Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TREND DAN ISSUE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEARIFAN


LOKAL MASYARAKAT
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pemberdayaan Masyarakat
Dosen Pengampu Satino, SKM, MSc.N

Disusun Oleh :
1. Betty Ria Stevani (P27220017 132 )
2. Mulia Isnaini Shalikhah (P27220017 149)
3. Nisa Nurchasanah (P27220017 151)
4. Nur Hesti Prasojo (P27220017 153)
5. Sinta Dwi Rahmani (P27220017 160)
6. Ulinnuha Faryn K.S (P27220017 161)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Di dalam makalah ini kami sudah
berupaya semampunya, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi
maupun bahasanya, kami mengharapkan adanya masukan maupun saran perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Dalam hal ini kami mengambil judul “Makalah Trend Dan
Issue Pemberdayaan Masyarakat Dan Kearifan Lokal Masyarakat ”.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan, bimbingan, baik moral
maupun material dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga ilmu yang
diperoleh dapat bermanfaat bagi pembaca.

S
urakarta, 16 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II Tinjauan Teori
A. Pengertian dari kearifan lokal.............................................................................4
B. Pengertian dari trend dan issue...........................................................................5
C. Hubungan trend dan issue di masyarakat............................................................8
D. Pengertian dari bebie...........................................................................................8
E. Tahapan tradisi bebie..........................................................................................8
F. Peraturan mengenai pelestarian kebudayaan di Sumatra Selatan.......................9
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Promosi kesehatan adalah suatu proses membantu individu masyarakat
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya mengontrol berbagai faktor
yang berpengaruh pada kesehatan,sehigga dapat meningkatkan derajat kesehatan
nya (WHO).Menurut Green dan Kreuter (1991),promosi kesehatan adalah
kombinasi dari pendidikan kesehatan dan faktor-faktor organisasi,ekonomi dan
lingkungan yang seluruhnya mendukung terciptanya perilaku yang kondusif
terhadap kesehatan.Adapun yang dimaksud dengan perilaku kesehatan menurut
Kasl dan Cobb (1996) meliputi : a) perilaku pencegahan, b) perilaku sakit, dan
c) perilaku peran sakit.
Misi dari promosi kesehatan adalah advokasi,mediasi dan
pemberdayaan.Yang dimaksud dengan advokasi adalah upaya meyakinkan para
pengambil kebijakan agar memberikan dukungan berbentuk kebijakan terhadap
suatu program. Mediasi adalah upaya mengembangna jejaring atau kemitraan,
lintas program, lintas sector dan lintas institusi guna menggalang duungan bagi
implementasi program. Adapun pemberdayaan berarti upaya meningkatkan
kemampuan kelompok sasaran sehingga kelompok sasaran mampu
mengembangkan tindakan tepat atas berbagai permasalahan yang dialami.
Konsep pemberdayaan mengemukan sejak dicanangkannya Strategi
Global WHO tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam
Piagam Ottawa (1986). Dalam deklarasi tersebut  dinyatakan tentang perlunya
mendorong terciptanya: a. Kebijakan berwawasan kesehatan, b. lingkungan yang
mendukung, c. Reorentasi dalam pelayanan kesehatan, d. Keterampilan individu,
dan e. gerakan masyarakat. Olehnya itu, untuk lebih jelasnya makalah ini akan
membahas masalah pemberdayaan masyarakat dalam konsep promosi kesehatan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dari kearifan lokal ?
2. Bagaimana pengertian dari trend dan issue ?
3. Bagaimana hubungan trend dan issue di masyarakat ?
4. Bagaimana pengertian dari bebie ?
5. Bagaimana tahapan tradisi bebie ?
6. Bagaimana peraturan mengenai pelestarian kebudayaan di Sumatra Selatan ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari kearifan lokal
2. Mengetahui pengertian dari trend dan issue
3. Mengetahui hubungan trend dan issue di masyarakat
4. Mengetahui pengertian dari bebie
5. Mengetahui tahapan tradisi bebie
6. Mengetahui peraturan mengenai pelestarian kebudayaan di Sumatra Selatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dari kearifan lokal


Menurut para ahli kearifan lokal adalah segala bentuk kebijaksanaan yang didasari
oleh nilai – nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga
keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun temurun)
oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi
tempat tinggal mereka.
Hal tersebut dapat terwujud dalam beberapa bentuk, seperti :
1. Pola pikir masyarakat yang berbudi pekerti baik
2. Perasaan mendalam terhadap tanah kelahiran
3. Bentuk perangai / tabiat masyarakat kebanyakan pada daerah tertentu yang akan
tetap melekat dan dibawa saat berbaur dengan kelompok yang berbeda
4. Filosifi hidup masyarakat tertentu yang mendarah daging dan tetap lekat meski
telah lama hidup diperantauan
5. Keinginan besar untuk tetap menjalankan adat / tradisi yang telah lama diikuti
secara turun temurun
Kearifan lokal tumbuh dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat itu sendiri,
dimana beberapa hal akan berperan penting dalam perkembangannya, diantaranya :
Bahasa, agama, kesenian, taraf pendidikan masyarakat, perkembangan teknologi
dan yang lainnya.
Kearifan lokal dapat dibedakan menjadi dua garis besar :
1. Kearifan lokal tradisional atau kearifan lokal lama
Yang mana kearifan lokal disini adalah kearifan lokal yang telah dijalankan
secara turun temurun dalam waktu tang sangat panjang.
2. Kearifan lokal kontemporer atau kearifan lokal baru
Kearifan lokal ini muncul karena adanya pengaruh beberapa hal seperti :
perkembangan teknologi dan masuknya budaya luar pada suatu daerah.

3
Pengertian kearifan lokal menurut UU no 32 tahun 2009 adalah nilai – nilai luhur
yang berlaku didalam tata kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk melindungi
sekaligus mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Pada dasarnya pengertian kearifan lokal adalah suatu hal yang telah melekat pada
masyarakat dan telah menjadi ciri khas di daerah tertentu secara turun temurun dan
telah diakui oleh masyarakat luas.
Ciri – ciri kearifan lokal adalah :
1. Mempunyai kemampuan mengendalikan.
2. Merupakan benteng umtuk bertahan dari pengaruh budaya luar
3. Mempunyai kemampuan mengakomodasi budaya luar
4. Mempunyai kemampuan memberi arah perkembangan budaya
5. Mempunyai kemampuan mengintegrasi atau menyatukan budaya luar dan
budaya asli.

B. Pengertian dari trend dan issue


1. Pengertian Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai
terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju.
Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit
klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan
umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

4
Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan
kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu
dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi
bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart
global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan / keperawatan,
memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka
terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi
perkembangan Iptek.
2. Pengertian Issue
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya.

C. Hubungan trend dan issue di masyarakat


Sebelum kita menginjak trend dan issue di masyarakat, kami akan mengulas
sedikit tentang hubungan pemberdayaan masyarakat dengan kearifan lokal.
Indonesia memiliki keberagaman budaya, suku bangsa, bahasa, agama, dan
sebagainya. Dalam keragaman budaya salah satunya mencakup hubungan kearifan
lokal di dalam masyarakat. Kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu kekayaan
budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup dan pandangan hidup yang
mengakomodasi kearifan hidup. Di Indonesia, kearifan lokal merupakan suatu
filosofi dan pandangan hidup yang terwujud dalam berbagai bidang kehidupan
seperti nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan
sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada kearifan lokal mengenai keselarasan alam
yang telah menghasilkan pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep
ruang terbuka menjamin ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu
penyejuk udara agar konsep rumah tetap ramah lingkungan.
Jika kearifan lokal ibaratkan sebagai pegangan hidup secara turun temurun,
maka pemberdayaan masyarakat merupakan suatu alat untuk merekatkan kehidupan

5
bermasyarakat. Pemberdayaan yang dimaksud di sini adalah suatu proses
pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial
guna memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Dengan terlibat dalam
pemberdayaan, maka setiap anggota masyarakat akan merasa lebih dekat dan peduli
dengan sesama anggota di lingkungan masyarakatnya.
Melalui nilai-nilai kearifan lokal, pemberdayaan dapat dilakukan dengan
lebih efektif dan sesuai dengan karakter masyarakat sasaran. Oleh karena itu,
penting bagi kita untuk memahami apa yang menjadi akar budaya di masyarakat
masing-masing. Tujuannya agar komunitas di masyarakat kita bisa berkembang
sesuai dengan akar dan karakteristiknya sesuai dengan perkembangan zaman.
Kearifan lokal dapat memiliki sifat antarbudaya dan antaretnik yang ada. Jika sifat-
sifat tersebut sudah menjadi satu, maka kearifan lokal tersebut dapat membentuk
tingkat tatanan nilai yang baru yakni nilai budaya yang bersifat nasional.
Hubungan antara kearifan lokal dan pemberdayaan adalah kearifan lokal
dapat digunakan untuk memberdayakan komunitas masyarakat agar bergerak selaras
dengan nilai kearifan lokal. Adapun komunitas masyarakat yang diberdayakan
kemudian dapat digunakan untuk melestarikan kearifan lokal. Dengan demikian
tercipta hubungan timbal balik. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat setempat,
kearifan lokal dapat sirna dengan mudah. Untuk inilah perlu dilakukan
pendampingan dan pemberdayaan.
Dalam trend dan issue di masyarakat, kami mengangkat kasus “Perilaku hidup
sehat masyarakat yang masih rendah.” Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner,
maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Tidak merokok
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.
Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah
membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia muda, dewasa hungga tua

6
banyak yang merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja
kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
2. Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-
bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk
Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
3. Istirahat cukup
Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
4. Mengendalikan stres
Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres
tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres
dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
5. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan, dan sebagainya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

7
D. Pengertian dari bebie
Bebie merupakan tradisi menanam dan memanen padi secara bersama-sama dengan
tujuan agar pemanenan padi cepat selesai, dan setelah panen selesai akan diadakan
perayaan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang sukses.

E. Langkah – langkah bebie


Semas, sehat mandiri agamis dan sejahtera merupakan motto bagi Kabupaten
Muara Enim. Kabupaten yang kaya akan sumber daya alam berupa migas dan
batubara ini berlokasi sekitar 175 km dari ibukota Sumatera Selatan, Palembang.
Selain memiliki sumber daya alam yang harus dijaga dan dipergunakan untuk
kepentingan bersama, Muara Enim juga mempunyai kekayaan tradisi yang
dipertahankan secara turun temurun. Salah satu tradisi tersebut adalah Bebie
Merupakan tradisi yang dahulu kerap dilakukan oleh masyarakat pedesaan di
Kabupaten Muara Enim. Secara harfiah, Bebie dapat dimaknai dengan menjadikan
beras yang tadinya padi atau kegiatan mengumpulkan beras. Tradisi Bebie dahulu
dilakukan manakala suatu keluarga akan mengadakan hajat, seperti ingin
menikahkan putra putrinya atau yang biasa disebut dengan ngantenkan.
Tradisi Bebie hanya dilakukan oleh para ibu dan remaja putri. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan cara bergotong-royong. Secara umum, tradisi Bebies dibagi
menjadi beberapa tahap. Tahap awal dilakukan dengan mulai memisahkan padi
pada tangkainya atau yang masyarakat Muara Enim menyebutnya dengan mengirik.
Setelah padi dipisahkan dari tangkainya, biji padi tersbeut kemudian dijemur, tahap
ini dinamakan dengan mengisal.
Padi yang sudah dijemur kemudian masuk ke tahap selanjutnya, yaitu ditumbuk
dengan menggunakan lesung. Proses ini dilakukan untuk memisahkan bulir padi
dengan kulitnya. Setelah bulir padi terkelupas, barulah dilakukan tahap
menampikan biji padi ke dalam alat yang terbuat dari balok kayu yang oleh
masyarakat Muara Enim disebut dengan isaram.
Tahapan terakhir adalah membawa hasil panen padi ke tempat tuan rumah yang
akan mengadakan hajat. Sebagai ungkapan terima kasih, si empunya hajat akan
memberikan oleh-oleh berupa bakul yang berisi berbagai bahan makanan, seperti

8
gula, kopi, dan minyak goreng. Berbagai tahapan dalam tradisi Bebie tersebut
dilakukan secara bergotong-royong, dan dilaksanakan tentu dengan suasana suka
cita dan ikhlas.
Sebagai tradisi asli masyarakat Muara Enim di pedesaan, Bebehas makin tergerus
oleh kemajuan zaman dan teknologi. Tradisi ini makin jarang atau bahkan sudah
tidak pernah ditemukan lagi. Hal tersebut dikarenakan pola hidup guyub dan
bergotong royong yang makin terpinggirkan, dan tergantikan oleh pola hidup
individualistis. Padahal dalam Bebei tergantung nilai-nilai luhur masyarakat Muara
Enim yang guyub, saling menghormati, dan bersyukur atas limpahan berkah yang
diberikan Tuhan.

F. Peraturan mengenai pelestarian kebudayaan di Sumatra Selatan


Peraturan daerah provinsi sumatera selatan nomor 4 tahun 2015 tentang pelestarian
kebudayaan daerah gubernur sumatera selatan,
Menimbang :
a. Bahwa budaya daerah merupakan aset bangsa, maka keberadaannya perlu
dijaga, diberdayakan, dibina, dilestarikan, dan dikembangkan sehingga
berperan dalam upaya menciptakan masyarakat yang memiliki jati diri,
berakhlak mulia, berperadaban dan mempertinggi pemahaman terhadap nilai-
nilai luhur budaya bangsa secara maksimal;
b. Bahwa dalam rangka menjamin terpeliharanya kebudayaan daerah dan untuk
mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan
upaya dan langkah nyata agar berdayaguna dan berhasilguna bagi masyarakat
melalui pelestarian kebudayaan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan peraturan daerah tentang pelestarian kebudayaan
daerah;
Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

9
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat
I Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1814);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5060);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5657);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya
Masyarakat;
7. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelestarian Kebudayaan.
Dengan persetujuan bersama dewan perwakilan rakyat daerah provinsi sumatera
selatan dan gubernur sumatera selatan memutuskan peraturan daerah tentang
pelestarian kebudayaan daerah. Dalam Bab I mengenai ketentuan umum
Bagian Kesatu berisi tentang Pengertian dan Istilah (Pasal 1)
1. Pelestarian adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan
kebudayaan yang dinamis.

10
2. Perlindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap hal-hal
yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan kebudayaan
yang berupa gagasan, perilaku, dan karya budaya termasuk harkat dan martabat
serta hak budaya yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun proses
alam.
3. Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, memungkinkan terjadinya
penyempurnaan gagasan, perilaku, dan karya budaya berupa perubahan,
penambahan, atau penggantian sesuai tata dan norma yang berlaku pada
komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan keasliannya.
4. Budaya daerah adalah budaya asli masyarakat Sumatera Selatan dan budaya
etnik suku lainnya yang hidup dan berkembang yang sesuai dengan nilai-nilai
masyarakat Sumatera Selatan.
5. Kepurbakalaan adalah semua peninggalan budaya masyarakat masa lalu yang
bercorak Prasejarah, Hindu-Budha, Islam maupun kolonial.
6. Tinggalan Budaya Daerah adalah warisan budaya daerah Sumatera Selatan
yang berwujud gagasan-gagasan/ide, perilaku/aktivitas dan benda-benda
budaya.
7. Penyelamatan adalah upaya darurat atau terencana untuk melindungi karya
budaya yang dimiliki individu, kelompok, atau suku bangsa dari ancaman
kerusakan, kehilangan dan kemusnahan.
Bagian Kedua berisi tentang Tujuan dan Prinsip (Pasal 2)
Pelestarian kebudayaan bertujuan untuk :
a. Melindungi dan mengamankan peninggalan budaya daerah agar tidak punah
atau diakui sebagai budaya oleh negara/daerah lain;
b. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisi yang merupakan jati diri
dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakat daerah dalam masyarakat
sumatera selatan yang multikultural;
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan;
d. Meningkatkan kepedulian, kesadaran dan aspirasi masyarakat terhadap
peninggalan budaya daerah;
e. Membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme dan patriotisme;

11
f. Membangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi, dan memperluas khasanah
bagi masyarakat dalam berkarya di bidang kebudayaan; dan
g. Mengembangkan kebudayaan untuk memperkuat jatidiri kebudayaan nasional.
Pasal 3 Pelestarian kebudayaan diselenggarakan berdasarkan prinsip:
a. Keterbukaan;
b. Akuntabilitas;
c. Kepastian hukum;
d. Keberpihakan; dan
e. Keberlanjutan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut para ahli kearifan lokal adalah segala bentuk kebijaksanaan yang
didasari oleh nilai – nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga
keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun temurun)
oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi
tempat tinggal mereka.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya.
Hubungan antara kearifan lokal dan pemberdayaan adalah kearifan lokal dapat
digunakan untuk memberdayakan komunitas masyarakat agar bergerak selaras
dengan nilai kearifan lokal. Adapun komunitas masyarakat yang diberdayakan
kemudian dapat digunakan untuk melestarikan kearifan lokal. Dengan demikian
tercipta hubungan timbal balik.
Bebie merupakan tradisi menanam dan memanen padi secara bersama-sama
dengan tujuan agar pemanenan padi cepat selesai, dan setelah panen selesai akan
diadakan perayaan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang sukses.
Sebagai tradisi asli masyarakat Muara Enim di pedesaan, Bebehas makin
tergerus oleh kemajuan zaman dan teknologi. Tradisi ini makin jarang atau bahkan
sudah tidak pernah ditemukan lagi. Hal tersebut dikarenakan pola hidup guyub dan
bergotong royong yang makin terpinggirkan, dan tergantikan oleh pola hidup
individualistis. Padahal dalam Bebei tergantung nilai-nilai luhur masyarakat Muara
Enim yang guyub, saling menghormati, dan bersyukur atas limpahan berkah yang
diberikan Tuhan.

13
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi Pemerintah
Aparat pemerintah diharapkan ikut serta dalam menjaga dan melestarikan
budaya lokal, tentunya budaya positif yang sesuai dengan kearifan lokal. Serta
ikut andil dalam memajukan kebudayaan daerah khususnya tradisi dari
masyarakat Sumatera supaya mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan
pemerintah daerah baik itu dari segi ekonomi maupun lainnya.
2. Bagi Institusi/Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk dijadikan
bahan kajian studi dan memperbanyak melaksanakan pengabdian pada
masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal.
3. Bagi Tokoh Agama
Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat Sumatera
agar pelaksanaan dari ajaran-ajaran dari masyarakat Sumatera tidak bertentangan
dengan ajaran agama Islam.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat Sumatera Selatan agar terus menjaga kergotong-royongan,
keguyup-rukunan ini sebagai aset kekeluargaan, supaya dapat mewariskan
kepada generasi penerusnya sebagai bentuk pelestarian budaya lokal.

14
DAFTAR PUSTAKA

AhmadIbo. 2019. (https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/bergotong-


royong-mengumpulkan-beras-dalam-tradisi-bebehas), diakses pada kamis 19
Maret 2020

Dhea, Niken. 2017. “Kearifan lokal dan pemberdayaan” online


(http://blog.unnes.ac.id/nikendheasyearyani/2017/11/12/materi-sosiologi-kelas-
xii- kearifan-lokal-dan-pemberdayaan-komunitas/) diakses tanggal 19 Maret
2020.

Faizah Nur, 2020. (https://literasidesa.com/pengertian-kearifan-


lokal/#4_Bebie_Muara_Enim-Sumatera_Selatan) diakses pada 18 maret 2020

15

Anda mungkin juga menyukai