‬
‫لٍ ي‬ ‫ل ي‬ ‫ل‬
. ‫ىػح‬٪ٕ٤‫ٮر س ٱل‬١‫ٮف س ٱلن‬ ‫ى ل ٍي‬ ‫ل ي‬ ‫ل‬
ً ‫ني س ٱلـيذ‬٧ً ً ‫ْةل‬٣‫يٓ س ٱ‬٧ً ‫ س ٱدل ًاِع س الك‬٥‫ي‬
‫ل‬
ً ًٕ ‫ٱجل‬
َ ْ َ َ َْ ََ ُْ َْ َْ ْ ُ َ
‫ذِيُا ِظ َٖى لمٍ َو َرا ٍء َكتلَق‬ ‫َولم ق ِؽ ٍي اع ِٕ َصجٕا َطـٌنا‬
َُْ ََ ُْ ُ ْ
‫َواتلَ ُِعـٖا َومي جؽ ٍْ َومٌْا‬
“Apabila ada ‫ؿ‬ mati bertempat pada kalimat fi‟il, dan bertemu

huruf hija`iyyah selain ‫ؿ‬ dan ‫ر‬, maka wajib dibaca idzhâr muthlaq,
baik bertempat pada fi‟il madli, fi‟il mudlari‟, atau fi‟il amar seperti
contoh :

72
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ٢ٕٚ ‫ح ىف‬٪٠‫ؿة الـ الكة‬٧٩


ٍ ٍ ‫ل‬‫ى‬ ‫ ىبل ن‬٢‫ليٍ ى‬٤‫ىة ال‬٪ٍ٤ٕ‫ىة س ىك ىص ى‬٪ٍ٤‫ي‬ٝ
‫ ىـجلى يةق س‬٩‫آ أ‬٩‫ةقة س ًا‬ ً
‫َ ۡ َ ٰ ُ ُ َّ َ ُ ُ ٍ ى ى‬ ‫ةض‬٦ 9
‫ألٓىسً ٱَلَكذر س اًتلًف‬
ٍ ‫ي‬ ‫ٍ ي ى‬ ‫ىى ى ٍ ٍ ى ي‬
‫جىس ٍٮف ًثيىةثنة س حجىؽؿ‬٤‫ س ي ى‬٥ٍ ٬‫يٍ ىؽ‬٠ ٢ٕ‫ جي ى‬٥ٍ ‫ال‬
‫الك لي ى‬ ‫ ىب ٍٕ يي ل‬٫‫ ٍُ ي‬ٞ‫ٍذى‬٤‫ح س يى‬٧‫ ٍٕ ى‬٩ ‫مٌةرع‬ 9
‫ةر ًة‬ ً ً
ٍ ‫ى‬
‫ ىٔ ىى ى‬ٜ٣‫ ىقةث ى٘ةت س ىكا‬٢ٍ ٧‫اخ ى‬ ٍ ‫ى‬
‫ةؾ س‬ ً ‫ً و‬ ‫ا ًف‬
‫يٍ يى ي ى ه‬ ٍ‫ى‬ ‫امؿ‬ 3
‫اهلل ا ىظؽ‬ ‫ٮ‬٬ ٢ٝ ‫ يكٮا س‬٧ً ‫ذى‬٤ٚ
ٍ‫ى‬
Demikian itu berlaku juga pada lamnya kalimat huruf seperti ٢‫ ث‬,
ٍ ‫ىٍ ى ى ىٍ ىل‬
hukumnya sama dengan lam fi‟il seperti contoh : ٓ‫ت ًج‬٩ ٢‫ ث‬, ‫ كف‬٢‫ ث‬,

Dan ketika ‫ ؿ‬mati tersebut bertemu ‫ ؿ‬dan ‫ ر‬wajib diidghâmkan


ٍ ‫ى لىٍ ي‬
seperti contoh : ٥‫ راحذ‬٢٬, ‫ رب‬٢ٝ,‫هلل ل‬
‫ ٌ ي ل‬٢‫ي‬ٝ, ٥ٍ ‫س‬ ‫ى ل ُّ ي‬
‫ رب‬٢‫ث‬
ً ً

Keterangan: Wajib menjaga tiga perkara :


1. Jangan sembarangan didalam menjelaskan bacaan idzhâr, sebab
kalau tidak berhati-hati bisa berubah menjadibacaan idghâm,
karena dekatnya Lam dengan huruf hija`iyyah yang lain sehungga
huruf setelahnya lam sangat mudah tertarik saat dibaca bersama
lam.
2. Jangan terlalu dalam membaca idzhârnya, sehingga
menghidupkan Lam yang mati.
3. Jangan sampai membaca saktah, karena khawatir terbaca idghâm.

َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ
‫الٌ ِل َكضكح خْا‬ ‫ل ْص ِف‬
َ ِ ‫اعٕ ْص‬
ِ ‫و‬
73
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ْ َ ْ ً َ َ َ َ َّ َ‬ ‫ْ ْ َ َ‬ ‫َ َ َ ُ ْ َْ ْ‬
‫ِف َِرٌِ ِٓ خخُا وُا تنسَا‬ ‫َال ٍْ يسِ َػ َِرٌِ ِٓ َولُسدُا‬
‫ق س ع س غ س ح س خ أ ‪“Apabila ada huruf halaq yang jumlahnya 6‬‬
‫‪bertemu sesama huruf halaq yang lain, maka wajib dibaca idzhâr‬‬
‫‪( karena huruf halaq itu jauh dari idghâm.(8 seperti :‬اّ٭ةر ظ‪halqi )ٜ٤‬‬

‫األ‪٦‬س‪٤‬ح‬ ‫‪٧٩‬ؿة احلؿؼ‬


‫ى ي ٍي ى ٍ ٍ‬
‫اق يضؽ‬ ‫الد ًُٕ‪ ٫‬ك‬ ‫ع‪+‬ق‬ ‫‪9‬‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى ٍي‬
‫اث ٍ ً‪ ٫٘٤‬ى‪٦‬أ ى‪٪٦‬ى‪٫‬‬ ‫ع‪+‬ق‬ ‫‪9‬‬
‫ى ٍ ى ىٍ‬
‫ةو‪ٍ ٛ‬ط خ‪ ٪‬ي٭ ٍ‪٥‬‬ ‫‪ٚ‬‬ ‫ح‪+‬ع‬ ‫‪3‬‬
‫ىل ٍ ى‬ ‫ى‬
‫دت ًج ٍٓ أ‪ ٬‬ىٮآئ ي٭ ٍ‪٥‬‬ ‫ع‪+‬أ‬ ‫‪4‬‬
‫ى ٍ ي‬
‫‪ ٚ‬ىكجع‪٫‬‬ ‫ح‪+‬ق‬ ‫‪5‬‬
‫ئ ًٔجىة ًدم‬ ‫ىجج ٍ‬ ‫أ‪+‬ع‬ ‫‪6‬‬
‫ى ٍ‬
‫ذجىةيًٕ ي٭ ل‪٨‬‬ ‫ع‪+‬ق‬ ‫‪7‬‬
‫ىٍ ٍ ى‬
‫ا‪ً ٚ‬ؿغ ىٔ‪٤‬يٍ‪٪‬ىة‬ ‫غ‪+‬ع‬ ‫‪8‬‬
‫ري يم ٍك ى‪ ٧‬وٓ‬ ‫اق ى‪ ٍٓ ٧‬ىد ٍ ى‬
‫ىك ٍ‬ ‫ع‪+‬غ‬ ‫‪9‬‬

‫يل‬ ‫ىٍ‬
‫‪(8‬اإلّ٭ةر احل‪ٌ٤‬ف ‪٬‬ٮ إػؿاج احلؿؼ ‪َ ٨٦‬م ىؿ ًص ً‪ٗ ٨٦ ٫‬ري د‪٪‬ح كظؿكؼ اإلّ٭ةر قذح يه (اهل‪٧‬ـة س اهلةء س‬
‫ٍ‬ ‫ىٍ‬
‫ِّم ثةحل‪ٌ٤‬ف ألف َم ىؿج ظؿك‪٬ ٫ٚ‬ٮ (احلى‪ )ٜ٤‬كيي ىُجل‪ ٜ‬اإلّ٭ةر إذا صةء ثٕؽ‬ ‫ا‪ٕ٣‬ني س احلةء س ا‪٘٣‬ني س كاخلةء) ي‬
‫كق ى‬
‫ظؿؼ اجلٮف الكة‪٪٠‬ح أك اتل‪٪‬ٮي‪ ٨‬أظؽ ظؿكؼ اإلّ٭ةر قٮاء كف ذل‪ ٟ‬يف لك‪٧‬ح كاظؽة أك يف لك‪٧‬ذني كذل‪ٟ‬‬
‫ٍ ي ىٍ‬ ‫ن‬ ‫ٍ‬ ‫ثإػؿاج اجلٮف الكة‪٪٠‬ح ‪ ٨٦‬ىَم ٍ ىؿص ى٭ة ‪ٗ ٨٦‬ري يد‪٪‬لح ‪٧٠‬ة يف ى‬
‫(‪ ٨ٍ ٦‬أخ ىُٯس ًظ ىكةثىة) كقجت ذل‪ ٟ‬يبٕؽ َم ىؿج‬ ‫ً‬
‫ىٍ‬ ‫ى‬ ‫ىٍ‬
‫اجلٮف الكة‪٪٠‬ح (ك‪٬‬ٮ َؿؼ ال‪٤‬كةف) ٔ‪َ ٨‬مؿ ًج ‪٬‬ؾق احلؿكؼ (ك‪٬‬ٮ‪ /‬احل‪(.)ٜ٤‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)94‬‬

‫‪74‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪Kecuali huruf halaq tadi bertemu dengan huruf yang sama, maka‬‬
‫‪wajib dibaca idghâm seperti keterangan pada bab idghâm.‬‬

‫َّ ْ ْ َ ُ ُ ْ ْ َ ْ َ َ‬ ‫َ ُ ُ‬
‫ةاب خ ُص ْو ِف اتلك ِزي ٍِ وخصو ِف اًنٌنٌ ِث‬
‫‪BAB MENJELASKAN‬‬
‫‪HURUF TAFKHIM DAN HURUF QALQALAH‬‬

‫‪1.‬‬ ‫‪HURUF TAFKHIM‬‬


‫‪Tafkhim adalah menebalkan suara huruf sedangkan Tarqîq‬‬
‫‪adalah : menipiskan suara huruf. (9‬‬

‫ي‬
‫الزـ احلؿؼ ثةقذ‪٧‬ؿار كهل‪٧‬ف كاجل٭ؿ‬ ‫‪(9‬اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪٪٬ ٜ‬ةؾ و‪ٛ‬ةت أو‪٤‬يح ل‪٤‬عؿكؼ كيه ا‪٣‬يت د ً‬
‫ن ى ٍ ى ُّ‬ ‫ي‬
‫دٕؿض هل أظية‪٩‬ة كت‪ٟٛ٪‬‬ ‫كا‪٤ٞ٤ٞ٣‬ح كاإلقذٕالء كاإلَجةؽ كٗري‪٬‬ة ك‪٪٬‬ةؾ و‪ٛ‬ةت َعرًح ل‪٤‬عؿكؼ كيه ا‪٣‬يت ً‬
‫ى ى‬ ‫ن‬
‫ٔ‪ ٫٪‬أظية‪٩‬ة أػؿلسكأ‪٧٬‬٭ة ( اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ )ٜ‬اتل‪ٛ‬ؼي‪٬ ٥‬ٮ ىق ى‪ ٧‬ه‪ ٨‬يُؿأ ىلع احلؿؼ ‪ٚ‬ي‪٧‬ذ‪٤‬ئ ا‪ ٥ٛ٣‬ثىؽاق‬
‫ى‬
‫كيي ىُجل ي‪ ٜ‬ثذٮقيٓ اتلضٮي‪ ٙ‬ادلاػٌل ل‪ ٓ٦ ٥ٛ٤‬اقذٕالء ال‪٤‬كةف ‪ ٨٦‬أ‪ٝ‬ىةق إىل احلى‪ ٟ٪‬األىلع كدٌيي‪ٚ ٜ‬ذعح‬
‫ل‬
‫‪٪ٕٚ‬ؽاؾ إذا ػؿج الىٮت ‪َ ٨٦‬مؿص‪ٚ ٫‬إ‪ ٫٩‬يىُؽـ ثةل‪٤‬كةف ‪ٚ‬يذض‪ ٫‬يف جتةكي‪ ٙ‬ا‪ ٥ٛ٣‬كالن‪ٛ‬ذني‬ ‫و‬ ‫الن‪ٛ‬ذني‬
‫ىى ىه‬ ‫ى‬
‫‪ٚ‬يجذيش ٔ‪ ٨‬ذل‪ ٟ‬الىؽل اذلم يك لَّم (اتل‪ٛ‬ؼي‪ )٥‬أ‪٦‬ة ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ٚ ٜ‬٭ٮ ْنة‪٣‬ح دُؿأ ىلع احلؿؼ ‪ٚ‬ال يسٮف هل‬
‫ى‬ ‫ي‬ ‫ل‬
‫ى‬
‫ىوؽ نل يف ا‪ ٥ٛ٣‬كيي ىُجل ي‪ ٜ‬ثذٌيي‪ ٜ‬اتلضٮي‪ ٙ‬ادلاػٌل ل‪ ٓ٦ ٥ٛ٤‬اَن‪ٛ‬ةض ال‪٤‬كةف ‪ ٨٦‬أ‪ٝ‬ىةق إىل ‪ٝ‬ةع ا‪ ٥ٛ٣‬ك‪ٚ‬ذط‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫بؾ إذا ػؿج الىٮت ‪َ ٨٦‬مؿص‪ٚ ٫‬إ‪ ٫٩‬جيؽ ا‪ُ٣‬ؿي‪ ٜ‬أ‪٦‬ة‪ ٫٦‬قةلاك إىل اخلةرج ‪ٚ‬ال‬ ‫‪٦‬ة ثني الن‪ٛ‬ذني أ‪ٞٚ‬ية ‪ٚ‬عيج و‬
‫ى‬ ‫ي‬
‫يىُؽـ بنئس كال َيؽث ىوؽ نل ك‪٬‬ؾا ‪٦‬ة ي ي ىك لَّم‪( /‬ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ .)ٜ‬كد‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬احلؿكؼ اهلضةايح ثة‪٣‬جكجح ل‪٤‬ذ‪ٛ‬ؼي‪٥‬‬
‫ي ل‬ ‫يى ل‬
‫كا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬إىل زالزح أ‪ٝ‬كةـ (‪ )9‬ظؿكؼ ت‪ٛ‬ؼ‪ ٥‬ثى‪ٛ‬ح داا‪٧‬ح (‪ )9‬ظؿكؼ د ىؿ‪ ٜٝ‬ثى‪ٛ‬ح داا‪٧‬ح (‪ )3‬ظؿكؼ‬
‫ن‬ ‫ن ي ل‬ ‫يى ل‬
‫ت‪ٛ‬ؼ‪ ٥‬أظية‪٩‬ة كد ىؿ‪ ٜٝ‬أظية‪٩‬ة أػؿل احلؿكؼ امل‪ٛ‬ؼ‪٧‬ح ثى‪ٛ‬ح داا‪٧‬ح يه ظؿكؼ اإلقذٕالء الكجٕح كيه‬
‫ثرتديت ‪ٝ‬ٮد٭ة كتلةيل (ا‪ُ٣‬ةء كالٌةد كا‪ْ٣‬ةء كالىةد كا‪ٞ٣‬ةؼ كا‪٘٣‬ني كاخلةء) كل‪٤‬ذ‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬مؿادت مخكح (‪)9‬‬
‫ل ل‬ ‫ن‬
‫(ا‪ُ٣‬ة‪٦‬ح‬ ‫املؿدجح األكىل كيه أىلع اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كيه أف يسٮف ظؿؼ اتل‪ٛ‬ؼي‪ٛ٦ ٥‬ذٮظة كبٕؽق أ‪.ٙ٣‬ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٟ‬‬
‫ن‬ ‫ٍ‬ ‫ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ل ٍ‬ ‫ل ٍ‬
‫ةر ىٔح س ا‪٘٣‬ة‪٤ً ًٚ‬ني س كاخلىةاًجًني) (‪ )9‬املؿدجح اثلة‪٩‬يح كيه أ‪ٝ ٢ٝ‬ٮة ‪٨٦‬‬ ‫ل ٍ‬
‫س الٌة‪٣‬ني س ا‪ْ٣‬ةجني س الىةثً ًؿي‪ ٨‬س ا‪ً ٞ٣‬‬
‫ب س ىّ‪٤‬ى ى‪ ٥‬س ىو ى ى‬
‫رب س‬ ‫ض ى‬ ‫األكىل كيه أف يسٮف ظؿؼ اتل‪ٛ‬ؼي‪ٛ٦ ٥‬ذٮظة ن ك‪٣‬حف ثٕؽق أ‪ ٙ٣‬ك‪٦‬سةؿ ذل‪ ٟ‬ى‬
‫(َجى ىٓ س ى ى‬
‫ن‬ ‫ى ٍ‬ ‫ىٍ‬ ‫ىٍ‬
‫ا‪ٞ٣‬ذ‪ ٢‬س دري س كػ ًجري) (‪ )3‬املؿدجح اثلةثلح كيه أ‪ٝ ٢ٝ‬ٮة ‪ ٨٦‬اثلة‪٩‬يح كيه أف يسٮف ظؿؼ اتل‪ٛ‬ؼي‪٥‬‬

‫‪75‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫ي ى ي ٍ‬ ‫ٍ ي ل ي ى ي ى ي ى ٍ ىي ي‬ ‫ن‬
‫ص‪ٚ‬خ س ذ‪ٞ‬ٮلٮا س ٗ ٍؿ‪ٚ‬ح س ػؾ) (‪)4‬‬ ‫ضب س ّ ً‪ ٥٤‬س ً‬‫مٌ‪٧‬ٮ‪٦‬ةسقٮاء كف ثٕؽق كاك أـ ال ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬اًُؿ س ً‬
‫ٍ ى ىن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫ارا س‬ ‫املؿدجح الؿاثٕح كيه أ‪ٝ ٢ٝ‬ٮة ‪ ٨٦‬اثلةثلح كيه أف يسٮف ظؿؼ اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬قة‪٪٠‬ة ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬أَٮ‬
‫ن‬ ‫ي ٍ‬ ‫ىٍ‬ ‫ٍ ى‬ ‫ٍ‬
‫كاو ٍ‬ ‫ٍ ٍ ىٍ ى‬
‫رب س ًث ً‪ٞ٧‬ؽار س ت٘ يؿب س أػ يؿج)‪ )5( .‬املؿدجح اخلةمكح كيه أ‪ٝ ٢ٝ‬ٮة ‪ ٨٦‬الؿاثٕح كيه أف‬ ‫ً‬ ‫ضب س أّ‪ ٥٤‬س‬‫ًإ ً‬
‫ى‬ ‫ن ى ٍىن ٍى ى ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ي ٍ‬ ‫ن‬
‫يسٮف ظؿؼ اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬م‪١‬كٮرا ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬ي ًُٓ س ًًيةء س ًّال س ػ ًىي‪٧‬ة س ًري‪ ٢‬س ك ًديي س دا ًػ ًؿي‪)٨‬‬
‫يى ل‬ ‫ى‬
‫ال‪ٛ٧‬ؼ ى‪٧‬ح ِبير جيت ثية‪ ٫٩‬كٔؽـ ػ‪ ٫ُ٤‬ث٘ريق ‪ ٨٦‬احلؿكؼ‬ ‫كيي ىؿاِع ‪٦‬ة يٕرتم لك ظؿؼ ‪ ٨٦‬احلؿكؼ‬
‫ى‬ ‫ي ن‬
‫ك‪٦‬سةؿ ذل‪ ٟ‬ظؿؼ الٌةد ‪ٚ‬٭ٮ أٔرس احلؿكؼ اهلضةايح ج ٍُ‪ٞ‬ةسذلل‪ ٟ‬يي ىؿاِع ثية‪ ٫٩‬كٔؽـ ػ‪ ٫ُ٤‬ثةحلؿكؼ‬
‫ىٍى ى ى ٍ‬ ‫ل‬ ‫ن‬
‫(اذلم أج‪ٞ‬ي ّ٭ ىؿؾ‪().‬قٮرة‬ ‫ا‪ٞ٣‬ؿيجح ‪٫٪٦‬سك‪ْ٣‬ةء كػةوح إذا صةء ثٕؽق ظؿؼ ا‪ْ٣‬ةءس‪٧٠‬ة يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل ً‬
‫ى‬ ‫ن‬
‫الرشح‪/‬اآليح ‪ )3‬أك ػ‪ِ ٫ُ٤‬بؿؼ ا‪ُ٣‬ةء كػةوح إذا صةء ثٕؽق ظؿؼ ا‪ُ٣‬ةء ‪٧٠‬ة يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل (‪..‬ذ ى‪٨ً ٧‬‬
‫ن‬ ‫ىٍ‬ ‫ٍ‬
‫اً يُ ىؿ ًيف َم ى‪ ٧‬ىى وح‪()..‬قٮرة املةاؽة‪ /‬اآليح ‪ )3‬كظؿؼ الىةد جيت ثية‪٩‬٭ة ظىت ال دذعٮؿ إىل قني ػةوح إذا‬
‫ى ٍ‬
‫(ظ ًؿوذي‪ )٥‬كظىت ال د‪ٞ‬رتب ‪ ٨٦‬الـام إذا صةءت قة‪٪٠‬ح كصةء‬ ‫صةءت قة‪٪٠‬ح كصةء ثٕؽ‪٬‬ة دةء ‪٧٠‬ة يف لك‪٧‬ح‬
‫ثٕؽ‪٬‬ة َةء ‪٧٠‬ة يف لك‪٧‬ح ( املىُ‪ٛ‬ني) ك‪١٬‬ؾا احلؿكؼ املؿ‪ٞٝ‬ح ثى‪ٛ‬ح داا‪٧‬ح يه ثةيق احلؿكؼ اهلضةايح ٔؽا‬
‫أظاكـ ػةوح كيججَغ مؿاَعة ٔؽـ املجة‪٘٣‬ح يف دؿ‪ٝ‬ي‪٬ ٜ‬ؾق احلؿكؼ ظىت ال‬ ‫ه‬ ‫(الالـ كالؿاء كاأل‪ٚ )ٙ٣‬يه هلة‬
‫ى‬
‫دىجط ‪٠‬أ‪٩‬٭ة يم ى‪٧‬ة‪٣‬ح احلؿكؼ ا‪٣‬يت د‪ٛ‬ؼ‪ ٥‬أظية‪٩‬ة كدؿ‪ ٜٝ‬أظية‪٩‬ة أػؿل كيه زالزح ظؿكؼ (الؿاء كالالـ‬
‫ظةالت (أ) د‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬الؿاء ك‪٬‬ٮ ىلع أربٕح مؿادت (‪ )9‬املؿدجح األكىل كيه‬
‫و‬ ‫كاأل‪ )ٙ٣‬أظاكـ الؿاء ‪ /‬هلة زالث‬
‫ل ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫امحني) (‪ )9‬املؿدجح‬
‫اًيح س الؿ ً ً‬
‫أىلع مؿادت اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كيه أف دسٮف ‪ٛ٦‬ذٮظح كبٕؽ‪٬‬ة أ‪٧٠ ٙ٣‬ة يف (ر ً‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫اثلة‪٩‬يح كيه أدِّن ‪ ٨٦‬األكىل كيه إ‪٦‬ة أف دسٮف ‪ٛ٦‬ذٮظح ك‪٣‬حف ثٕؽ‪٬‬ة أ‪٧٠ ٙ٣‬ة ىف (ربخ س الؿمح‪ )٨‬أك‬
‫ةر) أك قة‪٪٠‬ح‬ ‫سا‪ ٘٣‬ل‪ٍ ٛ‬‬
‫ل ٍ ى‬ ‫ي ى‬
‫(م ٍـد ًصؿ) أك قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة أ‪ ٙ٣‬املؽ ‪٧٠‬ة ىف (اجلةر‬ ‫قة‪٪٠‬ح ك‪٦‬ة ‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ‪ٛ٦‬ذٮح ‪٧٠‬ة ىف‬
‫ٍ‬ ‫ى ى ٍ ٍ ىى ى ٍ‬
‫ةؿ ٔرش) (قٮرة ا‪ٛ٣‬ضؿ‪ /‬اآليح ‪9‬س‪)3( )9‬‬ ‫ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة قةز‪ ٨‬ك‪ٝ‬ج‪ٛ٦ ٫٤‬ذٮح ‪٧٠‬ة يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل (كا‪ٛ٣‬ضؿ‪.‬كحل و‬
‫ٍ‬
‫املؿدجح اثلةثلح كيه أدِّن ‪ ٨٦‬اثلة‪٩‬يح كيه إ‪٦‬ة أف دسٮف قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ‪٠‬رس َعرضس‪٧٠‬ة يف (ار ًص ًِع س‬
‫ٍىٍ‬
‫ارمح ي٭ ى‪٧‬ة) أك قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ‪٠‬رس أوٌل كبٕؽ‪٬‬ة ظؿؼ اقذٕالء ٗري م‪١‬كٮر ‪٧٠‬ة يف (‪ٍ ًٝ‬ؿ ىَةس س ًم ٍؿ ىوةد)‬
‫(الؿ ٍكـ س‬
‫(‪ )4‬املؿدجح الؿاثٕح كيه أدِّن ‪ ٨٦‬اثلةثلح كيه إ‪٦‬ة أف دسٮف مٌ‪٧‬ٮ‪٦‬ح كبٕؽ‪٬‬ة كاك املؽ ‪٧٠‬ة يف ُّ‬
‫(ربى ى‪٧‬ة س ير ى ى‬
‫ا‪ ٞ٣‬يؽس) أك مٌ‪٧‬ٮ‪٦‬ح ك‪٣‬حف ثٕؽ‪٬‬ة كاك املؽ ‪٧٠‬ة يف ي‬ ‫ي‬
‫محةء) أك قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ً‪٧‬ح ‪٧٠‬ة يف‬ ‫ًث يؿ ٍك ًح‬
‫ٮر) أك قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة قةز‪ ٨‬ك‪ٝ‬ج‪٫٤‬‬ ‫ٮر س ى‪ ٠‬ي‪ٍ ٛ‬‬ ‫ى‬
‫(د ي‪ٍ ٛ‬‬ ‫ى‬ ‫ي ى‬
‫(م ٍؿدةب س يم ٍؿ ىقة‪٬‬ة) أك قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة كاك املؽ ‪٧٠‬ة يف‬
‫يٍ‬ ‫ي ٍ‬
‫(و‪ٍ ٛ‬ؿ س ز‪ٍ ٛ‬ؿ) (ب) دؿ‪ٝ‬ي‪ ٜ‬الؿاء كهلة ٔؽة ظةالت ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح يه (‪ )9‬أف دسٮف م‪١‬كٮرة‬ ‫مٌ‪٧‬ٮـ ‪٧٠‬ة يف‬
‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ن‬
‫‪ٞ٤ُ٦‬ة قٮاء كف ثٕؽ‪٬‬ة يةء ‪٧٠‬ة يف (جت ًؿم) أك ‪٣‬حف ثٕؽ‪٬‬ة يةء ‪٧٠‬ة يف (ا‪ً ٘٣‬ؿ ً‪٦‬ني) (‪ )9‬أف دسٮف قة‪٪٠‬ح‬

‫‪76‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ْ ُ ْ ُْ َ‬ ‫ُ َّ َ ْ‬
‫ف رص ضـ ٍط م ِظ ةِؽٌ ٍٖ تشٕ ُص‬ ‫ِ‪‬‬ ‫ز ْي ٍِ َظ ْت ٌػ ُُتْ َصُ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ ُ‬
‫َواخ ُصف اتلَّك ِ‬
‫‪“Banyaknya huruf tafkhim ada tujuh yang teringkas pada kalimat‬‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ي‬
‫‪( Huruf Tafkhim juga‬خ س ص سضس غس طس ؽس ظ) ػ له ىً٘ وٍ ‪ًِٝ‬‬
‫‪( karena disaat‬إقذٕالء) `‪masyhur dengan nama huruf Isti‟lâ‬‬
‫‪mengucapkan huruf-huruf tersebut lisan akan naik kelangit-langit‬‬
‫‪atas, Ketujuh huruf isti‟lâ` diatas yang paling kuat ada empat yaitu :‬‬

‫ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ‪٠‬رس أوٌل ك‪٣‬حف ثٕؽ‪٬‬ة ظؿؼ اقذٕالءس ‪٧٠‬ة يف (‪ٍ ًٚ‬ؿ ىٔ ٍٮف) (‪ )3‬أف دسٮف قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة يةء املؽ‬
‫ى ٍ‬ ‫ىٍ‬
‫ري) (‪ )4‬أف دسٮف قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة يةء ال‪٤‬ني ‪٧٠‬ة يف (ػري س ًري) (‪ )5‬أف دسٮف‬ ‫‪٧٠‬ة يف (‪ٝ‬ىؽ ٍ‬
‫يؿ س ثىى ٍ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ل‬
‫(ظضؿس الكعؿ) (‪ )6‬أف‬ ‫قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة قةز‪( ٨‬ىلع أال يسٮف ظؿؼ اقذٕالء) ك‪ٝ‬ج‪ ٫٤‬م‪١‬كٮرس ‪٧٠‬ة يف ً‬
‫ىٍى ى‬ ‫ىٍ ى‬ ‫ى‬
‫يأيت ثٕؽ‪٬‬ة أ‪ ٙ٣‬يم ى‪٧‬ة‪٣‬ح ك‪٬‬ؾق ال دٮصؽ يف ا‪ٞ٣‬ؿآف إال يق لك‪٧‬ح (دل ىؿا‪٬‬ة) يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل (ِمْسِب اهلل دلؿا‪٬‬ة‬
‫ى‬
‫ىك ىم ٍؿ ىقة‪٬‬ة) (قٮرة ‪٬‬ٮد‪ /‬اآليح ‪( )49‬ص) صٮاز ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كاتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كجيٮز ذل‪ ٟ‬يف زالث ظةالت (‪ )9‬أف‬
‫ٍ‬
‫دسٮف قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ظؿؼ اقذٕالء قةز‪ ٨‬ك‪ٝ‬ج‪ ٫٤‬م‪١‬كٮر ‪٧٠‬ة يف ( ًمِرْص س ا‪ٍُ ًٞ ٣‬ؿ) (‪ )9‬أف دسٮف‬
‫قة‪٪٠‬ح ك‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ‪٠‬رس أوٌل كبٕؽ‪٬‬ة (يف ‪ٛ٩‬ف الك‪٧‬ح) ظؿؼ اقذٕالء م‪١‬كٮر ‪٧٠‬ة يف‪ٍ ًٚ( /‬ؿ وؽ) (‪ )3‬أف‬
‫ىٍ يي‬
‫رسس‪٩‬ؾ ًر) أظاكـ الالـ‬
‫دسٮف قة‪٪٠‬ح بكجت الٮ‪ ٙٝ‬كم‪١‬كٮرة ٔ‪٪‬ؽ الٮو‪ ٢‬كبٕؽ‪٬‬ة يةء حمؾك‪ٚ‬حس‪٧٠‬ة يف (ي ً‬
‫ي ل‬
‫كًٓ ك‪٩‬خ ‪ٚ‬ةلالـ يف ٗري ‪ِٛ٣‬‬ ‫و‬ ‫هلة ظةتلةف (أ) دؿ‪ٝ‬ي‪ ٜ‬الالـ د ىؿ‪ ٜٝ‬الالـ يف َجيٓ لك‪٧‬ةت ا‪ٞ٣‬ؿآف كىلع أم‬
‫ن‬
‫اجلال‪٣‬ح ال دسٮف إال مؿ‪ٞٝ‬ح كجيت املعة‪ْٚ‬ح ىلع دؿ‪ٝ‬ي‪ٞ‬٭ة ػةوح إذا صةء ثٕؽ‪٬‬ة ظؿؼ د‪ٛ‬ؼي‪٧٠ ٥‬ة يف‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ى ى‬
‫(كحلىذى‪ ٤‬لُ‪ ٙ‬س الٌة‪٣‬ني) ك‪٣‬س‪ ٨‬يي ىؿاِع ٔؽـ املجة‪٘٣‬ح يف دؿ‪ٝ‬ي‪ٞ‬٭ة ظىت ال دىجط يم ى‪٧‬ة‪٣‬ح كًلؾل‪ ٟ‬يججَغ‬
‫ي ل‬
‫األق‪٧‬ةء احل ي ٍك ىن) كد ىؿ‪ ٜٝ‬الالـ يف ‪ ِٛ٣‬اجلال‪٣‬ح املكجٮؽ ثسرس‬ ‫ي‬ ‫إّ٭ةر‪٬‬ة إذا ك‪٩‬خ الـ صؿ ‪٧٠‬ة يف (كهلل‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫اف اهلل) أك كف ‪٠‬رسا َعرًة (ل‪٤‬ذؼ‪٤‬ه ‪ ٨٦‬اتل‪ٞ‬ةء‬ ‫قٮاء كف ‪٠‬رسا أو‪٤‬ية ‪٧٠‬ة يف ( ثةهلل س ًرًٮ ً‬
‫يىلى‬ ‫يى ل‬ ‫ي‬ ‫ي ٍ‬
‫(ال‪ْ٤٘٧‬ح)‪.‬‬ ‫ال‪ٛ٧‬ؼ ى‪٧‬ح ‪/ِٛ٣‬‬ ‫الكة‪٪٠‬ني)‪٧٠‬ة يف (‪ ٢ً ٝ‬امهلل)‪( .‬ب) د٘‪٤‬يِ الالـ‪ /‬ح ٍُ ً‪ ٜ٤‬ا‪٧٤ٕ٣‬ةء ىلع الالـ‬
‫ى ى‬ ‫ىلى‬
‫كالالـ ال دسٮف ي‪ْ٤٘٦‬ح إال يف ‪ ِٛ٣‬اجلال‪٣‬ح املكجٮؽ قٮاء ث‪ٛ‬ذط ‪٧٠‬ة يف (م ً٭ؽ اهلل) أك ثٌ‪٧٠ ٥‬ة يف‬
‫ثذ‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬كال ثرت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كل‪٪١‬٭ة دتجٓ ظة‪٣‬ح‬ ‫ٮو‪ٙ‬‬ ‫اد ي‪ ٬‬ي‪ ٥‬اٍهلل س ‪ٝ‬ةلٮا امهلل)‪.‬أظاكـ أ‪ ٙ٣‬املؽ كأ‪ ٙ٣‬ى‬
‫ال‪٧‬ؽ ال دي ى‬ ‫ىى ى‬
‫(‪ٚ‬ـ‬
‫و‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫يىلىن‬
‫ةقٍ س ًجتةرة س اجلةر)‪ .‬كإف كف‬ ‫احلؿؼ اذلم ‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ‪ٚ‬إف كف ‪٬‬ؾا احلؿؼ مؿر‪ٞ‬ة دجٕذ‪ ٫‬يف ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪٧٠ ٜ‬ة يف (ث ً‬
‫ى ى ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ى ل ن‬
‫احلؿؼ ي‪ٛ٦‬ؼ ى‪٧‬ة دجٕذ‪ ٫‬يف اتل‪ٛ‬ؼي‪٧٠ ٥‬ة يف (الٌة‪٣‬ني س ا‪ْ٣‬ةل ً ً‪٧‬ني س ‪ ٚ‬ىـاد‪( )٥٬‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص‪) 93-99‬‬

‫‪77‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫صسضسطسظ‬ dinamakan juga huruf ithbaq (huruf yang ketika


dibaca lidah menempel kelangit-langit mulut). cara membacanya
yaitu dengan menebalkan suaranya makhraj, dan bibir monyong
kedepan, berbeda dengan huruf tarqîq yang makhraj dan suaranya
tipis dan bibir melebar atau mundur contoh :
‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة احلؿؼ‬٧٩
‫ىػ ٍ ن‬
‫ريا يى ىؿقي‬ ‫خ‬ 9
‫ يؽ‬٧‫هلل ال لى ى‬ ‫اى ي‬ ‫ص‬ 9
‫ى‬ ٍ ٍ ٍ‫ى‬
٥ٍ ‫يٍ ً٭‬٤ٔ‫٘ يٌٮ ًب ى‬٧‫ري ال ى‬ ً ‫د‬ ‫ض‬ 3
‫ى ى‬
ٜ‫ ُش اغ ًق و‬٨ٍ ٦ً ‫غ‬ 4
‫ةر ًؽ‬ ُ‫ ل‬٣‫آ ًء ىكا‬٧‫الك ى‬ ‫ىك ل‬ ‫ط‬ 5
ً
‫ي ٍ ى‬
‫ةثً ىؿ‬ٞ٧‫ ال ى‬٥‫ىظ لىت يز ٍرت ي‬ ‫ؽ‬ 6
َ َ ُ ‫ىى ى ي‬
‫ أ ْو َٰٓلئِم‬٨ُّ ْ‫االح‬ ‫ظ‬ 7
untuk selain tujuh huruf diatas dinamakan huruf tarqîq kecuali :
1. Lam Jalalah ‫اهلل‬ yang jatuh setelah harakat fathah atau

‫ى ى ٍىي ى ٍىي‬
dlammah wajib dibaca tafkhim. Seperti contoh :
‫هلل‬
ً ‫ رمحح ا‬, ‫اهلل اكرب‬
2. Lam Jalalah ‫اهلل‬ jatuh setelah harakat kasrah wajib dibaca

tarqîq. Seperti contoh : ‫هلل‬


ً ‫ثًة‬

‫يٍ ى ي ي ى‬ ‫ٍي ى ى ي‬
3. Ra` berharakat dlammah atau fathah wajib dibaca tafkhim. Seperti
contoh : ‫ةس‬
‫ل‬ ‫ى ي‬
ً ‫ أٮذ ثًؿب اجل‬٢ٝ + ‫ؽة‬ٝ‫ٮ‬٧‫هلل ال‬
ً ‫ةر ا‬٩

78
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ىٍى ي ٍى ي‬
4. Ra` berharakat kasrah, maka wajib dibaca tarqîq. Seperti contoh :
‫ة ًر ىٔح‬ٞ٣‫ةا‬٦‫ة ًر ىٔح ى‬ٞ٣‫ا‬
5. Ra` mati setelah harakat dlammah Atau jatuh setelah harakat
‫ى ى ى‬ ‫ي ٍ ى‬
fathah wajib dibaca tafkhim. Seperti contoh :
٥ٍ ‫يٍ ً٭‬٤ٔ‫ ى‬٢‫ ىكا ٍر ىق‬+ ‫ةثً ىؿ‬ٞ٧‫ ال ى‬٥‫ىظ لىت يز ٍرت ي‬
6. Ra` mati setelah harakat kasrah yang tidak asli atau Ra` mati
setelah harakat kasrah asli setelahnya ra` berupa huruf isti’lâ`

‫ٍ ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ا ىـً ٍ ى ي‬
yang tidak berharakat kasrah, wajib dibaca tafkhim. Seperti
contoh : ‫ؿوة ًد‬٧ً ‫ت ال‬
ً ٣ + ‫اردةثٮا‬
7. Ra` mati setelah harakat kasrah yang asli dan huruf setelah Ra`
bukan huruf isti’lâ` wajib tarqîq. . Seperti contoh :
‫ى ى يٍ ي‬
٥ٍ ٬‫ ًؾ ٍر‬٪‫ ت‬٥ٍ ‫ا ٍـ ل‬
8. Alif, disesuaikan dengan huruf sebelumnya, apabila sebelumnya
berupa huruf isti‟lâ` maka wajib tafkhim. Seperti contoh :
‫ىٍى‬
.‫ة ًد ير‬ٞ٣‫ ا‬, ٨‫ِسي ى‬ ‫ى ى ٍى‬ ‫ل ى ٍى ىي ل ل ي ل‬ ‫ل ي ى‬
ً ً ‫ اخلة‬, ‫ني‬٧ً ً ‫ْةل‬٣‫ح س ا‬٦‫ُآ‬٣‫٘ة ًميح س ا‬٣‫ني س ا‬٣‫الىةثًؿكف س الٌآ‬
Dan apabila sebelumnya alif berupa huruf tarqîq (selain huruf
isti’lâ`) maka wajib tarqîq. Seperti contoh :
ٍ ‫ى‬ ‫ل ى ي ٍى‬
‫ ا ُّدلجيىة‬, ‫ لذة يح‬ٛ٣‫الـكة س ا‬ ‫ ي‬ٝ‫اتل لٮا يب س اثللة‬
‫تس‬ ً ‫ل‬

79
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
2. QALQALAH
Qalqalah adalah suara tambahan yang timbul dikarenakan
tekanan pada makhraj, yang sehingga seperti terjadi pantulan huruf.
Qalqalah dibagi empat bagian berdasarkan keadaan hurufnya yaitu :
1. Sukun asli yang bukan karena waqaf, disebut juga dengan
qalqalah shughrâ.
2. Sukun karena diwaqafkan, dan didalam pembacaanya, bagian ini
lebih jelas atau lebih kuat dari yang pertama, disebut juga dengan
qalqalah kubrâ.
ٍ
3. Sukun yang beriringan dengan huruf sukun yang lain dan
diwaqafkan, seperti contoh : ٍٍ ‫ ٍك‬ًٞ ٣‫ثًة‬ cara membacanya huruf
awal dibaca sukun seperti ketentuanya, kemudian qalqalahnya
dikeluarkan dengan jelas dan jangan sampai terlalu kuat sehingga
menimbulkan huruf yang bertasydid.
4. Bertasydid, dan bagian yang terakhir ini pembacaan qalqalahnya
harus lebih kuat dari yang tiga diatas, ketika diwaqafkan. maka
cara membacanya qalqalah yang pertama ditekan sesaat,
kemudian membaca qalqalah dengan kuat dan jelas.

َ ُ ْ َ ْ ََ ‫ي‬
ْ َ َ َْ َُ ََْ ٌَ ََْ
‫َلى َوم ٍف َوظس ٍِ ح ْصش ِس‬ ‫ب‬ ‫مٌنٌث ُيُؽٕا رط ُب جـ ِس‬
“Perjelaslah bacaan qalqalah ketika sukun atau waqaf,
banyaknya huruf qalqalah ada lima yang terkumpul dalam kalimat :
‫ط س ب س ج س د ىر ٍُ ي‬, ‫ؽ‬,
‫ت ىص وؽ‬ contoh :

‫تنؽيؽ‬٣‫ىف آػؿ ثة‬ ‫ح‬٧‫ىف آػؿ الك‬ ‫ح‬٧‫ؿة احلؿؼ ىف أكقٍ الك‬٧٩
‫ى ى‬ ٍ ٍ
ٌٜ ‫ثًةحل ى‬ ٜ‫ ى‬٤‫ػ‬ ‫ ىؿأ‬ًٝ‫إ‬ ‫ؽ‬ 9
‫ي‬ ‫ى‬
‫؟؟؟؟‬ ٍ‫حمي ه‬
ً ٨‫ ىٮ ىق ٍُ ى‬ٚ ‫ط‬ 9
ٌ ‫ىكدى‬ ٍ ‫سؾي‬ ٍ ‫ٍ ى‬ ‫ل ٍى‬
‫الث ٍ ىؿ ى‬
‫ت‬ ‫ت‬ ً ‫ىف د‬ ً ‫ار‬ ‫ًاف ا‬ ‫ب‬ 3

80
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫ًىف احل ى ٌش‬ ‫ىذات ا‪ ٍ٣‬ي ي‬


‫ربك ًج‬
‫ى ى ٍ‬
‫ل ي٭ ٍ‪ ٥‬اص هؿ‬ ‫ج‬ ‫‪4‬‬
‫ً‬
‫ٍ ٌ‬ ‫ىٍ ى ٍ ى ى‬ ‫ى ٍ ي‬
‫ىكال ى‪٧‬ؽ‬ ‫رل ىكل ٍ‪ ٥‬ييٮ ٍدل‬ ‫ل‪ ٥‬ي ً‬ ‫‪ٚ‬ةدػ ًًل‬ ‫د‬ ‫‪5‬‬

‫‪Catatan : Orang yang membaca qalqalah harus berhati-hati dan‬‬


‫‪memperhatikan hal hal berikut :‬‬
‫‪1. Jangan melebihkan bacaan qalqalah, supaya tidak timbul harakat‬‬
‫‪pada qalqalah yang sukun, sehingga melewati huruf qalqalah‬‬
‫ى ٍ‬ ‫ى ى‬
‫كاؽ ‪ dibaca‬كاؽ ‪yang mati seperti contoh :‬‬
‫‪2. Jangan memanjangkan qalqalah yang mati sampai batas tasydid,‬‬
‫ٍ‬ ‫ٌ‬
‫‪seperti contoh :‬‬ ‫ىكاؽ ‪ dibaca‬ىكاؽ‬
‫َ ُ ُ ُ ْ ْ َ ََ ْ َ َ‬
‫ةاب خصو ِف الُس وامعا ِمٕا‬
‫‪BAB MENJELASKAN HURUF MAD‬‬
‫‪DAN PEMBAGIANNYA (10‬‬

‫ن‬ ‫ى ُّ‬
‫ِبؿؼ ‪ ٨٦‬ظؿكؼ املؽ كال‪٤‬ني ز‪٪٦‬ة ِبير ال يذٕؿؼ ىلع ذات‬ ‫و‬ ‫ال‪٧‬ؽ ‪٬‬ٮ إَة‪٣‬ح الىٮت‬ ‫‪(10‬أظاكـ املؽ‬
‫ى ُّ‬
‫احلؿؼ ثؽكف ‪٬‬ؾق اإلَة‪٣‬ح كظؿك‪ ٫ٚ‬يه (األ‪ ٙ٣‬الكة‪٪٠‬ح س الٮاك الكة‪٪٠‬ح س كاحلةء الكة‪٪٠‬ح) كي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬ال‪٧‬ؽ‬
‫ى ُّ‬ ‫ى ُّ‬ ‫ى ُّ‬
‫ال‪٧‬ؽ اذلم ال د‪ٞ‬ٮـ ذات احلؿؼ إال ث‪ ٫‬كال يذٮ‪ٙٝ‬‬ ‫كال‪٧‬ؽ ا‪ٛ٣‬ؿيع املؽ األوٌل ك‪٬‬ٮ‬ ‫ال‪٧‬ؽ األوٌل‬ ‫إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني‬
‫ى ل يٍى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ي ى ل ى ُّ‬
‫ىلع قجت ثٕؽق كهل‪٧‬ـ أك الك‪١‬ٮف كيكَّم ال‪٧‬ؽ األوٌل ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬ثةل‪٧‬ؽ ا‪ُ٣‬جيِع كيالظِ أف ‪٬‬ؾا ال‪٧‬ؽ ي‪َ٤‬غ‬
‫ى ى ُّ ى ٍ ل ٍ‬
‫ذلح ى‪٨‬‬ ‫إذا صةء ثٕؽق ظؿؼ قةز‪ ٨‬كذل‪ ٟ‬ل‪٤‬ذؼ‪٤‬ه ‪ ٨٦‬اتل‪ٞ‬ةء الكة‪٪٠‬ني ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل (ية أح٭ة ا ً‬
‫عٮف) (قٮرة آؿ ٔ‪٧‬ؿاف‪ /‬اآليح ‪ )911‬ظير ىت‪٥‬ل‬ ‫س‪ ٥‬يت ٍ‪ ٤ٛ‬ي‬ ‫ىىل ي‬ ‫لي‬
‫وربكا ىك ىو ًةث يؿكا ىك ىر ًاث يُٮا كات‪ٞ‬ٮا اهلل ‪٤ٕ٣‬‬ ‫ا‪٪٦‬يٮا ا ٍ ي‬
‫ىء ى‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ى ُّ‬ ‫ن‬ ‫إ‪٘٣‬ةء ى‬
‫كال‪٧‬ؽ األوٌل كَجيٓ ‪٦‬ة ي‪٤‬ع‪ ٜ‬ث‪٫‬‬ ‫ال‪٧‬ؽ يف (أي٭ة س ءا‪٪٦‬ٮا ) ‪ْ٩‬ؿا مليجء ‪٧٬‬ـة الٮو‪ ٢‬الكة‪٪٠‬ح ثٕؽ‪٧٬‬ة‬
‫ةت ى‬ ‫ي ٍ ىى ي‬ ‫ن‬ ‫ي ُّ‬
‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫‪ ٨٦‬ممؽكد ح ى‪٧‬ؽ ‪ٝ‬ؽر ظؿًلذني كصٮبة ‪ٗ ٨٦‬ري زيةدة كال ‪ٞ٩‬ىةف م‪٤‬ع‪ٞ‬ةت املؽ األوٌل كم‪٤‬ع‪ٞ‬‬
‫ى‬ ‫ُّ‬ ‫ه‬
‫د‪٪‬ٮي‪ ٨‬ثة‪ٛ٣‬ذط كذل‪ ٟ‬ىلع ٗري دةء اتلأ‪٩‬ير كيي ٍٮ‪ٙٝ‬‬ ‫و‬ ‫األوٌل مخكح كيه (‪ )9‬ى‪٦‬ؽ ا‪ ًٕ ٣‬ىٮض ك‪٬‬ٮ الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع‬
‫ُشاثىة)‬ ‫ُشاثىةن) ‪ٚ‬ذ‪ٞ‬ؿأ ( ً‪٦‬يٍ ى‪ٞ‬ةدىة س أى‪ ٍ٣‬ى‪ٛ‬ة‪ٚ‬ىة س ى ى‬
‫ٔ‪٤‬ي٭ة ثأ‪ ٙ٣‬ى‪٦‬ؽ ًٔ ىٮ ىًة ن ٔ‪ ٨‬اتل‪٪‬ٮي‪ ٨‬ك‪٦‬سةؿ ذل‪٦ً ( ٟ‬يٍ ى‪ٞ‬ةدىة ن س أى‪ ٍ ٣‬ى‪ٛ‬ة‪ٚ‬ىةن س ى ى‬

‫‪81‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫ى ٍىن ىى ن‬ ‫ى‬ ‫يى ى‬


‫محح س حمجلح س‬ ‫ال‪ ٪٧‬لٮ‪٩‬ح ثة‪ٛ٣‬ذط ‪ٚ‬يي ٍٮ‪٤ٔ ٙٝ‬ي٭ة ثةلك‪١‬ٮف ‪٧٠ ٍٞٚ‬ة يف (ر‬ ‫أ‪٦‬ة إذا كف الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع دةء اتلأ‪٩‬ير‬
‫ى ُّ ى ى‬
‫مح‪ ٫‬س حمجل‪ ٫‬س ىظة ً‪٦‬ي‪٦ )9( )٫‬ؽ ابلؽؿ الى٘ري ك‪٬‬ٮ إثؽاؿ ‪٧٬‬ـة زة‪٩‬يح قة‪٪٠‬ح ِبؿؼ ‪٦‬ؽ‬
‫ى‬ ‫ىى‬ ‫ىظة ً‪٦‬يى نح) ‪ٚ‬ذي ٍ‪ ٞ‬ىؿأ ى‬
‫(ر ٍ ى‬
‫ن‬ ‫ي ى‬
‫يت‪٪‬ةقت ‪ ٓ٦‬ظؿًلح اهل‪٧‬ـة األكىل ‪ٚ‬إف ك‪٩‬خ ظؿًلح اهل‪٧‬ـة األكىل ‪ٚ‬ذعح أث ٍ ًؽ‪٣‬خ اهل‪٧‬ـة اثلة‪٩‬يح أ‪ٛ٣‬ة ‪٧٠‬ة يف‬
‫ي ي‬ ‫ن‬ ‫ي ى‬ ‫ىٍ‬
‫ا‪ )٨٦‬ظير إف أو‪٤‬٭ة (أأ ى‪ )٨٦‬كإف ك‪٩‬خ د‪ ٟ٤‬احلؿًلح ً‪٧‬ح أث ٍ ًؽ‪٣‬خ كاكا ‪٧٠‬ة يف (أ ٍكذكا) ظير إف‬ ‫(ء ى‬‫ى‬
‫ى ىن‬ ‫ن‬ ‫يٍ ى‬ ‫ي يٍ‬
‫أو‪٤‬٭ة (أأذكا) كإف ك‪٩‬خ د‪ ٟ٤‬احلؿًلح ‪٠‬رسة أث ًؽ‪٣‬خ اهل‪٧‬ـة اثلة‪٩‬يح يةءا ‪٧٠‬ة يف ( ًإي‪٧‬ة‪٩‬ة) ظير إف أو‪٤‬٭ة‬
‫ى ُّ ٍ‬ ‫ُّ‬ ‫ٍ ىن‬
‫الى٘ ىؿل ك‪٬‬ٮ ٔجةرة ٔ‪٬ ٨‬ةء الٌ‪٧‬ري امل‪ٛ‬ؿد ا‪٘٣‬ةات املٌ‪٧‬ٮ‪٦‬ح أك امل‪١‬كٮرةس إذا‬ ‫( ًإأ ى‪٦‬ة‪٩‬ة) (‪ )3‬ى‪٦‬ؽ الى‪٤‬ح‬
‫ى ٍ ىيي‬ ‫ى‬
‫(كام ىؿأد‪٫‬‬ ‫ك‪ٕٝ‬خ ثني ‪٦‬ذعؿًلني اثلةين ‪٪٦‬٭‪٧‬ة ‪٣‬حف ‪٧٬‬ـة ‪ ُٓٝ‬كل‪ ٥‬يي ٍٮ‪٤ٔ ٙٝ‬ي٭ة ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل‬
‫ى ُّ‬ ‫ىل ىي‬
‫ال‪٧‬ؽ هل مخكح ُشكط (‪٧٠‬ة صةء يف اتلٕؿي‪ )ٙ‬ك‪٣‬س‪٪٬ ٨‬ةؾ‬ ‫محة‪٣‬ح احل ى ىُت) (قٮرة املكؽ‪ /‬اآليح ‪ )4‬ك‪٬‬ؾا‬
‫ىن‬ ‫ى ىٍي ٍ‬
‫(كخي يرل ًذي ً‪ ٫‬يم ى٭ة‪٩‬ة) (قٮرة ا‪ٛ٣‬ؿ‪ٝ‬ةف‪ /‬اآليح ‪ٚ )69‬ؿٗ‪ ٥‬أف ‪٬‬ةء (‪ٚ‬ي‪ٝ )٫‬ؽ‬ ‫إقتس‪٪‬ةءاف ‪٧٬‬ة (أ) يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل‬
‫ى ٍ ىٍ ي ي ىٍ ى ي‬ ‫ي ل‬ ‫قج‪ٞ‬٭ة قةز‪( ٨‬يةء ى‬
‫ال‪٧‬ؽ) ك‪٣‬حف ‪٦‬ذعؿؾ ‪ٞٚ‬ؽ ‪٦‬ؽت د‪ ٟ٤‬اهلةء (ب) يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل(كإًف تن‪١‬ؿكا يؿً‪٫‬‬
‫ي ٌ‬ ‫ى ي‬ ‫ى ي‬
‫‪٣‬س‪( )٥‬قٮرة الـمؿ‪ /‬اآليح ‪ٚ )7‬ؿٗ‪ ٥‬أف ‪٬‬ةء (يى ٍؿً‪ٝ )٫‬ؽ دٮا‪ٚ‬ؿت ‪ٚ‬ي٭ة لك الرشكط اخل‪٧‬كح إال أ‪٩‬٭ة ل‪ ٥‬ت ى‪٧‬ؽ‬
‫ي ٍ‬ ‫ٍّ‬ ‫ى ل ى‬ ‫ى ُّ ل ٍ‬
‫(ظيحذي‪ ٥‬س‬ ‫‪١‬ني ك‪٬‬ٮ ٔجةرة ٔ‪ ٨‬يةءي‪ ٨‬األكىل يمنؽدة م‪١‬كٮرة كاثلة‪٩‬يح ظؿؼ ى‪٦‬ؽ ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٟ‬‬ ‫اتل‪ً ٧‬‬ ‫(‪٦ )4‬ؽ‬
‫ي‬ ‫يىى ى‬ ‫ى ُّ ى‬ ‫ٍ‬
‫َج ىٕخ د‪ٟ٤‬‬ ‫اجلل ًبيني) (‪٦ )5‬ؽ أ ً‪ٛ٣‬ةت (يح َ٭ؿ) كيه ثٕي احلؿكؼ ال‪٧‬ذ‪ُٕٞ‬ح يف أكاا‪ ٢‬الكٮر ك‪ٝ‬ؽ ً‬
‫يٍ ي‬ ‫يٍ‬ ‫ى ُّ ٍ‬
‫(يح يَ٭ وؿ) ظير ت‪ ٪‬ىُ ي‪( ٜ‬ظة س ية س َة س ‪٬‬ة س را) ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬ظ‪ )٥‬ظير ت‪ ٞ‬ىؿأ (ظة ‪٦‬ي‪)٥‬‬ ‫احلؿكؼ يف لك‪٧‬يت‬
‫ى ُّ‬ ‫ى ٍ ن ىىٍىن‬ ‫ى ُّ‬ ‫ه‬
‫ك‪٬‬ٮ ى‪٦‬ؽ َجيِع جيت ‪٦‬ؽق ‪ٝ‬ؽر ظؿًلذني كوال ككر‪ٛ‬ة املؽ ا‪ٛ٣‬ؿيع ك‪٬‬ٮ ال‪٧‬ؽ الـااؽ ىلع ‪ٞ٦‬ؽار ال‪٧‬ؽ‬
‫ى‬

‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫ِّم ثة‪ٛ٣‬ؿيع أل‪ ٫٩‬يذ‪ٛ‬ؿع ‪ ٨٦‬ى‬ ‫ا‪ُ٣‬جيِعسك‪٬‬ٮ يذٮ‪ ٙٝ‬ىلع قجت يأيت ثٕؽق قٮاء كف ‪٧٬‬ـا ن أك ق‪١‬ٮ‪٩‬ة ن ي‬
‫كق ى‬ ‫و‬
‫ى ٍ‬ ‫ىىل ى‬ ‫ى ُّ‬ ‫ى ُّ‬
‫ل‪٧‬ؽ ا‪ٛ٣‬ؿيع إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني راحكحني (‪ )9‬ال‪٧‬ؽ ا‪ٛ٣‬ؿيع اذلم دٮر‪ ٙ‬ىلع ‪ ٧٬‬وـ يأيت ثٕؽق (‪)9‬‬ ‫ا‪ُ٣‬جيِع كي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬ا‬
‫ى ن يىى ى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ٍ‬ ‫ي ي‬ ‫ىىلى‬ ‫ى ُّ‬
‫ال‪٧‬ؽ ا‪ٛ٣‬ؿيع اذلم دٮر‪ ٙ‬ىلع ق‪١‬ٮ وف يأيت ثٕؽق كالك‪٧٬‬ة ي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬أ‪ٝ‬كة‪٦‬ة ‪٦‬ذٕؽدة ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬األكؿ املؽ ا‪ٛ٣‬ؿيع‬
‫ى ُّ‬
‫الٮاصت ك‪٬‬ٮ إ‪٦‬ة أف ي‪ ٓٞ‬اهل‪٧‬ـ ثٕؽ ظؿؼ‬ ‫ً‬ ‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫اذلم دٮ‪ ٙٝ‬ىلع ‪٧٬‬ـ يأيت ثٕؽق ك‪٬‬ٮ ي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني (‪)9‬‬
‫ى يي ي ى ٍىن‬ ‫ات ي ي‬ ‫ى ل ى ي ى ي‬ ‫ى‬
‫ا‪٣‬رب ٍك ًج) (قٮرة ا‪٣‬ربكج‪ /‬اآليح ‪ )9‬ك(‪ٚ‬كٮق ‪٪ً ٬‬حبة‬ ‫ال‪٧‬ؽ يف لك‪ ٧‬وح كاظؽة ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل (كالك‪٧‬ةء ذ‬
‫ى ٍّ‬ ‫ن‬
‫ىم ًؿيٍبىة) (قٮرة ا‪٣‬جكةء‪ /‬اآليح ‪ )4‬أك يسٮف إثؽاؿ ‪٧٬‬ـ وة زة‪٩‬يح قة‪٪٠‬ح ىظ ٍؿؼ ى‪٦‬ؽ يت‪٪‬ةقت ‪ ٓ٦‬ظؿًلح اهل‪٧‬ـة‬
‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫ال‪ُّ ٧‬ؽ اجلةاـ ك‪٬‬ٮ أف ي‪ ٓٞ‬قجت ى‬ ‫األكىل ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬إ‪٩‬لة ثي ىؿ ىءاؤا ٍ ‪٪٦‬س‪( )٥‬قٮرة امل‪٧‬ذع‪٪‬ح‪ /‬اآليح ‪ )9( )4‬ى‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫(ك ى‪٦‬ة ىح‪ ٍُ٪‬ي‪ ٜ‬ىٔ‪ ٨‬ى‬
‫ال٭ ىٮل‪.‬إ ٍف ي‪٬‬ٮى‬ ‫ى‬ ‫يف ‪٩‬٭ةيح الك‪٧‬ح كي‪٤‬ي‪٧٬ ٫‬ـة ‪ ُٓٝ‬يف الك‪٧‬ح ا‪٣‬يت د‪٤‬ي‪ ٫‬ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫يٍى ٍ‬ ‫ل ى ٍ ه ى‬
‫يح يي ٍٮَح) (قٮرة اجلض‪ /٥‬اآليح ‪4‬س‪ )3‬ك‪٦ ٫٪٦‬ة يذٕ‪ ٜ٤‬ث٭ةء الٌ‪٧‬ري ا‪٘٣‬ةات امل‪ٛ‬ؿدة كل‪ ٥‬يٮر‪٤ٔ ٙ‬ي٭ة‬ ‫إال ك‬
‫ى ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ت أ لف ى‪ ٦‬ي‬ ‫ى‬
‫ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل (َي ٍ ىك ي‬
‫ث‪٧‬ؽ ثىؽ وؿ‬ ‫ةهل أػ ىرل يق) (قٮرة اهل‪٧‬ـة‪ /‬اآليح ‪ )3‬ك‪٦ ٫٪٦‬ة دجذيه الك‪٧‬ح‬

‫‪82‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪Dari sisi panjang pendeknya, bacaan ada dua, mad dan Qashar,‬‬
‫‪Mad menurut arti bahasa adalah tambah, sedangkan menurut istilah‬‬
‫‪ulama tajwid adalah memanjangkan suaranya huruf yang harus di‬‬
‫‪panjangkan. dan qashar secara bahasa adalah menahan sedangkan‬‬
‫‪menurut istilah ahli tajwid adalah meninggalkan bacaan mad‬‬
‫‪(pendek), qashar merupakan hukum asal dari setiap bacaan,‬‬
‫‪sedangkan mad merupakan cabangannya. Mad dibagi dua :‬‬
‫‪1. Mad ashli atau mad thabi‟i, adalah mad yang tidak membutuhkan‬‬
‫‪٩, ciri-‬ي ٍٮظيٍ ى‬
‫ػ٭ة‬
‫‪sebab selain wujudnya huruf mad, seperti contoh :‬‬ ‫ً‬
‫‪cirinya, setelah huruf mad, tidak berupa hamzah, tasydid atau‬‬
‫‪sukun. Dan panjang mad ini satu alif atau dua harakat, baik‬‬

‫ى ى‬ ‫ىى‬
‫كصةءت ثٕؽق ‪٧٬‬ـة ‪ ُٓٝ‬ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل (‪ ٤ٚ‬ل‪٧‬ة ىر ىءا أي ٍ ًؽح ي٭‪( )٥‬قٮرة ‪٬‬ٮد‪ /‬اآليح ‪ )71‬ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬اثلةين املؽ‬
‫ي ي‬ ‫ىىل ى‬
‫َعرض يأيت‬ ‫ٮف ً‬ ‫ا‪ٛ٣‬ؿيع اذلم دٮ‪ ٙٝ‬ىلع ق‪١‬ٮف يأيت ثٕؽق ك‪٬‬ٮ ي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني (‪٦ )9‬ة دٮر‪ ٙ‬ىلع ق‪ ١‬و‬
‫ٍّ‬ ‫ُّ ي‬ ‫ى ه‬
‫ل‪٤‬ك‪١‬ٮف ك‪٬‬ؾا ٔ‪٪‬ؽ‪٦‬ة جيئ الك‪١‬ٮف ا‪ٕ٣‬ةرض ثٕؽ ظؿؼ ى‪٦‬ؽ ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٟ‬‬ ‫َعرض‬
‫ثٕؽق ك‪٬‬ٮ ‪٩‬ٮَعف (أ) ‪٦‬ؽ ً‬
‫ني‬
‫ٍ‬ ‫ى ُّ‬ ‫ى ٍ‬ ‫ى ٍٍ‬ ‫ىل ٍ‬ ‫يٍ ي ٍ‬
‫‪٣‬ني ك‪٬‬ؾا ٔ‪٪‬ؽ‪٦‬ة جيئ الك‪١‬ٮف ا‪ٕ٣‬ةرض ثٕؽ ظؿؼ ً‪ ٣‬و‬ ‫(ح‪ًٞٛ ٪‬ٮف س ا‪ٛ٘٣‬ةر س ال‪ً ٧‬ىري س ًٔجةد) (ب) ‪٦‬ؽ و‬
‫الزـ يأيت ثٕؽق ك‪٬‬ٮ أربٕح أ‪ٝ‬كةـ (أ)‬
‫ي ي‬ ‫ىىل ى‬ ‫ى ٍٍ ٍ ٍ ل ٍٍ‬ ‫يىٍٍ‬
‫ٮف ً‬ ‫ك‪٦‬سةؿ ذل‪ٝ( ٟ‬ؿيل س ػٮؼ س مئ س الكري) (‪٦ )9‬ة دٮر‪ ٙ‬ىلع ق‪ ١‬و‬
‫ه‬ ‫ى ل ه‬ ‫ه‬ ‫ى‬ ‫يىل‬ ‫ى‬ ‫ى ُّ‬
‫ال‪٧‬ؽ ظؿؼ يمنؽد أك ق‪١‬ٮف أوٌل يف لك‪ ٧‬وح كاظؽة‬ ‫ثٕؽ ظؿؼ ى‬
‫ً‬ ‫ال‪٧‬س‪ ٢ٞ‬ك‪٬‬ٮ أف يأيت‬ ‫الك ًِّم‬
‫الالزـ ً‬‫ً‬ ‫ال‪٧‬ؽ‬
‫ي ى ل‬ ‫ى‬ ‫ى ُّ‬ ‫ل ى‬ ‫ةصٮين س ىءاى‪ ٍ ٦‬ى‬ ‫ى ه ي ى ُّ‬ ‫ل ٍ‬
‫ال‪٧‬ؼ‪ ٙٛ‬ك‪٬‬ٮ أف‬ ‫الك ًِّم‬
‫الالزـ ً‬‫ً‬ ‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫ني س ىءآذل‪ ٠‬ىؿيٍ‪( )٨‬ب)‬ ‫ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬الٌة‪٣‬ني س صةف س حت‬
‫ى ُّ‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ي ى ل‬ ‫ه‬ ‫ى‬
‫ال‪٧‬ؽ يف لك‪ ٧‬وح كاظؽة يف‬ ‫كاظؽة س كيي ٍٮ ىصؽ ‪٬‬ؾا‬ ‫ظؿؼ ال‪٧‬ؽ ظؿؼ قةز‪ٗ ٨‬ري منؽد يف لك‪ ٧‬وح ً‬
‫ى‬
‫ً‬ ‫يأيت ثٕؽ‬
‫ى ُّ‬ ‫ي‬
‫الالزـ احل ى ٍؿ ًيف‬
‫ً‬ ‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫ا‪ٞ٣‬ؿآف يه (ءآ‪٣‬ئ) ‪ٝ‬ؽ ذ ً‪ ٠‬ىؿت مؿدني يف ا‪ٞ٣‬ؿآف يف (قٮرة يٮنف‪ /‬اآليح‪ 59 /‬ك ‪( )99‬ص)‬
‫ى ل ه‬ ‫ه‬ ‫ه ٍ ى‬ ‫ي ه‬ ‫ال‪٧‬سى ل‪ /٢ٞ‬ك‪٬‬ٮ أف يأيت ثٕؽ ظؿؼ ى‬
‫ظؿؼ ‪ ٨٦‬ظؿكؼ أكاا‪٢‬‬ ‫و‬ ‫ٌل ي‪٦‬ؽد ه‪( ٥‬ظؿؼ يمنؽد) يف‬ ‫ال‪٧‬ؽ يق‪١‬ٮف أو‬ ‫ي‬
‫يٍ ي‬ ‫ٍّ‬ ‫ي‬
‫الكٮر ا‪٣‬يت ‪٬‬ضةؤ‪٬‬ة زالزح أظؿؼ ككقُ٭ة ظؿؼ ى‪٦‬ؽ س ك‪٦‬سةؿ ذل‪( ٟ‬ال‪ )٥‬ظير ت‪ ٞ‬ىؿأ (أ‪ ٙ٣‬ال‪٦‬ي‪ )٥‬ك‬
‫ي ه‬ ‫ؼ ل‪ ٙٛ‬ك‪٬‬ٮ أف يأيت ثٕؽ ظؿؼ ى‬ ‫ي ى‬ ‫ٌ ُّ‬ ‫يٍ ي‬
‫ال‪٧‬ؽ يق‪١‬ٮف‬ ‫الالزـ احل ى ٍؿ ًيف ال‪٧‬‬ ‫ً‬ ‫ال‪٧‬ؽ‬ ‫(َك‪ )٥‬ظير ت‪ ٞ‬ىؿأ (َة قي‪٧‬ي‪( )٥‬د)‬
‫ي ٍّ‬ ‫ه ي ٍ ى‬
‫ظؿؼ ‪ ٨٦‬ظؿكؼ أكاا‪ ٢‬الكٮر ا‪٣‬يت ‪٬‬ضةؤ‪٬‬ة زالزح أظؿؼ ككقُ٭ة ظؿؼ ى‪٦‬ؽ ك‪٦‬سةؿ‬ ‫و‬ ‫ٗري ي‪٦‬ؽٗ و‪ ٥‬يف‬ ‫أوٌل‬
‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى ىى ىي ى ى ى ي ي‬ ‫ي ى ٍ‬
‫َجٕخ د‪ ٟ٤‬احلؿكؼ يف لكً‪٧‬يت‪( /‬ج‪ٞ‬ه ٔك‪٤‬س‪ )٥‬كيالظِ‬ ‫ذل‪( ٟ‬قني س كؼ س وةد س ‪٩‬ٮف س ‪ٝ‬ةؼ) ك‪ٝ‬ؽ ً‬
‫يىل‬ ‫ى‬ ‫ٍّ‬ ‫يٍىي‬ ‫ى‬
‫الك ًِّم ال‪٧‬س‪( .٢ٞ‬أظاكـ اتلضٮيؽ‬ ‫أف أ‪٩‬ٮاع ال‪٧‬ؽ الالزـ األربٕح ال يٮر‪ ٙ‬ىلع أم ‪٪٦‬٭ة إال ىلع الالزـ ً‬
‫ص‪) 33-99‬‬

‫‪83‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
tingkah waqaf atau washal. Sedangkan menambah atau
mengurangi panjangnya mad ini dihukumi haram menurut
syari‟at.
2. Mad far‟i atau cabangan, adalah mad yang panjangnya melibihi
mad ashli karena ada sebab yang lain selain wujudnya huruf mad.

ُ َ ْ ُ ُ َ ْ َّ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ُ ٌ ََ َْ ُ ْ َ
1. MAD ASHLI
‫اء ث ٍَّ الً ِـف‬ ‫الٖاو ثٍ ال‬ ‫َواخ ُصف الُس ذلث ح ْٖضف‬
ََْْ ُ ْ َ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ َ َْ َ ُ َ ْ َ ُْ َ َ
‫َتم‬ ٌ‫سم‬
ٍ ‫وظسِ يا ٍء بؽس و‬ ٍّ ‫او بؽس ض‬ ٍ ‫وَشطٕا ا ِظَكن و‬
َََ ُ َْ ُْ ُ َْ َ ََ َْ َْ ْ ٌ َ
‫خيٕا ً ِك ُجػ‬ ِ ّٖ ‫وًكظ‬ ‫َواً ِف َِِ بؽ ِس ذخ ٍح َورؽـا‬
“Huruf mad ada tiga : 1.‫ ك‬2.‫ م‬3.ٙ٣‫ ا‬, syarat tiga huruf
tersebut dinamakan huruf mad yaitu, Wawu mati jatuh setelah
dlamah, Ya mati jatuh setelah kasrah, dan Alif jatuh setelah fathah,
‫ى‬ ‫ي‬
contohnya terkumpul dalam kalimat : ‫ٮظي٭ة‬
ً ٩
Keterangan : Apabila ada Wawu dan Ya jatuh setelah fathah tidak
dinamakan huruf mad, melainkan dinamakan huruf lain (‫ني‬٣) dan
ٍ ‫ٍى‬ ‫ىٍى‬ ‫ىٍى ٍ ىي ى‬
ٍ ‫ٮف‬٧٤ٕ‫ لٮت‬, Kecuali
tidak dibaca panjang seperti contoh :‫ؽ ًر‬ٞ٣‫ ًح ا‬٤‫ىف حل‬
ً
setelah Wawu dan Ya berupa Hamzah, serta diwaqafkan, maka dibaca
panjang seperti contoh :
ٍ‫ ىمي‬٨ٍ ٦ ‫ى لـ ىؿ اهلل‬٩‫ة‬٦‫الك ٍٮء س ى‬
‫ ىدآا ىؿ ية ل‬٥ٍ ‫ىيٍ٭‬٤ٔ‫ى‬
.‫ئ‬
‫و‬ ً ً ً ً
ْ ْ َ ْ
ُ َ ٌ ْ َ ُّ َ ُ ْ َ َ  ْ ُ ُّ ْ َ َ َْ ْ َ ََ ْ َ
‫والُٕض قالُس طتِي ِِع يسٖن‬ ‫قا ِن ذنست بؽسخصق ِ ِٓ العىٖن‬
“Apabila setelah huruf mad tidak berupa huruf yang mati atau
hamzah, maka dinamakan mad thabi‟i (‫َجيىع‬ ‫ؽ‬٦) dan panjangnya
satu alif (kira-kira dua gerakan jarinya orang yang menggenggamkan
tangan kemudian melepaskannya, atau kira-kira lamanya membaca

84
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
alif dengan sedang, tidak lamban dan tidak cepat, seperti contoh :
‫ي ٍٮظيٍ ى‬٩
‫ػ٭ة‬ ً

Keterangan :Didalam kitab ‫يؽ‬ٛ‫ٮؿ امل‬ٞ٣‫٭ةيح ا‬٩ diterangkan,


menambah atau mengurangi mad thabi‟i dari satu alif hukumnya
haram secara syari‟at, adapun yang dilakukan oleh orang yang tidak
mengerti itu termasuk seburuk-buruknya bid‟ah munkarat, oleh
karena itu kita wajib menghindarinya.

2. MAD FAR’I
Mad far‟i ini dibagi lagi menjadi empat bagian.
a) Mad Wajib Muttashil
b) Mad Jaiz Munfashil
c) Mad Lazim
d) Mad „Aridl

ْ َ َ َ ٌ ُ َ ‫َق‬ ْ َْ ََ ْ
A. Mad Wajib Muttashil
ْ َ َ
ٓ‫ج ٌب َخ ِطي وجآئخِـ‬
ِ ‫ا‬ٖ ِٓ‫َوا ِن حلهُ الُٕ ُض ِف ُكُِخ‬
“Apabila setelah huruf mad berupa hamzah dan dalam satu
kalimat, maka dinamakan mad wajib muttashil )٢‫ذى‬٦ ‫ؽ كاصت‬٦(
dihukumi wajib sebab ulama sepakat wajib membaca panjang,
dinamakan muttashil karena huruf mad bertemu hamzah langsung
dalam satu kalimat, untuk panjangnya, ulama ahli Qirâ`at berbeda
pendapat, menurut Imam Abi Amr, Imam Qalun dan Ibn Katsir kira-
kira 1½ alif. Menurut Imam Ibnu Amir dan Al Kisa‟i kira-kira 2 alif.
Menurut Imam „Ashim kira-kira 2½ alif. Dan menurut Imam Warasy
dan Imam Hamzah kira-kira 3 alif.
Dan cara membaca itu semua harus belajar kepada guru yang
ahli Qirâ`at, dan tidak cukup dengan dikira-kirakan sendiri. Contoh
‫ل ى‬ ‫يىى ى‬ ‫ى‬
:.‫آ ًء‬٧‫آء س الك‬ٛ٪‫ظ‬,‫النذآ ًء‬

85
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

َ ٓ ََ ٌ َُْ ٌ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ ُ َ َ ْ َ
B. Mad Ja`iz Munfashil
‫ِـض َْك ِطي َك ا ِىل‬ ‫قجائ‬ ‫وا ِن حـله ةِأرصى احطل‬
“Apabila ada huruf mad bertempat di akhir kalimat dan
bertemu dengan hamzah yang bertempat pada kalimat yang lain,
serta tidak ada yang memisah antara huruf mad dan hamzah,
maka dinamakan mad ja`iz munfashil )٢‫ى‬ٛ٪٦ ‫ؽ صةاـ‬٦( dinamakan
ja`iz, sebab ulama ahli Qirâ`at ikhtilaf didalam panjangnya, dan
dinamakan munfashil, dikarenakan pisahnya hamzah dari huruf mad.
Mengenai panjangnya menurut Imam Warasy, Imam Hamzah, Imam
„Ashim, Ibnu „Amir dan Al Kisa‟i sama seperti mad wajib muttashil.
Menurut Imam Ibn Katsir dan Imam As Susi dibaca qashar (sama
dengan mad thabi‟i). Dan menurut Imam Qalun Ad Duri boleh dua
wajah boleh dibaca seperti mad wajib muttashil atau dibaca qashar

َۡ َ ۡ َ ٓ
seperti mad thabi‟i, seperti contoh :
‫ل‬ ‫ي‬ ‫ى‬
‫آ ا ًم يؿكآ ًاال س ِِف أخص َِ تلِٔي يم‬٦‫ًذي ى٭آ اثى نؽا س ىك ى‬
Kesimpulan dari dua mad far‟i diatas ada perbedaan dan
persamaan. Perbedaanya dalam bertemunya hamzah dalam satu
kalimat atau dua kalimat, sedangkan persamaanya sama-sama dibaca
panjang 2½ alif menurut imam Imam Warasy, Imam Hamzah, Imam
„Ashim, Ibnu „Amir dan Al Kisa‟i.
C. Mad Lazim
Dinamakan mad lazim, dikarenakan para ulama ahli Qirâ`at
sepakat mewajibkan membaca panjang bagian ini, Mad lazim dibagi
menjadi empat bagian lagi, yaitu :

1. Mad lazim Kilmi Mutsaqqal


Mad lazim kilmi mutsaqqal adalah ketika ada huruf mad dan

َّ َ َ ٌ َ ُ ٌ َ َ
setelahnya berupa huruf yang bertasydid dalam satu kalimat.
َ َّ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ
‫قل ِزم َط َّٖل ودـآد‬ ‫َوا ِن يسِ َا بؽسهُ مشسدا‬

86
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
“Ketika setelahnya huruf mad berupa huruf yang bertasydid,
maka dinamakan mad lazim muthawal )‫ُٮؿ‬٦ ‫ؽ الزـ‬٦( / mad lazim
kilmi mutsaqal, panjangnya para ulama Qirâ`at sepakat membaca
‫ل لي ٍ ي‬ ُّ ‫ى ي ى ُّ ٍ ى ى ى ى‬
tiga alif, contoh :
‫ٍى‬١
. ‫ربل‬ ‫ىةً ىذا ىص ى‬ٚ ‫آً ٍٮ ىف س‬
٣‫ح ا‬٦‫ُآ‬٣‫آء ًت ا‬ ‫احتآصػٮىنس كالحت‬
2. Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf atau Mad Farqi
Mad lazim kilmi mukhaffaf adalah mad yang ketika setelah
huruf mad berupa huruf yang mati asli (matinya tidak hilang ketika
waqaf atau washal) sedangkan mad farqi yaitu ketika ada hamzah
istifham bertemu dengan al ta‟rif (‫ )اؿ‬dan mad farqi termasuk
kategori mad lazim kilmi. dan didalam al Qur`ân hanya ada 6 tempat
yaitu :
‫األيح‬ ‫قٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩
‫ل ى‬ ٍ‫ي‬
943 ‫ٕةـ‬٩‫اال‬ 8 ٨ً ٍ‫ ىؿي‬٠‫ ىءآذل‬٢ٝ 9
‫ل ى‬ ٍ‫ي‬
944 ‫ٕةـ‬٩‫اال‬ 8 ٨ً ٍ‫ ىؿي‬٠‫ ىءآذل‬٢ٝ 9
‫ٍ ى‬ ۡ
59 ‫يٮنف‬ 99 ‫ ىءآالف‬/ ََ ‫َءٓاىَٰٔـ‬ 3
59 ‫يٮنف‬ 99 ‫ ىء ي‬٢ٍ ‫ي‬ٝ 4
‫آهلل‬
‫ٍ ى‬ ۡ
99 ‫يٮنف‬ 99 ‫ ىءآالف‬/ ََ ‫َءٓاىَٰٔـ‬ 5
Selain dibaca mad farqi keenam lafadz diatas ini juga bisa
dibaca tashhil, artinya Hamzah pertama dibaca Tahqiq (jelas) dan
pendek, sedangkan hamzah kedua dibaca Tashil artinya dibaca
tengah-tengah antara hamzah dan alif (terdengan ha` samar)
َ َّ َ ُ َ ُ ُ َ ً َّ َ ُ َ َّ َ َ َ َّ ُ َ َ َ
‫مككا يـى ْٖن ا ْو َرنل‬ ‫ز ٍِ حأضل‬ ِ ‫وشاك ُك ظا‬

87
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
“ Begitu juga dinamakan mad lazim muthawal / mad lazim kilmi
mukhaffaf / mad farqi apabila setelah huruf mad berupa huruf yang
mati asli (matinya tidak hilang ketika waqaf atau washal) baik berupa
ۡ
mukhaffaf seperti contoh :
ٍ‫ىٍ ي‬ ‫ل ى‬ ٍ‫ى ي ى ٍه ىل يٍ ي ى ي‬
. ٫ً‫ ث‬٥ٍ ‫ذي‬٪٠‫ؽ‬ٝ‫ س َءٓاىَٰٔـ ََ ىك‬٨ً ٍ‫ ىؿي‬٠‫ ىءآذل‬٢ٝ ‫رشًلٮف س‬
ً ‫ة ي‬٦‫ءآهلل ػري ا‬
ُّ ‫ى ى ى ى ُّ ى ى ي ى‬
Atau mad lazim mutsaqqal seperti contoh :.‫كالحتآًٮف س احتآصٮىن‬
Keterangannya sama seperti diatas.

3. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal


Mad Lazim Harfi Mutsaqqal adalah mad yang terdapat pada
fawatihussuar (pembuka surat yang berupa huruf) yang jumlahnya
ada 8 dan terkumpul dalam lafadz ‫ي‬ٞ٩ ٢‫ ٔك‬٥‫ ز‬kemudian terjadi
pengidghâman antara huruf satu dengan yang lainya, seperti ‫ؿ‬ nya
ٓ ٓ
lafadz ًٓ ‫ ال‬dan ‫ س‬nya lafadz ًٓ ‫ظص‬

4. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf


Sama seperti mad lazim harfi mutsaqqal, namun didalam mad
lazim harfi mukhaffaf tidak terjadi pengidghâman seperti ‫ـ‬ nya
ٓٓ
lafadz ً‫ال‬

َ َ َ ُ ْ ََ َ ُّ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ
ْ‫الع َٖر‬
‫ان َِِ خ ُصوق ِٕا عٕ ْص‬
ٍ ‫و ِف ث‬
ُ ‫وَِْٓ َا يأ ِِت قٖاح ِح‬
ْ ُ َ ُ ْ َ َ ََ ْ َ َ ْ َ
...................................... ‫صٔا ؼ ِصف‬ ‫ِف زٍ ؼعي جنص خ‬
“Dan masih termasuk mad lazim muthawal / mad lazim harfi
mutsaqal adalah mad yang terdapat pada satu persatu huruf yang
terdapat pada awal surat. Huruf tadi jika dibaca (dilepas) akan

88
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
menjadi tiga huruf dan yang tengah mati, adapun banyaknya huruf
ada delapan, yang terdapat dalam nadham :
‫ٍ ىى‬ ‫ى‬
‫ ٍه‬ٞ‫ ج‬٢‫ ىٔ ىك‬٥ٍ ‫(ؾ س ـ س ع س س س ؿ س ف س ؽ س ص) ز‬
ٓ ٍ ‫ى ٍ ى ى ىٍٍ ى‬ ٓ ‫ٓن‬
Seperti contoh :
‫ى ٍ ى‬
‫)س‬٥ٍ ٍ‫ي‬٦ ‫س آل ٍـس‬ٙ٣ً ‫ (ا‬/ ًٓ ‫وآد)س ال‬ ,‫ةس يةس خني‬٬ ‫آؼس‬٠(/ ‫ٓيػ ٓص‬

ْ َْ َ ْ َ َ َ َ
‫َوَا ِظ َٖأا ذطتِي ِِع ل الً ِف‬ .............................................
“Huruf yang terdapat pada awal surat selain huruf delapan
diatas dinamakan mad thabi‟i / mad lazim kilmi mukhffaf, kecuali
alif, sebab tidak memiliki huruf mad, maka tidak dinamakan mad
thabi‟i. banyaknya ada enam yang terkumpul dalam kalimat : ٌّ ‫ى‬
‫يح‬
‫ هؿ‬٬ً ‫س قس ر( ىَة‬ٙ٣‫ )حس مس طس ا‬seperti contoh :
‫ٓ ى ٍ ى‬ ‫ى ى‬
)‫س آل ٍـس ىرا‬ٙ٣ً ‫ة) الر (ا‬٬ ‫(َةس‬ ٍ ‫يس (يىةس ق‬ ٍ ٦ ‫خً ( ىظةس‬
ٓ ‫)س‬٥‫ي‬ ٓ
٫َ ‫ني)س‬ ً ً
‫ ل‬٨‫ ى‬٦ ‫ه ُؤ ََلٓءِ س‬
Keterangan : Ketika kita membaca al Qur`ân kemudian menemukan dua
mad yang muttashil keduanya seperti :
‫ ن‬٦‫آ ًء ى‬٧‫الك ى‬
‫آء‬ ً َٰٓ َ atau
keduanya lazim seperti
ٌ ُّ ‫ى ي ى‬ ٓ ٓٓ
: ‫ احتآصٮ ًىن‬, atau mutsaqal seperti : ‫ الٍص‬Maka
panjangnya disamakan, artinya apabila yang pertama panjangnya 3 alif
maka yang keduapun harus sama 3 alif, apabila yang pertama panjangnya 2
alif maka yang keduapun 2 alif, tidak boleh berbeda.
D. Mad ‘Aridl
Mad „Aridl adalah mad yang bertambah panjangnya
disebabkan setelah huruf mad terdapat sukun yang baru datang
dikarenakan waqaf, oleh karenanya dinamakan mad „aridl lissukun.
ُ ْ ‫َو ْر ًكا َذ َؽار ٌض َونَ ْع َخـؽ‬
‫ي‬
ُ ُ ُّ َ َ َْ ْ ُ َ ْ
‫َوا ِن يسِ مسؼ َصض العى ْٖن‬
ِ ِ

89
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
“Apabila setelah huruf mad terdapat huruf mati yang baru
(bukan asli) sebab waqaf, maka dinamakan mad „Aridli ( ‫َعرض‬ ‫ؽ‬٦
‫ٮف‬١‫ك‬٤‫)ل‬ , panjangnya sama dengan mad ja`iz munfashil seperti

‫ى ي ٍ ي ي‬ ‫ىل ى ٍ ى ى ٍ ى ي ى‬
‫ ا ى ئٮ يذ ث ىؿب ل‬٢ٍ ‫ي‬ٝ ‫ٮف س‬
contoh :
‫ س‬٨‫ي‬ ‫د‬
ً ‫ ىك ى‬٥ٍ ‫س‬
‫يل‬ ٪‫ي‬ ‫د‬
ً ٥‫س‬ ٣ ‫س‬ ‫ةس‬
ً ‫اجل‬ ٧٤ٕ‫الك قٮؼ ت‬
ً ً ً
‫ى‬
‫خلىج ه‬ ‫ىٍ ى‬
. ‫ري‬ ً ‫ ًب وؾ‬٦‫يٮ‬
Keterangan :Semua ulama ahli Qirâ`at memperbolehkan membaca
mad Tawasuthh atau qashar pada mad „Aridli, sebab dibaca mad
(panjangnya 2½ alif) karena ada dua huruf yang mati. Dibaca
Tawasuthh (sedang) karena melihat dua huruf yang mati dan melihat
mati (sukun) yang baru pada huruf kedua. Dan dibaca qashar (satu
alif) karena memandang mati (sukun) yang baru saja.
Selain macamnya mad-mad diatas ada beberapa pembahasan
mad yang tidak dibahas diatas, yaitu :
1. Mad „Iwadl, yaitu mad yang timbul ketika tanwin fathah (mahal
nashab) diwaqafkan, seperti contoh :
‫ن ً ىك ن‬
‫آء‬ dinamakan mad
„Iwadl karena mad ini pergantian dari tanwin yang ada pada
kalimat isim.
2. Mad Badal, yaitu ketika ada hamzah dan setelahnya huruf mad
‫ىي‬
dalam satu kalimat, seperti contoh : ‫ٮا‬٪٦‫ ىءا‬, dinamakan mad
badal, dikarenakan huruf mad ini asalnya adalah hamzah
kemudian diganti huruf mad, sesuai dengan Qaidah /
‫ي ى‬ ٍ ٍ ‫ى‬ ‫ٍ ى‬ ًّ
٨ٍ ٧ً ‫آزً ٍؿ ىك ااذى‬٠ ٨ٍ ‫ وح إًف ي ى ٍكس‬٧‫ًلك ى‬ ٨ٍ ٦ً ٨ً ٍ‫ ىـي‬٧ٍ ٬ ‫ؽا اث ٍ ًؽؿ زة ًجينة‬٦‫ىك ى‬
3. Mad Shilah adalah mad yang terdapat pada ٬ dlamir muttasil
mufrad mudzakkar, dengan syarat sebelum dan sesudahnya
berupa huruf yang berharakat selain hamzah Qatha‟, dan yang
setelahnya berupa hamzah dinamakan mad shilah thawilah

90
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
َ ٓ َّ ٓ ُ
seperti contoh : ‫إِنٰرا‬ ‫ ٌَِ دوُِِّۦ إَِل‬dan yang tidak berupa hamzah
dinamakan mad shilah qashirah seperti contoh : ‫َتد َلۥ‬
ُ َ َ َ ََ‫فَي‬
ِ
ُ ‫ى‬
,‫ َوُ ۡطيِِّۦ‬,‫ َشبِيل‬, kecuali ٬ nya lafadz ٥ٍ ‫س‬٣ ٫ً‫يى ٍؿ ى‬, ٬ nya tidak
‫ي ي‬
dibaca panjang menurut imam „Ashim.
َّ َ َٓ ‫ى‬
4. Madnya kalimat thayyibah (‫اهلل‬
‫ي‬ َّ ٰ ‫)َل إِل‬, Lam nafi (‫ )آل‬boleh
‫إَِل‬
‫ل‬
dipanjangkan sampai lima alif, dan ‫ إال‬boleh dibaca qashar,
َ
untuk madnya َّ ٰ ‫إِل‬ adalah mad thabi‟i yang hanya boleh

dipanjangkan satu alif, sama seperti madnya lafdzul jalalah (‫)اهلل‬


‫ي‬
ketika diwashalkan, namun ketika diwaqafkan maka boleh tiga
‫ى‬
alif, pendek (‫ِرْص‬ٝ) satu alif atau juga tengah-tengah, dan
َ
diharamkan mewaqafkan lafadz thayyibah pada lafadz َّ ٰ ‫إِل‬
karena khawatir ada prasangka kufur.

91
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪TABEL CONTOH-CONTOH MAD‬‬
‫اال‪ٙ٣‬‬ ‫ا‪٤ٕ٣‬ح‬ ‫اإلق‪٥‬‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح املؽ‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ق‪١‬ٮف الٮاك ثٕؽ ً‪٧‬ح‬ ‫ي‬
‫‪9‬‬ ‫‪٩‬ٮ‬ ‫‪9‬‬
‫ٍ‬

‫‪٩‬ي ٍٮظيٍ ى‬
‫‪9‬‬ ‫ق‪١‬ٮف احلةء ثٕؽ ‪٠‬رسة‬ ‫ظيػ ‪٦‬ؽ َجيىع‬ ‫ً‬ ‫‪9‬‬

‫ػ٭ة‬ ‫ً‬
‫األ‪ ٙ٣‬ثٕؽ ‪ٚ‬ذعح‬ ‫ى‬
‫‪9‬‬ ‫‪٬‬ة‬ ‫‪3‬‬
‫ثٕؽ ا‪ ٙ٣‬املؽ ‪٧٬‬ـة ىف‬ ‫ي ي‬
‫‪9,5‬‬ ‫ىص ىـآؤ‪٥ٍ ٬‬‬ ‫‪4‬‬
‫لك‪٧‬ح كاظؽة‬
‫ثٕؽ يةء املؽ ‪٧٬‬ـة ىف‬ ‫‪٦‬ؽ كاصت‬ ‫ى‬
‫‪9,5‬‬ ‫‪٪ً ٬‬ػػيٍبنة‬ ‫‪5‬‬
‫لك‪٧‬ح كاظؽة‬ ‫‪٦‬ذى‪٢‬‬
‫ثٕؽ كاك املؽ ‪٧٬‬ـة ىف‬
‫‪9,5‬‬ ‫يق ٍٮ وء‬ ‫‪6‬‬
‫لك‪٧‬ح كاظؽة‬
‫ثٕؽ ا‪ ٙ٣‬املؽ ‪٧٬‬ـة ىف‬ ‫ل‬ ‫ى‬
‫‪9,5‬‬ ‫آل إً ىهل إال اهلل‬ ‫‪7‬‬
‫لك‪٧‬ذني‬
‫ثٕؽ كاك املؽ ‪٧٬‬ـة ىف‬ ‫‪٦‬ؽ صةاـ‬ ‫ي ى‬
‫‪9,5‬‬ ‫ىك ٍابذى٘ٮآ ًإحلٍ ً‪٫‬‬ ‫‪8‬‬
‫لك‪٧‬ذني‬ ‫‪ٛ٪٦‬ى‪٢‬‬
‫ثٕؽ يةء املؽ ‪٧٬‬ـة ىف‬ ‫ۡ‬ ‫ََّ ۡ َ‬
‫‪9,5‬‬ ‫وي ِّس ِ ٓ‬
‫ِل أم ِري‬ ‫‪9‬‬
‫لك‪٧‬ذني‬
‫ثٕؽ كاك كيةء املؽ‬ ‫‪٦‬ؽ الزـ لك‪٥‬‬ ‫ا ى يحتى ُّ‬
‫‪3‬‬ ‫آص ٍٮىن‬ ‫‪91‬‬
‫تنؽيؽ‬ ‫‪٦‬س‪٢ٞ‬‬

‫‪3‬‬
‫ثٕؽ ا‪ ٙ٣‬املؽ ق‪١‬ٮف‬ ‫‪٦‬ؽ الزـ لك‪٥‬‬ ‫ىءآ‪ ٍ٣‬ى‬
‫ئ‬ ‫‪99‬‬
‫األو‪ / ٢‬ثٕؽ ‪٦‬ؽ ‪ٚ‬ؿىق‬ ‫َم‪ٙٛ‬‬

‫‪92‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫ق‪١‬ٮف األو‪٢‬‬
‫ثٕؽ ‪٧٬‬ـة اإلقذ‪ٛ‬٭ةـ الـ‬ ‫يٍ‬
‫‪3‬‬ ‫‪٦‬ؽ ‪ٚ‬ؿىق‬ ‫‪ ٢ٝ‬ىءآهلل‬ ‫‪99‬‬
‫دٕؿي‪ٙ‬‬
‫ثٕؽ ا‪ ٙ٣‬املؽ ق‪١‬ٮف‬ ‫‪٦‬ؽ الزـ‬ ‫ى ٍ‬
‫‪3‬‬ ‫‪٠‬آؼ‬ ‫‪93‬‬

‫نــــــٓـــــــيــــــ ٓػـــــ ٓص‬


‫ظؿؼ َم‪ ٙٛ‬األو‪٢‬‬

‫ٓ‬
‫‪ٝ‬ج‪ ٢‬ا‪ ٙ٣‬املؽ امل‪ٞ‬ؽر‬ ‫ى‬
‫‪9‬‬ ‫‪٬‬ة‬ ‫‪94‬‬
‫‪ٚ‬ذعح‬
‫‪٦‬ؽ َجيىع‬
‫‪ٝ‬ج‪ ٢‬ا‪ ٙ٣‬املؽ امل‪ٞ‬ؽر‬
‫‪9‬‬ ‫يىة‬ ‫‪95‬‬
‫‪ٚ‬ذعح‬
‫ق‪١‬ٮف احلةء ثٕؽ ‪ٚ‬ذعح‬ ‫‪٣‬ني الزـ‬ ‫ىخ ٍ ٍ‬
‫‪3/9‬‬ ‫ني‬ ‫‪96‬‬
‫ظؿؼ َم‪ ٙٛ‬كبٕؽ‪٬‬ة ق‪١‬ٮف‬
‫ثٕؽ ا‪ ٙ٣‬املؽ ق‪١‬ٮف‬ ‫‪٦‬ؽ الزـ‬ ‫ٍ‬
‫‪3‬‬ ‫ىوآد‬ ‫‪97‬‬
‫ظؿؼ َم‪ ٙٛ‬األو‪٢‬‬
‫‪٦‬ذى‪٢‬‬ ‫الـ‬ ‫‪٦‬ؽ‬ ‫‪٦‬ؽ الزـ‬ ‫ٓ‬
‫‪3‬‬ ‫‪ 98‬ال ًٓ‬
‫ثة‪٣‬تنؽيؽ‬ ‫ظؿؼ ‪٦‬س‪٢ٞ‬‬
‫ثٕؽ كاك املؽ ق‪١‬ٮف‬ ‫‪٦‬ؽ َعرض‬ ‫ى ىٍى ى‬ ‫ىل‬
‫‪9/9/3‬‬ ‫الك ىق ٍٮؼ تٕ‪ ٤‬ي‪٧‬ٮف‬ ‫‪99‬‬
‫ا‪ٕ٣‬ةرض ك‪ٛٝ‬ة‬ ‫ل‪٤‬ك‪١‬ٮف‬
‫يةء ‪٣‬ني ‪٦‬ذى‪ ٢‬بك‪١‬ٮف‬ ‫‪٣‬ني َعرض‬ ‫ى ى‬
‫‪3/9/9‬‬ ‫ىٔ‪٤‬يٍ‪ٟ‬‬ ‫‪91‬‬
‫ا‪ٕ٣‬ةرض ك‪ٛٝ‬ة‬ ‫ل‪٤‬ك‪١‬ٮف‬
‫‪9‬‬ ‫د‪٪‬ٮي‪٧٬ ٨‬ـة ك‪ٛٝ‬ة‬ ‫‪٦‬ؽ ٔٮض‬ ‫‪ 99‬ن ً ىك ن‬
‫آء‬
‫َّ َ َ ُ ۡ َ‬
‫‪9‬‬ ‫‪ٝ‬ج‪٬ ٢‬ةء ً‪٧‬ري كبٕؽ‪٬‬ة‬ ‫‪ 99‬إُِ ُّۥ َكن ُميطا ‪٦‬ؽ و‪٤‬ح‬

‫‪93‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ظؿًلح‬ ‫ىرية‬ٝ
‫ة‬٬‫ري كبٕؽ‬٧ً ‫ةء‬٬ ٢‫ج‬ٝ ‫ح‬٤‫ؽ و‬٦ َ ‫َو َْ ۡت َِا َ َُل ٓۥ إ ۡش‬
‫حٰ َق‬
9,5/9 ِ 93
‫ـة‬٧٬ ‫ة‬٬‫ظؿًلح كبٕؽ‬ ‫ح‬٤‫َٮي‬
9 ‫ املؽ‬٢‫ج‬ٝ ‫ـة‬٧٬ ‫ؽ ثؽؿ‬٦ ‫يٮا‬٪٦‫ا‬
‫ ىء ى‬94

َ َ َّ َ َ َ َّ ْ ْ
‫ات‬
ِ ‫ب الطك‬ ِ ‫لَع انل ِِب طي‬ ‫َوارخِ ٍْ ِِبَُ ِس اهللِ َوالطـل ِة‬
َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ َْ
ِ ُ‫ـ‬
‫ام‬ ‫ابيـاتٕا اربؽٖن ةِاتل‬ ‫ب َػ العل ِم‬ ِ ‫د‬ ‫الط‬ ‫و‬ ‫ل‬ِ ‫وا‬
‫آل‬
Akhirinya risalah ini bisa terselesaikan dengan memuji kepada
Allah SWT. Tuhan semesta alam, semoga shalawat serta salam
selalu diberikan kepada junjungan kita yang sangat baik budi
pekertinya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dan semoga terlimpahkan
kepada segenap keluarga dan para sahabatnya. jumlah bait risalah ini
ada 40 (empat puluh) dengan sempurna.

94
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ْ ُ ُ َْ
‫ب‬
ِ ‫جي‬
ِ ُ‫ذخح ال‬
٥‫ الؿظي‬٨‫ اهلل الؿمح‬٥‫بك‬
٫٤‫ دؿدي‬٥‫ي٭‬٤ٔ ‫ ككصت‬. ٫‫ذةث‬٠ ‫ح‬٤‫ ٔجةدق مح‬٨٦ ‫ؽ هلل اذلل اػذةر‬٧‫احل‬
ٟ‫ ىلع ذل‬٥٬‫ ككٔؽ‬. ٫‫ؿاا‬ٝ‫ كإ‬٫‫ؿااذ‬ٝ ‫ح ىلع‬٦‫ؽاك‬٧٤‫ ل‬٥‫٭‬ٞٚ‫ كك‬٫‫ي‬ٚ ‫ة‬٧‫ ث‬٢٧ٕ٣‫كا‬
‫ؿءاف كىلع آهل‬ٞ٣‫ ا‬٫‫ي‬٤ٔ ‫ـؿ‬٩‫ ا‬٨٦ ‫ كالىالة كالكالـ ىلع‬٫‫ زٮاث‬٨‫أظك‬
/ ‫ة ثٕؽ‬٦‫ أ‬٨‫ٮة ٔجةد الؿمح‬ٛ‫ و‬٫‫كوعج‬
Pada dasarnya dalam Qirâ`atnya imam „Ashim biriwati Hafshin,
belum cukup dengan mengetahui hukum tajwidnya saja, akan tetapi
didalamnya banyak sekali bacaan-bacaan yang jarang sekali
diketahui dan dipahami kebanyakan orang, dalam bab ini akan
dijelaskan beberapa cara membaca bacaan yang benar, mulai
ta‟awwudz sampai menghatamkan al Qur`ân.

ََ ُ َْ
‫ِضيـث تؽ ُّٖ ٍذ‬
SHIGHAT TA’AWWUDZ
Setiap akan memulai membaca al Qur`ân disunnahkan membaca

‫ى ي ي‬
ta’awwudz, berikut ini shighat ta’awwudz yang lebih utama yaitu :
‫ى ل‬
‫النيٍ ىُةف ل‬
٥ً ‫الؿ ًصي‬ ً ٨٦ً ً ً ٔ‫أ‬
‫هلل‬ ‫ة‬ ‫ث‬ ‫ٮذ‬
di perbolehkan juga membaca Ta’awwudz dengan lafadz-lafadz
ٍ ‫ى ي ي‬
dibawah ini :
‫ل‬ ‫ى‬ ٍ ‫ى ل‬ ‫ى‬
٥ً ‫ةف الؿ ًصي‬ ً ُ‫ النػي‬٨٦ً ٥ً ‫ٕ ًْي‬٣‫هلل ا‬
ً ‫ أٔٮذ ثًة‬
‫ل‬ ‫ى‬ ٍ ‫ل ي ٍى ي ى ل‬ ‫ى ي ي‬
٥ً ‫ةف الؿ ًصي‬
ً ُ‫ الني‬٨٦‫ و‬٥‫ي‬٤ً ٕ٣‫يٓ ا‬٧ً ‫هلل الك‬ ً ‫ أٔٮذ ثًة‬

95
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫لي يى ل ي ٍ‬ ‫ى ل‬
‫النيٍ ىُةف ل‬ ‫ى ي ي‬
‫يٓ ا‪ ٣‬ىٕ ً‪٤‬ي ي‪٥‬‬‫الؿ ًصي ً‪ً ٥‬إ‪٬ ٫٩‬ٮ الك ً‪٧‬‬ ‫ً‬ ‫‪٨‬‬ ‫‪٦‬‬‫‪ ‬أٔٮ ً ً ً‬
‫هلل‬ ‫ة‬ ‫ث‬ ‫ذ‬
‫ى ل‬
‫النيٍ ىُةف ل‬ ‫الك‪٧‬يٓ ا‪ ٍ٣‬ى‬‫ٮذ ثةهلل ا‪ ٍ٣‬ىْٕي‪ ٥‬ل‬‫ى ي ي‬
‫الؿ ًصي ً‪٥‬‬ ‫ً‬ ‫‪٨‬‬ ‫‪٦‬‬
‫ً‬ ‫‪٥‬‬ ‫ً‬ ‫ي‬‫‪٤‬‬‫ً‬ ‫ٕ‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫‪ ‬أٔ ً‬
‫‪didalam sebagian mushhaf, pada awal surat al Taubat sighat‬‬

‫ى ي ي‬
‫‪ta’awwudz tertera demikian‬‬
‫ل‬ ‫ٍى ل ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى ل ى ٍ ى ٍ يل ى ٍ ى‬
‫ةر ا‪ًٕ ٣‬ـةً ً ًِ‬
‫هلل‬ ‫ت اجلج ً‬
‫ةر ك ً‪ً ٌٗ ٨٦‬‬
‫ةر ك ً‪ُ ٨٦‬ش ا‪ً ٛ١٣‬‬
‫هلل ً‪ ٨٦‬اجل ً‬
‫أٔٮذ ثًة ً‬
‫ىكل ىؿ يقٮهل ىكل‪ ٍ٤‬ي‪ٍ ٧‬ؤ‪ ٪٦‬ى‬
‫ني‪.‬‬ ‫ً ًً ً ً ً‬
‫‪Tetapi Rasulullah SAW. dan para ahli Qirâ`at tidak membaca‬‬
‫‪demikian, oleh karenanya membaca ta’awwudz pada permulaannya‬‬

‫ى ي ي‬
‫‪surat al Taubat yang lebih utama adalah seperti biasa yaitu :‬‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى ل‬
‫)‪11‬‬
‫ةف الؿ ًصي ً‪٥‬‬
‫هلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫أٔٮذ ثًة ً‬

‫ى ي‬
‫‪ .(11‬االقذٕةذة وي٘ح أم٭ؿ‪٬‬ة (أ ئٮذ ثًةهلل ‪ ٨٦‬النيُةف الؿصي‪ )٥‬ك (أٔٮذ ثةهلل الك‪٧‬يٓ ا‪٤ٕ٣‬ي‪٨٦ ٥‬‬
‫النيُةف الؿصي‪٪ٕ٦ )٥‬ة‪٬‬ة ال‪٤‬ضٮء كاتلعى‪ ٨‬كاالٔذىةـ ثةهلل ‪ ٨٦‬النيُةف الؿصي‪ ٥‬حم‪٤‬٭ة ‪ٝ‬ج‪ٝ ٢‬ؿاءة ا‪ٞ٣‬ؿآف‬
‫ظ‪٧١‬٭ة اإلقذٕةذة ‪٤ُ٦‬ٮبح كإف اػذ‪ ٙ٤‬ا‪٧٤ٕ٣‬ةء يف ظ‪٧١‬٭ة ثني اإلقذعجةب كالٮصٮب كجيت اجل٭ؿ ث٭ة‬
‫ن‬ ‫ٔ‪٪‬ؽ إ‪ٚ‬ذذةح ا‪ٞ٣‬ؿاءة كٔ‪٪‬ؽ اإلثذؽاء ثؿؤكس األظـاب إذا ك‪٩‬خ ا‪ٞ٣‬ؿاءة ص٭ؿا ن ثح‪٧٪‬ة ي ي ى ُّ‬
‫رس ث٭ة يف ا‪ٞ٣‬ؿاءة ِسا‬
‫ٍ‬
‫كيف الىالة الرسيح كاجلى٭ ًؿيلح إ‪ٝ‬رتاف اإلقذٕةذة ثأكؿ الكٮر (أ) ثةقتس‪٪‬ةء قٮرة اتلٮبح جيٮز ‪ٚ‬ي٭ة أربٕح‬
‫ي ي‬ ‫ى‬
‫أكص‪ ُٓٝ )9( ٫‬اجل‪٧‬يٓ أم الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع اإلقذٕةذة ز‪ ٥‬ىلع ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ز‪ ٥‬اإلثذؽاء ثأكؿ الكٮرة كذل‪ْ ٟ‬نٮ أٔٮذ‬
‫ل‬ ‫ل ٍ‬ ‫الؿ ٍ ى‬
‫الؿصيٍ‪ِ ... .٥‬مْسِب اهلل ل‬ ‫ل‬ ‫ى ل ٍى‬
‫الؿ ًظي ً‪ ٥‬احلىة‪ٝ‬ح (‪ )9‬كو‪ ٢‬األكؿ ثةثلةين ك‪ ُٓٝ‬اثلة‪٣‬ر أم‬ ‫مح ً‪٨‬‬ ‫ةف ً ً‬ ‫ثًةهلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ى ل ٍى‬ ‫ى ي ي‬
‫ةف‬‫‪٩‬ى‪ ٢‬اإلقذ ٕةذة ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح ك‪ ٙٞ٩‬ىلع ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ز‪٩ ٥‬جؽأ ثأكؿ الكٮرة كذل‪ْ ٟ‬نٮ ‪ ...‬أٔٮذ ًثةهلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ل‬ ‫ل ٍ‬ ‫الؿ ٍ ى‬
‫الؿصيٍ‪ِ ٥‬مْسِب اهلل ل‬‫ل‬
‫الؿ ًظي ً‪ ... .٥‬احلىة‪ٝ‬ح (‪ )3‬كو‪ ٢‬اجل‪٧‬يٓ أم ‪٩‬ى‪ ٢‬اإلقذٕةذة ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثأكؿ الكٮرة‬ ‫مح ً‪٨‬‬ ‫ً ً‬
‫ل‬ ‫ل ٍ‬ ‫الؿصيٍ‪ِ ٥‬مْسِب اهلل ال لؿ ٍ ى‬
‫ل‬ ‫ى ل ٍى‬ ‫ي ي‬ ‫ى‬
‫الؿ ًظي ً‪ ٥‬احلىة‪ٝ‬ح (‪ ُٓٝ )4‬األكؿ‬ ‫مح ً‪٨‬‬ ‫ةف ً ً‬ ‫َج‪٤‬ح كاظؽة كذل‪ْ ٟ‬نٮ أٔٮذ ًثةهلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ى ي‬
‫ككو‪ ٢‬اثلةين ثةثلة‪٣‬ر أم الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع اإلقذٕةذة ز‪٩ ٥‬ى‪ ٢‬ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثأكؿ الكٮرة كذل‪ْ ٟ‬نٮ ‪ ...‬أ ئٮذ ًثةهلل‬
‫ل‬ ‫ل ٍ‬ ‫الؿصيٍ‪ِ ... .٥‬مْسِب اهلل ال لؿ ٍ ى‬ ‫ل‬ ‫ى ل ٍى‬
‫الؿ ًظي ً‪ ٥‬احلىة‪ٝ‬ح (ب) قٮرة اتلٮبح جيٮز ‪ٚ‬ي٭ة كص٭ةف (‪ُٓٝ )9‬‬ ‫مح ً‪٨‬‬ ‫ةف ً ً‬ ‫ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ى ي‬
‫اجل‪٧‬يٓ أم الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع اإلقذٕةذة ز‪ ٥‬اإلثذؽاء ثأكؿ الكٮرة ‪ٗ ٨٦‬ري بك‪٤٧‬ح‪.‬كذل‪ ٟ‬كآليت أ ئٮذ ًثةهلل ً‪ ٦‬ى‪٨‬‬
‫يٍىن‬ ‫ي‬ ‫ى ه‬ ‫ل ٍ‬ ‫ل ٍى‬
‫ٮهل‪ )9( .....‬كو‪ ٢‬اجل‪٧‬يٓ أم ‪٩‬ى‪ ٢‬اإلقذٕةذة ثأكؿ الكٮرة َج‪٤‬ح‬ ‫الؿ ًصي ً‪ ... ٥‬ث ىؿاءة ً‪ ٦‬ى‪ ٨‬اهلل ىك ىرق ً‬ ‫ةف‬
‫النيُ ً‬

‫‪96‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َْ ْ َ َُ‬
‫اًبعٌُث‬
‫‪BASMALLAH (12‬‬

‫ي‬ ‫ل ٍ ى ه‬ ‫ى ل ٍى‬ ‫ى ي ي‬
‫الؿ ًصي ً‪ ٥‬ث ىؿاءة ً‪ ٦‬ى‪ ٨‬اهلل ىك ىرق ً‬
‫ٮهل‪ ...‬إ‪ٝ‬رتاف اإلقذٕةذة ث٘ري أكؿ‬ ‫ةف‬
‫كاظؽة كذل‪ ٟ‬كآليت ‪ ...‬أٔٮذ ًثةهلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ري ثني اإلديةف ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثٕؽ اإلقذٕةذةس أك ٔؽـ‬ ‫الكٮر ٔ‪٪‬ؽ اثذؽاء ا‪ٞ٣‬ةرئ ‪ ٨٦‬أز‪٪‬ةء الكٮرةس‪ٚ‬٭ٮ يَمى ل ه‬

‫اإلديةف ث٭ة كاإلديةف ث٭ة أ‪ ٢ٌٚ‬ملة يرتدت ٔ‪٤‬ي‪ ٨٦ ٫‬األصؿ (أ)اإلديةف ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثٕؽ اإلقذٕةذة جيٮز ‪٪٬‬ة‬
‫أظؽ الٮصٮق األربٕح الكةث‪ٞ‬ح (ب)ٔؽـ اإلديةف ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثٕؽ اإلقذٕةذة جيٮز ‪٪٬‬ة ل‪ٞ٤‬ةرئ كص٭ةف ‪ٍٞٚ‬‬
‫ى ل ٍى‬ ‫ى ي ي‬
‫ةف‬ ‫(‪ ُٓٝ )9‬اجل‪٧‬يٓ أم الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع اإلقذٕةذة ز‪ ٥‬اإلثذؽاء ثأكؿ اآليح كذل‪ْ ٟ‬نٮ أٔٮذ ًثةهلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ى ى ى ى ي‬ ‫ٍ ىٍ ي ي ي‬ ‫ل ٍ‬
‫ت ‪٣‬س‪ )9( ...٥‬كو‪ ٢‬اجل‪٧‬يٓ أم ‪٩‬ى‪ ٢‬اإلقذٕةذة ثأكؿ اآليح َج‪٤‬ح‬ ‫ِرْصز‪ ٥‬اهلل ‪ٚ‬ال اغ ً‪٣‬‬ ‫الؿ ًصي ً‪ً ... ٥‬إف ح‪٪‬‬
‫ى ى ى ى ي‬ ‫ل ٍ ٍ ىٍ ي ي ي‬ ‫ى ل ٍى‬ ‫ي ي‬ ‫ى‬
‫ت ‪٣‬س‪ ...٥‬ككص‪ ٫‬ا‪ُٓٞ٣‬‬ ‫ِرْصز‪ ٥‬اهلل ‪ٚ‬ال اغ ً‪٣‬‬ ‫ةف الؿ ًصي ً‪ ٥‬إًف ح‪٪‬‬‫كاظؽة‪.‬كذل‪ْ ٟ‬نٮ‪ ...‬أٔٮذ ثًةهلل ً‪ ٨٦‬النيُ ً‬
‫ل ٍى ىى‬ ‫ن‬
‫مح ي‪ ٨‬ىلع‬ ‫أكىل كػةوح إذا ك‪٩‬خ ثؽايح اآليح ‪ ِٛ٣‬اجلال‪٣‬ح أك ً‪٧‬ري يٕٮد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كذل‪٦ ٟ‬س‪ٝ ٢‬ٮهل دٕةىل ‪( ...‬الؿ‬
‫ل‬ ‫ى ٍ ي ى ُّ ٍ ي ل ى ى‬ ‫ٍ‬
‫ةٔح)(قٮرة ‪ٚ‬ى‪٤‬خ‪ /‬اآليح ‪ )47‬ك‪ٝ‬ؽ أكؽ ثٕي‬ ‫ا‪ٍ ٕ٣‬ؿ ًش اقذى ىٮل) ‪( ...‬قٮرة َ‪ /٫‬اآليح ‪)5‬ك(إًحل ً‪ ٫‬يؿد ًٔ‪ ٥٤‬الك‬ ‫ى‬
‫ي ٍى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ا‪٧٤ٕ٣‬ةء كصٮب ًذ‪ً ٠‬ؿ ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثٕؽ اإلقذٕةذة يف ‪٬‬ؾق احلة‪٣‬ح ييؿاِع أ‪ ٫٩‬ح‪ ٓ٪٧‬كو‪ ٢‬اإلقذٕةذة ثأكؿ اآليح إذا‬
‫ل ٍ‬ ‫يىل ه ي ي‬ ‫ى ل‬ ‫ى ل‬ ‫ي ٍى ى‬
‫كاذلح ى‪٨‬‬ ‫كف ال‪٧‬جذؽأ ث‪ ٫‬إق‪ ٥‬الؿقٮؿ وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ىكق‪ .٥٤‬كذل‪٦ ٟ‬س‪ٝ ٢‬ٮهل دٕةىل‪( ...‬حم‪٧‬ؽ ىرقٮؿ اهلل ً‬
‫يٍ ى‬ ‫ي ٍى‬ ‫ي‬
‫ه‬
‫ً‪٧‬ري‬ ‫ال‪٧‬جذىؽأ ث‪ ٫‬النيُةف أك‬ ‫ى‪ ٦‬ىٕ‪( )...٫‬قٮرة ا‪ٛ٣‬ذط‪ /‬اآليح ‪٧٠ )99‬ة ح‪ ٓ٪٧‬كو‪ ٢‬ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثأكؿ اآليح إذا كف‬
‫ى ىي‬ ‫ىٍ‬ ‫ل ٍ ي ي ي‬
‫يٕٮد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كذل‪٦ ٟ‬س‪ٝ ٢‬ٮهل دٕةىل ‪( ...‬الني ىُةف يى ًٕؽز‪ ٥‬ا‪ ٞٛ٣‬ىؿ‪()...‬قٮرة ابل‪ٞ‬ؿة‪ /‬اآليح ‪ )968‬ك (‪ ٣‬ىٕ‪٫٪‬‬
‫اهلل‪()...‬قٮرة ا‪٣‬جكةء‪ /‬اآليح ‪٦)998‬ة يرتدت ىلع ا‪ٞ٣‬ةرئ إذا ‪ٝ ُٓٝ‬ؿاءد‪ ٫‬ز‪َ ٥‬عد إحل٭ة (‪ )9‬إذا ‪ُٕٝ‬٭ة ه‬
‫أمؿ‬
‫أمؿ ي‬ ‫ةذة (‪ )9‬إذا ‪ُٕٝ‬٭ة ه‬ ‫ٍ ى ى‬ ‫ي ٍي‬ ‫يى‬ ‫ُّ ى‬
‫ٗري ضكرم ‪٦‬س‪ ٢‬األك‪٢‬‬ ‫اإلق ًذٕ‬
‫ضكرم ‪٦‬س‪ ٢‬الكٕةؿ كا‪ُٕ٣‬ةس كٗريق ال ي ًٕيؽ ً‬
‫ٍ ىي‬ ‫ي ٍي‬ ‫ي ٍى لن‬ ‫ي ٍي‬ ‫ُّ ٍ‬
‫كاإلق ًذ ىٕةذة‬‫كالرش ًب كٗريق ي ًٕيؽ اإلقذٕةذة (‪ )3‬إذا ‪ ُٓٝ‬ا‪ٞ٣‬ؿاءة ‪٪٦‬ذ ً٭ية ز‪َ ٥‬عد إحل٭ة ي ًٕيؽ اإلقذٕةذة ً‬
‫ن‬ ‫ه‬
‫‪٤ُ٦‬ٮبح ‪ ٨٦‬لك كاظؽ ‪ ٨٦‬اجل‪٧‬ةٔح قٮاء ك‪٩‬خ ا‪ٞ٣‬ؿاءة ص٭ؿا أك ِسا‪( .‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)6-4‬‬
‫ٍ ىن‬ ‫ل ٍ‬ ‫الؿ ٍ ى‬
‫الؿ ًظي ً‪٪ٕ٦ )٥‬ة‪٬‬ة أ‪ٝ‬ؿأ ظةؿ ‪٠‬ٮين ي‪٦‬جذى ًؽاة ثبك‪ ٥‬اهلل الؿمح‪٨‬‬ ‫مح ً‪٨‬‬ ‫‪ .(12‬ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح وي٘ذ٭ة (ِمْسِب اهلل ل‬
‫ه‬ ‫ىن‬
‫كاصت‬ ‫الؿظي‪ ٥‬أك أ‪ٝ‬ؿأ ظةؿ ‪٠‬ٮين ي‪٦‬ذى ىربك ثبك‪ ٥‬اهلل الؿمح‪ ٨‬الؿظي‪ ٥‬ظ‪٧١‬٭ة (‪٪ٔ )9‬ؽ اإل‪ٚ‬ذذةح ثأكؿ الكٮرة‬
‫ثةقتس‪٪‬ةء قٮرة اتلٮبح (‪٪ٔ ) 9‬ؽ اإل‪ٚ‬ذذةح ث٘ري أكؿ الكٮرة جيٮز اإلديةف ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح أك دؿًل٭ة كاإلديةف ث٭ة‬
‫أ‪٢ٌٚ‬؛ ملة يرتدت ٔ‪٤‬ي‪ ٨٦ ٫‬األصؿ (‪٪ٔ )3‬ؽ اجل‪ ٓ٧‬ثني قٮردني ٔ‪٪‬ؽ اإل‪٩‬ذ٭ةء ‪ ٨٦‬قٮرة كالرشكع بكٮرة‬
‫أػؿلس‪٪٬‬ةؾ ظةتلةف (أ) ثةقتس‪٪‬ةء قٮرة األ‪ٛ٩‬ةؿ ‪ ٓ٦‬قٮرة اتلٮبح جيٮز زالزح أكص‪ ُٓٝ )9( ٫‬اجل‪٧‬يٓ أم‬

‫‪97‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫‪Ada lima pendapat hukum mengenai tempat membaca‬‬
‫‪basmallah ketika kita membaca al Qur`ân yaitu :‬‬
‫‪1. Wajib, Pada permulaannya surat al Fatihah, menurut madzhab‬‬
‫‪Imam Syafi‟i. Hal ini dikarenakan didalam shalat basmallah‬‬
‫‪termasuk ayat dari surat al Fâtihah, demikian yang lebih shahih‬‬
‫‪menurut madzhab Imam Syafi‟i.‬‬
‫‪2. Sunah, Pada setiap permulaan surat, selain surat al Fâtihah dan al‬‬
‫‪Taubat, dan ditengah-tengah surat selain surat at Taubat.‬‬
‫‪3. Haram, Pada permulaan surat al Taubat menurut pendapat Imam‬‬
‫‪Ibnu Hajar.‬‬
‫‪4. Makruh, Pada pertengahan surat al Taubat menurut pendapat‬‬
‫‪Imam Ibnu Hajar.‬‬
‫‪5. Jawaz, (Boleh) ditengah tengahnya surat al Taubat, menurut‬‬
‫‪pendapat Imam Ramli, akan tetapi lebih utama tidak membaca‬‬
‫‪basmallah.‬‬

‫الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع آػؿ الكٮرة ز‪ ٥‬الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ز‪ ٥‬اإلثذؽاء ثأكؿ الكٮرة الالظ‪ٞ‬ح كذل‪ْ ٟ‬نٮ ‪٩‬ى ه‬
‫ةر ىظة ً‪٦‬يىح‬
‫ل ٍ ى ل ٍ ىٍى ي ل ى ي‬
‫اتلاكزؿ (‪ ) 9‬كو‪ ٢‬اجل‪٧‬يٓ‪ /‬أم ‪٩‬ى‪٩ ٢‬٭ةيح الكٮرة ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثأكؿ الكٮرة‬ ‫ِمْسِب اهلل الؿمح ً‪ ٨‬الؿ ًظي ً‪ ٥‬أل٭ةز‪٥‬‬
‫ل ٍ ى ل ٍ ىٍى ي ل ى ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫ى‬
‫الالظ‪ٞ‬ح َج‪٤‬ح كاظؽة كذل‪ْ ٟ‬نٮ ‪٩‬ةر ظة ً‪٦‬يح ِمْسِب اهلل الؿمح ً‪ ٨‬الؿ ًظي ً‪ ٥‬أل٭ةز‪ ٥‬اتلاكزؿ (‪ ُٓٝ )3‬األكؿ ككو‪٢‬‬
‫اثلةين ثةثلة‪٣‬ر أم الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع ‪٩‬٭ةيح الكٮرةسز‪٩ ٥‬ى‪ ٢‬ا‪٣‬بك‪٤٧‬ح ثأكؿ الكٮرة الالظ‪ٞ‬ح كذل‪ْ ٟ‬نٮ ‪٩‬ى ه‬
‫ةر ىظة ً‪٦‬يىح‪.‬‬
‫ل ى ي‬ ‫ل ٍ ىٍ ي‬ ‫الؿ ٍ ى‬
‫اتلاكزؿ كال جيٮز كو‪٩ ٢‬٭ةيح الكٮرة ثة‪٣‬بك‪٤٧‬ح كالٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي٭ة ز‪٥‬‬ ‫الؿ ًظي ً‪ ٥‬أل ى٭ةز‪٥‬‬ ‫مح ً‪٨‬‬ ‫ِمْسِب اهلل ل‬

‫الرشكع ثأكؿ الكٮرة الالظ‪ٞ‬ح (ب) ٔ‪٪‬ؽ اجل‪ ٓ٧‬ثني آػؿ قٮرة األ‪ٛ٩‬ةؿ كأكؿ قٮرة اتلٮبح ‪٪٬‬ةؾ زالزح‬
‫أكص‪ )9( ٫‬الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع ‪٩‬٭ةيح قٮرة األ‪ٛ٩‬ةؿ ‪ ٓ٦‬اتل‪ٛ٪‬فسز‪ ٥‬اإلثذؽاء ثأكؿ قٮرة اتلٮبح (‪ )9‬الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع‬
‫‪٩‬٭ةيح قٮرة األ‪ٛ٩‬ةؿ بك‪١‬ذح ‪ٗ ٨٦‬ري د‪ٛ٪‬ف ملؽة ظؿًلذني كاإلثذؽاء ثأكؿ قٮرة اتلٮبح (‪ )3‬كو‪ ٢‬آػؿ قٮرة‬
‫األ‪ٛ٩‬ةؿ ثأكؿ قٮرة اتلٮبح َج‪٤‬ح كاظؽة ‪ٗ ٨٦‬ري دٮ‪ ٙٝ‬كجتٮز د‪ ٟ٤‬األكص‪ ٫‬اثلالزح ‪ٚ‬ي‪٧‬ة لٮ كو‪٪٤‬ة ‪٩‬٭ةيح‬
‫إظؽل الكٮر الكجٓ ا‪ُ٣‬ٮاؿ ‪ ٓ٦‬ثؽايح قٮرة اتلٮبح أم ‪٩‬ى‪٩ ٢‬٭ةيح إظؽل قٮر (ابل‪ٞ‬ؿةس آؿ ٔ‪٧‬ؿافس‬
‫ا‪٣‬جكةءس املةاؽةس األ‪ٕ٩‬ةـس األٔؿاؼس كاأل‪ٛ٩‬ةؿ) ‪ ٓ٦‬أكؿ قٮرة اتلٮبح ثح‪٧٪‬ة لٮ كو‪٪٤‬ة ‪٩‬٭ةيح قٮرة اتلٮبح ثأكهلة‬
‫أك لٮ كو‪٪٤‬ة ‪٩‬٭ةيح أيح قٮرة د‪ ٓٞ‬ثٕؽ قٮرة اتلٮبح ثأكؿ قٮرة اتلٮبحس ‪ٚ‬ال جيٮز ‪٪٬‬ة قٮل كص‪ ٫‬كاظؽ ‪ٍٞٚ‬‬
‫‪٬‬ٮ الٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع ‪٩‬٭ةيح الكٮرة ز‪ ٥‬اإلثذؽاء ثأكؿ قٮرة اتلٮبح ‪ٗ ٨٦‬ري بك‪٤٧‬ح‪( .‬أظاكـ اتلضٮيؽ ص ‪)8-6‬‬

‫‪98‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ َ
‫األً ِف اً ِِت ًيعج خصف َس‬
ALIF YANG TIDAK DIBACA PANJANG
Apabila alif berada setelah harakat fathah, maka alif disebut
huruf mad (dibaca panjang). Tetapi didalam al Qur`ân ada sebagian
alif yang tidak dibaca mad, juga tidak boleh dibuang yaitu :

‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ‫ دكف املؽ‬ٙ٣‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩


َُْ َّۡ ٞ َُ
31 ‫الؿٔؽ‬ 93 ‫أمً َِلخئا‬ 9
َ ُ ْ َّ َ
94 ٙ‫٭‬١‫ال‬ 95 َۖ‫ىَ ُ ۡد ُغ َٔا ٌَِ دوُِِّۦٓ إِلٰٓا‬ 9
ٍ‫ىٍيىٍ ىى ىٍيى‬
39 ‫الؿكـ‬ 99 ‫ال يؿبٮا‬ٚ – ‫ريبٮا‬٣ً 3
ٍ‫ىٍيى‬
4 ‫ؽ‬٧‫حم‬ 96 ‫ٮا‬٤‫ًحلج‬ 4
ٍ‫ىىٍيى‬
39 ‫ؽ‬٧‫ حم‬96 5 ‫ٮا‬٤‫كجج‬
Keterangan : )‫ ( ىكا‬yang tertera diatas, jika diwashalkan semuanya
dibaca pendek (satu harakat), kemudian jika diwaqafkan seperti
‫ىىٍي‬
untuk istirahat maka wawunya mati )‫ٮا‬٤‫ (كجج‬dan alif yang berada
setelahnya tidak berfungsi apa-apa, maksudnya, adanya alif itu bukan
berarti tidak berguna, menurut sebagian ulama dalam kitab
Qowa‟idul „Irab mengatakan bawha alif tersebut berfungsi untuk
menguatkan atau mentaukidi keterangan yang terdapat didalam al
Qur`ân, dan menurut sebagian Ulama Ahli Qira`at berpendapat :
‫ٮ‬٬ ‫٭ة إال‬٧٤ٕ‫ أِسار اهلل الي‬٨٦ ‫ ِس‬٫‫ي‬ٚ ‫ؿءاف‬ٞ٣‫ ا‬٥‫ كرق‬ٟ‫ؾل‬٠ ‫ؿءاف‬ٞ٣‫ ا‬٥‫ لؿق‬ٙ٣‫ح األ‬٦‫ٔال‬
“Alamat Alif yang termaktub dalam al Qur`ân itu hanya bentuk
tulisanya saja, tetapi didalamnya terdapat satu rahasia diantara
rahasia-rahasianya Allah SWT. yang hanya diketahui oleh-Nya”

99
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َّ ُ َّ َ ُ‬
‫الصاء العاوِْث‬
‫‪RA’ MATI (13‬‬

‫‪ .(13‬كالؿاء الكة ‪٪٠‬ح املذٮقُح دؿ‪ ٜٝ‬جل‪٧‬يٓ ا‪ٞ٣‬ؿاء برشكط الثؽ ‪ ٨٦‬اصذ‪٧‬ةٔ٭ة لك٭ة يف آف كاظؽ ‪ٚ‬إ ف‬
‫خت‪ُ ٙ٤‬شط ‪٪٦‬٭ة كصت د‪ٛ‬ؼي‪٧‬٭ة ‪ٚ‬ةلرشط األكؿ أف يسٮف ‪ٝ‬ج‪ ٢‬الؿاء ‪٠‬رسة كالرشط اثلةِّن أف دسٮف‬
‫‪٬‬ؾق ال‪١‬رسة أو‪٤‬يح أ‪٦‬ة إذا ك‪٩‬خ ‪٬‬ؾق ال‪١‬رسة ٗري أو‪٤‬يح قٮاء ك‪٩‬خ َعرًح ‪٦‬ذى‪٤‬ح ‪١٠‬رسة ‪٧٬‬ـة‬
‫الٮو‪ْ ٢‬نٮ ( ارصٕٮا ) ك ( ارًلجٮا ) ىف االثذؽاء أك ‪ٛ٪٦‬ى‪٤‬ح َعرًح ْنٮ ( اردبذ‪ ) ٥‬ك ( مل‪ ٨‬اردىض ) أك‬
‫‪ٛ٪٦‬ى‪٤‬ح الز‪٦‬ح ْنٮ ( اذلل اردىض هل‪ ) ٥‬الرشط اثلة‪٣‬ر أف دسٮف ال‪١‬رسة كالؿاء ىف لك‪٧‬ح كاظؽة الرشط‬
‫الؿاثٓ ‪ /‬أف يسٮف ثٕؽ الؿاء ظؿؼ ‪ ٨٦‬ظؿكؼ االقذ‪ٛ‬ةؿ ‪ٚ‬إف كف ثٕؽ الؿاء ىف لك‪٧‬ذ٭ة ظؿؼ ‪ ٨٦‬ظؿكؼ‬
‫االقذٕالء ‪ٚ‬إف الؿاء ظيجبؾ د‪ٛ‬ؼ‪ ٥‬لُك ا‪ٞ٣‬ؿاء كالٮا‪ ٫٪٦ ٓٝ‬ىف ا‪ٞ٣‬ؿآف ( ‪ٝ‬ؿَةس) ثةأل‪ٕ٩‬ةـ ك( ‪ٚ‬ؿ‪ٝ‬ح )ك(‬
‫إروةدا ) كالك‪٧٬‬ة ثةتلٮبح ك( مؿوةدا ) ثةجلجأ ك( بلةملؿوةد ) ثة‪ٛ٣‬ضؿ كينرتط أف ال يسٮف ظؿؼ‬
‫االقذٕالء م‪١‬كٮرا ‪٠‬٭ؾق األ‪٦‬س‪٤‬ح كأ‪٦‬ة إ ذا كف م‪١‬كٮرا ‪ٚ‬ىف د‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬الؿاء ػ‪٧٠ ٙ٤‬ة ‪ٝ‬ةؿ اث‪ ٨‬اجلـرل‬
‫كاخل‪ ٙ٤‬ىف ‪ٚ‬ؿؽ ل‪١‬رس يٮصؽ ‪ٝ‬ةؿ املؿٔىش اػذ‪ ٙ٤‬أ‪ ٢٬‬األداء يف د‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬راء ( ‪ٚ‬ؿؽ ) ‪٪٧ٚ‬٭‪ٚ ٨٦ ٥‬ؼ‪٧‬٭ة‬
‫‪ْ٩‬ؿا إىل ظؿؼ االقذٕالء ثٕؽ‪٬‬ة ك‪٪٦‬٭‪ ٨٦ ٥‬ر‪ٞٝ‬٭ة ل‪١٤‬رس اذلل ىف ظؿؼ االقذٕالء ألف ظؿؼ االقذٕالء‬
‫‪ٝ‬ؽ ا‪٩‬سرست وٮتل‪ ٫‬أل ‪ٝ‬ٮد‪ ٫‬امل‪ٛ‬ؼ‪٧‬ح س تلعؿًل‪ ٫‬ثةل‪١‬رس امل‪٪‬ةقت ل‪٤‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬أك ل‪١‬رس يٮصؽ ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ك‪٦‬ة‬
‫ثٕؽ‪٬‬ة ‪ٚ‬ي‪١‬ٮف كص‪ ٫‬ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ًٕٙ ٜ‬الؿاء لٮ‪ٝ‬ٮٔ٭ة ثني ال‪١‬رسدني كلٮ قس‪ ٨‬ك‪ٛٝ‬ة ‪ٕ٣‬ؿكض الك‪١‬ٮف ‪ٝ‬ةؿ‬
‫ادلاِّن " كالٮص٭ةف صيؽاف " ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كب‪ ُٓٝ ٫‬ادلاِّن ىف اتلحكري ك‪ٝ‬ةؿ ادلاين يف ٗري اتلحكري " كاملأػٮذ ث‪٫‬‬
‫‪ٚ‬ي‪ ٫‬ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٫٤ٞ٩ " ٜ‬اجلٮيؿل ىف ُشح ا‪ُ٣‬يجح ‪ٚ‬٭ٮ أكىل ثة‪ ٢٧ٕ٣‬إ‪ٚ‬ؿادا كبةتل‪ٞ‬ؽي‪َ ٥‬جٕة أ‪ ٬‬كاتلع‪ٞ‬ي‪ ٜ‬أف‬
‫ا‪ٛ٣‬ؿؽ يؿصٓ إىل الؿكايح ‪٤ٚ‬ٮ ‪ٝ‬ؿأ‪٩‬ة ث‪ِٞ‬رْص امل‪ٛ٪‬ى‪٤ٚ ٢‬حف جلة إال ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كلٮ ‪ٝ‬ؿأ‪٩‬ة ثةتلٮقٍ ‪٪٤ٚ‬ة اتل‪ٛ‬ؼي‪٥‬‬
‫كا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ٞ٦ ٜ‬ؽـ كًل‪٧‬ة كف ل‪٤‬رت‪ٝ‬ي‪ُ ٜ‬شكط ‪ٚ‬إف ل‪٤‬ذ‪ٛ‬ؼي‪ُ ٥‬شكَة أيٌة كذل‪ ٟ‬ل‪٤‬ؿاء الكة‪٪٠‬ح‬
‫املذٮقُح الرشط األكؿ أف يسٮف ‪ٝ‬ج‪ ٢‬الؿاء ‪ٚ‬ذعح أك ً‪٧‬ح ْنٮ ( ال دؿ‪ٕٚ‬ٮا )ك( يؿًٮ‪) ٫٩‬ك( يؿز‪ٝ‬ٮف)ك(‬
‫‪٩‬ؿق‪ ٢‬املؿق‪٤‬ني ) ك‪٬‬ؾا الرشط ‪ٞ٦‬ةث‪ ٢‬ل‪٤‬رشط األكؿ ‪ُ ٨٦‬شكط ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬الرشط اثلةين أف يسٮف ‪ٝ‬ج‪٢‬‬
‫الؿاء ‪٠‬رسة َعرًح قٮاء ك‪٩‬خ ‪ٕ٦‬٭ة ىف لك‪٧‬ح ْنٮ( ارصٕٮا)س (ارًلٕٮا ) أـ ك‪٩‬خ ‪ٛ٪٦‬ى‪٤‬ح ٔ‪٪‬٭ة ْنٮ ( إف‬
‫اردبذ‪٧٠ ) ٥‬ة قج‪ ٜ‬كذ‪٠‬ؿ‪٩‬ة ك‪٬‬ؾا الرشط ‪ٞ٦‬ةث‪ ٢‬ل‪٤‬رشط اثلةِّن ‪ُ ٨٦‬شكط ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬الرشط اثلة‪٣‬ر أف‬
‫يسٮف ‪ٝ‬ج‪ ٢‬الؿاء ‪٠‬رسة أو‪٤‬يح ‪ٛ٪٦‬ى‪٤‬ح ٔ‪٪‬٭ة ْنٮ ( اذلم اردىض ) ك‪٬‬ؾا الرشط ‪ٞ٦‬ةث‪ ٢‬ل‪٤‬رشط اثلة‪٣‬ر‬

‫‪100‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ىٍ له‬
‫‪( mati setelah harakat fathah seperti‬ر) ‪Apabila‬‬ ‫ػيح‬‫مؿ ًً‬ ‫‪atau‬‬
‫ى ٍ ي ٍى‬
‫`‪ atau dipisah oleh huruf yang mati selain ya‬كا‪ِ٩‬رْص‪٩‬ة ‪dlammah seperti‬‬

‫‪mati seperti‬‬
‫‪ maka‬ا ى ٍج ى٭ ه‬
‫ةر‬ ‫‪ra` wajib dibaca tafkhim (tebal), sedangkan‬‬
‫‪ atau dipisah ya` mati‬ىك ٍ‬
‫او ىُ ٍ‬
‫‪( mati setelah kasrah seperti‬ر) ‪ketika‬‬ ‫رب‬
‫ً‬
‫ىى ٍ‬ ‫َ َ ى ٍٍ‬
‫‪ atau dipisah oleh‬ذٰل ِم ػري ‪ -‬خل ًجري ‪setelah kasrah/fathah seperti‬‬
‫ٍ‬
‫ظضؿ ‪huruf mati apa saja seperti‬‬‫ذلل ً‬ ‫‪ً ً maka dibaca tarqîq (tipis).‬‬

‫‪ُ ٨٦‬شكط ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬الرشط الؿاثٓ أف يسٮف ثٕؽ الؿاء ظؿؼ ‪ ٨٦‬ظؿكؼ االقذٕالء الكجٕح املذ‪ٞ‬ؽ‪٦‬ح ‪٧٠‬ة‬
‫ىف األ‪٦‬س‪٤‬ح الكةث‪ٞ‬ح ك‪٬‬ؾا الرشط ‪ٞ٦‬ةث‪ ٢‬ل‪٤‬رشط الؿاثٓ ‪ُ ٨٦‬شكط ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪٬ ٜ‬ؾا كينرتط ىف ظؿؼ‬
‫االقذٕالء الٮا‪ ٓٝ‬ثٕؽ الؿاء ظىت د‪ٛ‬ؼ‪ُ ٥‬شَةف األكؿ أف يسٮف ‪ ٓ٦‬الؿاء ىف لك‪٧‬ذ٭ة اثلةِّن أف يسٮف ٗري‬
‫م‪١‬كٮر ‪ٚ‬إف ا‪ٛ٩‬ى‪ ٢‬ظؿؼ االقذٕالء ٔ‪ ٨‬الؿاء ثأف ك‪٩‬خ الؿاء ىف آػؿ الك‪٧‬ح كظؿؼ االقذٕالء ىف أكؿ‬
‫الك‪٧‬ح س كظؿؼ االقذٕالء يف أكؿ الك‪٧‬ح اثلة‪٩‬يح ‪ٚ‬ال ػالؼ ىف دؿ‪ٝ‬ي‪ٞ‬٭ة جل‪٧‬يٓ ا‪ٞ٣‬ؿاء كالٮارد ‪ ٨٦‬ذل‪ ٟ‬ىف‬
‫ا‪ٞ٣‬ؿآف ال‪١‬ؿي‪ ٥‬زالث مٮآً ك‪٬‬ٮ ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل ( أ‪٩‬ؾر ‪ٝ‬ٮم‪) ٟ‬ك( كال دىٕؿ ػؽؾ )ك( ‪ٚ‬ةورب وربا َجيال )‬
‫أ‪٦‬ة إذا كف ظؿؼ االقذٕالء الٮا‪ ٓٝ‬ثٕؽ الؿاء م‪١‬كٮرا ‪ٚ‬ذك‪٪٧‬ة ىلع ‪٦‬ة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬ػالؼ دججي‪ ٫‬د‪ٞ‬ؽـ أف‬
‫ُشكط ا‪٣‬رت‪ٝ‬ي‪ ٜ‬األربٕح ل‪٤‬ؿاء الكة‪٪٠‬ح املذٮقُح ال ثؽ ‪ ٨٦‬أف دسٮف لك٭ة مٮصٮدة ىف آف كاظؽ أ‪٦‬ة ُشكط‬
‫اتل‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬األربٕح ل‪٤‬ؿاء ذاد٭ة ‪٤ٚ‬حكخ ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬ث‪ ٢‬يسىف كصٮد كاظؽ ‪٪٦‬٭ة كيسٮف مكٮاغ ل‪٤‬ذ‪ٛ‬ؼي‪ ٥‬ظيجبؾ‬
‫أ‪٦‬ة الؿاء املذُؿ‪ٚ‬ح الكة‪٪٠‬ح ىف الٮو‪ ٢‬كالٮ‪ٚ ٙٝ‬ذ‪١‬ٮف ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬ثٕؽ ‪ٚ‬ذط كً‪ ٥‬كًلرس ‪٧ٚ‬سةهلة ثٕؽ ا‪ٛ٣‬ذط‬
‫(ي٘‪ٛ‬ؿ )ك( ل‪ ٥‬يذ٘ري)ك( ال دؾر )ك( أف ام‪١‬ؿ )ك( ‪ٚ‬ال دس‪ٛ‬ؿ ) ‪ٚ‬ةلؿاء ‪ٛ٦‬ؼ‪٧‬ح ىف ذل‪ ٟ‬لك‪ ٫‬ثال ػالؼ‬
‫كىلع ذل‪ٚ ٟ‬٭ؾق الؿاء د‪ٛ‬ؼ‪ ٥‬برشَني أكهل‪٧‬ة أف ي‪ٝ ٓٞ‬ج‪٤‬٭ة ‪ٚ‬ذعح ‪٧٠‬ة قج‪ ٜ‬زة‪٩‬ي٭‪٧‬ة أف ي‪ٝ ٓٞ‬ج‪٤‬٭ة ً‪٧‬ح ‪٦‬س‪( ٢‬‬
‫كالؿصـ ‪ٚ‬ة‪٬‬ضؿ) ك‪٦‬سةهلة ثٕؽ ال‪١‬رس ( اقذ٘‪ٛ‬ؿ هل‪ ٥‬أك ال تكذ٘‪ٛ‬ؿ هل‪) ٥‬ك( أثِرْص )ك( كاوُرب )ك( كال دىٕؿ‬
‫) كال ػالؼ ىف دؿ‪ٝ‬ي‪ ٜ‬الؿاء ىف ذل‪ ٟ‬لك‪ ٫‬لٮ‪ٝ‬ٮٔ٭ة قة‪٪٠‬ح ثٕؽ ال‪١‬رس كال أذجةر ثٮصٮد ظؿؼ االقذٕالء‬
‫ثٕؽ ‪٬‬ؾا ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬ال ‪ٛ٩‬ىةهل ٔ‪٪‬٭ة كذل‪ْ ٟ‬نٮ ( كأ‪٩‬ؾر ‪ٝ‬ٮم‪() ٟ‬أرمي‪ ٙ‬م‪٤‬ذًف أ‪ ٢٬‬اتل‪ٛ‬كري ‪( - 4‬ج ‪ / 9‬ص‬
‫‪))9454‬‬

‫‪101‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫‪didalam al Qur`ân ada 16 tempat‬‬ ‫ر‬ ‫‪mati yang jatuh setelah‬‬


‫‪harakat kasrah tidak dibaca tarqîq melainkan dibaca tafkhim yaitu :‬‬

‫ي‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫الؿاء ا‪٣‬ىت د‪ٛ‬ؼ‪٥‬‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ىٍ‬
‫‪916‬‬ ‫املةاؽة‬ ‫‪7‬‬ ‫ًإ ًف ٱ ٍردبذي ٍ‪٥‬‬ ‫‪9‬‬
‫‪7‬‬ ‫األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪7‬‬ ‫ةس‬ ‫ًيف ‪ٍ ًٝ‬ؿ ىَ و‬ ‫‪9‬‬
‫ن‬
‫‪917‬‬ ‫اتلٮبح‬ ‫‪99‬‬ ‫ًإ ٍر ىوةدا‬ ‫‪3‬‬
‫ُّ َ‬
‫‪999‬‬ ‫اتلٮبح‬ ‫‪99‬‬ ‫ك ف ِۡركثي‬ ‫ٌَِ ِ‬ ‫‪4‬‬
‫ۡ ُ ْٓ‬
‫‪89‬‬ ‫يٮق‪ٙ‬‬ ‫‪93‬‬ ‫جػٔا‬‫ٱر ِ‬ ‫‪5‬‬
‫ى‬
‫‪94‬‬ ‫اإلِساء‬ ‫‪95‬‬ ‫ىرب ٱ ٍرمحٍ ي٭ ى‪٧‬ة‬ ‫‪6‬‬
‫ى ى‬
‫‪98‬‬ ‫األ‪٩‬بيةء‬ ‫‪97‬‬ ‫ل ً ى‪ ٨ً ٧‬ٱ ٍردىض‬ ‫‪7‬‬
‫‪99‬‬ ‫املؤ‪٪٦‬ٮف‬ ‫‪98‬‬ ‫ىرب ٱ ٍر ًص يٕٮف‬ ‫‪8‬‬
‫ى ٍى ي ٍ‬
‫‪51‬‬ ‫اجلٮر‬ ‫‪98‬‬ ‫أـً ٱردةثٮا‬ ‫‪9‬‬
‫ى ى‬ ‫ىل‬
‫‪55‬‬ ‫اجلٮر‬ ‫‪98‬‬ ‫ذلل ٱ ٍردىض‬ ‫ا ً‬ ‫‪91‬‬
‫َ‬
‫‪37‬‬ ‫اجل‪٢٧‬‬ ‫‪99‬‬ ‫ج ۡع إ ِ َۡل ِٓ ًۡ‬‫ٱر ِ‬
‫ۡ‬ ‫‪99‬‬
‫َۡ‬
‫‪4‬‬ ‫ا‪ُ٣‬الؽ‬ ‫‪98‬‬ ‫ٱرح ۡب ُخ ًۡ‬ ‫إ ِ ِن‬ ‫‪99‬‬
‫‪97‬‬ ‫اجل‪٨‬‬ ‫‪99‬‬ ‫ٱرحَ َ ٰ‬
‫ض‬ ‫إ ََّل ٌََ ۡ‬ ‫‪93‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ن‬
‫‪99‬‬ ‫اجلجةء‬ ‫‪31‬‬ ‫ًم ٍؿ ىوةدا‬ ‫‪94‬‬

‫‪102‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ۡ َ
94 ‫ضؿ‬ٛ٣‫ا‬ 31 ِ‫َلِٱل ٍِ ۡر َضاد‬ 95
98 ‫ضؿ‬ٛ٣‫ا‬ 31 ‫ٱ ٍر ًص ًِع‬ 96

Keterangan :
Semua lafadz di atas dibaca tafkhim karena ada 2 sebab :
1. Ra` mati jatuh setelahnya kasrah yang baru datang, bukan asli.
2. Ra` mati jatuh setelahnya kasrah asli, akantetapi setelah ra`
terdapat pada huruf isti’lâ yang tidak berharakat kasrah.
ٌ‫ي‬
3. Untuk Lafadz ‫ ٍؿ وؽ‬ًٚ ‫لك‬ Juz 19 surat al syu’ara ayat 63 ra`nya
boleh dibaca dua wajah,yang pertama tafkhim karena ra` mati
bertemu huruf isti’lâ` yang kedua tarqîq karena terbaca kasrahnya
huruf sebelum dan sesudah ra`. Dalam kitab ahkamuttajwid
terdapat keterangan : (14

ٌ َْ ََْ َْ َ َ ُ ََ
‫ؿصائِب ِرواي ِث خك ٍص وحنتِيٕات‬
BACAAN GHARIB RIWAYAT IMAM HAFS DAN BACAAN-
BACAAN YANG HARUS DIPERHATIKAN

Dalam membaca al Qur`ân ada beberapa bacaan yang gharib,


yang harus kita ketahui. banyak sekali orang -orang yang membaca al
Qur`ân tidak mengetahuinya, yang sehingga berakibat salah dalam
membacanya, di antaranya yaitu:

‫٭ة ظؿؼ اقذٕالء‬٤‫ج‬ٝ‫ح ك‬٪٠‫) أف دسٮف قة‬9( ‫ يف زالث ظةالت‬ٟ‫ كجيٮز ذل‬٥‫ؼي‬ٛ‫ كاتل‬ٜ‫ي‬ٝ‫رت‬٣‫ صٮاز ا‬.(14
ٍ
‫ة (يف‬٬‫رس أوٌل كبٕؽ‬٠ ‫٭ة‬٤‫ج‬ٝ‫ح ك‬٪٠‫) أف دسٮف قة‬9( )‫ ٍُؿ‬ًٞ ٣‫ة يف ( ًمِرْص س ا‬٧٠ ‫كٮر‬١‫ م‬٫٤‫ج‬ٝ‫ ك‬٨‫قةز‬
‫كٮرة‬١‫ كم‬ٙٝ‫ح بكجت الٮ‬٪٠‫) أف دسٮف قة‬3( )‫ ٍؿ وؽ‬ًٚ ( ‫ة يف‬٧٠ ‫كٮر‬١‫ح) ظؿؼ اقذٕالء م‬٧‫ف الك‬ٛ٩
‫ىٍ يي‬
)93- 99 ‫ؾ ًر) (أظاكـ اتلضٮيؽ ص‬٩‫رسس‬
ً ‫ة يف (ي‬٧٠ ‫ح‬ٚ‫ة يةء حمؾك‬٬‫ كبٕؽ‬٢‫ؽ الٮو‬٪ٔ

103
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫الكٮرة‬
‫‪٠‬ي‪ٛ‬يح ا‪ٞ٣‬ؿااح‬ ‫‪ٝ‬ؿااح ٗؿيجح‬

‫اجلـء‬
‫األيح‬

‫‪٧٩‬ؿة‬
‫‪) panjang satu‬ثة‪٩-‬ة(‬ ‫ى ي ى‬ ‫ى ىٍ‬
‫‪35‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ .9‬ىكالت‪ ٞ‬ىؿ ىبة ‪ -‬ذذى‪ٍ ١‬ٮ‪٩‬ة‬
‫‪alif‬‬
‫ى ى ى‬
‫‪٩) panjang satu‬ة(‬ ‫‪57‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ .9‬ىك ى‪٦‬ة ّ‪ ٤‬ي‪٧‬ٮ‪٩‬ة‬
‫‪alif‬‬
‫ى ٍ‬
‫‪) panjang satu alif‬ر(‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ .3‬أف ىَ ل٭ ىؿا‬
‫‪995‬‬

‫ُ‬
‫‪َ .4‬ويَ ۡتط ُط‬
‫ٍ‬
‫يىب يك يٍ ثةلكني‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬
‫‪945‬‬

‫‪ُ َٰٓ َ َ َ .5‬‬


‫‪ setelah hamzah‬ب‬ ‫‪93‬‬ ‫ا‪٣‬جكةء‬ ‫‪4‬‬ ‫بئ ِ ُتس ًُ‬ ‫ور‬
‫‪dibaca dlammah‬‬
‫‪) pendek (satu‬ءا(‬ ‫َ َ ُ َٓ ۡ‬
‫‪ .6‬أن تتٔأ بِإِذ ِم ‪/‬‬
‫‪harakat) ketika‬‬
‫‪99‬‬ ‫‪ 6‬املةاؽة‬ ‫ى ٍ َُٓىٍ‬
‫أف تتٔءا‬
‫‪diwashalkan dan‬‬
‫‪mati ketika‬‬
‫‪diwaqafkan‬‬
‫ى‬
‫‪) panjang satu‬ثة(‬ ‫‪38‬‬ ‫‪ 6‬املةاؽة‬ ‫‪ .7‬ثً ى‪٧‬ة ‪ ٠‬ىكجىة‬
‫ٍ ىىٍ‬
‫‪alif‬‬

‫‪) pendek satu‬ثة(‬ ‫ئ‪/‬‬‫‪ ٨٦ً .8‬ججة ً‬


‫‪34‬‬ ‫‪ 7‬األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫ى‬
‫‪harakat‬‬ ‫ً‪ ٨ٍ ٦‬ججى ًإل‬
‫ى‬
‫‪) pendek satu‬مة(‬ ‫‪39‬‬ ‫‪ 7‬األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪ .9‬ى‪ ٨ٍ ٦‬ي ىن ًإ اهلل‬
‫‪harakat‬‬

‫‪104‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

(‫ )أك‬panjang satu ًُۡٓ ٰ ‫ ِۡلُوىَى‬.91

39-38
‫األٔؿاؼ‬ 8
alif

ٍ ۡ
‫ ب ى ٍك ىُح ثةلكني‬69 ‫ األٔؿؼ‬8 َۖ ‫ ةَط َعث‬.99

‫ي‬ ‫ي‬
(‫ )أك‬pendek satu ‫األٔؿاؼ‬ 9 ٥ٍ ‫ ىقأ ٍك ًريس‬.99
945
harakat

(‫ )َع‬pendek satu
َّ ً َ .93
harakat dan cara
‫األٔؿاؼ‬ 9 ‫ِيػا ٱَّلِي‬ ‫َج‬
958

‫ى ٍى ل‬
bacanya yaitu :
٨ٍ‫اذلي‬
ً ٨ً ٕ‫َجي‬
ً
Jika diwashalkan
‫ ث‬diidghâm kan َ َّ َ ۡ َ .94
‫األٔؿاؼ‬ 9 ‫د ذ ٰل ِم‬
ۚ ٓ‫يي‬
976

pada ‫ذ‬.

(‫ )ال‬pendek satu
َۡ ًَ ٓ
‫األٔؿاؼ‬ 9 ‫ َشا َء ٌَرل ٱىل ۡٔ ُم‬.95
977

harakat dan cara


‫ىى ٍى‬
bacanya : ‫ ٍٮ يـ‬ٞ٣‫ ا‬٨ً ٤‫س‬٦‫ى‬
ًّ
‫ إًال‬bermakna
‫ًّ ى ن‬
kerabat, lamnya 8 ‫ اتلٮبح‬91 ‫ح‬٦‫ ًإال لكال ًذ ل‬.96
tanwin, dan bukan
adat istitsna‟
‫ي‬ ‫ى‬ ٍ ‫ ى ى ى‬.97
(‫ )ال‬pendek satu
47 ‫ اتلٮبح‬91 ‫كأل كًٕٮا‬
harakat

105
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ٍ‫ى‬
‫ حتذى ى٭ة‬Ta‟nya
ٍ‫ى‬ ٍ‫ى‬
fathah, dan
‫ اتلٮبح‬99 ‫ جت ًؿل حتذى ى٭ة‬.98

911
didepannya tidak
ٍ
ada ٨٦ً

-‫ح الؿاء‬٣‫ة‬٦‫ إ‬, Ra` dibaca ré, artinya


ٓ َٰ َ ۡ ُ َ َٰ َۡ
‫رىٓا ومرشىٓا‬ٜ‫ َم‬.99
menyondongkan fathah terhadap
kasrah kira- kira 2/4 (awas! cara
)49 / ‫ٮد‬٬ 99 ‫(اجلـء‬
membaca ré tidak sama seperti re
dalam bahasa indonesia atau yang
lainya,- lihat bab makhraj) dan
dinamakan Imalah Kubra.
‫ى‬
‫ىة‬٪ٕ‫ ى‬٦‫ ى‬٥ٍ ‫ ا ٍرز‬, ‫ب‬

َ ۡ .91
diidghâm kan pada
mîm , serta 49 ‫ٮد‬٬ 99 ‫ٱرنب ٌَّ َػ َِا‬
berdengung.
(Idghâm
Mutajanisâin).
(٬) pendek satu harakat ketika ‫ىٍى ي‬
diwashalkan,dan sukun ketika ٫‫ػ‬ٞٛ‫ةج‬٦‫ ى‬.99
diwaqafkan, sebab ha‟ bukan ha‟
dlamir mufrad mudzakkar,
)99 / ‫ٮد‬٬ 99 ‫(اجلـء‬
melainkan bagian dari kalimat itu.
‫ةـ‬٧‫ إم‬Artinya : menyampur fathah
‫ى ىٍى ٍ ل‬
dengan dlammah didalam membaca ‫ة‬٪‫ػػ‬٦‫ الدأ‬.99
ghunnahnya nûn , dengan bibir
)99 / ٙ‫ يٮق‬99 ‫(اجلـء‬
maju kedepan (mencucu,-
memoncongkan mulut isyarat

106
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

membaca dlammah nûn ) karena


‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ٍ‫ى ى‬
asalnya ‫ة‬٪٪٦‫الدأ‬
ٌّ ‫ى‬
(‫ )ؾ‬fathah 76 ٢‫ اجلع‬94 ‫ لك‬.93

‫ة‬٦‫ ى‬pendek, karena


ٍ ‫ ى ى‬.94
aslinya alif itu 96 ‫ احلضؿ‬94 ‫محة وء‬
adalah hamzah
ketika diwaqafkan
‫ي ى‬
(‫ )أك‬panjang satu 5 ‫ اإلِساء‬95 ‫ة‬٧‫ػػ ي٭ ى‬٣‫ أك‬.95
alif
)‫ة‬٩( pendek (satu harakat) ketika
ّ ُ َّ َ ُ ۠ َّ ٰ َّ
diwashalkan, sebab asalnya ‫ة‬٩‫ ا‬yang ‫ٱَّلل َر ِب‬ ْٔ ‫ لهِِا‬.96

di sambung dengan ٨‫س‬٣ dan )38 / ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 ‫(اجلـء‬


panjang satu alif bila waqaf.
(٬) dlammah, َّ ُ ٰ َ َ
‫يّ إَِل‬ ِ ِ‫ أنصى‬.97
63 ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 َّ
َُ ٰ‫ٱلش ۡي َط‬
pendek ketika
washal serta mati
ketika waqaf.
(‫ )مة‬pendek satu
ٍ ‫ى‬
harakat dibaca : 93 ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 ‫ ل ًنةم وء‬.98
ٍ ‫لً ى‬
‫ّش وء‬
‫ىى ىى‬
(‫ )اغ‬panjang satu
69 ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 ‫٘ة‬٤‫ة ثى‬٧‫ ل‬٤ٚ .99
alif

107
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

(‫ )زا‬panjang satu
69 ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 ‫ة ىص ى‬٧‫ى ل‬٤‫ى‬ٚ .31
‫ةك ىزا‬
alif
‫ل‬ ‫ ى ٍ ى ل‬.39
(‫ )دا‬panjang satu
64 ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 ‫ةردؽا‬ ٚ
alif
‫ى‬
(‫ )دا‬panjang satu
65 ٙ‫٭‬١‫ ال‬95 ‫ ىٮ ىص ىؽا‬ٚ .39
alif
‫ ى ى ٍ ي ى ل ى‬.33
(‫ )ال‬pendek satu
46 ٥‫ مؿي‬96 ٟ٪‫َج‬ ‫ألر‬
harakat
‫ي‬
(٫‫ )ػ‬pendek satu
َ ‫ى ي‬
99 98 ُِّ ‫ ف َنٰن‬/٫٠ً ‫ ىٮا‬ٚ .34
harakat ketika
diwashalkan dan ‫ٮف‬٪٦‫املؤ‬
mati ketika
diwaqafkan
)‫ (ؽ‬berharakat

sukun, dan )٬( ٍ ‫ ى ى ل‬.35


59 ‫ اجلٮر‬98 ٫ً ٞ‫ػذ‬ ‫كي‬
kasrah serta pendek
ketika washal,
sukun ketika waqaf.
‫ى ىىٍى لي‬
(‫ )أل‬pendek satu 99 ٢٧‫ اجل‬99 ٫٪‫ أ ٍكألذِبى‬.36
harakat
Ya‟ yang tidak tertulis ada dua
wajah ketika diwaqafkan, boleh
ُ َّ ‫َءاحَىَٰ َۦ‬
ٞ‫ٱَّلل َخ ۡۡي‬
dibaca atau tidak dibaca, kalau
‫ىى ى ى‬ ِ .37
dibaca menjadi ‫آءاد ًةين‬ ٧‫ذ‬dan kalau )36 /٢٧‫ اجل‬99 ‫(اجلـء‬
ٍ ‫ىى ى ى‬
tidak dibaca menjadi ‫آءادةف‬٧‫ذ‬

108
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

)٬( panjang satu


ً
alif kalau washal, 69 ‫ةف‬ٝ‫ؿ‬ٛ٣‫ ا‬99 ‫ ذِيِّۦ ُم َٓاُا‬.38
dan mati bila
diwaqafkan.
‫ ى‬٧‫ٍ ىٕةل‬٤‫ل‬
/ ‫ني‬ ً ً ً .39
(‫ )ؿ‬kasrah. 99 ‫ الؿكـ‬99 َ ٍِ‫ّى ِۡي َعٰي‬
‫ي‬ ِ
ٍ‫ى‬
‫ة‬٩ pendek ketika ٍ ‫ُّ ي ى‬
washal, dan panjang 91 ‫ األظـاب‬99 ‫ة‬٩‫ٮ‬٪ْ٣‫ ا‬.41
ٍ‫ى‬
ketika diwaqafkan.
‫ ال‬pendek ketika ٍ ‫ ل ي ى‬.49
washal, dan panjang
66 ‫ األظـاب‬99 ‫الؿقٮال‬
ٍ‫ى‬
ketika diwaqafkan.
‫ ال‬pendek ketika ٍ‫ل ى‬
washal, dan panjang
67 ‫ األظـاب‬99 ‫ الك ًبيال‬.49
ketika diwaqafkan.
(‫ب‬
ً ) -nya ada dua, َ
pertama panjang
59 ‫ األظـاب‬99 ََّ ِِٓ‫ ٌَِ َجل ٰتِيت‬.43
kedua pendek
(‫ )إل‬pendek satu ٍ ‫ ى ى‬.44
68 ‫ةت‬ٚ‫ الىة‬93 ٥ً ‫إلىل اجل ى ًعي‬
ً
harakat
(٬) dlammah
‫ي ى ي‬
pendek satu harakat 7 ‫ الـمؿ‬93 ٥ٍ ‫س‬٣ ٫ً‫ يى ٍؿ ى‬.45
bila washal, serta
mati jika waqaf.

109
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ى ى لى‬
)‫ (ذ‬fathah 99 ‫خ‬٤‫ى‬ٚ 94 ٨ً ٍ ‫ة ٱذلي‬٩‫ أ ًر‬.46
٢‫تك٭ي‬٣‫ا‬ ٞ ّ ‫م َو َغ َر‬
‫بي‬ ٞ ّ ‫َء۬ا ۡغ َج‬
, artinya : Hamzah yang
ِ ِ .47
)44 / ‫خ‬٤‫ى‬ٚ 94 ‫(اجلـء‬
kedua dibaca antara bacaan hamzah
dan alif terdengar seperti ha` samar.
(‫ؿ‬,٬) kasrah dan ٬
ّ َ َ َ .48
88 ‫ الـػؿؼ‬95 ِ ‫ورِييِِّۦ يٰر‬
‫ب‬
panjang (٬ Dlamir).

(٬) dlammah. 91 ‫ذط‬ٛ٣‫ ا‬96 َ َّ ُّ ‫ َغيَ ۡي‬.49


‫ٱَّلل‬
ٙ‫ الـ دٕؿي‬dikasrah, karena

ُ ُۡ
bertemunya dua huruf mati.
ۡ
(matinya lam ta’rif dan sinnya ‫ٱِل ۡش ًُ ٱىف ُصٔق‬
ِ ‫ ةِئ َس‬.51
lafadz ٥‫)اق‬, cara membacanya : )99 /‫ احلضؿات‬96 ‫(اجلـء‬
ٍ
٥‫ ثًئ ىف ل ً ٍك ي‬sesuai dengan kaidah
‫رس‬١‫ اذا ظؿؾ ظؿؾ ثةل‬٨‫اذ الكةز‬
apabila memulai membaca lafadz
ٍ‫ٍي‬
)‫( ًائذٮ ًىن‬maka hamzah yang mati
(hamzah yang kedua) diganti
‫م‬ ‫ٔن‬‫خ‬ُ ‫ٱلص َم ٰ َنٰت ۡٱئ‬
َّ ‫ِف‬
dengan dan hamzah washal ِ ِۖ ِ ِ .59
(hamzah yang pertama) dibaca
kasrah dan panjangnya satu alif,
)4 / ‫ةؽ‬ٞ‫ األظ‬96 ‫(اجلـء‬
ٍ
seandainya ditulis ‫ًاحذي ٍٮ ًىن‬ tetapi
apabila diwashalkan maka hamzah
yang kedua tetap dan terbaca sukun,

110
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
sesuai dengan kaidah dibawah ini :
ٍ ‫ي ى‬ ٍ ٍ ٍ ‫ى‬ ‫ًّ ى ٍ ى‬
٨ٍ ٧ً ‫آزً ٍؿ ىكائذى‬٠ ٨ٍ ‫ وح اًف ي ى ٍكس‬٧‫ * ًلك ى‬٨ٍ ٦ً ٨ً ٍ‫ ىـي‬٧٬ ‫ؽا اثٍؽؿ زة ًجينة‬٦‫ىك ى‬
ٍ‫ى ى‬ ‫ٍى ٍ ى ٍ ه ى ه ى ىٍي ي ل ى‬
‫ ك ٍقتس ًبذيٮا‬٫ً ‫خ * ًإال ًاذا ٍابذي ًؽل ًث‬‫ ال يثج‬ٜ‫ـ ق ًةث‬٧٬ ٢ً ‫ٮو‬٤ً‫ل‬

(‫ )دا‬pendek satu ً َ َ َ ۡ َ ٓ ُ َّ َ َ
‫وأُّۥ أْيم َعدا‬
َ ُۡ
51 ٥‫ اجلض‬97 َ ُ ۡ .59
ٰ ‫ٱۡل‬
harakat, cara
ٰ ‫ََع ًد ِن ٱۡل‬
bacanya: ‫ول‬ ‫ول‬
‫كص٭ني ثةلىةد اك‬ ۡ ُ َۡ
37 ‫ُٮر‬٣‫ ا‬97 َ
‫أم ْ ًُ ٱل ٍُط َۜ ۡي ِع ُرون‬ .53
‫ثةلكني‬
‫ى‬
(‫ )د‬fathah 97 ‫ احلرش‬98 ٨ً ٍ ‫ ػة ً ىدلي‬.54
)‫ (كا‬pendek satu
َ ْ ُّ َ َ َ .55
99 ‫ٕح‬٧‫ اجل‬98 ‫أ ۡو ل ۡٓ ًٔا ٱُفض ٓٔا إَِلۡ َٓا‬
harakat dan cara

ُّ ‫ى ٍ ى ٍ ى ٍ ى‬
bacanya :
‫ٌٮا‬ٛ‫أكل٭ٮ ًف اج‬
ٍ ‫ىى‬
(‫ )أل‬pendek 1 93 ‫ احلرش‬98 ٥ٍ ‫ أل جذي‬.56
harakat
ََ
ِۖ‫ ٌَِ حفٰ ُٔ ي‬.57
)‫ (ك‬pendek 1
3 ٟ٤‫ امل‬99 ‫ت‬
ً ‫ص َلْ َوأَ ۡغ َلٰل َو َش ِػ‬
harakat
َ
Lam yang ke kedua apabila ‫ۡيا‬ ِ ٰ ‫َشل‬
diwashalkan maka dibaca pendek
‫ ى ى ى‬.58
dan apabila diwaqafkan maka ٢‫قال ًق‬/
mempunyai hukum dua wajah,
sukun atau panjang satu alif. )4 /‫ اإلنكةف‬99 ‫(اجلـء‬
‫ى‬
 Lafadz ‫اري ىؿا‬ ‫ى‬ ٍ
ً ‫ٮ‬ٝ yang pertama apabila ۡ َ َ .59
ۡ َُ‫ز َٔاب ََك‬
‫ج‬ ‫ي‬ ‫وأ‬
diwashalkan maka Ra‟ yang kedua

111
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
َْ ََ َ۠ ََ
pendek, dan apabila diwaqafkan maka
Ra‟nya panjang. ‫ كٔارِيرا‬١٥ ‫كٔارِيرا‬
ٍ ‫ى‬‫ى‬
 Lafadz ‫اري ىؿا‬
ً ‫ٮ‬ٝ yang kedua apabila ‫ اإلنكةف‬99 ‫(اجلـء‬
diwashalkan maka Ra‟ yang kedua )96-95
pendek, dan apabila diwaqafkan maka
Ra‟ yang kedua sukun.
99 ‫ املٕةرج‬99
(‫ )ـ‬kasrah ‫بً وؾ‬٦ً ‫ يى ٍٮ‬.61
66 ‫ٮد‬٬ 99
‫ ؽ‬diidgâmkan pada
ُّ ‫ ى ى ٍ ى ٍ ي‬.69
ٍ٥‫س‬ٞ
‫( ؾ‬Idghâm 91 ‫املؿقالت‬ 99 ٤‫ َن‬٥‫أل‬
MutaQâribain)

‫ؼ‬ 39 31 ‫٭ ى‬١‫ى‬ٚ .69


‫ني‬
pendek ‫ني‬ُٛٛ‫امل‬ ًً
٬ pendek ketika
ٍ ‫ ى ٍ ى‬.63
diwashalkan dan
mati ketika
95 ٜ٤ٕ٣‫ ا‬31 ٫ً ‫ يىجذىػ‬٥ٍ ‫ئ ل‬ً٣
diwaqafkan, karena
bukan ha` dlamir

99 ‫ املةاؽة‬6 ‫اثٍ ىن ىٔ ى ى‬
‫رش‬ .64
‫( ٍل‬ya‟nya mati) 96 ‫ الكجةء‬99
‫ى ى ي ي‬
٢‫ذ ىكات أك و‬ .65
bacaan lain
ٍ ‫ى‬
9 ٜ٤ُ٣‫ ا‬98 ‫ذ ىكل ىٔؽ وؿ‬ .66
ٍ‫ى ىي‬ َ‫ٱلز َن ٰٔة‬َّ ْ ‫َءاحَ ُٔا‬
‫ ءادٮا‬ta‟nya fathah, 977 ‫ؿة‬ٞ‫ ابل‬3 .67

112
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
bila diwashalkan
wawunya dlammah,
5,99 ‫ اتلٮبح‬91
dan bila diwaqafkan
menjadi bacaan lain 49 ‫ احلش‬97
(wawunya disukun)
913 ‫ األٔؿاؼ‬9
83 ‫ يٮنف‬99
ٍ‫ى‬ َ َ
‫ال‬ yang terdapat
97 ‫ٮد‬٬ 99 ٥ٍ ‫ ىمالاً ً٭‬/ ‫َليِّْۦ‬ ِ ‫م‬
‫ىى‬ ‫ىى‬
٥ٍ ‫إلي ً٭‬
pada lafadz
‎disamping dibaca 46 ‫ٮف‬٪٦‫املؤ‬ 98 ً ‫م‬ / ٫
ً ‫ي‬ ‫إل‬
ً ‫م‬/
pendek
39 ‫ىه‬ٞ٣‫ ا‬91
46 ‫ الـظؿؼ‬95
68 ‫ٮد‬٬ 99
‫ دا‬pada lafadz
38 ‫ةف‬ٝ‫ؿ‬ٛ٣‫ ا‬99 ْ َ ُ َ .68
d‎ isamping, ketika
‫ثٍٔدا‬
diwashalkan dibaca
pendek dan mati
38 ‫جٮت‬١٪ٕ٣‫ا‬ 91
ketika diwaqafkan
59 ٥‫ اجلض‬97
‫ ط‬diidghâm kan ‫ئ ب ى ىكػ ل‬ ٍ ‫ى‬٣ .69
98 ‫ املةاؽة‬6 ‫ُخ‬ ً
pada ‫ ت‬dan bacaan ُّ ‫ى لؿ‬ٚ‫ة‬٦‫ ى‬.71
81 ٙ‫ يٮق‬93 ٥ٍ ‫َذ‬
ُّ‫ أى ىظُخ‬.79
qalqalahnya hilang
namun sifat ‫ ط‬-nya 99 ٢٧‫ اجل‬99
ُّ ‫ى لؿ‬ٚ‫ة‬٦‫ ى‬.79
(ithbaq) masih
tetap, caranya : ‫ط‬ 56 ‫ الـمؿ‬94 ‫َخ‬

113
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
diidghâm kan pada

‫ ت‬dan qalqalahnya
hilang, tetapi lidah
tetap menempel
pada langit-langit
mulut untuk
menjaga sifat
ithbaqnya ‫( ط‬posisi
mulut maju) lalu
mengucapkan ‫ت‬
disertai dengan sifat
hamsnya ‫ت‬
‫ي ي ٍ ي‬
– ‫ أك ًىل‬- ‫أكلٮا‬
‫ أك‬seperti contoh disamping semuanya .73
‫ي ى ى‬
pendek ٟ‫ػػ ًب‬٣‫أك‬
ketika diwaqafkan tanwinnya hamzah ‫ن ً ىكآ نء‬- ‫ىآ نء‬٪ً‫ ث‬- ‫آ نء‬٦‫ى‬
‫ – ىق ىٮآ نء‬.74
yang mahal nashab diganti alif dan
panjangnya satu alif, dan dinamakan mad
„iwadl dan sejenisnya
‫ة‬ٚ‫ذط اظؾ‬ٚ ‫ٮ ٗري‬٤‫ة كد‬ٛٝ‫ة * ك‬ٛ٣‫ ا‬٢ٕ‫ذط اص‬ٚ ‫ ازؿ‬٨‫ٮي‬٪‫د‬ dibeberapa
tempat
‫ ى ل ى ي ي‬.75
‫أالتٕٮلٮا‬
Setiap mad thabi‟i yang terdapat diakhir
‫ل‬ ‫ٍ ي‬
kalimat, ketika diwaqafkan tetap dibaca
panjang satu alif (jangan sampai lebih
‫ ًىت‬٪‫ ىكادػ ًٌل ىص‬.76
ٍ‫ى‬ ‫ى ى‬
‫ ى٭ة‬٪‫ة اهلل خ‬ٛ‫ خ‬.77
atau kurang).

114
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Ha‟ dlamir mufrad mudzakar yang
terletak setelahnya huruf yang
berharakat, seperti contoh disamping

ٍ ‫س يى ىؿقٍ ى‬٫ٍ ‫ىر لب‬


ketika diwaqafkan dibaca sukun menjadi
‫سهل‬ Dan apabila diwashalkan
maka hukumnya tafshil :
1. Apabila huruf sebelumnya ha` dlamir
berharakat dan setelahnya bukan
berupa hamzah maka dibaca panjang
‫لي ى ى ى ن‬
satu alif dan dinamakan mad shilah
qashirah, seperti contoh : , ‫ كف د لٮاثة‬٫٩ً‫إ‬
ٍ ‫ى يي ى‬
‫ نٮا أ ىظؽ‬ٛ٠ ‫يهل‬
‫ى‬ ‫ي‬
2. Apabila huruf sebelumnya ha` dlamir ‫ يى ىؿقي – يهل‬- ٫‫ىر لب‬
berharakat dan setelahnya berupa
dan sejenisnya .78
hamzah, maka dibaca panjang dua
dibeberapa
setengah alif, dan dinamakan mad shilah
tempat
ٍ ‫ى‬ ‫ى ل ى ىي ى ٍ ى‬
thawilah, seperti contoh :
‫ى ىي‬
‫ أ ىظؽ‬٫ٝ‫ ىكزة‬, ٍ‫ أػ ىرلق‬‫ةهل‬ ٦ ‫أف‬
3. Apabila huruf sebelum dan sesudahnya
ha` dlamir berupa huruf yang ٍ
‫ى ى ٍ ٍى ي‬
mati
seperti lafadz : ٢ًَ ‫ابلة‬ ٫ً ‫اليأ ًتي‬ atau
huruf sebelumnya ha` dlamir berharakat
ٍ ‫ىي‬
dan huruf setelahnya mati seperti lafadz
‫ي‬ ٍ ‫ى‬
: ‫ؽ‬٧‫ هل احل‬atau huruf sebelum ha` dlamir
mati dan huruf setelahnya berharakat
seperti lafadz : ‫ ىق ىٮآء‬٫ً ٍ‫ًذي‬ maka ha`
dlamir dibaca pendek satu alif.

115
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
َْ ْ َ َُ َ
‫ي‬
ِ ٕ‫م ِصائث وج‬
LAFADZ -LAFADZ ‎YANG DIBACA DUA WAJAH

Di dalam qira`at Imam „Âshim Riwayat Imam Hafsh, terdapat


beberapa bacaan yang dibaca dua wajah yaitu :

‫الكٮرة‬
‫ؿااح‬ٞ٣‫يح ا‬ٛ‫ي‬٠ ‫ؿااح كص٭ني‬ٝ

‫اجلـء‬
‫األيح‬

‫ؿة‬٧٩
َ َّ ٓ ۡ ُ
‫ٕةـ‬٩‫اال‬ 8 َِ ‫كو َءاَّلن َر ۡي‬ 9
943

Semua lafadz
‎disamping boleh dibaca
dua wajah.
1. Hamzah pertama
َ َّ ٓ ۡ ُ
‫ٕةـ‬٩‫اال‬ 8 َِ ‫كو َءاَّلن َر ۡي‬ 9
944

dibaca Tahqiq (jelas)


dan pendek,
sedangkan hamzah
kedua dibaca Tashil
‫ى‬ ۡ
artinya dibaca tengah-
59 ‫ يٮنف‬99 ‫ ىءآآلف‬/ ََ ‫َءٓاىَٰٔـ‬ 3
tengah antara bacaan
hamzah dan alif
(terdengan ha` samar)
2. Hamzah pertama
59 ‫ يٮنف‬99 ‫ ىء ي‬٢ٍ ‫ي‬ٝ
‫آهلل‬ 4
dibaca panjang tiga
alif dan hamzah kedua
di ganti alif (tidak
‫ى‬ ۡ
‫ ىءآآلف‬/ ََ ‫َءٓاىَٰٔـ‬
terbaca) dan
dinamakan mad farqi. 99 ‫ يٮنف‬99 5

116
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

59 ٢٧‫ اجل‬91 ‫ىء ي‬


‫آهلل‬ 6

a. Memajukan bibir kedepan sebagai


isyarat dlamahnya nûn pertama yang

‫ى ىٍى ٍ ل‬
diidghâm kan, karena asalnya adalah
‫ةى‬٪‫ي‬٪٦‫ىالدىأ ٍ ى‬ ‫ػػة‬٪‫ػػ‬٦‫الدأ‬
:
7
b. Menyamarkan harakatnya nûn yang )99 ٙ‫ يٮق‬99 ‫(اجلـء‬
pertama disertai idghâm yang Ghairu
Tam, sehingga cara bacanya tengah-
tengah antara idzhâr dan idghâm .

dalam satu ayat terdapat tiga lafadz :


ٍ
‫ض‬ ٙ‫يًٕ و‬ ٍ ٍ
ٙ‫ ىًٕ و‬/ ٙ‫يًٕ و‬
a. Bila kalimat pertama
dibaca dlammah maka harus dibaca
8
)54 ‫ الؿكـ‬99 ‫(اجلـء‬
dlammah semua.
ٍ
b. Bila ‫ض‬ kalimat ٙ‫ىًٕ و‬ pertama
dibaca fathah maka harus dibaca
fathah semua.

Catatan :
ٞ
ّ ‫وغ َر‬
Lafadz ‫ب ي‬ ٞ ّ ‫ َء۬ا ۡغ َج‬menurut Imam Hafsh hanya satu wajah yaitu
َ َ ‫م‬
ِ ِ
Tashil.

117
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ًَْ َ َ ْ َُ َْ
‫وي ِكيث اً ِنصآئ ِث وركا‬
CARA PELAFADZAN KALIMAT YANG DIWAQAFKAN

Jika kita berhenti pada ahir suatu kalimat, maka cara


melafadzkanya berbeda-beda sesuai dengan bentuk kalimat tersebut.
1. Jika akhirnya berupa huruf qalqalah maka cara membacanya
diperinci yaitu :
a. Jika huruf qalqalahnya bertasydid maka ditekan sesaat

ٌٍ ٍ ٌٍ ٍ
kemudian diqalqalahkan dengan kuat.
ٌٍ ‫ى ى‬
Contohnya : ٜ‫ ثةًحلى‬, ‫ ًىف احلىش‬, ‫كدت‬
b. Jika huruf sebelumnya huruf qalqalah berupa huruf mad,
maka cara membaca qalqalahnya lebih rendah dari : a
ٍ ٍ ‫ى ٍ ي‬
contohnya : ‫ ثً ىٕةد‬, ‫ ىكد ٍكد‬, ‫دليٍؽ‬
ً
c. Jika huruf qalqalahnya tidak bertasydid dan huruf

ٍ ‫ ىك‬٠‫ ى‬, ‫أى ىظ ٍؽ‬


sebelumnya bukan huruf mati maka dibaca qalqalah lebih
rendah dari : b contohnya : ٜ٤ٚ ,
ٍ‫ىى‬ ‫ت‬
d. Jika huruf sebelumnya huruf qalqalah mati, maka huruf yang
sebelum akhir dibaca jelas, sesuai dengan pembacaannya dan
ٍ ٍ ‫ٍى‬ ٍٍ‫ٍى ٍى‬
huruf akhir diqalqalahkan.
ٍ ٍ ٍ
Contohnya : ٍ‫ك‬ًٞ ٣‫ ثًة‬, ٜ٤‫ اخل‬, ‫ٕجؽ‬٣‫ ا‬٥ًٕ٩
2. Jika huruf qalqalah terdapat sebelumnya huruf yang akhir, maka
qalqalahnya seperti hilang. Semua dibaca jelas sesuai dengan
ٍٍ‫ٍ ى‬
makhrajnya. Contohnya : ٢‫ رج‬٨٦ً
3. Jika akhirnya berupa mîm atau nûn yang bertasydid, maka dibaca

ٌٍ ‫ٍ ى‬ ٌٍ ‫ى ى ى ل ي ٌٍ ي ي ٍ ى ي ٌٍ ي ٍ ى ي‬
berdengung dulu, kemudian waqaf.
Contohnya : ٥‫ ًىف احل‬, ٥٤٬ ٢ٝ , ٨٬‫ أصٮر‬, ٨‫٭‬٧‫أت‬ٚ

118
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
4. Jika akhirnya berupa huruf yang selain mîm dan nûn yang

ٌٍ ‫ى ى ل ٌٍ ى ي ٌٍ ى ٍ ى ي ٌٍ ى ٍ ى ى‬
bertasydid, maka ditekan dengan jelas dan kuat. contohnya :
‫ؿ‬ٛ٧‫ ال‬, ٢٘‫ أف ح‬, ‫ ٔؽك‬, ‫ىلع اجل ًب‬
Catatan :
Dalam membaca contoh-contoh diatas jangan sampai melebihi
batasan huruf yang bertasydid, sebab akan menimbulkan huruf-
huruf baru yang melebihi huruf bertasydid.
ٍ ‫ٍى ل ٍ ى ى‬
5. Jika akhirnya berupa Ta` marbuthah maka diganti dengan Ha`
ٍ‫ى ىٍ ىٍى‬
contohnya : ‫ َيجح‬, ‫ح‬٪‫ ًىف اجل‬, ‫محح‬‫ ر‬, ‫ح‬ًٛ‫َةا‬
6. Jika akhirnya berupa huruf hams, maka mengeluarkan suara tipis
ٍ ‫ى‬ ٍ ٞ‫ ىك ىظ ل‬, ‫ةس‬
ٍ ‫ل‬
ringan dan mendesis. contohnya: ٟ٤ً ٍ‫ رج‬٨ٍ ٦ً , ‫خ‬ ‫ثًةجل‬
7. Jika akhirnya berupa huruf yang menyandang harakat tanwin
fathah dan setelahnya terdapat alif, maka tanwin di ganti dengan
fathah dan dibaca panjang dua harakat (satu alif)
‫ة‬ٚ‫ذط اظؾ‬ٚ ‫ٮ ٗري‬٤‫ة كد‬ٛٝ‫ك‬ ‫ة‬ٛ٣‫ ا‬٢ٕ‫ذط اص‬ٚ ‫ ازؿ‬٨‫ٮي‬٪‫د‬
‫يٍ نٕة ثى ٍ ى‬٧‫ ىق‬, ‫ة‬٧‫يٍ ى‬١
Contohnya : ‫ىريا‬
‫ى ٍن ى‬
ً ً ً ‫ة ظ‬٧‫ي‬٤ً ٔ
8. Jika akhirnya berupa hamzah yang menyandang harakat tanwin
fathah, maka diganti alif dan dibaca panjang satu alif, contohnya :
‫ ىصـ نء‬, ‫ةء‬ ‫ى ن‬٪‫ث‬
‫ ن‬٦‫ ى‬, ‫ةء‬ : ‫ ىص ىـآ ىءا‬, ‫آ ىءا‬٦‫ ى‬, ‫ىآ ىءا‬٪ً‫ث‬
ً dibaca sama
Qa‟idahnya sama seperti diatas.
9. Jika akhirnya berupa huruf yang menyandang harakat tanwin
kasrah atau dlamah, maka harakatnya menjadi hilang atau mati.
ٍ ٍ ٍ ‫ىى‬
ٍ ٍ‫ىلع يلك ىمي‬
contohnya : ‫ ًبؾ‬٦‫ يك يص ٍٮ هق ي ى ٍٮ ى‬, ‫ ىك ىمن ي٭ ٍٮد‬, ‫ئ‬
10. Jika akhirnya selain huruf qalqalah dan sebelumnya berupa
huruf yang mati, maka kesemuaannya huruf dibaca jelas.
Contohnya :
ٍ ‫ٍى ٍ ٍ ىٍى ٍ ٍ ىٍ ى ٍ ٍ ى‬ ٍ ٍ ‫ٍ ى ٍ ٍٍ ٍى‬
.‫الن ٍف‬
ً ‫ ا‬, ‫ٮ‬ٕٛ٣‫ ا‬, ‫ ال٭ؽم‬, ‫ؽر‬ٞ٣‫ ًىف ا‬, ‫ ثًةل٭ـؿ‬, ‫ؿق‬ًٛ ٘‫ىكاقذ‬

119
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ٍ ٍ ‫ةلى‬
‫رب‬ ‫ىكدى ىٮ ى‬
‫او ٍٮا ث ل‬
11. ً ketika waqaf Ra`nya di matikan sambil

ٍ ٍ‫ىى ى ٍ ٍ ىىى‬
memajukan bibir kedepan (sebagai isyarat Ra`).
12. ‫أزؿف‬ٚ , ٨ُ‫ٮق‬ٚ ketika berhenti, Ra` dan Tha` di ucapkan dengan
mulut maju ke depan, kemudian di kembalikan seperti semula

ٍ ‫ٍل‬ ٍ ٍ ‫ٍ ى‬
(meringis) sambil menekan lidah.
‫ٍ ى‬
13. ‫ةس‬٪‫اس اخلى‬
ً ‫ ُش ال ىٮق ىٮ‬٨٦ً ketika berhenti pada lafadz ‫ ُش‬٨٦ً , Ra`-
ٍ ‫ٍى‬ ٍ ‫ى ٍ ٍ ى ي ى ى ُّ ى ٍ ى ٍ ٍ ى‬
nya dibaca tafkhim, dan ketika washal Ra`- nya dibaca tarqîq.
14. ‫ذ ٍط‬ٛ٣‫هلل ىكا‬
ً ‫ا‬ ‫ي‬
‫ِرْص‬ ٩ , ٢‫ذ‬ٞ٣‫ ا‬٨٦ً ‫ح أمؽ‬٪‫ذ‬ًٛ ٣‫ ا‬ketika berhenti pada lafadz
‫ذط‬ٛ٣‫كا‬, ٢‫ذ‬ٞ٣‫ ا‬maka Ta` jangan terlalu dibaca mendesis (hamsnya
tidak terlalu kuat) dan apabila diwashalkan Ta` di ucapkan dengan
mendesis kuat (hams).
15. Jika huruf akhirnya berupa selain huruf mad (‫ك‬, ‫م‬, ‫)أ‬ dan
sebelumnya berupa huruf mad yang mati, maka boleh dibaca mad
(tiga alif), Tawasuth (dua alif) dan qashar (satu alif). contohnya :
‫ىٍىي ى‬ ٍ ‫َ ّ ۡ ََٰ َ ى ل‬
‫ ن ى ٍكذىٕ ي‬, ‫ةس‬
‫ يص و‬٨ٍ ٦ً ,‫ٮف‬
‫ٮع‬ ٤٧ٕ‫ح‬,٨ً ‫ يى ٍٮـً ادلي‬ًٟ ً ‫ةل‬٦‫ ى‬, ‫ني‬ ً ‫ اجل‬,‫ب ٱىعي ٍِي‬
ِ ‫ر‬
Kecuali huruf akhirnya berupa hamzah, maka dibaca panjang

‫ى ى ٍ ىى ٍي ٍ ي‬
tiga alif dan hamzah di matikan selagi hamzah tersebut tidak
menyandang tanwin fathah.contoh : ‫ يؿ ٍك ٍء‬ٝ , ‫ئ‬ ‫ ًك‬٧‫ كالال‬, ‫ينآء‬
atau huruf akhirnya bertasydid, maka dibaca tiga alif dan huruf
ٌٍ ‫ى ى ٌٍ ى ى ى‬
akhirnya di tekan sebelum di matikan.
Contohnya : ‫كالصآف‬, ‫وٮآؼ‬
16. Apabila huruf akhirnya berupa huruf Ra` dan sebelumnya berupa
huruf yang berharakat kasrah atau sebelumnya berupa huruf Ya
mati dan huruf sebelumnya berharakat kasrah maka wajib dibaca
tarqîq. Contohnya :

120
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ىٍي ل ٍ ى ى ٍ ى ى ٍ ى ٍٍ ى ٍي ى ٍ ى ٍ ى‬
‫ ًؽي ٍؿ‬ٝ ‫ئ‬
‫ مي و‬, ‫دري ي ًكري‬, ‫ ٔ ًكري‬, ‫ ذُ٭ؿ‬, ‫رب‬١ٚ , ‫ؽزًؿ‬٧‫ال‬
Namun apabila huruf akhirnya berupa huruf Ra` dan sebelumnya
berupa huruf yang berharakat fathah atau dlamah atau sebelum
Ra` berupa alif atau wawu mati dan sebelumnya berupa huruf
yang berharakat fathah atau dlamah maka dibaca tafkhim.

ٍ ‫ُّ ي ٍ ى ٍ ى‬ ‫ى ي ى ٍ ىٍ ىٍ ى ٍ ىٍ ى ٍى ٍ ى ى ي ي ٍ ى ٍى ٍ ي‬
Contohnya :
ٍ ‫ى‬ ٍ
, ‫ األج٭ةر‬, ‫ ًىف الـبؿ‬, ‫ْؿ‬٪‫ كتل‬, ‫ كرآ ًء صؽر‬, ‫ كاْنؿ‬, ‫ٮزؿ‬١٣‫ ا‬, ‫أهلل أكرب‬
‫ُّ ي‬ ‫ُّ ي ٍ ى‬ ‫ىٍ ى ل ٍ ي ٍ ٍى ٍ ى ٍ ى ي ٍ ى‬
‫جنٮ ٍر‬٣‫ ا‬٫ً ٍ‫ ًإحل‬, ‫كر‬ ‫ات الىؽ‬ ً ً‫ ث‬, ‫ وجٮر‬, ‫ىل االثىةر‬
‫ؾ‬ ً ‫ أك‬, ‫٭ةر‬ٞ٣‫ا‬

ُ َ ْ َّ
‫العىخث‬
SAKTAH
Saktah adalah berhenti (kira-kira) satu alif dengan tanpa
bernafas, didalam al Qur`ân saktah ada 4 tempat yaitu :
‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ‫ذح‬١‫ الك‬٢‫حم‬ ‫ؿة‬٧٩
َ
9-9 ٙ‫٭‬١‫ال‬ 95 ‫ ر ّيٍِا‬١ ‫ غ َِٔ ًجا‬9
َ َ َ َ
59 ٓ
‫يس‬ 93 ‫ ٌَِ ٌَّ ۡرك ِدُاِي هٰذا‬9
َ َۡ ٌَ ‫ِيو‬َ َ
97 ‫ح‬٦‫ية‬ٞ٣‫ا‬ 99 ‫اق‬
‫ي‬ ‫ر‬ ‫ ور‬3
َ ۡ َّ َ
94 ‫ني‬ُٛٛ‫امل‬ 31 ‫ َك َۖ ةَو َران‬4

Peringatan !
Di sebagian mushhaf selain keempat saktah diatas, ada empat
bacaan saktah lagi, namun bacaan ini tidak di pakai / tidak boleh
dibaca saktah.

121
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ٙ‫ذح ىف ثٕي املىع‬١‫الك‬ ‫ؿة‬٧٩


‫ىٍي‬ ‫ى ى‬
93 ‫األٔؿاؼ‬ 8 ‫ىة‬٪‫ ىك‬ٛ‫ىة أج‬٪٧ٍ ٤ّ ‫ىة‬٪‫ىر لب‬ 9
‫ى ى‬ ‫ى ىٍ ىىى ل‬
984 ‫األٔؿاؼ‬ 9 ٥ٍ ‫ةظ ًج ً٭‬
ً ‫ ًةثى‬٦ - ‫ يؿكا‬١ٛ‫ حذ‬٥‫ا ىكل‬ 9
ٍ ٍ ‫ى ٍ ى ى‬
99 ٙ‫يٮق‬ 99 ‫ ًؿل‬ًٛ ٘‫اقػذى‬‫ ك‬- ‫ؾا‬٬ ٨‫خ‬ 3
‫ى‬ ‫ى‬ ٍ
93 ‫ىه‬ٞ٣‫ا‬ 91 ‫ة‬٩‫ييى ًؽ ىر الؿ ىَع يء ىكأثيٮ‬ 4

ََ َ َ
=‫ أّا‬- ‫=ء ّا‬
Nûnnya lafadz (‫ة‬٩‫ )ء‬dlamir muttashil selamanya dibaca panjang

‫ى ى ى‬ ‫ىٍى ىى‬
satu alif, baik ketika diwashalkan atau diwaqafkan seperti lafadz:
‫ة‬٩‫ة س صآء‬٩‫آء‬٪‫أب‬sedangkan lafadz )‫ة‬٩‫ (أ‬yang berupa dlamir munfashil
mutakallim wahdah, ketika diwashalkan nûnnya dibaca pendek (satu
harakah) dan ketika diwaqafkan nûnnya dibaca panjang (satu alif).
Didalam al Qur`ân terdapat beberapa lafadz seperti tertulis ‫ة‬٩‫ أ‬,
yang sebenarnya bukan ‫ة‬٩‫ أ‬, dan harus dibaca panjang satu alif yaitu:

‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫ة ثةملؽ اجلـء‬٩‫ح أ‬٤‫س‬٦‫ؿة األ‬٧٩


َ
49 ‫ةف‬ٝ‫ؿ‬ٛ٣‫ا‬ 99 َّ ِ َُ‫ َوأ‬9
‫اس‬
‫ى ٍ ىى ى ى‬
95 ‫ةف‬٧ٞ٣ 99 ‫ةب ًإ ليل‬ ٩‫ أ‬٨٦ 9
‫ىى‬
97 ‫الـمؿ‬ 93 ‫ةثي ٍٮآ‬٩‫ ىكأ‬3
‫ى ي ٍ ى ى ى‬
999 ‫ؿاف‬٧ٔ ‫آؿ‬ 4 ٢‫ة ًم‬٩‫ األ‬٥‫يٍس ي‬٤ٔ‫ى‬ 4
122
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

ُّ َ ُ َ َّ
= ‫= ِِئ اً ِِت لحُس‬
Semua lafadz )‫ ( ًئ‬harus dibaca panjang seperti lafadz :
‫ى‬ ‫ي ىى‬
‫آئ‬
ً ‫ أثػ‬, ‫آئ‬
ً ‫ ُشًل‬tetapi di al Qur`ân ada empat tempat yang dibaca
pendek satu harakah , dibaca pendek ini dikarenakan ya‟ tersebut
bukan huruf mad, melainkan ya‟ tambahan yaitu :
‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ‫ِرْص‬ٞ٣‫ح ًئ ثة‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩
95 ‫يٮنف‬ 99 ِٓۖ ِ ‫ ٌَِ ح ِۡي َلا ٓ ِٕي َج ۡف‬9
‫س‬
َ َ َ َٓ
8 ‫الؿكـ‬ 99 ‫ ةِيِلا ِٕي َر ّب ِ ِٓ ًۡ ىك ٰفِ ُرون‬9
ۡ
91 ٢‫اجلع‬ 94 ‫ب‬ٰ َ ‫ِإَويخا ٓ ِٕي ذِي ٱى ُل ۡر‬
َ 3
‫ى‬ ‫ٍ ىى‬
59 ‫النٮرل‬ 95 ‫ةب‬ ‫ كرآ ِٕي ًظض و‬٨٦ً 4

ُ
= ‫= ؤا‬
‫ي‬
Semua lafadz ‫ ؤا‬harus dibaca panjang satu alif seperti contoh
‫ى ي ى ي‬
/ ‫ ذجىآؤا‬, ‫صآؤا‬ tetapi di al Qur`ân ada 23 tempat yang dibaca
pendek (satu harakat) ketika diwashalkan, dan dibaca sukun ketika
diwaqafkan, yaitu :

‫ي‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ِرْص‬ٞ٣‫ح ؤا ثة‬٤‫س‬٦‫ؿة األ‬٧٩

123
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َ َ َٰٓ ُ ْ َ َ ُ ْ‬
‫‪5‬‬ ‫األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪7‬‬ ‫أۢنبؤا ٌا َكُٔا‬ ‫‪9‬‬
‫ُ ۡ ُ َ َ َٰٓ ُ ْ‬
‫‪94‬‬ ‫األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪7‬‬ ‫ذِيسً ُشكؤا‬ ‫‪9‬‬
‫َ ََ ُْ‬
‫‪87‬‬ ‫‪٬‬ٮد‬ ‫‪99‬‬ ‫ٌا ن َٰٓ‬
‫ش َۖؤا‬ ‫‪3‬‬
‫ىٍىيٍ‬ ‫ى‬
‫‪85‬‬ ‫يٮق‪ٙ‬‬ ‫‪93‬‬ ‫هلل ت‪ٛ‬ذؤا‬ ‫دآ ً‬ ‫‪4‬‬
‫َ َ َ ُّ َ َ ُ ْ‬
‫‪99‬‬ ‫إثؿا‪٬‬ي‪٥‬‬ ‫‪93‬‬ ‫فؤا‬ ‫ذلال ٱلضػ َٰٓ‬ ‫‪5‬‬
‫َ ُْ َ ُ‬
‫‪48‬‬ ‫اجلع‪٢‬‬ ‫‪94‬‬ ‫َح َخف َّيؤا ظِلٰي ُّۥ‬ ‫‪6‬‬
‫َ َ َّ ُ ْ َ‬
‫‪98‬‬ ‫َ‪٫‬‬ ‫‪96‬‬ ‫أح َٔكؤا َغي ۡي َٓا‬ ‫‪7‬‬
‫‪76‬‬ ‫َ‪٫‬‬ ‫‪96‬‬ ‫ز ُؤا ْ ٌََ حَ َز َّ ٰ‬
‫ّك‬ ‫َج َ َٰٓ‬ ‫‪8‬‬
‫َ َ َّ َ‬
‫م ََل َت ۡظ ٍَ ُؤا ْ ذ َ‬
‫‪999‬‬ ‫َ‪٫‬‬ ‫‪96‬‬ ‫ِيٓا‬ ‫وأُ‬ ‫‪9‬‬
‫ٍ يٍ ىٍ‬
‫‪8‬‬ ‫اجلٮر‬ ‫‪98‬‬ ‫ىكيىؽ ىرؤا خ‪ ٪‬ى٭ة‬ ‫‪91‬‬
‫ىٍ ٍ ي‬
‫‪77‬‬ ‫ا‪ٛ٣‬ؿ‪ٝ‬ةف‬ ‫‪99‬‬ ‫ى‪٦‬ةحٕجى يؤا ثًس ٍ‪٥‬‬ ‫‪99‬‬
‫َ َ َٰٓ ُ ْ َ َ ُ ْ‬
‫‪6‬‬ ‫النٕؿاء‬ ‫‪99‬‬ ‫أۢنبؤا ٌا َكُٔا‬ ‫‪99‬‬
‫‪997‬‬ ‫النٕؿاء‬ ‫‪99‬‬
‫َ‬ ‫م ُؤا ْ ةَ ِ ٓ‬
‫ِن إ ِ ۡش َرَٰٓءِيو‬
‫َ‬
‫ُغي َ َٰٓ‬ ‫‪93‬‬
‫َ َ ُّ َ ۡ َ َ ُ ْ‬
‫‪99‬‬ ‫اجل‪٢٧‬‬ ‫‪99‬‬ ‫يأحٓا ٱلٍيؤا‬ ‫َٰٓ‬ ‫‪94‬‬
‫َ َ ُّ َ ۡ َ َ ُ ْ‬
‫‪39‬‬ ‫اجل‪٢٧‬‬ ‫‪99‬‬ ‫يأحٓا ٱلٍيؤا‬ ‫َٰٓ‬ ‫‪95‬‬
‫َ َ ُّ َ ۡ َ َ ُ ْ‬
‫‪38‬‬ ‫اجل‪٢٧‬‬ ‫‪99‬‬ ‫يأحٓا ٱلٍيؤا‬ ‫َٰٓ‬ ‫‪96‬‬
‫ُ َ َ ُْ‬
‫‪93‬‬ ‫الؿكـ‬ ‫‪99‬‬ ‫عؤا‬‫شف َٰٓ‬ ‫‪97‬‬

‫‪124‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ََُۡ ُْ‬
‫‪98‬‬ ‫‪ٚ‬ةَؿ‬ ‫‪99‬‬ ‫م يؤا‬‫ٌ َِۡ غ َِتادِه ِ ٱىػي َٰٓ‬ ‫‪98‬‬
‫َ َ ُ ُ ُّ َ َ ُ ْ‬
‫‪47‬‬ ‫اغ‪ٚ‬ؿ‬ ‫‪98‬‬ ‫فؤا‬ ‫ذيلٔل ٱلضػ َٰٓ‬ ‫‪99‬‬
‫َ ۡ َ ُ ۡ ُ َ َ َٰٓ ُ ْ‬
‫‪99‬‬ ‫النٮرل‬ ‫‪95‬‬ ‫أم لًٓ ُشكؤا‬ ‫‪91‬‬
‫َو َج َ َٰٓ ُ ْ َ ّ َ‬
‫‪41‬‬ ‫النٮرل‬ ‫‪95‬‬ ‫زؤا شيِئثي‬ ‫‪99‬‬
‫ىى ى ٍ يى ل يٍ‬
‫‪98‬‬ ‫الـظؿؼ‬ ‫‪95‬‬ ‫أك‪ ٨٦‬يجنؤا‬ ‫‪99‬‬
‫ُ‬ ‫ُْ‬ ‫َّ‬
‫‪4‬‬ ‫امل‪٧‬ذع‪٪‬ح‬ ‫‪98‬‬ ‫إُِا ةُ َرَٰٓءؤا ٌِِس ًۡ‬ ‫‪93‬‬
‫ي‬
‫‪Dan perlu di ketahui juga‬‬ ‫ؤا‬ ‫‪yang dibaca panjang satu alif ,‬‬
‫‪baik ketika diwashsalkan atau diwaqafkan yaitu :‬‬
‫ي‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ؤا ثةملؽ‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ٓ‬ ‫يٍ‬
‫‪69‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫ىكبىآؤا ‪َ /‬وبَا ُءو‬ ‫‪9‬‬
‫ى يٍ ى‬
‫‪91‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ 9‬ذجىآؤا‪ /‬ذجىآ يءك‬
‫ى ى ىىل يٍ ى ى ى‬
‫ةت ى ل‬
‫‪967‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫رب يءك‬ ‫‪٧٠ 3‬ةتربؤا‪٧٠ /‬‬
‫ى ٍ ى يٍ ى ٍ ى‬
‫‪996‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ٚ 4‬ةًف ‪ٚ‬آؤا‪ٚ /‬ةًف ‪ٚ‬آ يءك‬
‫يٍ ى ٍىيٍ يٍ ى ٍىي ٍ‬
‫‪968‬‬ ‫آؿ ٔ‪٧‬ؿاف‬ ‫‪4‬‬ ‫‪ٚ ٢ٝ 5‬ةدرؤا‪ٚ ٢ٝ /‬ةدرءكا‬
‫ى ٍ ىٍ ي ٍ‬
‫‪39‬‬ ‫اتلٮبح‬ ‫‪91‬‬ ‫‪ 6‬أف حُ ً‪ٛ‬بٮا‬
‫َ ُ‬ ‫ْ‬
‫‪7‬‬ ‫اإلِساء‬ ‫‪95‬‬ ‫‪ 93‬ؤُ‍ُسَيِلا ُو ُجْٔس ًۡ‬
‫ى ى ٍ ى ي ٍ‬
‫‪918‬‬ ‫املؤ‪٪٦‬ٮف‬ ‫‪98‬‬ ‫‪ٝ 94‬ةؿ اػكػبٮا‬

‫‪125‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫يٍ ي ٍ‬
‫‪8‬‬ ‫الىة‪ٚ‬ةت‬ ‫‪98‬‬ ‫ًحلُ ً‪ٛ‬بٮا‬ ‫‪95‬‬
‫ٍىي ٍ‬
‫‪99‬‬ ‫احلة‪ٝ‬ح‬ ‫‪99‬‬ ‫ًإ‪ٝ‬ؿءكا‬ ‫‪96‬‬
‫ى ٍىي ٍ‬
‫‪91‬‬ ‫املـم‪٢‬‬ ‫‪99‬‬ ‫‪ٚ‬ة‪ٝ‬ؿءكا‬ ‫‪97‬‬
‫ى يٍ ى ي ٍ‬
‫‪Ada di beberapa tempat‬‬ ‫صآؤا‪ /‬صآءكا‬ ‫‪98‬‬

‫ُ‬
‫= ؤ=‬
‫ي‬
‫ؤ‬ ‫‪Di dalam al Qur`ân ada dua macam :‬‬
‫‪1. dibaca pendek (satu harakat) . yaitu :‬‬
‫ي‬
‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ؤ ثة‪ِٞ٣‬رْص‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ي ي‬
‫‪993‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ 9‬ن ً ىكآؤ ز ٍ‪٥‬‬
‫ُٓ ُ َ ُٓ ُ‬
‫‪99‬‬ ‫ا‪٣‬جكةء‬ ‫‪4‬‬ ‫َءاةَاؤز ًۡ َوأ ۡب َِاؤز ًۡ‬ ‫‪9‬‬
‫ََ‬
‫‪98‬‬ ‫املةاؽة‬ ‫‪6‬‬ ‫خ َّ َٰٓ‬
‫ب ُؤهۥُ‬ ‫‪ 3‬وأ ِ‬
‫ي ىى ي ي‬
‫‪99‬‬ ‫األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪7‬‬ ‫ُشًلآؤ ز ٍ‪٥‬‬ ‫‪4‬‬
‫ي ىى يي‬
‫‪937‬‬ ‫األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪8‬‬ ‫ُشًلآؤ‪٥ٍ ٬‬‬ ‫‪5‬‬
‫َ َٰٓ ُ َ ٓ ُ َ َ َٰٓ ُ َ‬
‫‪98‬‬ ‫يٮنف‬ ‫‪99‬‬ ‫عؤُا‬ ‫‪ 6‬هؤَلءِ شف‬
‫ىٍ ي‬
‫‪93‬‬ ‫اإلِساء‬ ‫‪95‬‬ ‫ً‪٠‬ذىةثنة ج‪ ٞ‬ىؿؤ يق‬ ‫‪7‬‬
‫ُٓ َ‬ ‫َ‬
‫‪49‬‬ ‫ال‪١‬٭‪ٙ‬‬ ‫‪95‬‬ ‫‪ 8‬أ ۡو يُ ۡطت ِ َح ٌَاؤْا‬
‫ٍ ى ي‬
‫‪49‬‬ ‫األ‪٩‬بيةء‬ ‫‪97‬‬ ‫ى‪ ٨ٍ ٦‬يىس‪ ٤‬يؤز ٍ‪٥‬‬ ‫‪9‬‬

‫‪126‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫يى‬ ‫ى‬
‫‪37‬‬ ‫احلش‬ ‫‪97‬‬ ‫ىكال ًد ى‪٦‬آؤ‪٬‬ة‬ ‫‪91‬‬
‫ى ى ي ي ي‬
‫‪77‬‬ ‫ا‪ٛ٣‬ؿ‪ٝ‬ةف‬ ‫‪98‬‬ ‫ل ٍٮالد ىٔآؤز ٍ‪٥‬‬ ‫‪99‬‬
‫زً ٌَِّ فَ ۡضيِِّۦٓ‬ ‫َ ۡ َ ُٓ ُ‬
‫‪93‬‬ ‫الؿكـ‬ ‫‪99‬‬ ‫وٱةخِغاؤ‬ ‫‪99‬‬
‫ى ى يى‬
‫‪39‬‬ ‫ص‬ ‫‪93‬‬ ‫‪٬‬ؾا خ ىُآؤ‪٩‬ة‬ ‫‪93‬‬
‫ز‪ٍ٥‬‬‫ىٍ ي ىٍ ى ي ي‬
‫‪39‬‬ ‫‪ٚ‬ى‪٤‬خ‬ ‫‪94‬‬ ‫ْن‪ ٨‬أك ًحلآؤ‬ ‫‪94‬‬
‫ٍ ي ي‬
‫‪99‬‬ ‫النٮرل‬ ‫‪95‬‬ ‫يىؾ ىرؤز ٍ‪ً ٥‬ذيٍ ً‪٫‬‬ ‫‪95‬‬
‫ي ي‬ ‫إ ٍف أى ٍ‬
‫‪31‬‬ ‫امل‪ٟ٤‬‬ ‫‪99‬‬ ‫وجى ىط ى‪٦‬آؤز ٍ‪٥‬‬ ‫ً‬ ‫‪96‬‬
‫ى ي‬
‫‪99‬‬ ‫احلة‪ٝ‬ح‬ ‫‪99‬‬ ‫‪٬‬آؤ يـ‬ ‫‪97‬‬
‫يي‬ ‫ي‬
‫ىص ىـآؤ يق ‪ -‬ىص ىـآؤ‪- ٥ٍ ٬‬‬
‫ي ي‬ ‫‪98‬‬
‫ىص ىـآؤز ٍ‪٥‬‬
‫‪Ada dibeberapa tempat‬‬

‫‪-‬‬ ‫أىثىآ يؤ ي‪ٍ٥٬‬‬ ‫أثآؤ‪٩‬ة ‪-‬‬


‫ىى ي ى‬
‫ى ي ي‬ ‫‪99‬‬
‫أثىآؤز ٍ‪٥‬‬
‫‪Ada dibeberapa tempat‬‬

‫‪2. Dibaca panjang satu alif . yaitu :‬‬


‫ي‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫األ‪٦‬س‪٤‬ح ؤ ثةملؽ‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬
‫‪39‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫‪ 9‬أ‪ً ٩‬ببيٮ ًىن‪ /‬أ‪ً ٩‬ج يؤ ًىن‬
‫ى ى ي ى ي‬
‫‪955‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪3‬‬ ‫ىكالحبيٮد يق‪ /‬ىكاليى يؤد يق‬ ‫‪9‬‬
‫ي ى‬ ‫ي ى‬
‫‪949‬‬ ‫ا‪٣‬جكةء‬ ‫‪5‬‬ ‫‪ 3‬يي ىؿآاٮف‪ /‬يي ىؿآؤف‬

‫‪127‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ى‬
‫املةاؽة‬ ‫الىةثً يؤف‪/‬‬ ‫ىك ل‬
‫‪69‬‬ ‫‪6‬‬ ‫َ َّ ٰ ُ ُ َ‬ ‫‪4‬‬
‫ئٔٔن‬ ‫وٱىصت ِ‬
‫ى‬ ‫ى ى ى ى ى‬
‫‪991‬‬ ‫اتلٮبح‬ ‫‪99‬‬ ‫ىكالح ىُ يؤف‪ /‬ىكالح ىُبيٮف‬ ‫‪5‬‬
‫ى‬ ‫ى ى ى ى ى‬
‫‪97‬‬ ‫األظـب‬ ‫‪99‬‬ ‫ل ٍ‪ ٥‬ت ىُ يؤ‪٬‬ة‪ /‬ل ٍ‪ ٥‬ت ىُبيٮ‪٬‬ة‬ ‫‪6‬‬
‫ي ى‬ ‫ي ى‬
‫‪94‬‬ ‫الىة‪ٚ‬ةت‬ ‫‪93‬‬ ‫ىم ٍك يؤلٮف‪ /‬ىم ٍكبيٮلٮف‬ ‫‪7‬‬
‫ى‬ ‫ى ى‬ ‫ى‬
‫‪66‬‬ ‫الىة‪ٚ‬ةت‬ ‫‪93‬‬ ‫ذ ى‪٧‬ةل ً يؤف‪ /‬ذ ى‪ً ٧‬ةخليٮف‬ ‫‪8‬‬
‫ى‬ ‫ى‬
‫‪49‬‬ ‫‪ٚ‬ى‪٤‬خ‬ ‫‪95‬‬ ‫ذيى يؤ هس‪ /‬ذ ىيبيٮ هس‬ ‫‪9‬‬
‫‪95‬‬ ‫ا‪ٛ٣‬ذط‬ ‫‪96‬‬ ‫أى ٍف ىت ىُ يؤ ي‪ /٥ٍ ٬‬أى ٍف ىت ىُبيٮ ي‪ٍ٥٬‬‬ ‫‪91‬‬
‫ى‬ ‫ي ى‬
‫‪6‬‬ ‫املةٔٮف‬ ‫‪31‬‬ ‫يي ىؿآؤف‪ /‬يي ىؿ يآءكف‬ ‫‪99‬‬
‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
‫يرؤ يس ‪ -‬يرؤ يق ي٭ ٍ‪ - ٥‬يرؤ يقس ٍ‪٥‬‬
‫‪Ada‬‬
‫‪dibeberapa‬‬ ‫‪99‬‬
‫‪tempat‬‬
‫ي ي‬ ‫يي‬ ‫يى‬ ‫ي‬
‫ىصةؤ ىؾ ‪ -‬ىصةؤ‪٬‬ة ‪ -‬ىصةؤ‪ - ٥ٍ ٬‬ىصةؤز ٍ‪٥‬‬
‫‪Ada‬‬
‫‪dibeberapa‬‬ ‫‪93‬‬
‫‪tempat‬‬
‫ي‬ ‫ي‬
‫‪Dari dua lafadz‬‬ ‫‪ yang dibaca panjang, kalau kita cermati‬ؤ ‪ dan‬ؤا‬
‫‪adalah bentuk dlamir jama‟ mahal rafa‟, sedangkan yang dibaca‬‬
‫‪pendek bukan berupa dlamir jama‟ melainkan huruf asli dari lafadz‬‬
‫‪tersebut.‬‬

‫‪128‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

= ‫= إذ‬
Dzal nya lafadz ‫إذ‬ mempunyai dua hukum yaitu :

1. Wajib idzhâr

‫ إذ‬Wajib dibaca idzhâr ketika bertemu dengan salah satu huruf 6


(‫ ز‬, ‫ ص‬, ‫ س‬, ‫ د‬, ‫ ج‬, ‫ )ت‬seperti contoh :

‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة احلؿؼ‬٧٩ ‫ح‬٤‫س‬٦‫ؿة احلؿؼ األ‬٧٩


‫ ي‬٧‫ ٍٕذي ي‬٧‫س إ ٍذ ىق‬ ‫ٍىىلى‬
‫ٮق‬ ً ً 4 ‫ًإذتربأ‬ ‫ت‬ 9
ٍ ‫ى ٍ ى ى‬ ‫ٍ ى ي ي‬
‫ىة‬٪‫صذ‬ ‫ص ك ًإذ‬ 5 ٥ٍ ‫آءكًل‬ ‫ًإذص‬ ‫ج‬ 9
ٍ ‫ٍ ى ى ي‬
٨‫ىك ًإذ ىز لي ى‬ ‫ز‬ 6 ‫ٮا‬٤‫ًإذ دػ‬ ‫د‬ 3
2. Wajib Idghâm
Wajib diIdghâmkan ketika bertemu dengan salah satu dari huruf

)‫ظ‬,‫ (ذ‬seperti contoh :


‫ اإلداغـ‬٥‫اإلق‬ ‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ؿة‬٧٩
‫ل‬
‫ ى‬٬‫ذذ ى‬
‫ني‬٤‫ةز‬٧‫ذ‬٦ ‫إداغـ‬ ‫ت‬ ‫ًإ‬ ‫ذ‬ 9
‫ل ى‬
‫ذضةنكني‬٦ ‫إداغـ‬ ٥ٍ ‫ذي‬٧ٍ ٤ّ‫ًإذ‬ ‫ظ‬ 9

129
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
َْ
= ‫= مس‬

Dal nya lafadz ‫ؽ‬ٝ juga mempunyai 2 (dua) hukum


1. Wajib idzhâr
‫ؽ‬ٝ Wajib dibaca idzhâr (menjelaskan qalqalahnya ‫)د‬ ketika

bertemu dengan salah satu dari huruf 8. )‫ج‬,‫ذ‬,‫ز‬,‫س‬,‫ش‬,‫ص‬,‫ض‬,‫(ظ‬


seperti contoh :
‫ح‬٤‫س‬٦‫ؿة احلؿؼ األ‬٧٩ ‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة احلؿؼ‬٧٩
‫ىٍ ى ىى‬ ‫ي‬ ٍ ‫ىى‬
‫ ى٭ة‬ٛ٘‫ؽم‬ٝ ‫ش‬ 5 ٥ٍ ‫ؽ ىصآ ىءز‬ٞ٣ ‫ج‬ 9
ٍ ‫ىىى ٍ ى ل‬ ٍ
‫ىى ٍ ى ى‬
‫ىة‬٪‫صذ‬ ‫ؽ‬ٞ٣‫ص ك‬ 6 ‫ة‬٩‫ؽذ ىرأ‬ٞ٣‫ىك‬ ‫ذ‬ 9
‫ىى ٍ ل‬ ‫ىى ٍ ل‬
٢ً‫ؽ ى‬ٞ‫ض ذ‬ 7 ‫ة‬٪‫ؽ ىز لي‬ٞ٣‫ىك‬ ‫ز‬ 3
‫ىى ٍ ى ى‬ ٍ‫ى‬
٥‫ ى‬٤ّ‫ؽ‬ٞ‫ظ ذ‬ 8 ٓ‫ ى‬٧ً ‫ؽ ىق‬ٝ ‫س‬ 4
2- Wajib Idghâm

‫ؽ‬ٝ Wajib di Idghâmkan ketika bertemu dengan salah satu dari

huruf 2 )‫ت‬,‫ (د‬contohnya seperti :

‫ اإلداغـ‬٥‫اإلق‬ ‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ؿة‬٧٩


‫ى ل ى ي‬
‫ني‬٤‫ةز‬٧‫ذ‬٦ ‫إداغـ‬ ‫ٮا‬٤‫ؽدػ‬ٝ‫ىك‬ ‫د‬ 9
‫ذضةنكني‬٦ ‫إداغـ‬ ‫ىؽ دلبى ل ى‬ٝ‫ىك‬
‫ني‬ ‫ت‬ 9

130
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ْ َْ ُ َ
= ‫= حاء حأجِي ٍد‬
Hukumnya Ta` ta`nits ada dua :
1. Wajib Idzhâr.
Ta` ta`nits wajib dibaca idzhâr (menjelaskan hamsnya ‫ت‬ )

ketika bertemu dengan salah satu dari huruf 6 )‫(ث ج ز س ص ظ‬


dan contohnya seperti :
‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة احلؿؼ‬٧٩
‫ى لى ٍ ى ي‬
‫ ٍٮد‬٧‫خ ث ي‬ ‫ؾث‬٠ ‫ث‬ 9
‫يل ى ى ى ٍ ي ي ي‬
٥ٍ ٬‫ٮد‬٤‫خ يص‬ ‫ ًٌض‬٩ ‫ة‬٧‫ج لك‬ 9
‫يل ى ى ى ٍ ٍى ي‬
٥ٍ ٬‫ة‬٩‫خ ًزد‬ ‫ة ػج‬٧‫لك‬ ‫ز‬ 3
‫ى‬ ٍ ‫ٍبىذى‬٩‫س أى‬
٢ً‫ىةث‬٪‫خ ىقجٍ ىٓ ىق‬ 4
‫ي‬ ٍ ‫ى ى‬
٥ٍ ٬‫ِرْصت يو يؽ ٍك ير‬ ً ‫ص ظ‬ 5
‫ى ى ٍ ى ن‬
‫ح‬٧‫خ ّةل ً ى‬ ٩‫ظ ك‬ 6
2. Wajib idghâm
Ta` ta`nits wajib diidghâmkan ketika bertemu dengan salah

satu dari huruf 3 (‫ ط‬, ‫ د‬, ‫ )ت‬contohnya seperti :

‫ اإلداغـ‬٥‫اإلق‬ ‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة احلؿؼ‬٧٩


‫ى ىي‬ ٌ ‫ى‬
‫ني‬٤‫ةز‬٧‫ذ‬٦ ‫إداغـ‬ ٥ٍ ‫ةرت ي٭‬ ‫ة ىر ًِبىخ ًجت‬٧‫ت ذ ى‬ 9
‫ذضةنكني‬٦ ‫إداغـ‬ ‫ىخ لد ىٔ ىٮا ى‬٤ٞ‫ة ى أىثٍ ى‬٧ٌ ‫ى‬٤‫ى‬ٚ
‫اهلل‬ ‫د‬ 9

131
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ىه‬ ‫ى ى‬
‫ذضةنكني‬٦ ‫إداغـ‬ ‫ح‬ًٛ‫خ لَةا‬٣‫ة‬ٝ‫ىك‬ ‫ط‬ 3

ُْ َْ َْ
= ‫ مي‬, ‫ ٔي‬, ‫= ةي‬
Hukum Lamnya ٢ٝ , ٢‫ ث‬, ٢٬ itu wajib diidghâmkan ketika

bertemu dengan salah satu dari huruf dua ( ‫ر‬ , ‫ )ؿ‬dan tidak dibaca
saktah contohnya seperti :
‫ اإلداغـ‬٥‫اإلق‬ ‫ح‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ؿة‬٧٩
ٍ
ٍ ٕ‫ ى‬٧‫اصذى ى‬ ‫ي ل‬
‫ني‬٤‫ةز‬٧‫ذ‬٦ ‫إداغـ‬ ‫خ‬ ‫ئ‬ ً ً ٣ ٢ٝ ‫ؿ‬ 9
‫ى ي‬
‫ذضةنكني‬٦ ‫إداغـ‬ ٫ٕ‫ لرذ ى‬٢‫ثى‬ ‫ر‬ 9
ٍ
Kalau terbaca saktah, seperti yang terdapat pada lafadz : - ٢‫ثى‬
‫ى‬
‫ني( ىراف‬ُٛٛ‫امل‬, 31:94 ) maka wajib idzhâr , begitu juga wajib

idzhâr ketika bertemu selain huruf : ‫ ر‬, ‫ؿ‬


Keterangan! Setiap ada dua huruf yang sama dan saling beriringan,
dan yang pertama mati (sukun) dan huruf yang kedua menyandang
harakat maka wajib dibaca idghâm ‎, kecuali jika berupa ha‟ saktah
(ha‟ tambahan untuk membunyikan akhir kalimat, ketika
diwashalkan maka harus tetap terbaca seperti tulisanya) atau berupa
huruf mad, maka tidak boleh diidghâm ‎kan bahkan wajib dibaca
‫ ‏‬seperti lafadz ‎:
idzhâr ‎‫‏‬

‫ح‬٤ٕ٣‫ا‬ ‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ؽ‬٧‫ح ال ي‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫احلؿؼ‬ ‫ؿة‬٧٩


‫ى ى‬ ٍ
‫ذح‬١‫ةء ق‬٬ ‫األكؿ‬ 99-98 ‫ح‬ٝ‫احلة‬ 99 ٟ٤٬‫ ى‬- ٫‫ ًةحلى‬٦‫ى‬ ٬+٬ 9

132
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
‫ى ي ي‬
96 ‫النٕؿاء‬ 99 ٥ٍ ٬‫ةلٮا ىك‬ٝ ‫ك‬+‫ك‬ 9
‫األكؿ ظؿؼ املؽ‬
5 ‫الكضؽة‬ 99 ‫م ًىف يى ٍٮـو‬+‫م‬ 3
َّ َ َّ
= ‫ َل‬, ‫= إِل‬
‫ل‬
Lafadz ‫ ًإال‬yang menjadi alat ‫ةء‬٪‫( إقتس‬pengecualian) dan lafadz
‫ىل‬
‫أال‬ sebaiknya diwashalkan dengan lafadz ‎sebelumnya, meskipun
berada pada permulaan ayat karena menjaga ma‟na yang masih
berhubungan dengan lafadz ‎sebelumnya, seperti contoh :
ٌ
‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ٢‫ح إال يٮو‬٤‫س‬٦‫األ‬ ‫ؿة‬٧٩
َ
6-5 ‫اتلني‬ 31 َ ‫ إ ََّل َّٱَّل‬٥ ‫ي‬
َ‫ِي‬ َ ِ ‫سفي‬ َ ََ ۡ
ِ ٰ ‫ أشفو‬9
ِ
َ َ َ
95-94 ٢٧‫اجل‬ 99 ‫ ۤاَّلَأ ْۤاوُدُجۡسَي‬٢٤ ‫ذ ُٓ ًۡ َل َح ۡٓ َخ ُدون‬ 9
‫ل‬
Sedangkan ‫إال‬ yang bukan adat ististna` atau dikatakan
ٍ
penggabungan lafadz ‫ إًف‬dengan ‫ال‬, lebih baik dijadikan permulaan
(tidak diwashalkan) karena tidak ada hubungan dengan lafadz
sebelumnya, seperti contoh :
ٌ
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ٢‫ح إال ال يٮو‬٤‫س‬٦‫ؿة األ‬٧٩
‫ل ىٍ ي‬
73 ‫ةؿ‬ٛ٩‫األ‬ 91 ‫ٮ يق‬٤ٕ‫ ى‬ٛ‫ًإال ت‬ 9
ٍ‫ى‬ ‫ل‬
39 ‫اتلٮبح‬ 91 ‫ يؿكا‬ًٛ ٪‫ ًإال ت‬9
41 ‫اتلٮبح‬ 91 ‫ِرْصك يق‬ ‫ٍ ي ي‬٪‫ إ لال ىت‬3
ً

133
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

‫ًّ ى ن‬
Perhatian!
91 - 8 ‫ قٮرة اتلٮبح أيح‬91 ‫صـء‬/ ‫ح‬٦‫ًإال ىكال ًذ ل‬
ًّ
Lamnya lafadz ‫إال‬ berharakat tanwin
َّ َ
= ‫= ّلَك‬
Banyaknya lafadz ‫الك‬ di dalam al Qur`ân ada 33 tempat, yang
terdapat pada separuhnya al Qur`ân yang akhir dari 15 surat
makkiyyah, hukumnya ‫ الك‬terbagi menjadi 4 bagian :

1. ‫الك‬ bagus untuk diwaqafkan ketika )‫الؿدع‬ ‫ٕن‬٧‫)ث‬ namun boleh

juga di buat permulaan dengan menggunakan ma‟na ‫ة‬ٞ‫ظ‬


yangmana ‫ الك‬pembagian pertama ini di dalam al Qur`ân ada 11

ٌ
tempat , yaitu :
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ كاإلثذؽاء‬ٙٝ‫الك ثةلٮ‬ ‫ؿة‬٧٩
َّ َ َ
79-78 ٥‫مؿي‬ 96 ‫ َك‬٧٨ ‫ خ ۡٓدا‬9
َّ َ
89-89 ٥‫مؿي‬ 96 ‫ َك‬٨١ ‫ غ ِّزا‬9
ٓ َّ َ ُ ۡ َ َ َ
911 ‫املؤمٮف‬ 98 ‫ ذِيٍا حركج َك‬3
َّ َ ‫ي ى ى‬
97 ‫الكجةء‬ 99 ‫ُشًلآ ىء َك‬ 4
ٓ َّ َ ُ‫ ُث ًَّ ي‬5
95-94 ‫املٕةرج‬ 99 َۖ ‫ َك‬١٤ ِّ‫جي‬ ِ ِ
ٓ َّ َ َ َ َّ َ َ َ ۡ ُ َ
39-38 ‫املٕةرج‬ 99 َۖ ‫ َك‬٣٨ ‫يم‬ ‫ أن يدخو جِث ُػِ ي‬6

134
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ٓ َّ َ َ َ َۡ
96-95 ‫املؽزؿ‬ 99 َۖ ‫ َك‬١٥ ‫أن أزِيد‬ 7
َّ َ َ َّ َ‫ٌُّن‬
53-59 ‫املؽزؿ‬ 99 َۖ ‫ َك‬٥٢ ‫َّشة‬ 8
94-93 ‫ني‬ُٛٛ‫امل‬ 31
َّ َ
َۖ ‫ َك‬١٣ ‫ِي‬ َ ‫ۡي ۡٱۡلَ َّوى‬ ُ ‫س ِع‬ َ
ٰ َ ‫كَ َال أ‬ 9
َّ َ ََٰ َ ٓ ّ َ ُ ُ َ َ
97-96 ‫ضؿ‬ٛ٣‫ا‬ 31 َۖ ‫َك‬ ١٦ ‫َن‬
ِ ‫ذيلٔل ر ِب أه‬ 91
َّ َ َ َ ‫اَل ٓۥ أَ ۡخ‬
َۖ ‫ َك‬٣ ‫َلهُۥ‬ ُ َ ٌَ ‫ب أَ َّن‬ َۡ
ُ ‫َي َص‬
4-3 ‫ـة‬٧‫اهل‬ 31 99
2. ‫ الك‬tidak baik untuk diwaqafkan dan tidak baik di buat permulaan,
tetapi yang baik diwashalkan dengan lafadz ‎ sebelum dan
ٌ
sesudahnya di dalam al Qur`ân cuma ada dua tempat, yaitu:
‫الكٮرة األيح‬ ‫اجلـء‬ ٙٝ‫ؿة الك ال يبذؽء كال يٮ‬٧٩
َ َ َّ َ ُ
5 ‫اجلجةء‬ 31 ٥ ‫ ث ًَّ َك َش َي ۡػي ٍُٔن‬9
َ َ َ َ َّ َ ُ
4 ‫اتلاكزؿ‬ 31 ٤ ‫ ث ًَّ َك َش ۡٔف ت ۡػي ٍُٔن‬9
3. ‫الك‬ baik untuk diwaqafkan dan tidak boleh untuk di buat ibtida‟,
akantetapi baik diwashalkan pada lafadz ‎yang sebelumnya dan di
mulai lagi pada lafadz ‎setelahnya ‫الك‬ dan di dalam al Qur`ân ada
dua tempat :
ٌ
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ ال ثةإلثذؽء‬ٙٝ‫الك ثةلٮ‬ ‫ؿة‬٧٩
ٓ َ َ ۡ َ َّ َ َ َ
95 99 َۖ ‫ كال َك َۖ فٱذْ َتا أَ‍ِبيٰخ ِ َِا‬9
َّ َ َ َ
َ ِ ٌَ ‫َكٓ َۖ إ ِ َّن‬
ۡ ‫ِع َر ّب َش َي‬
69 ‫النٕؿاء‬ 99 ٦٢ َ‫ِي‬
ِ ‫د‬ ٓ ِ ‫كال‬ 9

135
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫‪ baik untuk di buat ibtida‟, dan tidak baik diwaqafkan, di dalam‬الك ‪4.‬‬
‫‪al Qur`ân ada 18 tempat :‬‬
‫ٌ‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫‪٧٩‬ؿة الك ثةإلثذؽء ال ثةلٮ‪ٙٝ‬‬
‫َ َّ ۡ َ‬
‫‪39‬‬ ‫املؽزؿ‬ ‫‪99‬‬ ‫‪َ 9‬ك َوٱىل ٍَ ِر ‪٣٢‬‬
‫َ َّ ٓ َّ َ ۡ ‪ٞ‬‬
‫‪54‬‬ ‫املؽزؿ‬ ‫‪99‬‬ ‫‪َ 9‬ك إُِ ُّۥ حذن َِرة ‪٥٤‬‬
‫ىل ى‬
‫‪99‬‬ ‫ا‪ٞ٣‬ية‪٦‬ح‬ ‫‪99‬‬ ‫‪ 3‬الك ال ىك ىز ىر‬
‫ىل ىٍ ي ى‬
‫‪91‬‬ ‫ا‪ٞ٣‬ية‪٦‬ح‬ ‫‪99‬‬ ‫حت ُّجٮف‬ ‫‪ 4‬الك ث‪ً ٢‬‬
‫َكٓ إ ىذا ثى‪٤‬ى ى٘ ٍ‬ ‫َ َّ‬
‫‪96‬‬ ‫ا‪ٞ٣‬ية‪٦‬ح‬ ‫‪99‬‬ ‫خ‬ ‫ً‬ ‫‪5‬‬
‫َ َّ ٓ ل ى ٍ ه‬
‫‪99‬‬ ‫ٔبف‬ ‫‪31‬‬ ‫‪َ 6‬ك ًإج ى٭ة دؾ ً‪ ٠‬ىؿة‬
‫ىل ى ى ٍ‬
‫‪93‬‬ ‫ٔبف‬ ‫‪31‬‬ ‫‪ 7‬الك ل ل‪٧‬ة ح‪ً ٞ‬ي‬
‫ٍى ى‬ ‫ىل‬
‫‪4‬‬ ‫اجلجةء‬ ‫‪31‬‬ ‫‪ 8‬الك ىقيىٕ‪ ٤‬ي‪٧‬ٮف‬
‫ى‬ ‫َ َّ ٓ ٍ ي ى‬
‫‪9‬‬ ‫اإل‪ُٛ٩‬ةر‬ ‫‪31‬‬ ‫‪َ 9‬ك ثى‪ ٢‬دسؾثيٮف‬
‫‪7‬‬ ‫املُ‪ٛٛ‬ني‬ ‫‪31‬‬ ‫ار‬ ‫ج‬‫ب ۡٱى ُف َّ‬ ‫َكٓ إ َّن نِ َتٰ َ‬ ‫َ َّ‬
‫‪91‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ى‬ ‫َ َّ ٓ ل‬
‫‪95‬‬ ‫املُ‪ٛٛ‬ني‬ ‫‪31‬‬ ‫‪َ 99‬ك ًإج ي٭ ٍ‪ ٥‬خ ٍ‪ ٨‬ىرب ً٭ ٍ‪٥‬‬
‫ت ا ٍ ىالث ٍ ى‬ ‫َكٓ إ لف ‪٠‬ذػ ى‬ ‫َ َّ‬
‫‪98‬‬ ‫املُ‪ٛٛ‬ني‬ ‫‪31‬‬ ‫ار‬
‫ً‬ ‫ؿ‬ ‫ً ً‬ ‫‪99‬‬
‫ى ي‬ ‫َ َّ ٓ ى ي ل‬
‫‪99‬‬ ‫ا‪ٛ٣‬ضؿ‬ ‫‪31‬‬ ‫خ اال ٍرض‬ ‫‪َ 93‬ك ًإذا د‪ً ٠‬‬
‫َ َّ ٓ ل ٍ ٍ ى‬
‫‪6‬‬ ‫ا‪ٜ٤ٕ٣‬‬ ‫‪31‬‬ ‫إلن ىكةف‬ ‫‪َ 94‬ك إًف ا ً‬

‫‪136‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َ َّ ٓ ى ٍ ى ٍ‬
‫‪95‬‬ ‫ا‪ٜ٤ٕ٣‬‬ ‫‪31‬‬ ‫ئ ل ٍ‪ ٥‬يىجذى ً‪٫‬‬‫َك ‪ً ٣‬‬ ‫‪95‬‬
‫ىل ى ي ٍ ي‬
‫‪99‬‬ ‫ا‪ٜ٤ٕ٣‬‬ ‫‪31‬‬ ‫الك ال د ًُٕ‪٫‬‬ ‫‪96‬‬
‫ى ىٍى ى‬ ‫ىل‬
‫‪3‬‬ ‫اتلاكزؿ‬ ‫‪31‬‬ ‫الك ىق ٍٮؼ تٕ‪ ٤‬ي‪٧‬ٮف‬ ‫‪97‬‬
‫ىل ى ى ٍ ى ى‬
‫‪5‬‬ ‫اتلاكزؿ‬ ‫‪31‬‬ ‫الك ل ٍٮ تٕ‪ ٤‬ي‪٧‬ٮف‬ ‫‪98‬‬

‫= ةَ َ ٰ‬
‫ل=‬
‫‪Semua lafadz‬‬ ‫ةَ َ ٰ‬
‫ل‬ ‫‪yang terdapat di dalam al Qur`ân ada 22‬‬
‫‪tempat dan mempunyai 3 hukum :‬‬
‫ََ‬
‫‪ baik diwaqafkan sekalipun tidak terdapat tanda-tanda‬ة ٰ‬
‫ل ‪1. Lafadz‬‬
‫‪waqaf, dan terdapat pada 10 tempat yaitu :‬‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ثىًل‪ ‬املؼذةر ثٮ‪٫ٛٝ‬‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ٔن ‪ ٨٠‬ةَ َ ٰۚ‬ ‫َ َ ََُۡ َ‬
‫‪89-81‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫ل‬ ‫‪ٌ 9‬ا َل تػيٍ‬
‫ِي ‪ ١١١‬ةَ َ ٰ‬ ‫‪ 9‬إن ُن ُ‬
‫ِخ ًۡ َص ٰ ِدر َ‬
‫‪999-999‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪9‬‬ ‫لۚ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪961‬‬ ‫ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪3‬‬ ‫ل‬‫‪ 3‬كَال أ َو ل ًۡ حُ ۡؤ ٌَِِۖ كَال ةَ َ ٰ‬
‫ٔن ‪ ٧٥‬ةَ َ ٰ‬‫َُۡ ََُۡ َ‬
‫‪76-75‬‬ ‫آؿ ٔ‪٧‬ؿاف‬ ‫‪3‬‬ ‫لۚ‬ ‫‪ 4‬وًْ حػيٍ‬
‫ََۡ ُ َّ ُ ۡ َ ُ ْ ََ َ ۡ َٓ‬
‫‪979‬‬ ‫األٔؿاؼ‬ ‫‪9‬‬ ‫ألصج ةِربِسًَۖ كالٔا ة ٰ‬
‫ل ش ِٓدُا‬ ‫‪5‬‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫‪98‬‬ ‫اجلع‪٢‬‬ ‫‪94‬‬ ‫ٌَا ن َِّا َج ۡػ ٍَو ٌَِ ُش ِٓٔء ِۢ ةَ َٰٓ‬
‫ل‬ ‫‪6‬‬
‫ٓ‬ ‫َ َ َٰٓ َ َ ۡ ُ َ ۡ َ ُ َ َٰ‬
‫‪89‬‬ ‫يس‬ ‫‪93‬‬ ‫لَع أن َييق ٌِريٓ ًۚ ةل‬ ‫‪7‬‬

‫‪137‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ي‬
‫ةت ‪ٝ‬ىةل ٍٮا ةَ َ ٰ‬ ‫ث ٍى ى‬
‫‪51‬‬ ‫املؤ‪٪٦‬ٮف‬ ‫‪94‬‬ ‫ل‬ ‫ةبلح‪ً ٪‬‬ ‫ً‬ ‫‪8‬‬
‫َ َ َٰٓ َ ُ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ َ‬
‫‪33‬‬ ‫األظ‪ٞ‬ةؼ‬ ‫‪96‬‬ ‫لَع أن َيـِي ٱلٍٔت ۚ ة َٰٓ‬
‫ل‬ ‫‪9‬‬
‫ََ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ ُ َ َّ َ َّ َ‬
‫‪95-94‬‬ ‫اإلنن‪ٞ‬ةؽ‬ ‫‪31‬‬ ‫إُِّۥ ظَ أن ىَ َئر ‪ ١٤‬ة َٰٓ‬
‫ل‬ ‫‪91‬‬
‫‪2. Lafadz‬‬ ‫ثًل‬ ‫‪baik diwashalkan dengan lafadz sebelum dan‬‬
‫‪sesudahnya,dan di dalam Al Qur`ân ada 7 tempat yaitu:‬‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ل املؼذةر ثٮو‪٫٤‬‬ ‫‪٧٩‬ؿة ةَ َ ٰ‬
‫ُ ْ‬
‫‪31‬‬ ‫األ‪ٕ٩‬ةـ‬ ‫‪7‬‬ ‫ل َو َر ّب ِ َِا‬ ‫‪ 9‬كَالٔا ةَ َ ٰ‬
‫َ َ ُ ُ َ َٰ ۡ‬
‫‪38‬‬ ‫اجلع‪٢‬‬ ‫‪94‬‬ ‫ل َوغ ًدا‬ ‫‪ ٌَ 9‬حٍٔت ة‬
‫‪ٝ 3‬ي‪ ٢‬ةَ َ ٰ‬
‫ٍ‬
‫‪3‬‬ ‫الكجةء‬ ‫‪99‬‬ ‫ل ىك ىرِّ‬
‫ٓ ۡ َ‬ ‫َ َٰ َ‬
‫‪59‬‬ ‫الـمؿ‬ ‫‪94‬‬ ‫ل ك ۡد َجا َءحم‬ ‫‪ 4‬ة‬
‫ي‬
‫‪34‬‬ ‫األظ‪ٞ‬ةؼ‬ ‫‪96‬‬ ‫ل ىك ىرب‪٪‬ىة‬ ‫‪ٝ 5‬ىةلٮا ةَ َ ٰ‬
‫‪ٝ 6‬ي‪ ٢‬ةَ َ ٰ‬
‫ٍ‬
‫‪7‬‬ ‫اتل٘ةث‪٨‬‬ ‫‪98‬‬ ‫ل ىك ىريب‬
‫ل َق ٰ ِدر َ‬ ‫ٰ‬ ‫ََ‬
‫‪4‬‬ ‫ا‪ٞ٣‬ية‪٦‬ح‬ ‫‪99‬‬ ‫يَ‬ ‫ِ‬ ‫‪ 7‬ة‬
‫‪3. Lafadz‬‬ ‫‪ boleh diwaqafkan‬ثًل‬ ‫‪dan boleh diwashalkan, banyaknya‬‬
‫‪didalam al Qur`ân ada lima tempat :‬‬
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ‫ثىًل املؼذ‪ ٙ٤‬ثني كو‪ ٢‬كك‪ٙٝ‬‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫َ ۡ ُ ْ‬ ‫َ‬ ‫زنى َ‬‫ٌُ َ‬
‫آؿ ٔ‪٧‬ؿاف ‪995-994‬‬ ‫‪4‬‬ ‫ل إِن حط ِِبوا‬ ‫ِي ‪ ١٢٤‬ةَ َٰٓ‬ ‫‪9‬‬
‫ل ىك‪٣‬ىس ٍ‪ ٨‬ىظ ٌى‪ٍ ٞ‬‬ ‫ٰ‬ ‫ى ي ََ‬
‫‪79‬‬ ‫الـمؿ‬ ‫‪94‬‬ ‫خ‬ ‫ً‬ ‫‪ٝ‬ةلٮا ة‬ ‫‪9‬‬

‫‪138‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ُ‬ ‫َ َۡ‬
‫َن َٔى ٰ ُٓ ًۚ ةَ َ ٰ‬
‫‪81‬‬ ‫الـػؿؼ‬ ‫‪95‬‬ ‫ل َو ُر ُشي َِا‬ ‫و‬ ‫‪3‬‬
‫ُ‬ ‫َ ُ ْ ََ َ‬
‫‪94‬‬ ‫احلؽيؽ‬ ‫‪97‬‬ ‫ل َولٰه َِِّس ًۡ‬ ‫كالٔا ة ٰ‬ ‫‪4‬‬
‫ٓ َ‬ ‫َ ُ ْ َ َٰ َ‬ ‫ََۡ َۡ ُ‬
‫ِس ًۡ َُذ ‪ٞ‬‬
‫‪9-8‬‬ ‫امل‪ٟ٤‬‬ ‫‪99‬‬ ‫ل ك ۡد َجا َءُا‬ ‫ِير ‪ ٨‬كالٔا ة‬ ‫ألً يأح‬ ‫‪5‬‬

‫َ َٰ َ‬
‫= نذل ِم =‬
‫‪٠ di dalam al Qur`ân banyak sekali, tetapi yang baik‬ؾل‪Lafadz ٟ‬‬
‫‪di waqafkan hanya ada enam tempat:‬‬
‫َ َ َ‬
‫اجلـء الكٮرة األيح‬ ‫نذٰل ِم املؼذةر ثٮ‪٫ٛٝ‬‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ًّ َ‬
‫‪913‬‬ ‫يٮنف‬ ‫‪99‬‬ ‫اٌ ُِٔا نذٰل ِم َخلا َغي ۡي َِا‬ ‫‪ 9‬وٱَّلِيَ ء‬
‫َ َ َ‬ ‫ۡ‬
‫‪91‬‬ ‫ال‪١‬٭‪ٙ‬‬ ‫‪96‬‬ ‫ِشتا ‪ ٩٠‬نذٰل ِم َۖ‬ ‫‪9‬‬
‫َ َ َ‬ ‫ََ َ‬
‫‪58‬‬ ‫النٕؿاء‬ ‫‪99‬‬ ‫َوٌلا يم ن ِري يم ‪ ٥٨‬نذٰل ِم َۖ‬ ‫‪3‬‬
‫ُ ۡ َ ٌ َ ۡ َ ُٰ ُ َ َٰ َ‬
‫‪98‬‬ ‫‪ٚ‬ةَؿ‬ ‫‪99‬‬ ‫‪ُ 4‬مخيِف أىنُّۥ نذل ي‬
‫ِم‬
‫َ َ َ‬ ‫َو َج ۡػ ٍَث ََكُُٔا ْ ذ َ‬
‫ِيٓا َف ٰ ِ َ‬
‫‪98‬‬ ‫ادلػةف‬ ‫‪95‬‬ ‫ه ِٓي ‪ ٢٧‬نذٰل ِم َۖ‬ ‫ي‬ ‫‪5‬‬
‫‪59‬‬ ‫‪96‬‬ ‫ي ‪َ ٥١‬ن َذٰل َِم ٌَا ٓ َأ ََت َّٱَّل َ‬
‫ِيَ‬ ‫َُ ِذ ‪ٞ‬‬
‫ير ٌُّت ‪ٞ‬‬ ‫‪6‬‬
‫اذلاريةت‬ ‫ِ‬

‫‪139‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ُّ ُ َ َ
َ‫العٖر‬
ِ ‫قٖاح ِح‬
HURUF-HURUF AWAL AYAT

Huruf-huruf yang ada pada awal surat, harus dibaca mad dan
bacaan madnya terbagi menjadi dua yaitu :
1. Mad Thabi‟i, Huruf - huruf yang terkumpul dalam lafadz ‫يح‬
‫ؿ‬٬‫ َة‬selain alif panjangnya seperti mad Thabi‟i.
2. Mad lâzim Huruf-huruf yang terkumpul dalam lafadz ٢‫ ٔك‬٥‫ز‬
‫ي‬ٞ٩ panjangnya seperti mad lâzim harfi kilmi mutsaqal (tiga
alif) Sedangkan cara membacanya sesuai dengan takte‟nya
(penggalan) huruf tersebut, adapun prakteknya sebagai berikut :
‫ؿااح‬ٞ٣‫يح ا‬ٛ‫ي‬٠ ‫ٮادط الكٮر‬ٚ ‫ؿة‬٧٩

ًٓٓ‫ال‬
Alif Laaa…..….m (3 alif) kemudian
berdengung dulu, terus Miii…..m (3 alif)
ٍ ‫ى‬ 9
seandainya ditulis ٥ٍ ٍ‫ي‬٦ ‫ آل ٍـ‬ٙ٣ً ‫ا‬

ًٓ ‫خ‬
kha. .. (1 alif) kemudian Miii…m (3 alif)
seandainya ditulis ٥ٍ ٍ‫ي‬٦ً ‫ىظة‬ 9
Ya.. (1 alif) kemudian Siii…..n (3 alif)
ٍ ٍ ‫يىة ق‬ ‫يس‬ ٓ 3
seandainya ditulis ‫ني‬ ً

ّ‫ظ‬
Tho.. (1 alif) kemudian Ha.. (1 alif)
‫ى‬
seandainya di tulis ‫ة‬٬ ‫ىَة‬ 4
Tho..(1 alif) Siii…………m (3 alif) kemudian ٓ
ًٓ ‫ظص‬ 5
berdengung dulu (idghâm ) terus Miii………

140
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ٍ ٍ ‫ىَة ق‬
m(3 alif). seandainya di tulis ٥ٍ ٍ‫ي‬٦ ‫ني‬ ً
Kaaa……f (3 alif), Ha..(1 alif). Ya..(1 alif)
„Aiii…..n.(3 alif), kemudian berdengung dulu
ٓ ‫ٓن‬
ٓ‫ٓيػص‬
(Ikhfa`) lalu Shooo ……d (3 alif), seandainya 6
ٍ ‫ى ٍ ى ى ىٍٍ ى‬
di tulis : ‫ة ية خني وآد‬٬ ‫آؼ‬٠

alif laaa……m ٓ
‫ى ٍ ى ٍ ى‬ ‫الر‬
(3 alif), Ro.. (1 alif)
seandainya di tulis : ‫ آلـ را‬ٙ٣ً ‫ا‬
7
Tho.. (1 alif) Siii……n (3 alif), seandainya di
ٍٍ ‫ى‬ ٓ
‫ظس‬ 8
tulis : ‫قني‬
ً ‫َة‬

‫ٓص‬
ٍ ‫ى‬
Shooo……d(3 alif) , seandainya di tulis : ‫وآد‬ 9
ٍ ٍ‫ي‬ ٓ
Nuuu ……n (3 alif), seandainya di tulis : ‫ٮف‬٩
‫ن‬ 91

ًٓ ‫خ‬
Kha.. (1 alif) Mi ..m (1 alif) , „Aiii…… n (3
alif), Siii ……n (3 alif), Qooo ……f (3 alif).
ٍ ٍ ٍ ٍ ‫ ىخ‬٥ٍ ٍ‫ي‬٦ ‫ىظة‬
‫آؼ‬ٝ ‫ني‬‫ني ًق‬ ً 99
‫ٓغ ٓص ٓق‬
Seandainya di tulis

(sebelum membaca ‫س‬ dan ‫ؽ‬ berdengung


dulu untuk bacaan Ikhfa`)

ٓ‫ال ٓ ٍٓص‬
Alif Laaa…..….m (3 alif) kemudian
berdengung dulu, Miii…..m (3 alif)
99
ٍ ‫ى‬
Shooo......d(3 Alif) Kemudian Qolqolah.
ٍ ‫ٍ ٍٍ ى‬
seandainya ditulis ‫ وآد‬٥‫ي‬٦ ‫ آلـ‬ٙ٣ً ‫ا‬

ٓ‫الٍٓر‬
Alif Laaa…..….m (3 alif) kemudian
berdengung dulu, Miii…..m (3 alif), Ro..(1
‫ ى‬٥ٍ ٍ‫ي‬٦ ‫ آل ٍـ‬ٍٙ ٣‫ا ى‬ 93
Alif) seandainya ditulis ‫را‬ ً
141
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Cara melafadzkan fawatihussuar diatas selain mad-madnya,
berlaku juga hukum-hukum tajwid lainya, sesuai dengan
takte‟nya.

ُ‫ال ْ َٖ ْر ُف َو ْالةْخــِ َساء‬


ِ
WAQAF DAN IBTIDA’
Ketika seseorang membaca al Qur`ân dan tidak mampu untuk
membaca satu surat atau satu qishah (cerita) dengan hanya satu kali
nafas, padahal dalam membaca al Qur`ân, tidak diperbolehkan untuk
mengambil nafas diantara dua kalimat ketika diwashalkan, seperti
halnya tidak diperbolehkan mengambil nafas ditengah-tengah kalimat
ketika diwashalkan, maka diwajibkan baginya untuk :
1. Memilih Waqaf untuk bernafas dan istirahat.
2. Menentukan ibtida‟ yang baik setelah bernafas dan istirahat.
Namun dua hal diatas (waqaf dan ibtida‟) jangan sampai
berakibat berubahnya ma‟na dan kefahaman ayat al Qur`ân, karena
dengan ma‟na dan kefahaman yang benar akan nampak mu‟jizat al
Qur`ân yaitu al I‟jaz (melemahkan musuh) dan tujuan al Qur`ân yaitu
diturunkan sebagai penjelasan dari Allah, juga sebagai hujjah untuk
mengalahkan orang-orang kafir.
Begitu pentingnya masalah waqaf da ibtida‟, maka Imam ahli
Qirâ`at menganjurkan dan menekankan untuk mempelajari serta
mengetahui masalah waqaf dan ibtida‟. Seperti yang dikatakan
Sayyidina Aly Bin Abi Thalib RA. Tentang masalah tartil dalam bab
tajwid, beliau berkata :
)994 ‫ ص‬,‫ٕرش‬٣‫ؿاءت ا‬ٞ٣‫جرش ىف ا‬٣‫ٮؼ (ا‬ٝ‫ح الٮ‬ٚ‫ٕؿ‬٦‫ جتٮيؽ احلؿكؼ ك‬٢‫رتدي‬٣‫ا‬
(Tartil adalah : Membuat bagus bacaan setiap huruf dan mengetahui
masalah waqaf )
Waqaf secara bahasa adalah berhenti atau menahan, sedangkan
menurut istilah adalah memutus atau menghentikan suara pada suatu
kalimat dalam waktu yang menurut kebiasaan (adat) cukup untuk

142
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
bernafas disertai niat untuk melanjutkan kembali kalimat-kalimat
Qur`ân yang dibaca, bukan berniat meninggalkan bacaan tersebut
(Nihayat al Qaul al mufiid hal. 153)
Ibtida‟ adalah Memulai membaca, baik untuk pertama kali atau
setelah melakukan waqaf, sedangkan washal adalah menyambung
atau meneruskan kalimat-kalimat al Qur`ân yang dibaca.
Secara garis besar waqaf dibagi menjadi 4 (empat) :
1. Waqaf Idhthirary yaitu berhenti karena terpaksa disebabkan suatu
hal, seperti kehabisan napas,batuk,bersin,menguap, lupa dan lain-
lain. Dalam keadaan seperti ini, Qâri` ‎‎̀ boleh berhenti dimana
saja. kemudian dia memulai lagi bacaannya dari tempat dimana
dia berhenti, jika ibtida‟ disitu dibenarkan, dalam arti tidak
merusak ma‟na kalimat.dan jika merusak arti kalimat, maka dia
wajib memulai dari pertama lagi dan berhenti pada tempat yang
dibenarkan.
2. Waqaf Intidzary yaitu berhenti menûn ‎‎ggu, artinya berhenti pada
satu kalimat untuk membaca macam-macamnya Qirâ`at karena
berbedanya riwayat bacaan. hal ini berlaku untuk Qâri` ‎‎̀ yang
membaca Qur`ânnya dengan Qirâ`at sab‟ah atau Qirâ`at „asyr.
3. Waqaf Ikhtibary yaitu berhenti karena ujian atau latihan , artinya
berhentinya Qâri` ‎ ketika dia diuji oleh gurunya bagaimana cara
mewaqafkan lafadz ‎tersebut pada waktu dia terpaksa berhenti
/waqaf, atau berhentinya Qâri` ‎ ketika mengajarkan suatu lafadz
‎dan ingin menerangkan lafadz ‎tersebut.
4. Waqaf Ikhtiyary yaitu berhenti yang di pilih,artinya Waqaf yang
di sengaja atau di pilih, bukan karena sebab-sebab yang telah
lewat pada nomor 1, 2 dan 3. Waqaf ikhtiyary di bagi menjadi 4
macam
)966-954-953 ‫ ص‬: ‫يؽ‬ٛ‫ٮؿ امل‬ٞ٣‫٭ةيح ا‬٩(
Pembagian Waqaf ikhtiyary menjadi 4, dikarenakan Waqaf ini
adakalanya bertempat pada lafadz ‎yang susunan kalimatnya sudah
sempurna, dan tidak ada hubungannya dengan lafadz ‎yang terletak
setelahnya, baik dari segi ma‟nawiyyah atau dari segi lafdziyyahnya.

143
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Dan adakalanya bertempat pada lafadz ‎yang susunan kalimatnya
sudah sempurna, tapi masih ada hubungan dengan lafadz ‎yang
terletak setelahnya, baik segi lafdhiyyah atau ma‟nawiyyahnya. dan
adakalanya bertempat pada lafadz ‎yang belum sempurna susunan
kalimatnya.
Sebelum kita mengetahui 4 macam dari Waqaf ikhtiyary, kita
harus terlebih dahulu mengetahui apa ta‟alluq ma‟nawy dan apa
ta‟alluq lafdzy tersebut? Yang di maksud ta‟alluq ma‟nawy adalah,
lafadz ‎yang diwaqafkan masih ada hubungan atau keterkaitan dengan
lafadz ‎setelahnya dalam segi ma‟na (arti/isi pembicaan)nya.
Sedangkan ta‟alluq lafdziyyah adalah lafadz ‎yang diwaqafkan
masih ada hubungan dengan lafadz ‎setelahnya dalam segi I‟rabnya.
Seperti lafadz ‎setelahnya menjadi sifat atau ma‟thuf dsb.
Adapun perincian dari ke 4 waqaf tersebut adalah:
1. Waqaf Tam yaitu waqaf pada lafadz ‎yang sudah sempurna
susunan kalimatnya dan tidak berhubungan dengan lafadz ‎yang
sesudahnya, baik dari segi ma‟nawiyyah maupun lafdziyyahnya,
dinamakan tam, karena sudah sempurnanya kalam tersebut secara
muthlaq, dalam arti sudah tidak berhubungan sama sekali dengan
lafadz ‎setelahnya. Pada umumnya waqaf tam terdapat pada akhir
suatu qishah, dan yang paling banyak terjadi di akhir ayat dan

َ ُ ۡ َ َ َ َّ َ ٓ ۡ َ َْ ُ
akhir surat, dan terkadang terdapat sebelum akhir ayat seperti :
34 ٢٧‫ اجل‬٣٤ ‫َو َج َػي ٓٔا أغ َِّزةَ أْي ِ َٓا أذِىث َوكذٰل ِم َحف َػئن‬

ُ َ ٰ َ ۡ ُ ٰ َ ۡ َّ َ َ َ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ّ َّ َ َ ۡ َ َّ
terkadang juga terdapat di pertengahan ayat seperti :
َ
٢٩ ‫ىلد أضي ِِن غ َِ ٱَّلِن ِر بػد إِذ جاء ِِن ۗ وَكن ٱلشيطَ ل َِِلنس َِ خذوَل‬
)99 ‫ أيح‬99 ‫ةف صـء‬ٝ‫ؿ‬ٛ٣‫(ا‬
terkadang juga terdapat setelah habisnya ayat di tambah satu
َّ َ ُّ ُ َ َ ۡ ُ َّ
َ ‫ون َغيَ ۡيًٓ ٌُّ ۡطتد‬
kalimat seperti :
)937 ‫ةت أيح‬ٚ‫ َوبِٱَلۡ ِوۚ (الىة‬١٣٧ ‫ي‬ ِ ِ ِ ‫ِإَوُسً َلٍر‬
Hukumnya adalah baik untuk berhenti pada waqaf tam
tersebut dan memulai pada lafadz ‎setelahnya.

144
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

2. Waqaf Kafi yaitu pada lafadz ‎yang sudah sempurna susunan


kalimatnya, tetapi masih berhubungan dengan lafadz ‎setelahnya
dalam segi ma‟nawiyyahnya saja. Di namakan kafi, karena Qâri`
dicukupkan (di perbolehkan) berhenti pada lafadz ‎tersebut dan
Ibtida‟ pada lafadz ‎setelahnya sebagaimana pada waqaf tam. Yang
banyak waqaf kafi terdapat pada akhir ayat atau di tengah-tengah
ayat yang ma‟nanya (isi cerita/ pembicaraannya) belum habis, tapi

ٍ ‫ى‬
kalimat setelahnya sudah tidak berkaitan dalam segi
lafdhiyyahnya, seperti kita waqaf pada lafadz ٨٦ً ‫ ال ييؤ‬dalam surat
‫ى ىى ي ىى يي‬
al Baqarat ayat 6 dan ibtida` pada lafadz ٥ٍ ‫ ٍٮبً ً٭‬٤ٝ ‫اهلل ىلع‬ ٥‫ػذ‬
pada ayat yang ke 7. Hukumnya adalah baik untuk berhenti pada
waqaf Kafi dan ibtida pada lafadz ‎setelahnya.
3. Waqaf Hasan yaitu waqaf pada lafadz ‎yang sudah sempurna
susunan kalimatnya tapi masih berhubungan dengan lafadz
‎setelahnya dalam segi ma‟nawiyyah dan lafdziyyah. Di namakan
hasan karena baiknya waqaf pada lafadz ‎tersebut seperti waqaf
pada lafadz ٥‫ الؿظي‬٨‫ الؿمح‬atau ‫ؽهلل‬٧‫احل‬ Hukumnya sebagaimana
berikut:
a. Baik bagi Qâri` berhenti pada waqaf hasan dan ibtida` pada lafadz
‎setelahnya jika memang merupakan Ra`su Ayat (akhir ayat)
seperti waqaf pada lafadz : ‫ٕةملني‬٣‫ؽ هلل رب ا‬٧‫احل‬
b. Baik bagi Qâri` untuk berhenti pada waqaf hasan, akan tetapi jika
bukan akhir ayat maka tidak boleh ibtida` pada lafadz ‎setelahnya
bahkan harus mengulangi pada kalimat yang tepat. Seperti waqaf
pada lafadz ‫ؽهلل‬٧‫احل‬ tidak boleh ibtida` pada lafadz ‫ٕةملني‬٣‫رب ا‬
bahkan harus mengulangi lagi dari lafadz ‫ؽ هلل‬٧‫احل‬

145
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
Catatan Penting :
Dianggap baik (bahkan disunnatkan) waqaf pada akhir ayat
dalam waqaf hasan. (walaupun masih ada hubungan dengan lafadz
‎setelahnya dalam segi lafdhiyyah) karena mengikuti sunah Nabi
Muhammad SAW. sebagaimana keterangan dalam kitab minnahul
fikriyah Hal 59 yang berbunyi :
٫‫ أثي‬٨ٔ ٫‫ ثؿكايذ‬ٙ٪‫ املى‬٨‫ؿق اث‬٠‫ح ملة ذ‬٪‫ ىلع رؤكس األم ق‬ٙٝ‫ أف الٮ‬٥٤ٔ‫ ا‬٥‫ز‬
‫ُٓ أيح أيح‬ٝ ‫ؿأ أيح‬ٝ ‫٭ة “كف إذا‬٪ٔ ‫ح ريض اهلل دٕةىل‬٧٤‫ اىل أـ ق‬٢‫ؽق املذى‬٪‫بك‬
ٙٞ‫ ي‬٥‫ٕةملني ز‬٣‫ؽ هلل رب ا‬٧‫ٮؿ احل‬ٞ‫ ي‬٥‫ ز‬ٙٞ‫ ي‬٥‫ ز‬٥‫ الؿظي‬٨‫ اهلل الؿمح‬٥‫ٮؿ بك‬ٞ‫ي‬
. ‫ذىه‬٩‫ “ ا‬ٙٞ‫ ي‬٥‫ ز‬٥‫ الؿظي‬٨‫ٮؿ الؿمح‬ٞ‫ ي‬٥‫ز‬

Akan tetapi menurut ulama waqfi seperti Imam Sajawandi dan


Shahibul khulashah dll. Hadits yang memberi pengertian waqaf pada
setiap ayat tadi di arahkan pada hukum jawaz (boleh berhenti, boleh
tidak), jadi kalau kalamnya belum sempurna atau masih ada ta‟alluq
lafdziyyah, maka tetap baik untuk diwashalkan.dan kalau waqaf pada
lafadz ‎yang ma‟nanya belum sempurna, maka yang baik di ulangi
lagi, seperti waqaf pada ayat ke 4 surat al Ma‟un yang berbunyi : ٢‫ٮي‬ٚ

‫ني‬٤‫ى‬٧٤‫ ل‬kalau ibtida‟ lebih baik di ulangi lagi, jangan ibtida‟ dari
lafadz ‎setelahnya.

4. Waqaf Qabih yaitu waqaf pada lafadz‎/kalam yang belum


sempurna atau belum dapat difahami maksudnya. hukumnya Qâri`
tidak boleh berhenti (waqaf pada lafadz ‎tersebut dengan sengaja)
namun diperbolehkan dalam keadaan dlarûrat, ikhtibâr atau
Intidzhâr. Tinjauannya waqaf qabih ada 2 (dua) hal yaitu :
a. Waqaf pada kalam yang belum bisa di paham ma‟nanya, karena
kuatnya keterkaitan dengan lafadz setelahnya baik dari segi
ma‟nawiyyah dan lafdziyyahnya sebagaimana waqaf pada

146
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

lafadz ٥‫ بك‬dari lafadz ‫اهلل‬ ٥‫ بك‬karena keduanya adalah mudlaf


dan mudlaf ilaih yang tidak boleh dipisahkan. dan juga waqaf
pada mubtada` tanpa menyebutkan khabarnya, „amil rafa‟
tanpa marfu‟nya, „amil nashab tanpa manshubnya, syarat tanpa
jawabnya, maushul tanpa shilahnya, dimana semua itu
berakibat tidak sempurnanya kalam tanpa menyebutkan
pasangannya masing- masing .
b. waqaf pada lafadz ‎yang memberikan kesan (kepahaman) sifat
yang tidak pantas untuk Allah SWT. atau memberikan
pengertian/kepahaman yang tidak dikehendaki oleh Allah

ٍ‫ل ى ى ىٍ ى‬
SWT. ini adalah waqaf yang paling jelek, seperti waqaf pada
lafadz ‎: ‫ْح‬
ً ‫ ًإف اهلل اليكذ‬96 ‫ؿة‬ٞ‫( ىابل‬sesungguhnya Allah tidak
ٍ‫ل ى ى‬
malu). atau pada lafadz ‫) إًف اهلل ال ح٭ ًؽل‬59 ‫( (املة اؽة‬sesungguhnya
‫ىي ى ل‬
allah tidak memberi petunjuk) atau pada lafadz : ‫اذلل‬ ً ‫ذج ً٭خ‬
‫ ىؿ ىك ي‬ٛ‫ز ى‬
‫اهلل‬
‫ى‬
(958 ‫ؿة‬ٞ‫( )ابل‬maka bingunglah orang kafir dan Allah).
Yang lebih jelek serta buruk dari yang atas adalah waqaf pada
kalimat manfi dimana setelahmya terdapat huruf ijab, sebagaimana
waqaf pada lafadz ‎: ‫هل‬
‫ًإ و‬٨ٍ ٦ً ‫ة‬٦‫( ىك ى‬tiada tuhan) dari firman Allah SWT.
‫ى‬ ‫ى‬
yang berbunyi : ‫هل ًإالاهلل‬ ‫ ًإ و‬٨ٍ ٦ً ‫ة‬٦‫( ىك‬tiada tuhan selain Allah) atau
‫ى ى ىٍ ى ٍى ى‬
waqaf pada lafadz ‎: ‫ةؾ‬٪٤‫ة أرق‬٦‫( ك‬dan aku “Allah“ tidak mengutusmu
muhammad) dari firman Allah SWT.
‫ى ى ى ٍ ى ٍى ى ى ي ى ن ى ى ٍ ن‬
‫ ًؾيؿا‬٩‫برشا ك‬٦ ‫ةؾ ًإال‬٪٤‫ة أرق‬٦‫ك‬
(dan aku “Allah” tidak mengutusmu Muhammad kecuali sebagai
pemberi khabar gembira dan pemberi ancaman) dan masih banyak
lagi, maka berhati-hatilah.

147
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

Keterangan:
Diharamkan bagi pembaca al Qur`ân berhenti pada waqaf qabih
yang berakibat timbulnya kesan bahwa Allah SWT. mempunyai sifat
yang tidak patut bagi-Nya, atau berakibat rusaknya ma‟na atau
berubahnya ma‟na al Qur`ân, keharaman ini jika di lakukan dengan
sengaja (tidak dalam keadaan dlarurat atau terpaksa) serta
mengetahui arti dan ma‟nanya, bahkan jika sampai mengi‟tiqadinya
juga meyakini , maka dapat menjadikan kufur atau bahkan murtad.
“Na‟udu billah min dzalik”. jika tidak tahu mengenai hal ini, maka
tidak mengakibatkan kufur.
Betapa rumit sekaligus pentingnya pengetahuan dan pemahaman
dalam bab waqaf dan ibtida` ini, maka hendaknya seorang Qâri`
benar-benar memperhatikan masalah ini walaupun kita tahu terdapat
keterangan yang menjelaskan bahwa :
‫ةهل قػجت‬٦ ‫ كصت * كالظؿاـ ٗري‬ٙٝ‫ ك‬٨٦ ‫ؿءاف‬ٞ٣‫حف ىف ا‬٣‫ك‬
Didalam al Qur`ân tidak ada waqaf yang wajib andaikan Qâri`
meninggalkanya, maka dia berdosa dan tidak ada waqaf haram yang
seandainya Qâri` melakukannya maka dia akan berdosa, kecuali ada
sebab lain yang menyebabkan keharaman waqaf dan menimbulkan
dosa bila sengaja dilakukan, sebagaimana waqaf pada lafadz ٨٦ ‫ة‬٦‫ك‬
‫ٍي‬ ٍ ٍ‫ى‬
‫ اهل‬dan lain sebagainya yang terdapat pada bab ٙ‫ ال ىٮر‬٫ً ٍ‫ة َي يؿ يـ ًذي‬٦‫ ى‬,
namun bagi kita (santri yang relatif sedikit faham dengan bahasa al
Qur`ân) hendaknya berhati-hati sekali dalam hal tersebut (haram
waqaf karena ada suatu sebab) dan kita biasakan diri untuk
mempraktekkan dalam membaca al Qur`ân, dan apa-apa yang yang
telah kita ketahui dengan dasar yang shahih dari para ulama ahlinya.
“Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan taufiq & hidayahnya
kepada kita sekalian” AMIEN…

148
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
ُ َْْ ْ َُُْ َ
‫َا َيصم ذِي ِٓ الٖرف‬
BACAAN HARAM WAQAF
Bacaan yang haram diwaqafkan, apabila sengaja diwaqafkan
ada 17 tempat, maksudnya waqaf dengan sengaja pada 17 tempat ini
adalah hukumnya haram isthilahi yang berarti tidak haram syar‟i,
dalam artian berdosa, selagi tidak ada maksud-maksud tertentu yang
dapat menyebabkan haram syar‟i atau bahkan kufur. serta tidak
mengulang dan menyambungkannya baik ada tanda waqaf atau tidak,
seperti waqaf pada akhir kalimat seperti contoh di dalam al Qur`ân :
‫األيح‬ ‫الكٮرة‬ ‫اجلـء‬ ٙٝ‫ ظؿاـ الٮ‬٢‫حم‬ ‫ؿة‬٧٩
َ َ
ۡ ٓ َ ٓ ََ
97 ‫ؿة‬ٞ‫ابل‬ 9 ‫ في ٍَّا أضا َءت ٌَا َخ ۡٔ َُلۥ‬9
ْ ُ ُ ُ َّ ُ ُ َ َ َ َ
943 ‫ؿة‬ٞ‫ابل‬ 9 ‫ ذلال لًٓ ٱَّلل مٔحٔا‬9
989 ‫ؿاف‬٧ٔ ‫آؿ‬ 4 ‫ ه‬ٞ‫ى‬ٚ ‫اهلل‬
‫ري‬ ‫ إ لف ى‬3
ً ً
‫ي‬ ‫ىىى ى‬
39 ‫املةاؽة‬ 6 ‫اهلل ٗ ىؿاثنة‬ ‫ر ي‬ ٕ‫ ذج‬4
‫ى ٍ ي ي ى ي‬٣‫ىة‬ٝ‫ىك‬
64 ‫املةاؽة‬ 6 ً ‫خ احلى٭ٮد يؽ ا‬
‫هلل‬ ً 5
‫ل ى ى ي‬
73 ‫املةاؽة‬ 6 ‫ر‬٣ً ‫اهلل زة‬ ‫ ًإف‬6
‫ى‬
84 ‫املةاؽة‬ 7 ‫ةجلىة‬٦‫ ىك ى‬7
‫ىى ى ٍ ي‬
31 ‫اتلٮبح‬ 91 ‫خ احلى ي٭ٮد‬ ً ٣‫ة‬ٝ‫ ك‬8
‫اجل ىى ى‬ ‫خ ل‬ ‫ى ىى‬
31 ‫اتلٮبح‬ 91 ‫ةرل‬ ً ٣‫ة‬ٝ‫ ك‬9
8 ٙ‫يٮق‬ 99 ‫ني‬ ‫ج‬ ٦ ‫ىىف ىً ىالؿ ي‬٣
‫و ً و‬ ً 10

149
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ى‬
‫‪99‬‬ ‫إثؿا‪٥٬‬‬ ‫‪93‬‬ ‫‪ 11‬ىك ى‪٦‬آ أ ٍجذي ٍ‪ ٥‬ث ي‪ٍِ ٧‬رْص ً ل‬
‫خ‬ ‫ً ً‬
‫ي ى‬ ‫ى ىل ٍ ى ى‬
‫‪999‬‬ ‫اإلِساء‬ ‫‪95‬‬ ‫‪ 12‬ل ٍ‪ ٥‬حذ ًؼؾ ىك ندلا ىكل ٍ‪ ٥‬يىس ٍ‪ ٨‬يهل‬
‫َ ۡ َ ٰ َ ٰ َ َّ‬
‫ٱىذٰنِر َ‬
‫‪35‬‬ ‫األظـاب‬ ‫‪93‬‬ ‫يَ‬ ‫ِ‬ ‫جو‬ ‫وٱىح ِفظ ِ‬ ‫‪13‬‬
‫ابل‪٪‬ى‬
‫ى‬ ‫ى ٍ ى ى ٍ‬
‫الىة‪ٚ‬ةت ‪953‬‬ ‫‪93‬‬ ‫ةت‬‫ً‬ ‫أوُىف‬ ‫‪14‬‬
‫َ َّ َ َ‬ ‫َّ‬
‫‪93‬‬ ‫ا‪٘٣‬ةميح‬ ‫‪31‬‬ ‫إَِل ٌََ ح َٔ ٰل َوكف َر ‪٢٣‬‬ ‫‪15‬‬
‫ۡ‬ ‫َّ ۡ َ ٰ َ َ ُ‬
‫‪9‬‬ ‫ا‪ِٕ٣‬رْص‬ ‫‪31‬‬ ‫ّس ‪٢‬‬
‫ٱۡلنسَ ى ِِف خ ٍ‬ ‫إِن ِ‬ ‫‪16‬‬
‫‪4‬‬ ‫املةٔٮف‬ ‫‪31‬‬ ‫‪ٚ‬ى ىٮيٍ ه‪ ٢‬ل‪ ٍ٤‬ي‪ ٧‬ىى‪ ٤‬ى‬
‫ني‬ ‫ً‬ ‫‪17‬‬

‫ُ ُْ ُ ََْ‬
‫اف‬
‫رمٖز األوم ِ‬
‫‪ISYARAT WAQAF‬‬
‫‪Perlu sekali bagi pembaca al Qur`ân untuk mengetahui isyarat‬‬
‫‪(tanda) waqaf, yang sudah di tulis di dalam al Qur`ân, supaya dapat‬‬
‫‪memperoleh keutamaan, yaitu :‬‬
‫األكىل‬ ‫امل‪ٞ‬ىٮد‬ ‫الؿمٮز‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ك‪ٙٝ‬‬ ‫الزـ‬ ‫ـ‬ ‫‪9‬‬
‫ك‪ٙٝ‬‬ ‫‪ٜ٤ُ٦‬‬ ‫ط‬ ‫‪9‬‬
‫ك‪ٙٝ‬‬ ‫صةاـ‬ ‫ج‬ ‫‪3‬‬
‫ك‪ٙٝ‬‬ ‫وي٘ح ‪ ٢ٕٚ‬أمؿ‬ ‫‪ٙٝ‬‬ ‫‪4‬‬
‫ك‪ٙٝ‬‬ ‫الٮ‪ ٙٝ‬أكىل‬ ‫‪ًٝ‬ل‬ ‫‪5‬‬

‫‪150‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

٢‫كو‬ ‫دلٮز‬ ‫ز‬ 6


٢‫كو‬ ‫مؿػه‬ ‫ص‬ 7
٢‫كو‬ ‫جيط‬ٝ / ٙٝ‫ ك‬٢‫ي‬ٝ ‫ؽ‬ 8
٢‫كو‬ ‫ أكىل‬٢‫الٮو‬ ‫وًل‬ 9
٢‫كو‬ ٫‫ي‬ٚ ٙٝ‫ال ك‬ ‫ال‬ 10
‫ة‬٧٬‫ ىف أظؽ‬ٙٝ‫الٮ‬ ‫ح‬ٞ٩‫ٕة‬٦ .’. - .’. 11
٢‫كو‬ ‫مؿػه‬ ‫ص‬ 7
(Semua waqaf sebaiknya dikembalikan kepada guru kita)

َ ْ ُْ ْ َ َّ ٌ ْ ُ ُ
‫رمٖز اً ِِت ِف خص ِف الُطد ِف‬
TANDA - TANDA
YANG TERDAPAT PADA PINGGIR MUSHAF
‫األكىل‬ ‫ىٮد‬ٞ‫ؿة الؿمـ امل‬٧٩
tempat ruku‟nya Nabi Muhammad SAW,
ketika shalat.
‫رًلٮع‬ ‫ع‬ 9
tempat berhentinya bacaan atau riwayat
‫ؿاء‬ٞ٦ ‫ء‬ 9
tempat sujud setiap ada tanda ‫ الكضؽة‬di
pinggir al Qur`ân, disunatkan melakukan
‫الكضؽة‬ 3
sujud tilawat.

151
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

َِ ‫َظ ْج َسةُ اتل َلوة‬


SUJUD TILAWAT
Setiap orang yang membaca atau mendengarkan bacaan al
Qur`ân disunatkan sujud tilawat ketika sampai pada ayat sajdah yang
akan di sebutkan di bawah ini, adapun bacaan do‟anya sebagai
‫ى ى ى ى ٍ ى ل‬
berikut:
‫ةر ىؾ‬ ‫ ىكبى ى ى‬٫‫ ىٕ ي‬٧ٍ ‫ ىق‬ٜ‫ ىك ىو لٮ ىر يق ىك ىم ل‬٫‫ ي‬ٞ‫ى ى‬٤‫زلل ىػ‬
‫ ىذذىجى ى‬٫‫ي لٮد‬ٝ‫ِرْص يق ِبى ٍٮ ً ًهل ىك‬
ً ً ‫يه ل‬
ًً ً ً ‫قضؽ كص‬
‫ى‬.‫ني‬ٞ٣‫ اخلىة‬٨‫اهلل أى ٍظ ىك ى‬
ٍ ‫ي‬
ًً
Baik membaca ayatnya ketika shalat atau diluar shalat.
Apabila membacanya didalam shalat, tidak boleh takbiratul
ihram, sebab sudah termasuk takbiratul ihramnya shalat, dan tidak
boleh salam karena masih berada dalam shalat.
Apabila diluar shalat, maka harus memulai dengan melakukan
takbiratul ihram, kemudian sujud satu kali dengan membaca do‟a
yang telah disebutkan diatas, dan di akhiri dengan salam.
Apabila tidak melakukan sujud tilawat maka boleh di ganti
dengan membaca al baqiyatusshalihat di bawah ini :

ٍ ‫ى‬ ٍ ‫ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ ٍ ي‬ ‫ي ٍ ى ى‬


× 3 ‫هلل ل ىكآل ًإ ىهل ًإالاهلل كاهلل أكرب‬
ً ً ‫ؽ‬٧‫هلل ىكاحلى‬ً ‫قجعةف ا‬
ٍ ‫ى‬ ‫ى ى ٍ ى ى ي ل ى ٌى‬
× 9 ٥ٍ ٍ‫ ىٕ ًْي‬٣‫ٕ ًٌل ا‬٣‫ا‬ ً ً‫ٮة إًالثة‬ٝ‫ىكالظٮؿ ىكال‬
‫هلل‬

Keterangan ayat-ayat dan surat yang terdapat sujud tilawat :


‫األيح‬ ‫اجلـء الكٮرة‬ ‫ قضٮد اتلالكة‬٢‫حم‬ ‫ؿة‬٧٩
ُ َ َ َ َّ َّ
916 ‫األٔؿاؼ‬ 9 ٢٠٦ ۩‫ وَلۥ َۤنوُدُجۡسَي‬- َ‫ إِن ٱَّلِي‬9
95 ‫الؿٔؽ‬ 93 َ ‫ َو‬- ‫ َوِۤهَّلِل ُۤدُجۡسَي‬9
١٥ ۩‫ٱٓأۡلضا ِل‬

152
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫َ‬ ‫ۡ‬
‫‪51-49‬‬ ‫اجلع‪٢‬‬ ‫‪94‬‬ ‫َوِۤهَّلِل ُۤدُجۡسَي ‪ - ٤٩ -‬يُؤ َم ُرون۩ ‪٥٠‬‬ ‫‪3‬‬
‫ُ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُۡ‬
‫‪919‬‬ ‫اإلِساء‬ ‫‪95‬‬ ‫كو َءاٌ ُِِٔا ‪ - ١٠٨ - ١٠٧ -‬خشَٔع۩ ‪١٠٩‬‬ ‫‪4‬‬
‫ُ‬ ‫ُ ْ َ َٰٓ َ‬
‫‪58‬‬ ‫مؿي‪٥‬‬ ‫‪96‬‬ ‫س ّيا۩ ‪٥٨‬‬
‫ِ‬ ‫ب‬ ‫َ‬
‫و‬ ‫ۤاٗدَّجُس‬ ‫ْۤاوُّرَخ‬ ‫‪-‬‬ ‫م‬ ‫أولئ ِ‬ ‫‪5‬‬
‫َ ٓ‬ ‫َ َ ۡ َ َ َ َّ َّ َ َّ َّ َ ۡ ُ‬
‫‪98‬‬ ‫احلش‬ ‫‪97‬‬ ‫ٱَّلل َحف َػو ٌَا يَشا ُء۩ ‪١٨‬‬ ‫ألً حر أن ٱَّلل ‪ -‬إِن‬ ‫‪6‬‬
‫َ‬ ‫َ َٰٓ َ ُّ َ َّ َ َ َّ ُ ُ ۡ‬
‫‪77‬‬ ‫احلش‬ ‫‪97‬‬ ‫ِيَ ‪ -‬ى َػيس ًۡ تفي ُِدٔن۩ ‪٧٧‬‬
‫يأحٓا ٱَّل‬ ‫‪7‬‬
‫َ ُ ُُ‬ ‫َ َ‬
‫‪61‬‬ ‫ا‪ٛ٣‬ؿ‪ٝ‬ةف‬ ‫‪99‬‬ ‫ِإَوذا رِيو ‪َ -‬و َزادْ ًۡ جفٔرا۩ ‪٦٠‬‬ ‫‪8‬‬
‫ۡ‬ ‫ۡ‬
‫‪95‬‬ ‫اجل‪٢٧‬‬ ‫‪99‬‬ ‫ۤاَّلَأ ْۤاوُدُجۡسَي ‪َ - ٢٥ -‬ر ُّب ٱى َػ ۡر ِش ٱى َػ ِظي ًِ۩ ‪٢٦‬‬ ‫‪9‬‬
‫َّ َ ُ ۡ ُ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ‬
‫‪95‬‬ ‫الكضؽة‬ ‫‪99‬‬ ‫ِبون۩ ‪١٥‬‬
‫‪ 10‬إِجٍا يؤٌَِ ‪ -‬وًْ َل يصخه ِ‬
‫‪94‬‬ ‫ص‬ ‫‪93‬‬ ‫م ‪َ -‬وَّۤرَخ ۤاٗعِكاَر َو َأَُ َ‬
‫اب۩ ‪٢٤‬‬
‫َ َ ََ ۡ َ ََ َ‬
‫‪ 11‬كال ىلد ظيٍ‬
‫َُ ۡ َ َۡ َ َ‬ ‫َ‬
‫‪ٚ‬ى‪٤‬خ ‪38-37‬‬ ‫‪94‬‬ ‫سٔ ٍُٔن۩ ‪٣٨‬‬ ‫‪َ 12‬وٌ َِۡ َءايٰخِِّ ‪ - ٣٧-‬وًْ َل ي‬
‫ۡ ْ‬
‫‪69‬‬ ‫اجلض‪٥‬‬ ‫‪97‬‬ ‫‪ْۤ 13‬اوُدُجۡسٱَف ِۤهَّلِل َوٱخ ُت ُدوا۩ ‪٦٢‬‬
‫ُۡ ُ َ‬ ‫َ ُ َ ََ‬
‫‪99‬‬ ‫اإلنن‪ٞ‬ةؽ‬ ‫‪31‬‬ ‫ِإَوذا كرِئ غي ۡي ِٓ ًُ ٱىل ۡر َءان َل َۤنوُدُجۡسَي۩ ‪٢١‬‬ ‫‪14‬‬
‫‪99‬‬ ‫ا‪ٜ٤ٕ٣‬‬ ‫‪31‬‬ ‫تب۩ ‪١٩‬‬
‫َ َۡ‬ ‫َ َّ َ ُ ۡ ُ َ‬
‫‪َ 15‬ك َل ح ِعػّ وۤۡدُجۡسٱ وٱر ِ‬

‫‪153‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫َءايَ ٌث َد ََع ذِ ْي َٕا انلَِّبُّ‬


‫ِ‬
‫‪AYAT-AYAT YANG YANG DIBERI DO’A OLEH NABI‬‬

‫‪Sebaiknya para Qâri` mengetahui dan mengamalkan bacaan-‬‬


‫‪bacaan yang sudah di kerjakan oleh Rasulallah SAW. berupa do‟a‬‬
‫‪takbir dan tasbih pada akhir ayat atau akhir surat yang tersebut di‬‬
‫‪bawah ini :‬‬
‫ادلَعء‬ ‫حم‪ ٢‬ايح دَع ‪ٚ‬ي٭ة اجلىب‬ ‫‪٧٩‬ؿة‬
‫ٍ‬
‫ادل لم‬
‫اٗ‪ٍ ٛ‬ؿ ىل ىكل ىٮ ى‬
‫آ‪٦‬ني ‪ /‬رب ً ً ً ً‬
‫ى‬
‫ٍيٍ ٍى‬
‫ني آ‪ٍ ٍ ٦‬‬ ‫أػؿ قٮرة ا‪ٛ٣‬ةحتح‬ ‫‪9‬‬
‫ني‬ ‫ىكلً‪٧٤‬ؤ ً‪ً ٪ً ٦‬‬
‫ي‬ ‫ى‬ ‫أػؿ أيح ‪ 986‬قٮرة ابل‪ٞ‬ؿة ى ى ى ٍ‬
‫أ‪٩‬ة أم٭ؽ ثً ً‪٫‬‬ ‫ى ى ىى ى‬ ‫‪9‬‬
‫(ك ًإذا ىقأل‪ًٔ ٟ‬جىة ًدل)‬
‫آ‪٦‬ني‬ ‫أػؿ قٮرة ابل‪ٞ‬ؿة‬ ‫‪3‬‬
‫ىى ى ٍ‬ ‫أػؿ أيح ‪ 98‬قٮرة آؿ‬
‫أ‪٩‬ة أم ى٭ يؽ ثً ً‪٫‬‬ ‫ى ى‬ ‫‪4‬‬
‫ٔ‪٧‬ؿاف (م ً٭ ىؽ يهل)‬
‫أهلل أى ٍك ىربٍ‬‫ي‬ ‫أػؿ قٮرة اإلِساء‬ ‫‪5‬‬
‫ىىٍى ىى ى ه‬ ‫اهلل ىػ ٍ ه‬ ‫ي‬
‫كأبًف كأص‪٢‬‬ ‫ري‬ ‫أػؿ أيح ‪ 59‬قٮرة اجل‪٢٧‬‬
‫ى ٍ‬ ‫ي ى ٍه ىل يٍ ي‬ ‫‪6‬‬
‫ىكأك ىؿ ٍـ‬ ‫رشًلٮف)‬
‫(اهلل ػري أ‪٦‬ة ي ً‬
‫ٍ ى ى ى ى ي ى‬
‫سؾ ي‬ ‫ىالب ىنيٍ‬ ‫ى ى‬
‫ب‬ ‫ئ ً‪ ٟ٧ً ًٕ٩ ٨٦‬رب‪٪‬ة ‪٩‬‬ ‫ً و‬ ‫ىف لك أيح (‪ً ٚ‬جأم‬
‫ٍ‬ ‫ىى ى‬ ‫ي ي ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫‪7‬‬
‫‪ ٟ٤ٚ‬احل ى ٍ‪ ٧‬يؽ‬ ‫آالء ىًربس ى‪٧‬ة دسؾثىةف)‬

‫‪154‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫قٮرة الؿمح‪٨‬‬
‫ىف لك أيح (أى ٍـ ىْنٍ‪٨‬ي‬
‫ى ىٍ‬ ‫ٍ ي‬
‫اخلىة ً‪ٞ٣‬ٮف ‪ ,‬أ ٍـ ْن ي‪٨‬‬
‫ةرِّ‬ ‫خ يى ى‬ ‫ثى ٍ‪ ٢‬أى‪ ٍ ٩‬ى‬ ‫ى ىٍ‬
‫ار ئٮف ‪ ,‬أ ٍـ ْن ي‪٨‬‬ ‫ل‬
‫الـ‬ ‫‪8‬‬
‫ً‬
‫‪٪‬ػـليٮف ‪ ,‬أى ٍـ ىْنٍ‪٨‬ي‬ ‫ال ٍ ي‪ٍ ٧‬‬
‫ً‬
‫ٍ ٍ‬
‫ال ي‪٧‬ج ًنبيٮف) قٮرة الٮا‪ٕٝ‬ح‬
‫ي‪٥‬‬ ‫ةف ىر ى ٍ ى‬ ‫ي ٍ ى ى‬
‫ِّ ا‪ً ًْ ٕ٣‬‬ ‫قجع‬ ‫أػؿ قٮرة الٮا‪ٕٝ‬ح‬ ‫‪9‬‬
‫ني ‪/‬‬‫هلل يىأٍدح‪٪‬ىة ث‪ ٫‬ىك ي‪ ٬‬ىٮ ىر ُّب ا‪ ٍ٣‬ىٕةلى‪ ٧‬ى‬ ‫ا ي‬
‫ً‬ ‫ً ًً‬
‫ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫اهلل ىر ُّب ا‪ ٍ٣‬ىٕةلى‪ ٧‬ى‬
‫ني يىةذا اجلىال ًؿ‬ ‫ً‬
‫ي‬ ‫أػؿ قٮرة امل‪ٟ٤‬‬ ‫‪91‬‬
‫ٍ ٍ ى‬ ‫ى‬
‫إلقالـً‬ ‫ا‬ ‫‪٨‬‬ ‫ي‬ ‫د‬
‫ً‬
‫ٍى ىى‬
‫ىلع‬ ‫ة‬‫‪٪‬‬ ‫ذ‬ ‫‪٦‬‬
‫ً‬ ‫أ‬ ‫اـً‬ ‫ؿ‬‫ىكاٍإل ٍ‪ ٠‬ى‬
‫ً ً‬ ‫ً‬
‫ي ٍ ى ى ى ى ٍى ٍ‬
‫ثىًل ‪ ,‬قجعةف ريب االىلع‬ ‫أػؿ قٮرة ا‪ٞ٣‬ية‪٦‬ح‬ ‫‪99‬‬
‫أ ى‪ ٦‬ل‪٪‬ة ثةهلل ىر ُّب ا‪ ٍ٣‬ىٕةلى‪ ٧‬ى‬ ‫ى‬
‫ني‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫أػؿ قٮرة املؿقالت‬ ‫‪99‬‬
‫أػؿ أيح ‪ 94‬قٮرة ا‪٘٣‬ةميح‬
‫ى ٍ‬ ‫ى ٍ‬ ‫اهلل ا‪ ٍ٣‬ىٕ ىؾ ى‬
‫(ذيي ىٕؾثي ي‪ ٫‬ي‬ ‫ى‬
‫ىرب أ ًٔؾ ًِّن ً‪ ٨ٍ ٦‬ىٔؾاثً‪ٟ‬‬ ‫اب‬ ‫‪93‬‬
‫رب)‬‫ا ٍ ىال ٍ‪ ٠‬ى ٍ‬
‫ةقبٍن ًظ ىكةثنة يىك ٍ ن‬
‫ريا‬ ‫ى ى‬
‫ً‬ ‫رب ظ ً ً‬ ‫أػؿ قٮرة ا‪٘٣‬ةميح‬ ‫‪94‬‬
‫ي ٍ ى ى ى ى ٍى ٍ‬
‫يب االىلع‬ ‫قجعةف ر‬ ‫أػؿ أيح ‪ 9‬قٮرة األىلع‬ ‫‪95‬‬

‫‪155‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ى ٍى ٍ‬ ‫(قجط ٍ‬
‫ى‬
‫اق ى‪ ٥‬ىرب‪ ٟ‬االىلع)‬ ‫ً‬
‫ىٍ ى ل ى‬
‫آت ج‪ًِ ٛ‬س ت‪ ٞ‬ىٮا‪٬‬ة ىك ىزٌل‪٬‬ة ‪,‬‬
‫ىٍ‬ ‫ى ٌي ل‬
‫ال‪٤‬٭‪ً ٥‬‬
‫ري ى‪ ٨ٍ ٦‬ىز لٌل ى‪٬‬ة ‪ ,‬أى‪ ٍ ٩‬ى‬
‫خ ىك ً ُّحل ى٭ة‬ ‫خ ىػ ٍ ه‬ ‫‪ 96‬أػؿ أيح ‪ 7‬قٮرة الن‪٧‬ف أى‪ ٍ ٩‬ى‬
‫ىى ى ل ى‬ ‫ىىٍ‬
‫ى‬
‫ىىٍ ى‬ ‫ة)‬ ‫ا‪٬‬‬‫ٮ‬ ‫ق‬ ‫ة‬ ‫‪٦‬‬ ‫ك‬ ‫ف‬‫و‬ ‫‪ٛ‬‬ ‫(كج‬
‫كمٮال‪٬‬ة‬
‫احل‪٧‬ؽهلل (‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ةؿ النيغ ٔ‪٧‬ؿ‬
‫‪ 97‬أػؿ قٮرة الٌىح‬
‫وة‪٣‬ط احلةج ال‪ٛ٧١‬يىك)‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫ى ىى ىى‬
‫ثىًل ىكأ‪٩‬ة ىلع ذلً‪ ٦ً ٟ‬ى‪ ٨‬النة ً‪ً ٬‬ؽيٍ‪٨‬‬ ‫‪ 98‬أػؿ قٮرة اتلني‬
‫اهلل أى ٍك ى ٍ‬
‫رب‬ ‫رب ىآلإ ىهل إ ٌىال ي‬
‫اهلل ىك ي‬ ‫اهلل أى ٍك ى ٍ‬
‫ي‬ ‫ىف لك أػؿ الكٮرة ‪٨٦‬‬
‫ً ً‬
‫ٍ‬ ‫‪99‬‬
‫هلل ل احل ى ٍ‪ ٧‬يؽ‬
‫ىك ً ً‬ ‫الٌىح ظىت اجلةس‬

‫‪156‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ َ ُ َ ْ ُْ‬


‫دَعء رخ ٍِ اًنصءان‬
‫‪DO’A KHATMIL QUR`ÂN‬‬
‫‪Di bawah ini adalah do‟a khatmil-Qur`ân dari Syaikhina al Fadlil‬‬
‫‪KH. Umar Sholeh dari al Khafid KH Muhammad Munawir yang‬‬

‫ى ٍى ى ٍى ى ل ى ي ى ل ى ىى‬ ‫ل ٍ ى ٍ‬
‫‪disadur oleh KH. Zainal Arifin Tahmid.‬‬
‫حل ى ٍ‪ ٧‬ي‬ ‫ل ٍ‬
‫الكال يـ ىلع‬ ‫هلل ل رب ا‪ٕ٣‬ةل ً‪٧‬ني ‪ ,‬كالىالة ك‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ؽ‬ ‫الؿمح ً‪ ٨‬الؿ ًظي ً‪ . ٥‬أ‬ ‫هلل‬
‫ِمْسِب ا ً‬
‫ني ‪ ,‬اىل‪٤‬ل ي٭‪٥‬ل‬ ‫َجٕ ٍ ى‬ ‫ى‬
‫عج‪ ٫‬أ ٍ ى‬ ‫ى ى ٍ‬ ‫ى ٍ ى ٍيٍ ى ٍى ى ى ى ى ٍى ى يىل ى ىى‬
‫ً‬ ‫أُش ًؼ املؿق ً‪٤‬ني ‪ ,‬قي ًؽ‪٩‬ة كمٮال‪٩‬ة حم‪ ٧‬وؽ كىلع آ ً ًهل كو ً ً‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى ىى ى ٍ ى ل ى ى ل‬ ‫ىر لب‪٪‬ىة ىت ى‪ ٞ‬لج ٍ‪ ٦ً ٢‬ل‪٪‬ة ىػذٍ ى‪ ٥‬ا‪ ٍ٣‬ي‪ٍ ٞ‬ؿ ى‬
‫ىف دًال ىكدً ً‪ ٨ٍ ٦ً ٫‬ػ ىُة وء‬ ‫ً‬ ‫ة‬‫‪٪‬‬ ‫‪٦‬‬‫ً‬ ‫ف‬ ‫ك‬ ‫ة‬ ‫‪٧‬‬‫خ‬ ‫ز‬ ‫ةك‬ ‫جت‬ ‫ك‬ ‫‪,‬‬ ‫اف‬ ‫ء‬
‫أى ٍكن ٍكيىةف ‪ ,‬أى ٍك ىحتٍؿيٍ‪ ٙ‬ىلك ى‪٧‬ح ىخ ٍ‪ ٨‬ىم ىٮإً ى٭ة ا ى ٍك ىت ٍ٘ي ٍري ىظ ٍؿؼ أى ٍك ىت ٍ‪ٞ‬ؽيٍ‪ ٥‬أى ٍكدىأٍػريٍ‬
‫ً و‬ ‫ً و‬ ‫و‬ ‫ً ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً ً ً و‬ ‫ً و‬
‫ى ٍّ ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬
‫ةدة أ ٍك يج ٍ‪ ٞ‬ىىةف ‪ ,‬أ ٍكدىأكيٍ‪ ٢‬ىىلع ىد ٍري ى‪٦‬ة أ‪ ٍ ٩‬ىـ ىتل ي‪ ٫‬أ ٍك ىريٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ىٍ ى ى‬
‫ت أ ٍكم‪ ٟ‬أ ٍكتٕ ًضيٍ و‪٢‬‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ى و ى ً و‬ ‫و‬ ‫أك ًزي‬
‫ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ىٍ ٍ‬ ‫ى‬
‫ِس ىٔح أ ٍك ىزيٍٖ ل ىكةف‪ ,‬أ ٍك يك‪ٝ‬ي ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٔ‪ ٍ٪‬ىؽ د ىال ىكد‪ ٫‬أ ٍك ى‪ ٠‬ىك‪ ٢‬أ ٍك ي ٍ‬
‫ري ىك‪ ٝ‬و‪ ٙ‬أ ٍك ًإذاغـو‬ ‫ى ً ىً‬ ‫٘‬ ‫ث‬ ‫ؼ‬ ‫و‬ ‫ٮ‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ً ً ًً‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫اب‬ ‫ؿ‬‫ث ى٘ ٍري ي‪ٍ ٦‬ؽ ىٗ‪ ٥‬أ ٍكإ ٍّ ى٭ةر ث ى٘ ٍري ثىيةىف‪ ,‬أ ٍك ى‪ٍّ ٦‬ؽ أ ٍكت ى ٍن ًؽي ٍ وؽ أ ٍك ى‪٧ٍ ٬‬ـ أ ٍك ىص ٍــو أ ٍكإ ٍٔ ى‬
‫و‬ ‫ً‬ ‫و‬ ‫و ً و ً ً و‬ ‫ً ً‬
‫ٍ ي ى ىٍ‬ ‫ٍ‬
‫ى ٍيٍي ل ىى لى ى ى ى ى ي ى ل‬ ‫ٍ‬ ‫ىٍ ى ى‬
‫ةف ‪,‬‬ ‫ةؿ كال‪٧‬٭ؾ ًب ً‪ ٨٦‬لك أحل و‬ ‫ري ‪٦‬اك وف‪ٚ ,‬ة‪٠‬ذج‪٪٦ً ٫‬ة ىلع اتل‪٧‬ةـً كا‪ً ٧١٣‬‬ ‫ثً٘ ً‬
‫ى ٍ ٍ ىى ييٍىى ى ىل ٍ ى ى ى ى ٍ ىى يى ٍ ى ى ى ٍى ى ى ٍ ٍ ى ٍ ى‬
‫ار يزر‪٪‬ىة ‪٢ٌٚ‬‬ ‫‪ٚ‬ةٗ ً‪ٛ‬ؿ جلة ذ‪٩‬ٮب‪٪‬ة يةربآق ‪ ,‬كيةقيؽآق ‪ ,‬كالدؤآ ًػؾ‪٩‬ة ية مٮال‪٩‬ة ك‬
‫ت ىجلىة ث ً‪ ٫‬اٍخل ى ٍريى‬ ‫‪ٍ٤ٞ٣‬ت ىكال‪ ٤‬ىكةف ‪ ,‬ىك ى‪ٍ ٬‬‬ ‫ى ٍ ى ى ىي ي ى ن ى ل ي ى ى ٍى ٍ ى ى ٍ ى‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫‪ٝ ٨٦‬ؿأق مؤدية ظ‪ ٓ٦ ٫ٞ‬االٌٔة ًء كا ً‬
‫ل ى ل ى ى ى ل ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى ل ى ىى ىٍ ى ىى ىٍ ىى ى ىى ىٍ ٍ ى‬
‫‪٣‬بنةرة كاأل‪٦‬ةف ‪ ,‬كالخت ًذ‪ ٥‬جلة ثًةلرش كالن‪ٞ‬ةكةً كالٌال‪ً ٣‬ح‬ ‫كالكٕةدة كا ً‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ىٍ ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ا‪ٍ٘ ُ٣‬يىةف ‪ ,‬ىك ىجج ٍ٭‪٪‬ىة ىرجٍ ى‪ ٢‬ا ى‬
‫ل‪٪٧‬ىةيىة ً‪ٍ ٩ ٨ٍ ٦‬ٮ ى‪ً ٦‬ح ا‪ً ٤ٛ٘٣‬ح ىكا‪ ١٣‬ىكال ًف ‪ ,‬ىكآ ً‪٪٦‬ة ً‪٨ٍ ٦‬‬ ‫ً‬
‫ىك ُّ‬
‫ىى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫يٍ ى ىى ٍ ى ٍ ى ٍ‬ ‫ىٔ ىؾاب ا‪ ٍ٣‬ى‪ٍ ٞ‬رب ىك‪ ٨ٍ ٦‬يق ى‬
‫اف‪ ,‬كبيي‬ ‫ً‬ ‫ؽ‬ ‫ي‬ ‫ادل‬ ‫‪٢‬‬ ‫ً‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫‪٨‬‬ ‫‪٦‬‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫ري‬‫و‬ ‫س‬‫ً‬ ‫‪٩‬‬ ‫ك‬ ‫ؿ‬
‫و‬ ‫‪١‬‬ ‫‪٪‬‬ ‫‪٦‬‬ ‫اؿ‬
‫ً‬ ‫ؤ‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬
‫ةب‪٪‬ىة ىكي ى ٍ‬ ‫رياف ‪ ,‬ىكيى‪٠ ٨ٍ ٧‬ذى ى‬ ‫ٍى‬ ‫ىى ى‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ي ي ٍىى ىٍ ى ىٍ‬
‫رس‬ ‫ً‬ ‫ر كأٔ ًذ‪ً ٜ‬ر‪ٝ‬ةب‪٪‬ة ً‪ ٨٦‬اجل ً‬ ‫ابلٕ ً‬ ‫كصٮ‪٪٬‬ة يٮـ‬

‫‪157‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ىى ٍ ل‬ ‫ى‬ ‫ىى ٍ ىٍى ىى ىى‬ ‫ةحل ى ىك‪٪‬ى‬ ‫ى ىى ى ى ٍ ٍى ىى ٍ‬
‫‪٪١‬ة ًىف‬ ‫ً‬ ‫ق‬ ‫أ‬‫ك‬ ‫اط‬
‫ً‬ ‫الِرْص‬ ‫ىلع‬ ‫ة‬ ‫‪٪‬‬ ‫ا‪٦‬‬ ‫ؽ‬ ‫‪ٝ‬‬ ‫أ‬ ‫خ‬ ‫ج‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ‫‪,‬‬ ‫ةت‬ ‫ً‬ ‫ًظكةب‪٪‬ة كث‪ْ٦ً ٢ٞ‬ياج‪٪‬ة ثً‬
‫ٍ ى ى ٍ ي ٍى ى ى ى ى يىل ى ىٍ ل ى ي ى ل ى ي ىى ٍ ٍ‬
‫‪,‬كأك ًؿ‪٪٦‬ىة‬ ‫اجل‪٪‬ة ًف ‪,‬كارزر‪٪‬ة ًصٮار قي ًؽ‪٩‬ة حم‪ ٧‬وؽ ٔ‪٤‬ي ً‪ ٫‬الىالة كالكالـ‬ ‫كق ًٍ ً‬
‫ىى‬
‫ى ى ى ىل ي ٍ ى ٍ ي ى ىى ى لٍ ى ىٍ ٍ ٍ ى ل يٍ ى ٍي ٍ ى‬
‫ةف‬ ‫ْني ً‪ ٢‬كالـبٮ ًر كا‪ٛ٣‬ؿ‪ً ٝ‬‬ ‫إل ً‬ ‫ثً ً‪ٞ٤‬آاً‪ ٟ‬يةديةف ‪ً ,‬إقذ ًضت دَعء‪٩‬ة ًِب‪ ٜ‬اتلٮراةً كا ً‬
‫ى ٍى ٍ ى ٍ ى‬ ‫ىٍ ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ىى ٍ ى ى ٍى ى ى ىٍ‬
‫إلٔال ًف ‪ ,‬ك ًزد‪٩‬ة ً‪ٟ٤ً ٌٚ ٨٦‬‬ ‫َجيٓ ‪٦‬ة قأجلةؾ ثً ً‪ً ٫‬ىف الرس كا ً‬ ‫‪ ,‬كأٔ ًُ‪٪‬ة ً‬
‫ىى يى‬ ‫ني ‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ى‬ ‫ٌ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫‪ ٟ‬يىةأك ىؿا ىـ اال‪ ٠‬ىؿ‪ ٍ ٦‬ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫يٍ ى ى ى ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫و‪ ٢‬ىلع حم ل‪ ٧‬وؽ‬ ‫ً‬ ‫م‬‫ً‬ ‫ا‬ ‫ؿ‬ ‫ًل‬ ‫ك‬ ‫ؾ‬ ‫د‬
‫ا ً ً ً ً‬
‫ٮ‬ ‫ب‬ ‫ٓ‬ ‫اق‬ ‫ى‬
‫لٮ‬
‫ل‬ ‫ى ٍى ى ى ٍ ى ى ٍ ل ٍى ى ل‬ ‫ى‬ ‫ل ٍى ىٍ يٍى‬
‫ني ‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ىزي‪٪‬ة ثً ًـيٍ‪٪‬ى ًح‬ ‫امح‬
‫ةف ‪ ,‬ثًؿمح ًذ‪ ٟ‬يةأرظ‪ ٥‬الؿ ً ً‬ ‫الرشيٕ ًح كا‪٣‬رب ً‬
‫‪٬‬‬ ‫ً‬ ‫ت‬‫ةظ ً‬ ‫و ً‬
‫ى‬
‫ٍ ى‬ ‫ٍي‬ ‫ٍ ى‬ ‫ى ٍ ي ى ٍ ٍي‬ ‫ٍي‬
‫ِب‪ ٤‬ىٕ ًح ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪ ,‬ىكا‪ً ٬‬ؽ‪٩‬ة ثً ً٭ ىؽايى ًح ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪ ,‬ىكاػ ًذ ٍ‪ ٥‬جلىة‬ ‫ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪ ,‬كا‪٠‬ك‪٪‬ة ً ً‬
‫ى ٍ ي ٍى ى ى ى ٍ ٍي‬ ‫ٍي‬ ‫ى ي ى‬ ‫ٍي‬ ‫ى‬
‫ثً ًذال ىكةً ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪ ,‬ىك‪٩‬ٮ ٍر رجي ٍٮ ىر‪٩‬ة ثً‪٪‬ي ٍٮ ًر ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪ ,‬كاظرش‪٩‬ة ‪ ٓ٦‬أ‪ ٢ً ٬‬ا‪ٞ٣‬ؿءاف ‪,‬‬
‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ى ى ٍ ٍ ى ٍى ل ى ى ى ى ٍ ي‬ ‫ى ى ى ٍي‬ ‫ىك ىْن‪٪‬ىة ً‪ ٦‬ى‪ ٨‬اجل ٍ ى‬
‫ا‪ً ٦‬ح ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪,‬‬ ‫ةٔ ًح ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف ‪ ,‬كأد ًػ‪٪٤‬ة اجل‪٪‬ح ثًسؿ‬ ‫اف بًن‪ٛ‬‬ ‫ً‬ ‫ري‬
‫ُّ ٍ ى ى ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى ى ى ٍ‬ ‫يٍى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى ٍىٍ ىى ى ى ى ٍ‬
‫اب‬ ‫اف ‪ ,‬كَع‪٪ًٚ‬ة ً‪ ٨٦‬لك ثال ًء ادلجية كٔؾ ً‬ ‫كارذٓ درصةدً‪٪‬ة ثً‪ًٌ ٛ‬ي‪ً ٤‬ح ا‪ٞ٣‬ؿء ً‬
‫ٍي ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى ٌ‬ ‫ى ى ٍى ٍ ىٍ ٍ‬ ‫ال ًػ ىؿةً ًِبي ٍؿ ى‪ً ٦‬ح ا‪ ٍ٣‬ي‪ٍ ٞ‬ؿ ى‬‫ٍى‬
‫ةف ‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬اص ىٕ ً‪ ٢‬ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف جلىة‬ ‫ً‬
‫ظ ى‬
‫ك‬ ‫إل‬‫ً ً‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫‪٢‬‬ ‫ٌ‬ ‫‪ٛ‬‬ ‫ا‪٣‬‬ ‫ا‬ ‫ةذ‬ ‫ي‬ ‫‪,‬‬ ‫اف‬ ‫ء‬ ‫ا‬
‫ى ي ن‬ ‫ٍ ى ى ى ن ىى‬ ‫ُّ ٍ ى ى ٍ ن ى ٍ ى ٍ ي ٍ ن‬
‫اط ‪ٍ ٩‬ٮرا ‪,‬‬ ‫رب مٮنًكة‪ ,‬ىك ًف ا‪ًٞ ٣‬ية‪ً ٦‬ح مة ً‪ٕٚ‬ة‪ ,‬ىكىلع الِرْص ً‬ ‫ًىف ادلجية ‪ً ٝ‬ؿي‪٪‬ة‪ ,‬ك ًف ا‪ً ٞ٣‬‬
‫ي ى ى ٍ ن‬ ‫ٍ ن ى ى ن ى ى ٍ‬
‫اخل ى ٍ ى‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍى ل ى ٍ ن‬
‫ات لك٭ة د ًحلال‬ ‫ً‬ ‫ري‬ ‫ىل‬ ‫إ‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫‪,‬‬‫ثة‬ ‫ة‬ ‫ض‬ ‫ظ‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫ا‬‫رت‬ ‫ق‬‫ً ً‬ ‫ةر‬ ‫اجل‬ ‫‪٨‬‬ ‫‪٦‬‬ ‫ً‬ ‫ك‬ ‫‪,‬‬ ‫ىك ًف اجل‪ً ٪‬ح ر ًذي‪ٞ‬ة‬
‫ى ى ن ى ٍ ى ى ي ٍ ى ىىى ى ى ى ٍي ى ىٍى ي ى ٌ ى ى ٍي‬
‫محةف ‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ذ‪ٍ ٠‬ؿ‪٩‬ة ً‪ ٫٪٦‬ى‪٦‬ة‬ ‫ك ًإ‪٦‬ة‪٦‬ة ‪ ,‬ثً‪ ٟ٤ً ٌٛ‬كصٮ ًدؾ كًلؿ ًم‪ ٟ‬ية ر ًظي‪ ٥‬ية ر‬
‫اؼ ا لجل ى‬ ‫ى‬
‫ى ٍى ى ى ٍ ى ٍي ى ى ٍى ى ٍ ي ٍ ى ى ى ىي ى ى لٍ ى ٍ ى ى‬
‫ةر‬
‫ً‬ ‫٭‬ ‫ن ًكح‪٪‬ة ‪ ,‬كٔ‪٪٧٤‬ة ً‪٦ ٫٪٦‬ة ص ً٭‪٪٤‬ة ‪ ,‬كارزر‪٪‬ة دًالكد‪ ٫‬آ‪٩‬آء ال‪٤‬ي ً‪ ٢‬كأَؿ‬
‫ىى ى ى ىٍ ن‬ ‫ى ٍ ى ٍي ىى ي ل ن ى ى ل ٍى ى ٍ ى ى ٌ ى ى ٍ ى‬
‫ني ‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬الد ىؽع جلىة ًىف ‪ٞ٦‬ة ً‪٪٦‬ة ‪٬‬ؾا ذ‪٩‬جة‬ ‫‪ ,‬كاصٕ‪ ٫٤‬جلة ظضح يةرب ا‪ٕ٣‬ةل ً‪٧‬‬
‫ى ىٍ‬ ‫ل ى ى ي‬ ‫ى‬ ‫ل ى ى ٍ ي‬ ‫ل ى ى ىي ى ى‬
‫ًإال د‪ٍ ٛ‬ؿد‪ ٫‬ىكال ‪٧ًّ ٬‬ة ًإال ‪٠‬ن‪ٛ‬ذى‪ , ٫‬ىكال ىم ًؿيٍ نٌة ًإال م‪ٛ‬يٍذى‪ , ٫‬ىكالدح‪٪‬نة‬
‫ادل ٍجيىة ىكا ٍ ىال ًػ ىؿةً إ ٌىال ‪ٝ‬ى ىٌيٍذى ى٭ة يىةأى ٍر ىظ‪٥‬ى‬ ‫ةص نح ‪ ٨ٍ ٦‬ىظ ىٮااش ُّ‬
‫ً‬
‫إ لال‪ٝ‬ى ىٌيٍذى ي‪ , ٫‬ىك ىال ىظ ى‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫‪158‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫و‪٤‬طٍ‬ ‫ني ‪ٝ‬ي‪٤‬ي ٍٮب٭ ٍ‪ ٥‬ىكأى ٍ‬ ‫ال‪ٍ ٧‬ؤ‪٪٦‬ىةت ‪ ,‬ىك ىأ‪ ٍٙ ٣‬ىب ٍ ى‬ ‫ني ىك ي‬ ‫اٗ‪ٍ ٛ‬ؿ ل‪ ٍ٤‬ي‪ٍ ٧‬ؤ‪ ٍ ٪٦‬ى‬ ‫ل ٍى ى ٌي ل ٍ‬
‫ً‬ ‫ًً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫امحني ‪ ,‬ال‪٤‬٭‪٥‬‬ ‫الؿ ً ً‬
‫ني ‪ ,‬اىل‪ ٌ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ا‪ ٍ ٩‬ي ٍ‬ ‫ٍ‬
‫ىلع ىٔ يؽك ىؾ ىك ىٔ يؽك‪ ٥ٍ ٬‬يىة إهل ا‪ ٣‬ىٕةلى‪ ٍ ٧‬ى‬ ‫ى ى ىٍ ٍ ى ٍ ي ٍ ي ٍ ىى‬
‫ِرْص‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬ ‫ذات ثح ً‪ً ٪‬٭‪ , ٥‬كا‪ِ٩‬رْص‪٥٬‬‬
‫ٍ ٍ ى‬
‫ِرْصا ىٔ ًـيٍ نـا دااً‪٧‬ة ‪ ,‬ىكاص ىٕ‪ ٢‬ئ‪ ٤‬ى‪٧‬آ ىءقي ىك يك ىز ىر ىآء يق‬
‫ى ن‬ ‫ني ‪٩‬ى ٍ ن‬ ‫ةـ ال ٍ ي‪ٍ ٧‬ك‪ ٍ ٧٤‬ى‬ ‫ةج‪٪‬ىة إ ى‪ ٦‬ى‬ ‫ي ٍى ى‬
‫ق‪ُ٤‬‬
‫ًً‬ ‫ً‬
‫ن ى ٌ ى‬ ‫ال‪ٍ ٧‬ؤ‪ ٍ ٪٦‬ى‬ ‫ٍى ٍ ىى ىٍى ٍ ٍ ى ٍ ى ىى‬ ‫ثة‪ ٍ٣‬ي‪ٍ ٞ‬ؿ ى‬
‫ني ىق ًبيٍال‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ر٭ ٍؿ‬ ‫ًً‬
‫ىلع ي‬ ‫اف ا‪ًْ ٕ٣‬ي ً‪ ,٥‬كالجتٕ‪ ٢‬لً‪٤‬اك‪ً ًٚ‬ؿي‪٨‬‬ ‫ً‬ ‫ء‬ ‫ً‬
‫ني ىك ىٔ ىكة ً‪٠‬ؿى‬ ‫ِرْص يصيي ٍٮش ال ي‪ٍ ٧‬ك‪ ٍ ٧٤‬ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫أى ٍٔ ىؽآ ىء‪٩‬ىة ىكأ ٍٔ ىؽآ ىء ادليٍ‪ , ٨‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ا‪ ٩‬ي ٍ‬
‫ٍ‬ ‫ٌ‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ًً‬ ‫ً‬
‫ٍ‬ ‫ى‬
‫اف‬ ‫ء‬ ‫ال ٍ ي‪ ٧‬ىٮظ ًؽ ٍح ى‪ ,٨‬اىل‪ ٌ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ثى‪ ٍٖ ٤‬ىكأ ٍك ًو‪ ٢‬ز ىٮاب ‪٦‬ة ‪ ٝ‬ىؿ ٍء‪ ٩‬يةق ىك‪ٍ ٩‬ٮ ىر ‪٦‬ة د‪ٍ ٤‬ٮ‪ ٩‬يةق ً‪ ٦‬ى‪ ٨‬ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ى‬
‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ً‬
‫اح آهل كأى ٍك ىالدق ىكأى ٍ‬ ‫ى ىٍ‬ ‫ٍي ى ٍى‬ ‫ٍى ٍ ى‬
‫و ىعةثً ً‪٫‬‬ ‫ًً‬ ‫ا‪ًْ ٕ٣‬ي ً‪ً ٥‬إىل ير ٍك ًح قي ًؽ ال‪ٍ ٧‬ؿق ً‪٤‬ني‪ ,‬ىك ًإىل أر ىك ً ً ً‬
‫ى‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى ل ٍ ى ى ٍى ٍ ى ي ي ٍ ن ى ٍى ٍ ي ه ىي ي ٍ ى ٍ ى ي‬
‫كاتلةثً ًٕني أَج ًٕني ‪ ,‬ػىٮوة ًإىل ال‪ٛ٘٧‬ٮر هل رك ًح مي ًؼ‪٪‬ة خ‪٧‬ؿ وة ً‪ ٣‬وط‬
‫ى ٍ ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ىي ي ٍ ى يي ٍ ىى ٍ ىٍ ى ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى ٍى ى ٍ‬
‫ةخي ً‪٫‬‬‫َجي ًٓ من ً ً‬ ‫اح ً‬ ‫ى‬
‫‪ًٛ ٧١‬ي ًيك كأوٮ ً ًهل ك‪ٚ‬ؿك ًٔ‪ ٫‬كأ‪ ٢ً ٬‬ثح ًذ ً‪ ٫‬كإىل أرك ً‬ ‫احلآج ا‪ً ٣‬‬
‫ل‬ ‫ى‬ ‫لى ٍ‬ ‫النيٍغ يحمى ل‪٧‬ؽ ي‪٪٦‬ىٮر ث ٍ‪ ٨‬ىخجٍ‬ ‫ل‬ ‫ى‬
‫يػ يى ٍٮوة ن إىل ير ٍ‬
‫الؿمةد‪ ,‬ىك ًإىل ير ٍك ًح النيٍ ًغ‬ ‫هلل‬
‫ً ً‬ ‫ا‬ ‫ؽ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ح‬ ‫ً‬ ‫ك‬ ‫ً‬
‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ن‬
‫النيٍغ ىم ٍؿ يزكىق ىد ٍظال احل ى ٌ‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫‪١‬ؿيٍ‪ ٥‬احل ى ٌ‬ ‫ىٍ ٍ ى‬
‫ةج ىك ًإىل ير ٍك ًح‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ح‬ ‫ً‬ ‫ةج ىكإىل ير ٍ‬
‫ك‬ ‫ً‬ ‫خج ًؽ ا‪ً ً ٣‬‬
‫ٍ ٍ‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ٍى ٌ ى‬ ‫ل ٍ ىٍي ٍ ى‬
‫اح أ يو ٍٮل ً ً٭ ٍ‪ ٥‬ىك‪ ٚ‬يؿ ٍك ًٔ ً٭ ٍ‪ ٥‬ىكأ‪ ٢ً ٬‬ثىح ًذ ً٭ ٍ‪, ٥‬‬ ‫ةج ىك ًاىل أ ٍر ىك ً‬ ‫ىلع احل‬ ‫الني ًغ حمؿكس ً‬
‫ى‬ ‫ى‬
‫اح آثىةا‪٪‬ىة ىكأ لم ى٭ةد‪٪‬ىة ىكأ ٍب‪٪‬ىةا‪٪‬ىة ىكبى‪٪‬ىةد‪٪‬ىة ىكإ ٍػ ىٮا‪٪٩‬ىة ىكأ ٍػ ىٮاد‪٪‬ىة ىكأ ٍخ ى‪٧‬ة‪٪٦‬ةى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ٍ‬ ‫ى ى ى‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ى‬
‫ك ًإىل أرك ً‬
‫ى ى ل ى ىى ٍ ى ى ى ى ى ى ى ى ي ٍ ى ٍ ى لىى ىى ٍ ى ى ىٍى ى ى‬
‫كخ‪٧‬ةدً‪٪‬ة كأػٮ ًاجلة كػةالدً‪٪‬ة ‪ ,‬ك ًإىل رك ًح ‪٪٧٤ٔ ٨٦‬ة كأظك‪ً ٨‬إحل‪٪‬ة‪ ,‬ك ًإىل‬
‫ني‪ ,‬إ ٍقذىضتٍ‬ ‫ةر لب ا‪ ٍ٣‬ىٕةلى‪ ٍ ٧‬ى‬ ‫ني يى ى‬ ‫آ‪ ٦‬نح أى ٍَجىٕ ٍ ى‬ ‫ني ىكال ٍ ي‪ٍ ٧‬ؤ‪٪٦‬ىةت ىٔ ل‬ ‫اح ىَجيٍٓ ال ٍ ي‪ٍ ٧‬ؤ‪ ٍ ٪٦‬ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬
‫ً ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ًً‬ ‫أرك ً ً ً‬
‫ى‬ ‫ىى‬ ‫ٌ‬ ‫ي ى ىى ى ى ٍ ٍ ى ٍىي ى ٍىن ٍى ٍ ى ى ٌ‬ ‫ى‬
‫ني ‪ ,‬ال‪ ٤‬ي٭ ل‪ ٥‬ىو ً‪ ٢‬ىك ىق‪ ٥ٍ ٤‬ىلع أ ٍق ىٕ ًؽ‬ ‫دٔآء‪٩‬ة ًِب‪ ٨٦ ٜ‬أرق‪٤‬ذ‪ ٫‬رمحح لً‪ٕ٤‬ةل ً ً‪٧‬‬
‫َجٕ ٍ ى‬ ‫عج‪ ٫‬أ ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ى ى ٍ‬ ‫يٍ ى ٍ ٍىٍ ى ى ٍي ٍ ى ٍى ى ىى‬ ‫ى‬ ‫ىى ٍ‬
‫ني ‪,‬‬ ‫ً‬ ‫ًً‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫آهل‬
‫ًً‬ ‫ىلع‬ ‫ك‬ ‫‪,‬‬ ‫ني‬ ‫‪٤‬‬ ‫ً‬ ‫ق‬‫ؿ‬ ‫‪٧‬‬ ‫ال‬‫ك‬ ‫ء‬
‫ً ً‬ ‫آ‬ ‫ي‬‫ب‬ ‫‪٩‬‬ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫ٓ‬ ‫ي‬
‫ً ً ً‬‫َج‬ ‫ر‬ ‫ٮ‬ ‫‪٩‬‬ ‫اؼ‬ ‫ً‬ ‫ُش‬ ‫كأ‬

‫‪159‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ي ٍ ى ى ى ى ى ٍ ل ى ل ى ي ٍ ى ى ى ى ه ىى ٍي ٍ ى ٍى ى ٍ‬
‫احل ى ٍ‪ ٧‬ي‬
‫هلل‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ؽ‬ ‫قجعةف رب‪ ٟ‬رب ا‪ًٕ ٣‬ـ ًة خ‪٧‬ة ي ًى‪ٛ‬ٮف ‪ ,‬كقالـ ىلع ال‪٧‬ؿق ً‪٤‬ني ك‬
‫ني آ‪ ٦‬ى‬‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍى ى ٍى‬
‫ني‬ ‫ىرب ا‪ٕ٣‬ةل ً‪٧‬ني آ ً‪٦‬ني آ ً‪ً ٦‬‬

‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُْ َُ َْ َ َ ْ ُْ‬


‫ان‬
‫حنصء بؽس رخ ٍِ اًنصء ِ‬
‫بكػػ‪ ٥‬اهلل الؿمح‪ ٨‬احلي‪٥‬‬
‫ى ٍ ٍ ى ى ى ى ٍى ٍ‬ ‫ٍ ٍى‬ ‫ى‬
‫اف‬ ‫ى‬
‫ػري األ‪٩‬ةـً كقي ًؽ اال‪٠‬ٮ ً‬ ‫ػ ً‬ ‫يىة ىر لبػ‪٪‬ىة ثًج ًجيػ‪٪‬ىة ا‪ ٣‬ىٕػػؽ‪ً ٩‬ةِّن‬
‫مح ً‪٨‬‬ ‫ىكا ٍ ىآل‪ٍ٩‬جػيىة ىك ىم ىَلاً ً‪ ٟ‬ل‬
‫الؿ ٍ ى‬ ‫ى ى ل ٍ ى ٍى ٍ‬
‫ت أ‪ ٥ً ٤‬ال ي٭ ىؽل‬
‫ً‬ ‫آهل كالىػع ً‬ ‫ك ًً‬
‫ٍى ٍ ى ٍ ٍ ى‬ ‫ى ىٍى‬ ‫ي ى‬ ‫ٍ‬
‫ةف‬‫ك ًِب‪٧‬ـ ًة ًذل ا‪ ٢ً ٌٛ٣‬كا‪ًٕ ٣‬ؿ‪ً ٚ‬‬ ‫ةس ث ل‪ ٥‬ثًج ٍكػ ً‪٫ً ٤‬‬ ‫ىل‬
‫ىكبًٕ‪٧‬ػ ً‪ ٫‬ا‪ٕ٣‬ج ً‬
‫ى‬

‫ةف‬ ‫‪٧‬‬‫ىف ‪ٝ‬جٍػ‪٤‬ىح اٍال ٍح ى‪٧‬ةف ىذ ي٭ ىٮ ىح ى‬ ‫ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ ى ى ُّ ٍ ل‬


‫اذلل‬
‫ً‬ ‫ً ً ً ً ً‬ ‫الؿز ً‪ً ٨‬‬‫ار ك‬
‫كبًسٕج ًح االِس ً‬
‫ةز ثة‪ ٍ٣‬ي٘ ٍ‪ ٛ‬ى‬
‫ى‪ ٨ٍ ٦‬ىم لكػ‪ ٫‬ي ‪ٝ‬ى ٍؽ ‪ٚ‬ى ى‬ ‫ٍ ٍ ل‬ ‫ىى ٍ ٍ‬
‫اف‬
‫ً‬ ‫ؿ‬ ‫ً‬ ‫ىك‪ٞ٦‬ةـً ًاث ىؿا ً‪٬‬ي ى‪ ٥‬ىكاحلىض يؿ ً‬
‫اذلل‬

‫‪160‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ٍى‬ ‫ىل ي ى ٍىٍى ى ى‬ ‫ادل ىَع ٍء‬ ‫ت ‪٪٦‬لة ُّ‬ ‫ٍ ىٍ ى ى ٍى ٍ‬
‫ةف‬
‫ربةق كارمح‪٪‬ة ‪ ٓ٦‬الىػجي ً‬ ‫ًاق‪ً٩ ٓ٧‬ؽا‪٩‬ة ىكاقذ ًض ً‬
‫ى ٍى ٍ ى ىٍ ن ى ٍى ل‬ ‫ى ٍى ٍ ى ىٍن ىي ٍي ى ى ي‬
‫ةف‬
‫كاج٭ش ثً‪٪‬ة ج٭ضة ٔ ًْي‪ ٥‬الن ً‬ ‫ػٮاثي‪٫‬‬ ‫كاج‪ٛ‬ػٓ ثً‪٪‬ة ج‪ٕٛ‬ة يؽكـ ز‬
‫ٍ ٍ‬
‫ػٮ ًذيٍ ً‪ ٜ‬ىكاإلذ ىَع ًف‬ ‫اتل ٍ‬ ‫ىكا‪ٍ٣‬رب ىك ٍ ى‬ ‫اتلًف‬
‫ى ٍ ي ٍ ى ى ٍ ى ٍ ى ى ى ُّ ى‬
‫كا‪٦‬نن ٔ‪٤‬يػ‪٪‬ة ثًةل ً٭ؽاي ًح ك‬
‫ً‬
‫اف‬ ‫ٮ‬‫ًى‬ ‫ى ٍ‬
‫الؿ‬ ‫ك‬ ‫ةف‬
‫ى‬
‫‪ٚ‬‬ ‫ىكا‪ ٥٤ٍٕ٣‬ىكا‪ٍ ٕ٣‬‬
‫ػؿ‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫اتلًف‬
‫ى ٍ ي ٍ ى ي ى ل ى ى ى ُّ ى‬
‫كاق‪ ٟ٤‬ثً‪٪‬ةَؿؽ الكٕةدةً ك‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬
‫ةف‬ ‫ػؿ ٍاحلى‪ ٍ ٞ‬ى ى ٍ ى ى ل ل‬ ‫ىث ى‪ ٧‬ى‬ ‫اء ‪ٍ ٤ٝ‬ٮبًػ‪٪‬ىة يىة ىر لب‪٪‬ىة‬
‫ى ى يي‬
‫ىكاص ىٕ‪ًٗ ٢‬ػؽ‬
‫ٍ ٍ‬
‫ني كمػؿبح الؿب ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫يىة ىداا ى‪ ٥‬ال ٍ ى‪ ٍٕ ٧‬يؿ ٍكؼ ىكاالظ ى‬ ‫ًّ‬ ‫ٍ ٍ ى‬
‫ةف‬ ‫ً‬ ‫ك‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ىكاص ىٕ‪ ٢‬جلىة ًىف ادلي ٍ ً‪ ٨‬ىظْة ىكا ً‪ ٚ‬نؿا‬
‫ٍ‬
‫اد ً ً ى ي ٍ ى‬ ‫ٍ‬ ‫يى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ىك ٍ‬ ‫ٍ ٍ ى ٍ ٍ ي ى‬
‫اف‬‫ِب‪ً ٧١‬ح ا‪ٞ٣‬ؿء ً‬ ‫اق ً‪ ٜ‬ا‪ٛ٣‬ؤ‬ ‫ىكاص ىٕ‪ ٢‬جلىة ثًة‪ًٕ ٣‬ػ‪ٍ ٩ ٥ً ٤‬ٮ نرا ّة ً‪ ٬‬نؿا‬
‫ةف‬ ‫‪٧‬‬‫اتل ٍٮظيٍؽ ىكاٍإل ٍح ى‬ ‫ً‪ ٨ٍ ٦‬ىػةلًه ل‬ ‫ٍ ى ٍ ن‬
‫الؿ ٍك ًح ً‪ ٟ٪٦‬يرريىػح‬ ‫ٕني ُّ‬ ‫ى ٍىٍ ٍ‬
‫ً ً ً ً‬ ‫ً‬ ‫كاذذط ً‪ً ٣‬‬
‫ى ٍ ى ى‬ ‫ثإ‪ٝ‬ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ ى ٍ‬
‫ةف‬‫ػري ظة وؿ ‪ً ٬‬‬ ‫ً‬ ‫ػ‬ ‫ىف‬ ‫ً‬ ‫ح‬
‫و‬ ‫ػ‬‫ة‪٦‬‬ ‫ًً‬ ‫اُشح ثً‪٪‬ي ٍٮ ًر ىؾ يىة‪ً ٠‬ؿيٍ ي‪ ٥‬يو يؽ ٍك ىر‪٩‬ة‬ ‫ك‬
‫اف‬‫ـ‬‫ا‪ً ٠‬ن ٍ‪ ٙ‬ىديىةاًت يّ‪ ٍ٤‬ى‪ً ٧‬ح ا ٍ ىال ٍظ ى‬
‫ى ٍ‬
‫ك‬ ‫ًة‬ ‫ِس ٍك ىر ا‪ ٣‬ى‪٤ٞ‬ت ىف يظ‪٤‬ى‪ ٢‬الؿ ى‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ىكأى ًد ٍـ ي ي‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬
‫ٍ ى‬ ‫ى ى ى ٍ ىٍ ى‬ ‫امحػ‪٪‬ىة‬
‫ٍ‬ ‫ىكدى ىٮ لجلىة ىف يلك ى‬
‫اف‬ ‫ِب‪٧‬ةي وح دػؽذٓ يؽ ا‪ٕ٣‬ػؽك ً‬ ‫ًً‬ ‫ةؿ ىك ً‬ ‫و‬ ‫ظ‬ ‫ً‬
‫اخل ي ٍ ى‬ ‫ٍ‬ ‫اظ ى‪ ٍِ ٛ‬ىم ى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ار ىُ ٍٓ ى‪ ٬‬ىٮ ى‬ ‫ى ٍ‬
‫اف‬‫ً‬ ‫رس‬ ‫ىف‬ ‫ً‬ ‫ةَع‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫اجل‪ً ٛ‬ف خ ٍ‪ ٨‬اخ ى‪ً ٧‬ةجلىة‬ ‫اء ل‬ ‫ك‬
‫ي ٍ ى ٍ ٍى‬ ‫ٍ‬ ‫ٔ‪ ٍ٪‬ى‬ ‫ى ٍ ى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ ى‬
‫اف‬
‫ةب ثًؿصع ًح ال ً‪ْ٧‬ي ً‬ ‫ً‬ ‫ك‬ ‫احل ى‬
‫ً‬ ‫ؽ‬ ‫ً‬ ‫ىكاٗ ً‪ٍ ٛ‬ؿ ػ ىُةيىة‪٩‬ة ىكأٔ ًْ ٍ‪ ٥‬اص ىؿ‪٩‬ة‬
‫ي ٍ ى ي ٍ ى‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى ٍ ٍ ييٍى‬ ‫ى ٍ ي ٍ ي يٍ ى ٍي ٍ ٍى ى ى‬
‫ةف‬
‫كا‪ ٟ٤ً ٬‬ص‪٪‬ٮد ا‪٣‬س‪ً ٛ‬ؿكا‪ُ٘٣‬ػي ً‬ ‫ني دس ُّؿ ن‪٦‬ة‬ ‫كا‪ِ٩‬رْص صيٮش ال‪٧‬ك ً‪٧ً ٤‬‬
‫ى‬ ‫ى ل ٍىي ٍن ىى ٍ ىٍ‬ ‫ٍ ل‬ ‫ى ٍي ٍ ى ى ٍى ٍ‬
‫ةف‬
‫‪ٌٚ‬ػ‪٤‬ذ‪ً ٫‬دح‪٪‬ة ىلع األدي ً‬ ‫اذلل‬ ‫اء ا‪ٕ٣‬ؽ ًؿ ثًةدلي ً‪ً ٨‬‬ ‫كانرش لًٮ‬
‫ى‬ ‫ى ى ٍ ى ى يٍى ٍى ٍ‬ ‫‪ ٟ‬ىكالؿ ىَعيىح كالؿًةى‬ ‫ىى ٍ ى ٍ ى‬
‫ةف‬ ‫ةز كَنج ًح األخي ً‬ ‫احلض ً‬ ‫ك ًإىل ً‬ ‫ً‬ ‫كأ ًدـ ثً‪ٌٛ‬ػ ً‪٤‬‬
‫ى‬ ‫ىكر ىص ى ٍ ى ى ي ٍ‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ٍ ٍ ى‬
‫اف‬
‫ػ‪ ٙ‬د ً‬ ‫ةؿ دكتل‪٪‬ة ثً‪ ُ٤‬و‬ ‫ً ً‬ ‫َجيٍ ىٓ يكالدً‪٪‬ىة ىك‪ ٝ‬ىٌػةدً‪٪‬ىة‬ ‫ىكام ً‪ً ٢٧‬‬
‫ىى ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫اػ‪٤‬ى ٍٓ ىٔ‪٤‬يٍ٭ ٍ‬
‫ى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ ى ٍ ى ٍي ٍ ى ى‬
‫اف‬
‫ً‬ ‫ٮ‬ ‫ًى‬ ‫الؿ‬ ‫ح‬‫ٕ‬ ‫‪٤‬‬ ‫ػ‬
‫ً ً‬ ‫‪٥‬‬ ‫ك‬ ‫ػُىف أثىآئ‪٪‬ىة‬ ‫كارظ‪ً ٥‬بة ًق ال‪٧‬ى‬
‫‪161‬‬
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬
‫ابل‪ ٍ٤‬ى‬ ‫ىلع ٍ ي‬ ‫ىي ل ىٍ يي ىى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ٍى ٍ ى ٍى ى‬
‫اف‬
‫ً‬ ‫ػؽ‬ ‫ًحلٕ‪ ٥‬ج‪ٕٛ‬٭‪٥‬‬ ‫ىكاظ‪ ِٛ‬جلىة اال ٍقيىةخ ً‪ُ ٨ٍ ٦‬شا‪ ًٕ ٣‬ىؽا‬
‫ام‪ ٍ٤٧‬ي‪ ٫‬ثةٍال ٍظ ى‬ ‫ىٍ ى ى ٍ‬ ‫ىى ٍ ى ى ٍ ى ى ى‬
‫ةف‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫ًىف ام ًؿ‪٩‬ة ك ً ً ً‬ ‫ػربقً‬‫كأزًت ًإل ًىه ‪ ٨٦‬اَع ً ً‬
‫ث‬ ‫ف‬
‫ى ٍ ٍي ي ٍ ى ى ٍ ى ل ى‬ ‫ى ٍ ى ٍ ىى ل ى ى ى ٍ ي ٍ ى ىى‬
‫الؿمحٍة ًف‬ ‫‪ٚ‬ؼ ًؿ الٮصٮقً كو‪ٛ‬ٮةً‬ ‫ن ىلع‬ ‫كاصٕ‪ ٢‬ات‪ ٥‬والدً‪ ٟ‬احلك‬
‫ٍى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى ل ىي ٍ ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ىى ى ى ى‬
‫ةف‬ ‫كاتلةثًٓ ل٭‪٦ ٥‬ؽل األز‪ً ٦‬‬ ‫‪ ١‬ىؿاـً ىك ً ً‬
‫آهل‬ ‫ىكىلع وعةث ًذػ ً‪ ٫‬ا‪ً ٣‬‬
‫اجل ى ٍ‪ ٓ٧‬ثةٍال ٍح ى‬ ‫ى ٍ ٍ ى ى ٍ‬ ‫يل ل ى ي ىى‬
‫ةف‬ ‫ً ً ً ً‬ ‫‪٧‬‬ ‫كاػ ًذ‪ ٥‬لً٭ؾا‬ ‫اجل ًب ىكآ ً‪٣‬ػ ً‪٫‬‬ ‫ىلع ل‬ ‫ث‪ ٥‬الىػالة‬
‫ةف‬ ‫ىلع ا ٍ ىال ٍديى‬ ‫ىى‬
‫ةىل‬ ‫ىكبؽيٍ‪٪‬ػ‪ ٫‬ا‪ ٍ٣‬ى‬
‫ٕ‬ ‫ري حم ل‪ً ٧‬ؽ‬
‫ٍى ٍ يى‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ا‪٣‬‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫ة‬ ‫يىة ىرب ثةل ٍ ى‬
‫٭‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ًً ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫النيٍ ى‬ ‫ٍ ى ى ٍ ي ٍ ىى ل‬ ‫ى ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ىلع اال ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى ٍ ىى‬
‫ةف‬
‫ً‬ ‫ُ‬ ‫ىن ىلع‬ ‫لً‪٤‬ع‪ ٜ‬كا‪ِ٩‬رْص ً‬ ‫ِّن‬
‫ً‬ ‫ؽ‬‫ً‬ ‫ا‪٬‬‬ ‫ك‬ ‫ىب‬
‫ًً‬ ‫‪٤‬‬ ‫‪ٝ‬‬ ‫ـً‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ً‬ ‫ثجخ‬
‫ٍ‬ ‫ى ى ي ى‬ ‫ىٍ ى ى ٍ ى‬ ‫ٍ‬ ‫ػ‪ ٥‬ىجلى‬ ‫ى ٍ‬
‫ىكْن‪٪‬ىة خ ٍ‪ ٨‬لك ‪ٍ ٬‬ٮ ًؿ ال ً‪ ٧‬ىع ً‪٨‬‬ ‫نن‬ ‫ري ية ذا ال ً‪ً ٧‬‬ ‫ً ً‬ ‫ةخل‬ ‫ث‬ ‫ة‬ ‫اػذ ٍ‬
‫ً‬ ‫ك‬
‫ٍي‬ ‫ى ٍ ٍ ى‬ ‫ىى‬
‫ػؿ جلىة ىك ًخلىةدً ًَّم ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف‬ ‫كاٗ ً‪ٛ‬‬ ‫يىة ىرب ىوًل ىلع ا لجل ًب ىكآ ً‪٣‬ػ ً‪٫‬‬
‫لك ىز ى‬ ‫ى ى ٍ ٍى ي ل‬ ‫ني ا‪١ٍ٣‬يٍ ٍ‬ ‫ري ال ٍ ي‪ٍ ٧‬ؤ‪ ٍ ٪٦‬ى‬ ‫ا‪ً ٬‬ؽ ‪ٚ‬ى‪ ٍ ٞ‬ى‬ ‫ى ٍ‬
‫ػػػن‬ ‫ً‬ ‫‪٦‬‬ ‫ًإىل َ ًؿي ً‪ ٜ‬احل‪ٜ‬‬ ‫‪ٛ‬يػيك‬‫ً‬ ‫‪٧‬‬ ‫ًً‬ ‫ً‬ ‫ك‬
‫لك ىز ى‬ ‫ى ى ٍ ٍى ي ل‬ ‫ى ٍ ى ٍى ٍي ٍ ٍى ٍي ى ىى‬
‫ػػػن‬ ‫ً‬ ‫‪٦‬‬ ‫ًإىل َ ًؿي ً‪ ٜ‬احل‪ٜ‬‬ ‫ةك‪٩‬ح‬ ‫كا‪ً ٬‬ؽ ‪ًٞ ٚ‬ري ال‪٧‬ؤ ً‪٪ً ٦‬ني ال‪ٕ٧‬‬
‫ى ي ٍ ي ٍ ى ى ٍ ي ٍى ٍ ى‬ ‫ى ٍي‬ ‫ى ى ن ىٍ‬
‫ةف‬
‫كىل االت‪ً ٞ‬‬ ‫‪ٚ‬ؼ ىؾ ‪ً ٬‬ؽيخ خ‪ ٨‬ا ً‬ ‫ػٮيٍ ىؽ ذا ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف‬ ‫يةقػةاًال جت ً‬
‫ٍى ٍ ى ي ى ٍى‬ ‫ٍ‬ ‫ل ى ي‬ ‫ى ه ى‬ ‫ىٍ‬
‫ةت‬ ‫ً‬ ‫ى‬
‫يػ‬ ‫ال‬ ‫ىصأت ثً ً‪ ٫‬االػجةر كا‬ ‫ػٮيٍ يؽ يق ‪ٍ ٚ‬ؿض ‪ ٠‬ى‪٧‬ة الىالة‬ ‫جت ً‬
‫ةق ي‬
‫ػؿ‬ ‫ع ى‪ ٬‬ى ي ل ي ى ى‬ ‫ى ى ٍ‬ ‫ضػٮيٍ ًؽ ىذ ي٭ ىٮ ي‬ ‫ى ى ي ل ٍ‬
‫ػٮاق ًإ‪ ٫٩‬خل ً‬ ‫‪ٚ‬ػؽ‬ ‫ك‪ٚ‬ؿ‬ ‫ةظؽ اتل ً‬ ‫كص ً‬
‫ٍي‬ ‫ى ي‬ ‫ى ٍى ٍ ي ل ٍ ٍ ى ٍ ه ى‬
‫ى‪ ٨ٍ ٦‬ل ٍ‪ ٥‬جيىػٮ ًد ا‪ٍ ٞ٣‬ؿ ىءاف آزً ي‪٥‬‬ ‫ػ‪ ٥‬ال ًز يـ‬ ‫كاالػؽ ثًةتلض ًٮي ًؽ ظذ‬
‫ى‬ ‫ى ى ى ٍ ي ى‬ ‫ىٍ ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى لي‬
‫ىك‪١٬‬ؾا ً‪٪٦‬ػ‪ً ٫‬احلٍػ‪٪‬ىة ىك ىوػال‬ ‫إل‪٣‬ػ ً‪ ٫‬ا‪٩‬ػػـال‬ ‫ً‬ ‫ا‬ ‫ػ‪٫‬‬ ‫ًأل‪٩‬ػ ً‬
‫ث‬ ‫‪٫‬‬

‫‪162‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

Do’a sebelum mengaji al Qur`ân


ٍ ‫ىىل ى ى‬ ‫ى ى ه ى ه ى ي ى ُّ ى ى ي ي‬
‫ ىك ًج لي وح‬٢‫ًٕ و‬ٚ‫ ٍٮ وؿ ىك‬ٝ ٨ٍ ‫ُن ىق خ‬ ‫ت‬ ٫ٔ‫ة‬ ٧‫ ق‬٢٧‫ الح‬٥‫ ًؽي‬ٝ ‫الكـ‬
‫ري ًت‬‫ٍ ىؽ ىص ٍ٭ًل ىك ىظ ٍ ى‬٪ًٔ ‫ٍت‬٤ٞ‫ ى‬٣ً ٢‫ىد ًحلٍ ه‬ ‫ي ٍٮ يرقي‬٩‫ يلك ىدا وء ىك‬٨ٍ ٦ً ‫ أى ٍمذىىف‬٫‫ث‬
ً ً ً ًً
‫ىى ٍ ىٍ ىى ٍ ىيٍى‬ ٍ ‫ىذيى ى‬
‫ ًىت‬٤ٞ٦‫ ًىع ك‬٧‫ ًىب كق‬٤ٝ ٫ً ً‫ٮر ث‬٩‫ك‬ ٫ً ًٚ‫ذٕ ًن ب ً ًرس يظ يؿك‬٦‫ةرب ى‬
‫الى ىعةثى ًح‬ ‫ ل‬٥‫اجلب ىك ٍاآلؿ يث ل‬ ‫ًبىة ًق ل‬ ‫ى ى ٍ ى ىل ٍ ى ي ي ى ي‬
٫‫ د ٍر ىق‬٥‫ ث ل‬٫ْٛ‫ٌل ًظ‬ ٔ ٢‫كق٭‬
ً ً
Catatan dalam belajar mengaji al Qur` ân:
al Qur`ân adalah bacaan yang tauqifi, artinya sudah di tentukan
oleh Rasulallah SAW. Untuk membaca al Qur`ân dengan baik dan
benar ada beberapa syarat yang harus di penuhi di antaranya:
1. Mempelajari teori hukum tajwid dari kutubul mu‟tabarah.
2. Mempelajari teori hukum tajwid dengan cara musyafahah dari
guru yang ahli.
3. Musyafahah dalam belajar al Qur`ân, maksudnya mendengarkan
langsung dari lisannya guru, atau membaca didepan guru dan
guru mendengarkan. Dalam belajar al Qur`ân salah satu dari cara
diatas harus dilakukan, sedangkan yang lebih utama adalah
menjalankan kedua duanya, mendengarkan langsung dari
lisanya guru, disertai dengan membaca didepan guru dan guru
mendengarkan.
4. Melatih lisan dan mengulang lafadz yang telah diajarkan dari
guru (jawa : Nderes).
5. Dari kecil belajar ilmu tajwid.

Keterangan diatas diambil dari kitab ‫ اتلضٮيؽ كاصت‬٢٬ hal. 40-41 dan 127 Cet. Dar Al Minhaj.

163
‫‪Buku Panduan; FATHUL MUJIB‬‬

‫املؿاصٓ‬

‫ا‪٣‬جرش ىف ا‪ٞ٣‬ؿاءة ا‪ٕ٣‬رش‬ ‫‪.9‬‬


‫‪٩‬٭ةيح ا‪ٞ٣‬ٮؿ امل‪ٛ‬يؽ ىف ٔ‪ ٥٤‬اتلضٮيؽ‬ ‫‪.9‬‬
‫‪٪٦‬ط ا‪١ٛ٣‬ؿيح ىلع ‪ٞ٦‬ؽ‪٦‬ح اجلـريػح‬ ‫‪.3‬‬
‫اجلـريػح‬ ‫‪.4‬‬
‫رقة‪٣‬ح ٌ‬
‫ا‪ٞ٣‬ؿاء كاحل‪ٛ‬ةظ‬ ‫‪.5‬‬
‫مىُ‪٤‬ط اتلضٮيؽ ىف ا‪ٞ٣‬ؿءاف ا‪٣‬ػ‪٧‬ضػيؽ‬ ‫‪.6‬‬
‫‪٦‬جةدل ٔ‪ ٥٤‬اتلضٮيػؽ‬ ‫‪.7‬‬
‫‪ٚ‬ذػط امل‪٪‬ػةف‬ ‫‪.8‬‬
‫‪ ٢٬‬اتلضٮيؽ كاصت‬ ‫‪.9‬‬
‫‪ .91‬ظؿز األ‪٦‬ةِّن ككص‪ ٫‬اتل٭ةِّن‬
‫‪ .99‬اثؿاز املٕةِّن ‪ ٨٦‬ظؿز األ‪٦‬ةِّن‬
‫‪ .99‬امل‪٪‬ط اإلهليح ىف َجيٓ ‪ٝ‬ؿاءة الكجٓ ‪َ ٨٦‬ؿي‪ ٜ‬النُجيح‬
‫‪٪ٗ .93‬يح ا‪٤ُ٣‬جح ىف دحرس الكجٕح‬
‫‪٪٦ .94‬٭ش ‪ٝ‬ؿاءة ا‪ٕ٣‬رش‬
‫‪ٝ .95‬ةٔؽة ‪ٝ‬ؿاءة الكجٓ‬
‫‪ .96‬أرمي‪ ٙ‬م‪٤‬ذًف أ‪ ٢٬‬اتل‪ٛ‬كري‬
‫‪ .97‬أظاكـ اتلضٮيؽ‬

‫‪164‬‬
Buku Panduan; FATHUL MUJIB

DAFTAR ISI
1. PENGANTAR ..................................................................................... 3
2. KATASAMBUTAN ............................................................................ 5
3. Pentingnya Belajar Ilmu Tajwid ........................................................ 10
4. Sejarah Singkat Qirâ`At Sab‟ah dan Riwayat Hafs di 13
Nusantara..
5. Makhraj-makhraj Huruf ..................................................................... 30
6. Sifat-sifat Huruf .................................................................................... 44
7. Jadwal Sifat-sifat Huruf ....................................................................... 53
8. ‫ؽايح الىجيةف‬٬ ‫ دؿَجح‬................................................................................ 55
9. Bab Menjelaskan Hukum-Hukum Tanwin dan Nun Mati ......... 56
10. Bab Menjelaskan Hukum Mîm & Nûn yang Bertasydid
Dan Mîm Mati ..................................................................................... 62
11. Bab Menjelaskan Idghâm ................................................................... 67
12. Bab Menjelaskan Lam Ta‟rif dan Lam Fi‟il .................................... 72
13. Bab Menjelaskan Huruf Tafkhim dan Huruf Qalqalah ............... 76
14. Bab Menjelaskan Huruf Mad dan Pembagiannya ......................... 82
15. ‫ذط املضيت‬ٚ .............................................................................................. 97
16. Shighat Ta‟awwudz .............................................................................. 97
17. Hukum Membaca Basmalah .............................................................. 99
18. Alif yang Tidak Dibaca Panjang ........................................................ 101
19. Hukum Ra` Mati ................................................................................. 102
20. Bacaan-bacaan Yang Gharib .............................................................. 106
21. Lafadz-lafadz yang Dibaca Dua Wajah ............................................ 119
22. Cara Pelafadzan Kalimat Yang Diwaqafkan ................................... 121
23. Saktah ..................................................................................................... 124
24. ‫ة‬٩‫ة – ء‬٩‫ أ‬.................................................................................................. 125
25. ‫ ئ‬yang tidak dibaca panjang .......................................................... 126
26. ‫ ؤا‬............................................................................................................ 126
27. ‫ ؤ‬............................................................................................................. 129
28. ‫ إذ‬............................................................................................................ 132
29. ‫ؽ‬ٝ ........................................................................................................... 133

165
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
30. Ta‟ Ta‟nits .............................................................................................. 134
31. ٢ٝ , ٢٬ , ٢‫ ث‬............................................................................................ 135
32. ‫ أال‬- ‫ إال‬..................................................................................................... 136
ٌ‫ى‬
33. ‫ ىالك‬.......................................................................................................... 137
34. ‫ ثًل‬........................................................................................................... 140
35. ٟ‫ؾل‬٠ ...................................................................................................... 142
36. Bacaan Huruf Fawatihussuar ....................................................... 143
37. Bab Waqaf dan Ibtida‟ ....................................................................... 145
38. Bacaan Haram Waqaf ........................................................................... 152
39. Isyarat Waqaf .......................................................................................... 153
40. Tanda-tanda yang terdapat dipinggir mushhaf .......................... 154
41. Sujud Tilawat ........................................................................................ 155
42. ُّ َّ‫ َءايَ ٌث َد ََع ذ ِْي َٕا انل‬.......................................................................................
‫ِب‬ 155
ِ
43. Do‟a Khatmil Qur`ân ......................................................................... 158
44. Nadzaman setelah khataman ............................................................. 161
45. Doa sebelum belajar mengaji al Qur` ân ................................. 167
46. ٓ‫ املؿاص‬.................................................................................................... 165

166
Buku Panduan; FATHUL MUJIB
CATATAN

_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________

167

Anda mungkin juga menyukai