DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Istigfara F23118034
Intan F23118036
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
hikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada akhirnya bisa
menyelesaikan laporan hasil survey mata kuliah perumahan dan permukiman yang berjudul
“PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN BONEOGE”.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa Laporan ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Laporan
dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kelurahan Boneoge meruapakan salah satu kelurahan terletak di sebelah barat kabupaten
Donggala. Kelurahan ini memiliki luas 600 Ha. Dengan jumlah penduduk 3.617 jiwa. Kelurahan
ini memiliki luas perumahan sekitar 50 Ha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perumahan
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sementara permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. So, perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat.
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga.
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan
ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang
terstruktur.
5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan
lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu Permukiman yang utuh, dan tidak
semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan,
dan pengaruh fisik belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat setelah
menjalani perjuangan hidup sehari-hari. (C. Djemabut Blaang, Perumahan dan Permukiman,
1986: 28),
Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang dituangkan
dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu:
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan
kerusuhan sosial, meliputi
Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan upaya yang harus
dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban dampak bencana alam
atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih lanjut seperti pemulangan, pemberdayaan, dan
pengalihan (relokasi).
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan teknis penyelenggaraan
dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.
Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung
pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui strategi:
(c) Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
(b) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang berdasarkan
RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan
Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara
terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang efektif.Dalam pengembangan Kasiba
dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan
pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.
Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat fundamental menuntut
perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah kepada
perwujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada
akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana pembangunan yang
semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta berkelanjutan.
Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah mengundangkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN), yang didalamnya diatur sistem perencanaan pembangunan yang baru yang terdiri dari
empat tahapan, yaitu:
1. penyusunan rencana;
2. penetapan rencana;
3. pengendalian pelaksanaan rencana;
Evaluasi pelaksanaan rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi
pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Perumahan dan permukiman diatur dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Undang-undang tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman adalah salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat
mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan
yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu
kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat
penduduk di perkotaan.Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan
kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman serta keswadayaan masyarakat.
Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional
dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin
kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan
serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;
b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan
rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;
c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata
guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan
e. mendorong iklim investasi asing.
UU 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disahkan oleh Presiden
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Januari 2011. Agar semua orang
mengetahuinya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7
dan Penjelasan Atas UU 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ke dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188 oleh Menkumham Patrialis Akbar
pada tanggal 12 Januari, hari itu juga, di Jakarta.
1.1 Penyelengaraan Kawasan Perumahan
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2016 tentang penyelengaraan perumahan dan
permukiman menyatakan bahwa :
Selain itu perturan daerah kota Palu nomor 2 tahun 2018 tentang penyelenggaraan
Perumahan dan Permukiman menyatakan bahwa perencanaan program dan kegiatan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Daerah yang ditetapkan dalam rencana
pembangunan jangka panjang, jangka menengah, tahunan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan perencanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman tingkat Daerah.
Standar Nasional Indonesia ini mencakup: a) penjelasan beberapa istilah dan pengertian
yang langsung maupun tidak langsung digunakan dalam buku ini, berkaitan dengan bidang
perencanaan tata ruang kota, kawasan dan tata bangunan; b) daftar peraturan perundang-udangan
yang banyak digunakan dalam perencanaan tata ruang kota, kawasan dan tata bangunan. Untuk
mempermudah para pemakai dalam melakukan penyesuaian besaran-besaran yang tercantum
dalam pedoman, diberikan juga informasi yang diperlukan dan cara perhitungannya; c) memuat
besaran-besaran ketentuan umum untuk perencanaan sarana lingkungan; sarana hunian, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana dagang dan niaga, sarana pemerintahan dan pelayanan
umum, sarana budaya dan rekreasi, sarana peribadatan, sarana ruang terbuka dan olahraga; dan
d) memuat ketentuan umum untuk perencanaan prasarana dan utilitas lingkungan yang meliputi
jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan sampah,
jaringan listrik, jaringan telepon, serta jaringan transportasi lokal.
Pedoman teknis ini pada akhirnya dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi para
perencana dan perancang, para pengembang kawasan, dan aparat pemerintah yang berwenang di
bidang perencanaan, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah daerah setempat,
sektor industri perumahan, dan dapat digunakan untuk mengembangkan standar dan peraturan
perumahan dan permukiman setempat melalui peraturan daerah setempat.
Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan ini
berlaku untuk: a) perencanaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan baru; b)
perencanaan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan yang telah berkembang
secara terencana; dan c) perencanaan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan
yang yang telah berkembang secara tidak terencana.
1) Faktor geografi
Letak geografis suatu permukiman sangat menentukan keberhasilan pembangunan
suatu kawasan. Permukiman yang letaknya terpencil dan sulit dijangkau akan sangat
lambat untuk berkembang. Topografi suatu kawasan juga berpengaruh, jika topografi
kawasan tersebut tidak datar maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk berkembang.
Lingkungan alam dapat mempengaruhi kondisi permukiman, sehingga menambah
kenyamanan penghuni permukiman.
2) Faktor Kependudukan
Perkembangan penduduk yang tinggi, merupakan permasalahan yang memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan permukiman. Jumlah penduduk
yang besar merupakan sumber daya dan potensi bagi pembangunan, apabila dapat
diarahkan menjadi manusia pembangunan yang efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya,
jumlah penduduk yang besar itu akan merupakan beban dan dapat menimbulkan
permasalahan bila tidak diarahkan dengan baik. Disamping itu, penyebaran penduduk
secara demografis yang tidak merata, merupakan permasalahan lain berpengaruh
terhadap pembangunan perumahan.
3) Faktor Kelembagaan
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah perangkat
kelembagaan yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan, dan
pelaksanaan baik sektor pemerintah maupun sektor swasta, baik di pusat maupun di
daerah. Secara keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut belum merupakan suatu
sistem terpadu. Menurut UU No. 5 Tahun 1979, Pemda memegang peranan dan
mempunyai posisi strategis dalam pelaksanaan pembangunan perumahan. Namun
unsur-unsur perumahan di Tingkat Daerah yang melaksanakan program khusus untuk
koordinasi, baik dalam koordinasi vertikal maupun horisontal dalam pembangunan
perumahan, masih perlu dimantapkan dalam mempersiapkan aparaturnya. Termasuk
didalamnya adalah kebijaksanaan yang mengatur kawasan permukiman, keberadaan
lembaga-lembaga desa, misalnya LKMD, Karang Taruna, Kelompok wanita dan
sebagainya.
4) Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka membantu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah,
menengah, tidak tetap, perlu dikembangkan pembangunan perumahan secara swadaya
masyarakat yang dilakukan oleh berbagai organisasi non-pemerintah. Dalam hal ini
dapat dinyatakan bahwa masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap serta amat
rendah dan tidak berkemampuan tersebut mampu membangun rumahnya sendiri
dengan proses bertahap, yakni mula-mula dengan bahan bangunan bekas atau
sederhana, kemudian lambat laun diperbaiki dengan bangunan permanen bahkan ada
pula beberapa rumah yang sudah bertingkat. Faktor swadaya dan peran serta
masyarakat atau aspek sosial tersebut juga meliputi kehidupan sosial masyarakat,
kehidupan bertetangga, gotong royong dan pekerjaan bersama lainnya.
5) Sosial dan Budaya
B. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam menyelesaikan Laporan ini, yaitu dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif yang merupakan sebuah metode yang memfokuskan
pada pemahaman dari sudut pandang partisipan secara deskriptif. Dengan kata lain, metode ini
lebih menekankan pada penelitian yang bersifat memberikan gambaran secara jelas dan sesuai
dengan fakta di lapangan.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik survei pengamatan terhadap kondisi
eksisting lokasi studi penelitian, fotografi, dan teknik wawancara kepada narasumber di
lokasi studi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi resmi tertulis melalui
kajian teori suatu pustaka, dokumen, peraturan atau kebijakan pemerintah, literatur-
literatur dan penelitian terdahulu, serta informasi lain yang mendukung penelitian ini.
Data ini digunakan untuk mendukung data primer.
D. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi merupakan salah satu metode untuk mendapatkan penjelasan dan
gambaran terperinci tentang kondisi dan karakter wilayah studi penelitian secara
keseluruhan. Metode ini dilakukan melalui pengamatan dan analisis langsung di lokasi
studi penelitian dengan melakukan pencatatan data, baik secara digital dan manual,
terkait dengan aspek fisik arsitektural dan tata ruang, maupun aspek non fisik sosial
budaya masyarakat yang ada di lokasi studi penelitian.
2) Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan unsur-unsur
perumahan dan permukiman di lokasi berupa foto, arsip, dan seluruh gambar-gambar
objek penelitian yang didapatkan secara langsung maupun melalui software (perangkat
lunak). Dokumentasi penting untuk memperdalam data dan menjadi bahan pembahasan
dalam laporan ini.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen atau alat yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode partisipatif yaitu metode ini
dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang kondisi dilapangan,baik yang berupa
keadaan fisik maupun perilaku yang terjadi selama berlangsungnya penelitian.
Analisis didasarkan pada beberapa pendekatan:
1. Pendekatan atas potensi, permasalahan,kesempatan dan ancaman/kendala yang
terdapat di internal maupun eksternal wilayah perencanaan.
2. Issue-issue strategis pengembangan kawasan permukiman kabupaten Donggala
kelurahan boneoge.
3. Kriteria, kaidah dan standar baik yang menyangkut persyaratan teknis maupun non
teknis suatu pengembagan kawasan permukiman antara lain:
A. Kriteria dan kaidah perencanaan dan
B. Standar dan perhitungan infrastruktur kawasan.adapun proses analisis yang
dilakukan meliputi:
1. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang daerah kabupaten
terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
2. Analisis sistem pusat-pusat pelayanan
3. Analisis karakteristik social kependudukan
4. Analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman.
5. Analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di perkotaan dalam
wilayah kota Palu terhadap renacana pengembangan wilayah kabupaten/kota secara
keseluruhan.
6. Analisis kebutuhan prasarana, sarana dan utilitas umum
7. Analisis besarnya permintaan masyarakat terhadap rumah
8. Analisis kebutuhan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
9. Analisis daya dukung dan daya tamoung lingkungan hidup serta optimasi
BAB IV
Pada awalnya Boneoge hanya merupakan kawasan tempat persinggahan sementara para
pedagang yang kebetulan lewat.Pada saat itu sepanjang Boneoge dan Tanjung karang masih
dikenal dengan dalam bahasa kaili disebut “Lemba” atau pemikul. Disebut demikian karena
secara geografis Boneoge dan Tanjung karang tampak seperti tanjung yang memikiul dua laut,
yaitu selat Makassar dan Teluk Palu. Namun sebelum bernama Boneoge, dearah Lembah ini
dikenal oleh orang seberang (Sambote) dengan sebutan bahasa kaili , Pompai Ra’a. Artinya
tempat membasuh darah. Karena sering tejadi pertempuran antara tomalanggai (Pendekar)
dengan para perompak yang sering singgah didaerah Lemba untuk membasuh darah mereka
dengan daun-daun pohon.
Nama Pompai RA’a kemudian diubah menjadi Boneoge sesuai dengan kondisi
geografisnya yang berciri khas kawasan pasir putih, dengan luas wilayah 5,5 Km2. Orang Tavaili
(Sambote) kemudian datang dan menetap di Boneoge yang saat itu masih dibawah kekuasaan
Tanjung Batu. Disebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ganti, sebelah Barat berbatasan
dengan Selat Makassar, sementara sebelah utara berbatasan dengan Teluk Palu dan di Timur
berbatasan dengan Kelurahan Labuan Bajo dan Maleni.
Adapun yang pernah memimpin di Boneoge sejak masih disebut kepala kampong yaitu
berturut-turut, Abd.Kadir, Lasemang, Latoto dan Abd.Latif Lanuhu serta Sudiman. Dimasa desa
di pimpin oleh Anis.M.Yabu dan Ibrahim D Yabu.
Seiring perkembangan paradigma dan kebutuhan masyarakat yang ingin agar ibukota
Kabupaten Donggala berkedudukan di Donggala, maka sesaui aturan perundangan pada 1998
Desa Boneoge bersama dengan delapan desa lainnya di Kecamatan Banawa beralih status
menjadi kelurahan yanag dibentuk berdasarkan SK Gubernur Sulteng No. 146.1/627/97/Ro.Pem
tanggal 13 Agustus 1997.
2. Keadaan geografi
Jarak kelurahan Boneoge dari Pusat Pemerintahan Kecamatan adalah 5 Km. Jarak dari
Pusat Pemerintahan Kabupaten adalah 5 Km. sedangkan Jarak dari Ibu Kota Propinsi adalah
41 Km.
Secara geografis Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Ganti disebelah Selatan,
sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar, sementara sebelah utara berbatasan dengan
Teluk Palu dan di Timur berbatasan dengan Kelurahan Labuan Bajo dan Maleni. Dan secara
Administrasi Kelurahan ini dibagi menjadi 3 (Tiga ) RW dan 10 (Sepuluh ) RT.
3. Keadaan iklim
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi atmosfer bumi secara keseluruhan pada variasi
rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau variabilitasnya yang nyata untuk kurun waktu yang
panjang. Perubahan variabel iklim khususnya suhu udara dan curah hujan terjadi secara
berangsur-angsur.
Gambaran umum curah hujan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi
dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu data curah hujan beragam menurut bulan
dan letak stasiun pengamat. Dalam jangka waktu setahun terakhir terlihat curah hujan bervariasi.
Dari data yang tercatat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) .
Kelembaban udara yang tercatat pada stasiun yang sama berkisar antara 73 – 82 persen.
Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Pebruari yang mencapai 82 persen, sedangka
kelembaban udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus yaitu 73 persen. Curah hujan
pada tahun 2005 yaitu antara 27-281 mm perbulan atau rata-rata 148,08 mm perbulan, sementara jumlah
hari hujan berkisar anatara 4-13 hari perbulan atau rata-rata 8,25 hari perbulan. Penyinaran matahari rata-
rata 69%, dan penguapan rata-rata 6,14 mm/hari.
4. Keadaan topografi
Sebagian besar daerah di Kelurahan Boneoge dataran rendah yaitu sekitar 75% dari luas
wilayahnya yaitu sekitar 3,75 km2. Di kelurahan boneoge tidak terdapat perbukitan hanya ada
pegunungan, luas Pegunungan 25% dari luas wilayah administrasinya yaitu sekitar 1,25 km2 .
5. Keadaan penggunaan lahan
Peruntukan Luas
a Jalan 2,5 Km
b Bangunan Umum 5 Ha
c Pemukiman / Perumahan 50 Ha
d Pekuburan 3 Ha
a Pertokoan / Perdagangan 3 Ha
b Pekarangan 30 Ha
d Tempat Rekreasi
2 Ha
6. Keadaan hidrologi
Secara umum, keadaan hidrologi di kelurahan Boneoge sama dengan kelurahan lainnya di
Kabupaten Donggala. Khusus untuk ketiga lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu Tanjung
Karang, Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain Tanjung Karang, kedua lokasi tersebut
memiliki sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan
menggali sumur di sekitar pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan wilayah daratan
yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relative sempit dan tidak memiliki sumber air tawar
berupa air tanah seperti yang dimiliki oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi
warga dan wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air Mimum (PDAM) di
Donggala.
7. Kependudukan
Sebagian besar kegiatan manusia dikecamatan tatanga melakukan gotong royong. Dan
kegiatan pengajian yang dilakukan oleh beberapa organisasi keagamaan. Kecamatan Tatanga
adalah merupakan daerah yang didiami oleh suku mayoritas kaili serta beragama mayoritas
islam. Di kelurahan boneoge sendiri masyarakatnya setiap sore melakukan olahraga seperti
bermain di lapangan.
2. Ekologi
Ekologi berhubungan erat dengan lingkungan dan pengembangan lingkungan hidup dapat
dilaksanakan, maka perlu pengetahuan dalam penggunaan air tanah serta sumber daya alam,
Pelaksanaan pembangunan yang juga menjaga kelestarian sumber daya alam adalah
merupakan tantangan yang tepat untuk mencapai kesejahteraan manusia yang juga
mempertahankan keselarasan dengan alam. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan
menimbulkan perubahan yang dibuat oleh manusia. Akan tetapi yang paling penting dalam
pelaksanaan pembangunan adalah untuk mengusahakan suatu cara, pola dan kebijaksanaan
pembangunan, yaitu;
- Minimal tidak mengganggu keseimbangan (equilibrium) dari ekosistem dan maksimal turut
membina ekosistem yang lebih stabil dan dinamis berimbang.
Ekologi dapat membentuk jalinan kehidupan antara mahluk hidup sesamanya dan dengan
alam lingkungannya, mengikuti asas-asas tertentu yang berlaku dalam ekosistem yang
bersangkutan menjadi seimbang, stabil dan dinamik. Asas-asas itu adalah asas keanekaragaman,
asas kerjasama, asas persaingan, asas interaksi dan asas keanekaragaman (Nursid Sumatmadji
(1989). Ekologi yang dapat dipertahankan akan memberikan hasil yang baik terhadap lingkungan
hidup masyarakat karena ekologi dapat menunjang aspek ekonomi, social dan estetika yang
berhubungan dengan kawasan dan bangunan yang sangat ditunjang dengan perkembangan
ekologi.
3. Dinamika pembangunan
BAB V
1. Skala
Pengembangan permukiman dalam skala besar tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan
suatu kota, karena pada hakekatnya kota adalah tempat terkonsentrasinya permukiman penduduk
dalam skala besar. Hal ini didukung pendapat Kirmanto (2002) yang menyatakan bahwa
pembangunan kota termasuk di dalamnya pengembangan kawasan permukiman atau
pembangunan permukiman. Dengan memperhatikan pengertian permukiman, perumahan dan
kota tersebut maka untuk merencanakan pembangunan permukiman tidak lepas akan
pembahasan tentang teori perencanaan kota. Teori dan praktek perencanaan kota atau
permukiman modern berurusan dengan membentuk dan menata lingkungan fisik buatan dan
sosial manusia melalui desain maupun kebijakan yang rasional. Perencanaan kota ini merupakan
respons terhadap buruk dan kacaunya lingkungan buatan fisik dan sosial kota-kota yang
unliveable, yaitu antara lain lingkungan yang tidak sehat, tidak aman, tidak nyaman, tidak
tersedianya lapangan pekerjaan dan perumahan yang layak, tuntutan akan kualitas hidup tetap
tidak berubah. Pendekatan perencanaan kota senantiasa mengalami perubahan. Dari sejarah
perencanaan kota, kota dapat diamati sebagai: taman, karya seni, perluasan arsitektur, drama
sosial, sistem dan sebagainya.
Kelurahan Boneoge termasuk dalam skala perumahan .Hal ini dilihat dari banyaknya
jumlah rumah yang terdapat di kelurahan tersebut yaitu 632 unit rumah berdasarkan data
kelurahan.
2. Tipologi rumah
Jumlah unit bangunan rumah di kelurahan boneoge dibagi berdasarkan kelompok kualitas
bangunan rumah yaitu: permanen, semi permanen, dan tidak permanen.
Kriteria permanen suatu bangunan ditentukan oleh dinding, atap dan lantai.
Rumah permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok/kayu (kualitas tinggi),
lantainya terbuat dari ubin/ keramik/kayu berkualitas tinggi dan atapnya terbuat dari
seng/genteng/sirap/asbes.
Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/bata tanpa
plester/kayu (kualitas rendah), lantainya dari ubin/semen/kayu berkualitas rendah, dan atapnya
seng/genteng/sirap/asbes. Rumah tidak permanen adalah rumah yang dindingnya sangat
sederhana (bambu/papan/ daun), lantainya dari tanah, dan atapnya dari daun-daunan atau atap
campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya.
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah bangunan rumah yang ada di kelurahan
Boneoge dikelompokan menjadi rumah permanen dan semi permanen dengan jumlah masing
masing dapat dilihat pada table di atas.
Tipe Permukiman dikelurahan Bonooge terbagi dua (2), berdasarkan Waktu Huniannya
yaitu :
Jenis Jumlah
Non – permanen -
Permukiman bersifat Permanen : permukiman di bangun dan di huni dalam jangka waktu yang
tidak terbatas. Pada kelurahan Boneoge dominan bersifat permanen
Jenis Rumah :
Komersil
Kondisi Rata-rata baik
Terbuat dari dinding semen dan papan
Umum
Hampir disetiap Kelurahan Banyak
terdapat jenis rumah Umum
Swadaya Huntara
Dibangun untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat yang terkena dampak bencana
28 September 2018 silam
Bentuk Rumah di Kelurahan Boneoge terdapat rumah tunggal, rumah deret, dan rumah susun
Tunggal
Deret
Lainnya
Jenis Perumahan di Kelurahan Boneoge rata-rata yaitu rumah sederhana, Rumah sedang, dan rumah
mewah. Berikut tabel jenis perumahan
jenis perumahan Kondisi/gambar
Sedang
mewah
sederhana
3. Dukungan SarPas
Penyediaan sarana dan prasarananya telah diatur di dalam peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Standar terkait penyediaan sarana dan prasarana tersebut diatur dalam
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 534/KPTR/M/2001 yaitu Pedoman Penentuan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan
Pekerjaan Umum (Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2001) yang dilengkapi
dengan SNI 03-1733- 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan (Badan Standarisasi Nasional, 2004)
a. Prasrana
1. Jalan :
Prasarana jaringan jalan yang ada di kota donggala umumnya telah menjangkau ke seluruh
wilayah dan terdiri dari beberapa tipe jalan seperti jalan aspal, jalan cor, jalan tanah.
Jalan arteri adalah sebuah jalan berkapasitas tinggi. Jalan lingkungan adalah jalan yang
berada dilingkungan perumahan. Dikelurahan boneoge merupakan jalan arteri yaitu jalan trans
sulawesi dan jalan lingkungan.
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan 5 km, Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten
5 km, Jarak dari Ibu Kota Propinsi 41 km, Jarak dari Ibu Kota Negara - .
2. Drainase :
Drainase dibuat untuk mengalirkan air yang berasal dari hujan maupun air buangan agar
tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu, selain itu untuk mengurangi
kelebihan air sehingga suatu kawasan dapat difungsikan secara optimal dan normal sebagai mana
mestinya.
Pada kelurahan boneoge yang menjadi permasalahannya ialah drainase. Drainase
dikelurahan boneoge belum memadai di karenakan masyarakat setempat menolak untuk dibuat
oleh pemerintah di kelurahan boneoge. Penyebab masyarakat menolak dibuatnya drainase karena
adanya pertimbangan passang surut air laut di kelurahan boneoge. Drainase di kelurahan
boneoge hanya ada di rt 10 yaitu drainase terbuka.
3. Air bersih :
Air bersih sebagai kebutuhan yang vital karena mempengaruhi kesehatan manusia karena
digunakan untuk mandi, minum, mencuci atau memasak, sehingga air harus mempunyai
persyaratan khusus yang diantaranya adalah 1. Sebagai syarat fisik, air harus bening sehat dan
tidak berasa, 2.Syarat bakteriologis air harus bebas dari segala bakteri pathogen dan bakteri E.
Colli, 3. Syarat kimia tidak mengandung zat kimia yang dapat mengakibatkan gangguan fisiologi
pada manusia (Notoatmodjo, 1997 :152)
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah dimasak PerMenKes RI No.
907/MenKes/SK/VII/2002 Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air)
Salah satu kebutuhan jalan lingkungan untuk mencapai perumahan yang digunakan
sebagian besar masyarakat yang belum tertangani, namun hal ini juga menjadi prioritas dalam
pemenuhan prasarana lingkungan sebagai upaya mempermudah akses munuju perumahan.
Air bersih di kelurahan boneoge menggunakan air sumur dengan sistem pompa dan pipa
untuk dikonsumsi air mineral (air penjualan galong). Dikelurahan boneoge tidak menggunakan
air pdam di sebabkan air tersebut berkapur serta terkadang keruh.
4. Komunikasi
komunikasi adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Sarana komunikasi sendiri terdiri dari kantor pos, pemancar
radio, stasiun TV, ORARI, KRAF, INTERCOM, TV umum, dan telepon umum. Berdasarkan
data kelurahan dikelurahan boneoge sendiri sarana komunikasinya tidak memadai hal ini
dikarenakan sarana komunikasi yang ada di kelurahan Boneoge tidak tersedia.
5. Persampahan
6. Listrik
Untuk listrik sendiri dikelurahan Boneoge tidak tersedia pembangkit listrik, namun
sumberr listriknya berasal dari sambungan langsung dari kabupaten donggala.
Prasarana hiburan dan rekreasi yaitu sarana yang digunakan sebagai tempat rekreasi atau
tempat wisata yang dapat juga menunjang pendapatan daerah dan dijadikan sebagai ikon suatu
daerah, di kelurahan Boneoge sendiri terdapat 1 tempat wisata yaitu pantai Boneoge.
Komunikasi
Kantor pos -
Pemancar radio 5
Stasiun tv 6
Orari -
Craft -
Intercom -
Tv umum -
Telefon umum -
Industri
Besar -
Sedang -
Kecil 5
Rumah tangga 1
b. Sarana
1. Sarana pendidikan
sarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan. Sarana Pendidikan di Kerlurahan Boneoge
1. TK 1 5 53 1 4 45
2. SD 2 24 507 - - -
3. SMP 1 19 206 - - -
4. SMA - - - - - -
5. AKADEMI - - - - - -
6. UNIVERSITAS - - - - - -
SD
TK
2. Sarana Kesehatan
Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan suatu lembaga dalam
mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh
masyarakat
Kesehatan
Kesehatan Jumlah
Posyandu -
3. Sarana peribadatan
Sarana Peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan dilingkungan perumahan Sarana Peribadatan di kelurahan Boneoge yaitu
mesjid.
Mushalla 1
Parawisata
Tempat rekreasi 2
Hotel -
Motel -
Losmen -
Reustaurant/rumah makan -
Museum Bersejarah -
5. Perdagangan Jasa
Sarana Perdagangan Jasa berfungsi melayani dan menyediakan kebutuhan sehari-hari
penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Sarana Perdagangan jasa di
kelurahan boneoge. Atau dapat di katakan sebagai bangunan komersil yang dimaksud ialah
kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan jual,beli, dan sewa. Jadi bangunan
komersial merupakan bangunan yang dijual kembali ke pembeli atau disewakan dalam periode
waktu tertentu. Contoh bangunan komersial yang digunakan untuk menjual antara lain
kios,ruko,supermarket,mall,pasar dan restaurant. Sedangkan komersial yang dipakai untuk
menjual jasa misalnya laundry,hotel dan perkantoran. Dikelurahan Boneoge rata-rata bangunan
komersial berbentuk kios,warung makan
Di kelurahan boneoge memiliki tempat pengelegan ikan sekaligus pendaratan.
Sarana PS Jumlah
Tempat Pelelangan Ikan 1
Pasara -
Toko -
warung 50
Kios 30
BAB VI
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-1048-pengertian-perumahan-permukiman-menurut-defenisi-para-
ahli-dan-aspek-program-penyediaan-pembanguan-p.html