Anda di halaman 1dari 31

PENGANTAR PERMUKIMAN

DESA SEBATU

Oleh

Yoshe Stephanie (1705522003)

Ni Komang Dewi Cita Wandani (1705522018)

Ni Putu Nevi Mariani (1705522023)

Program Studi Tenik Arsitektur

Fakultas Teknik

Universitas Udayana

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Whidi Wasa atau Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah tim penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mengenai Evaluasi Purna Huni Pasar Agung Peninjoan.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah meluangkan
waktunya, oleh karena itu melalui kesempatan ini tim penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Permukiman, yaitu :

1. Dr. Ir. Ida Bagus Gde Wirawibawa, MT.


2. Nyoman Ratih Prajnyani Salain, ST., MT.
3. I Ketut Mudra, ST., MT.
4. Made Wina Satria, ST., MT.
5. Anak Agung Ngurah Aritama, ST., MT.

Serta kepala Desa Sebatu yang telah memberi izin kepada tim penulis untuk
menggunakan Desa Sebaty sebagai objek tugas mata kuliah ini dan pihak – pihak yang tidak
dapat tim penulis sebutkan satu – persatu. Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa materi
yang disajikan masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu tim penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontrukstif dari para pembaca agar nantinya dapat
diperoleh hasil yang lebih maksimal. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terimakasih.

Denpasar, 12 November 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………….... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………….……….…... 1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….……….. 1
1.4 Metode Penelitian………………………………………………………………………….…...…. 2
1.5 Sistematika…………………………………………………………...…………………….……... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Permukiman………………………………………………………………………….. 4


2.2 Jenis-jenis Permukiman……….…………………………………………………………………. 5

BAB III SEJARAH DAN HISTORI DESA SEBATU

3.1 Lokasi Desa Sebatu……………….………………………………………………………………. 8

3.2 Sejarah Desa Sebatu……………….……………………………………………………………… 8

3.3 Profil Desa Sebatu………..……………………………………………………………………….. 9

BAB IV FASILITAS DAN SARANA PRASARANA DESA SEBATU

4.1 Sarana Pelayanan………………..………………………………………………………….……. 14

4.2 Sarana Fasilitas………….………………………………………………………………….….… 16

BAB V STANDAR FASILITAS DAN SARANA PRASARANA DESA SEBATU

5.1 Sarana Pelayanan…………………………………………………………………………….…... 18

5.2 Sarana Fasilitas……………………………………………………………………………….….. 20

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………………………………………………………………….………………...…. 27

6.2 Kritik dan saran………………………………………………………………………...………… 27

DAFTAR PUSTAKA………………………..……………………………………………………….. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan zaman semakin pesat juga pertumbuhan
penduduk, begitupula kebutuhan-kebutuhan yang diperluka oleh penduduk baik pangan,
papan maupun sandang. Kebutuhan permukiman atau tempat tinggal merupakan salah
satu kebutuhan papan (pokok/primer) yang mana pada saat ini banyak menjadi
perbicangan di masyarakat.
Pada era sekarang ini banyak permukiman modern yang bermunculan,
permukiman modern ini sudah dirancang dengan fasilitas-fasilitas lengkap yang ada
serta memiliki akses yang dekat dengan kota. Seiring berkembangnya permukiman
modern, permukiman tradisional mulai tidak dihiraukan bahkan banyak masyarakat
yang ekonominya mulai meningkat lebih memilih bermukim di permukiman modern
yang memiliki fasilitas lebih lengkap bahkan akses dengan kota juga dekat.
Permukiman modern merupakan permukiman yang sudah direncanakan dan
bisa di sahkan dengan adanya peraturan-peraturan yang harus dipenuhi didalam
permukiman itu sendiri. Permukiman tradisional adalah permukiman yang tidak
direncanakan dan sudah ada pada abad-abad sebelumnya (contoh permukiman zaman
kerjaan) tetapi masih ditempati oleh masyarakat hingga saat ini.
Dalam UU No.1 tahun 2011 permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan
atau kawasan perdesaan. Awal dibangunnya tempat tinggal semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan fisik, selanjutnya pemilikan tempat tinggal berkemban fungsinya
sebagai kebutuhan psikologis, estetika, menandai status sosial, ekonomi dan sebagainya.
Permukiman yang akan kami bahas pada kesempatan kali ini adalah sebuat
permukiman tradisional yang terletak disalah satu kabupaten di Bali yaitu Kabupaten
Gianyar, tepatnya berada di Kecamatan Tegallalang, yaitu Desa Sebatu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana historis atau sejarah dari Desa Sebatu?
2. Fasilitas dan sarana prasarana apa saja yang disediakan di Desa Sebatu?
3. Apakah fasilitas dan sarana prasana yang disediakan sudah sesuai standar?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui perkembangan
permukiman tradisonal yaitu Desa Sebatu yang dimulai dari sejarah, fasilitas hingga
sarana prasarana yang disediakan.

1
1.4 Metode Penelitian
Mixed Methods Research (Creswell, John W. and Clarck Vicki : 2008) adalah suatu
disain penelitian yang didasari asumsi seperti halnya metoda inkuiri. Metode ini
memberikan asumsi bahwa dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk tentang
cara pengumpulan dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian. Mixed methods research berfokus
pada pengumpulan dan analisis data serta memadukan antara data kuantitatif dan data
kualitatif, baik dalam single study (penelitia tunggal) maupun series study (penelitian
berseri).
Teknik yang kami gunakan adalah :
1. Teknik Wawancara
Teknik ini dilakukan guna mendapatkan pendapat dan masukan dari narasumber
secara langsung
1.1 Teknik Observasi
Teknik ini digunakan untuk melihat langsung kelapangan mengenai kondisi Desa
Sebatu
1.2 Teknik Studi Literatur
Teknik Studi Literatur digunakan untuk membantu analisa-analisa kami terhadap
sejarah, tingkat jumlah penduduk dan lain sebagainya mengenai Desa Sebatu
Untuk mendukung Teknik-teknik pengumpulan data di atas, maka data-data yang
kami gunakan untuk analisa Permukiman Tradisional pada Desa Sebatu adalah :
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung
dari subjek atau objek penelitian
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan suatu keadaan atau kegiatan di luar
sebuah organisasi
3. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
4. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka
5. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu
1.5 Sistematika
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah dan tujuan
penelitian, metode penelitian yang akan diguakan dan sistematika penyusunan
penelitian.
BAB II TINJAUAN TEORI
Menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian serta kaitannya
dengan penelitian
BAB III SEJARAH DAN POLA PERMUKIMAN DESA SEBATU
Menjelaskan bagaimana sejarah dan histori dari sebelum adanya Desa Sebatu
hingga lahirnya Desa Sebatu serta profil dari Desa Sebatu
BAB IV FASILITAS DAN SARANA PRASARAN DESA SEBATU

2
Menjelaskan apa saja fasilitas dan sarana prasarana yang ada di Desa Sebatu
sehingga dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Desa Sebatu
BAB V STANDAR FASILITAS DAN SARANA PRASARAN DESA SEBATU
Menjelaskan apakah fasilitas dan sarana prasana yang ada di Desa Sebatu sudah
memenuhi standar sarana dan fasilitas pada sebuah permukiman
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Menjelaskan kesimpulan dan memberikan saran mengenai permukiman hinga
standar fasilitas dan sarana prasarana di Desa Sebatu

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Permukiman
Dalam UU No.1 tahun 2011 permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
Menurut Doxiadis dalam Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997), permukiman
merupakan sebuah system yang terdiri dari lima unsur, yaitu: alam, masyarakat, manusia,
lindungan dan jaringan. Bagian permukiman yang disebut wadah tersebut merupakan
paduan tiga unsur: alam (tanah, air, udara), lindungan (shell) dan jaringan (networks),
sedang isinya adalah manusia dan masyarakat.
Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya mengandung
unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas tempat bertemunya
komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat. (Niracanti, Galuh Aji, 2001 : 51)
Menurut Guritno Mangkusoebroto (1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana
penduduk bertempat tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun sekelompok
rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan.
Menurut WHO Permukiman adalah Suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut
termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperluhkan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk
kelompok dan individu.
Menurut winslow dan aph Permukiman adalah Suatu tempat untuk tinggal secara
permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi dan tempat
berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan psikologis, physiologis,
bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan.
Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu tempat bermukim
manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu tujuan yang jelas,
sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Permukiman (Settlement)
merupakan suatu proses seseorang mencapai dan menetap pada suatu daerah (Van der Zee
1986).
Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak hanya untuk menyediakan tempat
tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan fasilitas untuk pelayanan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari:
a. Isi, yaitu manusia sendiri maupun masyarakat; dan
b. Wadah, yaitu fisik hunian yang terdiri dari alam

4
Dan elemen-elemen buatan manusia. Dua elemen permukiman tersebut,
selanjutnya dapat dibagi ke dalam lima elemen yaitu:
a. Alam yang meliputi: topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan iklim;
b. Manusia yang meliputi: kebutuhan biologi (ruang,udara, temperatur, dsb),
perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional, dan nilai moral;
c. Masyarakat yang meliputi: kepadatan dan komposisi penduduk, kelompok
sosial, kebudayaan, pengembangan ekonomi, pendidikan, hukum dan
administrasi;
d. Fisik bangunan yang meliputi: rumah, pelayanan masyarakat (sekolah, rumah
sakit, dsb), fasilitas rekreasi, pusat perbelanjaan dan pemerintahan, industri,
kesehatan, hukum dan administrasi; dan
e. Jaringan ( net work ) yang meliputi: sistem jaringan air bersih, sistem jaringan
listrik, sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem manajemen
kepemilikan, drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa permukiman merupakan lingkungan yang terdiri
atas bangunan perumahan yang dibuat untuk tempat berlindung bagi penghuni dan
didalamnya terdapat dan tersedia sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan
penghuni.
2.2 Jenis-Jenis Permukiman
Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis antara lain:
a. Pemukiman Perkampungan Tradisional
Perkampungan seperti ini biasa nya penduduk atau masyarakatnya masih
memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya
secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan
dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat.
Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang
akan membawa dampak terhadap kesehatn seperti kebiasaan minum air tanpa dimasak
terlebih dahulu, buang sampah dan air limbah di sembarang tempat sehingga terdapat
genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit menular.
b. Perkampungan Darurat
Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya
perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari
bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari
banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditempatkan
diperkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan bantuan dan makanan pakaian dan

5
obat-obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapi yang meletus,
banjir, longsor dan lain sebagainya.
Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas
sanitasi lingkungan, seperti pembuangan air limbah dan samapah yang tidak pada
tempatnya sehingga kemungkinan penjalaran penyakit yang menginfeksi masyarakat yang
bermukim akan mudah terjadi.
c. Perkampungan Kumuh (Slum Area)
Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan
penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Yang pada umumnya berniat ingin mencari
kehidupan yang lebih baik, penghasilan lebih baik dan lain sebagainya. Mereka bekerja di
toko-toko, di restoran-restoran, sebagai pelayan, cleaning servis, dan lain sebagainya.
Sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat
bekerja terbatas, maka banyak diantara mereka manjadi orang gelandangan sehingga dikota
yang pada umumnya sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak dan pantas hal ini karena
tidak terjangkau oleh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya
meraka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar), yang tidak sesuai dengan standar k
esehatan yang ditentukan, biasanya perkampungan atau permukiman ini terletak
ditepian sungai.
Perkampungan kumuh sangat mencolok karena tempatnya yang kotor, bangunan
yang tidak teratur, seta masyarakatnya yang terlihat tidak perduli lingkungan.
d. Pemukiman Transmigrasi
Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah
pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan
(ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang atau
kurang penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani bercocok tanam dan
lain lain).
Disamping itu jenis pemukiman ini merupakan tempat pemukiman bagi orang-
orang (penduduk) yang di transmigrasikan akibat di tempat aslinya sering dilanda banjir
atau seirng mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi. Ditempat ini meraka telah
disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani (bercocok tanam) oleh pemerintah dan
diharapkan mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan
dengan kehidupan di daerah aslinya.
e. Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus
Perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dan masyarakat
diperuntukkan bagi orang -orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang
menjalankan tugas tertentu yang telah dirancanakan . Penghuninya atau orang orang yang
menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan
masih bisa menjalan kan tugas. setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke
tempat/daerah asal masing masing.
6
Contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga nasional )
Perkampungan orang -orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar,
proyek pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain.
f. Perkampungan Baru (real estate)
Pemukiman semacam ini drencanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak
swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu
pemukiman (kawasan pemukiman). ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan
cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih , baik berupa sumur pompa tangan
(sumur bor) atau pun air PAM/PDAM, sisetem pembuangan kotoran dan iari kotornya
direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan samphnya di koordinir dan diatur
secara baik.
Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah (SD,
SMP, dll) yang dibangun dekat dengan tempat tempat pelayanan masyarakat seperti
poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain lain. Jenis pemukiman
seperti ini biasanya dibangung dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang
berpenghasilan menengah ketas. rumah rumah tersebut dapat dibeli dengan cara di cicil
bulanan atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. contoh pemukiman
speriti ini adalah perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak dibangun
sampai ke daerah-daerah.
Untuk di daerah – daerah (kota kota ) yang sulit untuk mendapatkan tanah yang luas
untuk perumahan, tetapi kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah
bekerja sama dengan pihak swasta membangun rumah tipe susun atau rumah susun (rumah
bertingkat) seperti terdapat di kota metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini ada
yang dapat dibeli secara cicilan atau disewa secara bulanan.
2.3 Permukiman Tradisional Bali
Terwujudnya pola perumahan tradisional sebagai lingkungan buatan sangat terkait
dengan sikap dan pandangan hidup masyarakat Bali, tidak lepas dari sendi-sendi agama,
adat istiadat, kepercayaan dan sistem religi yang melandasi aspek-aspek kehidupan .
Peranan dan pengaruh Agama Hindu dalam penataan lingkungan buatan, yaitu terjadinya
implikasi agama dengan berbagai kehidupan bermasyarakat.
Rumah tradisional Bali erat kaitannya dengan perwujudan budaya yang sangat kuat
dengan landasan filosofi yang berakar dari agama Hindu. Agama Hindu mengajarkan
manusia mengharmonisasikan alam semesta dengan segala isinya. Dengan alasan seperti
itu maka timbulah konsep-konsep Tri Hita Karana (3 unsur yang menjadikan kehidupan),
Tri Angga (Tiga badan), Mani Ring Cacupu (bayi dalam kandungan) dan banyak lagi.
Konsep tersebut mengajarkan kita bagaimana menjaga keseimbangan alam
semesta yang kita tempati dengan menggunakan konsep zoning lokasi yang suci sampai
tidak suci, menempatkan hal-hal atau sesuatu yang berharga di tengah-tengah permukiman
arga cepat terjada hingga memikirkan setiap hubungan dengan Tuhan, manusia hingga
makhluk hidup agar terciptanya kesimbangan alam semesta.
7
BAB III
SEJARAH DAN POLA PERMUKIMAN DESA SEBATU
3.1 Lokasi Desa Sebatu
Desa Sebatu berada di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.

Gambar 1. Lokasi Desa Sebatu

Sumber: Googlemaps

3.2 Sejarah Desa Sebatu


Berdasarkan tradisi yang tertuang dalam babad yang bernama “ BHUWANA
TATWA MAHA RSI MARKANDYA “ yang menceritakan kedatangan Hyang Maha Rsi
Markandya ke Bali Dwipa, disebutkan, bahwa Maha Rsi Markandya pada abad ke VIII
datang ke Bali dan mendirikan Pura Tohlangkir. Selanjutnya beliau menuju ke barat dan
mendirikan Desa Sarweda yang sekarang dikenal dengan nama Desa Taro serta mendirikan
Pura Gunung Raung.
Mengingat kenyataan, bahwa Desa Sebatu berada di sebelah timur, berbatasan
dengan Desa Taro, maka mungkin dalam perjalanan Maha Rsi dari Gunung Agung
(Tohlangkir ) menuju Desa Taro, Desa Sebatu dilalui mungkin juga karena bertambah
banyaknya pengikut beliau, sehingga sebagian telah menghuni diwilayah yang sekarang
menjadi wilayah Desa Sebatu. Disamping itu berdasarkan bukti-bukti keagamaan diwilayah
Desa Sebatu banyak yang diketemukan bukti-bukti kegunaan, seperti Lingga dibeberapa
Pura dan juga Upacara yang tidak diselesaikan oleh Sulinggih. Tidak adanya Padmasana
pada pura-pura dilingkungan wilayah Desa Sebatu juga merupakan suatu ciri kekunaan.
Kalau sekarang pada pura-pura ditemukan Padmasana, adalah pembangunan atau
pendiriannya pada zaman kerajaan majapahit. Dari keterangan ini yang disimpulkan, bahwa
Desa Sebatu termasuk Desa tua yang cepat menerima pembaharuan.
8
Dalam tradisi yang lain berupa ceritra warisan leluhur, disebutkan bahwa ketika
terjadinya bencana alam letusan Gunung Agung banyak penduduk yang mengungsi dan
diantaranya ada yang tinggal menetap, diwilayah Desa Sebatu sekarang. Demikianlah
misalnnya Talepud yang sekarang menjadi Dusun/Banjar Pujung Kaja semuannya adalah
pendatang dari Daerah Karangasem dan Bangli yang pada mulannya berjumlah 12 orang.
Mengenai nama Sebatu sendiri dikaitkan dengan ceritera yang termuat dalam Lontar
Usana Bali yaitu ceritera Mayadanawa tidak/belum pernah dijumpai namun demikianlah
masalah nama mungkin saja bias terjadi. Ketika terjadi peperangan antara Mayadanawa
dengan Bhatara Indra, dimana Mayadanawa mengalami kekalahan ia lalu melarikan diri
kearah utara. Dalam pelarian itu masih juga berupaya untuk menghindari diri dari
pengejaran pihak musuh dengan berubah dirinya dengan ilmu gaib. Berulangkali ia merubah
dirinya, namun selalu ketahuan juga oleh musuhnya dan dikejar terus. Ketika tiba disuatu
tempat mungkin karena kepayahan, sementara musuh tetap mengejar, terpelesetlah kakinya
pada batu. Dalam Bahasa Bali kata terpeleset berarti nyauh berasal dari sauh. Karena
terpeleset pada batu (Bahasa Bali nyauh dibatune ), kemudian tempat ini disebut Sauh Batu.
Dalam masa perkembangannya kata “ Sauh Batu “ mengalami peluluhan sehingga menjadi
“ SEBATU “ . Mungkin saja Sebatu dimaksudkan pada waktu itu hanyalah meliputi Banjar
Sebatu sekarang dan bukan perbekelan/ Desa Sebatu.
Purana Batur namanya Sebatu juga disebutkan disamping Tepud atau Talepud yang
sekarang menjadi Dusun/br. Pujung Kaja. Penyebaran ini yakni Sebatu dan Talepud secara
bersamaan didalam Purana Batur dapat dipahami, karena penyebutan itu berdasarkan desa
Adat. Kenyataannya Sebatu dan Talepud (Pujung Kaja) adalah dua Desa adat yang masing-
masing berdiri sendiri.
Adapun tergabungnya 9 (sembilan) buah banjar menjadi satu Perbekelan yaitu
Keperbekelan /Desa Sebatu ialah setelah berdirinya/berkuasanya raja-raja dari Puri Gianyar.
Hal ini didasarkan atas sumber tradisional yang menyebutkan bahwa Pujung (yang sekarang
adalah Pujung Kelod), telah ada bersamaan dengan talepud, demikian juga Tegalsuci,
Bonjaka dan Tumbakasa adalah perkembangan dari Talepud. Sedangkan Jati pada mulanya
adalah pondokan.
3.3 Profil Desa Sebatu
Desa Sebatu adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan tegallalang kabupaten
Gianyar dan nmerupakan salah satu desa yang berada paling ujung utara Kabupaten Gianyar
yang berbatasan dengan desa sekaan/ Kitamani bangli dengan ketinggian antara 450-600 m
diatas permukaan air laut dan luas wilayah 1090 H dengan rincian :
– Untuk persawahan luasnya : 0,37 Km 2
– Untuk pekarangan luasnya : 0,40 Km 2
– Untuk Tegalan luasnya : 9,00 Km 2
– Lain-lain luasnya : 1,13 Km 2
Batas-batas wilayah Desa Sebatu :
– Sebelah Utara : Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani
– Sebelah Timur : Desa Pupuan Kecamatan Tegallalang
9
– Sebelah Selatan : DesaTegallalangKecamatan Tegallalang
– Sebelah Barat : Desa Taro kecamatan tegallalang
Pusat pemerintahan Desa sebatu letakya sangat setrategis yaitu dijantung desa
tepatnya di banjar pujung kaja. Bentuk daratan wilayah desa Sebatu adalah merupakan
pegunungan yang memanjang dari utara keselatan daratan ini sebagian besar
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yaitu persawahan, perkebunan, tempat suci,
kuburan jalan umum dan lain-lain.
Mengenai jarak orbitasi desa Sebatu sangat setrategis karena berada pada jalur
transportasi yang mudah dijangkau dengan jarak-jarak ukuran antara lain :
– Jarak Desa Sebatu menuju kota kecamatan : 4 km
– jarak Desa Seabtu menuju kota kabupaten ; 23 km
– Jaran Desa Sebatu menuju kota Propensi : 35 km
Selain itu desa sebatu merupakan tempat singgahnya para wisatawan baik
Wisatawan domestik maupun manca negara untuk berbelanja berbagai jenis kerajinan
masyarakat yang terpajang di Art Shop, Kios, Toko seperti : Patung, lukisan dan
cendramata lainnya.
Wilayah Desa Sebatu terdiri dari 9 (sembilan Banjar Dinas dan 9 (sembilan)
Desa Pakraman yang mana 1 (satu) Banjar Dinas merupakan 1 (satu) desa Pakraman.
Nama-nama Banjar Dinas antara lain :

 Banjar Dinas Apuh


 Banjar Dinas Tegalsuci
 Banjar Dinas Jasan
 banjar Dinas jati
 Banjar Dinas Bonjaka
 Banjar Dinas Pujung Kaja
 Banjar Dinas Pujung Kelod
 Banjar Dinas Sebatu
 Banjar Dinas tumbakasa.
Nama-nama Desa Pakraman antara lain :

 Desa Pakraman Apuh


 Desa Pakraman Tegalsuci
 Desa Pakraman Jasan
 Desa Pakraman Jati
 Desa Pakraman Bonjaka
 Desa Pakraman Talepud
 Desa Pakraman Pujung Sari
 Desa Pakraman Sebatu
 Desa Pakraman Tumbakasa

10
Tabel 1. Jumlah Kelahiran dan Penduduk Desa Sebatu/Oktober 2019

Sumber. Kepala Desa Sebatu

NO BANJAR/ LAHIR LAHIR LAHIR LAHIR KET


LINGKUNGAN (orang) (orang) (orang) (orang)
L P JML L P JML L P JML L P JML
1 APUH - 1 1 - - - - - - - - - 194
2 TEGAL SUCI 2 1 3 3 1 4 - - - - - - 219
3 JASAN - - - - - - - - - - - - 434
4 JATI 1 - 1 - - - - - - - - - 147
5 BONJAKA - - - - - - - - - - - - 135
6 PUJUNG KAJA - 2 2 - - - - 1 1 - - - 283
7 PUJUNG KELOD - - - - - - - - - - - - 156
8 SEBATU - - - - - - - - - - - - 348
9 TUMBAKASA - - - - - - - - - - - - 32
JUMLAH 3 4 7 3 1 4 - 1 1 - - - 1948

Tabel 2. Jumlah Penduduk Pendatang dan Penduduk Asli Desa Sebatu/Oktober 2019

Sumber. Kepala Desa Sebatu

NO URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH


(orang) (orang)
1 Jumlah Penduduk 4185 4357 8542
2 Penambahan Penduduk 3 5 8
(Lahir+Datang)
3 Pengurangan Penduduk 3 1 4
(Mati+Pindah)
4 Jumlah Akhir 4185 4361 8546

3.4 Pola Permukiman Desa Sebatu


Pola Permukiman adalah sebuah bentuk penyebaran tempat manusia bermukim
dan melakukan aktivitas sehari-hari. Pola permukiman sendiri ada 3, yaitu : (1) Pola
Permukima Linier – dimana pola permukiman ini biasanya memanjang dan terbentuk
mengikuti jalan, pantai hingga sungai, (2) Pola Permukiman Radial – pola permukiman ini
pada umumnya merupakan pola permukiman yang menyebar, dimana permukiman ini
umumnya terdapat pada daerah datran tinggi yang memiliki kontur tanah yang cukup
berbeda sehingga mengharuskan mereka mencari lokasi bermukim yang aman dan teoat,
(3) Pola Terpusat – pola permukiman ini terbentuk dikarenakan unit-unit kecil yang
terkumpul menjadi satu dalam satu pusat daerah/permukiman dimana selalu menjadi pusat
kegiatan seperti alun-alun, pasar dan sebagainya.
Pola permukiman Bali sendiri memiliki penataan yang berbeda dari pola
permukiman yang dibahas di atas. Pola permukiman di Bali pada umumnya menggunakan

11
pola/konsep Tri Angga (Tiga Badan) dimana terdiri atas kepala (utama) letaknya di atas
dan umumnya dianggap sebagai tempat yang paling suci serta dikhususkan sebagai lokasi
pura atau tempat suci, badan (madya) letaknya di tengah dimana pada umumnya lokasi ini
akan menjadi pusat permukiman atau rumah warga dan kaki (nista) yang letaknya dibawah
dan dianggap sebagai zona tidak suci atau kotor merupakan areal pemakaman/kuburan.
Pada Desa Sebatu ini sendiri dapat dilihat dari Pola Permukiman Bali maupun Pola
Permukiman yang digunakan pada umumnya. Untuk pola permukiman yang umum dapat
dilihat dari gambar dibawah dimana permukiman disini menggunakan Pola Linier dan Pola
Terpusat, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya bangunan yang berada pada bagian
selatan paling bawah dimana ini merupakan pusat pariwisata sehingga sbagian besar
permukiman memusatkan diri pada daerah pariwisata tersebut. Sedangkan untuk Pola
Linier dapat dilihat dari rumah-rumah warga yang mengikuti pola jalan.

Gambar 2. Pola Permukiman Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Untuk Pola Permukiman Bali di Desa Sebatu tidak dibuat atau ditata dalam satu
desa melainkan ditata pada setiap Banjar/Desa Pekraman sehingga aktivitas kegiatan dapat
terakomodasi dengan baik dikarenakan letak setiap Banjar/Desa Pekraman yang jauh jika
dibuat Pola Permukiman Bali secara garis besar di Desa Sebatu maka akan menyulitkan
warga yang berada di daerah atas dan bawah ketika harus menuju daerah yang berlawanan
dikarenakan luasan desa yang cukup besar.

12
Gambar 3. Contoh Pola Permukiman Disetiap Banjar/Desa Pekraman Sebatu, Segmen Banjar Sebatu.

Sumber : Dokumentasi Pribasi

13
BAB IV
FASILITAS DAN SARANA PRASARANA DESA SEBATU
4.1 Sarana Pelayanan
 Sekolah Dasar
 SD N 1 SEBATU (BR. JASAN)
 SDN 2 SEBATU (BR. PUJUNG KAJA)
 SDN 3 SEBATU (BR. SEBATU)
 SDN 4 SEBATU (BR. APUH)
 SDN 5 SEBATU (BR. TEGAL SUCI)

Gambar 4. Lokasi SD di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

 Taman Kanak-Kanak dan PAUD


 TK NEGRI PEMBINA (BR. SEBATU)
 YAYASAN PANCA KUMARA (BR. JASAN)

14
Gambar 5. Lokasi TK di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

 Sekolah Menengah Pertama


 SMPN 2 TEGALLALANG (BR. JASAN)

Gambar 6. Lokasi SMP di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

15
 Pelayanan Kesehatan
 PUSKESMAS 2 TEGALLALANG (BR. BONJAKA)
 PUSKESMAS PEMBANTU (BR APUH)
 PUSKESMAS DESA (BR JASAN)
 PUSKESMAS WANITA (BR. TEGAL SUCI)
 KLINIK BR. SEBATU (BR. SEBATU)
 PRAKTEK DOKTER (BR. PUJUNG KAJA, BR. SEBATU)
 PRAKTEK BIDAN (BR APUH)

Gambar 6. Lokasi Pelayanan Kesehatan di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

 Subak
4.2 Sarana Fasilitas
Pada umumnya sarana fasilitas yang disediakan di Desa Sebatu terletak dan
tersedia di masing-masing Banjar/Desa Pekraman, sehingga cukup untuk
mengakomodasi kegiatan-kegiatan agama hingga aktivitas sehari-hari di setiap
Banjar/Desa Pekraman tersebut. Berikut adalah fasilitas-fasilitas yang disediakan
diantaranya :
 Lapangan olah raga
 LAPANGAN VOLI
 LAPANGAN SEPAK BOLA

16
 LAPANGAN BULU TANGKIS
 Balai banjar
 Wantilan
 Pura
 PURA DESA
 PURA DALEM
 PURA PUSEH
 PURA PRAJAPATI
 PURA PENATARAN
 PURA MELANTING

Gambar 7. Peletakan Sarana Fasilitas dan Pelayanan di Banjar Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

17
BAB V
STANDAR FASILITAS DAN SARANA PRASARANA DESA SEBATU
5.1 Sarana Pelayanan
Perencanaan sarana prasarana pelayanan pada permukiman pedesaan harus
didasarkan pada tujuan yang akan dicapai, dimana sarana prasarana merupakan
kelngkapan dasar fisik dalam sebuah permukiman ataupun lingkungan yang
memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana prasarana
mendorong terwujudnya lingkungan permukiman yang optimal sesuai dengan
fungsinya (UU RI No. 4 Th. 1992). Berikut adalah standar sarana prasarana pelayanan
social yang terdapat di Desa Sebatu:
1. Sarana Pelayanan Sosial (Sekolah)

Tabel 3. Standar Fasilitas Pendidikan


Sumber : Badan Standar Nasional Indonesia

Gambar 8. Fasilitas Pendidikan di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai,
dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan pengetahuannya. Standar pelayanan

18
minimal yang terdapat di permukiman minimal tersedia TK, SD, SLTP, SLTA, tetapi
fasilitas yang ditentukan tergantung dengan jumlah jiwa yang berada di permukiman
tersebut. Jenis sarana pelayanan sekolah yang terdapat di Desa sebatu, yaitu Paud,
Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD)dan Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dengan jumlah jiwa 8546 fasilitas sarana di Desa Sebatu sudah termasuk ke dalam
standar minimal fasilitas sarana prasarana.
2. Sarana Pelayanan Sosial (Sarana Kesehatan)

Tabel 4. Standar Fasilitas Kesehatan


Sumber : Badan Standar Nasional Indonesia

Gambar 9. Fasilitas Kesehatan di Desa Sebatu (Puskesmas Tegallalang 2)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sarana kesehatan dalam setiap lingkungan permukiman juga dibutuhkan untuk


memenuhi standar pelayanan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Sebatu, yaitu puskesmas
2 tegallalang, puskesmas pembantu, puskesmas desa, puskesmas wanita, klinik br.
sebatu, praktek dokter dan praktek bidan. Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2011, memutuskan standar pelayanan yang
kesehatan yang terdapat pada lingkungan permukiman adalah 1 Unit Balai Pengobatan,
19
1 Unit BKIA/RS, 1 Unit Puskesmas dan 1 Unit Rumah Sakit Jiwa, sedangkan jumlah
jiwa yuang terdapat di Desa Sebatu adalah 8546 jiwa dapat di tetapkan bahwa Desa
Sebatu memenuhi standar minimal, pada sarana pelayanan kesehatan.
5.2 Sarana Fasilitas
Sarana prasarana fasilitas social pada permukiman pedesaan harus didasarkan pada
tujuan yang akan dicapai, dimana sarana prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik
dalam sebuah permukiman ataupun lingkungan yang memungkinkan lingkungan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana prasarana mendorong terwujudnya
lingkungan permukiman yang optimal sesuai dengan fungsinya (UU RI No. 4 Th. 1992).
Berikut adalah standar fasilitas social yang terdapa di Desa Sebatu:
1. Sarana Fasilitas Sosial (Sarana Peribadatan)

Tabel 5. Standar Fasilitas Peribadatan


Sumber : Badan Standar Nasional Indonesia

Gambar 10. Fasilitas Peribadatan di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

20
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi lingkungan
permukiman setempat, dengan memperhatikan penduduk menurut agama yang
dianutnya dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalakn ibadah
agamnya. Pada lingkungan permukiman di Desa Sebatu hanya terdapat sarana ibadah
untuk umat yang beragama Hindu yaitu pura. Tipe/ jenis pura yang terdapat di Desa
Sebatu adalah Pura Desa, Pura Dalem , Pura Puseh, Pura Prajapati, Pura Penataran Dan
Pura Melanting. Lokasi dari pura ini dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan
berdekatan dengan pusat lingkungan. Karena mayoritas penduduik di Desa Sebatu
beragama hindu jadi, Fasilitas Sosial Peribadatan di Desa Sebatu termasuk dalam
standar minimal fasilitas sosial
2. Sarana Fasilitas Sosial (Sarana Kebudayaan dan Rekreasi)

Tabel 6. Standar Fasilitas Sosial


Sumber : Badan Standar Nasional Indonesia

Gambar 11. Fasilitas Sosial di Desa Sebatu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sarana kebudayaan yang terdapat di Desa Sebatu adalah berupa Balai Banjar dan
Wantilan, dimana sarana ini difungsikan oleh penduduk setempat untuk melakukan

21
rapat ataupun kegiatan yang mebutuhkan ruang cukup besar. Sehingga fasilitas sarana
kebudayaan di Desa Sebatu masuk dalam standar Minimal, karena penduduk di Desa
Sebatu adalah orang bali dan jumlah penduduk 8546 jiwa
3. Sarana Fasilitas Sosial (R. Terbuka, taman, Lap. Olahraga)

Tabel 7. Standar Fasilitas Sosial (Ruang Terbuka Hijau)


Sumber : Badan Standar Nasional Indonesia

Gambar 12. Fasilitas Sosial di Desa Sebatu (Lapangan Sepak Bola)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Di Desa Sebatu, terdapat Lapangan Olahraga dan Permakaman Umum yang


dimilki oleh setiap banjara tau desa pakraman masing-masing. Jenis lapangan yang
terdapat di Desa Sebatu adalah, Lapangan Sepak Bola, Lapangan Voly dan Lapangan

22
Bulu Tangkis, selain itu terdapat juga pemakaman yang terdapat dimasing-masing
banjar.
4. Sarana Fasilitas Sosial (Perdagangan dan Niaga)

Gambar 13. Fasilitas Sosial di Desa Sebatu (Pasar)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Setaip wilayah lingkungan permukiman pastinya memiliki fasilitas perdagangan,


dengan skala kecil seperti warung ataupun unit toko. Di Desa Sebatu sendiri
mempunyai fasilitas perdagangan berupa pasar tradisional dan ruko ataupun warung
kecil yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari penduduk di Desa Sebatu. Letak
pasar tradisioanal mudah dijangkau dan dapat di jangkau oleh kendaraan umum,
sedangkan untuk ruko berdekatan dengan pasar tradisional. Sehingga fasilitas
perdagangan di Desa Sebatu sudah termasuk dalam standar minimalnya.

5.3.Sistem Prasarana saluran Air.


Pada suatu wilayah permukiman tentunya memiliki sistem utilitasnya, terutama
pada sistem saluran air. Di Desa Sebatu, Tegallalang ,Gianyar sendiri sistem air dibagi
menjadi dua yaitu, sistem penyaluran air bersih dan sistem penyaluran air buangan.
1. Sistem penyaluran/penyediaan air bersih, pada sistem ini masyarakat di Desa
Sebatu menggunkan sistem Sumur Bor dan ada juga yang menggunakan air PDAM.

23
Gambar 14. Saluran Air Melalui Sistem Sumur Bor

sumber : www.googleimage.com

Gambar 15. Saluran Air Melalui Sistem PDAM

sumber : www.googleimage.com

24
2. Sistem pembuangan air bekas dan air kotor.

Gambar 16. Saluran Air


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada sistem pembuangan air bekas yang menjurus pada pembuangan air sisa
pemakain, seperti mencuci perabotan, mandi, mencuci baju dll, dilakukan proses
pembuangan ke got yang terletak di tepi rumah mereka.

Gambar 17. Sistem Saluran Air Limbah Pada Rumah Tinggal

sumber : www.googleimage.com

Sedangkan sistem pembuangan air kotor di Desa Sebatu menggunakna sistem on


site/sistem individu/sistem jamban. Sistem yang dimaksud on site ini adalah sistem
pembungan air kotor dari septictank yang berada pada setiap rumah, bahkan bisa

25
disetiap kamar mandi, kemudian sistem pengurasan air kotor yang berada diseptic
tank menggunakan sistem jamban, yaitu jika septick tank tersebtu sudah penuh,
makan akan dilakukan dengan proses penyedotan atau pengurasan.

26
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dalam UU No.1 tahun 2011 permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan
atau kawasan perdesaan. Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak hanya untuk
menyediakan tempat tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan
fasilitas untuk pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
Desa Sebatu adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan tegallalang kabupaten
Gianyar dan nmerupakan salah satu desa yang berada paling ujung utara Kabupaten
Gianyar yang berbatasan dengan desa sekaan/ Kitamani bangli dengan ketinggian
antara 450-600 m diatas permukaan air laut dan luas wilayah 1090 H, Selain itu desa
sebatu merupakan tempat singgahnya para wisatawan baik Wisatawan domestik
maupun manca negara untuk berbelanja berbagai jenis kerajinan masyarakat yang
terpajang di Art Shop, Kios, Toko seperti : Patung, lukisan dan cendramata lainnya.
Fasilitas dan sarana prasarana yang terdapat di Desa Sebatu cukup memadai dengan
kondisi setempat dan masuk ke dalam standar minimal untuk lingkungan permukiman
pedesaan. Perencanaan fasilitas dan sarana prasarana pada permukiman pedesaan di
Desa Sebatu didasarkan pada tujuan yang akan dicapai, dimana fasilitas dan sarana
prasarana merupakan kelngkapan dasar fisik dalam sebuah permukiman ataupun
lingkungan yang memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Sarana prasarana mendorong terwujudnya lingkungan permukiman yang optimal sesuai
dengan fungsinya. dengan demikian Desa Sebatu layak untuk disebut sebagai
lingkungan permukiman pedesaan.
6.2 Saran
Banyaknya fasilitas dan prasarana yang terdapat di Desa Sebatu, dapat dikatakan
sudah mencapai standarnya dengan luas wilayahnya tersebut. Tetapi akan lebih baik
jika fasiltas dan prasarana di Desa Sebatu dapat dikembangkan kembali, seiring
berjalannya waktu, kebutuhan dan aktivitas yang berlangsung di Desa Sebatu pastinya
semakin banyak dan padat, dengan demikian demi kenyaman masyarakt setempat,
hendaknya fasilitas maupun prasaranya dapat dikembangkan ataupun diperbaharui
kembali, akan tetapi kita tidak boleh untuk melupakan identitas Desa, akan lebih baik
juga kita dapat mengikuytinya dengan pemegangan teguh terhadap tradisi, pakem-
pakem dan konsep yang terdapat di Desa Sebatu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Acwin Dwinjendra, Ngakan Ketut, 2003, ‘Perumahan Dan Permukimantradisional Bali’,


Jurnal Permukiman “NATAH”, vol. 1, no.1
Swanendri, Ni Made, Keddy Setiada, Nengah, 2016, ‘Pola Spasial Permukiman Masyarakat
Bali Aga Di Desa Pakraman Timbrah, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, Kabupaten
Karangasem’

28

Anda mungkin juga menyukai