Anda di halaman 1dari 14

KRISIS PERKOTAAN

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Masyarakat
Kota & Desa

Dosen Pengampu:

Sudarmiyati,S.SOS.,M.SI

Disusun Oleh Kelompok IV:

Handry Sardi 04132000014

Yunita Anggraini 04132000048

Mansyaia Fajri 04132000046

Tri Satria Anggara 04132000039

Tri Eka Yanti 04132000034

Dewi Harlina 04132000011

ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUSI RAWAS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang

“Krisis Perkotaan”. Makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Sosiologi
Perkotaan.

Kami menyadari, dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan
baik dari penyusunan, penulisan maupun tata cara bahasa. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari
ibu Sudarmiyati,S.SOS.,M.SI sebagai acuan dan bekal pengalaman bagi kami
untuk masa mendatang yanglebih baik.Kami berharap, semoga makalah yang
sederhana ini, dapat memberikan manfaatdan ilmu pengetahuan bagi para
pembaca

Lubuklinggau, 01 Desember 2021

( Penyaji Kelompok 4)
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ……………………………

KATA PENGANTAR …………………………

BAB I PENDAHULUAN …………………..…

A. Latar Belakang …………………………………………..

B. Rumusan Masalah ………………………………………

C. Tujuan Penulisan ……………………..………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………….

2.1 krisis Perkotaan……………………………………

A. Buruknya Kehidupan ……………………………………..

B. Gigantisme dan Hilangnya Kontrol Warga Terhadap perkembangan kota

C. Privatisasi yang Tinggi Sehingga Menghilangkan Kehidupan Publik

D. Hilangnya Makna keke Ruangan Kota

E. Ketiadaan Peran atau Jabatan

F. Ketidakadilan

G. Profesionalisme yang tidak Berakar pada Kehidupan dan Kebutuhan Kota

2.2 Cara Penanggulangan Krisis Perkotaan

BAB III PENUTUP ……………………………………

A. Simpulan ……………………………………………………

B. Saran ………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini di Indonesia bahkan didunia sedang mengalami krisi perkotaan.


Khususnyadi Indonesia, masalah- masalah di perkotaan ini terus bermunculan
seperti krisis air bersih,konflik social, pengangguran dan berbagai masalah social
lainnya, yang mengakibatkanterjadinya krisis perkotaan. Krisis perkotaan adalah
suatu masalah yang berada di kota dandapat diartikan sebagai ketidakmampuan
system kota mengantisipasi pertumbuha danmengontrol perubahan. Krisis
perkotaan bias mengancam keberlangsungan kota terutamakrisis yang
menyangkut kepribadian masyarakat kota. Krisis perkotaan dapat
berupamenurunnya kualitas solidaritas-integrasi social dan desain kota.
Kerusuahn, kekerasan dankejahatan atau perilaku kolektif merupakan salah satu
bentuk krisis karena lemahnya kualitaskontrol sosial dan rendahnya solidaritas-
integrasi sosial. Untuk itu penyaji akan menjelaskansecara detail terkait dengan
krisis perkotaan serta cara penanggulangan krisis perkotann.

1.2 Rumusan Masalah

1). Apa yang dimaksud dengan Krisis Perkotaan?

2). Bagaimana cara Penanggulangan Krisis Perkotaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah tercantum diatas maka dapat


disimpulkan bahwa, tujuan dari peneliti yaitu:

1). Untuk mengetahui Krisis perkotaan

2). Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan Krisis perkotaan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Krisis Perkotaan

A. Krisis Berbasis Urban Manifesto

Menurut Lewis Mumford (Palen, 1987: 249) “tidak ada satu orang pun yang puas
dengan wujud kota saat ini. Baik mekanisme kerja maupun medium sosial, tidak
juga pekerjaan seni yang bisamembuat kota penuh dengan harapan besar bahwa
peradaban modern dikatakan maju”. Kota -kota kita khususnya kota-kota bwsar
aedang menuju kehancuran. Philip Hauser (Palen, 1987;249) mempermasalahkan
bahwa kenyataan yang sebenarnya menunjukkan bahwa keadaan yang paling
buruk masih menanti di depan. Krisis perkotaan akan berkembang semakin
buruksebelum menjadi lebih baik.

Kota memiliki tanda-tanda yang penting bagi kehidupan yang dipertahankan


oleh sistem pendukung kehidupan luar. Pitirim Sorokin, salah satu tokoh yang
pernah mengungkapkanterjadinya krisis di wilayah perkotaan. Sorokin secara
jelas mengemukakan berdasarkan buktiyang luas bahwa setiap aspek penting dari
kehidupan, organisasi dan budaya masyarakat Barat berada dalam krisis yang luar
biasa. Mereka percaya pada kemakmuran yang “lebih besar danlebih baik” dan
tidak terlihat adanya perang atau pertumpahan darah.

Menurut beberapa kalangan, seseorang tidak dapat membicarakan krisis


perkotaan tanpamenyajikan sudut pandang sosiolog perkotaan baru Marxis.
Sosiolog Marxis berpegangan bahwakota-kota tidak dapat diuji secara terpisah
dari segi politik, sejarah dan sistem ekonomi di manamereka merupakan bagian
dari kota.

Secara umum, sebuah krisis yang melanda suatu wilayah tidak hanya merupakan
krisis padasatu bidang saja tetapi merupakan gabungan dari berbagai keadaan
krisis di berbagai sektorkehidupan. Kota adalah akuarium perubahan. Di
dalamnya peradaban manusia terus bergerakdan berubah. perubahan.
Perkembangan jumlah penduduk yang besar tentu harus menjadi perhatian
karena tidak semuakota mampu memberikan pelayanan yang mencukupi, apalagi
jika pertambahan penduduk yang besar tersebut juga disertai dengan pertambahan
luas kota yang harus dilayani.

Persoalan sektoral juga tercermin pada tata ruang kawasan perkotaannya karena
tata ruangadalah wujud struktural dari aktivitas yang terjadi. Krisis perkotaan
tidak hanya sekedar krisisdalam hal fisik saja seperti kekurangan energi, semakin
sempitnya ruang publik, merajalelanyagedung-gedung pencakar langit dan
bertambahnya pemukiman liar dan kumuh. Krisis perkotaan juga mencakup krisis
sosial dan moral.

Semakin pudarnya kepekaan sosial masyarakat ternyata juga dibarengi dengan


semakin kuatnyaindividulisme. Masyarakat kota lebih mementingkan diri sendiri.
Hubungan antar individu punsudah berubah menjadi hubungan fungsional.
Sebenarnya individualisme dan hubungan yang bersifat fungsional merupakan
sumber-sumber terjadinya krisis-krisis lain di lingkungan kota.

Krisis perkotaan bisa mengancam keberlangsungan kota terutama krisis yang


menyangkutkepribadian masyarakat kota. Krisis perkotaan dapat berupa
menurunya kualitas solidaritas-integrasi sosial dan desain kota. Kerusuhan,
kekerasan dan kejahatan massa atau perilakukolektif yang deskruktif merupakan
salah satu bentuk krisis karena lemahnya kualitas kontrolsosial dan rendahnya
solidaritas-integrasi sosial.

Krisis dalam kota menurut Urban Life Manifesto (LeGates, 1996: 167-168)
berupa:

1. Buruknya Kehidupan

Buruknya kondisi kehidupan di perkotaan lebih banyak disoroti dari segi


ekonomi. Dalam penyediaan jasa, kepadatan keluarga, atau kualitas fisik,
mayoritas penduduk miskin perkotaanhidup dalam standar yang tidak bisa
diterima jika dibandingkan dengan gaya hidup di sebagian besar masyarakat
Eropa dan Amerika Utara. (Gilbert, 1996: 111)

Masalahnya bagi mereka yang berpenghasilan rendah adalah tidak dapat


mengabaikan begitusaja kebutuhan akan rumah dan tempat tinggal karena maslah
ini penting dalam dan bagi mereka,tetapi mereka juga tidak mampu untuk
mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan rumah dan
lingkungan pemukimannya agar layak huni. Ciri-ciri dari pemukiman kumuh
adalah:

a. Fasilitas umum yang kondisinya yang tidak memadai.

b. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta ruang-ruangnya mencerminkan


kurangmampu atau miskin.

c. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh, kesemerawutan tata ruang dan
ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

d. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak


homogen.Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang
bekerja disektor informal ataumempunyai mata pencaharian tambahan di sektor
informal. Kenyataannya tidak ada kota yangdapat mencegah tempat-tempat
kumuh dari perpindahan massa orang miskin. Satu hal yangharus kita akui bahwa
pemukiman kumuh dan penghuni liar dikota tidak dapat diacuhkan begitusaja
dengan perkembangan daerah yang kecil (Isenberg, 1968: 231).

2. Gigantisme Dan Hilangnya Kontrol Warga Terhadap Perkembangan Kota

Kota-kota besar mulai berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan


dan teknologimanusia, salah satu wujud dari perkembangan kota yaitu semakin
banyak berdiri bangunan bertingkat. Perkembangan kota yang menjadi
metropolitan dan semakin besar ternyata membawamasalah tersendiri.
Di satu sisi, kota yang berubah menjadi metropolitan penuh dengan gedung-
gedung bertingkatdan hotel berbintang yang megah. Di balik kemegahan
bangunan, ternyata tersimpan suatukeadaan lin kota yang kumuh dan penuh
kesemerawutan.

3. Privatisasi yang Tinggi Sehingga Menghilangkan Kehidupan Publik

Kehancuran tatanan kota-kota besar saat ini, terjadi sebagian besar akibat
hilangnya ruangterbuka hijau maupun ruang publik. Ruang publik dan terbuka
hijau beralih dan mungkin berubah menjadi sebuah ‘kerajaan’ baru. Malapetaka

-malapetaka ruang publik dan sosial yangutama telah terjadi di masa kini karena
masyarakat menerima dengan sikap yang tidak kritisterhadap kota sebagai basis
rancangan yang mereka lakukan. Saat ini ruang-ruang privat
semakinmendominasi ke ruangan kota. Kehidupan masyarakat kota tidak lagi
seramah dulu. Semuaorang sudah tertutup oleh kepentingan individu masing-
masing orang.

4. Fragmentasi Sentrifugan

Pada masa industrialisasi saat ini semua orang mulai bekerja diluar lingkungan.
Secara pelan tapi pasti masyarakat kota mulai meninggalkan kehidupan sosialnya
dan keluar menuju kehidupanglobal. Orang kota mulai terlepas bagian demi
bagian dari kehidupan lingkungannya. Hal inisemakin melepaskan ikatan sosial
dengan kelompoknya.

5. Hilangnya Makna keke Ruangan Kota

Saat ini kita tidak bisa dengan bebas menikmati ruang publik yang seharusnya
menjadi hakmasyarakat. Tempat-tempat yang sseharusnya menjadi ruang
sosialisasi sudah dikomersialkandemi keuntungan ekonomi. Ruang kota
merupakan kolektivitas tempat tinggal organisme darimasyarakat yang
menghuninya. Perjalanan ruang dan waktutelah menghadirkan perkembangandan
perubahan lahan, pergeseran untuk fasilitas perdagangan. Pada intinya, ruang
kotamerupakan manifestasi dari jalan kehidupan. Perubahan ruang kota yang
radikal akan memakantempat dan pola kehidupan manusia.

6. Ketiadaan Peran atau Jabatan

Kota seakan sudah menjadi tempat tidak memiliki arti diluar genggaman
penghuninya. Kitahidup di kota-kota di mana segala sesuatu terjadi tanpa adanya
peringatan dan tanpa partisipasikita. Ini menjadi dunia yang asing bagi
kebanyakan orang. Sedikit mengejutkan bahwa sebagian besar menarik diri dari
keterlibatan dalam masyarakat untuk menikmati kepunyaan pribadinyadalam
dunia yang terbatas.

7. Ketidakadilan

Kota merupakan lambang dari ketidaksamaan. Di banyak kota pertentangan antara


lingkunganorang kaya dan lingkungan orang miskin saling berbenturan. Selain
kesenjangan di bidangekonomi, saat ini berbagai kesenjangan mulai tumbuh
seperti bidang hukum dan politik.Perbedaan perlakuan antara orang yang
mrempunyai kedudukan dan orang biasa sudah terlihat jelas bahkan memang
sengaja diperlihatkan untuk merendahkan orang kecil.

8. Profesionalisme yang tidak Berakar pada Kehidupan dan Kebutuhan Kota

Terlalu banyak profesional yang menjadi bagian dari budaya profesional yang
universal daripada bagian dari budaya lokalnbagi mereka yang membuat rencana
dan produk kita. Untuk kasus saatini bisa dikatakan kalau tenaga profesional yang
kita miliki terlalu banyak dibandingkan dengankebutuhan tenaga dan posisi yang
sesuai. Dengan kata lain, banyak dari lulusan kita yangmenganggur menunggu
pekerjaan atau mungkin mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuaidengan disiplin
ilmu yang dipelajarinya. Yang terpenting adalah adanya pekerjaan yang
bisadikerjakan dan membiayai hidup sehari-hari.
2.2 Cara Penanggulangan Krisis Perkotaan

Suatu kota dibangun untuk tempat tinggal warganya guna menjalani kehidupan
.tempat tinggalyang baik tentu akan membawa pengaruh yang baik bagi
penghuninya .Pembangunan diberbagaisegi kehidupan kota merupakan kebijakan
untuk membuat kota menjadi wilayah yang baik amandan nyaman untuk
ditinggali warganya .Untuk dapat memberikan kualitas kota yang seperti itumaka
sebuah kota harus memenuhi beberapa syarat (LeGares, 1996:169-170):

1.Nyaman ditinggali

Kenyamanan disini bukanya hanya kenyamanan fisik saja tetapi juga secara
nonfisik atauyang lebih kita kenal kenyamanan secara jasmani dan rohani
.Ketidaksediaan fasilitas kehidupan pun mutlak harus tersedia guna menunjang
kehidupan penghuninya didalamnya .Tempat tinggalyang nyaman akan membat
hidup penghuninya lebih damai dan menyenangkan . Lingkunganyang nyaman
akan menunjang keharmonisan antara warga satu dengan warga lain. Kenyamanan
juga menjadi hal yang sangat diperlukan agar perkembangan interaksi antara
penghuni tetap terjaga

2.Tidak ada rasa takut

Sebuah kotta harus memberikan rasa aman kepada penghuninya .Perasaan itu
hanya akandapat terwujud dengan adanya sebuah kepercayaan terhadap pemegang
kekuasaan kota.Pelayanan yang baik tentu akan diapresiasikan dengan sikap yang
baik pula.Selain kerja samadengan pemegang kekuasaan hubungn baikdengan
sesama penghuni kota mutak harus adakarena rasa aman itu berawal dari rasa
tidak takut terhadap lingkungan terdekat rasa aman berhubungan sosial dengan
orang lain serta dalam melakukan kegiatan sehari-hari Ketidakadayakepastian
akan keamanan dilingkungan tempat tinggal merupakan masalah yang harus
diatasi.Kebijakan pemerintahan dalam bidang keamaanan mutlak diperlukan
untuk mengendalikan danmejaga situasi setiap wilayah agar tetap kondusif
3.Kontrol warga terhadap pembangunan kota

Sebuah kota tentu akan mengalami kemajuan dengan adanya pembangunan dari
segala bidang, Yang perlu diperhatikan dalam pembangunan ini adalah kesesuaian
antara pembangunandengn kebutuhan penghuninya .Sebuah pembangunan
dilakukukan demi meningkatkan kualitaskota tersebut.Kalaupun pembangunan ini
tidak menyangkut kepentingan penghuninya maka hasil pembangunan secara
menyeluruh tidak akan tercapai. Untuk itulah ,sebuah pembangunanmemerlukan
kontrol beupa kebutuhan warganya terhadap pembangunan yang akan
dilakukan.Warga memiliki kontrol untuk menentukan pembangunan dibidang apa
yang lebih diperlukan.

4. Adanya akses terhadap imajinasi dan kegembiraan

Fasilitas yang memberikan tempat untuk jiwa dan pikiran harus mendapatkan
porsinya juga .Jalan untuk mengaksesnya harus bisa dipermudah agar manusia
dapat bersenang-senangmaka jiwa dan pikiran harus mendapatkan porsinya
juga.Jalan untuk mengaksesnya harus bisadipermudah agar manusia dapat
bersenang-senang seutuhnya.Berbagai tempat dikota yang dapatmemberikan
hiburan bagi warganya tentu akan semakin menambah daya tarik
kotatersebut.Tempat-tempat seperti taman ,arena bermain,tempat rekreasi dan
tempat lainya yangmemberikan penawar terhadap kesibukan sehari-hari tentunya
menjadi pilihan untuk melepaskepenatan .Setelah lelah bekerja tentu saja
kemudahan untuk dapat berada dalam lingkunganyang menyenangkan itu sangat
diperlukan warga kota

5.Tersedianya ruang publik dan komunitas

Istilah community atau komunitas dapt diartikan sebagai masyarakat setempat


.Istilahyang menunjukan pada warga sebuah desa,kota,suku,atau bangsa ,Apabila
anggota-anggotasuatu kelompok ,baik kelompok itu sebbesar maupun kecil,hidup
bersama sedemikian rupasehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan hidupyang utama maka kelompok tersebut
tadi disebut masyarakat.Komunitas dapat berupa masyarakat
perkotaan.Masyarakat perkotaan sering disebut juga urbancommunity. Pengertian
masyarakat perkotaan lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupanmasyarakatnya
serta cirir-ciri kehidupanya.Masyarakat perkotaan cenderung berpikir
rasionaldalam menanggapi realitas kehidupan.Selain itu,mereka hidup dalam
lingkungan ekonomi dan perdagangan yang individualitis .Cara hidupnya
mempunyai kecenderungan kearahmaterialistik..Masyarakat kota terlihat lebih
individualistik .yang terpenting adalah manusiaorang perorangan kehidupan
keluarga sering sukar untuk disatukan karena perbedaankepentingan ,paham
politik,agama dan seterusnya .Ditambah bahwa kehidupan kotamenampakkan
perubahan-perubahan sosial yang nyata karena karakteristiknya yang
terbukauntuk menerima pengaruh dari luar

6.Keadilan

Kata keadilan seperti menjadi sekedar slogan saat kita benar-benar berada
dikehidupannyata .Masyarakat sepertinyansudah tidak percaya keadilan dibidang
kehidupan lainya sepertiekonomi dan sosial.Bagi itu hanyauntuk kalangan orang
kaya.Keadilan sebenarnya tidak berlakumenyeluruh bagi masyarakat.Keadilan
yang diharapkan bukanlah keadilan seperti komunitas,tetapi pengakuan terhadapa
keadilan bisa seperti kesamaan hak dalam mengakses fasilitas yangada dan bisa
berarti pengakua tentang keberadaan setiap golongan masyarakat .Setiap
orangingin mendapatkan perlakuan yang sama seperti orang lain dalam
mendapatkan layanan danakses pada fasilitas umum.

7.Kemandirian kota

Dalam meningkatkan kemampuan kota maka perlukan adanya kemandirian


dalammenyediakan kebutuhan kota itu.pemenuhan kebutuhan seperti energi dan
sumber daya lainyaakan membuat kota tidak tergantung pada kota-kota lain
maupun kota satelit disekitarnya.Untukmasalah makanan mungkin kota tidak
dapat lepas dari daerah pinggiran kota karena daerah perkotaan saat ini sudah
dipenuhi dengan pemukiman dan perkontoranLahan untuk pertanian juga sudah
digusur oleh bangunan-bangunan bertingkat lainya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa , krisis perkotaan bukan hanya
ditinjaudari kesenjangaan ekonomi yang ada didalam suatu kota. Tetapi
ketidakadanya komunikasi danhubungan sosial yang baik dengan sesama
masyarakat kota, dapat dinamakan krisis perkotaan.Sebagian besar krisis
diperkotaan kebanyakaan berbau kejahatan, kekerasaan, dan kriminalitas.Hal ini
menunjukkan bahwa ketidakadaannya hubungan sosial yang baik, karena memang
dikotamasyarakatnya multikultar, jadi hal yang wajar ketika kita bertemu dengan
orang lain, yangmemiliki watak yang berbeda. Maka dengan itu beberapa makalah
telah memaparkan penanggulangan krisis perkotaan yang ada di dunia, khususnya
Indonesia .

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini dapat membantu setiap pembaca, untuk mengetahui
lebih jauh lagi terkait dengan kondisi perkotaan, makna perkotaan, krisis
perkotaan serta cara penanggulangan krisis perkotaan. Semoga setelah pembaca
mengetahuinya, pembaca dan pemakalah dapat mengaplikasikan cara
penanggulangan krisis perkotaan yang ada di dunia,khususnya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

2. Ambarwati, Anik. 1999. Mobilitas Sirkuler Penduduk Desa Jiwan

Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten Propinsi Jawa

Tengah. Skripsi. Surakarta:Fakultas Geografi UMS.

3. Anonim. 2009. Formulir Isian Monografi Kecamatan Sukolilo, Kabupaten

Pati, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009,Bulan Juli-Desember.

4. Anonim. 2010. Formulir Isian Monografi Kecamatan Sukolilo,Kabupaten

Pati,Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010, Bulan Januari-Juni.

5. Anonim. 2005. Monografi Desa Gadudero tahun 2010.

6. 2009. Monografi Desa Kuwawur tahun 2010.

7. Arini, Ida Ayu. 2001. Dampak Sosial Ekonomi dinamika Mobilitas

Penduduk Propinsi Bali (Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter).

Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Majalah Geografi Indonesia.volume 15,nomor 2,September

Anda mungkin juga menyukai