Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL

TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN BETAWI DI ERA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Budiman Mahmud Musthofa1


1
Program Studi Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi,
Universitas Indonesia
E-mail: budimanmm@gmail.com

ABSTRAK
Era revolusi industri 4.0. memberikan tantangan dan peluang baru dalam pengembangan kebudayaan
suatu bangsa. Kajian ini mencoba menjelaskan bagaimana strategi suatu kebudayaan dapat berkembang
dan berdaptasi dengan perubahan pada era revolusi industri 4.0. khususnya melalui internet of things.
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus pada
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Budaya
Betawi telah hidup di masyarakat Jakarta sejak berabad-abad yang lalu, namun nilai dan budayanya
makin terkikis. Kondisi yang seperti ini mendorong pemerintah Provinsi DKI yang didukung oleh Lembaga
Kebudayaan Betawi, Badan Musyawarah Betawi dan beberapa lembaga Betawi lainnya untuk memberikan
perhatian khusus. Salah satunya dengan membuat dan meresmikan Perkampungan Budaya Betawi (PBB)
Setu Babakan di Jakarta Selatan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan membuat program pengembangannya.
Ada banyak kemajuan yang dirasakan melalui program ini, salah satu program terkini adalah pemanfaatan
internet dan beragam aplikasi digital untuk sarana membangun jejaring, promosi dan penguatan identitas
budaya betawi yang salah satunya melalui aplikasi betawi akses. Kajian ini menunjukkan bahwa
kebudayaan Betawi dapat dilindungi, dikembangkan dan dipromosikan secara lebih luas melalui berbagai
program dan platform digital yang berdampak pada eksistensi budaya itu sendiri.

Kata kunci: kebudayaan, betawi akses, revolusi industri 4.0, PBB Setu Babakan

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia, budaya dan masyarakat senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Perubahan masyarakat dapat
berlangsung secara lambat maupun cepat, atau perubahan dapat terjadi secara evolusi maupun revolusi.
Perubahan dalam suatu masyarakat dilakukan dalam rangka menghadapi perubahan di sekelilingnya dan
tentunya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pada konteks sosial, perubahan sosial budaya merupakan
gejala yang melekat disetiap masyarakat.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki tradisi dan kebiasaan yang kemudian berkembang menjadi
suatu kebudayaan. Ada banyak definisi terkait kebudayaaan, misalnya menurut koentjaraningrat (2002)
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Indonesia memiliki beragam
kebudayaan yang tersebar dari sabang sampai merauke, dari Miangas sampai pulau Rote. Salah satu budaya
yang akan menjadi fokus pembahasan pada kajian ini adalah kebudayaan Betawi.
Betawi adalah sebuah suku bangsa yang berada di Jakarta. Betawi merupakan etnis campuran yang kaya
akan keragaman ras, budaya, bahasa, tradisi, kuliner, kesenian dan unsur budaya lainnya. Warna-warni ini
membawa aneka persepsi, tafsiran, dan pemahaman tentang Betawi, baik dari segi penduduk asli, kultur,
maupun kebudayaan. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa penduduk Betawi itu majemuk. Artinya,
mereka berasal dari percampuran darah berbagai suku bangsa dan bangsa asing (Purbasari, 2010).
Masyarakat Betawi adalah masyarakat yang majemuk, yang berasal dari percampuran darah berbagai
budaya, seperti Arab, China, Sunda, Jawa dan berbagai budaya lainnya.
Sejak abad ke 16 Jakarta telah menjadi kota perdagangan besar yang mempertemukan beragam suku
bangsa. Pada zaman penjajaga Belanda, Jakarta menjadi pusat kekuasaan dan setelah kemerdekaan Jakarta
Menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Perkembangan Jakarta sebagai kota metropolitan telah berdampak
pada eksistensi budaya betawi. Kedatangan beragam budaya ke Jakarta berdampak pada tergerusnya
budaya Betawi. Eksistensi dan identitas budaya betawi menjadi diskusi hangat pad atahun 1960-1970an.
Kondisi ini kemudian direspon dengan kebijakan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Gubernur menjadikan
kawasan Condet menjadi kawasan cagar budaya, dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur No. D. IV-
1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974. Namun program ini tidak berhasil (Windarsih, 2013). Pada saat yang
sama, memasuki tahun 2000, gelombang globalisasi juga telah berdampak pada eksistensi budaya betawi.
Perda No. 3 tahun 2005 menetapkan Perkampungan Budaya Betawi berlokasi di Kelurahan Srengseng

PROSIDING
415
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Sawah. Secara administratif, Kawasan Setu Babakan merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Srengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administratif Jakarta Selatan dengan luas kurang lebih 289 ha
Ketentuan Umun Bab I Pasal 1 Perda Prov.DKI Jakarta No.3 Tahun 2005 meyatakan bahwa
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu kawasan di Jakarta dengan komunitas yang
ditumbuhkembangkan budaya Betawi yang meliputi seluruh hasil gagasan dan karya baik fisik maupun non
fisik yaitu kesenian, adapt istiadat, foklor kesastraan dan kebahasaan, kesejarahan serta bangunan yang
bercirikan kebetawian. Program pengembangan perkampungan budaya betawi ini kemudian semakin
berkembang saat bersinergi dengan kegiatan pariwisata. Setu babakan yang semua merupakan cagar budaya
betawi juga berperan sebagai destinasi wisata yang hingga kini rata-rata setiap tahun lebih dari 300.000
pengunjung datang ke destinasi ini dan hingga bulan Juni 2019 telah ada 200.000 wisatawan yang datang
(https://jakarta.tribunnews.com/2019/06/22)
Destinasi merupakan salah satu unsur penting dalam pariwisata, sebab ia menjadi wadah bagi sebagian
besar fasilitas dan aktivitas pariwisata untuk saling berinteraksi (Damanik, 2012:5). Destinasi
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini memiliki berbagai daya tarik seperti daya tarik alam yang
berkembang menjadi ekowisata, daya tarik budaya yang berkembang menjadi wisata budaya dengan
beragam isinya, mulai dari tradisi, kuliner, kesenian, atraksi budaya, arsitektur, dan lain sebagainya. Sinergi
ini memberikan dampak yang sangat positif bagi pengembangan perkampungan budaya betawi. Pada
prosesnya dukungan dari pemerintah DKI dan masyarakat membuat kawasan ini semakin berkembang
dengan baik.
Seiring berjalannya waktu, ternyata perkembangan internet tak terbendung lagi. Era internet of things
yang berdampak pada revolusi industri 4.0. telah menghadirkan disrupsi pada berbagai aspek kehidupan.
Kondisi ini berdampak pada pola kehidupan manuia dan budayanya, termausk didalamnya adalah
kebudayaan betawi. Pertanyaan yang hendak di jawab pada kajian ini adalah bagaimana strategi
pengembangan budaya betawi di Jakarta dan bagaimana strategi pengembanganya di era revolusi industry
4.0? pertanyaan inilah yang akan penulis bahas dalam kajian ini dengan studi kasus Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan sebagai tempat cagar budaya Betawi.
.
1.2. Tinjauan Pustaka
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002). Menurut
Parsudi Suparlan (1982) kebudayaan adalah serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep,
rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dimiliki
manusia, dan yang digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud
dalam tingkah laku dan tindakan-tindakannya.
Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta dan Wilayah sekitarnya termasuk
Jawa barat. Suku bangsa ini biasa juga disebut dengan “Orang Betawi” “Melayu Betawi” atau “Orang
Jakarta” (atau Jakarte menurut logat setempat) (Rosyadi, 2006). Kebudayaan betawi memiliki banyak
unsur-unsurnya, sebagaimana mengacu pada 7 unsur-unsur kebudayaan universal yaitu 1. Bahasa, 2. Sistem
pengetahuan, 3. Organisasi sosial, 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian
hidup, 6. Sistem religi, 7. Kesenian (Koentjaraningrat, 2002).
Strategi perubahan sosial budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah invensi.
Gary Ferraro (2004:385) menjelaskan bahwa invensi adalah segala sesuatu yang baru, ide atau pola perilaku
yang muncul dari dalam masyarakat. Hal yang mendorong munculnya invensi adalah kebutuhan manusia
akan praktek-praktek baru, teknologi baru atau sistem baru dalam menghadapi perubahan lingkungan
karena hal-hal lama dianggap sudah tidak memadai. Berbagai kondisi dan dampak dari globalisasi budaya
serta kenyataan eksistensi budaya lokal di Indonesia dapat diantisipasi jika proses kreatif terus berjalan di
masyarakat (Musthofa, 2017).
Invensi tradisi adalah seperangkat praktek-praktek yang berlangsung wajar, sesuai dengan aturan-aturan
atau norma-norma yang berlaku umum, melalui pembentukan dan penanaman nlai-nilai, norma-norma
dalam perilaku tertentu yang berlangsung melalui pengulangan-pengulangan yang berhubungan dengan
sejarah masa lalu (Hobsbawn, 1992). Proses ini merupakan suatu proses formalisasi dan ritualisasi yang
karaktristiknya merujuk pada masa lalu yang terjadi dan dilakukan secara berulang-ulang. Gunawijaya
(2012) menjelaskan bahwa invensi tradisi adalah sesuatu yang baru yang memang diciptakan oleh tokoh-
tokoh atau suatu kelompok sosial untuk berbagai tujuan.
Pariwisata menurut UU No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan didefinisikan berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Menurut Pitana (2005:31) Pariwisata adalah fenomena
kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan
sebagainya. Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

PROSIDING
416
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan (UU No 10 Tahun 2009).
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Disebut revolusi digital
karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan
era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan
dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear (Yahya, 2018; Tjandrawina, 2016). Industri 4.0
sebagai fase revolusi industri mengubah pola hidup manusia dalam skala ruang lingkup, kompleksitas, dan
transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya (Yahya, 2018). Teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) adalah media alat yang sangat efektif untuk mempromosikan dan memasarkan suatu produk. Salah
satu media promosi paling maju dan efektif di era ini adalah melalui media digital dan media sosial.

1.3. Metodologi Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus perkampungan budaya betawi setu
babakan. Penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh
sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan
(Creswell, 2010). Penelitian ini dilakukan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan adalah purposive sampling (sampling
bertujuan). Menurut Walliman (2006:79) purposive sampling adalah suatu teknik dimana peneliti memilih
apa yang dia pikir sebagai sampel yang khas berdasarkan pengetahuan khusus atau kriteria seleksi.

2. PEMBAHASAN
Budaya Betawi telah ada dan hidup di masyarakat Jakarta sejak berabad-abad yang lalu, namun nilai
dan budayanya makin terkikis oleh budaya pendatang dan budaya populer (pop culture). Maraknya
pembangunan fisik di Jakarta membuat suku Betawi harus tergusur dari tanah kelahirannya dan pindah ke
daerah pinggiran Jakarta. Kondisi budaya Betawi yang seperti ini mendorong pemerintah provinsi DKI
untuk memberikan perhatian khusus dengan beragam strategi dan program pelestarian budaya. Pada saat
ini agak kesulitan dalam menemukan identitas dan kebudayaan suku Betawi tersebut. Walaupun demikian,
sesungguhnya suku Betawi masih ada dan terus hidup menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Karena
itu untuk melestarikan budaya Betawi maka perlu dibangun suatu kawasan untuk melestarikan seni dan
budaya Betawi. Atas desakan masyarakat Betawi, maka pada tahun 1974, oleh Gubernur Jakarta
didirikanlah Cagar Budaya Betawi di daerah Condet. Cagar Budaya Condet adalah suatu tempat dimana
bisa ditemukan dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi. Namun seiring dengan perkembangannya
Condet telah dianggap gagal dalam memfungsikannya sebagai Cagar Budaya Betawi.
Pemerintah Provinsi DKI beserta tokoh dan pemerhati budaya Betawi tetap menganggap perlunya suatu
tempat untuk pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Salah satu kebijakan pemerintah provinsi
yang mendukung ide tersebut adalah dengan membuat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di
Jakarta Selatan. Kebijakan pemprov DKI Jakarta direalisasikan dengan berbagai program kegiatan dan
program bantuan bagi pengembangan tempat tersebut. Perkampungan Budaya Betawi ini didirikan pada
tanggal 18 Agustus 2000 melalui Surat keputusan Gubernur DKI nomor 92 tahun 2000 yang menetapkan
lokasi ini sebagai Perkampungan Budaya Betawi. Pada tahun 2005 tepatnya tanggal 10 Maret, dikeluarkan
Peraturan Daerah yang isinya mencakup lebih detail mengenai Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng
Sawah ini.
Mengingat banyaknya interaksi budaya dengan masyarakat pendatang dan masuknya berbagai budaya
luar yang begitu deras maka perlu ada upaya pelestarian budaya dan strategi khusus dalam mengembangkan
kekayaan budaya Betawi. Sementara, pada saat yang bersamaan daerah yang pada awalnya menjadi tempat
konservasi budaya juga menjadi daya tarik wisata. Mengingat perkembangan dunia pariwisata yang tumbuh
dengan sangat pesat, maka diperlukan invensi-invensi baru. Invensi ini selain bermanfaat untuk menjaga
keberadaan dan pelestarian suatu kebudayaan, inovasi atas karya baru juga bermanfaat sebagai pendukung
dan atraksi pariwisata itu sendiri. Merujuk pada fenomena di Perkampungan budaya Betawi Setu Babakan
adalah salah satu reka cipta budaya (Shahab, 2001; 2004). Fenomena ini juga menurut Gunawijaya (2004)
disebut dengan istilah invensi tradisi yang merujuk pada konsep Hobsbawm (1992).
Invensi tradisi (Hobsbawm, 1992) menyangkut tradisi yang secara aktual diinvensi, dikonstruksi, dan
secara resmi dilembagakan dan yang muncul dengan cara yang kurang lebih mudah dilacak waktu dan
datanya –mungkin hanya beberapa tahun—dan mengokohkan dirinya dengan begitu cepat sebagai ‘tradisi’.
Invensi tradisi ini adalah pembuatan perkampungan budaya betawi yang sengaja diciptakan untuk menjaga
eksistensi budaya betawi yang didalamnya berlangsung seperangkat praktik budaya yang berlangsung terus
menerus dan menjadi tradisi baru masyarakatnya.
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu tempat di Jakarta, dimana dapat ditemukan dan dinikmati
kehidupan bernuansa Betawi berupa : komunitas Betawi, Keasrian Alam Betawi, Tradisi Betawi,

PROSIDING
417
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Kebudayaan dan Materi yang merupakan sumber informasi dan dokumentasi ke-Betawi-an
(http://www.setubabakanbetawi.com/profil-perkampungan-budaya-betawi/). Perkampungan Budaya
Betawi ini merupakan rekacipta, tempat melestarikan dan mengembangkan konsep budaya Betawi baik
fisik maupun non fisik yang bersifat dinamis dan menyeluruh.
Setu Babakan dipilih sebagai Perkampungan Budaya Betawi karena kawasan tersebut merupakan
wilayah utama komunitas Betawi yang masih bertahan dengan lingkungannya yang masih alami dan juga
dinilai memiliki nuansa yang asri. Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sendiri merupakan suatu
kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang ditumbuh kembangkan budaya yang meliputi seluruh
hasil gagasan dan karya baik fisik maupun non fisik yaitu : kesenian, adat istiadat, foklor, sastra, kuliner,
pakaian serta arsitektur yang bercirikan kebetawian. Mengenai tujuan, sasaran dan fungsi Perkampungan
Budaya Betawi tercantum di dalam Bab III Perda Provinsi DKI Jakarta No.3 Tahun 2005. Adapun tujuan
penetapan Perkampungan Budaya Betawi di dalam Pasal 4 adalah untuk membina dan melindungi secara
sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi, menciptakan dan
menumbuhkembangkan nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya, menata dan
memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi, mengendalikan
pemanfaatan lingkungan fisik dan non fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas
Betawi Budaya Betawi.
Berdasarkan informasi dilapangan terlihat bahwa sebagian besar masyarakat di perkampungan budaya
Betawi masih menjalankan pola kehidupan sesuai dengan adat budaya Betawi, misalnya aktivitas yang
menyangkut siklus kehidupan manusia, mulai dari acara kelahiran, khitanan, pernikahan hingga kematian.
Ritul-ritual yang dilakukan masih mengikuti tata cara yang orang tua mereka ajarkan. Proses pelaksanaan
ritual ini terus disosialisasikan melalui berbagai pranata-pranata yang ada di suku bangsa Betawi. Menurut
Koentjaraningrat (1990:164), pranata adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan
warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam sebuah pranata sosial terdapat dua hal
yang utama, yakni aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan norma yang mengatur aktivitas tersebut. Di
dalam pranata sosial terdapat seperangkat aturan yang berpedoman pada kebudayaan. Singkatnya,
pemenuhan kebutuhan dalam konteks kehidupan bermasyarakat memerlukan pranata. Masyarakat budaya
Betawi memiliki beragam pranata yang masing-masing memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat Betawi tersebut.
Invensi tradisi memberikan banyak dampak bagi kehidupan masyarakat. Invensi tradisi juga
memberikan dampak yang sangat besar bagi pelestarian budaya yang mendukung kegiatan pariwisata.
Sebaliknya, dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola
interaksi yang terjadi di dalamnya. Dinamika dalam interaksi dapat berdampak positif maupun negatif.
Tentunya yang kita inginkan adalah pola interaksi yang positif, dimana penggunaan potensi alam dan
atribut budaya dapat memperkuat dan meningkatkan pariwisata dan sebaliknya pariwisata juga mampu
memajukan kebudayaan dan jangka panjangnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan pembangunan
berkelanjutan bagi masyarakatnya.
Terkait dengan fenomena pariwisata, sampai saat ini, potensi pariwisata budaya masih menjadi
primadona di Indonesia yang terus dikembangkan kepada wisatawan. Perkembangan pariwisata budaya
berimplikasi terhadap perkembangan kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan sebagai salah satu
aspek pariwisata menjadi daya dorong dan kekuatan tersendiri dalam pengembangan wisata. Pada tataran
praktisnya, konsep ini dapat kita lihat penerapannya pada berbagai aspek pariwisata, seperti aspek promosi,
atraksi, kuliner, souvenir, dan berbagai hal lainnya yang menggunakan atribut budaya.
Tentunya dalam proses invensi tradisi selalu ada aktor yang berperan. Aktor ini biasanya muncul dari
dalam komunitas itu sendiri, meskipun pada kenyataannya dapat muncul dari pihak luar, seperti inisiatif
pemerintah atau organisasi sosial kemasyarakatan atau unsur luar lainnya. Pengorganisasian yang ada di
perkampungan Betawi dilakukan oleh organisasi sosial dalam masyarakat. Dalam konteks perkampungan
budaya Betawi, ada banyak lembaga yang berperan sebagai aktor dan organisasi sosial, seperti lembaga
pengelola budaya Betawi, lembaga kebudayaan Betawi, dan berbagai lembaga lainnya yang berada di
bawah koordinasi badan musyawarah Betawi dan Pemerintah DKI Jakarta yang memiliki kontribusi sangat
besar.
Atraksi wisata budaya di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan:
a. Pergelaran seni musik, tari dan teater tradisional di arena teater terbuka seperti marawis, gambang
kromong, qosidah, keroncong, tanjidor, lenong, gambus, tari cokek, dan tari topeng.
b. Pelatihan seni tari, music dan teater tradisonal bagi anak-anak dna remaja

PROSIDING
418
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

c. Prosesi budaya sebagai atraksi wisata budaya, meliputi upacara pernikahan, sunatan, khatam quran,
aqiqah, nujuh bulanan, injak tanah, ngaderes dll
d. Museum betawi dengan koleksi museum betawi menggambarkan 10 siklus kehidupan masyarakat
betawi dan 8 ikon budaya betawi.
e. Bangunan rumah khas betawi. Rumah-rumah khas betawi secara umum ada 3 macam, yaitu rumah
betawi gudang atau kandang, rumah betawi kebaya atau bapang dan rumah betawi joglo.
f. Hasil industri rumah tangga seperti souvenir, kuliner (bir pletok, kerak telor, laksa, toge goring, gado
gado, soto, es selendang mayang, dodol, tape uli, kembang goyang dll), ada juga tempat kerajinan
batik betawi.
g. Atraksi wisata air. Atraksi wisata air antara lain, bermain sepeda air bebek-bebekan dan memancing.
h. Wisata agro berupa pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian.
i. Beragam event dan festival tahunan secara rutin dilakukan di Perkampungan Budaya Setu babakan
ini, seperti festival Setu babakan, Festival kuliner betawi, dll

Berbagai atraksi dan event budaya di Perkampungan Budaya Betawi ini secara umum dilakukan oleh
unit pengelola kawasan perkampungan budaya betawi yang didukung dan digerakkan oleh masyarakat
sekitar dan beberapa komunitas di dalamnya, seperti lembaga kebudayaan betawi, kelompok sadar wisata
setu babakan, gerakan sosial masyarakat betawi, sanggar-sanggar budaya hingga lembaga masyarakat
peduli perkampungan budaya betawi serta dimeriahkan juga oleh para pedagang-pedagang makanan,
pedagang kaki lima hingga penjual cinderamata.
Berbagai dampak sosial ekonomi yang dirasakan masyarakat dari hasil wawancara, diketahui ada
beberapa dampak yang dirasakan langsung misalnya, perbaikan infrastruktur, sarana prasarana seperti jalan,
saluran air, perbaikan Rumah-rumah penduduk, kawasan untuk berdagang, kondisi Setu, terbukanya
beberapa lapangan pekerjaan, terbukanya kesempatan berjualan, jadi terlihat perbedaan yang mencolok
selama 10 tahun terakhir ini.
Di era revolusi industry 4.0, perkembangan teknologi internet sudah tidak terbendung lagi. Industri 4.0
sebagai fase revolusi industri mengubah pola hidup manusia dalam skala ruang lingkup, kompleksitas, dan
transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya (Yahya, 2018). Teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) melalui internet saat ini telah menjadi media alat yang sangat efektif untuk mempromosikan dan
memasarkan suatu produk termasuk produk budaya. Salah satu media promosi yang efektif di era ini adalah
melalui aplikasi digital dan media sosial.
Peluang ini dimanfaatkan oleh pengelola dan masyarakat pemerhati budaya betawi di setu babakan
dengan membuat promosi melalui website dan social media, web site ini misalnya
http://www.setubabakanbetawi.com/, di Web site ini seluruh event dan kegiatan yang berlangsung di
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dipublikasikan dan dipromosikan dengan informasi yang
menarik, ada juga promosi melalui instagram upkpbb_setubabakan dengan jumlah 336 posts, 1,319
followers, 216 following. Twitter dengan jumlah Followers 2,151, Facebook PBB Setu Babakan, ada juga
informasi melalui web lembaga-lembaga budaya betawi, seperti https://lembagakebudayaanbetawi.org/.
Baru baru ini, Lembaga Kebudayaan Betawi bekerjasama JATIS Solusions, Aplikasi Betawi Akses.
Betawi Akses adalah aplikasi dengan berbasis Android yang dapat diinstal gratis di handphone. isinya
beragam hal tentang betawi mulai dari kesenian, kuliner, sejarah dan ngelink dengan website
lembagakebudayaanbetawi.org, di aplikasi ini juga bisa ngobrol bareng dengan peserta yang sudah
terdaftar di Betawi Akses, bisa juga digunakan untuk membeli segala sesuatu seperti Pulsa, data, Telkom,
BPJS dll, sekaligus kita juga dapat menonton tayangan Seni budaya Betawi melalui TV Betawi. Betawi
Akses adalah salah satu cara Betawi merespons era milenial (https://lembagakebudayaanbetawi.org/).
Pada aplikasi Betawi Akses, Ada 4 tab, yaitu Jendela, Chat, Warung dan Kontak. Di dalam tab jendela
ada 12 fitur, antaralain live TV betawi, TV betawi, pakaian, kuliner, tari, maen pukulan, musik, permainan
anak, humor & cerpen, pantun, teater dan mushaf. Dalam fitur ini ada beberapa isi, mislanya di fitur TV
betawi ada puluhan rekaman video terkait betawi, namun ada beberapa yang kosong yaitu live tv betawi.
Secara umum, isi dari fitur-fitur ini sudah ada namun akan lebih menarik jika di lengkapi dan di update,
karena beberapa foto dan informasi belum di update. Pada tab chat, berisi informasi terbaru yang dikirim
oleh admin dan pengguna juga dapat melakukan komunikasi online. Tab warung merupakan tab yang berisi
informasi bisnis. Para pengguna dapat melakukan beberapa transaksi bisnis pada aplikasi ini, yaitu pulsa,
token listrik, tagihan listrik, BPJS, angsuran, TV kabel, air pam, telkom, paket data hingga pulsa pasca
bayar.

PROSIDING
419
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

3. KESIMPULAN
Budaya betawi mengalami berbagai perubahan dan transformasi strategi pengembangan budaya di
tengah tantangan zaman. Pada tahun 1970 an dikhawatirkan muncul permasalahan khususnya terkait
identitas kebetawian, sehingga budaya betawi perlu dilestarikan dengan pembuatan suatu kampung Betawi
di Condet, namun ternyata mengalami kegagalan. Tahun 2000 an ditengah globalisasi budaya dan kondisi
budaya betawi yang semakin terpinggirkan membuat lahirnya kebijakan pembuatan Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan. Sejak perkampungan budaya betawi ini berdiri, telah ada banyak kemajuan
signifikan dalam pengembangan budaya Betawi. Memasuki era revolusi 4.0 maka pengembangan budaya
berbasis teknologi informasi terus dilakukan mulai dari pengembangan website, facebook, twitter,
instagram dan pembuatan aplikasi berbasis android. Salah satu program terkini adalah pemanfaatan internet
dan beragam aplikasi digital untuk sarana membangun jejaring, promosi dan penguatan identitas budaya
betawi yang salah satunya melalui aplikasi smartphone berbasis android bernama betawi akses. Harapannya
aplikasi betawi akses ini menjadi sarana pelestarian budaya yang sesuai dengan kondisi jaman. Betawi
sebagai suatu suku bangsa identitasnya tetap lestari secara nyata di masyarakat dan secara virtual di dunia
maya.

PUSTAKA

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitative Appoach”, Sage Publication,
London.
Damanik, Jonianton. 2012 . Manajemen Destinasi Pariwisata” Yogyakarta, Kepelpress.
Ferraro, Gary. 2008. Cultural Anthropology: An Applied Perspective 5th Edition. United States: Thomson-
Wadsworth
Gunawijaya, Jajang. 2012. Tatali Paranti Karuhun: Invensi Tradisi Komunitas Kasepuhan Gunung
Halimun di Sukabumi, Jawa Barat, Disertasi Antropologi, FISIP UI.
Hakim, Annas Furqon. 2019. UPK Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Targetkan 400 Ribu
Pengunjung Tahun Ini, (online) (https://jakarta.tribunnews.com/2019/06/22/upk-perkampungan-
budaya-betawi-setu-babakan-targetkan-400-ribu-pengunjung-tahun-ini, diakses tanggal 8
November 2019).
Hobsbawm, Eric. 1992. Introduction : Inventing Traditions, dalam Eric Hobsbawm dan Terence Ranger
(ed.), The Invention of Tradition, Cambridge University Press,..
Musthofa, Budiman Mahmud & Jajang Gunawijaya. 2017. Saung Angklung Udjo: Invensi Tradisi Lokal
yang Mendunia. Jurnal Antropologi . Vol 38, No 2 Indonesia.https://doi/org/10.7454/ai.v38i2.8776.
Shahab, Yasmine Zaki. 2001, 'Rekacipta Tradisi Betawi-Sisi Otoritas dalam Proses Nasionalisasi Tradisi
Lokal', Antropologi Indonesia, No. 66
Shahab, Yasmine Zaki. 2004. Identitas dan Otoritas: rekonstruksi Tradisi Betawi. Depok: Lab. Antropologi
FISIP UI.
Walliman, Nicholas. 2006. Social Research Methods. UK: London Sage Publication
Tjandrawina, R.R. 2016. Industri 4.0: Revolusi industri abad ini dan pengaruhnya pada bidang kesehatan
dan bioteknologi. Jurnal Medicinus, Vol 29, Nomor 1, Edisi April.
Yahya, Muhammad. 2018. Era Industri 4.0: Tantangan Dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Indonesia. Disampaikan pada Sidang Terbuka Luar Biasa Senat Universitas Negeri Makassar
Tanggal 14 Maret 2018. Pidato Pengukuhan PenerimaanJabatan Professor Tetap dalam Bidang Ilmu
Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
Purbasari, Mita. Indahnya Betawi. 2010. Jurnal HUMANIORA, Vol.1 No.1: 1-10. Edisi April.
Windarsih, Ana. 2013. Memahami “Betawi” Dalam Konteks Cagar Budaya Condet Dan Setu Babakan.
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 15 No. 1.
Suparlan, Parsudi. Pengetahuan Budaya, Ilmu-Ilmu Sosial Dan Pengkajian Masalah- Masalah Agama.
Jakarta : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Lektur Agama Badan Litbang Agama, 1982.
Rosyadi, 2006. Profil Budaya Betawi . Bandung. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Tim Komunikasi LKB. 2018. Peluncuran Aplikasi Betawi Akses. (online)
(https://lembagakebudayaanbetawi.org/, diakses tanggal 8 November 2019).
Tirtaguna, Frances Caitlin. 2018. Perkampungan Budaya Betawi. (online)
(http://www.setubabakanbetawi.com/profil-perkampungan-budaya-betawi/, diakses tanggal 8
November 2019)
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

PROSIDING
420
ISBN: 978-602-51407-1-6

Anda mungkin juga menyukai