Anda di halaman 1dari 24

Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

OBSERVASI KAMPUNG JOGOYUDAN

Disusun Oleh:

 Muhammad Yusuf 15512126

 Raharjo Sembodo 15512198

 Rido Rinaldi 15512209

 Crisna Try Atmaja 15512210

 Qadryansyah Dr 15512212

Dosen Pembimbing:

Ir. Fajrianto
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN


PERENCANAAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas makalah . Tidak lupa kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Masyarakat Kampung purwokinanti, yang sudah
mengizinkan kami untuk melakukan observasi guna penyelesaian tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Amin.

Yogyakarta, 05 April 2018

Penyusun
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..

B. Maksud Dan Tujuan…………………………………………………………………

C. Metode Penulisan……………………………………………………………………

BAB II. PEMBAHASAN LAPORAN HASIL SURVEY………………………………………..

A. Kajian Literatur………………………………………………………………………..

B. Landasan Teori………………………………………………………………………..

C. Alternatif Pemecahan Masalah…………………………………………………………

D. Laporan Penelitian……………………………………………………………………

BAB III. PENUTUP…………………………………………………………………………........

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………….

B. Refrensi ………………………………………………………………………………...
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu
tanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam
suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan
permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. oleh karena itu permukiman kumuh
harus senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas.
Beberapa dimensi permukiman kumuh yang menjadi penyebab tumbuhnya permukiman
adalah factor urbanisasi penduduk , migrasi penduduk , sarana prasaran , sistem ekonomi
dan sebagainya.

Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak
mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun
masih saja banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota
yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya
yaitu, pendirian rumah secara liar di lahan-lahan pinggir jalan sehingga mengganggu
ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan kemacetan jalanan kota. Masyarakat
miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya sehingga perlu
mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat
dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota
namun karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi
ancaman bagi eksistensi kota yang mensejahterahkan.

Maka dari itu berdirinya sebuah pemukiman kumuh dalam sebagian kota
merupakan sebuah aspek permasalahan yang harus dihadapi oleh seorang arsitektur dalam
memberikan solusi yang dapat mengatasi permasalah tersebut. Tidak hanya itu seorang
arsitek harus juga memperhatikan beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam
membangun sebuah bangunan fungsional yang dapat memberikan dampak yang baik bagi
orang orang.

Dalam tinjauan diatas merupakan sebuah aspek tugas yang diberikan kelompok
kami dalam mensurvey permasalahan dilingkungan pemukiman kumuh di kota sebagai
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

contoh pemukiman “kampung JOGOYUDAN di daerah istimewa Yogyakarta “tugas ini


bermaksud untuk

memberikan sebuah alternative dalam mensejahterakan penduduk dalam kawasan maupun


luar kawsan kota Yogyakarta dalam kajian membangun sebuah perumahan yang baik.

B. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui Karakteristik pemukiman kumuh yang menjadi subuah aspek masalah.


2. Mengetahui permasalahan umum yang terdapat dalam pemukiman tesebut
3. Mengetahui kehidupan / AKTIVITAS penduduk dipemukiman tersebut.
4. Memberikan solusi dan alternative dalam membangun tempat fungsional yang bermanfaat.
5. Sebagai Tugas laporan untuk kajian perumahan dalam perkuliahan prodi Arsitektur

C. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Menentukan tema apa yang akan dibahas. Tema yang akan dibahas adalah “Pemukiman
Kumuh di Perkotaan Yogyakarta ”.
2. Dengan cara penelitian langsung ke objek penelitian, yaitu pemukiman “Jalan. Kampung.
Jogoyudan, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233,
Indonesia
3. Melakukan wawancara dengan narasumber.
4. Mencari dan mengembangkan materi yang didapat melalui browsing internet yang
berhubungan dengan materi yang akan kami sampaikan.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

BAB II
PEMBAHASAN LAPORAN HASIL SURVEY
A. Kajian Literatur

Menurut Kamus Tata Ruang (1997:112) urbanisasi adalah perubahan secara


keseluruhan atau transformasi tatanan masyarakat yang semula dominan perdesaan
menjadi dominan perkotaan; dalam arti terbatas juga disebut pertambahan penduduk
suatu kota sebagai akibat migrasi penduduk dari wilayah perdesaan sekitarnya atau
karena perpindahan penduduk dari kota lain.Urbanisasi ini sering dikaitkan dengan
perkembangan suatu kota. Pada dasarnya urbanisasi dipengaruhi oleh faktor penduduk
yakni peningkatan penduduk padasuatu kota. Urbanisasi dapat meningkatkan
penambahan jumlah penduduk. Peningkatan urbanisasi berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan arus urbanisasi akan menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk yang
cenderung tidak terkendali tentu dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi suatu
kota.

Perumahan dan Permukiman


Kota yang mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertumbuhan
penduduk dapat menimbulkan perubahan sosial ekonomi, dan budaya serta
interaksinya dengan kota-kota lain dan daerah sekitarnya. Sebagian besar
pertumbuhan kota-kota di Indonesia tidak diimbangi dengan pembangunan sarana
dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan yang mendukung
perubahan tersebut, sehingga perkembangan yang terjadi di kawasan perkotaan
dianggap mengalami degradasi lingkungan yang berpotensi menciptakan
permukiman kumuh (Sobirin, 2001: 41).
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan pemukiman
adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan (UU
No.1 tahun 2011).
Adapun kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan kawasan permukiman
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan maupun penyelenggaraan
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,


pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat
(UU No.1 tahun 2011).

Kampung Kota
Kampung kota dapat dijelaskan sebagai sebuahperumahan atau pemukiman
yang seperti kampung di pedesaan, tapi beradadi perkotaan(Setiawan, 2010). Jika
dilihat secara fisik sebagian kampung kota biasanya identik denganketidakteraturan
hingga kondisi kumuh. Namun demikian kampung kota juga biasanya memiliki ciri
khas tertentu berdasar sejarahnya masing-masing.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa kampung kota


adalah suatu bentuk permukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan
ciri: penduduk masih membawa sifat dan perilaku kehidupan pedesaan; kondisi
fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan; kerapatan
bangunan dan penduduk tinggiserta memiliki pola guna lahan campuran/mixed
used.
B. Landasan Teori

Pengertian dan Karakteristik Permukiman Kumuh


Menurut Khomarudin (1997) permukiman kumuh dapat didefinisikan
sebagai berikut suatu lingkungan yg berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha)
dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah, jumlah rumahnya sangat
padat dan ukurannya dibawah standartd, sarana prasarana tidak ada atau tidak
memenuhi syarat teknis dan kesehatan serta hunian dibangun diatas tanah milik
negara atau orang lain dan diluar perundang-undangan yang berlaku.
Faktor-faktor Terbentuknya Permukiman Kumuh

Adapun timbulnya kawasan kumuh menurut Hari Srinivas (2003) dapat


dikelompokan sebagai berikut:

-Faktor internal: Faktor budaya, agama, tempat bekerja, tempat lahir, lama
tinggal, investasi rumah, jenis bangunan rumah.
-Faktor eksternal: Kepemilikan tanah, kebijakan pemerintah

Penyebab utama tumbuhnya lingkungan kumuh menurut Khomarudin (1997)


antara lain adalah :

 Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok


masyarakat, berpenghasilan rendah,
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

 Sulit mencari pekerjaan,


 Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,


 Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,


 Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta

 Disiplin warga yang rendah.


 Kota sebagai pusat perdagangan yang menarik bagi para pengusaha,


 Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dampak sosial,


dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah
dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah dianggap sebagai sumber
ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial. Daerah ini
sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan,
dan sumber penyakit sosial lainnya.

Dampak langsung dari adanya permukiman kumuh dalam hal keruangan yaitu
adanya penurunan kualitas lingkungan fisik maupun sosial permukiman yang
berakibat semakin rendahnya mutu lingkungan sebagai tempat tinggal (Yunus,
2000 dalam Gamal Rindarjono, 2010). Seperti halnya lingkungan permukiman
kumuh yang ada di Semarang memperlihatkan kondisi kualitas lingkungan yang
semakin menurun, secara umum hal ini dapat diamati berdasarkan hal sebagai
berikut (Gamal Rindarjono, 2010) : (1) Fasilitas umum yang kondisinya dari tahun
ke tahun semakin berkurang atau bahkan sudah tidak memadai lagi; (2) Sanitasi
lingkungan yang semakin menurun, hal ini dicerminkan dengan tingginya wabah
penyakit serta tingginya frekwensi wabah penyakit yang terjadi, umumnya adalah
DB (demam berdarah), diare, dart penyakit kulit; (3) Sifat extended family
(keluarga besar)pada sebagian besar pemukim permukiman kumuh mengakibatkan
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

dampak pada pemanfaatan ruang yang sangat semrawut di dalam rumah, untuk
menampung penambahan jumlah anggota keluarga maka dibuat penambahan-
penambahan ruang serta bangunan yang asal jadi, akibatnya kondisi rumah secara
fisik semakin terlihat acak-acakan.

Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama


dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas
dan kemampuan adaptasi lingkungan yang kurang memadai. Kondisi kualitas
kehidupan yang serba marjinal ini ternyata mengakibatkan semakin banyaknya
penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Hal ini dapat diketahui dari
tatacara kehidupan sehari-hari, seperti mengemis, berjudi, mencopet dan
melakukan berbagai jenis penipuan. Terjadinya perilaku menyimpang ini karena
sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan
kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa
impian yang mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan
ternyata tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka.

Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kamampuan untuk


mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa
modal usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola kehidupan kota.
Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin memprihatinkan itu
mendorong para pendatang tersebut untuk hidup seadanya, termasuk tempat tinggal
yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar kota,


perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota. Kepadatan
penduduk di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada penghuni
permukiman ini adalah kerja keras mencari nafkah atau hanya sekedar memenuhi
kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan hidup, dan bahkan tidak sedikit warga
setempat yang menjadi pengangguran. Sehingga tanggungjawab terhadap disiplin
lingkungan, norma sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas sosial, tolong
menolong, menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan.

Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongan-golongan


yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak sedikit menjadi
pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan terhadap terjadinya
perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik antar penghuni itu sendiri
maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitanya. Kondisi kehidupan yang sedang
mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan keterbatasan potensi
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

sumber daya yang tersedia, juga turut membuka celah timbulnya perilaku
menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni pemukiman kumuh tersebut.
Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang ini juga diperkuat oleh pola
kehidupan kota yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompokya yang acapkali
bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.

Perilaku menyimpang pada umumnya sering dijumpai pada permukiman


kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan
kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian besar anggota masyarakat.
Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa perbuatan tidak
disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di sembarang tempat.
Kecuali itu, juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak memiliki KTP dan
menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti gotong-royong dan
kegiatan sosial lainnya (Sri Soewasti Susanto, 1974 dalam Diah Novitasari, 2010).
Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya
berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, bercumbu di
depan umum, memutar blue film, begadang dan berjoget di pinggir jalan dengan
musik keras sampai pagi, mencorat-coret tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-
lain. Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa mengarah kepada
tindakan kejahatan (kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan, penipuan,
penodongan, pembunuhan, pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan
pungutan liar, mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya.

Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang


menyangkut (Sri Soewasti Susanto, 1974 dalam Diah Novitasari, 2010) : (a)
masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah permukiman
untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan lapangan pekerjaan di
daerah perkotaan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya perilaku
menyimpang, (b) masalah adanya kekaburan norma pada masyarakat migran di
perkotaan dan adaptasi penduduk desa di kota, (c) masalah perilaku menyimpang
sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan norma pada masyarakat
migran di perkotaan. Disamping itu juga pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan
lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya
pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh yang menyertainya dan menghiasi
areal perkotaan tanpa penataan yang berarti.

Masalah yang terjadi akibat adanya permukiman kumuh ini, khususnya


dikota-kota besar diantaranya wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,
planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, banjir, penyakit menular dan
kebakaran sering melanda permukiman ini. Disisi lain bahwa kehidupan
penghuninya terus merosot baik kesehatannya, maupun sosial kehidupan mereka
yang terus terhimpit jauh dibawah garis kemiskinan. Secara umum permasalahan
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah (Sri Soewasti Susanto, 1974
dalam Diah Novitasari, 2010):

 ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk


bangunan layak huni
 rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman
rawan akan bahaya kebakaran
 sarana jalan yang sempit dan tidak memadai
 tidak tersedianya jaringan drainase
 kurangnya suplai air bersih
 jaringan listrik yang semrawut
 fasilitas MCK yang tidak memadai

C. Alternatif Pemecahan Masalah

Mengatasi Permukiman KumuhKemiskinan merupakan salah satu penyebab


timbulnya pemukiman kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan
dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta
peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi
penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan
dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan
dan lingkungan pemukiman pada umumnya. Menurut Cities Alliance (lembaga
internasional yang menangani hibah, pengetahuan dan advokasi untuk kepentingan
peningkatan permukiman kumuh di dunia) dalam Lana Winayanti (2011) ada
beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencegah pertumbuhan
permukiman kumuh baru yaitu:
a. Kepastian bermukim (Secure Tenure).Hak atas tanah adalah hak individu
atau kelompok untuk menghuni atau menggunakan sebidang tanah. Hak atas tanah dapat
berupa hak milik atau hak sewa. Kejelasan hak atas tanah memberikan keyakinan akan
masa depan
– rasa aman karena kejelasan hak (sewa ataupun milik) akan meningkatkan kestabilan
jangka panjang dan mengakibatkan penghuni berkeinginan berinvestasi untuk
peningkatan kualitas rumah dan lingkungan mereka. Perbaikan secara bertahap oleh
masyarakat dapat meningkatkan kualitas komunitas. Perlu ada kerangka kerja yang
jelas tentang kepastian bermukim. Seringkali masyarakat permukiman kumuh
menghadapi berbagai hambatan untuk memiliki atau memperoleh kejelasan hak atas
tanah dan hak atas hunian yang layak.

Pasar tanah pada umumnya agak disfungsional dan peraturan yang ada menyulitkan
pemerintah daerah untuk mencari tanah terjangkau dan berada di lokasi yang strategis
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

bagi penghuni permukiman kumuh yang padat. Pengendalian tanah seringkali terkait
dengan kekuatan politik dan korupsi, sehingga menyulitkan memperoleh informasi
tentang penguasaan dan kepemilikan tanah, penggunaan dan ketersediaan tanah.

b. Mendapatkan hak segabai warga kota. Masyarakat yang tinggal di


permukiman kumuh adalah bagian dari penduduk perkotaan, dan seharusnya
mempunyai hak yang sama atas kesehatan dan pelayanan dasar kota. Hak ini
seringkali dibatasi oleh kemampuan pemerintah dalam mewujudkan pelayanan dasar
ini. Proses merealisasi hak penghuni permukiman kumuh tergantung pada kapasitas
mereka untuk berinteraksi dengan pemerintah. Salah satu kunci adalah menciptakan
‘ruang’ dimana masyarakat permukiman kumuh dan pemerintah dapat saling
berdialog tentang peluang-peluang meningkatkan komunitas permukiman kumuh.
Melalui dialog, setiap pihak dapat meletakkan hak dan tanggung jawab, serta
merancang program peningkatan permukiman kumuh yang lebih responsif terhadap
kebutuhan masyarakat. Apabila proses ini tidak dipahami oleh masyarakat dan
pemerintah, maka akan sulit program ini berhasil.
Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas diuraikan sesuai
dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok dan fungsi tersebut tercermin dalam
struktur organisasi, proses pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional, serta
komposisi sumber daya manusia dan latar belakang pendidikannya. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli dan
Inspektorat Utama, serta 7 deputi yang masing-masing membidangi bidang-bidang
tertentu. Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro, pembangunan
ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia,
pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum, penerangan,
politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri, pembiayaan dalam
bidang pembangunan, pusat data dan informasi perencanaan pembangunan, pusat
pembinaan pendidikan dan pelatihan perencanaan pembangunan (pusbindiklatren),
program pembangunan nasional (propenas), badan koordinasi tata ruang nasional,
landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan eksternal.
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka selanjutnya. Seharusnya,
pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan melakukan relokasi ke kawasan khusus.
Dengan penyediaan lahan khusus tersebut, pemerintah bisa membangun suatu kawasan
tempat tinggal terpadu berbentuk vertikal (rumah susun) yang ramah lingkungan untuk
disewakan kepada mereka. Namun, pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi
sarana pendukung lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa diakses
hanya dengan berjalan kaki, tanpa harus menggunakan kendaraan. Bangunan harus
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak lahan. Sisanya, harus
disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau, sehingga masyarakat tetap
menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini masyarakat harus turut serta untuk
menanam dan memelihara lingkungan hijau tersebut.

Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa sosial, di mana tidak hanya


menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi juga penyediaan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat, sehingga mereka dapat belajar survive. Perlu dukungan penciptaan
pekerjaan yang bisa membantu mereka survive, misalnya dengan pemberdayaan
lingkungan setempat yang membantu mereka untuk mendapatkan penghasilan,
sehingga mereka memiliki uang untuk kebutuhan hidup.

Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman kumuh di


perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang tahu benar apa
yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat dilibatkan, persoalan
mengenai permukiman kumuh bisa segera diselesaikan. Melalui kontribusi masukan
dari masyarakat maka akan diketahui secara persis instrumen dan kebijakan yang
paling tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh. Dalam mengatasi
permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari negara, terutama untuk menilai
program yang disampaikan masyarakat sudah sesuai sasaran atau harus ada
perbaikan. Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik
semata-mata tetapi yang lebih penting mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat
di kawasan kumuh. Jadi masyarakat juga harus menjaga lingkungannya agar tetap
bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman, tertip,
dan asri.
Pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasinya, diantaranya :
1. Peremajaan Kota

Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur


permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang
dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai
peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan
dari perkotaan.

Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti
dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di
lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur
malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena
mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru.

Dari artikel tentang Kemiskinan dan Pemukiman Kumuh yang diambil dari
blog Wordpress.com, di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering
digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman
masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan
lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik
perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya
berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari
kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.

Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh para ahli
perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan
perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan
yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat
lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan
tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
2. Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin

Aktivitas hijau yang dilakukan oleh masyarakat saat ini amatlah jarang
dilakukan, mengingat kurangnya kepedulian masyarakat itu sendiri maupun dari
pihak pemerintah selaku pendorong kegiatan tersebut. Mestinya ini perlu adanya
kerjasama dari kedua belah pihak.

Seperti yang dilakukan oleh warga Kampung Baru Babakan, yang berusaha
mengelola sampah yang biasanya dibuang begitu saja, menjadi salah satu sumber
penghidupan mereka. Sampah-sampah ini dimanfaatkan dengan cara memisahkan
sampah organic dan non organic. Walaupun saat ini mereka baru bisa memanfaatkan
sampah non organic seperti, plastik, maupun sisa-sisa karet dan kertas saja, namun
mereka sudah memberikan manfaat baik dalam kehidupan masyarakat kota pada
umumnya, maupun masyarakat Kampung Baru Babakan sendiri.

Pemanfaatan sumber daya hayati di kali Cisadanepun menjadi salah satu


contoh aktivitas hijau yang dilakukan masyarakat Kampung Baru Babakan. Mereka
mencari cacing untuk menafkahi keluarganya. Ini juga menjadikan sumber
penghidupan mereka.

Aktivitas hijau lainnya adalah memanfaatkan lahan yang mereka tempati sebagai
budi daya ikan lele. Dengan begitu lahan menjadi bermanfaat.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

3. Sosialisasi Tentang Masalah Lingkungan Sehat

Menyadari pentingnya lingkungan sehat pemerintah bukan malah


memberikan sosialisasi kepada warga di pemukiman kumuh, malah sering kali
langsung memberi tindakan kepada pihak terkait dengan melakukan penggusuran
pemukiman yang dianggap mengganggu pemandangan kota, dan merubah
pemukiman kumuh tersebut menjadi bangunan-bangunan baru yang mereka anggap
lebih terlihat rapi dan bersih.

Ini menjadikan sosialisasi tentang lingkungan sehat dan bersih perlu


dilakukan baik dari pihak pemerintah, maupun pihak masyarakat kota yang ingin
menjadikan kota terlihat rapi dan bersih. tentang bagaimana menjadikan lingkungan
kumuh ini menjadi lingkungan yang sehat dan rapi, sehingga tidak lagi menjadi
lingkungan yang kotor dan kumuh. Contohnya lewat media massa maupun elektronik
dengan menayangkan iklan tentang himbauan-himbauan bagainmana menjadikan
lingkungan yang sehat dan rapi. Satu hal lagi agar penyelesaian masalah ini dapat
terselesaikan pada masyarakat, maka perlu diujicobakan pada sekelompok kecil
sasaran, disempurnakan dan selanjutnya dapat diterapkan pada masyarakat yang
lebih luas

Meningkatkan pengetahuan kemudian mengubah sikap dan perilaku mereka


bukan perkara mudah untuk diselesaikan. Perlu adanya kerjasama kita semua. Ini
juga perlu dilakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi agar permasalahan
tersebut dapat terselesaikan dengan efektif dan efisien.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

D. Laporan
Penelitian 1.
Lokasi

Lokasi: “ Kampung Jogoyudan, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa


Yogyakarta”

Kampung jogoyudan merupakan sebuah kampung yang akan dijadikan sebagai


tempat destinasi wisata untuk kota Yogyakarta pada tahun 2018 . Kampung ini
terletak pada pinggiran kali code letaknya tidak jauh dari tugu malioboro. Kampung
ini memiliki akses masuk dari jalan jenderal sudirman tepat di bagian sisi selatan
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

jalan setelah jembatan kewek, di kawasan ini terdapat pemukiman padat penduduk
yang di tempati penduduk pada bantaran sungai code.
2. Karakteristik Jogoyudan

Tempat ini dapat dibilang sebagai tempat pemukiman kumuh karena banyak bangunan
yang padat dan ultilitas yang kurang mendukung sehingga banyak menimbulkan kendala
seperti layaknya tempat yang kurang bersih /kotor. Kampung ini memeliki penempatan
infrastruktur yang cukup baik namun memiliki cukup kendala pada bagian akses mobilitas
nya . kampung ini hanya dapat dilewati oleh 1 mobil saja dengan tujuan satu arah
sedangkan akses untuk kendaraan mampu 2 arah namun selebihnya menyesuaikan .
kelebihan dari kampung ini adalah memiki ketinggian tanah yang bervariasi dan parit
yang efektif untuk mengatasi hujan namun juga memiliki kekurangan dalam hal
pengalokasian rumah penduduk yang masih berantakan dan memiliki ultilitas yang tidak
efektif seperti halnya bak sampah pemukiman yang terletak pada bagian pesisir akses jalan
kampung Jogoyudan. Serta penempatan ultlitas public seperti Posyandu fasilitas
pendidikan , masjid dll yang terletak pada akses pinggiran jalan kampung , yang halnya
dapat menimbulkan kendala bagi transportasi kampung tersebut.

Karakter fisik kampung Jogoyudan ini rata rata tidak memilki sepadan jalan sehingga
banyak bangunan yang terbangun di kawasan tersebut yang menyalahi aturan
pembangunan wilayah Yogyakarta serta Memiliki vegetasi yang tidak cukup untuk
digunakan sebagai paru paru kampung ini.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

Aktivitatis penduduk di kampung jogoyudan ini adalah berjualan, pengrajin ,


tukang parkir dsb. Banyak halnya aktivitas anak anak kecil yang bermain ditaman
bermain di samping masjid , dan adanya bangunan seperti rumah susun yang
melengkapi bangunan fungsional bagi kawasan padat penduduk ini.
Karakter lingkungan sekitar kampung ini lumayan kumuh banyak ultilitas bak
sampah pemukiman yang terletak tidak jelas , tidak pada tempatnya sehingga banyak
tumpukan sampah yang menjadi permasalahan penduduk sekitar dalam mengganggu
aktivitas harian penduduknya , terlihat juga penduduk yang sering buang sampah
disungai yang mengakibatkan sungai code penuh dengan sampah dan kotoran.
Kurang adanya kepedulian penduduk sekitar dalam menjaga lingkungan sekitar
menjadikan kampung ini sebagai pemukiman kumuh.

3. Tata Ruang Jogoyudan


Tata ruang pemukiman ini bisa dibilang berantakan karena banyak bangunan
yang terbangun yang tidak sesuai dengan posisi letak penempatannya dan rumah
yang berhimpitan langsung dengan jalan dan tetangga seperti halnya fasilitas
pendidikan TK yang berada pada pesisir pinggiran jalan yang digunakan sebagai
akses inti kampung tersebut serta tidak memilki sempadan jalan yang mungkin dapat
menganggu fungsional bangunan itu. Banyak bangunan memiliki teras yang
tergabung langsung oleh jalan utama kampung ini.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

4. Sirkulasi
Sirkulasi kendaraan pada kampung Jogoyudan ini termasuk sempit karena ada
beberapa jalan yang hanya dapat dilewati oleh satu motor dan jalan utama hanya ada
3 yang lebarnya hanya 3 meter. Untuk sirkulasi pembuangan air kebanyakan menuju
Sungai Code.

5. Ruang Terbuka

Ruang terbuka di Jogoyudan berada di bagian selatan di dekat Rumah susun dan
masjid, dan ruang terbuka hijau pada Jogoyudan hanya berada di samping jalan utama
kampung Jogoyudan, dan pekarangan beberapa penduduk. Vegetasi pada kampung
ini kebanyakan Pohon Mangga, Pisang, Jati.

Analysis objek survey


Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

Bangunan daerah kampung jogyudan memiliki banyak aspek dari segi fasilitas baik dari
penataan tempat maupun infrastrukturnya.
Dari segi kondisi fisiknya

Dari segi bangunan fisiknya kampung jogoyudan terjaga oleh kebersihan


lingkungannya namun di berbagai titik spot spot area tertentu juga terdapat
pemukiman yang masih kumuh contoh nya didaerah pesisir kali code yang dimana
banyak sekali tumpukan sampah yang berserakan didaerah tersebut.

Tata tempat maupun masa bangunan kampung jogoyudan sangat strategis karena berada
dipesisir pinggiran kali code. Disana perletakan fasilitas maupun tata masa bangunan masih
kurang efisien karena dalam berbagai alur aktivitas manusia yang kurang fleksibel, Serta
jalur akses lalu lintas yang kurang memungkinkan untuk diakses manusia dalam
menggunakan alat transpotasi.

Open space daerah kampung jogyudan yang dianggap potensi sebagai bagian dari
pengembangan infrastruktur dan fasilitas bagi penunjang kebutuhan masyarakat kampung
jogoyudan.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

Dalam kondisi status bangunan di wilayah kampung jogoyudan banyak dari


pemiliknya memliki surat izin resmi pembangunan, dan juga ada yang tidak memiliki
izin resmi contoh seperti kedai kedai , warung makan yang berada di pinggiran jalur
akses tranpostasi manusia.
Dalam segi kondisi konstruksi bangunan banyak memilik kelayakan bangunan
untuk di huni karena dilihat dari struktur nya sudah sesuai dengan pembangunan
layaknya sebuah rumah untuk dihuni , namun juga terdapat beberapa bangunan yang
melanggar aturan pembangunan seperti halnya sebuah rumah yang dibangun di antara
jalan akses transpotasi yang tidak memiliki lahan area kosong pada sebuah rumah
biasanya.

Kehidupan disana juga sangat kondusif dan tertata bagaimana pola aktivatas manusia yang
sudah terutur dalam pembentukan ormas ormasnya , dalam membentuk struktur organisasi,
seperti posko organisasi kesehatan , dan lain lain
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

Saluran drainase Daerah kampung Jogoyudan

Saluran Drainase pada daerah ini dipengaruhi oleh factor tapak yang dimana di
bagian kawasan ini memiliki ketinggian tanah yang berlikuk belikuk sehingga
mempengaruhi air untuk turun dari tempat tinggi ke tempat yang rendah . daerah resapan air
didaerah ini tergolong sedikit namun air sering sering jatuh ke aliran sungai code.

Saluran air bersih sendiri berasal dari pdam sedangkan saluran air kotor dialihkan kedalam
sungai code sehingga pembuangan kurang baik karena dapat merusak lingkungan / pencemaran
disungai.
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

Hasil Analisis

Analisis dengan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, dan Thickness)
pada kampung Jogoyudan :

1. STRENTH ( Kekuatan )
 Wajah dan tampilan Kampung Jogoyudan yang terjaga kebersihannya.
2. WEAKNESS ( Kelemahan )
 Masalah regulasi bangunan yang tidak teratur,yang menimbulkan aksesibilitas
jalan kurang baik.
 Masalah tata kelola limbah yang buruk, kebanyakan masyarakat membuang
sampah dan saluran air kotor ke sungai code.
 Masalah drainase, penggunaan beton (betonisasi) sebagai perkerasan jalan menjadi
pemicu air tidak dapat meresap ke tanah dan ketinggian tanah yang berlikuk belikuk
sehingga mempengaruhi air untuk turun dari tempat tinggi ke tempat yang rendah
. daerah resapan air didaerah ini tergolong sedikit namun air sering sering jatuh ke
aliran sungai code.
3. OPPORTUNITY ( Peluang )
 Open space daerah kampung jogoyudan yang dianggap potensi sebagai bagian dari
pengembangan infrastruktur dan fasilitas bagi penunjang kebutuhan masyarakat
kampung jogoyudan.
 Karena dekat dengan kota diharapkan mampu menciptakan ekonomi kreatif bagi
penduduk kampung Jogoyudan
 Penggunaan sistem pavingisasi pada perkerasan jalan.
 Penyediaan bank sampah
4. THICKNESS ( Ancaman )
 Penggusuran paksa
 Bencana banjir di kawasan bantaran sungai Code
 Timbul penyakit yang menyerang penduduk
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pemukiman kumuh merupakan Aspek permasalahan yang harus di selesaikan dalam


perkotaan karena factor tersebut dapat menimbulkan gangguan kesejahteraan penduduk kota . dari
tinjauan tersebut seorang arsitek diwajibkan memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan
dalam laporan survey kelompok kami bahwa lokasi kampung jogoyudan termasuk dalam
permasalahan pemukiman kumuh yang harus diselesaikan dengan solusi yang baik dan bermanfaat
dalam memberikan solusi ini supaya kampung tersebut berkembang dengan baik dan sejahtera dan
mampu dijadikan sebagai tempat wisata pemukiman yang bagus.

Anda mungkin juga menyukai