http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
NELTI RIZKA
Universitas Negeri Padang
Email: neltrizka@gmail.com
Abstract
Strengthening Character Education aims to build and equip Students as the gold
generation of Indonesia Year 2045 with the soul of Pancasila in order to face the dynamics
of change in the future with attention to cultural diversity. Indonesia is one of the largest
multidimensional countries in the world, but the problem is often conflict due to diversity
owned by our country. Differences Tribe, Religion, Race and Interagency become a tool
used by a handful of people to attack each other. This may be the reaction of our
unpreparedness to the multicultural concept in our country. Therefore it is necessary to
build awareness about multicultural from an early age to build a multicultural self-
awareness in a child. Implementation of multicultural education-based learning at the
early childhood stage is to instill in children that humans living around and elsewhere and
in this world are so diverse that the child is able to organize and control his emotions when
interspersed with differences. Therefore, it is expected to educators to implement
multicultural education based learning since early because in social learning, art, and
culture will be able to inculcate the character value of the spirit of nationality and love of
the homeland in early childhood.
dirinya dari aspek budaya, ras, etnik, agama, Multikultural di Pendidikan Anak Usia Dini
kelas sosial, maupun gender dengan yang untuk mengetahui :
dimiliki orang lain, karena setiap orang 1. Konsep Pendidikan Multikultural
memiliki dimensi yang berbeda dalam 2. Pentingnya Penanaman Karakter Anak Usia
pengalaman, pikiran, persepsi, sikap dan Dini
perilaku dalam kehidupan sehari – hari 3. Impelementasi Pembelajaran Berbasis
(Sukoco, 2015). Pendidikan Multikultural di PAUD
Pendidikan multikultural sangat 4. Manfaat Pendidikan Multikultural untuk
penting diterapkan sejak dini untuk Menanamkan Nilai Karakter pada Anak
membangun self-awareness multikultural pada Usia Dini
diri seorang anak. Oleh karena itu, nilai-nilai
kesetaraan yang tidak menganggap diri dan PEMBAHASAN
kelompok sendiri sebagai superior atas yang Konsep Pendidikan Multikultural
lain sangat penting ditanamkan kepada anak Secara etimologi, Pendidikan
sedini mungkin. Jika sejak dini, peserta didik multikultural terdiri dari dua kata yaitu
dibiasakan untuk memahami setiap perbedaan pendidikan dan multikultural. Pendidikan
dan pluralitas kelompok, maka setidaknya secara sederhana dan umum, bermakna sebagai
peserta didik akan mampu menata dan usaha untuk menumbuhkan dan
mengendalikan emosinya ketika mengembangkan pontensi-potensi bawaan,
bersinggungan dengan perbedaan, karena baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan
sudah dibekali perspektif dan pandangan yang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
menghargai setiap perbedaan. Hal ini dirasa kebudayaan (Mahfud dalam Suniti, 2014).
penting karena di satu sisi keragaman di Sedangkan multikulturalisme mengandung dua
Indonesia adalah realitas yang pasti akan pengertian yang sangat kompleks yaitu “multi”
dialami anak-anak saat mereka tumbuh, namun yang berarti plural (berjenis-jenis) dan
di sisi lain, saat ini banyak bermunculan “kulturalisme” berisi pengertian kultur atau
kelompok sosial keagamaan yang menebarkan budaya (Tilaar, 2004). Berdasarkan arti dari
nilai-nilai intoleransi (Tilaar, 2002). masing-masing kata tersebut maka dapat
Penelitian Alves (2016) mendukung dipahami bahwa pendidikan multikultural
pentingnya pelaksanaan pendidikan merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan
multicultural di Pendidikan Anak Usia Dini. dan mengembangkan pontensi-potensi yang
Hasil penelitiannya dengan jelas menunjukkan berkaitan dengan keberagaman budaya.
bahwa keterbukaan dan penghormatan Menurut James. A Banks & Banks
terhadap perbedaan antara budaya yang sangat (2010), pendidikan multikultural adalah ide,
berbeda dapat secara efektif ditangani melalui gerakan reformasi pendidikan, dan proses yang
instruksi multikultural yang disengaja di kelas tujuan utamanya adalah untuk mengubah
prasekolah. Selanjutnya dijelaskan oleh Suniti struktur lembaga pendidikan sehingga siswa
(2014) bahwa Pendidikan multicultural harus pria dan wanita, siswa luar biasa, dan siswa
didekati dengan strategi pembelajaran dan yang menjadi anggota beragam ras, etnis,
kurikulum yang mengarahkan kepada proses bahasa, dan budaya kelompok akan memiliki
pembelajarannya. Hal penting yang dibutuhkan kesempatan yang sama untuk mencapai
adalah mendesain beberapa isi materi akademis di sekolah. Manusia sebagai individu
kurikulum pendidikan bagi para siswa agar dalam suatu kelompok akan dihadapkan
dapat menerima orang lain secara sama dan dengan realitas perbedaan dengan anggota lain
menghormati agama mereka, budaya, dan dalam kelompok, yang pada akhirnya dapat
perbedaan etnik. Oleh karenanya model mempengaruhi perilaku mereka
kurikulum dengan beraneka ragam tema adalah Pendidikan multikultural adalah
suatu model kurikulum yang sangat strategi pendidikan yang diaplikasikan ke
dianjurkan. dalam semua jenis mata pelajaran yang
Berdasarkan kondisi ideal dan mengakomodir perbedaan-perbedaan kultural
permasalahan diatas maka perlu dibahas yang ada pada peserta didik, seperti perbedaan
mengenai Implementasi Pendidikan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial,
(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 4
kemampuan dan umur, agar proses belajar dan mengena maka Pendidikan multikultural
menjadi efektif dan mudah. Pendidikan perlu diterapkan sejak dini, yaitu melalui
multikultural juga diperlukan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Hal demikian
menumbuhkan karakter peserta didik agar karena anak berada pada usia emas (golden
mampu bersikap demokratis, humanis dan age) yaitu usia dimana anak mempunyai daya
pluralis dalam lingkungan mereka (Yaqin, serap yang tinggi dari lingkungannya sehingga
2007). Sedangkan menurut pendapat lain, diharapkan dapat menanamkan nilai karakter
pendidikan multikultural adalah proses dan yang baik kepada anak sejak usia dini (Wartini,
strategi untuk membentuk sikap setiap orang 2015).
untuk menghormati orang lain dengan berbagai
perbedaan yang ada pada dirinya dari aspek Pentingnya Penanaman Karakter Anak
budaya, ras, etnik, agama, kelas sosial, maupun Usia Dini
gender dengan yang dimiliki orang lain, Pendidikan karakter merupakan suatu
karena setiap orang memiliki dimensi yang hal yang sangat penting dalam membangun
berbeda dalam pengalaman, pikiran, persepsi, bangsa yang beradab dan bermartabat, baik
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari – di mata Tuhan, dunia internasional, dan
hari (Sukoco, 2015). manusia. Krisis karakter kebangsaan yang kini
Dari beberapa pengertian di atas maka semakin mewabah di kalangan generasi muda,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan bahkan generasi sebelumnya semakin
multikultural adalah usaha untuk penyadaran melahirkan keprihatinan demi keprihatinan.
dan pengembangan potensi seseorang agar Setiap harinya, media massa terus dibanjiri
dapat menghargai dan menghormati dengan berita-berita kejahatan, pembunuhan,
keberagaman budaya, ras, seksualitas dan meningkatnya pergaulan bebas, maraknya
gender, etnisitas, agama, status sosial dan angka kekerasan anak, remaja, perempuan,
ekonomi yang dimiliki orang lain. Pendidikan dan lain sebagainya. Kita semakin sadar,
multikultural harus diberikan kepada peserta bahwa kini nilai-nilai Pancasila yang luhur
didik sedini mungkin sehingga dapat perlahan mulai tersisihkan (Setiawati, 2017)
menumbuhkan karakter peserta didik agar Secara terminologis ‘karakter’ diartikan
mampu menerima dan menghargai perbedaan, sebagai sifat manusia pada umumnya yang
kritik, dan memiliki rasa toleran antar sesama. bergantung pada faktor kehidupannya sendiri.
Pendekatan Pendidikan multikultural Secara harfiah ‘karakter’ adalah kualitas atau
adalah pendekatan yang progresif serta sejalan kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
dengan prinsip penyelenggaraan Pendidikan pekerti individu yang merupakan kepribadian
yang tercantum dalam Undang-Undang tentang khusus yang membedakan dengan individu
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun lain (Hidayatullah, 2010). Menurut kamus
2003 pada pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, watak (Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan 2003).
kemajemukan bangsa. Menurut Aristoteles, karakter adalah
Pemahaman dan implementasi karakter yang baik sebagai hidup dengan
multikultural untuk penanaman nilai karakter tingah laku yang benar. Tingkah laku yang
dapat dilakukan melalui pendidikan karena benar dalam hubungan dengan orang lain dan
pendidikan memiliki peran penting untuk dengan diri sendiri (Lickona, 2014).
membentuk identitas bangsa. Pendidikan Selanjutnya menurut peneliti, pendidikan
mampu menjadi media belajar bagi semua usia karakter adalah sikap yang baik terhadap
dan kalangan agar menjadi manusia dewasa Tuhan, Manusia, dan Alam. Ketiga hal ini
yang berkarakter. Dalam pendidikan, penting harus seimbang agar terbentuk karakter yang
ditumbuhkan nilai-nilai karakter kepada setiap harmonis, penuh toleransi, dan demokrasi.
pembelajar sesuai dengan dirinya sendiri. Oleh Lebih jelasnya lihat gambar berikut ini.
karena itu, agar pembelejaran lebih bermakna
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
5
Tuhan
peserta didik mengenal, peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta
didik berperilaku sebagai insan kamil (Y.
Suryana & Rusdiana, 2015)
Pendidikan karakter bertujuan untuk
PENDIDIKAN meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
KARAKTER pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
Manusia Alam
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan
Gambar Pendidikan Karakter peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan
Indonesia Heritage Foundation (IHF), pengetahuannya, mengkaji dan
telah menyusun serangkaian nilai yang menginternalisasi serta mempersonalisasi
selayaknya diajarkan kepada anak-anak, yang nilainilai karakter dan akhlak mulia sehingga
kemudian dirangkum menjadi 9 pilar karakter terwujud dalam perilaku sehari-hari.
yaitu: (Andrianto, 2011) Hidayatullah (2010) menjelakan
1. Karakter cinta Tuhan Yang Maha Esa dan bahwa strategi dalam pendidikan karakter
segenap ciptaan-Nya dapat dilakukan melalui sikap-sikap sebagai
2. Kemandirian dan tanggung jawab berikut: keteladanan, penanaman kedisiplinan,
3. Kejujuran/amanah dan bijaksana pembiasaan, menciptakan suasana yang
4. Hormat dan santun konduksif, dan integrasi & internalisasi.
5. Dermawan, suka menolong dan gotong Selanjtnya, ada 3 cara mendidik karakter anak
royong usia dini yaitu :
6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras 1. Ubah lingkungannya, melakukan
7. Kepemimpinan dan keadilan pendidikan karakter dengan cara menata
8. Baik dan rendah hati peraturan serta konsekuensi di sekolah dan
9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan di rumah.
2. Berikan pengetahuan, memberikan
Karakter yang berkualitas perlu pengetahuan bagaimana melakukan perilaku
dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa yang diharapkan untuk muncul dalam
pihak yang sangat mempengaruhi terbentuknya kesehariannya serta diaplikasikan.
karakter anak, seperti keluarga, lingkungan 3. Kondisikan emosinya, emosi manusia
masyarakat, teman sepergaulan, lingkungan adalah kendali 88% dalam kehidupan
sekolah, dll. Banyak pakar yang mengatakan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya
bahwa kegagalan penanaman karakter pada dan memberikan informasi yang tepat maka
seseorang sejak usia dini akan membentuk informasi tersebut akan menetap dalam
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya hidupnya.
kelak. Memiliki akhlak yang mulia tidak
secara otomatis begitu manusia dilahirkan,
namun memerlukan proses panjang melalui
pengasuh (Setiawati, 2017). Selain itu ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa karakter Implementasi Pembelajaran Berbasis
dapat dibentuk melalui tahap pola pikir, sikap, Pendidikan Multikultural di PAUD
tindakan, dan pembiasaan. Karakter Untuk menstimulasi anak usia dini
merupakan nilai nilai yang melandasi perilaku harus melalui kurikulum kreatif yang didasari
manusia berdasarkan norma agama, oleh penelitian- penelitian aktual, juga
kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat pelayanan terpadu antara sekolah dan pihak
istiadat, dan estetika. Jika dikaitkan dengan keluarga. Strategi pernbelajaran yang bagus
pendidikan, pendidikan karakter adalah upaya saat ini menurut hasil penelitian perkembangan
yang terencana untuk menstimulasi agar otak adalah pembelajaran yang dapat
(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 6
(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 8
rumah, makanan, lagu, berpakaian, tokoh, satunya melalui penerapan pendidikan yang
ibadah, perkawinan, maksud kata dan berbasis multikultural disekolah. Pendidikan
sebagainya. Dengan demikian siswa mulai multikultural adalah suatu kebijakan yang lahir
mengerti bahwa ada cara yang berbeda tetapi dari kesadaran yang mendalam bahwa
maksud dan nilainya sama sehingga mereka masyarakat harus menghargai dan menjunjung
dapat belajar untuk menerima perbedaan tinggi adanya berbagai perbedaan, antara lain
dengan proses rasa yang menyenangkan, realitas keberadaan berbagai macam etnis,
artinya siswa merasa bahwa perbedaan itu suku bangsa, bahasa, dan kultur masyarakat,
bukanlah masalah tetapi anugerah (Hanum, sehingga memerlukan keberadaan sistem dan
2009). Maka, untuk mengenalkan praktek pendidikan yang bersifat adil setara
keberagaman budaya tersebut pada anak usia sehingga semua siswa tanpa melihat latar
dini sangat diperlukan kreativitas guru untuk belakangnya bisa mendapatkan pelayanan
membuat strategi pembelajaran yang menarik pendidikan yang layak untuk mencapai prestasi
dan menyenangkan sehingga anak dengan optimal. Yang penerapanya disekolah
mudah bisa mencapai tujuan pembelajaran menggunakan empat pendekatan yaitu
yang diharapkan dan mampu bersosialisasi pendekatan kontribusi, pendekatan aditif,
dengan keberagaman budaya yang ada. pendekatan transformatif dan pendekatan aksi
sosial. Yang berpegang pada dimensi-dimensi
Pendidikan Multikultural untuk pendidikan multikultural yaitu Dimensi
Penanaman Karakter Anak Usia Dini integrasi isi/materi (content integration),
Pendidikan multikultural harus dimulai Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge
pada pendidikan anak usia dini karena construction), Dimensi pendidikan yang
pengajaran keragaman budaya sejak dini akan sama/adil ( an equity paedagogy), Dimensi
membantu anak-anak mengembangkan pengurangan prasangka (prejudice reduction),
identitas mereka serta meningkatkan Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan
pengetahuan dan pemahaman budaya mereka. stuktur sosial (Empowering school culture and
Menurut Tilaar (2002) pendidikan social structure) (Awaru, 2016).
multikultural sangat penting diterapkan sejak Pendidikan Multikultural selalu
dini untuk membangun self-awareness mengedepankan nilai karakter, karena dalam
multikultural pada diri seorang anak. Oleh pembelajaran sosial, seni, dan budaya yang
karena itu, nilai-nilai kesetaraan yang tidak terdapat dalam masyarakat selalu digali dan
menganggap diri dan kelompok sendiri sebagai dikenalkan kepada anak sejak dini,baik dalam
superior atas yang lain sangat penting kegiatan bersama masyarakat atau kegiatan
ditanamkan kepada anak sedini mungkin. Jika sekolah. Karakter keIndonesiaan dilandasi oleh
sejak dini, peserta didik dibiasakan untuk Pancasila dan nilai-nilai dasar karakter
memahami setiap perbedaan dan pluralitas keIndonesiaan, yaitu semangat kebangsaan dan
kelompok, maka setidaknya peserta didik akan cinta tanah air. Hal-hal demikian
mampu menata dan mengendalikan emosinya diperkenalkan dan ditanamkan sejak dini
ketika bersinggungan dengan perbedaan, dengan menggunakan permainan kreatif, yaitu
karena sudah dibekali perspektif dan dengan permainan tradisional, lagulagu
pandangan yang menghargai setiap perbedaan. tradisional dan modern, serta pemanfaatan dan
Hal ini dirasa penting karena di satu sisi penjagaan kelestarian lingkungan sekolah
keragaman di Indonesia adalah realitas yang secara bersama-sama. Penanaman nilai-nilai
pasti akan dialami anak-anak saat mereka karakter ini dilakukan dengan pembiasaan dan
tumbuh, namun di sisi lain, saat ini banyak mengajak untuk membaca lingkungan sekitar
bermunculan kelompok sosial keagamaan yang dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
menebarkan nilai-nilai intoleransi. pengetahuan yang diperoleh akan lebih
Untuk membangun karakter bangsa bermakna karena didapat dari pengetahuan dan
maka diperlukan upaya maksimal dan pengalamannya sendiri yang kemudian
dilakukan sejak dini pada setiap individu. Ada dikembangkan di sekolah (Wartini, 2015).
berbagai cara yang mesti di tempuh untuk Hasil penelitian Eliza (2017)
membangun karakter bangsa, dimana salah menunjukkan bahwa banyak cerita, legenda
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
9
(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 10
(Implementasi Pendidikan…)