Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KERUANGAN KOTA

Ditujukan Sebagai Tugas Geografi Semester 1

DISUSUN

Oleh:

Putra Ananda Suhara

Said Ali Akbar

M. Khairul Ariffin

Zahra Maulida

T. Suci Jannati

Raida Safira

MAN 2 LANGKAT
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah menolong hamba-Nya

menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia

mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang

“Lingkungan Hidup”, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai

sumber. Makalah ini saya susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang

datang dari diri saya sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan

penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah Swt akhirnya makalah

ini dapat terselesaikan.Makalah ini menjelaskan tentang “Pola Keruangan

Kota”.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah

membimbing saya agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya

mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia dan perkembangan

zaman pada saat ini. Populasi manusia mempengaruhi keadaan alam, semakin

banyak manusia tinggal di suatu daerah maka kebutuhan hidup juga

bertambah. Dengan bertambahnya manusia yang berperan sebagai konsumen,

para produsen memproduksi produk mereka agar memenuhi kebutuhan

konsumen mereka. Contohnya kerusakan hutan di Indonesia masih simpang

siur, ini akibat perbedaan persepsi dan kepentingan dalam mengungkapkan

data tentang kerusakan hutan. Laju deforestasi di Indonesia menurut perkiraan

World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun, dimana

deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya. Namun

World Bank mengakui bahwa taksiran laju deforestasi didasarkan pada data

yang lemah. Sedangkan menurut FAO, menyebutkan laju kerusakan hutan di

Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal

hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM peduli lingkungan

mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per

tahun dan lebih tinggi lagi data yang diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa

kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun yang sebagian

besar adalah penebangan liar atau illegal logging. Sedangkan ada ahli


kehutanan yang mengungkapkan laju kerusakan hutan di Indonesia adalah

1.080.000 ha per tahun.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat diambil kesimpulan atau rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian lingkungan hidup ?

2. Apa bentuk-bentuk kerusakan lingkungan hidup dan faktor-faktor

penyebabnya ?

3. Apa bentuk-bentuk kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan

manusia ?

4. Bagaimana usaha untuk melestarikan lingkungan hidup ?

C.    Tujuan penulisan

Supaya pembaca lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Karena pada saat ini kita harus tegas dalam menentukan tindakan untuk

menanggulangi kerusakan lebih lanjut seperti kerusakan  hutan, kebakaran

hutan, asap pabrik yang membuat lapisan ozon berlubang dan banyak

kerusakan lain yang disebabkan oleh manusia kita dapat berusaha untuk

menjaga lingkungan dengan cara reboisasi, penyuluhan tentang.


BAB II

PEMBAHASAN

B. POLA KERUANGAN KOTA


1. Pengertian Kota

Ada beberapa pengertian kota, antara lain sebagai berikut.

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun 1980 Kota terdiri atas
dua bagian. Pertama, kota sebagai wadah yang memiliki batasan administrasi
sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Kedua, kota sebagai
lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya
ibu kota kabupaten, ibu kota kecamatan, serta berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan dan permukiman.

b. R. Bintarto

Bintarto mengungkapkan bahwa kota merupakan sistem jaringan


kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk tinggi struktur sosial
ekonomi heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Dengan kata lain,
kota merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan
nonalami.

c. Wirth

Kota adalah suatu permukiman penduduk yang cukup besar. padat dan
permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

d. Max Weber

Suatu wilayah yang penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian


besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.

e. Dwight Sanderson

Kota ialah tempat permukiman yang berpenduduk 10.000 orang atau


lebih.
Marilah sekarang kita amati teori Talcott Parsons mengenai tipe
masyarakat kota yang di antaranya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Netral afektif/netral dalam perasaan

Masyarakat kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan


rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep yang
menguntungkan secara ekonomi atau geselschaft. Mereka tidak mau
mencampuradukkan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut
perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah
sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.

b. Orientasi diri

Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan


dirinya sendiri, pada umumnya di kota tetangga itu bukan orang yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita. Oleh karena itu, setiap orang
di kota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka
cenderung untuk individualistik.

c. Universalisme

Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum. Oleh karena itu,
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk universalisme.

d. Prestasi

Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu


diterima masyarakat berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.

e. Heterogenitas

Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat heterogen, artinya terdiri


dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.

2. Klasifikasi Kota

Menurut Taylor klasifikasi kota dibagi atas beberapa tahapan berikut ini.

a. Tahap awal/infantil (the infantil stage)

Sesuai dengan nama tahapannya bahwa tahap ini merupakan tahap awal
dari sebuah kota, dimana masih belum jelas pembagian mengenai daerah-
daerah permukiman dengan perdagangan, atau dengan kata lain belum
adanya pembatasan yang jelas antara kedua kenampakan tersebut.

b. Tahap muda/juvenil (the juvenil stage)

Nampak beberapa kenampakan pengelompokan pertokoan bagian-


bagian kota serta munculnya kawasan permukiman ke menengah ke atas
muncul disekitar kawasan pembangun pabrik dan di pinggiran kota.

c. Tahap dewasa

Dalam tahap ini sudah nampak terlihat adanya gejala-gejala segregasi


fungsi-fungsi (pemisahan fungsi-fungsi). Tahap sudah terlihat adanya
perbedaan antara permukiman ke atas dan kelas bawah.

d. Tahap ketuaan

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang ditandai dengan adanya


pertumbuhan yang terhenti (cessation of growth).Dalam tahap ini banyak
terjadi kemunduran mulai dari distrik serta kesejateraan ekonomi
penduduknya.

3. Pola Keruangan Kota

Pola keruangan kota dibedakan menjadi tiga macam, yaim pola


konsentris, pola sektoral, dan pola pusat kegiatan ganda.

A. Pola konsentris oleh Ernest W. Burges

Kota yang berpola konsentris berasal dari suatu tempat pengelompokan


penduduk yang tiap bagiannya berkembang sedikit demi sedikit ke arah
luar.Menurut Ernest, kota ini dibagi menjadi lima zona yakni sebagai berikut:

1) Center bussines district (CBD) atau pusat kota. Di pusat kota ini berdiri
berbagai macam fasilitas mulai dari gedung pemerintahar perkantoran, bank,
pertokoan besar, dan sebagainya.

2) Transitional zone (zona peralihan), zona ini merupakan tempat tinggal


golongan penduduk kelas menengah, dengan kegiatan ekonomi tingkat
menengah.

3) Commuters zone (zona penglaju), merupakan zona yang menjadi tempat


tinggal para buruh dan pekerja pabrik golongan rendah.
Jadi, dapat digambarkan bahwa makin jauh dari pusat kota makin rendah
derajat sosial,kota yang berpola seperti ini di Indonesia adalah kota Yogyakarta
dan Solo. Pusat kota ada di dalam benteng, yaitu disekitar keraton.

B. Pola sektoral oleh Hommer Hoyt

Pada pola sektoral, sektor-sektor yang menjadi bagian dari suatu kota
dapat berkembang sendiri-sendiri tanpa banyak dipengaruhi oleh pusat kota.
Satu sektor dapat berkembang lebih cepat daripada sektor lain. Begitu pula
jarak tiap sektor dengan pusat kota juga berlainan. Perkembangan sektor-
sektor ini juga dipengaruhi oleh topografi kota dan jenis aktivitas penduduk.
Topografi kota antara lain berupa relief dan pola aliran sungai yang ada di
wilayah tersebut.

Di samping tumbuh mendatar, kota juga dapat berkembang secara


vertikal akibat dari mahalnya harga lahan dan semakin terasa sulitnya mencari
lahan kosong untuk perumahan dan perkantoran. Biasanya pertumbuhan
vertikal ini terdapat di sektor yang dihuni atau dimiliki oleh orang yang cukup
mampu. Di samping pertumbuhan vertikal ini, pada sektor yang dihuni oleh
penduduk yang kurang mampu terjadi pertumbuhan memadat.

C. Pola pusat kegiatan ganda

Kota dengan pusat kegiatan ganda bermakna bagian-bagian kota


mempunyai latar belakang lingkungan yang berlainan, baik lingkungan alami
maupun lingkungan sosial dan ekonomi. Dengan demikian, setiap pusat
kegiatan dapat berkembang dan tumbuh sendiri-sendiri seolah-olah lepas dari
pengaruh kegiatan lain.

Kota yang berpola seperti ini dapat ditemukan di tepi pantai atau di tepi
sungai yang menjadi daerah pelabuhan dan pusat perdagangan. Di samping
pusat perdagangan, ada pula pusat pemerintahan dengan banyak gedung
perkantoran yang berkembang sendiri. Dahulu, Kota Jakarta memperlihatkan
pola seperti ini. Wilayah Tanjung Priok sebagai pelabuhan, Glodok sebagai
pusat perdagangan besar, Gambir (dahulu bernama Batavia Centrum) sebagai
pusat pemerintahan, dan Jatinegara (dahulu bernama Meester Cornelis)
adalah pusat perdagangan rakyat kecil.

Pada masa sekarang sudah tidak mungkin ditemukan kota dengan pola
murni seperti di atas. Semua perkembangan kota merujuk kepada campuran
antara ketiga bentuk pola utama tersebut.
4. Kaitan Kota dengan Pusat Kegiatan dan Tata Ruang

A. Lokasi pusat kegiatan dan pola keruangan kota

Kegiatan yang ada di kota turut menentukan pola keruangan.


Masyarakat kota tidak mengenal kehidupan ekonomi bercorak agraris.
Penduduk kota berdiam di dalam dan sekeliling pusat kegiatan ekonomi,
pemerintah, kesenian, dan ilmu pengetahuan. Beberapa contoh mata
pencarian orang kota adalah bidang industri barang dan jasa, perdagangan,
pegawai negeri, anggota TNI/Polri. dan wiraswasta.

Pusat kegiatan dan pekerjaan masyarakat kota pada umumnya berada di


ruang tertutup yang tidak berhubungan dengan alam. Jenis pekerjaannya
cenderung terfokus pada suatu bidang dan memiliki pembagian kerja yang
jelas.

Fasilitas yang berhubungan dengan tata ruang kota adalah sebagai


berikut:

1). Permukiman penduduk.

2). Gedung perkantoran.

3). Fasilitas pendidikan.

4). Pasar, pertokoan, dan bank.

5). Rumah Sakit.

6). Tempat ibadah.

7). Pusat, jasa, kantor, pos, dan telepon umum.

8). Tempat rekreasi.

9). Jalan tol, stasiun, terminal, bandara, dan pelabuhan 10) Saluran air dan
tempat pembuangan sampah.

B. Sistem transportasi.
Sistem transportasi di kota sudah tentu jauh lebih baik dibandingkan
dengan sistem transportasi di desa. Dengan tingkat pendidikan dan
penguasaan teknologi yang relatif tinggi, masyarakat kota mampu
menciptakan sistem yang canggih. Bahkan pada saat ini, prasarana jalan di
Jakarta sudah dapat disejajarkan dengan kota-kota modern di negara-negara
maju, seperti tampak pada pembangunan jalan-jalan layang dan jalur-jalur
kereta-api. Sistem transportasi massal seperti busway, subway, dan monorel
pun sedang dirancang agar dapat mendukung pergerakan penduduk (mobilitas
penduduk).

C. Pola penggunaan tanah di kota

Kata sebagai pusar kegiatan selalu berkembang, baik fung penan,


maupun kondisi fisik. Masalah-masalah yang timbul sebag ali dati
perkembangan kota meliputi masalah kependuduka masalah sosial ekonomi,
masalah lingkungan, masalah administrasi pemerintahan dan koordinasi di
bidang transportasi dan komunikasi. Panjang jalan terus bertambah.
jaringannya juga menjadi lebih padat.

Pertambahan penduduk di kota pada umumnya lebih banyak berasal


dari pendatang baru daripada pertambahan dari kelahira Pendatang baru ini
adalah akibar perpindahan penduduk dari desa ke kota.Gerikan penduduk dari
daerah pedesaan ke kota disebut urbanisasi, Urbanisasi ini mempunyai
beberapa macam arti, yaitu sebagai berikut:

1). Migrasi dan desa ke kota, jadi dengan maksud tinggal menetap baik
sementara maupun selamanya.

2). Gerakan penduduk (umuminya tenaga kerja) dari desa ke kota untuk
bekerja tanpa menginap (penglaju/komuter).

3). Perpindahan penduduk dari desa ke kota dapat menyebabkan


berkembangnya kawasan kumuh.

4). Proses pengkota-kotaan, munculnya supermarket dan berdirinya industri di


daerah pedesaan, juga merupakan contoh urbanisasi.

5. Sejarah Pertumbuhan Kota

Wilayah pasar usaha pada kota-kota di Indonesia umumnya dipadati


oleh perumahan, gudang, pabrik, dan ditambah pasar-pasar madisional.
Keadaan itu membuat pusan usaha kota di Indonesia menjadi sangat sibuk dan
ramai.

Wilayah pasar usaha yang terdapat di Eropa dan Amerika terutama berisi
pedagang eceran, bank, pelayanan dokter,jasa hukum, hotel, dan hiburan.
Pada umumnya tidak terdapat perumahan, pabrik, atau pedagang besar.

Dari uraian di atas, adanya perkembangan aktivitas penduduk di


Indonesia yang tumbuh mengakibatkan munculnya kota kota atas dasar
sebagai berikut.

A. Kota yang berasal dari perkebunan

Kota-kota yang terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera berkembang


karena munculnya usaha perkebunan. Dengan munculnya kegiatan muncul
pula fasilitas yang kemudian membuat daerah ini menjadi kota baru, Di
samping itu, ada filter tenaga kerja yang mendukung keberhasilan usaha
perkebunan. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tumbuh kota-kota baru
akibat adanya perkebunan tebu. Adapun di daerah Palembang dan Jambi,
kota-kota baru muncul akibat adanya perkebunan karet.

B. Kota yang berasal dari pusat administrasi pemerintahan

Banyak kota besar di Indonesia dapat muncul dan tumbuh menjadi kota
besar karena berperan sebagai pusat administrasi pemerintahan. Kota-kota
yang tumbuh sebagai pusat pemerintahan sejak zaman kerajaan Islam, antara
lain adalah Demak, Banten, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Makassar, Gowa,
Palembang, Banjarmasin, dan Banda Aceh. Pada zaman Hindia Belanda, timbul,
kota-kota baru yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, antara lain Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Bukittinggi, Medan, serta Ambon. Pada zaman
penjajahan Belanda, Batavia atau Jakarta dijadikan pusat pemerintahan
kolonial.

B. Kota yang berasal dari pertambangan

Kota-kota di Indonesia yang tumbuh sebagai akibat adanya hasil-hasil


tambang, antara lain adalah Kota Rejang Lebong (Bengkulu), Singkawang
(Kalimantan Barat), dan Martapura (Kalimantan Selatan). Daerah-daerah
tersebut merupakan penghasil tambang untuk perhiasan. Ditemukannya
tambang timah di Bangka, Belitung, dan Singkep, menyebabkan pertumbuhan
kota-kota, antara lain Pangkalpinang, Muntok, dan kota-kota di wilayah pantai
timur Sumatera (dari Pangkalan Brandan sampai Palembang). Di Jawa, ada juga
kota yang tumbuh akibat pengaruh industri tambang di daerah sekitarnya,
seperti Jatibarang, Cepu, dan Wonokromo. Adapun kota di Kalimantan, seperti
Tarakan dan Balikpapan, tumbuh akibat adanya tambang minyak bumi.

Perkembangan kota-kota di Indonesia sekarang cenderung makin luas.


Kota di Indonesia pada tahun 2012 berjumlah 106 kota dan 52 persen dari
jumlah penduduk Indonesia bermukim di wilayah kota. Faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangan dan kemajuan kota, baik yang berasal dari pusar
administrasi pemerintahan ataupun bekas kerajaan, ditentukan oleh hal-hal
sebagai berikut.

1). Campur tangan para penguasa.

2). Keterlibatan pihak investor swasta.

3). Fasilitas pendukung berupa, jalan, jembatan, aktor yang memengaruhi


perkembangan dan transportasi, komunikasi,air minum, listrik.

4). Ketersediaan sumber daya.

Perkembangan kota dari unsur campuran berarti bahwa perkembangan


kota tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh satu aspek, tetapi dipengaruhi
oleh beberapa aspek baik dari pemerintahan, perekonomian, perdagangan,
letak geografis, maupun aspek lainnya. Semua aspek secara bersama-sama
memengaruhi perkembangan kota. Di Indonesia, contoh perkembangan kota
dan unsur campuran adalah Jakarta, Bandung, Surabaya. Samarinda
Balikpapan, Medan, dan Merauke.

Berdasarkan jumlah penduduknya, daerah kota dapat dibedakan


menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut.

1). Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000 100.000 jiwa.

2). Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000-1 juta jiwa.

3). Kota metropolitan, yaitu kota yang berpenduduk lebih dari satu juta jiwa.

6. Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Kota

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat yang


masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing kota masing punya
sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial. struktur serta proses-proses
sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan"
pula.

Interaksi antara daerah perkotaan dengan pedesaan menimbulkan


pengaruh tertentu. Pengaruhnya sangat bergantung pada jarak terhadap pusat
kota. Makin jauh dari pusat kota, makin lemah interaksinya. Wilayah-wilayah
interaksi tersebut membentuk lingkaran-lingkaran yang dimulai di pusat kota
sampai ke wilayah pedesaan. Menurut Bintarto, wilayah-wilayah zona interaksi
adalah sebagai berikut.

a. City, diartikan sebagai pusat kota.

b. Suburban (subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang lokasinya


berdekatan dengan pusat kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal para
penglaju.

c. Suburban fringe (tepi subdaerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang


melingkari daerah perkotaan. Wilayah ini merupakan daerah peralihan kota
dan desa.

d. Urban fringe (daerah perkotaan paling luar), yaitu semua batas wilayah
terluar suatu kota. Wilayah ini ditandai dengan sifat sifatnya yang mirip dengan
wilayah kota, kecuali terhadap wilayah pusat kota.

e. Rural urban fringe (daerah batas desa-kota), yaitu suatu wilayah yang
terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan
campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.

f. Rural (daerah pedesaan), yaitu suatu wilayah yang menitikberatkan


pada sektor pertanian.

Umberto Toschi, seorang ahli geografi perkotaan berkebangsaan Italia,


mengemukakan teori-geori geografi kota pada tahun 1948. Toschi mengulas
panjang lebar tentang bagian-bagian kota yang disebut "sel kota" (urban cell),
serta kaitannya dengan struktur kota diistilahkan sebagai "anatomi kota" (city
anatomy).

Geografi kota yang Geografi kota yang dikemukakan oleh Toschi


mengulas tentang persebaran kota-kota dalam kaitannya dengan kondisi
lingkungan. Di samping kota yang terletak di tanah datar biasa, perlu
diperhatikan pula adanya kota di dataran tinggi, lereng gunung, tepi laut, tepi
danau, dan tepi sungai. Kota-kota dalam hubungannya dengan letak morfologis
tersebut mempunyai karakteristik berbeda antara satu dan yang lain.

Satu hal lain yang perlu diperhatikan sehubungan dengan maraknya


kegiatan di kota adalah terjadinya pemekaran kota. Semakin banyak kegiatan
perekonomian di suatu kota maka pemekaran yang terjadi akan semakin luas.

Sebagai lokasi pemusatan penduduk, kota akan berkembang sesuai


dengan peningkatan jumlah dan jenis kegiatan yang menyangkut segala segi
kehidupan penduduk itu sendiri. Semakin bervariasinya keperluan penduduk,
semakin berwarna pula lapangan kerja di kota. Dengan demikian, kota menjadi
tempat berbagai kegiatan sehingga banyak orang datang untuk mencari
pekerjaan di kota.

Kota dapat pula dikatakan sebagai pusat fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan sehari-hari, meliputi segala aspek kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, timbullah interaksi antara kota dengan daerah sekitarnya.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kerusakan lingkungan hidup banyak diakibatkan oleh manusia.

Diantaranya kebakaran hutan, penebangan liar yang mengakibatkan hutan

gundul. Majunya teknologi seperti mobil, pabrik, dan sepeda motor membuat

udara tercemar dan lapisan ozon berlubang karena asap kendaraan. Lapisan

ozon yang berlubang membuat sinar matahari langsung ke bumi yang

menyebabkan suhu di bumi naik. Karena suhu di bumi naik es di kutub utara

mulai mencair. Hal tersebut membuat permukaan air laut meningkat. Oleh

karena itu, manusia harus segera menanggulangi kerusakan ini sebelum

kerusakan semakin meluas. Selain menanggulangi manusia harus sadar dan

mengintrospeksi diri mereka agar tidak mengulangi kesalahan yang sama

seperti merusak lingkungan.

B.     Saran

Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kelestarian lingkungan

hidup. Karena pada saat ini pemerintah masih berpangku tangan atas apa yang

terjadi dengan lingkungan. Pemerintah harus tegas dalam menentukan


tindakan untuk menanggulangi kerusakan lebih lanjut seperti

kerusakan  hutan, kebakaran, asap pabrik yang membuat lapisan ozon

berlubang dan banyak kerusakan lain yang disebabkan oleh manusia dengan

cara reboisasi, penyuluhan tentang pentingnya lingkungan hidup bagi

kehidupan manusia.
REFERENSI

id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup

kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/…/makalah-kerusakan-

lingkungan

www.artikellingkunganhidup.com/

http://www.irwantoshut.net/kerusakan_hutan_indonesia.html

nasional.news.viva.co.id

Anda mungkin juga menyukai