Anda di halaman 1dari 73

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 20%

Date: Wednesday, January 20, 2021


Statistics: 3615 words Plagiarized / 18262 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SD NEGERI 1 TRIRENGGO


Muhammat Muqsith Rozaki NIM 161300018 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah luas
dengan berbagai suku bangsa dan setiap daerah mempunyai budaya serta ciri khas.
Melimpahnya kebudayaan Indonesia menjadi salah satu karakteristik multikultural yang
perlu dijaga dan dilestarikan, sehingga tujuan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai
keluhuran bangsa dapat terwujud. Pengenalan budaya sedini mungkin penting
diberikan kepada peserta didik agar mereka mengenal lingkungannya. Usaha dalam
membudayakan dan menumbuh kembangkan budaya dapat dilakukan melalui
pendidikan, baik pendidikan formal, informal, dan non-formal.

Pendidikan membentuk kemampuan dasar yang fundamental, baik daya pikir, maupun
emosional yang diarahkan pada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Pendidikan
diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berjalan sepanjang hayat (Ariana, 2017). Dalam Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta dijelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan juga merupakan suatu proses transfer nilai-nilai dan ketrampilan hidup yang
dilakukan antar generasi. Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya masa lalu yang menjadi nilai-nilai budaya
bangsa sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa akan datang, sekaligus
mengembangkan prestasi baru yang menjadi penguat karakter bangsa.”(Pergub DIY,
2012) Ace Suryadi, Ph.D.

sebagai Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah mengatakan: “Pendidikan juga


merupakan wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma,
mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat.
Pendidikan juga dapat menjadi instrument untuk memupuk kepribadian bsngsa,
memperkuat identitas nasonal, dan memantapkan jati diri bangsa. Ketika arus
globalisasi semakin kuat pendidikan menjadi lebih penting, karena globalisasi dapat
membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya yang sering bertentangan dengan nilai-nilai
dan kepribadian Indonesia.

Dalam konteks ini, pendidikan menjadi wahana strategis untuk mengukuhkan


ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman agama, suku-suku, ras, dan
budaya, sehingga dapat menjaga keutuhan nasional (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP-UPI, 2012). Bangsa Indonesia kaya akan budaya yang memiliki unsur-unsur nilai,
moral, norma, dan etika kepribadian. Namun, saat ini mulai memudar dan dilupakan
oleh sebagian besar masyarakat akibat semakin majunya arus globalisasi yang membuat
proses pendidikan kurang mengedepankan budaya, sehingga berdampak pada
tergesernya budaya bangsa (Pudyastuti, 2016).

Umumnya hal yang merugikan tersebut didukung dengan perilaku yang kurang baik,
semakin terkikisnya bahasa oleh bahasa gaul remaja masa kini, dan memudarnya
kedisiplinan. Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi
sangat luas dan siapa saja dapat mengakses. Internet sudah menjadi santapan anak
muda sehari-hari. Internet digunakan oleh pelajar dan mahasiswa dengan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs negatif, bahkan sampai terkena penipuan.
Tidak hanya itu, pegangan wajib mereka sekarang adalah hand phone. Mereka sampai
berlomba-lomba untuk memilikinya, akan tetapi alat musik kebudayaan belum tentu
mereka mengetahuinya.

Melihat sikap anak muda masa kini, banyak yang tingkah lakunya tidak mengerti sopan
santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka (Agustin,
2011). Pemberian pendidikan berbudaya tidak hanya bersifat fisik semata, tetapi juga
non-fisik. Seperti budaya disiplin, budaya baca, budaya toleransi, budaya jujur, dan
budaya bersih. Budaya non-fisik juga perlu diperhatikan karena masih banyak terjadi
penyimpangan yang terjadi pada anak usia sekolah (Pudyastuti, 2016). Kurangya
pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai kehidupan dapat menimbulkan perlaku yang
menyimpang.
Perilaku menyimpang dapat terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Bukti
empiris di lapangan menunjukkan bahwa generasi muda banyak melakukan
penyimpangan perilaku. Adapun penyimpangan perilaku yang ditemukan diantaranya
kecurangan dalam ujian, suka membolos, merokok, miras, narkoba, radikalisme,
menonton film porno (Apriani et al., 2017). Radikalisme yang banyak muncul dimasa ini
adalah tawuran antar sekolah, kekerasan, perkelahian antar pelajar, pembegalan sampai
pembunuhan yang dilakukan oleh pelajar (Apriani & Suwandi, 2019).

Sepanjang tahun 2017 sampai 2018 KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
mencaatat terdapat sekitar 202 anak berhadapan dengan hukum akibat tawuran.
Tawuran berdampak pada rusaknya fasilias publik, teror, dan yang lebih
menghawatirkan dapat menghilangkan jiwa seseorang (Hendrian, 2018). Melihat kondisi
tersebut, maka diperlukan kegiatan/program dalam mengatasinya. Kegiatan atau
program dapat berjalan dengan baik apabila terdapat kerja sama dari seluruh elemen
yang ada dalam mempraktikkan, mengenalkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya
di kehidupan sehari-hari.

Salah satu cara paling efektif dan efisien dengan melaksanakan pendidikan berbasis
budaya. Pendidikan Berbasis Budaya Lokal dapat dilakukan setiap individu baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Pudyastuti, 2016). Penerapan
kebudayaan lokal dalam kurikulum dan proses pembelajaran merupakan strategi paling
efektif dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis budaya, namun perlu adanya
kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkannya, baik dari pemerintah, lembaga
pendidikan, pendidik, tokoh masyarakat, tokoh budaya, maupun orang tua siswa
(Khasanah & Wijayanti, 2017).

Sejalan dengan hal tersebut, dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 16 yang
berbunyi “Pendidikan berbasis masyarakat adalah prndidikan yang diselenggarakan
berdasarkan kekhasan sosial, budaya, agama, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai
perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat”(Sisdiknas, 2003). Prinsip
pendidikan tidak hanya menciptakan manusia yang cerdas, tetapi juga membentuk
manusia Indonesia yang berbudaya.

Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 3 tentang prinsip penyelenggaraan
pendidikan pasal 4 ayat 3 yang berbunyi “penyelenggaraan pendidikan sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”
(Sisdiknas, 2003). Pendidikan tidak hanya menjadi transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga
menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Budaya atau kearifan lokal yang ada
membuat Indonesia menjadi Negara yang memiliki kemajemukan yang tinggi.
Kemajemukan ini harus tetap dilestarikan untuk menjaga Khasanah budaya di Negara
ini.

Pemerintah telah melakukan langkah nyata untuk melestarikan kearifan lokal setiap
daerah melalui pendidikan (Wahyudi, 2015). Melalui penyelenggaraan pendidikan
berbasis budaya lokal di sekolah, maka nilai-nilai luhur dapat dikembangkan melalui
penerapan budaya lokal selama pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga dapat
mengetahui serta melestarikan budaya-budaya lokal yang diberikan dalam kegiatan
pembelajaran (Putra, 2015).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang


Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Bab 9 Pasal 156 ayat 1 dijelaskan bahwa
“Pemerintah kabupaten/kota mengelola dan menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu)
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berbasis
keunggulan lokal” (Kemendiknas, 2010). Untuk mendukung Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan atau
membuat Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2011
tantang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya.

Peraturan tersebut dibuat berdasar pertimbangan visi dari pembangunan Daerah


Istimewa Yogyakarta, dimana pada tahun 2025 menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai pusat pendidikan, budaya, dan tujuan pariwisata terkemuka di Asia Tenggara
dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera (Perda DIY, 2011).
Kebudayaan lokal dianggap sesuatu yang kuno, karena kebudayaan barat dianggap
lebih modern dan kekinian. Realita kehidupan masyarakat saat ini, banyak yang mulai
meninggalkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari (Khasanah & Wijayanti,
2017).

SD N 1 Trirenggo adalah salah satu Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan
Klembon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi di
SD N 1 Trirenggo diperoleh data bahwa sekolah ini merupakan salah satu sekolah dasar
di kabupaten Bantul yang menjadi contoh model sekolah berbasis budaya pada tahun
2015. Program tersebut menjadi salah satu program unggulan SD N 1 Trirenggo.
Sekolah Dasar Negeri 1 Trirenggo Bantul yang peduli dengan budaya daerah telah
sepakat dengan Dewan Sekolah dan Orang Tua /Wali untuk selalu nguri-uri budaya
leluhur.

Dengan semangat untuk menjadikan Sekolah model Pendidikan Berbasis Budaya dan
Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi (Inovatif Kreatif Luar Biasa Siap) menuju masa
depan. Untuk mendukung visi SD N 1 Trirenggo yaitu terwujudnya manusia yang takwa,
cerdas, berprestasi, berakhlak mulia dan berbudaya sekolah mengadakan berbagai
kegiatan seperti ekstrakurikuler karawitan, seni tari, dan pramuladi. Terdapat kegiatan
yang berkaitan dengan budaya bersifat rutin dan insidental.

Kegiatan rutin sekolah yang berkaitan dengan budaya adalah melaksanakan festival,
pertunjukan dan perayaan-perayaan hari besar nasional dengan menampilkan
keterampilan dan kemampuan dalam aspek ekspresi budaya. SD N 1 Trirenggo
melaksanakan gebyar seni dan mengadakan kirab budaya dalam rangka memperingati
Hari Pendidikan Nasional dan lounching SD N 1 Trirenggo menjadi sekolah berbasis
budaya. Selain kegiatan yang bersifat rutin, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
secara insidental adalah mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten Bantul, baik itu dari Dinas Pendidikan Dasar maupun dari instansi
pemerintah yang lain. Implementasinya berupa pengintegrasian budaya ke dalam mata
pelajaran dan mengadakan ekstrakurikuler yang berwawasan budaya seperti kesenian
karawitan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada bulan maret 2020 pelaksanaan
program sekolah berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Hal tersebut terjadi karena selain sekolah berbasis budaya SD N 1
Trirenggo juga merupakan sekolah inklusi. Oleh karena itu terdapat keberagaman
peserta didik yang mengenyam pendidikan di SD N 1 Trirenggo. Siswa SD N 1 Trirenggo
mempunyai banyak kemampuan, sifat dan karakter yang berbeda-beda dalam
menerima materi pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SD N 1 TRIRENGGO”
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas identifikasi masalah pada
penelitian ini meliputi: Arus globalisasi berdampak negatif terhadap lunturnya nilai-nilai
luhur budaya Indonesia. Maraknya kenakalan remaja masa kini akibat kurangnya
pemahaman terhadap keragaman budaya dan karakter bangsa Indonesia. Banyaknya
masyarakat yang meninggalkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari Fokus
penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka fokus penelitian
dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1
Trirenggo.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini
memfokuskan pada 3 rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana proses
implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo? Apa saja nilai-nilai
luhur budaya yang diterapkan dalam Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1
Trirenggo? Apa pendudukung dan penghambat yang dihadapi dalam penerapan
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo? Tujuan Penelitian Berdasarkan
runusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui
Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo. Untuk mengetahui
nilai-nilai luhur budaya yang ada dalam Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1
Trirenggo.

Mengetahui pendukung dan penghambat dalam penerapan Pendidikan Berbasis


Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penulis dan pembaca yaitu: Secara
Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sekaligus memiliki arti
akademis dan sebagai manfaat pemikiran untuk memperkaya keilmuan khususnya yang
berhubungan dengan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di sekolah.

Secara Praktis Bagi kepala sekolah, dapat lebih mengembangkan dan menerapkan
nilai-nilai luhur budaya dalam Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di sekolah dengan
memberi pelatihan, bimbingan, dan arahan kepada warga sekolah mengenai penerapan
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di sekolah. Bagi pendidik, dapat dijadikan pedoman
dalam penerapan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di sekolah. Bagi peneliti, memberi
wawasan, pengalaman, dan pengetahuan yang bermanfaat dan berharga sebagai calon
pendidik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori Pendidikan Sekolah Dasar Pengertian
Pendidikan Sekolah Dasar Pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.

Basri mengartikan Pendidikan sebagai proses pembimbingan yang dilakukan seseorang


secara berkesinambungan kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan
(Khasanah & Wijayanti, 2017). Pendidikan menjadi sebuah proses untuk
mengembangkan segala potensi peserta didik dalam mencapai kedewasaannya
(Lukitasari, 2017). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan situasi belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan,
akhlak mulia, kepribadian, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara” (Sisdiknas, 2003).

Berdasarkan uraian diatas pendidikan adalah proses mengembangkan potensi yang ada
pada diri seseorang yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan untuk
mencapai kedewasaannya. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2010 penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan yang dilaksanakan di luar pendidikan formal. Pendidikan nonformal dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga dan
lingkungan (Kemendiknas, 2010) Pendidikan dasar penting dalam pengembangan
peserta didik. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan
menengah. Pendidikan dasar sebagai dasar atau pondasi peserta didik dan terus
dikembangkan dijenjang selanjutnya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 17
“Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang jenjangnya
sederajat dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang jenjangnya
sederajat” (Sisdiknas, 2003).

Dijelaskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5


Tahun 2011 “Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal
yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan
pendidikan berbentuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah maupun bentuk lain
yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan
pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah,
maupun bentuk lain yang sederajat” (Perda DIY, 2011).

Pendidikan Sekolah Dasar sebagai suatu proses yang tidak hanya memberi kemampuan
intelektual dasar dalam, membaca, menulis dan berhitung, melainkan sebagai proses
mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara optimal dalam aspek
intelektual, sosial, dan personal, untuk dapat melanjutkan pendidikan selanjutnya.
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang diselenggarakan selamanya 9 tahun, 6
tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di sekolah menengah pertama (SMP) atau
satuan pendidikan yang sederajat. (Taufiq, 2014). Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan sekolah dasar adalah lembaga pendidikan formal yang
membekali peserta didik kemampuan intelektual dasar, sosial, dan personal untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya.

Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar Tujuan pendidikan merupakan gambaran kondisi akhir
yang ingin dicapai dari suatu proses pendidikan. Dijelaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003: “Pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
(Sisdiknas, 2003).

Jika melihat tujuan pendidikan nasional, pendidikan bertujuan untuk pengembangan


kepribadian siswa yang religius, berakhlak, berilmu, kpribadian yang kuat, dan menjadi
warga Negara yang baik. Pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: Beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur.
Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif. Sehat, mandiri, dan percaya diri. Toleran, peka
sosial, bertanggung jawab (Kemendiknas, 2010). Tujuan pendidikan di Sekolah Dasar
(SD) harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan nasional dan pendidikan dasar.

Tujuan pendidikan sekolah dasar mencakup pembentukan kepribadian dasar siswa


sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya (Taufiq, 2014)
Berdasarkan uraian di atas tujuan dari pendidikan di SD mengacu pada tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan di SD bertujuan membentuk kepribadian dan
mengembangkan potensi peserta didik. Fungsi Pendidikan Sekolah Dasar Fungsi
pendidikan di SD tidak terlepas dari fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fungsi pendidikan Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
Indonesi lebih mengedepankan pembangunan karakater, sikap, dan transformasi
nilai-nilai filosofis negara Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa
nasionalisme serta mampu bersaing di kancah internasional (Sujana, 2019). Fungsi
pendidikan di SD yang tertera dalam Peraturan Pemerinah Republik Indonesia Nomor
17 tahun 2010 Pasal 67: Menerapkan dan melaksanakan nilai-nilai keimanan,
kepribadaian, dan akhlak mulia. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai
nasionalisme.

Memberikan kemampuan dasar intelektual dalam bentuk kemampuan dan kecakapan


menulis, membaca dan berhitung. Mengenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melatih dan merangsang kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta
mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni. Menumbuhkan minat pada
kesehatan, olahraga, dan kebugaran jasmani. mengembangkan kesiapan fisik dan
mental untuk melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya (Kemendiknas, 2010).

Berdasarkan penjelasan diatas fungsi pendidikan di SD adalah pembentukan dan


pengembangan dasar kepribadian anak, penyiapan warga masyarakat dan warga negara
Republik Indonesia yang baik, menjadikan anak agar mengenal dan berbudaya
Indonesia, dan pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar untuk melanjutkan
pendidikan di SLTP/Mts. Budaya Lokal Pengertian Budaya Lokal Bicara tentang budaya
lokal pasti tidak akan lepas dengan yang namanya “budaya”. Sering kita mendengar
kata “budaya” atau “kebudayaan”. Proses mendefinisikan budaya atau kebudayaan
(culture) meliputi tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan, dan berpikir
yang berbentuk dalam suatu masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun serta
memberikan identitas pada komunitas pendukungnya (Budiyanto, 2017).

Menurut Ki Hadjar Dewantara budaya adalah buah-buah dari suatu keluhuran budi yang
sifatnya beraneka ragam, akan tetapi karena semuanya adalah buah adab, maka semua
kebudayaan selalu bersifat tertib, luhur, indah, berfaidah, memberi rasa damai, bahagia,
senang, dan sebagainya. Sifat-sifat itulah yang menjadi pedoman hidup luhur bangsa
Indonesia sebagai budaya. Sifat kebudayaan yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat
melalui nilai-nilai budaya yang diakui dan digunakan oleh masyarakat.” (Putra, 2015). Ki
Hajar Dewantara menambahkan bahwa kebudayaan terbagi dari tiga unsur utama yaitu
cipta, rasa, dan karsa (Panjaitan et al., 2014). Djojodiguno menjelaskan kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari budi, yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui segala hal rahasia yang ada dalam
pengalamannya. Hasil cipta tersebut berupa ilmu pengetahuan. Karsa merupakan
kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang “sangan paran” dari mana manusia itu
sebelum lahir (sangkan) dan kemana manusia sesudah meninggal (paran). Rasa adalah
kerinduan manusia akan keindahan, sehinga timbul dorongan untuk menikmati
keindahan itu. Hasil dari rasa ini menjelma menjadi berbagai norma keindahan yang
kemudian menghasilkan bermacam-macam kesenian (Sujarwa, 2010).

Menurut Koentjaraningrat “tiap daerah mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri untuk


berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan
karakteristik masing-masing daerah. Kebudayaan juga merupakan ciri khas daerah
tersebut. Kebudayaan itu sendiri merupakan suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar (Nahak, 2019). Budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia yang meliputi tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan, dan
berpikir yang dijadikan pedoman oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Budaya lokal diartikan sebagai wujud tradisi, kebiasaan, nilai-nilai norma, keyakinan,
bahasa, dan pola pikir dalam suatu masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun
serta memberikan identitas di wilayah tertentu (Budiyanto, 2017). Menurut Maryati dan
Suryawati budaya lokal adalah kebudayaan yang dimiliki masyarakat-masyarakat lokal.
Masyarakat lokal atau sering disebut masyarakat setempat adalah masyarakat yang
mendiami suatu wilayah dengan batas-batas geografis. Kebudayaan lokal sering disebut
juga sebagai kebudayaan daerah. Setiap daerah itu sendiri memiliki kebudayaan
masing-masing (Warsiti, 2015).

Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal yang dihasil oleh budi daya masyarakat tertentu
yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu.
Budaya lokal dapat berupa pola pikir atau hukum adat, hasil seni, dan tradisi(Asri, 2016).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Budaya lokal adalah budaya milik
penduduk asli yang diwariskan secara turun-temurun dan telah dipandang sebagai
warisan budaya dari daerah tersebut. Wujud dan Nilai Kebudayaan Menurut JJ.

Honigmann wujud kebudayaan dibedakan menurut gejalanya yaitu ideas, activities, dan
artifact. Ideas adalah ide-ide atau gagasan, activities adalah kebudayaan yang
diwujudkan dalam bentuk aktivitas, dan artivact adalah hasil kebudayaan yang berupa
benda-benda maupun bangunan, seperti: candi, keris, alat musik, gedung, dan lain-lain.
Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Koentjoroningrat bahwa wujud
kebudayaan ada tiga macam: Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan lain-lain.
Wujud kebudayaan sebagai suat kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Sistem budaya yang tumbuh dan kembang di masyarakat tidak lepas dari nilai-nilai
yang telah diciptakan sendiri. Nilai-nilai budaya tersebut sangat berpengaruh bagi
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai budaya itu merupakan konsep yang hidup dalam
pikiran masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga dan penting dalam
hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi
kepada kehidupan warga masyarakat (Sujarwa, 2010). Berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa wujud kebudayaan terbentuk dari tiga macam yaitu ide-ide
atau gagasan, aktivitas atau pola tindakan manusia, dan benda-denda hasil karya
manusia.

Nilai-nilai budaya sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai budaya


mempunyai fungsi sebagai pedoman dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan Berbasis
Budaya Konsep Pendidikan Berbasis Budaya Pendidikan dan kebudayaan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya menjadi satu kesatuan yang saling
mendukung, dan menguatkan. Kebudayaan menjadi dasar falsafah pendidikan,
sedangkan pendidikan menjadi penjaga utama kebudayaan. Karena peran pendidikan
membentuk orang untuk berbudaya (Wibowo & gunawan, 2015).

Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan menjadi dasar
pendidikan. Kebudayaan yang menjadi dasar pendidikan tersebut hendaklah bersifat
kebangsaan. Dengan demikian yang dimaksud kebudayaan adalah kebudayaan yang riil
yaitu budaya yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia (Khasanah &
Wijayanti, 2017). Sejalan dengan uraian di atas Daerah Istimewa Yogyakarta yang
disebut sebagai kota pendidikan dan kota budaya berkomitmen melakukan upaya nyata
dan terus menerus agar budaya daerah yang adiluhung dan telah ada semakin kokoh
sehingga dapat menunjukkan ciri khas Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendidikan berbasis
budaya mengandung pengertian bahwa pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur budaya.

Dari penjelasan tersebut pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan


dengan mendasarkan pada kebijakan pendidikan nasional yang diperkaya dengan:
Pendidikan tentang budaya (budaya sebagai isi/muatan pendidikan). Pendidikan melalui
pembudayaan (budaya sebagai metode pelaksanaan dalam pembelajaran) Penddikan
dalam lingkungan budaya. Tujuan pendidikan berbasis budaya adalah untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
mencangkup: nilai-nilai luhur, artefak, dan adat istiadat dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Pengembangan pendidikan
di DIY mengacu pada kebijakan pendidikan nasional yang diperkaya dengan
keunggulan komparatif dan kompetitif berdasar nilai-nilai luhur budaya.

Dalam hal ini pemahaman atas falsafah Hamemayu Hayuning Bawana (sebagai Visi),
Golong Gilig (sebagai Semangat), Sawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh (sebagai
Wataking Satria Ngayogyakarta) perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik formal,
nonformal, maupun informal. Pemahaman atas falsafah tersebut merupakan bagian dari
proses pembentukan karakter dan penguatan jatidiri manusia berbudaya yang mampu
mengembangkan kebudayaannya dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang,
serta mampu menjadi contoh pengembangan budaya lain (Pergub DIY, 2012). Filsafat
“Hamemayu Hayuning Bawana” mengandung arti membangun dengan ramah
lingkungan hidup agar dunia menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari).

Tujuannya dari ungkapan ini adalah sikap dan perilaku manusia yang selalu
mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara
manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Allah SWT dalam
melaksanakan hidup dan kehidupannya. Falsafah “Golong-gilig” artinya bersatunya
antar manusia (hablum minannaas), dan mengandung makna filosofi hubungan manusia
dengan Tuhan Sang Pencipta (hablun min Allah) yang didasari dengan kesucian hati
dalam menyatukan cipta, rasa dan karsa (golonging cipta, rasa lan karsa). Maksud dari
falsafah “Sawiji (Nyawiji), Greget, Sengguh, Ora Mingkuh” adalah Sawiji (Nyawiji) berarti
apabila seseorang mempunyai cita-cita maka konsentrasi harus diarahkan ke cita-cita
tersebut dan selalu ingat kepada Tuhan YME.

Greget artinya dinamik dan semangat harus diarahkan ke cita-cita melalui


saluran-saluran yang wajar dan seluruh aktvitas harus disalurkan melalui jalan Tuhan
YME. Sengguh berarti percaya penuh pada kemampuan pribadinya untuk mencapai
cita-cita tersebut dan harus bangga dan mensyukuri apa yang ada pada dirinya. Ora
Mingkuh berarti meskipun dalam perjalanan menuju ke cita-cita akan menghadapi
halangan-halangan tetap tidak akan mundur setapakpun dan selalu ingat kepada Tuhan
YME (Perda DIY, 2013).

Hal ini penting ditumbuhkan dalam pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta karena
Daerah Istimewa Yogyakarta yang dicita-citakan menjadi pusat pendidikan, pusat
budaya, dan daerah tujuan wisata terkemuka bertaraf dunia mampu menjadi kawah
candradimuka bagi masyarakatnya dan masyarakat yang hadir di Daerah Istimewa
Yogyakarta, sehngga dapat menghasilkan manusia yang berbudaya yang berwatak
satria untuk kebaikan, keutamaan, kesejahteraan, dn kebahagiaan bersama (Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa maksud dari pendidikan berbasis budaya adalah pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem pendidikan nasional
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya.

Falsafah Hamemayu Hayuning Bawana, Golog Gilig, Sawiji, Greget, Sengguh, lan Ora
Mingkuh perlu dikembangkan guna menguatkan jati diri dan pembentukan karakter
manusia yang berbudaya. Tujuan Pendidikan Berbasis Budaya Dalam pedoman
pelaksanaan pendidikan berbasis budaya tujuan dibagi menjadi dua, yaitu: Tujuan
Umum pendidikan berbasis budaya Menyiapkan insan berkarakter yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Manha Esa, cinta tanah air dan bangsa, berjiwa luhur,
berbudaya, menjai sosok teladan, rela berkorban, kreatif, inovatif, dan professional.

Mewujudkan sinergitas satuan pendidikan, lembaga, dan masyarakat yang religious,


berbudaya, edukatif, kreatif, dan inovatif serta menjunjung tinggi penegakan hukum.
Memfasilitasi pembentukan insan pelestari nilai-nilai budaya dan sekaligus mampu
memperbaharui aktualitasnya. Tujuan khusus pendidikan berbasis budaya Mewujudkan
sekolah sebagai lembaga untuk membangun peserta didik yang berkarakter, berbudaya,
dan selalu tanggap terhadap perkembangan global tanpa meninggalkan budaya lokal.

Mengembangkan manajemen sekolah berbasis budaya dengan melibatkan stakeholder


yang terkait. Mewujudkan pembelajaran sesuai dengankurikulum yang berlaku melalui
pengintegrasian dan pengayaan dengan budaya local. Mewujudkan sekolah sebagai
laboraturium masyarakat berbudaya (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014).
Adapun tujuan pendidikan berbasis budaya Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul
yaitu: Melestarikan nilai-nilai budaya jawa dan kearifan lokal yang ada di Bantul.
Mengembangkan segala potensi yang ada di setiap wilayah di Bantul.

Menyiapkan manusia yang memiliki karakter atau berkepribadian Indonesia, cinta tanah
air dan bangsa. Memiliki jiwa yang luhur, berbudaya, dapat menjadi teladan, rela
berkorban, kreatif, inovatif dan professional. Responsif terhadap perkembangan global
dengan tidak meninggalkan nilai-nilai luhur budaya lokal. Mewujudkan masyarakat yang
berbudaya (Khasanah & Wijayanti, 2017). Berdasarkan paparan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan berbasis budaya adalah menyiapkan insan yang
berkarakter, melestarikan nila-nilai luhur budaya, mengembangkan potensi daerah, dan
merespon perkembangan globaltanpa maninggalkan nilai-nilai luhur budaya. Ruang
Lingkup Pendidikan Berbasis Budaya Ruang lingkup muatan pendidikan berbasis budaya
mencangkup unsur budaya khas yang terdiri atas: nilai-nilai luhur, Artefak, dan adat
istiadat.

Nilai-nilai luhur budaya Nilai-nilai luhur budaya dapat dideskripsikan melalui tabel
berikut: No _Nilai Luhur _Deskripsi Perilaku _ _ _Kejujuran _Dapat dipercaya dalam
perkataan dan tindakan; Menghindari sikap bohong; Mengakui kekurangan, kesalahan,
atau keterbatasan diri sendiri; Mengakui kelebihan orang lain; Memilih cara-cara terpuji
dalam melaksanakan tugas dan atau kegiatan. _ _ _Kerendahan hati _Menghindari sikap
sombong; Mau segera minta maaf; Menghindari sikap ingin mendapatkan
pujian/penghargaan. _ _ _Ketertiban/ kedisiplinan _Mematuhi peraturan yang ada dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat; Menghindari tindakan sia-sia/membuang-buang
waktu, pikiran dan atau tenaga; Memiliki kemampuan pengaturan diri; Tepat waktu.

_ _ _Kesusilaan _Menyadari dan menghormati martabat luhur diri sendiri; Mampu


menjaga keluhuran martabat diri sendiri maupun orang lain; Berperilaku santun dan
halus, serta menjaga penampilan diri. _ _ _Kesabaran _Menunjukkan sikap tahan
menghadapi permasalahan/ penderitaan; Menghindari sikap lekas menyerah ketika
menghadapi kesukaran; Dapat menahan diri, tidak mudah marah, dan tidak
tergesa-gesa. _ _ _Tanggung jawab _Melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan; Menghindari sikap menyalahkan orang lain atau pihak lain; Tidak
melemparkan persoalan kepada orang lain; Memahami dan menerima resiko atau akibat
suatu tindakan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

_ _ _Percaya diri _Menyadari, menerima, mengakui kemampuan diri sendiri; Bersikap


berani menghadapi tantangan berdasarkan pertimbangan terhadap kemam- puan diri;
Cepat mengambil prakarsa; Mampu membuat pilihan dan mengambil keputusan sendiri.
_ _ _Pengendalian diri _Menghindari sikap tergesa-gesa atau terburu napsu; Memiliki
kontrol terhadap diri sendiri; Tidak mudah terpengaruh; Berperilaku dalam mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang. _ _ _Integritas _Dapat dipercaya
dan konsisten; Jujur terhadap diri sendiri; Berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang
diyakini; Percaya kepada kemampuan diri; Cinta terhadap produk dan budaya sendiri.

_ _ _Kerja keras/ keuletan/ ketekunan _Gigih dan percaya diri dalam mengerjakan setiap
hal; Tidak bersikap malas; Optimal dalam mewujudkan keinginan; Tidak mudah putus
asa, selalu mempunyai motivasi untuk lebih baik. _ _ _Ketelitian _Mengerjakan tugas dan
atau kegiatan dengan cermat; Melakukan sesuatu dengan tertib dan runtut; Mampu
menggunakan pertimbangan- pertimbangan dengan seksama sebelum melakukan
sesuatu atau mengambil keputusan. _ _ _Ketangguhan _Memiliki kekuatan dalam
menghadapi kesulitan dan tantangan; Mampu mengenali sesuatu yang menantang dan
kemudian memikirkan strategi untuk menghadapinya.

_ _ _Kesopanan/ kesantunan _Menunjukkan sikap hormat kepada orang lain; Berperilaku


sesuai adat istiadat dan tata kra- ma yang berlaku di masyarakat; Berperilaku santun dan
hapus; Menjaga penampilan diri. _ _ _Kerja sama _Menunjukkan sikap gotong royong
dalam bekerja untuk mencapai tujuan bersama; Responsif untuk menolong orang lain;
Tidak menyalahkan kekurangan orang lain; Menerima kelebihan orang lain. _ _
_Toleransi _Menyadari, menerima dan menghormati perbedaan; Memandang positif
latar belakang orang lain dan menghindari sikap berburuk sangka; Menghormati
keyakinan orang lain; Menghindari sikap merasa paling benar dan atau paling baik.

_ _ _Keadilan _Menghindarkan diri dari sikap memihak; Menghargai hak-hak orang lain
dengan mengedepankan hak dan kewajiban. _ _ _Kepedulian _Berkeinginan/berusaha
untuk membantu orang lain. _ _ _Kepemimpinan _Menunjukkan kemampuan
memberikan bimbingan terhadap orang lain; Menunjukkan kemampuan untuk
merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan/kerja bersama; Bersikap dan
bertindak melayani dan melindungi. _ _ Dari 18 nilai-nilai luhur budaya diatas dipetakan
menjadi empat nilai luhur, yaitu: Spiritual Nilai spiritual mencangkup: kejujuran,
kesusilaan, dan kesabaran.

Personal-moral Nilai personal-moral mencangkup: kerendahan hati, tanggung jawab,


percaya diri, pengendalian diri, integritas, kepemimpinan, ketelitian, ketangguhan, dan
welas asih. Sosial Nilai Sosial mencangkup: kerja sama, keadilan, dan kepedulian.
Nasionalisme Nilai nasionalisme mencangkup: ketertiban/kedisiplinan,
kesopanan/kesantunan, toleransi, dan kerja sama/ ketekunan/ keuletan (Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Artefak Sastra Pertunjukan, tari, gamelan, dan
gending Lukis Busana Kriya Arsitektur Boga Olahraga/permainan Adat Sosial-jati diri
Muatan yang terkandung dalam sosial-jati diri adalah gotong royong, upacara
tradisional, nyadran.

Ekonomi-welfare Muatan yang terkandung dalam ekonomi-welfire adalah system


lumbung desa, pasaran. Politik-kekuasaan Muatan yang terkandung dalam
politik-kekuasaan adalah sekaten, merti dusun, bekakak, jumenengan. Berdasarkan
uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan berbasis budaya
mencangkup 3 unsur budaya yaitu: nilai-nilai luhur budaya, artefak, dan adat istiadat.
Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Perencanaan Pendidikan Berbasis Budaya
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di setiap daerah diperlukan kebijakan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah.

Karakteristik daerah perlu dirumuskan dalam kurikulum tingakat satuan pendidikan,


untuk dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual guna merespon
kebutuhan daerah, datuan pendidikan, dan peserta didik. Visi pembangunan Daerah
Istimewa Yogyakarta mencita-citakan bahwa tahun 2025 menjadi pusat pendidikan,
pusat budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara menurut
kreatifitas dan peran serta seluruh warga Daerah Istimewa yogyakarta untuk
mewujudaknnya.

Dalam upaya tersebut satuan pendidikan memiliki peran strategis, oleh karena itu perlu
pengembangan kualitas pengelolaan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi: Visi
sekolah Sekolah merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya yang
diperkaya dengan substansi pendidikan berbasis budaya. Misi sekolah Sekolah
merumuskan dan menetapkan misi sekolah serta mengembangkannya terkait dengan
pelestarian dan pengembangan budaya. Tujuan sekolah Sekolah merumuskan dan
menetapkan tujuan sekolah serta mengembangkan terkait dengan budaya. Rencana
kerja sekolah Sekolah membuat rencana kerja jangka menengan dan tahunan.

Rencana jangka menengah menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu empat tahun yang berkaitan dengan pelestarian budaya. Rencana kerja tahunan
dinyatakan dalam Rencana Anggaran dan Kegiatan Sekolah (RAK-S). Rencana jangka
menengah dan tahunan disetujui rapat komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh
dinas pendidikan sesuai kewenangan (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah berbasis budaya perlu
merencanakan pendidikan yang akan dilaksanakan.

Sekolah perlu mengembangkan kualitas pengelolaan pendidikan yang meliputi visi dan
misi , tujuan, dan rencana kerja sekolah Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya
Pedoman Sekolah. Sekolah membuat dan mempunyai pedoman yang mengatur
berbagai aspek pengelolaan pendidikan berbasis budaya secara tertulis dan mudah
dipaca oleh pihak lain. Rumusan pedoman pengelolaan sekolah pendidikan berbasis
budaya selalu mempertmbangkan visi, misi, dan tujuan sekolah, serta ditinjau dan
dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Pedoman pengelolaan pendidikan berbasis budaya meliputi: Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP), kalender pendidikan, struktur organisasi sekolah, pembagian tugas
antara guru dan tenaga kependidikan, peraturan akademik, tata tertib sekolah, kode etik
sekolah, serta buaya operasional sekolah. Pelaksanaan kegiatan sekoah berdasarkan
pendidikan berbasis budaya. Kegiatan sekolah dilaksanakan berdasarkan rencana kerja
tahunan yang telah ditetapkan. Kegiatan sekolah dilaksanakan oleh penanggungjawab
kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.

Bidang kesiswaan Sekolah menyusun dan menetapkan petunjuk operasional mengenai


proses penerimaan peserta didik yang dilakukan secara obyektif, transparan, dan
akuntabel. Orientasi peserta didik bersifat akademik dan pengenalan lingkungan
dilakukan dengan pengayaan materi tentang budaya. Sekolah menanamkan nilai-nilai
budaya kepada peserta didik. melaksanakan kegiatan ekstrakuurikuler dan kokurikuler
terkait dengan pelesterian dan pengembangan budaya. Melakukan pembinaan prestasi
unggulan budang budaya.

Bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) Sekolah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berbasis budaya
dengan memperhatikan Standar Kompetensi Lulus (SKL), Standar Isi, dan peraturan yang
berlaku. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, potensi atau karakteristik
daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Setelah KTSP tersusun,
KTSP berbasis budaya disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.
Kalender pendidikan Sekolah menyususn kalender pendidikan yang meliput jadwal
pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya, dan hari libur
serta kegiatan budaya lainnya.

Sekolah menyusun muatan mata pelajaran mata pelajaran yang dijadwalkan pada setiap
semester. Program pembelajaran Sekolah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk
setiap pelajaran dan program tambahan yang dipilih. Kegiatan pembelajaran di
dasarkan pada SKL, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Kegiatan
pembelajaran melibatkan pesertadidik secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik,
memotivasi, dan dialogis. Peraturan akademik Sekolah menyusun dan menetapkan
peraturan akademik yang mencermikan budaya dar daerah tersebut.

Bidang pendidik dan tenaga kependidikan Program pendayagunaa pendidik dan tenaga
kependidikan Program pendayagunaa pendidik dan tenaga kependidikan disusun
dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta
dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan budaya sekolah. Rekruitmen pendidik
dan tenaga kependidikan tambahan dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan
berbasis budaya. Sekolah mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan. Bidang
sarana dan prasarana Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada
Standar Sarana dan Prasarana dalam hal: Perencanaan, Memenuhi dan mendaya
gunakan sarana dan prasarana pendidikan berbasis budaya.

Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi
dalam mendukung pelaksanaan pendidikan berbasis budaya. Bidang keuangan dan
pembiayaan Sekolah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah dalam pelaksanaan pendidikan berbasis budaya mengacu pada standar
pembiayaan. Budaya dan lingkunagn sekolah Sekolah menciptakan suasana, iklim, dan
lingkungan yang kondusif untuk melaksanakan pendidikan berbasis budaya. Sekolah
menetapkan tata tertib yang disesuaikan dengan budaya lokal.

Sekolah menetapkan kode etik warga sekolah yang memuat norma dan budaya lokal.
Kode etik sekolah berbasis budaya ditanamkan kepada seluruh warga sekolah sesuai
budaya lokal. Peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah Sekolah melibatkan warga
sekolah dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan berbasis budaya. Kemitraan dan
kerjasama perlu dilakukan pendidikan berbasis budaya dengan skolah dan lembaga lain
(Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014).

Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dapat dilaksanakan sesuai bidangnya yaitu:


bidang kesiswaan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan
tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, serta bidang keuangan dan
pembiayaan. Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya juga tidak terlepas dari budaya,
lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat. Evaluasi Evaluasi diri Sekolah
melakukan evaluasi diri terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dan 8
Standar Nasional Pendidikan. Sekolah juga meng evaluasi proses pembelajaran dan
pelaksanaan pendidikan berbaisis budaya secara periodik. Evaluasi program gerja
tahunan dan pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dilakukan secara periodik
sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Evaluasi dan pengembangan KTSP Proses evaluasi dan pengembangan KTSP berbasis
budaya dilkukan secara: Komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan budaya lokal. Berkala dan merespon
perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta perubahan sistem
pendidikan, maupun perubahan sosial. Sejalan dengan perubahan tema dan tingkat
muatan mata pelajaran. Menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak meliputi komite
sekolah dan masyarakat yang memiliki karakter budaya lokal.

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan Evaluasi pendayagunaan


pendidik dan tenaga kependidikan direncanakan secara komprehensif dan dilaksanakan
setiap akhir semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi
kesesuaian penugasan dengan keahlian, kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
dalam melaksanakan tugas, dankeseimbangan beban kerja (Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga, 2014). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
evaluasi pendidikan berbasis budaya mencangkup evaluasi diri, evaluasi dan
pengembangan KTSP, serta Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Penelitian yang Relevan Berdasarkan pengamatan penulis terhadap peneliti terdahulu,


terdapat beberapa karya tulis yang relevan dengan penelitian yang akan penulis teliti,
yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Agung Wahyudi yang berjudul “Implementasi
Sekolah Berbasis Kearifan Lokal di SD Sendangsari Pajangan”. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukakan bahwa pengimplementasian kearifan lokal di SD Sendangsari
berupa olah pangan lokal, karawitan, tari, dan batik. SD Sendangsari melakukan 5
strategi pengambangan sekolah berbasis kearifan lokal yaitu membuat team work,
menyiapkan fasilitas penunjang, melakukan strategi pelaksanaan, melakukan kerjasama
dengan pihak luar, dan menjalin kerjasama dengan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Adhi Putra yang berjudul “Implementasi
Pendidikan Berbasis Budaya Jawa di SD Taman Bunda Ibu Pawiyatan Tamansiswa
Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan berbasis
budaya melalui berbagai komponen pendidikan dengan penerapan sistem among.
Bentuk dan pelaksanaan pendidikan berbasis budaya Jawa diuraikan sebagai berikut:
Penerapan pada visi, misi dan tujuan sekolah yang merujuk pada pendidikan berbasis
budaya Jawa. Penyesuaian kurikulum dan materi pendidikan yang bermuatan budaya
Jawa.

Pengajaran melalui program pendidikan yang mengintegrasikan budaya Jawa.


Pemodelan dan pembiasaan dari pendidik yang mencerminkan budaya Jawa dilakukan
secara langsungdan pembiasaan. Pengkondisian sarana dan lingkungan sekolah
menjadi efektif dalam pembelajaran budaya Jawa Penelitian yang dilakukan oleh
Septiana Ari Pudyastuti yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pendidikan Berbasis
Budaya di SD Mendiro Kabupaten Kulon Progo”. Hasil penelitan menunjukkan bahwa
pendidikan berbasis budaya mengacu dalam kebijakan yang tertuang dalam PERDA DIY
Nomor 5 Tahun 2011. Program tersebut diintegraskan kedalam mata pelajaran dan
ekstrakurikuler.

Nilai-nilai budaya diterapkan dengan pembiasaan kepada peserta didik. Pengkondisian


sarana prasarana pendukung agar pembelajaran lebih efektif dengan penempelan
slogan-slogan, dan penempelan tokoh pewayangan maupun gambar-gambar
berkenaan dengan kebudayaan, serta adanya sosialisasi kepada pihak masyarakat
sekitar dan orangtua siswa untuk memberikan pemahaman tentang pendidikan berbasis
budaya secara menyeluruh.

Adapun dalam penelitian tentang implementasi pendidikan berbasis budaya lokal ini
peneliti lebih fokus dalam pengimplementasian pendidikan berbasis budaya lokal di SD
N 1 Trirenggo melalui program-program yang ada. Selain itu peneliti juga fokus dalam
nilai-nilai budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo serta faktor pendukung dan
penghambat/kendala pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1
Trirenggo. Kerangka pikir Berdasarkan judul penelitian ini “Implementasi Pendidikan
Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo”, maka cakupan dalam penelitian adalah
proses implementasi atau pelaksanaan pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo
yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan pendidikan berbasis budaya di SD. Penelitian
ini juga melihat nilai-nilai budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo melalui
program-program yang ada di SD N 1 Trirenggo.

Peneliti juga akan melihat faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan
pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo. Pendidikan berbasis budaya yaitu
suatu pendidikan yang tidak hanya mengedepankan pada aspek seni budayanya saja,
tetapi juga nilai-nilai luhur budaya dan perilakunya serta pendidikan berbasis budaya
merupakan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan. Kebudayaan itu bukan
diturunkan tetapi melalui proses sosialisasi. Hal ini wujud dari pendidikan yang tidak
hanya mengutamakan aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik dari
peserta didik.

Secara garis besar alur kerangka berpikir pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menganalisis
tentang Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Peneltian kualitatif
bertujauan memahami realitas sosial, memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
(Mamik, 2015).

Penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalstik karena


penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah atau apa adanya (Sugiarto, 2015).
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi daerah tertentu
(Suryana, 2010). Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan implementasi pendidikan
berbasis budaya lokal, nilai-nilai budaya yang diterapkan, dan pendukung serta
penghambat dalam penerapan pendidikan berbasis budaya lokal.

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa yang berada dalam sekolah berbasis budaya lokal. Jenis dan
Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini yaitu jenis deskriptif kualitiatif. Sumber data
dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah data yang langsung diterima dari sumber data
(responden/sampel/informan), sedangkan sumber data skunder merupakan data yang
diperoleh secara tidak langsung, seperti buku, media elektronik, atau melalui orang lain
(Barlian, 2016).

Sumber primer dalam penelitian didapatkan dari wawancara secara langsung dan
observasi, sedangkan sumber sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari
dokumentasi serta penelitian yang relevan. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat
Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD N 1 Trirenggo yang terletak di
Klembon, Trirenggo, Bantul, Bantul, D.I. Yogyakarta. Waktu Penelitian Penelitian ini akan
dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 pada bulan
September-Oktober 2020.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data Pengumpulan data
adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan, dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi (Mamik, 2015). Sependapat dengan hal tersebut peneliti mengartikan
teknik pengumpulan data sebagai cara untuk memperoleh data melalui beberapa cara,
yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Observasi Observasi adalah sebuah proses penggalian data yang dilakukan langsung
oleh peneliti sendiri dengan cara melakukan pengamatan mendetail terhadap manusia
sebagai objek observasi dan lingkungannya dalam kancah riset (Shidiq & Choiri, 2019).
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung.
Peneliti mengobservasi langsung penerapan pendidikan berbasis budaya lokal di
sekolah sehingga dapat terlibat secara langsung kejadian di lapangan. Aspek yang
diamati dalam penelitian ini maliputi implementasi pendidikan berbasis budayalokal,
nilai-nlai budaya apa saja yang ada dalam program tersebut, dan pendukung serta
penghambat dalam pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal.

Wawancara Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh
dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana arah
pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan
kepercayaan sebagai landasan utama dalam proses memahami (Shidiq & Choiri, 2019).
Peneliti menggunakan wawancara terstruktur dalam pengumpulan data melalui
wawancara. Wawancara akan ditujukan kepada kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.

Dokumen yang diteliti bisa berupa dokumen resmi seperti surat putusan, surat instruksi,
sementara dokumen tidak resmi seperti surat nota, dan surat pribadi yang dapat
memberikan informasi pendukung terhadap suatu peristiwa (Shidiq & Choiri, 2019).
Penelitian ini menggunakan dokumentasi untuk memperoleh informasi maupun data
tentang pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal. Instrumen penelitian Peneliti
membuat kisi-kisi sebagai pedoman dalam melaksanakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Kisi-kisi tersebut dibuat berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Berbasis Budaya di SD yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
DIY.

Pedoman observasi Penyusunan kisi-kisi pedoman observasi mangacu pada Pedoman


Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya di SD (Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga, 2014). Adapun kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Kisi-kisi pedoman observasi No _Aspek _Indikator _Jumlah Butir _Nomor Butir _
_1 _Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal sekolah _Perencanaan pendidikan
berbasis budaya _2 _1,2 _ _ _ _Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya _3 _3,4,5, _ _ _
_Evaluasi _1 _6 _ _2 _Nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan dalam program pendidikan
berbasis budaya _Spiritual _3 _a,b,c _ _ _ _Personal-moral _8 _a,b,c,d,e,f,g,h _ _ _ _Sosial _3
_a,b,c _ _ _ _Nasionalisme _4 _a,b,c,d _ _3 _Faktor Pendukung pendidikan berbasis
budaya _Pendidik dan Tenaga Kependdikan _1 _1 _ _ _ _Sarana dan Prasarana _1 _2 _ _ _
_Budaya dan Lingkungan _1 _3 _ _ _ _Peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah _1
_4 _ _ Pedoman wawancara Kisi-kisi ini digunakan untuk membuat pedoman melakukan
wawancara dengan narasumber: kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan
dewan/komite sekolah. Pedoman wawancara merujuk pada Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Berbasis Budaya di SD (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014).

Adapun kisi-kisi wawancara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Kisi-kisi pedoman
wawancara No _Aspek _Indikator _Jumlah Butir _Nomor Butir _ _1 _Pelaksanaan
pendidikan berbasis budaya lokal sekolah _Proses perencanaan program pendidikan
berbasis budaya _6 _1,2,3,4,5,6 _ _ _ _Proses pelaksanaan program pendidikan berbasis
budaya _6 _7,8,9,10,11,12 _ _ _ _Evaluasi program pendidikan berbasis budaya _3
_13,14,15 _ _2 _Nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan dalam program pendidikan
berbasis budaya _Nilai-nilai luhur yang diterapkan dalam program pendidikan berbasis
budaya _2 _16,17 _ _3 _Pendukung dan kendala pelaksanaan pendidikan berbasis
budaya _Pendukung dan kendala pelaksanaan pendidikan berbasis budaya _3 _18,19,20
_ _ Pedoman dokumentasi Pengumpulan data melalui teknik dokumentasi difokuskan
pada hal yang tertulis pada tabel instrumen pedoman dokumentasi melalui data, arsip
tertulis, dan foto yang ada mengenai program pendidikan berbasis budaya lokal di SD N
1 Trirenggo.

Pedoman dokumentasi merujuk pada Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Berbasis


Budaya di SD (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Adapun kisi-kisi
pedoman dokumentasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Kisi-kisi pedoman
dokumentasi No _Aspek _Sumber data _ _ _Dokumen visi dan misi sekolah _Dokumen
sekolah _ _ _Kurikulum pendidikan _Dokumen sekolah _ _ _Kalender pendidikan
_Dokumen sekolah _ _ _Struktur organisasi sekolah _Dokumen sekolah _ _ _Pembagian
tugas antar guru dan tenaga kependidikan _Dokumen sekolah _ _ _Tata tertib sekolah
_Dokumen sekolah _ _ _Kegiatan program pendidikan berbasis budaya _Dokumen
sekolah dan foto kegiatan _ _ _Kondisi sekolah _Foto kondisi sekolah _ _ Teknik
keabsahan data Keabsahan data merupakan unsur penting dalam menguji validitas data
penelitian kualitatif. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi.

Teknik triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan
berbagai waktu (Shidiq & Choiri, 2019). Dalam penelitian ini penelti menggunakan
triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data dari beberapa sumber.
Sementara Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data. Triangulasi teknik
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data diperoleh dengan observasi, lalu dicek dengan wawancara,
dokumentasi, atau kuesioner (Shidiq & Choiri, 2019). Teknik keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber dan teknik.
Teknik analisis Data Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan mengatur
secara sistematis transkrip interview, catatan di lapangan dan bahan-bahan lain yang
didapatkan, semua itu dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman (terhadap suatu
fenomena) dan membantu untuk mempresentasikan penemuan kepada orang lain
(Barlian, 2016). Tahap-tahap analisis data dilakukan sebagai berikut: Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum,memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif proses penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya. Penelitian ini di
sajikan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data, maka akan
memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang


dijelaskan masih bersifat sementara, dan dapat berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat dan dapat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dijelaskan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dijelaskan
merupakan kesimpulan yang kredibel (Shidiq & Choiri, 2019). Penelitian ini
menggunakan tiga tahapan dalam menganalisis data, yaitu reduksi daa, penyajian data,
dan penarkan kesimpulan.
BAB IV NASKAH PUBLIKASI EDUCATION IMPLEMENTATION BASED ON LOCAL CULTURE
IN SD N 1 TRIRENGGO Muhammat Muqsith Rozaki1, An-Nisa Apriani2 Universitas Alma
Ata1,2 Email: muqsithrozax98@gmail.com Abstract The principle of education does not
only create intelligent humans, but also creates cultured Indonesian people. With
culture-based education, education does not only provide knowledge, but creates
management and implementation of education based on the national education system
by upholding noble cultural values.

This study aims to identify and understand the implementation of local culture-based
education, the existing cultural noble values, as well as the supporters and obstacles to
the implementation of local culture-based education at SD N 1 Trirenggo. This type of
research is qualitative research. Data collection techniques in this study were carried out
through interviews, observation, and documentation. The data analysis technique used
in this research is data reduction, data presentation, and conclusion drawing.

The results of research on the implementation of local culture-based education at SD N


1 Trirenggo show that culture-based education is implemented through three stages,
namely planning, implementation, and evaluation. Culture-based education program
planning includes guidelines for implementing local culture-based education,
educational curricula, and RAKS. Local culture-based education is carried out through
learning, extracurricular activities and habituation. Cultural-based education evaluation
includes self-evaluation, evaluation and curriculum development, evaluation of the
utilization of educators and education personnel.

The noble values ??of culture that are applied include spiritual values, personal-moral,
social values, and nationalism. Cultural noble values ??are applied through habituation
in students' daily lives. In addition, cultural noble values ??are also applied through
learning by inserting cultural noble values ??into learning. Local culture-based education
is supported by the presence of educators and education personnel who are in
accordance with their fields and expertise, adequate facilities and infrastructure, culture
and environment, and community participation.

The implementation of culture-based education at SD N 1 Trirenggo has obstacles from


several factors, ranging from teachers who are tired in implementing many school
programs, students who are not fully enthusiastic about the program, an environment
that is not fully supportive, and the character of students who are difficult to guide.
Keywords: Culture-Based Education, Local Culture IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SD N 1 TRIRENGGO Muhammat Muqsith Rozaki1, An-Nisa
Apriani2 Universitas Alma Ata1,2 Email: muqsithrozax98@gmail.com Abstrak Prinsip
pendidikan tidak hanya menciptakan manusia yang cerdas, tetapi juga membentuk
manusia Indonesia yang berbudaya.

Dengan pendidikan berbasis budaya maka pendidikan tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan saja, namun menciptakan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan sistem pendidikan nasional dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami implementasi
pendidikan berbasis budaya lokal, nilai-nilai luhur budaya yang ada, serta pendukung
dan penghambat penerapan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknis analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian implementasi pendidikan berbasis
budaya lokal di SD N 1 Trirenggo menunjukkan bahwa, pendidikan berbasis budaya
diimplementasikan melaui tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perencanaan program pendidikan berbasis budaya meliputi pedoman pelaksanaan
pendidikan berbasis budaya lokal, kurikulum pendidikan, dan RAKS. Pendidikan berbasis
budaya lokal dilaksanakan melalui pembelajaran, ekstrakurikuler dan pembiasaan.

Evaluasi pendidikan berbasis budaya yang dilakukan meliputi evaluasi diri, evaluasi dan
pengembangan Kurikulum, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.
Nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan meliputi nilai spiritual, personal-moral, nilai
sosial, dan nasionalisme. Nilai-nilai luhur budaya diterapkan melalui pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu nilai luhur budaya juga diterapkan melalui
pembelajaran dengan menyisipkan nilai-nilai luhur budaya dalam pembelajaran.

Penddikan berbasis budaya lokal didukung dengan adanya pendidik dan tenaga
kependidikan yang sesuai dengan bidang dan keahliannya, sarana dan prasarana yang
memadai, budaya dan lingkungan, dan peran serta masyarakat. Penerapan pendidikan
berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo terdapat hambatan dari beberapa faktor, mulai
dari faktor guru yang kelelahan dalam melaksanakan program sekolah yang banyak,
peserta didik yang belum sepenuhnya antusias dalam program, lingkungan yang belum
sepenuhnya mendukung, dan karakter siswa yang susah dibimbing.

Kata kunci: Pendidikan Berbasis Budaya, Budaya Lokal Pendahuluan Melimpahnya


kebudayaan Indonesia menjadi salah satu karakteristik multikultural yang perlu dijaga
dan dilestarikan, sehingga tujuan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai keluhuran
bangsa dapat terwujud. Usaha dalam membudayakan dan menumbuh kembangkan
budaya dapat dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan formal, informal, dan
non-formal. Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik menyangkut daya pikir, maupun emosional yang diarahkan pada
tabiat manusia dan kepada sesamanya.

Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan


peserta didik yang berjalan sepanjang hayat (Ariana, 2017). Pendidikan juga merupakan
wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan
nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat
menjadi instrument untuk memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas
nasonal, dan memantapkan jati diri bangsa (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI,
2012).

Bangsa Indonesia kaya akan budaya yang memiliki unsur-unsur nilai, moral, norma, dan
etika kepribadian. Namun, saat ini mulai memudar dan dilupakan oleh sebagian besar
masyarakat akibat semakin majunya arus globalisasi yang membuat proses pendidikan
kurang mengedepankan budaya, sehingga berdampak pada tergesernya budaya bangsa
(Pudyastuti, 2016). Kurangya Pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai kehidupan akan
menimbulkan perbuatan yang menyimpang. Perbuatan menyimpang dapat terjadi di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Sepanjang tahun 2017 sampai 2018 KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
mencaatat terdapat sekitar 202 anak berhadapan dengan hukum akibat tawuran.
Tawuran berdampak pada rusaknya fasilias publik, teror, dan yang lebih
menghawatirkan dapat menghilangkan jiwa seseorang (Hendrian, 2018). Salah satu cara
paling efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melaksanakan
pendidikan berbasis budaya.

Pendidikan Berbasis Budaya Lokal dapat dilakukan setiap individu baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Pudyastuti, 2016). Kebudayaan tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan menjadi dasar pendidikan.
Kebudayaan yang menjadi alas pendidikan tersebut haruslah bersifat kebangsaan.
Dengan demikian kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang riil yaitu budaya
yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia (Khasanah & Wijayanti,
2017). Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan diselenggarakan
sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat (Sisdiknas, 2003).

Untuk mendukung Undang-Undang tersebut maka Pemerintah Daerah Istimewa


Yogyakarta membuat Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5
Tahun 2011 tantang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya.
Pendidikan berbasis budaya mengandung pengertian pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem pendidikan nasional
dengan menjunjung tnggi nilai-nila luhur budaya. Tujuan pendidikan berbasis budaya
adalah untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Daerah Istimewa
Yogyakarta yang mencangkup: nilai-nilai luhur, artefak, dan adat istiadat dalam setiap
aspek kehidupan masyarakat (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). SD N 1
Trirenggo merupakan salah satu sekolah dasar di kabupaten Bantul yang menjadi
contoh model sekolah berbasis budaya pada tahun 2015.

Berdasarkan paparan di atas, maka untuk mengetahui dan memahami implementasi


pendidikan berbasis budaya lokal dilakukan penelitian dengan judul “ Implementasi
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo”. Metode Penelitian Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif
sering disebut sebagai metode penelitian naturalstik karena penelitian dilakukan pada
kondisi yang alamiah atau apa adanya (Sugiarto, 2015). Sumber data dalam penelitian
ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber primer dalam penelitian didapatkan dari wawancara secara langsung dan
observasi, sedangkan sumber sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari
dokumentasi serta penelitian yang relevan. Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1
Trirenggo yang terletak di Klembon, Trirenggo, Bantul, Bantul, D.I. Yogyakarta pada
semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 pada bulan September-Oktober 2020. Subjek
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa
yang berada dalam sekolah berbasis budaya lokal. Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan pedoman berupa instrumen


wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah pengecekan data dari
berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini penelti
menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.

Sementara Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner
(Shidiq & Choiri, 2019). Tahap-tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo
Pendidikan berbasis budaya merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
melestarikan kebudayaan.

Dalam mendukung program tersebut pemerintah membuat sistem pendidikan nasional


yang di dalamnya mengandung budaya. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
membuat suatu kebijakan pendidikan yang memuat pendidikan berbasis budaya,
dimana kebijakan tersebut diatur dalam PERDA (Peraturan Daerah) DIY Nomor 5 Tahun
2011. Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah SD N 1 Trirenggo mengatakan
bahwa: “Pendidikan berbasis budaya adalah pengelolaan dan menyelenggarakan
pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem pendidikan nasional namun tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya”( IN/1/19-09-2020).

Kemudaian A Selaku guru kelas 1 (satu) SD N 1 Trirenggo juga mengatakan bahwa:


“Pendidikan berbasis budaya merupakan pendidikan yang melestarikan budaya sekitar
agar siswa mengetahui adat dan kebudayaan yang ada di daerahnya” (A/1/22-09-2020.
Dua pernyataan di atas didukung oleh RB selaku guru kelas 5 (lima) SD N 1 Trirenggo
yang mengatakan bahwa: “Pendidikan berbasis budaya merupakan pendidikan yang
mengedepankan budaya dan nilai luhur budaya” (RB/1/26-09-2020). Berdasarkan hasil
wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis budaya adalah
pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional dengan
menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai luhur budaya.

SD N 1 Trirenggo telah menerapkan pendidikan berbasis budaya sudah lama.


Pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo di launching atau diresmikan oleh
Bupati Kabupaten Bantul pada 09 Mei 2015. Kepala sekolah menjelaskan latar belakang
sekolah menerapkan pendidikan berbasis budaya, beliau menjelaskan bahwa: “Pertama
banyak anak-anak yang berbicara tidak dengan bahasa yang santun, jadi banyak siswa
yang berbicara dengan gurunya menggunakan bahasa jawa ngoko. Tapi peminatan
siswa dengan kebudayaan sangat tinggi, seperti karawitan dan tari. Saat siswa ditanya
oleh guru ternyata banyak siswa yang mengikuti latihan karawitan dan tari di luar
sekolah, seperti sanggar tari maupun karawitan.

Waktu sekolah mengadakan pentas seni memperingati hari jadi sekolah siswa dapat
menampilkan wayang wong. Ketika saya menanyakan kepada wali murid perihal
mengadakan ekstrakuriler seperti karawitan dan tari waktu pertemuan dengan wali
murid ternyata wali murid sangat mendukung kegiatan tersebut. Waktu menjelang
kelulusan kelas 6 saya mengadakan lomba miru jarik, membuat cekethok, dan membuat
kerajinan dari janur ternyata siswa sangat antusisas mengikuti lomba tersebut walaupun
mereka belum begitu bisa, akhirnya saya mengadakan pelatihan baru melaksanakan
lomba. Kebetulan di Provinsi ada lomba yang berkaitan dengan pendidikan berbasis
budaya, akhirnya sekolah kami mengikuti lomba tersebut dengan modal kegiatan yang
pernah kami lakukan, seperti miru jarik, membuat kerajinan dari janur.

Dari lomba tersebut alhamdulllah sekolah kami terpilih dan mendapat surat keputusan
(SK) sebagai sekolah berbasis budaya dari Provinsi dan mendapat subsidi, subsidi
tersebut kami gunakan untuk mengecat gapura dan tembok sekolah dengan pola batik.
Untuk mendukung SK dari provinsi sekolah kami mengadakan kirab budaya untuk
memperingati Hari Pendidikan Nasional pada tahun 2015 dan sebagai lounching
sekolah model Pendidikan Berbasis Budaya” (IN/2/19-09-2020). Mendukung penjelasan
di atas AW selaku guru kelas 2 (dua) SD N 1 Trirenggo menjelaskan bahwa: “Dulu itu
ada Peraturan Daerah tentang pendidikan berbasis budaya” (AW/2/30-09-2020).

Kemudian RB juga menjelaskan: “Sekolah mendapat SK dari Pemerintah Daerah untuk


menerapkan pendidikan berbasis budaya” (RB/2/26-09-2020). Pernyataan di atas
didukung oleh pernyataan A yang menjelaskan bahwa: “Dulu itu sekolah ditunjuk oleh
Pemerintah Daerah dan mendapatkan SK untuk menerapkan pendidikan berbasis
budaya” (A/1/22-09-2020). Berdasarkan penjelasan di atas maka latar belakang sekolah
menerapkan pendidikan berbasis budaya adalah karakter siswa yang kurang baik
terutama dalam karakter unggah-ungguh.

Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis budaya, seperti miru jarik,
membuat cekethok, dan membuat kerajinan dari janur. Dengan adanya kegiatan
tersebut sekolah mengikuti lomba pendidikan berbasis budaya yang diadakan Provinsi.
Dengan mengikuti lomba tersebut sekolah ditunjuk dan mendapat SK (Surat Keputusan)
dari Pemerintah Daerah untuk menerapkan pendidikan berbasis budaya. Pendidikan
berbasis budaya diterapkan bukan tanpa tujuan. Berdasarkan hasil wawancara IN
sebagai kepala sekolah menjelaskan bahwa: “Penerapan pendidikan berbasis budaya
bertujuan untuk mengingatkan kembali budaya lokal yang sangat banyak sekali, dimana
banyak nilai luhur yang ada didalamnya dan harus dipelajari serta menjadi ciri khas
bangsa Indonesia. Ciri bangsa Indonesia yang terkenal santun dan banyak
filosofi-filosofi kehidupan yang harus dipelajari. Sesuai visi DIY yang akan memajukan
Yogyakarta sebagai sentral budaya terbesar se-ASEAN” (IN/3/19-09-2020).

Kemudian AW menambahkan bahwa: “Tujuan dari pendidikan berbasis budaya adalah


mengenalkan dan menerapkan budaya dan nilai luhur budaya terhadap peserta didik.
Tidak hanya budaya yang bersifat kesenian namun budaya dalam kehidupan sehari-hari
juga diterapkan oleh siswa, seperti menghormati sesama, unggah-ungguh, berbicara
santun dan lain sebagainya” (AW/3/30-09-2020). Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan berbasis budaya bertujuan untuk mengenalkan,
mengingat, dan menerapkan kebudayaan serta menanamkan nilai-nilai luhur budaya
dalam diri peserta didik.
Keterselenggaranya program pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo tentu
terdapat pihak-pihak yang terkait dalam penerapannya. Kepala sekolah SD N 1
Trirenggo menjelaskan bahwa: “Banyak sekali pihak yang terkait dalam pelaksanaan
pendidikan berbasis bidaya di sekolah kami, mulai dari pemerintah, dinas pendidikan,
komite sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan banyak mahasiswa yang
melakukan penelitian KKN di sini sehingga dapat membantu terlaksananya pendidikan
berbasis budaya” (IN/4/19-09-2020).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh RB selaku guru kelas 5 (lima), beliau
mengatakan: “Pemerintah jalas terkait dalam program ini karena program ini yang
menganjurkan pemerintah, namun yang paling berperan besar adalah warga sekolah
baik dari orang tua, komite sekolah, dan lain sebagainya” (RB/4/26-09-2020).
Terlaksananya program pendidikan berbasis budaya sekolah membutuhkan kerjasama
dengan pihak-pihak terkait. SD N 1 Trirenggo melakukan kerjasama dengan pemerintah,
Dinas Pendidikan, komite sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan
organisasi yang peduli dengan penidikan.

Adanya pihak terkait yang telah bekerjasama dengan SD N 1 Trirenggo maka program
pendidikan berbasis budaya dapat berjalan. Pendidikan berbasis budaya di SD N 1
Trirenggo diimplementasikan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Perencanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Perencanaan program dalam
pendidikan sangat penting dilakukan guna merancang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan pendidikan berbasis
budaya di SD N 1 Trirenggo. IN sebagai Kepala sekolah menjelaskan bahwa: “Pertama
saya mengadakan sosialisai program terhadap guru, komite sekolah, dan orang tua.

Setelah sosialisasi program kami merencanakan kegiatan ekstrakurikuler sesuai program


yang akan dilaksanakan” (IN/5/19-09-2020). Kemudian AW selaku guru kelas 2 (dua)
mengatakan bahwa: “Pertama dulu kepala sekolah mensosialisasikan program tersebut
kepada guru, setelah itu baru mensosialisakan kepada komite sekolah dan orang tua.
Setelah di sosalisasikan kami merencanakan program yang akan dilaksanakan di sekolah
baru menyusun kurikulum” (AW/6/30-09-2020).

Selain itu, RB selaku guru kelas 5 (lima) juga menambahkan: “pertama kita mengadakan
sosialisai terus musyawarah dengan warga sekolah untuk merencanakan kegiatan apa
yang akan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan berbasis budaya. Kalau untuk
guru diadakan pelatihan dan sosialisi” (RB/6/26-09-2020). Kegiatan perencanaan dalam
pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo meliputi sosialisasi program kepada
warga sekolah. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Sosialisasi
program pendidikan berbasis budaya Setelah sekolah mensosialisasikan program
pendidkan berbasis budaya sekolah membuat pedoman pelaksanaan pendidikan
berbasis budaya lokal yang meliputi kurikulum, kalender pendidikan, struktur organisi,
pembagian tugas, tata tertib, dan RAKS. Kurikulum SD N 1 Tirenggo disusun oleh kepala
sekolah, guru, dan tokoh masyarakat. Kurikulum tersebut disetujui oleh Pengawas SD,
Ketua Komite Sekolah, Kepala sekolah, Guru dan karyawan, serta Tokoh Masyarakat.

Dalam kurikulum, pendidikan berbasis budaya lokal di implementasikan melalui


program kegiatan. Unsur budaya yang diterapkan dalam pendidikan berbasis budaya
lokal di SD N 1 Trirenggo adalah sastra, pertunjukan, lukis, kriya, busana, arsitektur,
boga, kesehatan, olahraga/permainan, dan adat. Selain unsur budaya pendidikan
berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo juga menerapkan nilai-nilai luhur budaya
yaitu nilai sprirtual, nilai personal moral, dan nilai sosial.

Dari hasil observasi ditemukan bahwa program dan kegiatan SD N 1 Trirenggo meliputi:
Tersusunnya Kurikulum 2013 modifkasi Pembelajaran yang PAIKEM Peningkatan nilai
USBN dan terbentuknya kelompok kegiatan ekstrakurikuler tari, karawitan, drumb band,
TPA, Olimpiade MIPA, serta dokter kecil. Terciptanya lingkungan sekolah yang sehat,
bersih, asri dan memenuhi syarat aksesibilitas ABK. Penngkatan pelayanan ABK
Efektifitas penggunaan dana Nilai akreditasi A Berdasarkan hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa perancanaan pendidikan berbasis budaya
lokal meliputi menyusun pedoman pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal,
penyusunan kurikulum dan membuat RAKS. Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya
Lokal Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo dilaksanakan melalui
program-program sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara Istiani Nurhasana sebagai kepala sekolah menjelaskan:


“Program pendidikan berbasis budaya di sekolah kami diterapkan secara langsung. Jadi
program ini kita implementaskan dalam kehidupan sehari-hari. Dimasa pandemi seperti
ini penerapan pendidikan berbasis budaya kami menggunakan video, seperti video lagu
tradisional dan melihat tayangan TV yang ada kaitannya dengan pendidikan berbasis
budaya. Untuk penerapan nilai-nilai luhur budayanya guru memberikan tugas seperti
membantu orang tua terus berbicara dengan orang tua dengan bahasa yang santun.

Permainan tradisional juga kami terapkan disekolah kami seperti bakiak, gobak sodor,
dakon, egrang” (IN/7/19-09-2020). Kemudian AW selaku guru kelas 2 (dua) menjelaskan
bahwa: “Dalam pelaksanaan pendidikan berbasis budaya kami terapkan kedalam
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan budya yogyakarta” (AW/7/30-09-2020).
Selanjutnya A selaku guru kelas 1 (satu) menambahkan: “Dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis budaya kami terapkan kedalam kehidupan sehari-hari dan pembiasaan,
misalnya seperti pembiasaan mengucap salam setiap hari, sopan santun setiap hari”
(A/7/22-09-2020).

Sejalan dengan pernyataan di atas RB mengatakan bahwa: “Pendidikan berbasis budaya


ini kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan disisipkan ke dalam pembelajaran.
Makanya guru diberi pelatihan semacam itu agar guru dapat menyisipkan pendidikan
berbasis budaya kedalam pembelajaran” (RB/7/26-09-2020). Seperti yang dikatakan
oleh siswa kelas 5 (lima) yang memberikan keterangan bahwa: “Pelaksanaan Pendidikan
berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo sudah baik dengan melaksanakannya setiap
hari di sekolah.” (hasil wawancara siswa).

Pendididikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo dilaksanakan melalui pembelajaran,


ekstrakurikuler, dan pembiasaan. Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal melalui
pembelajaran Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo
terintegrasi dalam muatan mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum sekolah.
Semua mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum sekolah. Semua mata pelajaran
yang yang diajarkan oleh guru mengandung unsur pembelajaran budaya. Pembelajaran
budaya disesuaikan dengan jenis mata pelajaran dan materi pelajaran.

pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo diterapkan dalam pembelajaran juga


menggunakan video, seperti video lagu tradisional dan melihat tayangan TV yang ada
kaitannya dengan pendidikan berbasis budaya. Untuk penerapan nilai-nilai luhur
budayanya guru memberikan tugas seperti membantu orang tua, berbicara dengan
orang tua dengan bahasa yang santun. Terdapat empat macam bentuk pembelajaran
budaya yang dilakukan SD N 1 Trirenggo yaitu : Belajar tentang budaya Belajar tentang
budaya berarti menempatkan budaya sebagai ilmu. Budaya dipelajari dalam bidang
studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya.

Belajar dengan budaya Belajar dengen budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan
kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu.
Misalnya budaya untuk membaca dan mengunjungi. Belajar melalui budaya Belajar
melalui budaya merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk
menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakan dalam suatu mata
pelajaran melalui ragam budaya. Misalnya pembelajaran berbasis budaya melalui
permainan tradisional, lagu-lagu daerah, pakaian adat, cerita rakyat dan sebagainya.

Belajar berbudaya Belajar berbudaya merupakan bentuk praktek nyata perilaku siswa
sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain. Misalnya anak dibudayakan
menggunakan bahasa Krama Inggil berbicara dengan orang yang lebih tua. Pelaksanaan
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal melalui Ekstrakurikuler Pendidikan berbasis budaya di
SD N 1 Trirenggo didukung dengan kegiatan-kegiatan yang ada. IN selaku kepala
sekolah menjelaskan bahwa: “Kegiatan yang mendukung program pendidikan berbasis
budaya ada ekstrakurikuler tari, karawitan, langen carita, membuat dan mengkonsumsi
makanan tradisional, membatik, dan permainan tradisonal yang dikolaborasikan dengan
olah raga.” (IN/8/19-09-2020). Kemudian AW selaku guru kelas 2 (dua) menjelaskan
bahwa: “Kegiatan yang mendukung program ini ada membatik, ekstrakurikuler tari,
karawitan,” (AW/8/30-09-2020).

Selanjutnya A selaku guru kelas 1 (satu) menyatakan bahwa: “Kegiatan yang mendukung
program ini ada ekstrakurikuler tari dan karawitan,” (A/8/22-09-2020). Sependapat
dengan pernyataan tersebut RB selaku guru kelas 5 (lima) memberikan pernyataan
bahwa: “Untuk kegiatan mendukung pendidikan berbasis budaya ada ekstra kurikuler
pramuka untuk kelas 3-6 itu untuk menumbuhkan karakter siswa, tidak hanya ekstra
pramuka namun masih ada ekstra yang lain, seperti karawitan, tari, dan lain-lain.”
(RB/8/26-09-2020).

Sejalan dengan pernyataan diatas siswa kelas 5 (lima) SD N 1 Trirenggo menyatakan


bahwa: “pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo diterapkan melalui
ekstrakurikuler Karawitan” (hasil wawancara siswa). Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
dapat dijadikan sebagai praktek pengintegrasian pembelajaran berbasis budaya.
Bermacam-macam bentuk kegiatan ekstrakulikuler di sekolah contohnya: pramuka,
karawitan, seni tari, macapat, latihan miru jarik, sesorah, pramuladi dan sebagainya.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2.

Ekstrakurikuler pramuladi dan miru jarik Ekstrakurikuler dapat dijadikan sarana praktek
pembelajaran berbasis budaya. Di antaranya untuk menguatkan budi pekerti siswa.
Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal melalui pembiasaan Pelaksanaan
pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo diterapkan melalui pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Bentuk pembiasaan di SD N 1 Trirenggo antaralain:
Menumbuhkembangkan nilai-nilai moral dan spiritual Guru dan peserta didik berdo’a
bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebelum dan sesudah pembelajaran,
dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian di bawah bimbingan guru.
Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan kepercayaannya.
Membiasakan perayaan hari besar keagamaan dengan kegiatan yang sederhana.

Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinekaan Melaksanakan


upacara bendera setiap hari Senin. Sesudah berdo’a, setiap memulai pembelajaran, guru
dan siswa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya atau lagu wajib nasional.
Sebelum berdo’a setelah pembelajaran, guru dan siswa menyanyikan lagu daerah.
Mengenalkan ragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai media dan
kegiatan. Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional melalui berbagai media dan
kegiatan di sekolah. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Siswa dengan Guru dan
Orang Tua Sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa pada tahun ajaran
baru unurk mensosialisasikan: (a) visi dan misi sekolah; (b) peraturan sekolah; (c) materi;
dan (d) rencana capaian belajar siswa agar orangtua mendukung empat pion tersebut.
Memberi salam, senyum dan sapaan kepada seluruh warga sekolah. Guru dan tenaga
kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan siswa.

Membiasakan peserta didik untuk berpamitan dengan penghuni rumah saat pergi dan
lapor saat pulang. Siswa bersamaan mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum
pembelajaran dimulai, dipimpin oleh salah satu siswa secara bergantian.
Mengembangkan interaksi positif antar peserta didik Membiasakan pertemuan di
lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk belajar kelompok yang diketahui oleh guru
dan/atau orangtua. Gerakan kepedulian dengan sesama warga sekolah. Membiasakan
siswa saling membantu jika ada teman yang mengalami musibah atau kesusahan.

Merawat diri dan lingkungan sekolah Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan
sekolah dengan membentuk kelompok lintas kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan
kemampuan siswa. Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah dengan efisien
melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa. Menyelenggarakan kantin sesuai
dengan standar kesehatan. Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga
kebersihan kelas dan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
membiasakan antri sebelum masuk kelas, dan saat bergantian memakai fasilitas sekolah.

peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian. Menjaga
dan merawat tanaman di sekolah secara bergantian antar kelas. Melaksanakan kegiatan
bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat. Mengembangkan
potensi diri peserta didik Membaca buku selain buku pelajaran selama 15 menit
sebelum pembelajaran. Seluruh warga sekolah melaksanakan olah fisik seperti senam
setiap satu minggu sekali. Peserta didik membiasakan diri untuk menabung.
Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis
dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebelum bertanya.

Membasakan peserta didik untuk berlatih menjadi pemimpin dengan cara memberikan
kesempatan pada siswa untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan
bersama/berkelompok. Siswa melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan
potensi. Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo
diimplementasikan melalui pembiasaan seperti Menumbuhkembangkan nilai-nilai moral
dan spiritual, Menumbuhkembangkan nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan,
Mengembangkan interaksi positif antara peserta didik dengan guru dan orangtua
seperti mengucap salam setiap hari dan sopan santun setiap hari, mengembangkan
interaksi positif antar peserta didik, merawat diri dan lingkungan sekolah, dan
Mengembangkan potensi diri peserta didik secara utuh. Evaluasi Pendidikan Berbasis
Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo Evaluasi pelaksanaan pendidikan berbasis budaya
dilakukan secara periodik sekurang-kurangnya setiap akhir semester.

Hal ini disampaikan oleh IN selaku kepala sekolah yang mengatakan bahwa: “Evaluasi
biasanya dilakukan setiap bulan, semester, dan akhir tahun pembelajaran guna
mengontrol terlaksananya program-program yang ada. Dari evaluasi tersebut akan
banyak masukan dari guru, komite, maupun orang tua. Seperti kemaren banyak yang
minta ganti guru karawitan, namun kami mencoba memperbaiki atau membina guru
tersebut agar lebih baik dalam membimbing siswa” (IN/13/19-09-2020). Kemudian A
selaku guru kelas 1 (satu) mengatakan bahwa: “Untuk evaluasi program biasanya kami
adakan setiap semester. Terkadang setiap rapat bulanan juga diadakan evaluasi”
(A/11/22-09-2020).

Selanjutnya RB selaku guru kelas 5 (lima) mengatakan bahwa: “Setiap bulan sekolah kita
ada KKG, jadi saat KKG itu nanti bisa sekalian evaluasi. Seperti waktu ada permasalahan
kita dapat diskusi dengan kepala sekolah untuk memcahkan masalah tersebut”
(RB/11/26-09-2020). Mendukung pernyataan di atas, AW selaku guru kelas 2 (dua)
menjelaskan bahwa: “Untuk evaluasi program biasanya kami adakan setiap semester.
Pertama kita akan evaluasi secara intern sekolah terlebih dahulu mulai dari kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Setelah evaluasi dari kami baru kami akan
melakukan evaluasi dengan orang tua, komite dan perangkat yang lain”
(AW/11/30-09-2020). Evaluasi pelaksanaan pendidikan berbasis budaya di SD N 1
Trirenggo dilakukan setiap bulan, semester, dan tahun.

Evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan terlebih dahulu,
setelah itu evaluasi akan dilakukan bersama komite sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Pernyataan diatas didukung dengan hasil observasi. Evaluasi pendidikan berbasis
budaya yang dilakukan di SD N 1 Trirenggo meliputi: Evaluasi diri Evaluasi diri
dilaksanakan setiap semester dan setiap tahun. Evaluasi dan pengembangan KTSP
Kurikulum pendidikan berbasis budaya SD N 1 Trirenggo disesuaikan dengan budaya
jawa.

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan Pendidik dan tenaga


kependidikan di SD N 1 Trirenggo ditugaskan sesuai dengan keahlian pendidik dan
peserta didik Evaluasi pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 trirenggo
dilaksanakan setap bulan, semester, dan tahun untuk mengontrol pelaksanaan
program-program pendidikan berbasis budaya di sekolah. Evaluasi yang dilakukan
meliputi evaluasi diri, evaluasi kurikulum, serta evaluasi pendayagunaan pendidik dan
tenaga kependidikan. Evaluasi pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo
melibatkan kepala sekolah, guru, karyawan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang
tua, dan masyarakat.

Nilai-nilai Luhur Budaya yang diterapkan dalam Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD
N 1 Trirenggo Pendidikan berbasis budaya adalah pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan sistem pendidikan nasional dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya. Nilai-nilai luhur budaya perlu dikembangkan
dan diterapkan dalam pendidikan. IN selaku kepala sekolah menjelaskan bahwa:
“Nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan di sekolah kami adalah tepo saliro/tenggang
rasa, nrimo ing pandum, menghargai sesama, unggah-ungguh, jujur, dan prasojo”
(IN/16/19-09-2020).

Kemudian A selaku guru kelas 1 (satu) mengatakan bahwa: “Nilai luhur budaya yang
paling utama kami menerapkan budaya saling menghormati antar sesama”
(A/14/22-09-2020). Senada dengan pernyataan di atas, AW selaku guru kelas 2 (dua)
mengatakan bahwa: “Nilai luhur budaya yang paling utama kami terapkan adalah
budaya saling menghormati sesama” (AW/14/30-09-2020). Kemudian RB selaku guru
kelas 5 (lima) menjelaskan bahwa: “Nilai luhur budaya yang diterapkan di sekolah kami
adalah toleransi, kerjasama, kepedulian, budaya bersih dan sehat” (RB/14/26-09-2020).

Selain itu, siswa kelas 5 (lima) menjelaskan bahwa: “Nilai-nilai luhur budaya yang
diterapkan dalam program pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo meliputi
mencintai budaya lokal, jujur, menghormati sesama, dan menghargai sesama” (hasil
wawancara siswa). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo adalah tenggang rasa,
mengharai sesama, unggah-ungguh, toleransi, kerjasama, peduli sesama,mencintai
budaya lokal, serta budaya bersih dan sehat. Berdasarkan studi dokumen kurikulum SD
N 1 Trirenggo nilai-nilai luhur budaya dikelompokkan sebagai berikut: Tabel 5. Nilai-nilai
luhur budaya di SD N 1 Trrenggo No _Nilai Luhur _Karakter _Budaya Jawa _ _1.

_Nilai Spiritual _Kejujuran Kesusilaan Kesabaran _Yen ora jujur ajur Alon- alon waton
kelakon _ _2. _Nilai Personal Moral _Kerendahan hati Tanggung jawab Percaya diri
Pengendalian diri Integritas Kepemimpinan Ketelitian Ketangguhan Welas asih
Kesopanan _Andhap asor Dawuh sendiko dalem,sengguh ora mingkuh Tanggap,
tanggon, trengginas Ojo pamrih marang darbeking liyan Ojo grusa-grusu Rawe-rawe
rantas, malang-malang putung Tresno sapodo-podo _ _3.

_Nilai Sosial _Kerjasama Keadilan Kepedulian Ketertiban Toleransi _Guyub rukun Ambeg
paramarta, segendhong sepikul Tansah eling sapodo-podo Ojo nggege mangsa _ _Dari
hasil observasi penerapan nilai luhur budaya yang di lakukan di SD N 1 Trirenggo, di
ketahui bahwa nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo meliputi:
Nilai spiritual Nilai spirital ditunjukan dengan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai
spiritual seperti tidak mencontek, berbicara jujur, mampu menjaga dan merawat diri
sendiri, dan sabar menghadapi teman yang jahil.

Nilai Personal-Moral Nilai personal-moral ditunjukkan dengan perilaku siswa seperti


meminta maaf saat melakukan kesalahan, mengerjakan tugas dengan
sungguh-sungguh, mengkuti perlombaan, tidak tergesa-gesa saat mengerjakan tugas,
menggunakan pakaian adat jawa, mampu melayani dan membantu teman difabel, jeli
saat membuat kerajinan, dan mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Nilai Sosial Nilai
Sosial ditunjukkan dengan perilaku siswa seperti menolong orang lain tanpa melihat
kekurangan orang lain, tidak memihak, dan menjenguk teman yang sakit atau teman
yang mengalami musibah.

Nasionalisme Nilai nasionalisme ditunjukkan dengan perilaku siswa seperti memakai


seragam sesuai ketentuan, melakukan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan, santun), mampu
berteman tanpa melihat latar belakangnya, dan merawat tanaman. Berdasarkan hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumen dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai luhur
budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo meliputi nilai spiritual, nilai personal-moral,
nilai sosial, dan nasionalisme. Nilai budaya tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa
yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya.

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal
di SD N 1 Trirenggo Penerapan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo
pasti terdapat faktor penukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Sejak program
pendidikan berbasis budaya diterapkan di SD N 1 Trirenggo pada tahun 2015 tentu
terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam penerapannya. Faktor Pendukung
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo Pendidikan berbasis buaya di SD
N 1 Trirenggo didukung dari beberapa faktor, antara lain: Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di SD N 1 Trirenggo Pendidik dan tenaga kependidikan salah satu
komponen penting dalam pendidikan. Program penddikan berbasis budaya dibutuhkan
pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat mendukung terlaksananya program
tersebut.

Berdasarkan hasil observasi IN selaku kepala sekolah menjelaskan bahwa: “Kami


merekrut pendidik dan tenaga kependidikan yang mendukung terlaksananya
pendidikan berbasis budaya” (IN/10/19-09-2020). RB selaku guru kelas 5 (lima)
menambahkan bahwa: “Kalau untuk guru diadakan pelatihan dan sosialisi”
(RB/5/26-09-2020). Pendidik dan tenaga kependidikan di SD N 1 Trirenggo disusun
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Berikut daftar pendidik dan tenaga kependdikan di
SD N 1 Trirenggo tahun pembelajaran 2020/2021: Tabel 6 Daftar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di SD N 1 Trirenggo Tahun Pembelajaran 2020/2021 Jabatan _Jenis
Kelamin _Jumlah _ _ _Laki-laki _Perempuan _ _ _Kepala Sekolah _ _1 _1 _ _Guru kelas _ _9
_9 _ _Guru PAI _1 _ _1 _ _Guru olah raga _ _1 _1 _ _Guru mulok _1 _ _1 _ _Guru
Pendamping Khusus _ _1 _1 _ _Tenaga kependidikan _4 _1 _5 _ _Pembimbing
ekstrakurikuler _8 _3 _11 _ _Jumlah _14 _16 _30 _ _ Tugas guru dalam mewujudkan
pendidikan berbasis budaya dalam pembelajaran di SD N 1 Trirenggo yaitu : Menyusun
program pembelajaran dengan mengaplikasikan nilai-nilai luhur budaya dalam
pembelajaran.

Melaksanakan program pembelajaran dengan penekanan nilai-nilai luhur budaya.


Mengadakan evaluasi pelaksanakan pendidikan berbasis budaya, termasuk juga
mengidentifikasi factor-faktor yang mendukung keberhasilan dan faktor-faktor yang
menghambat kemajuan. Mengawasi dan mengawal pelaksanaan pendidikan berbasis
budaya di sekolah dengan menerapkan semboyan Ing ngarsa sun tuladha, Ing madya
mbangun karsa, tutwuri handayani. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan di SD N 1 Trirenggo
direkrut sesuai dengan kebutuhan program pendidikan berbasis budaya.

Sosialisasi dan pelatihan pendidik dan tenaga kependdikan dilakukan guna


mengembangkan keahlian pendidik dan tenaga kependidikan. Selain itu guru
mempunyai tugas dalam mewujudkan pendidikan berbasis budaya dalam pembelajaran.
Sarana dan Prasarana Pendukung Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo
Penddikan berbasis budaya dapat berjalan dengan adanya sarana dan prasana yang
mendukung program tersebut. Sarana dan prasarana di SD N 1 Trirenggo cukup
memadahi untuk mendukung kegiatan pendidkan berbasis budaya. IN selaku kepala
sekolah menjelaskan bahwa: “Untuk sarana dan prasarana sekolah kami sudah
mempunyai gamelan tapi belum lengkap.

Peralatan permainan tradisional kami juga banyak namun beberapa sudah rusak namun
ada hal itu tidak menjadi masalah serius, karena permainan tradisional dapan dimainkan
dengan memanfaatkan barang-barang disekitar kita” (IN/9/19-09-2020). Kemudian
siswa kelas 5 (lima) menjelaskan bawa: “Pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo
di dukung dengan adanya sarana dan prasarana seperti, ruang kegiatan ekstrakurikuler
karawitan, perpustakaan yang menyediakan buku-buku tentang budaya jawa, dan video
pembelajaran budaya” (hasil wawancara siswa. Sarana dan prasarana di SD N 1
Trirenggo sudah cukup memadahi dalam mendukung program pendidikan berbasis
budaya. Hal ini didukung dengan observasi sarana dan prasarana yang tersedia di SD N
1 Trirenggo.

Seluruh tembok sekolah di SD N 1 Trirenggo dicat dengan pola batik. Hal itu dilakukan
guna mengenalkan motif batik kepada siswa. Motif batik tersebut dapat di lihat pada
gambar 3. Gambar 3. Tembok sekolahan dengan motif batik Selain itu sekolah juga
menyediakan gamelan untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Sekolah
menyediakan kantin kejujuran dan kantin tersebut menjajankan makanan-makanan
tradisional. SD N 1 Trirenggo mempunyai ruang kesenian dan keterampilan untuk
menukung kegiatan-kegiatan kesenian di sekolah, seperti ekstrakurikuler tari, karawitan,
miru jarik, dan pramuladi.

Selain itu terdapat slogan-slogan tentang budaya atau nilai-nilai luhur budaya di
lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi di atas
dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasaran di SD N 1 Trirenggo sudah mendukung
program pendidikan berbasis budaya, seperti adanya gamelan, kantin kejujuran,
alat-alat permainan tradisional, ruang kesenian dan keterampilan, perpustakaan yang
menyediakan buku-buku tentang budaya jawa, dan video pembelajaran budaya.Budaya
dan Lingkungan di SD N 1 Trirenggo.

Budaya dan lingkungan sekolah Budaya dan lingkungan sekolah sangat mendukung
terlaksananya program-program pendidikan, termasuk program pendidikan berbasis
budaya. Budaya sekolah dapat menjadi ciri khas dari sekolah tersebut. IN selaku kepala
sekolah menjelaskan bahwa: “Ciri khas dari sekolah kami adalah memadukan antara
budaya tradisional dan modern, contohnya waktu kami mengikuti lomba langen carita
kami mengambil cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah” kami sisipkan pesan moral
“Anti Bullying” didalamnya. Kami juga pernah mementaskan wayang wong. Budaya itu
tidak hanya yang bersifat kesenian atau artefak, budaya yang menjadi ciri khas sekolah
kami adalah budaya hidup bersih dan sehat serta cinta lingkunagan.

Budaya peduli terhadap sesama juga kami terapkan di sekolah, karena sekolah kami
juga menjadi sekolah inklusi” (IN/11/19-09-2020). Kemudian AW selaku guru kelas 2
(dua) menyampaikan bahwa: “Budaya yang menjadi ciri khas di sekolah kami itu ada
makan makanan sehat atau makanan tradisional, budaya bersih dan sehat”
(AW/9/30-09-2020). Senada dengan penyampaian AW, A selaku guru kelas 1 (satu)
mengatakan bahwa: “Budaya yang menjadi ciri khas di sekolah kami itu ada makan
makanan sehat atau makanan tradisional, budaya bersih dan sehat, menggunakan
pakaian adat jawa setiap hari kamis pahing” (A/9/22-09-2020). Kemudian RB
menambahkan bahwa: “Yang khas dari sekolah kita dan beda dengan sekolah lain
adalah sekolah kami tidak hanya menerapkan pendidikan berbasis budaya namun ada
inklusi, adiwiyata dan sekolah ramah anak.
Dengan adanya program-program tersebut sekolah kita mengedepankan penerapan
nilai-nilai luhur budaya” (RB/9/26-09-2020). Berdasarkan hasil observasi dan
dokumentasi tentang budaya dan lingkungan di SD N 1 Trirenggo ditemukan bahwa SD
N 1 Trirenggo berada di lingkungan perkampungan. Lokasinya berada di perbatasan
antara pedesaan dan perkotaan sehingga sebagian warga sekolah mengikuti budaya
perkotaan.

Dengan melihat budaya warga sekolah tersebut maka SD N 1 Trirenggo menerapkan


budaya sebagai berkut: Budaya bersalaman antara siswa dengan guru dan antara guru
dengan guru. Sekolah memprogramkan jadwal piket pagi guru dan karyawan. Guru atau
karyawan yang mendapat giliran jadwal piket datang jam 06.30 lalu menyabut
kedatangan siswa di pintu gerbang sambil mengarahkan siswa-siswa yang sedang piket
membersihkan halaman sekolah. Antara guru dan guru juga membiasakan saling
berjabat tangan sambil mengucapkan salam untuk menanamkan nilai-nilai karakter
kerendahan hati, kesopanan, kesusilaan dan kesabaran pada diri peserta didik.

Budaya bersalaman tersebut dapat dlihat pada gambar 4. Gambar 4. Bersalaman antara
guru dan siswa Budaya bersih dan peduli lingkungan lingkungan Sekolah menerapkan
jadwal piket untuk siswa dalam menjaga kebersihan halaman sekolah dan
lingkungannya. Di samping budaya lingkungan, siswa juga diajarkan untuk peduli
lingkungan dengan melaksanakan program sekolah yang diharapkan menjadi cirri khas
atau unggulan sekolah, yaitu program pertanian tanaman hortikultura dengan media
pot dan polibag. Program ini sengaja diciptakan karena melihat latar belakang siswa
yang kebanyakan berasal dari anak petani. Namun karena di sekolah tidak tersedia
lahan tanah yang memungkinkan maka program pertanian di laksanakan menggunakan
media pot atau polibag.

Program ini juga bertujuan untuk memberikan modal pengalaman hidup atau life skill
pada anak-anak. Selain itu program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budaya
peduli lingkungan, kerja keras dan ketekuanan. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada
gambar 5. Gambar 5. Budaya bersih dan peduli lingkungan Budaya tertib dan disiplin
untuk semua warga sekolah. Misalnya : Ketertiban dalam memakai seragam sesuai
dengan tata tertib yang ada di sekolah Tertib dalam kehadiran di sekolah Tertib dalam
melaksanakan pembelajaran Tertib dalam mengadakan kunjungan ke perpustakaan
Tertib dalam membuang sampah Disiplin dalam melaksanakan upacara bendera Disiplin
dalam melaksanakan kegiatan senam pagi sekolah Budaya berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa jawa pada hari jumat untuk semua warga sekolah.

Pada hari jumat warga sekolah dalam berkomunikasi sesama warga sekolah
menggunakan bahasa jawa, kecuali pada saat pelajaran bahasa Indonesia yang
berlangsung di kelas boleh tidak menggunakan bahasa Jawa.Tujuannya untuk
melestarikan dan masyarakat bahasa jawa di dalam lingkungan sekolah. Kegiatan ini
diharapkan untuk dapat menanamkan nilai-nilai karakter kesopanan, kesusilaan,
kesabaran dan kepedulian siswa. Budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
untuk warga sekolah. Budaya 5 S ini harus dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
Yaitu antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan guru dengan guru.

Modal utama dalam pelayanan di sekolah terhadap siswa, terhadap wali murid,
masyarakat sekolah dan siapapun yang dating ke SD 1 Trirenggo adalah 5 S. Budaya 5 S
ini dapat digunakan untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur budaya sopan santun,
kerendahan hati, dan kesabaran. Budaya membaca dengan memaksimalkan
perpustakaan Semua warga sekolah diwajibkan mengunjungi perpustakaan baik itu
siswa maupun guru sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Untuk guru/karyawan
setiap hari berkunjung ke perpustakaan.

Untuk siswa dijadwal kelas I dan IV setiap hari Senin dan Kamis, kelas II dan V setiap hari
Selasa dan Jum’at, kemudian kelas III dan VI setiap hari Rabu dan Sabtu. Kegiatan
tersebut dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Budaya membaca Dari hasil observasi
dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa SD N 1 Trirenggo berada di lingkungan
perbatasan antara pedesaan dan perkotaan sehingga banyak warga sekolah yang
mengikuti budaya kota dan kurang pemahaman tentang budaya lokal. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka SD N 1 Trrenggo menerapkan budaya bersalaman untuk
menanamkan karakter kerendahan hati, kesopanan, kesusilaan dan kesabaran pada diri
peserta didik.

Selan itu SD N 1 Trirenggo juga menanamkan budaya bersih dan peduli lingkungan,
tertib dan disiplin, berkomunikasi dengan budaya jawa, budaya 5 S, serta budaya
membaca. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi di atas dapat
disimpulkan bahwa SD N 1 Trirenggo berada di lokasi perbatasan antara pedesaan dan
perkotaan. SD N 1 trirenggo memadukan antara budaya tradisional dan budaya
modern. Selain itu SD N 1 Trirenggo tidak hanya menerapkan program pendidikan
berbasis budaya saja, namun juga menerapkan pendidikan Inklusi dan Adiwiyata, ketiga
program tersebut dipadukan untuk penerapan nilai-nilai luhur budaya di sekolah.

budaya yang selama ini diterapkan di sekolah adalah budaya bersalaman, budaya bersih
dan peduli lingkungan, tertib dan disiplin, berkomunikasi dengan budaya jawa, budaya 5
S, serta budaya membaca. Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah Kerjasama
dengan masyarakat dan lembaga lain dibutuhkan guna mendukung terlaksananya
program pendidikan berbasis budaya lokal. SD N 1 Trirenggo menjalin kerjasama
dengan orang tua, masyarakat, dan lembaga lain. Seperti yang disampaikan oleh IN
selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa: “Sekolah kami bekerja sama dengan
masyarakat, tanpa ada kerjasama dengan masyarakat mungkin program-program yang
ada disekolah tidak dapat terlaksana” (IN/12/19-09-2020).

Kemudian AW selaku guru kelas 2 (dua) menjelaskan bahwa: “Kami bekerja sama
dengan masyarakat, karena pendidikan berbasis budaya ini sangatberkaitan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Siswa banyak menghabiskan waktu di masyarakat,
sedangkan di sekolah hanya sampai kurang lebih jam 12. Kami mengadakan pertemuan
dengan orang tua biasanya waktu penerimaan raport atau sekolah akan mengadakan
acara” (AW/10/30-09-2020). Senada dengan penjelasan AW, A selaku guru kelas 1 (satu)
mengatakan bahwa: “Untuk keterlaksanaan program ini tentu kami bekerja sama
dengan masyarakat, karena pendidikan berbasis budaya ini sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari siswa” (A/10/22-09-2020).

Dari penjelasan di atas RB selaku guru kelas 5 (lima) menambahkan bahwa: “Dalam
program pendidikan berbasis budaya ini tentu sekolah bekerja sama dengan
masyarakat, mulai dari komite sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar. Komite dan
orang tua terlibat dalam pembuatan kurkulum, komite sekolah dan orang tua tahu
kurikulum sekolah. Pertemuan dengan orang tua siswa biasanya dilaksanakan satu bulan
sekali supaya koordnasi antara sekolah dengan orang tua dapat terjalin dengan baik.
Setiap bulan sekolah kita juga mengadakan pengajian yang diikuti oleh orang tua dan
siswa” (RB/10/26-09-2020).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa SD N 1 Trirenggo bekerja


sama dengan komite sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar. Pertemuan dengan
orang tua dilakukan rutin 1 bulan sekali guna menjalin koordinasi antara sekolah
dengan orang tua terkait penerapan pendidikan berbasis budaya lokal di sekolah
maupun masyarakat. Pernyataan di atas didukung dengan hasil observasi yang
dilakukan di SD N 1 Trirenggo.

Berdasarkan hasil observasi bahwa pelibatan orang tua dan masyarakat di sekolah
berupa sebagai berikut: Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun
ajaran dengan mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada
siswa. Membiasakan orang tua untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam untuk
bercengkerama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah. Masyarakat bekerja sama
dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan kerelawanan oleh peserta didik dalam
memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.

Masyarakat dari berbagai profesi terlibat berbagi ilmu dan pengalaman kepada siswa di
dalam sekolah. Bentuk kerjasama antara sekolah dengan orang tua, masyarakat, dan
kemitraan lain berupa mengadakan pameran karya siswa, orang tua meluangkan waktu
untuk bercengkrama dengan siswa, memecahkan permasalahan sekolah dengan
masyarakat, serta keterlibatan masyarakan dari berbagai profesi dalam berbagi ilmu dan
pengalaman kepada siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat
disimpulkan bahwa sekolah menjalin kerjasama dengan orang tua, komite sekolah, dan
masyarakat sekitar.

Bentuk kerjasama tersebut berupa mengadakan pertemuan rutin antara sekolah dan
orang tua guna menjalin koordinasi terkait penerapan pendidikan berbasis budaya baik
di sekolah maupun di masyarakat. Selain itu terdapat beberapa kerjasama lain yang,
diantaranya mengadakan pameran karya siswa, orang tua meluangkan waktu untuk
bercengkrama dengan siswa, memecahkan permasalahan sekolah dengan masyarakat,
serta keterlibatan masyarakan dari berbagai profesi dalam berbagi ilmu dan
pengalaman kepada siswa. Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya
Lokal di SD N 1 Trirenggo Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD N Trirenggo
terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi.

IN selaku kepala sekolah menjelaskan bahwa: “Untuk faktor penghambatnya guru


kelelahan karena banyak program yang diterapkan disekolah ini, jadi kami kebingungan
untuk mengatur waktu atau mengatur program-program yang ada di sekolah”
(IN/19/19-09-2020). Sejalan dengan penjelasan di atas, AW selaku guru kelas 2 (dua)
menambahkan bahwa: “Mungkin dengan banyaknya program yang dilaksanakan di
sekolah, kami merasa kewalahan ketika kita mengikuti lomba, karena banyak sekali yang
harus dipersiapkan, kadang kita sampai nglebur untuk mempersiapkan hal itu.

Dalam pembelajaran faktor yang dapat menghambat pendidikan berbasis budaya ini
terdapat beberapa siswa yang belum menerapkan nilai-nilai luhur budaya dalam
kehidupan sehari-hari, hal itu disebabkan karena pergaulan siswa yang mungkin kurang
baik” (AW/17/30-09-2020). Selain faktor penghambat di atas RB selaku guru kelas 5
(lima) menjelaskan bahwa: “Banyak siswa yang kurang perhatian dari orang tua. Orang
tua kerja dari pagi sampai sore dan banyak orang tua yang hanya pasrah anaknya ke
sekolah. Apalagi dimasa pandemi seperti ini siswa susah untuk disiplin karena kita tidak
bertatap muka dan orang tua yang sibuk bekerja jadi siswa tidak mengumpulkan tugas
tepat waktu” (RB/17/26-09-2020).

Kemudian A selaku guru kelas 1 (satu) menjelaskan bahwa: “Faktor penghambatnya


menurut saya dari lingkungan siswa, misal siswa dirumah dibiasakan menggunakan
bahasa Indonesia sehingga mereka tidak faham dengan bahasa daerahnya. Karakter
siswa juga dapat menjadi penghambat dalam penerapan program ini, terdapat siswa
yang dibimbing, diingatkan, diarahkan berulang kali namun tidak ada perubahan. Kalau
faktor penghambat dari guru itu kurang menguasai atau faham tentang kebudayaan”
(A/17/22-09-2020).

Selain itu, siswa kelas 5 (lima) menjelaskan bahwa: “Faktor penghambat pendidikan
berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo yaitu keterbatasan waktu siswa di sekolah” (hasil
wawancara siswa). Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo terdapat
hambatan dari beberapa faktor. Faktor penghambat dari guru yaitu guru merasa
kewalahan terhadap banyaknya program yang ada di sekolah, mulai dari program
pendidikan inklusi, sekolah ramah anak, dan sekolah tanggap bencana.

Dengan banyaknya program tersebut guru kebingungan untuk mengatur waktu atau
program-tersebut. Terdapat beberapa guru yang kurang menguasai atau kurang faham
tentang budaya lokal. Faktot penghambat dari segi siswa yaitu kurangnya perhatian dari
orang tua, banyak orang tua yang kerja dari pagi sampai sore sehingga siswa kurang
bimbingan di rumah. Selain itu faktor lingkungan siswa yang membiasakan siswa
menggunakan bahasa Indonesia sehingga kurang faham terhadap bahasa dari
daerahnya.

Faktor karakter siswa yang dapat menghambat penerapan program ini terdapat siswa
yang dibimbing, diarahkan, dan dingatkan berulang kali namun tidak ada perubahan.
Berdasarkan faktor-faktor penghambat yang dihadapi SD N 1 Trirenggo dalam
penerapan pendidikan berbasis budaya tentu dibutuhkan solusi atau penyelesaian
dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut. IN selaku kepala sekolah
menjelaskan bahwa: “Untuk mengatasi permasalahan tadi kami selalu mengingatkan
warga sekolah melalui sosialisasi kurikulum sekolah.

Sekolah kami juga sering dikunjungi mulai dari mahasiswa maupun pihak lain itu dapat
mengingatkan kami mempunyai program pendidikan berbasis budaya”
(IN/20/19-09-2020). Kemudian AW selaku guru kelas 2 (dua) menjelaskan bahwa: “Untuk
menghadapi permasalahan di atas kami memberikan bimbingan secara langsung,
seperti menegur dan memberikan sanksi yang mendidik kepada siswa. Jika sudah
sampai beberapa kali siswa melakukan hal yang tidak baik guru menyerahkan kepada
kepala sekolah dan bekerja sama dengan orang tua” (AW/18/30-09-2020).

Sejalan dengan penjelasan di atas A selaku guru kelas 1 (satu) mengatakn bahwa:
“Untuk menghadapi permasalahan di atas kami memberikan bimbingan secara
langsung, seperti menegur dan memberikan sanksi yang mendidik kepada siswa. Untuk
guru, sekolah mengadakan pelatihan atau diklat yang berkaitan dengan pendidikan
berbasis budaya” (A/18/22-09-2020). RB selaku guru kelas 5 (lima) mengatakan bahwa:
“Untuk menghadapi permasalahan seperti itu kesabaran nomor satu, saya juga belajar
mengikuti perkembangan siswa agar pendidikan budaya yang saya sisipkan tepat.

Kalau dari sekolah kita bisa konsultasi kepada kepala sekolah maupun sesama guru.
Setiap pertemuan dengan orang tua kita juga selalu mengingatkan bahwa sekolah
menerapkan penddikan berbass budaya dan mengajak orang tua untuk mendukung
dan membantuagar program tersebut dapat berjalan” (RB/18/26-09-2020). Dalam
menghadapi permasalahan atau hambatan dalam penerapan pendidikan berbasis
budaya di SD N 1 Trirenggo sekolah selalu mengingatkan kepada warga sekolah bahwa
sekolah menerapkan pendidikan berbasis budaya.

Pelatihan atau diklat penddikan berbasis budaya diadakan guna memberkan keahlian
guru dalam membimbing siswa menerapkan pendidikan berbasis budaya. Selain itu
guru mengedepankan kesabaran dalam membimbing siswa, bimbingan secara langsung
dilakukan agar siswa dapat menerapkan pendidikan berbasis budaya dalam kehidupan
sehari-hari. Pembahasan Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1
Trirenggo Pendidikan berbasis budaya merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk melestarikan kebudayaan.

Dalam mendukung program tersebut Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta


membuat suatu kebijakan pendidikan yang memuat pendidikan berbasis budaya,
dimana kebijakan tersebut diatur dalam PERDA (Peraturan Daerah) DIY Nomor 5 Tahun
2011. SD N 1 Trirenggo telah menerapkan pendidikan berbasis budaya sejak tahun 2015
yang diresmikan oleh Bupati Kabupaten Bantul. pendidikan berbasis budaya adalah
pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional dengan
menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai luhur budaya.

Hal tersebut sejalan dengan PERDA DIY Nomor 5 Tahun 2011 bahwa pendidikan
berbasis budaya adalah pendidikan yang di selenggarakan untuk memenuhi standar
nasional pendidikan yang diperkaya dengan keunggulan komparatif dan kompetitif
berdasar nilai-nilai luhur budaya agar peserta didik dapat mengembangkan potensi diri,
sehingga menjadi manusia yang unggul, cerdas, visioner, peka terhadap lingkungan dan
keberagaman budaya, serta tanggap terhadap perkembangan dunia (Perda DIY, 2011).
Penerapan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trrenggo dilatar belakangi oleh
karakter siswa yang kurang baik terutama dalam karakter unggah-ungguh, antusias
siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis budaya, seperti miru jarik, membuat
cekethok, dan membuat kerajinan dari janur. Dengan adanya kegiatan tersebut sekolah
mengikuti lomba pendidikan berbasis budaya yang diadakan Provinsi.

Dengan mengikuti lomba tersebut sekolah ditunjuk dan mendapat SK (Surat Keputusan)
dari Pemerintah Daerah untuk menerapkan pendidikan berbasis budaya. Pendidikan
berbasis budaya lokal diterapkan di SD N 1 Trirenggu bertujuan untuk mengenalkan,
mengingat, dan menerapkan kebudayaan serta menanamkan nilai-nilai luhur budaya
dalam diri peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan DISDIKPORA Kabupaten Bantul
bahwa Tujuan pendidikan berbasis budaya adalah untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencangkup:
nilai-nilai luhur, artefak, dan adat istiadat dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
(Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Berdasarkan hasil penelitian,
pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo diterapkan melalui tiga tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Perencanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Perencanaan program pendidikan


berbasis buadaya lokal di SD N 1 Trirengo meliputi sosialisasi program dan membuat
pedoman pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal yaitu kurikulum, kalender
pendidikan, struktur organisi, pembagian tugas, tata tertib, dan RAKS. Kegiatan sosialisai
program pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo sesuai dengan
DISDIKPORA Kabupaten Bantul. Hasil penelitian perencanaan pendidikan berbasis
budaya didukung oleh hasil penelitian Khasanah dan Wijayanti (2017) yang menjelaskan
bahwa Dinas Pendidikan pada tingkat kota atau kabupaten memiliki tugas dan
tanggungjawab untuk melakukan sosialisasi atas semua kebijakan yang telah
dikeluarkan. Dinas melakukan sosialisasi tentang konsep dan strategi implementasi
pendidikan berbasis budaya kepada tingkat satuan pendidikan.

Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul melakukan berbagai macam
kegiatan diantaranya Diklat, seminar, workshop. Melalui kegiatan tersebut sekaligus
sebagai upaya untuk mensosialisasikan konsep dan implementasi pendidikan berbasis
budaya (Khasanah & Wijayanti, 2017). Pedoman pelaksanaan pendidikan berbasis
budaya di SD N 1 Trirenggo sesuai dengan panduan pelaksanaan pendidikan berbasis
budaya di SD yang meliputi: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kalender
pendidikan, struktur organisasi sekolah, pembagian tugas antara guru dan tenaga
kependidikan, peraturan akademik, tata tertib sekolah, kode etik sekolah, serta biaya
operasional sekolah (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014).

Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Pendidikan berbasis budaya lokal di SD


N 1 Trirenggo dilaksanakan melalui pembelajaran, ekstrakurikuler dan pembiasaan.
Khasanah & Wijayanti (2017) menambahkan bahwa implementasi pendidikan berbasis
budaya untuk tingkat satuan pendidikan di Kabupaten Bantul dilakukan melalui empat
strategi secara terpadu yaitu: terintegrasi pada semua mata pelajaran atau tema dengan
nilai-nilai luhur budaya, melalui muatan lokal dalam kurikulum. melalui ekstrakurikuler,
melalui kegiatan kegiatan yang bersifat insidental (Khasanah & Wijayanti, 2017).
Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal melalui pembelajaran Pelaksanaan
pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo terintegrasi dalam muatan mata
pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum sekolah. Pembelajaran budaya disesuaikan
dengan jenis mata pelajaran dan materi pelajaran. pendidikan berbasis budaya di SD N
1 Trirenggo diterapkan dalam pembelajaran juga menggunakan video, seperti video
lagu tradisional dan melihat tayangan TV yang ada kaitannya dengan pendidikan
berbasis budaya.

Untuk penerapan nilai-nilai luhur budayanya guru memberikan tugas seperti membantu
orang tua, berbicara dengan orang tua dengan bahasa yang santun. Menurut Apriani
(2019) pendidikan nilai tidak hanya dilaksanakan saat pembelajaran saja, tapi diseluruh
dimensi kegiatan pendidikan sekolah. Terdapat empat macam bentuk pembelajaran
budaya yang dilakukan SD N 1 Trirenggo yaitu : Belajar tentang budaya Belajar tentang
budaya berarti menempatkan budaya sebagai ilmu. Budaya dipelajari dalam bidang
studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya.

Belajar dengan budaya Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya dikenalkan
pada siswa sebagai metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Misalnya
budaya untuk membaca dan mengunjungi. Belajar melalui budaya Belajar melalui
budaya merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan
pencapaian pemahaman suatu mata pelajaran melalui ragam budaya. Misalnya
pembelajaran berbasis budaya melalui lagu daerah, lagu-lagu daerah, pakaian adat,
cerita rakyat, permainan tradisional dan sebagainya.

Belajar berbudaya Belajar berbudaya merupakan bentuk praktek nyata perilaku siswa
sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain. Misalnya anak dibudayakan
menggunakan bahasa Krama Inggil berbicara dengan orang yang lebih tua. Menurut
Malawi et al., (2019) pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan
lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan
budayasebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dapat
di bedakan menjadi tiga macam yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya,
dan belajar melalui budaya.

Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal melalui Ekstrakurikuler Kegiatan


ekstrakurikuler di sekolah dapat dijadikan sebagai praktek pengintegrasian
pembelajaran berbasis budaya. Bermacam-macam bentuk kegiatan ekstrakulikuler di SD
N 1 Trirenggo contohnya: pramuka, karawitan, seni tari, macapat, latihan miru jarik,
sesorah, dan Pramuladi. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wadah untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta
didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan (Lestari, 2016)
Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal melalui pembiasaan Pelaksanaan
pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo diterapkan melalui pembiasaan
sehari-hari siswa sehingga siswa terbiasa untuk melakukannya.

Pembiasaan merupakan proses kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan


berkelanjutan yang bertujuan untuk membuat individu menjadi terbiasa dalam bersikap,
berperilaku dan berpikir (Abidin, 2018). Bentuk pembiasaan di SD N 1 Trirenggo antara
lain: menumbuhkembangkan nilai-nilai moral dan spiritual, menumbuhkembangkan
nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan, mengembangkan interaksi positif antara
peserta didik dengan guru dan orangtua, mengembangkan interaksi positif antar
peserta didik, merawat diri dan lingkungan sekolah, serta mengembangkan potensi diri
peserta didik secara utuh.

Evaluasi Penddikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirengo Evaluasi pendidikan


berbasis budaya lokal di SD N 1 trirenggo dilaksanakan setap bulan, semester, dan
tahun untuk mengontrol pelaksanaan program-program pendidikan berbasis budaya di
sekolah. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi diri, evaluasi kurikulum, serta evaluasi
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan. Hal tersebut sesuai dengan
pedoman pelaksanaan pendidikan berbasis budaya di SD bahwa evaluasi pendidikan
berbasis budaya mencangkup evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan KTSP, serta
Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan (Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga, 2014). Nurabadi ( 2019) menambahkan bahwa keberhasilan atau
kegagalan kegiatan dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi. Evaluasi kegiatan
dilakukan untuk menilai dua hal, yaitu proses kegiatan dan hasil kegiatan.

Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan untuk meningkatkan mutu kegiatan berikutnya.


Evaluasi pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo melibatkan kepala
sekolah, guru, karyawan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Nilai-Nilai Luhur Budaya yang diterapkan dalam Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD
N 1 Trirenggo Pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya masa lalu yang menjadi nilai-nilai budaya bangsa sesuai dengan kehidupan
masa kini dan masa akan dating, dan menjadi penguat karakter bangsa. Nilai-nilai luhur
budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo meliputi nilai spiritual, nilai personal-moral,
nilai sosial, dan nasionalisme.

Nilai budaya tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur budaya. Menurut DISDIKPORA (2014) nilai-nilai luhur budaya diatas dipetakan
menjadi empat nilai luhur, yaitu: Nilai spiritual mencangkup: kejujuran, kesusilaan, dan
kesabaran. Nilai personal-moral mencangkup: kerendahan hati, tanggung jawab,
percaya diri, pengendalian diri, integritas, kepemimpinan, ketelitian, ketangguhan, dan
welas asih. Nilai Sosial mencangkup: kerja sama, keadilan, dan kepedulian.

Nilai nasionalisme mencangkup: ketertiban/kedisiplinan, kesopanan/kesantunan,


toleransi, dan kerja sama/ketekunan/keuletan (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,
2014). Menerapkan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran di sekolah adalah sarana
untuk membuat nilai-nilai budaya menjadi bermakna dan sesuai dengan kondisi
lingkungan siswa (Ninawati, 2020). Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo Melaksanakan suatu
kegiatan maupun program tentu tidak terlepas dari hambatan, begitu juga kegiatan
atau program akan berjalan dengan baik apabila terdapat dukungan, baik dari segi
sarana prasarana, sumber daya, dan lingkungan sekitar. Penerapan pendidikan berbasis
budaya lokal di SD N 1 Trirenggo terdapat faktor penukung dan penghambat dalam
pelaksanaannya.

Faktor Pendukung Pendidikan Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo Pelaksanaan


pendidikan berbasis buaya di SD N 1 Trirenggo terdapat dukungan dari beberapa faktor
sehingga membantu proses melaksanakan pendidikan berbasis budaya. Dari segi
pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik dan tenaga kependidikan di SD N 1
Trirenggo direkrut sesuai dengan kebutuhan program pendidikan berbasis budaya.
Sosialisasi dan pelatihan pendidik dan tenaga kependdikan dilakukan guna
mengembangkan keahlian pendidik dan tenaga kependidikan. Selain itu guru
mempunyai tugas dalam mewujudkan pendidikan berbasis budaya dalam pembelajaran.

Adapun tugas guru dalam mewujudkan pendidikan berbasis budaya adalah mampu
memberikan keteladanan yang mengedepankan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
“ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” (Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal
di SD N 1 Trirenggo juga di dukung dengan sarana dan prasaran yang memadai seperti
adanya gamelan, kantin kejujuran, alat-alat permainan tradisional, ruang kesenian dan
keterampilan, perpustakaan yang menyediakan buku-buku tentang budaya jawa, dan
video pembelajaran budaya.Budaya dan Lingkungan di SD N 1 Trirenggo.

Khasanah & Wijayanti (2017) menambahkan bahwa untuk mempersiapkan sarana dan
prasarana penunjang pendidikan berbasis budaya Dinas Pendidikan Dasar memberikan
bantuan berupa dana untuk setiap sekolah dasar. Dana tersebut dipergunakan untuk
melengkapi sarana dan prasarana dalam upaya pengeimplementasian pendidikan
berbasis budaya. Lingkungan sekitar SD N 1 Trirenggo mendukung pelaksanaan
pendidikan berbasis budaya. SD N 1 trirenggo memadukan antara budaya tradisional
dan budaya modern.

Selain itu SD N 1 Trirenggo tidak hanya menerapkan program pendidikan berbasis


budaya saja, tetapi juga menerapkan pendidikan Inklusi dan Adiwiyata, ketiga program
tersebut dipadukan untuk penerapan nilai-nilai luhur budaya di sekolah. budaya yang
selama ini diterapkan di sekolah adalah budaya bersalaman, budaya bersih dan peduli
lingkungan, tertib dan disiplin, berkomunikasi dengan budaya jawa, budaya 5S, serta
budaya membaca. Kerjasama dengan masyarakat dan lembaga lain dibutuhkan guna
mendukung terlaksananya program pendidikan berbasis budaya lokal. SD N 1 Trirenggo
menjalin kerjasama dengan orang tua, masyarakat, dan lembaga lain.

Hal tersebut sesuai dengan pedoman pelakasanaan pendidikan berbasis budaya di SD


yaitu sekolah melibatkan warga sekolah dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan
berbasis budaya (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2014). Bentuk kerjasama
tersebut berupa mengadakan pertemuan rutin antara sekolah dan orang tua guna
menjalin koordinasi terkait penerapan pendidikan berbasis budaya baik di sekolah
maupun di masyarakat. Selain itu terdapat beberapa kerjasama lain, diantaranya
mengadakan pameran karya siswa, orang tua meluangkan waktu untuk bercengkrama
dengan siswa, memecahkan permasalahan sekolah dengan masyarakat, serta
keterlibatan masyarakan dari berbagai profesi dalam berbagi ilmu dan pengalaman
kepada siswa.

Berdasarkan hasil penelitian Pudyastuti (2016) orangtua siswa sangat mendukung


terhadap penerapan pendidikan berbasis budaya di sekolah dengan cara ikut
membantu dan mengawasi secara langsung siswa ketika ada pelatihan, mengusahakan
anaknya untuk memakai pakaian adat Jawa, serta mengantarkan anaknya untuk hadir
dalam setiap ekstrakurikuler sekolah. Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan
Berbasis Budaya Lokal di SD N 1 Trirenggo Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD
N 1 Trirenggo terdapat hambatan dari beberapa faktor.

Faktor penghambat dari guru yaitu guru merasa kewalahan terhadap banyaknya
program yang ada di sekolah, mulai dari program pendidikan inklusi, sekolah ramah
anak, dan sekolah tanggap bencana. Dengan banyaknya program tersebut guru
kebingungan untuk mengatur waktu atau program-tersebut. Terdapat beberapa guru
yang kurang menguasai atau kurang faham tentang budaya lokal. Pudyastuti (2016)
menambahkan bahwa pemahaman dan pengetahuan pendidik masih kurang, dalam hal
pengetahuan tentang pendidikan berbasis budaya. Masih ada beberapa pendidik hanya
mengetahui pendidikan berbasis budaya sebatas seni budaya.

Padahal pendidikan berbasis budaya merupakan pendidikan yang mengarah kepada


seni maupun budaya. Faktot penghambat dari segi siswa yaitu kurangnya perhatian dari
orang tua, banyak orang tua yang kerja dari pagi sampai sore sehingga siswa kurang
bimbingan di rumah. Menurut Widianto (2015) Orangtua memiliki peranan yang sangat
besar dalam membangun karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak
dibandingkan di sekolah.

Selain itu faktor lingkungan siswa yang membiasakan siswa menggunakan bahasa
Indonesia sehingga kurang faham terhadap bahasa dari daerahnya. Faktor karakter
siswa yang dapat menghambat penerapan program ini terdapat siswa yang dibimbing,
diarahkan, dan dingatkan berulang kali namun tidak ada perubahan. Berdasarkan
faktor-faktor penghambat yang dihadapi SD N 1 Trirenggo dalam penerapan
pendidikan berbasis budaya tentu dibutuhkan solusi atau penyelesaian dalam
menghadapi hambatan-hambatan tersebut.

Dalam menghadapi permasalahan atau hambatan dalam penerapan pendidikan


berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo sekolah selalu mengingatkan kepada warga
sekolah bahwa sekolah menerapkan pendidikan berbasis budaya. Pelatihan atau diklat
penddikan berbasis budaya diadakan guna memberkan keahlian guru dalam
membimbing siswa menerapkan pendidikan berbasis budaya. Selain itu guru
mengedepankan kesabaran dalam membimbing siswa, bimbingan secara langsung
dilakukan agar siswa dapat menerapkan pendidikan berbasis budaya dalam kehidupan
sehari-hari.

Kesimpulan Implementasi pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo sudah


berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari 1) perencanaan: sosialisai program
dan membuat pedoman pelaksanaan, 2) pelaksanaan: pendidikan berbasis budaya
terintegrasi dalam pembelajaran, ekstrakurikuler, dan pembiasaan. Dan 3) evaluasi:
evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan kurikulum, serta evaluasi pendidk dan tenaga
kependidikan. Nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo meliputi
nilai spiritual, nilai personal-moral, nilai sosial, dan nasionalisme.

Nilai budaya tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur budaya. Pelaksanaan pendidikan berbasis buaya di SD N 1 Trirenggo terdapat
dukungan dari beberapa faktor sehingga membantu proses melaksanakan pendidikan
berbasis budaya. Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo
didukung dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan program
pendidikan berbasis budaya, sarana dan prasarana yang memadai, budaya dan
lingkungan, serta kerjasama dengan masyarakat dan lembaga lain. Penerapan
pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo terdapat hambatan dari beberapa
faktor, mulai dari faktor pendidik dan tenaga kependidikan, faktor lingkungan, serta
faktor siswa.

Dalam menghadapi permasalahan atau hambatan dalam penerapan pendidikan


berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo sekolah selalu mengingatkan kepada warga
sekolah bahwa sekolah menerapkan pendidikan berbasis budaya. Daftar Pustaka Abidin,
A. M. (2018). PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
MELALUI METODE PEMBIASAAN. Jurnal Kependidikan, 12, 183–196. Apriani, A.-N.
(2019). LIVING VALUES EDUCATION Penguatan Penddikan Karakter dalam Pembelajaran
Tematik (N. A. Huda (ed.); 1st ed.). K-Media. Ariana, S. (2017). Manajemen Pendidikan:
Peran Pendidikan dalam Menanamkan Budaya inovatif dan Kompetitif. Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga. (2014). PEDOMAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN BERBASIS
BUDAYA DI SD. Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hendrian, D. (2018). KPAI: 202 Anak Tawuran dalam Dua Tahun. Kpai.Go.Id.
https://www.kpai.go.id/berita/kpai-202-anak-tawuran-dalam-dua-tahun Khasanah, K., &
Wijayanti, W. (2017). STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA DINAS
PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan,
5, 174–188. Lestari, R. Y. (2016). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Mengembangkan
Watak Kewarganegaraan Peserta Didik. Untirta Civic Education Journal, 1, 136–152.
Malawi, I., Kadarwati, A., Dayu, D. P. K., & Rudyanto, H. E. (2019). PEMBAHARUAN
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (E. Ryanto (ed.); 1st ed.). CV. AE MEDIA GRAFIKA.
www.aemdiagrafika.com Ninawati, M. (2020).

Potensi Penerapan Nilai-Nilai Budaya Lokal Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah


Dasar. Jurnal Math-UMB.EDU, 7(2), 24–29. Nurabadi, A. (2019). Pendidikan Karakter
Berbasis Budaya Dan Lingkunan Sekolah. Jurnal Manajemen Dan Supervisi Pendidikan, 3,
92–99. Perda DIY. (2011). PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 5 TAHUN 2011. 1–28. Pudyastuti, S. A. (2016). Implementasi Kebijakan
Pendidikan Berbasis Budaya Di Sd Negeri Mendiro Kabupaten Kulon Progo.
Implementasi Kebijakan Pendidikan Berbasis Budaya Di Sd Negeri Mendiro Kabupaten
Kulon Progo, 5, 708–720. Shidiq, U., & Choiri, M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di
Bidang Pendidikan (A. Mujahidim (ed.); pertama). Nata Karya. Sisdiknas. (2003).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003. 1, 1–26.


www.unpad.ac.id/ Sugiarto, E. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi
dan Tesis (pertama). Suaka Media. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2012).
ILMU DAN APLIKASI PENDIDIKAN (pertama). PT IMPERIAL BHAKTI UTAMA. Widianto, E.
(2015). Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Dalam Keluarga. PG-PAUD Trunojoyo, 2(1), 1–75.
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilaksanakan
di SD N 1 Trirenggo tentang implementasi pendidikan berbasis budaya lokal, maka
dapat disimpulkan bahwa: Pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo
dilaksanakan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pendidikan
berbasis budaya meliputi sosialisasi program dan penyusunan pedoman program.

Pendidikan berbasis budaya lokal di SD N 1 Trirenggo dilaksanakan atau diterapkan


melalui pembelajaran, ekstrakurikuler, dan pembiasaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi
evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan kurikulum, serta evaluasi pendidik dan tenaga
kependdikan. Nilai-nilai luhur budaya yang diterapkan di SD N 1 Trirenggo meliputi nilai
spiritual, nilai personal moral, nilai sosial, dan nilai nasionalisme.

Nilai luhur budaya tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang sesuai dengan
indikator nilai-nilai luhur budaya. Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya lokal di SD N
1 Trirenggo di dukung dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan
program pendidikan berbasis budaya, sarana dan prasaran yang memadai, budaya dan
lingkungan, serta kerjasama dengan masyarakat dan lembaga lain. Penerapan
pendidikan berbasis budaya di SD N 1 Trirenggo terdapat hambatan dari beberapa
faktor, mula dari faktor pendidik dan tenaga kependidikan, faktor lingkungan, serta
faktor siswa.

Dalam menghadapi permasalahan atau hambatan dalam penerapan pendidikan


berbasis budaya sekolah, sekolah selalu mengingatkan kepada warga sekolah bahwa
sekolah menerapkan pendidikan berbasis budaya. Pelatihan atau diklat penddikan
berbasis budaya diadakan guna memberkan keahlian guru dalam membimbing siswa.
Selain itu guru mengedepankan kesabaran dalam membimbing siswa, agar siswa dapat
menerapkan pendidikan berbasis budaya dalam kehidupan sehari-hari. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mempunyai saran antara lain:
Perlu adanya peninjauan kembali mengenai pendidikan berbasis budaya, khususnya dari
kalangan pemerintah/pembuat kebijakan agar pendidikan berbasis budaya sesuai
harapan dan tujuan baik dari pembuat kebijakan maupun pelaksana kebijakan. Sekolah
dapat menambah slogan-slogan tentang budaya maupun nilai-nilai luhur budaya di
lingkungan sekolah.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
http://repository.upy.ac.id/1059/1/Dokumen%201.pdf_hlm.%20sampul%2C%20abstrak%
2C%20persetujuan...hingga%20Daftar%20Isi%20dan%20BAB%20I.pdf
<1% -
http://www.fkip-unswagati.ac.id/ejournal/index.php/repository/article/download/269/25
3
<1% - https://www.slideshare.net/Harunwira/sisdiknas-uu-no20-tahun-2003
<1% -
https://www.academia.edu/38454205/KEBIJAKAN_PEMERINTAH_TENTANG_PENDIDIKA
N_ISLAM_DI_INDONESIA_doc
<1% - http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/363/1/172-274-1-SM.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/24631871/PENDIDIKAN_ISLAM_DALAM_SISTEM_PENDIDIKA
N_NASIONAL
1% -
https://smpn10yk.files.wordpress.com/2014/03/pergub-no-68-tahun-2012-tentang-ped
oman-penerapan-nilai-nilai-luhur-budaya-dalam-pengelolaan-dan-penyelenggaraan-pe
ndidikan.pdf
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196210011991021-Y
OYON_BAHTIAR_IRIANTO/MEMBANGUN_PERADABAN.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/24312839/Sistem_Etika_Sosial_Dan_Budaya_Dalam_Kehidupa
n_Sehari_Hari
<1% - https://pakdosen.co.id/pengertian-disintegrasi/
<1% -
https://id.scribd.com/doc/68063876/Posisi-Dan-Fungsi-Pancasila-Dalam-Kehidupan-Ber
bangsa-Dan-Bernegara
<1% -
https://www.slideshare.net/KrisWidyoFebyanti/makalah-potret-buram-anak-bangsa
<1% -
https://123dok.com/document/7qv92oly-faktor-mempengaruhi-perilaku-kalangan-sepu
tih-mataram-lampung-tengah.html
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25006/1/Hilman%20Reza.FSH
pdf
<1% - https://www.academia.edu/24414236/LANDASAN_SOSIAL_BUDAYA_PENDIDIKAN
<1% - https://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-kedinasan.html
<1% - http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf
<1% -
https://edhakidam.blogspot.com/2015/01/makalah-pentingnya-pendidikan-karakter.ht
ml
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/2354/3/Bab%202.pdf
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/287372562.pdf
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/33511817.pdf
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/132313953.pdf
<1% - http://repository.upy.ac.id/1237/1/2.%20KI%20SUGENG%20SUBAGYA.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/319399076_PERAN_KEGIATAN_EKSTRAKURIK
ULER_PRAMUKA_DALAM_PEMBENTUKAN_KARAKTER_TANGGUNG_JAWAB_PESERTA_DI
DIK_DI_SMP_NEGERI_2_WINDUSARI_MAGELANG
<1% -
https://issuu.com/pundi.or.id/docs/pp-no-17-tahun-2010-tentang-pengelolaan-dan-p
<1% - https://deuniv.nsp.web.id/2015/03/pengenalan-snp-spm-dan-spmp-dalam.html
<1% -
https://civitas.uns.ac.id/jokoyuwono/guru-pembimbing-khusus-gpk-di-sekolah-inklusi-k
onsep-guru-pembimbing-khusus-gpk-sebuah-gagagsan/
<1% -
https://arispriyanto-sma1jogja.blogspot.com/2014/09/pendidikan-berbasis-budaya-loka
l-dalam.html
<1% -
http://sdm.data.kemdikbud.go.id/upload/files/Keragaman%20Kebudayaan%20DIY.pdf
<1% -
https://lasopacomplete412.weebly.com/blog/contoh-kasus-law-as-a-tool-of-social-engi
neering
<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/SD_Negeri_1_Kembangan
<1% - http://lib.unnes.ac.id/18650/1/4401406067.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/215679661/coba
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/lq59o8wz-laporan-praktek-kerja-lapangan-pkl-di
-bagian-humas-dan-protokol-sekretariat-dprd-provinsi-jawa-barat.html
<1% - https://www.slideshare.net/cokyfauzialfi/4-panduan-pelakspendidikankarakter
<1% - http://eprints.umm.ac.id/53610/2/BAB%20I.pdf
<1% - https://contohskripsikoe.blogspot.com/
<1% -
https://id.123dok.com/document/zlg28poy-tema-4-modernisasi-dan-perubahan-sosial-
budaya.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/7297/Chapter%20II.pdf?sequen
ce=6
<1% -
https://123dok.com/document/oz1dl0ez-partisipasi-masyarakat-pelaksanaan-penanggu
langan-kemiskinan-perkotaan-kelurahan-kecamatan.html
<1% - http://repository.upy.ac.id/1059/
<1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/6922/4/4_BAB%201.pdf
<1% -
http://staff.unila.ac.id/herpratiwi/2017/02/02/pendidikan-berbasis-budaya-lokal-di-era-t
eknologi/
<1% - https://silabus.org/pengertian-pendidikan/
<1% -
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243759/penelitian/STRATEGI%20PEND%20BUDAYA
%20KHAFID%20WIWIK.pdf
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/132421082.pdf
<1% - http://repository.upi.edu/34318/4/T_PGK_1502232_Chapter1.pdf
<1% -
https://majalahpendidikan.com/pendidikan-menurut-undang-undang-dan-definisi-men
urut-para-ahli/
<1% -
https://www.academia.edu/28741798/PENGEMBANGAN_POTENSI_PESERTA_DIDIK
<1% - https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173768/PP0322013.pdf
<1% - https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/19/sistem-pendidikan-nasional/
<1% -
https://www.abstraksiekonomi.com/2015/10/hubungan-pendidikan-terhadap-tingkat.ht
ml
<1% - https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/download/17388/13898
<1% - https://pasal.id/uu/sisdiknas-bab-6-jalur-jenjang-dan-jenis-pendidikan/
<1% - http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2012/KabupatenBantul-2012-13.pdf
<1% - https://bengkulu.kemenag.go.id/file/file/Sirandang/PP74.pdf
<1% - https://berbagainfo12.blogspot.com/2013/11/pendidikan-anak-di-sd.html
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195306121981031-U
DIN_SYAEFUDIN_SA'UD/Pendidikan_Dasar_(udin_sa'ud).pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3538/6/101311024_Bab5.pdf
<1% - https://karyatulisilmiah.com/konsep-pendidikan-dasar-di-indonesia/
<1% - http://lppks.kemdikbud.go.id/uploads/pengumuman/uu_no_20_tahun_2003.pdf
<1% - http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/download/2842/3494
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/229881063.pdf
<1% - https://jurnal.unublitar.ac.id/index.php/briliant/article/download/194/pdf
<1% - https://endaphysic.wordpress.com/2014/04/
<1% - http://repository.unpas.ac.id/5520/
<1% - https://pendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/
<1% -
https://imajinasichepyo.blogspot.com/2013/04/dasar-fungsi-dan-tujuan-pendidikan.ht
ml
<1% - http://tesispendidikan.com/fungsi-pendidikan-karakter/
<1% - http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/AW/article/download/927/806
<1% - https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/download/27454/17398
<1% - https://jupriyanto111.blogspot.com/2012/
<1% - http://eprints.umk.ac.id/68/1/1_-_8.PDF
<1% -
https://www.academia.edu/38774927/HAKIKAT_PENDIDIKAN_DI_SEKOLAH_DASAR
<1% - https://sofianti2.blogspot.com/2016/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/6489/1/DISERTASI%20LENGKAP%20.doc
<1% - https://aluladiwiranto.wordpress.com/2015/10/28/unsur-kebudayaan/
<1% - https://ianshori.blogspot.com/2013/11/
<1% - https://maydayfacebook.wordpress.com/author/muhammadimamwahyudi/
<1% - https://www.sastrawacana.id/pengertian-budaya-dan-sifatnya/
<1% - https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/apakah-budaya-itu/
<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/22/penelitian-folklor/
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/budaya/
<1% - http://www.pengertianilmu.com/2018/02/
<1% - http://blog.unnes.ac.id/meilinarani/
<1% -
https://123dok.com/document/4yr09n8y-komunikasi-indonesia-untuk-membangun-per
adaban-bangsa.html
<1% -
https://duniarikza.blogspot.com/2015/02/pengaruh-globalisasi-terhadap-kesenian.html
<1% -
https://www.nafiun.com/2013/02/dinamika-dan-pewarisan-budaya-di-Indonesia-masyar
akat-tradisional-modern.html
<1% - https://ishmahsaraya.wordpress.com/2015/06/19/wujud-kebudayaan/
<1% -
https://www.coursehero.com/file/p1e065q2/nilai-budaya-yang-tumbuh-dan-berkemban
g-pada-macam-macam-aspek-kehidupan-baik/
<1% - https://yasiendt.blogspot.com/2013/05/pengertian-konsep-nilai-dan-sistem.html
<1% -
https://serafinarichadwirahayu.blogspot.com/2016/06/makalah-pendidikan-berbasis-bu
daya_24.html
<1% - http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp/article/download/2891/1648
<1% -
https://olehebit.blogspot.com/2012/07/pandangan-ki-hadjar-dewantoro-terhadap.html
<1% - https://karyatulisku.com/contoh-artikel-ilmiah-menyemai/
<1% -
https://indonesiatraveler2016.wordpress.com/2016/03/07/kebudayaan-daerah-istimewa
-yogyakarta/
<1% -
https://aplikasifisika.blogspot.com/2009/03/makalah-konsep-dasar-pendidikan.html
<1% -
https://www.dprd-diy.go.id/wp-content/uploads/2016/11/Raperda-Pendidikan-Meneng
ah-Pansus-edit-biro-hukum-22-11-2016.docx
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/324274759_IMPLEMENTASI_PEMBELAJARAN_
BAHASA_INGGRIS_SD_BERBASIS_BUDAYA_DI_YOGYAKARTA
<1% - https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/31344/18937
<1% -
https://www.scribd.com/document/361559505/Perdais-Kebudayaan-Revisi-116-Des1
<1% - https://alfathimiyyah.net/agian-ketiga-aktualisasi-aswaja-dan-khittah-nu-26/
<1% -
https://richyramadhani.blogspot.com/2012/06/makna-filosofi-dan-nilai-budaya.html
<1% - https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Yogyakarta
<1% - https://artikelmiftaharief.blogspot.com/2017/04/kebijakan-pendidikan-islam.html
<1% -
https://www.dprd-diy.go.id/wp-content/uploads/2017/04/NA-Perdais-Tata-Ruang-12-M
aret-2017-1.doc
<1% - https://lukypurwa.blogspot.com/2019/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
<1% -
https://yogyakarta.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/02/Perda_Nomor_5_Tahun_2011
_tentang_Pengelolaan_dan_Penyelenggaraan_Pendidikan_Berbasis_Budaya.pdf
<1% - https://unimuda.e-journal.id/jurnalpendidikan/article/download/128/110/
<1% -
https://smamuh3jogja.blogspot.com/2016/05/standar-operasional-prosedur-sop.html
<1% -
https://pariamankota.go.id/admin/files/transparansi/1586411921-RENCANA%20KINERJ
A%20TAHUNAN%20(RKT)%20TAHUN%20ANGGARAN%202019%20.pdf
<1% - http://www.pustakasiana.com/2016/10/rekayasa-budaya-di-taman-bacaan.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/y966egdy-penggambaran-nasionalisme-penggambar
an-nasionalisme-pembelajaran-pendidikan-pancasila-kewarganegaraan.html
<1% -
https://www.bappenas.go.id/files/1813/5182/6723/pembangunan-sosial-dan-budayaa5-
versi-cetak__20090202215531__1765__6.doc
<1% -
https://www.coursehero.com/file/p7mm62u7/Berdasarkan-paparan-diatas-maka-dapat-
disimpulkan-bahwa-beberapa-akademisi/
<1% -
https://www.kompasiana.com/dianceper/54f78ca3a3331102758b4692/konsep-diri-dan-
teori-johari-window
<1% - https://ntt.kemenag.go.id/opini/603/menjadi-pribadi-yang-berintegritas
<1% -
https://smpn1plggowa.blogspot.com/2016/01/membangun-kemampuan-menghadapi-
kesulitan.html
<1% - https://ma-masalikilhuda.sch.id/read/13/kurikulum
<1% - http://nurcholishmadjid.org/tentang
<1% - https://adoc.pub/prosiding-seminar-nasional151645610527846.html
<1% - https://didisuryadi94.blogspot.com/2014/03/makalah-kebijakan-pendidikan.html
<1% - https://www.slideshare.net/utetea/kurikulum-smp-mandiri-2015-16
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/z3d2knmy-contoh-rencana-kerja-madrasah-rkm-
docx.html
<1% -
https://123dok.com/document/z3d2knmy-contoh-rencana-kerja-madrasah-rkm-docx.ht
ml
<1% - https://idoc.pub/documents/rkjm-n4-ok-on2g3yzy5m40
<1% -
https://www.slideshare.net/wahidinnoor/buku-kerja-kepala-sekolah-kecil-27997065
<1% -
https://www.kompasiana.com/f3a18/5500996ea33311a96f511963/alasan-dan-landasan-
mbs-serta-konsep-pengembangan-manajemen-masa-depan
<1% -
https://melatikhairunnisyaa.wordpress.com/2019/05/25/kondisi-ideal-pembelajaran/
<1% - https://suaidinmath.files.wordpress.com/2017/02/1-intr-8-snp-2017.xls
<1% -
https://www.academia.edu/24091048/MAKALAH_Standar_Sistem_Mutu_dan_Pengemba
ngan_Sistem_Mutu_di_Organisasi_Pendidikan_Disusun_Oleh
<1% - https://www.slideshare.net/YaniPitoy/permen-19-2007-standar-pengelolaan
<1% -
https://nurdilamongan.blogspot.com/2012/02/nurdi-analisis-standar-pengelolaan.html
<1% - https://tedjo21.wordpress.com/
<1% -
https://sadiman2007.blogspot.com/2011/01/penyusunan-program-sekolah-standar.htm
l
<1% - https://mahasyimiyah.wordpress.com/2010/10/09/rkm-ma-hasyimiyah/
<1% -
https://www.powershow.com/viewfl/51a97a-ZTMwZ/Peraturan_Menteri_Pendidikan_Nas
ional_No_19_Tahun_2007_powerpoint_ppt_presentation
<1% - https://pt.scribd.com/doc/309465294/2-MODUL-FISIKA-SMA-K13-2015-pdf
<1% -
https://suaidinmath.files.wordpress.com/2018/12/2.LAPORAN-PEMANTAUAN-8SNP-201
7.doc
<1% - https://idoc.pub/documents/5-instrumen-pemantauan-8-snp-1-546gvyv2gxn8
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/326775111_Pengelolaan_Pendidik_dan_Tenag
a_Kependidikan
<1% - https://id.scribd.com/doc/46575351/m
<1% -
https://smpbospst.blogspot.com/2013/09/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_8011
.html
<1% - https://mutiara777.blogspot.com/2012/06/identifikasi-standar-nasional.html
<1% - http://eprints.ums.ac.id/29424/4/Bab_2.pdf
<1% -
https://bappeda.kulonprogokab.go.id/files/file_uploads/adf39ee3cff436b0ba4eca43a4fa
9d1d.xlsx
<1% -
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/%c2%ad%c2%ad%c2%admonitorin
g-dan-evaluasi-pengelolaan-satuan-pendidikan/
<1% -
https://lilisuryanii.blogspot.com/2018/09/makalah-pengelolaan-pendidikan-wawasan.ht
ml
<1% -
https://www.slideshare.net/NASuprawoto/kompetensi-supervisi-manajerial-kkps-3
<1% - https://paudalfajar.blogspot.com/2012/03/standarisasi-pendidikan.html
<1% - https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/download/1171/pdf
<1% - https://www.academia.edu/24993982/ANALISIS_KONTEKS_SMP_CONTOH
<1% - https://id.scribd.com/doc/305739757/PROSIDING-SENDIKMAD-2015
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/33527632.pdf
<1% - http://journals.ums.ac.id/index.php/jmp/article/download/2661/1747
<1% -
https://rinastkip.wordpress.com/2012/12/03/makalah-populer-penyusunan-rencana-stra
tegis-dalam-pengembangan-sekolah/
<1% -
https://www.academia.edu/31084499/Pendidikan_Bahasa_Inggris_Berbasis_Budaya
<1% - http://www.mbscenter.or.id/site/page/id/385/page_action/viewdetail
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/metode-penelitian-kualitatif/
<1% - http://repository.upi.edu/19576/6/T_PKN_1200998_Chapter%203.pdf
<1% - http://repository.ub.ac.id/5379/4/4.%20BAB%20III.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/30832/7/SKRIPSI%20BAB%20III%20.pdf
<1% -
https://123dok.com/document/qvl0kory-implementasi-pendidikan-inklusif-sekolah-das
ar-taman-pawiyatan-yogyakarta.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/11284/8/bab%203.pdf
<1% -
https://httpwazlindha.blogspot.com/2015/05/proposal-penelitian-sosial-budaya.html
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/761/4/082411129_Bab3.pdf
<1% - https://lunawawi.blogspot.com/2020/09/proposal-ptk.html
<1% -
https://ismail6033.blogspot.com/2017/10/makalah-teknik-pengumpulan-data.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/36054/2/BAB%20III.pdf
<1% - http://repository.unmuhjember.ac.id/4554/1/ARTIKEL%20.pdf
<1% -
https://www.slideshare.net/NurAnisaRachmawati/laporan-kkn-desa-jayasakti-universitas
-islam-45-bekasi
<1% -
https://www.researchgate.net/journal/2502-1931_Media_Ilmiah_Teknik_Lingkungan
<1% - https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/download/1725/1310
<1% -
https://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-studi-dokumentasi-serta-k
ekurangan-Kelebihan.html
<1% -
https://123dok.com/document/yevjm41z-implementasi-kebijakan-pengelolaan-asesme
n-berkebutuhan-pendidikan-olahraga-provinsi.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/yeevll4y-analisis-kebijakan-disdikpora-dalam-impleme
ntasi-kurikulum-pada-tingkat.html
<1% -
https://123dok.com/document/yevmjd0z-penggunaan-meningkatkan-kemampuan-me
mbaca-permulaan-berkesulitan-belajar-jagamangsan.html
<1% - https://www.academia.edu/23908110/Potofolio_sekolah_Budaya_Mutu
<1% - http://repository.upi.edu/30198/6/S_BIO_1300473_Chapter3.pdf
<1% -
https://123dok.com/document/yeevll4y-analisis-kebijakan-disdikpora-dalam-implement
asi-kurikulum-pada-tingkat.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/lq5r1grz-pembiayaan-pendidikan-di-ma-an-naja
h-pertukangan-jakarta-selatan.html
<1% -
https://www.academia.edu/35745667/RENCANA_KERJA_MADRASAH_IBTIDAIYAH_AL_M
UNIR
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/533/6/6.%20BAB%20III.pdf
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/439/6/6.%20BAB%20III.pdf
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032-TJUTJU_SO
ENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/Keabsahan_data.ppt_%5BCompatibili
ty_Mode%5D.pdf
<1% - http://repository.upi.edu/51332/4/S_MTK_1606938_Chapter3.pdf
<1% - http://eprints.umpo.ac.id/3898/3/4.%20BAB%20III.pdf
<1% - http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kualitatif.html
<1% - https://www.academia.edu/39161672/Metode_penelitian_kualitatif
<1% - http://repository.upi.edu/52076/3/S_TE_1608212_Chapter3.pdf
<1% -
https://123dok.com/document/yn4j0wlz-strategi-peningkatan-penerimaan-perolehan-b
angunan-bphtb-kabupaten-selatan.html
<1% - https://iopscience.iop.org/issue/1742-6596/1028/1
<1% -
https://cpb-eu-w2.wpmucdn.com/mypad.northampton.ac.uk/dist/d/6334/files/2019/10/
Qualitative-Methods-Full-Guide-Jun-2020.pdf
<1% - https://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif/article/view/4641
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/313385388_The_Effects_of_Cooperative_Learni
ng_on_the_Academic_Achievement_and_Knowledge_Retention
<1% -
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/KONSEPPENDIDIKANMULTIKU
LTURAL.pdf
<1% -
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/gateway/plugin/WebFeedGatew
ayPlugin/rss
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/18768/6/Bab%203.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/30392/7/bab%203.pdf
<1% -
https://anggrekvanda15.blogspot.com/2017/10/makalah-tentang-monitoring-dan-evalu
asi.html
<1% -
https://www.berkasedukasi.com/2019/07/buku-penguatan-pembelajaran-nilai-dan.html
<1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-nilai-dalam-pancasila/
<1% - https://issuu.com/download-bse/docs/pendidikan_budaya_dan_karakter_bangsa
<1% -
https://aryawiga.wordpress.com/2012/02/17/manajemen-layanan-khusus-sekolah/
<1% -
https://www.kompasiana.com/srimurniati/559640d2d27a617c11b13b53/pendidikan-ber
basis-kasih-sayang
<1% - http://repository.upi.edu/28724/4/D_ADPEND_1104031_Chapter1.pdf
<1% - https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/download/16506/8397
<1% - http://journal.stieputrabangsa.ac.id/index.php/fokbis/article/download/198/178/
<1% -
https://abdulghofur91.wordpress.com/2018/07/31/pendidikan-berbasis-kearifan-local-l
ocal-genius/
<1% -
https://rumusmatematika12.blogspot.com/2011/12/pendidikan-sebagai-basis-kebudaya
an.html
<1% - https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/download/275/262
<1% -
https://id.123dok.com/document/q759omkz-badan-perencanaan-pembangunan-daera
h-daerah-istimewa-yogyakarta.html
<1% -
https://biayalesprivatsdjogja.blogspot.com/2020/02/download-promes-pjok-sd-kelas-1-
6.html
<1% -
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/277456/File_9-Bab-I-Pendahuluan(1).
pdf
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/2695/7/10220057_Bab_3.pdf
<1% -
https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/02/manajemen-berbasis-sekolah-d
alam.html
<1% -
https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/penelitian-kualitatif-metod
e-pengumpulan-data/
<1% - http://eprints.umm.ac.id/35377/4/jiptummpp-gdl-syaifuddin-48625-4-babiii.pdf
<1% -
https://pustakademik.blogspot.com/2017/10/validitas-dan-reliabilitas-penelitian.html
<1% -
https://www.academia.edu/5847561/PENGUJIAN_KEABSAHAN_DATA_PENELITIAN_KUAL
ITATIF
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/326693208_MANAJEMEN_PENDIDIKAN_BERB
ASIS_KEUNGGULAN_LOKAL_DI_SD_NEGERI_NGAJARAN_02_KECAMATAN_TUNTANG_KA
BUPATEN_SEMARANG
<1% -
https://pps.uniga.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/Pendidikan-Karakter-dalam-Perspe
ktif-Pendidikan-Islam.pdf
<1% -
https://guruku-widyaloka.blogspot.com/2013/04/implementasi-pendidikan-berbasis-bu
daya.html
<1% - https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pkn/article/download/725/631
<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo_03052019
<1% - http://repository.upi.edu/27091/4/T_PKN_1402097_Chapter1.pdf
<1% - https://brainly.co.id/tugas/37284242
<1% - https://id.scribd.com/doc/61423975/20-Pengembangan-Pendidikan-IPS-SD
<1% - https://assetanita.blogspot.com/2012/12/pendidikan-kewirausahaan.html
<1% - http://bekasikab.go.id/tags/daerah
<1% - https://id.scribd.com/doc/315643720/Tata-Kelola-Manajemen-Berbasis-Sekolah
<1% - https://id.scribd.com/doc/61414420/Kajian-IPS
<1% -
https://www.gurukatro.com/2016/01/kerangka-dasar-dan-struktur-kurikulum.html
<1% - https://www.academia.edu/30971626/Perencanaan_Pembelajaran_IPA_SD
<1% -
https://ulfahnurulwahdah.blogspot.com/2016/05/penerapan-pembelajaran-berbasis-bu
daya.html
<1% -
https://harfaislimanaraa.blogspot.com/2016/07/pembelajaran-berbasis-budaya.html
<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/01/
<1% - https://www.academia.edu/10375256/Panduan_Pramuka_Kurikulum_2013
<1% -
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2464/1/BUKU%20IMPLEMENTASI%20PENDIDIKA
N%20KARAKTER.pdf
<1% - https://mkkswilayahtimur.files.wordpress.com/2015/07/pbp1.pdf
<1% -
https://suaidinmath.files.wordpress.com/2017/07/paparan-penumbuhan-budi-pekerti_di
kdasmen_29-feb-2016.ppt
<1% -
https://www.slideshare.net/MJUNAEDI1961/3-bahan-tayang-penumbuhan-budi-pekerti
<1% - https://blog.igi.or.id/gerakan-ppk-dirumah-kedua-siswa.html
<1% -
https://guru.berkasedukasi.com/2018/07/permendikbud-nomor-23-tahun-2015.html
<1% - https://www.slideshare.net/ekostereo/materi-umum-12b-panduan-pbp
<1% - https://www.slideshare.net/walvhy170709/panduan-gerakan-literasi-smk
<1% - http://www.laman24.com/2020/03/7-manfaat-pendidikan-budi-pekerti.html
<1% - http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/2-Sunarni.pdf
<1% -
https://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-pengelolaan-pendidi
kan/
<1% - http://kebumen.kemenag.go.id/caritgl
<1% - http://temanggung.kemenag.go.id/pencarian
<1% -
https://www.coursehero.com/file/77887706/program-pendayagunaan-pendidik-dan-ten
aga-kependidikan-mahrus-rijaldocx/
<1% - https://dokumen.site/download/folklor-jawa-suwardi-a5b39efb201364
<1% - http://min13cms.madrasah.id/2018/11/pembelajaran-1-tema-5-subtema-1.html
<1% - https://guruppkn.com/perilaku-budaya-demokrasi
<1% -
https://pt.scribd.com/document/114411880/Implementasi-Manajemen-Berbasis-Sekola
h-Mbs-Pada-Smp1
<1% - https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/page/2/
<1% - http://staff.unila.ac.id/darsono/2013/08/15/sd-kelas-1/
<1% - https://pt.scribd.com/document/284070301/E-Books-Kepemimpinan
<1% - https://rinastkip.wordpress.com/page/11/
<1% -
https://id.123dok.com/document/q7wpmprz-laporan-individu-praktik-pengalaman-lapa
ngan-ppl.html
<1% -
https://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/Prosiding_KoPeN/article/download/8
98/578
<1% -
https://www.academia.edu/36914713/MANAJEMEN_BUDAYA_DAN_LINGKUNGAN_SEKO
LAH_makalah_yuni_docx
<1% - https://admbisnis.undip.ac.id/artikel/
<1% - https://www.slideshare.net/w0nd0/kelas-iii-sd-pknprayoga-bestari
<1% -
https://es.scribd.com/doc/257728327/Naskah-Amanat-Pembina-Upacara-Bendera
<1% -
https://www.smaypm2.sch.id/read/22/pengembangan-kurikulum-berbasis-karakter-dan
-literasi
<1% -
https://sofyan-madina.blogspot.com/2012/05/pengelolaan-pendidikan-karakter-di.html
<1% - https://sababjalal.files.wordpress.com/2012/02/program-2007-2008.doc
<1% - http://repository.ugm.ac.id/cgi/exportview/year/2003/EndNote/2003.enw
<1% - https://noviastrinichemsunj.wordpress.com/
<1% - https://www.academia.edu/10199766/Peran_komite_sekolah
<1% -
https://www.academia.edu/29128704/laporan_kajian_jurnal_mental_model_materi_kuant
um_docx
<1% -
https://id.123dok.com/document/zp060xrq-keefektifan-manajemen-sekolah-panggang-
sedayu-bantul-tahun-ajaran.html
<1% -
https://www.yumpu.com/id/document/view/62735502/student-handbook-unit-sd-2019
-2020-rev0
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/33511193.pdf
<1% - https://www.academia.edu/25940064/Panduan_Gerakan_Literasi_Sekolah_di_SMK
<1% - https://atariuz.blogspot.com/2013/03/pendidikan-karakter-di-sekolah-dasar.html
<1% -
https://123dok.com/document/zlgwm4oy-pelibatan-orang-tua-program-sekolah-khalifa
h-wirobrajan-yogyakarta.html
<1% - http://blog.unnes.ac.id/triyanafaca/category/uncategorized/
<1% -
https://www.researchgate.net/journal/Diklat-Review-Jurnal-manajemen-pendidikan-dan
-pelatihan-2580-4111
<1% - http://repository.unpas.ac.id/6042/
<1% -
https://idoc.pub/documents/10-buku-perbandingan-administrasi-negarapdf-vnd15339y
9nx
<1% -
https://123dok.com/document/zglx9d6q-implementasi-pembelajaran-pendidikan-berw
awasan-multikultural-bandar-lampung-repository.html
<1% -
https://123dok.com/document/zpn3xk7y-pembinaan-keahlian-ketenagalistrikan-menen
gah-kejuruan-kabupaten-implementasi-kurikulum.html
<1% -
https://lppmunigresblog.files.wordpress.com/2016/05/cahaya-kampus-jurnal-volume-13
-no-2-2015-desember.doc
<1% -
https://www.academia.edu/25227859/KURIKULUM_TINGKAT_SATUAN_PENDIDIKAN_KT
SP
<1% - http://sman1pare.sch.id/wp-content/uploads/2010/11/KTSP.pdf
<1% -
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/01/12/pembelajaran-berbasis-budaya/
<1% - https://www.scribd.com/document/365533661/makalah-docx
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/18454275.pdf
<1% -
https://www.salamedukasi.com/2018/09/pedoman-kegiatan-ekstrakurikuler-pada.html
<1% - https://issuu.com/koranpagiwawasan/docs/wawasan_20170724
<1% - https://www.slideserve.com/SahruWardi/pendidikan-budi-pekerti
<1% -
https://mangwaskim.blogspot.com/2016/07/cara-melaksanakan-penumbuhan-budi.htm
l
<1% -
https://id.scribd.com/doc/257615558/Pergub-No-68-Tahun-2012-Tentang-Pedoman-Pe
nerapan-Nilai-Nilai-Luhur-Budaya-Dalam-Pengelolaan-Dan
<1% -
https://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-pengaruh-uu-sisdiknas-no-20-th.html
<1% - https://es.scribd.com/document/267385856/Jurnal-Pendidikan-Karakter
<1% -
https://feb.ub.ac.id/id/alumni-feb-siap-berbagi-pengalaman-dan-ilmu-kepada-para-ma
hasiswa-feb.html
<1% - https://makalah.alber.id/2018/12/laporan-penerapan-mbs-di-sd.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/jouni-one/5528dfd26ea8342b148b456c/pasang-surut-du
nia-pendidikan-di-serambi-mekah
<1% - https://id.scribd.com/doc/246538001/manajemen-pendidikan-pdf
<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo_08122016.compressed
<1% - https://zombiedoc.com/seminar-nasional-pendidikan-dasar-2018.html
<1% - http://repository.unissula.ac.id/view/subjects/K1.type.html
<1% -
https://jnktollroad.com/wp-content/uploads/2017/08/Undang-undang-RI-No-38-Tahun
-2004-tentang-Jalan.pdf
<1% - https://onestopinfoblogger.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/318760691_MENGGAGAS_KAJIAN_KEARIFAN_
BUDAYA_LOKAL_DI_SEKOLAH_DASAR_MELALUI_GERAKAN_LITERASI_SEKOLAH
<1% -
https://adoc.pub/prosiding-seminar-nasional4a2f0d9a5efdfae7315f791f30cdca2220500.
html
<1% -
https://aditmilan.wordpress.com/2015/05/05/membuat-laporan-ilmiah-laporan-kegiata
n/

Anda mungkin juga menyukai