Anda di halaman 1dari 11

Pedagogi

http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PAUD UNTUK


MENANAMKAN NILAI KARAKTER PADA ANAK USIA DINI

NELTI RIZKA
Universitas Negeri Padang
Email: neltrizka@gmail.com

Abstract

Strengthening Character Education aims to build and equip Students as the gold
generation of Indonesia Year 2045 with the soul of Pancasila in order to face the dynamics
of change in the future with attention to cultural diversity. Indonesia is one of the largest
multidimensional countries in the world, but the problem is often conflict due to diversity
owned by our country. Differences Tribe, Religion, Race and Interagency become a tool
used by a handful of people to attack each other. This may be the reaction of our
unpreparedness to the multicultural concept in our country. Therefore it is necessary to
build awareness about multicultural from an early age to build a multicultural self-
awareness in a child. Implementation of multicultural education-based learning at the
early childhood stage is to instill in children that humans living around and elsewhere and
in this world are so diverse that the child is able to organize and control his emotions when
interspersed with differences. Therefore, it is expected to educators to implement
multicultural education based learning since early because in social learning, art, and
culture will be able to inculcate the character value of the spirit of nationality and love of
the homeland in early childhood.

Keywords: Multicultural Education ; Character ; Early Childhood

PENDAHULUAN betul sebagai bangsa yang baru terbentuk


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pembangunan karakter merupakan salah satu
merupakan pendidikan yang paling kunci untuk memperkokoh persatuan dan
fundamental karena perkembangan anak di sekaligus mempercepat pembangunan karena
masa selanjutnya akan sangat ditentukan oleh pemahaman dan perasaan yang sama akan
berbagai stimulasi bermakna yang diberikan mempercepat proses integrasi dan modernisasi
sejak usia dini. Awal kehidupan anak (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
merupakan masa yang paling tepat dalam 2007). Sejalan dengan ini, Undang-Undang
memberikan dorongan atau upaya No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
pengembangan agar anak dapat berkembang Nasional juga telah menjelaskan bahwa
secara optimal (Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan nasional berfungsi untuk
dan Kebudayaan RI No.146 Tahun 2014). mengembangkan kemampuan dan membentuk
Bagaimana Indonesia kedepannya akan sangat watak serta peradaban bangsa yang
ditentukan oleh anak usia dini saat ini sehingga bermartabat dalam rangka mencerdaskan
penanaman nilai-nilai karakter dan rasa cinta kehidupan bangsa.
tanah air perlu diberikan kepada anak sejak Pentingnya pendidikan karakter
dini. (watak) telah menjadi perhatian para tokoh
Pembangunan bangsa dan karakternya pendidikan sejak lama, hal ini dapat diketahui
(nation and character building) telah dari berbagai kebijakan yang telah dibuat
dilakukan bersamaan dengan berdirinya pemerintah, mulai dari dirumuskannya fungsi
Republik Indonesia. Para pendiri bangsa sadar Pendidikan nasional pada tahun 2003,
1
Nelti Rizka 2

dirumuskannya rencana pembangunan jangka Indonesia merupakan salah satu negara


panjang 2005 - 2025 pada tahun 2007 hingga multidimensi terbesar di dunia. Kebenaran dari
diterbitkannya Peraturan Presiden No. 87 pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi
Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan sosiokultural maupun geografis Indonesia yang
Karakter. begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan
bertujuan untuk membangun dan membekali Republik Indonesia (NKRI) lebih dari 13.000
Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya
Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari
pendidikan karakter yang baik guna 300 suku yang menggunakan hampir 200
menghadapi dinamika perubahan di masa bahasa yang berbeda. Selain itu, mereka juga
depan; mengembangkan platform pendidikan menganut agama dan kepercayaan yang
nasional yang meletakkan pendidikan karakter beragam seperti Islam, Katholik, Kristen
sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta
pendidikan bagi Peserta Didik dengan berbagai macam aliran kepercayaan (Yaqin,
dukungan pelibatan publik yang dilakukan 2007).
melalui pendidikan jalur formal, nonformal, Keberagaman masyarakat Indonesia
dan informal dengan memperhatikan merupakan tantangan bagi kita semua, apakah
keberagaman budaya Indonesia; dan menjadi modal budaya atau malah menjadi
merevitalisasi dan memperkuat potensi dan konflik budaya. Namun sayangnya, akhir-akhir
kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, ini sedang hangat diberitakan isu mengenai
Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan konflik akibat kebhinekaan yang dimiliki oleh
keluarga dalam mengimplementasikan PPK negara kita. Perbedaan Suku, Agama, Ras dan
(Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Antar golongan (SARA) menjadi alat yang
87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan digunakan oleh segelintir orang untuk saling
Karakter) menyerang satu sama lain. Hal ini mungkin
Meskipun telah banyak kebijakan yang sebagai reaksi dari tidak siapnya kita dengan
mengatur tentang pentingnya karakter, namun konsep multikultural di negara kita. Oleh
fakta yang terjadi di lapangan saat ini karena itu perlu kiranya dibangun kesadaran
memperlihatkan bahwa Indonesia berada pada tentang multikultural pada masayarakat kita
kondisi krisis karakter. Setiap harinya, media agar tidak mudah terpecah belah akibat
massa terus dibanjiri dengan berita-berita perbedaan yang ada. Ideologi multikultural
kejahatan, pembunuhan, meningkatnya perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak
pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan kita sehingga karakter kebangsaan yang
anak, remaja, perempuan, dan lain sebagainya. dimiliki oleh generasi penerus kita kuat.
(Setiawati, 2017). Selain itu, kondisi Karena indikator akan terjadinya perpecahan
lingkungan saat ini juga memperlihatkan pada bangsa kita secara transparan sudah bisa
banyak sekali terjadi perilaku menyimpang kita baca (Awaru, 2016).
atau tindakan yang tidak terpuji dan tidak Menurut James. A Banks (2010),
berkarakter yang ditunjukkan oleh anak-anak pendidikan multikultural adalah ide, gerakan
mulai dari peserta didik di SD, SMP, SMA, reformasi pendidikan, dan proses yang tujuan
perguruan tinggi, masyarakat dan bahkan utamanya adalah untuk mengubah struktur
pembela hukum serta anggota Dewan lembaga pendidikan sehingga siswa pria dan
Perwakilan Rakyat yang terhormat. Perilaku- wanita, siswa luar biasa, dan siswa yang
perilaku tidak terpuji tersebut ditunjukkan baik menjadi anggota beragam ras, etnis, bahasa,
dalam bentuk perkelahian, tawuran, dan budaya kelompok akan memiliki
pertengkaran dalam perdebatan dengan kata- kesempatan yang sama untuk mencapai
kata yang tidak sopan, penyalahgunaan akademis di sekolah. Sedangkan pendapat lain
Narkoba, penggunaan internet untuk kegiatan mengatakan bahwa pendidikan multikultural
maksiat dan tindakan-tindakan negatif lainnya adalah proses dan strategi untuk membentuk
(Hadiyanto, 2015). sikap setiap orang untuk menghormati orang
lain dengan berbagai perbedaan yang ada pada
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
3

dirinya dari aspek budaya, ras, etnik, agama, Multikultural di Pendidikan Anak Usia Dini
kelas sosial, maupun gender dengan yang untuk mengetahui :
dimiliki orang lain, karena setiap orang 1. Konsep Pendidikan Multikultural
memiliki dimensi yang berbeda dalam 2. Pentingnya Penanaman Karakter Anak Usia
pengalaman, pikiran, persepsi, sikap dan Dini
perilaku dalam kehidupan sehari – hari 3. Impelementasi Pembelajaran Berbasis
(Sukoco, 2015). Pendidikan Multikultural di PAUD
Pendidikan multikultural sangat 4. Manfaat Pendidikan Multikultural untuk
penting diterapkan sejak dini untuk Menanamkan Nilai Karakter pada Anak
membangun self-awareness multikultural pada Usia Dini
diri seorang anak. Oleh karena itu, nilai-nilai
kesetaraan yang tidak menganggap diri dan PEMBAHASAN
kelompok sendiri sebagai superior atas yang Konsep Pendidikan Multikultural
lain sangat penting ditanamkan kepada anak Secara etimologi, Pendidikan
sedini mungkin. Jika sejak dini, peserta didik multikultural terdiri dari dua kata yaitu
dibiasakan untuk memahami setiap perbedaan pendidikan dan multikultural. Pendidikan
dan pluralitas kelompok, maka setidaknya secara sederhana dan umum, bermakna sebagai
peserta didik akan mampu menata dan usaha untuk menumbuhkan dan
mengendalikan emosinya ketika mengembangkan pontensi-potensi bawaan,
bersinggungan dengan perbedaan, karena baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan
sudah dibekali perspektif dan pandangan yang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
menghargai setiap perbedaan. Hal ini dirasa kebudayaan (Mahfud dalam Suniti, 2014).
penting karena di satu sisi keragaman di Sedangkan multikulturalisme mengandung dua
Indonesia adalah realitas yang pasti akan pengertian yang sangat kompleks yaitu “multi”
dialami anak-anak saat mereka tumbuh, namun yang berarti plural (berjenis-jenis) dan
di sisi lain, saat ini banyak bermunculan “kulturalisme” berisi pengertian kultur atau
kelompok sosial keagamaan yang menebarkan budaya (Tilaar, 2004). Berdasarkan arti dari
nilai-nilai intoleransi (Tilaar, 2002). masing-masing kata tersebut maka dapat
Penelitian Alves (2016) mendukung dipahami bahwa pendidikan multikultural
pentingnya pelaksanaan pendidikan merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan
multicultural di Pendidikan Anak Usia Dini. dan mengembangkan pontensi-potensi yang
Hasil penelitiannya dengan jelas menunjukkan berkaitan dengan keberagaman budaya.
bahwa keterbukaan dan penghormatan Menurut James. A Banks & Banks
terhadap perbedaan antara budaya yang sangat (2010), pendidikan multikultural adalah ide,
berbeda dapat secara efektif ditangani melalui gerakan reformasi pendidikan, dan proses yang
instruksi multikultural yang disengaja di kelas tujuan utamanya adalah untuk mengubah
prasekolah. Selanjutnya dijelaskan oleh Suniti struktur lembaga pendidikan sehingga siswa
(2014) bahwa Pendidikan multicultural harus pria dan wanita, siswa luar biasa, dan siswa
didekati dengan strategi pembelajaran dan yang menjadi anggota beragam ras, etnis,
kurikulum yang mengarahkan kepada proses bahasa, dan budaya kelompok akan memiliki
pembelajarannya. Hal penting yang dibutuhkan kesempatan yang sama untuk mencapai
adalah mendesain beberapa isi materi akademis di sekolah. Manusia sebagai individu
kurikulum pendidikan bagi para siswa agar dalam suatu kelompok akan dihadapkan
dapat menerima orang lain secara sama dan dengan realitas perbedaan dengan anggota lain
menghormati agama mereka, budaya, dan dalam kelompok, yang pada akhirnya dapat
perbedaan etnik. Oleh karenanya model mempengaruhi perilaku mereka
kurikulum dengan beraneka ragam tema adalah Pendidikan multikultural adalah
suatu model kurikulum yang sangat strategi pendidikan yang diaplikasikan ke
dianjurkan. dalam semua jenis mata pelajaran yang
Berdasarkan kondisi ideal dan mengakomodir perbedaan-perbedaan kultural
permasalahan diatas maka perlu dibahas yang ada pada peserta didik, seperti perbedaan
mengenai Implementasi Pendidikan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial,

(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 4

kemampuan dan umur, agar proses belajar dan mengena maka Pendidikan multikultural
menjadi efektif dan mudah. Pendidikan perlu diterapkan sejak dini, yaitu melalui
multikultural juga diperlukan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Hal demikian
menumbuhkan karakter peserta didik agar karena anak berada pada usia emas (golden
mampu bersikap demokratis, humanis dan age) yaitu usia dimana anak mempunyai daya
pluralis dalam lingkungan mereka (Yaqin, serap yang tinggi dari lingkungannya sehingga
2007). Sedangkan menurut pendapat lain, diharapkan dapat menanamkan nilai karakter
pendidikan multikultural adalah proses dan yang baik kepada anak sejak usia dini (Wartini,
strategi untuk membentuk sikap setiap orang 2015).
untuk menghormati orang lain dengan berbagai
perbedaan yang ada pada dirinya dari aspek Pentingnya Penanaman Karakter Anak
budaya, ras, etnik, agama, kelas sosial, maupun Usia Dini
gender dengan yang dimiliki orang lain, Pendidikan karakter merupakan suatu
karena setiap orang memiliki dimensi yang hal yang sangat penting dalam membangun
berbeda dalam pengalaman, pikiran, persepsi, bangsa yang beradab dan bermartabat, baik
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari – di mata Tuhan, dunia internasional, dan
hari (Sukoco, 2015). manusia. Krisis karakter kebangsaan yang kini
Dari beberapa pengertian di atas maka semakin mewabah di kalangan generasi muda,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan bahkan generasi sebelumnya semakin
multikultural adalah usaha untuk penyadaran melahirkan keprihatinan demi keprihatinan.
dan pengembangan potensi seseorang agar Setiap harinya, media massa terus dibanjiri
dapat menghargai dan menghormati dengan berita-berita kejahatan, pembunuhan,
keberagaman budaya, ras, seksualitas dan meningkatnya pergaulan bebas, maraknya
gender, etnisitas, agama, status sosial dan angka kekerasan anak, remaja, perempuan,
ekonomi yang dimiliki orang lain. Pendidikan dan lain sebagainya. Kita semakin sadar,
multikultural harus diberikan kepada peserta bahwa kini nilai-nilai Pancasila yang luhur
didik sedini mungkin sehingga dapat perlahan mulai tersisihkan (Setiawati, 2017)
menumbuhkan karakter peserta didik agar Secara terminologis ‘karakter’ diartikan
mampu menerima dan menghargai perbedaan, sebagai sifat manusia pada umumnya yang
kritik, dan memiliki rasa toleran antar sesama. bergantung pada faktor kehidupannya sendiri.
Pendekatan Pendidikan multikultural Secara harfiah ‘karakter’ adalah kualitas atau
adalah pendekatan yang progresif serta sejalan kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
dengan prinsip penyelenggaraan Pendidikan pekerti individu yang merupakan kepribadian
yang tercantum dalam Undang-Undang tentang khusus yang membedakan dengan individu
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun lain (Hidayatullah, 2010). Menurut kamus
2003 pada pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, watak (Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan 2003).
kemajemukan bangsa. Menurut Aristoteles, karakter adalah
Pemahaman dan implementasi karakter yang baik sebagai hidup dengan
multikultural untuk penanaman nilai karakter tingah laku yang benar. Tingkah laku yang
dapat dilakukan melalui pendidikan karena benar dalam hubungan dengan orang lain dan
pendidikan memiliki peran penting untuk dengan diri sendiri (Lickona, 2014).
membentuk identitas bangsa. Pendidikan Selanjutnya menurut peneliti, pendidikan
mampu menjadi media belajar bagi semua usia karakter adalah sikap yang baik terhadap
dan kalangan agar menjadi manusia dewasa Tuhan, Manusia, dan Alam. Ketiga hal ini
yang berkarakter. Dalam pendidikan, penting harus seimbang agar terbentuk karakter yang
ditumbuhkan nilai-nilai karakter kepada setiap harmonis, penuh toleransi, dan demokrasi.
pembelajar sesuai dengan dirinya sendiri. Oleh Lebih jelasnya lihat gambar berikut ini.
karena itu, agar pembelejaran lebih bermakna
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
5

Tuhan
peserta didik mengenal, peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta
didik berperilaku sebagai insan kamil (Y.
Suryana & Rusdiana, 2015)
Pendidikan karakter bertujuan untuk
PENDIDIKAN meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
KARAKTER pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
Manusia Alam
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan
Gambar Pendidikan Karakter peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan
Indonesia Heritage Foundation (IHF), pengetahuannya, mengkaji dan
telah menyusun serangkaian nilai yang menginternalisasi serta mempersonalisasi
selayaknya diajarkan kepada anak-anak, yang nilainilai karakter dan akhlak mulia sehingga
kemudian dirangkum menjadi 9 pilar karakter terwujud dalam perilaku sehari-hari.
yaitu: (Andrianto, 2011) Hidayatullah (2010) menjelakan
1. Karakter cinta Tuhan Yang Maha Esa dan bahwa strategi dalam pendidikan karakter
segenap ciptaan-Nya dapat dilakukan melalui sikap-sikap sebagai
2. Kemandirian dan tanggung jawab berikut: keteladanan, penanaman kedisiplinan,
3. Kejujuran/amanah dan bijaksana pembiasaan, menciptakan suasana yang
4. Hormat dan santun konduksif, dan integrasi & internalisasi.
5. Dermawan, suka menolong dan gotong Selanjtnya, ada 3 cara mendidik karakter anak
royong usia dini yaitu :
6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras 1. Ubah lingkungannya, melakukan
7. Kepemimpinan dan keadilan pendidikan karakter dengan cara menata
8. Baik dan rendah hati peraturan serta konsekuensi di sekolah dan
9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan di rumah.
2. Berikan pengetahuan, memberikan
Karakter yang berkualitas perlu pengetahuan bagaimana melakukan perilaku
dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa yang diharapkan untuk muncul dalam
pihak yang sangat mempengaruhi terbentuknya kesehariannya serta diaplikasikan.
karakter anak, seperti keluarga, lingkungan 3. Kondisikan emosinya, emosi manusia
masyarakat, teman sepergaulan, lingkungan adalah kendali 88% dalam kehidupan
sekolah, dll. Banyak pakar yang mengatakan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya
bahwa kegagalan penanaman karakter pada dan memberikan informasi yang tepat maka
seseorang sejak usia dini akan membentuk informasi tersebut akan menetap dalam
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya hidupnya.
kelak. Memiliki akhlak yang mulia tidak
secara otomatis begitu manusia dilahirkan,
namun memerlukan proses panjang melalui
pengasuh (Setiawati, 2017). Selain itu ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa karakter Implementasi Pembelajaran Berbasis
dapat dibentuk melalui tahap pola pikir, sikap, Pendidikan Multikultural di PAUD
tindakan, dan pembiasaan. Karakter Untuk menstimulasi anak usia dini
merupakan nilai nilai yang melandasi perilaku harus melalui kurikulum kreatif yang didasari
manusia berdasarkan norma agama, oleh penelitian- penelitian aktual, juga
kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat pelayanan terpadu antara sekolah dan pihak
istiadat, dan estetika. Jika dikaitkan dengan keluarga. Strategi pernbelajaran yang bagus
pendidikan, pendidikan karakter adalah upaya saat ini menurut hasil penelitian perkembangan
yang terencana untuk menstimulasi agar otak adalah pembelajaran yang dapat

(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 6

menumbuhkan dan mengembangkan sel syaraf pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan


otak melalui pemhelajann yang mengaktifkan dan Kebudayaan RI No.146 Tahun 2014)
seluruh panca indera anak dan anak Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
mendapatkan pengalaman langsung dari Dini mengembangkan pengalaman belajar
aktivitas belajarnya akan menjadikan struktur untuk membangun kompetensi diri yang
otak berkembang dengan baik. Setiap sekolah diperlukan bagi kehidupan dimasa kini dan
melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang masa depan dengan bekakar pada budaya yang
digunakan saat ini, dengan selalu melakukan dimiliki karena peserta didik adalah pewaris
pembenahan terhadap strategi pembelajaran, budaya bangsa yang kreatif. Selain itu,
pengelolaan kelas yang nyaman bagi guru saat kurikulum 2013 PAUD juga mengenalkan
mengajar dan ketenangan bagi anak yang budaya bangsa sebagai milik kehidupan anak,
sedang belajar, assesment dilakdcan untuk sehingga anak diharapkan peduli, menyayangi
mengamati setiap perkembangan anak dan bangga terhadap budaya yang harus
sehingga akan dapat menemukan keunikan dirawat dan dilestarikan karena peserta didik
dalam diri anak. Creative curriculum adalah pembelajar yang aktif dan memiliki
menekankan kepada bagaimana pengelolaan talenta untuk belajar mengenai berbagai hal
kelas dan menghargai secara positif interaksi yang ada disekitarnya (D. Suryana, 2016).
guru dengan anak (D. Suryana, 2014). Pengembangan kurikulum yang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun menggunakan pendekatan multikultural
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip
menyebutkan bahwa kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Keragaman budaya menjadi
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai dasar dalam menentukan filsafat, teori model,
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dan hubungan sekolah dengan lingkungan
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan sosial-budaya 2) Keragaman budaya menjadi
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dasar dalam mengembangkan berbagai
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian komponen kurukulum seperi tujuan, konten,
tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. proses dan evaluasi 3) Budaya di lingkungan
Dimensi pertama adalah rencana dan unit pendidikan adalah sumber belajar dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan obyek studi yang harus dijadikan bagian dari
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara kegiatan belajar anak didik, dan 4) Kurikulum
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. berperan sebagai media dalam
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengembangkan kebudayaan daerah dan
yang diberlakukan mulai tahun ajaran kebudayaan nasional (Suniti, 2014).
2014/2015 memenuhi kedua dimensi tersebut. Penelitian Wartini (2015) menunjukkan
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia bahwa pendidikan multikultural yang berbasis
Dini bertujuan untuk mendorong karakter keIndonesiaan diimplementasikan
berkembangnya potensi anak agar memiliki dengan mengembangkan kurikulum
kesiapan untuk menempuh pendidikan Permendiknas 58 dan Kurikulum PAUD 2013.
selanjutnya yang dirancang dengan Di samping itu juga dengan menelaah
karakteristik sebagai berikut: 1). keragaman bangsa Indonesia sesuai lingkungan
mengoptimalkan perkembangan anak yang daerah Sanggar Anak Alam (SALAM).
meliputi: aspek nilai agama dan moral, fisik- Pengembangan kurikulum ini menekankan
motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, pada konsep diri, sehingga tumbuh dalam diri
dan seni yang tercermin dalam keseimbangan peserta didik identitas diri sebagai bangsa
kompetensi sikap, pengetahun, dan Indonesia. Selain itu, menurut SALAM
keterampilan; 2). menggunakan pembelajaran kurikulum bukan harga mati, tetapi kurikulum
tematik dengan pendekatan saintifik dalam adalah kehidupan itu sendiri, yaitu bersyukur,
pemberian rangsangan pendidikan; 3). rajin, dan ulet. Nilai-nilai ini adalah nilai
menggunakan penilaian autentik dalam karakter pendidikan yang telah dikembangkan
memantau perkembangan anak; dan 4). pada pendidikan, di mana nilai-nilai ini
memberdayakan peran orang tua dalam proses dikembangkan dari kehidupan lingkungan
sekitar.
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
7

Pembelajaran pada pendidikan dari berbagai orang di seluruh dunia, namun


multikultural terintegrasi pada semua aspek mereka menganggap bahwa orang-orang
perkembangan anak, yaitu kognitif, motorik, 09dengan latar belakang budaya yang berbeda
bahasa, sosial, dan emosional anak. masih bisa bergaul satu sama lain. Dengan kata
Pembelajarannya pun saling terintegrasi satu lain, anak-anak usia dini pada frase
dengan lainnya, terpadu karena pembelajaran perkembangan ini tidak membatasi diri dari
dirancang secara tematik integratif sesuai berbagai kelompok. Selain itu, narasi buku
kehidupan. Hal ini bertujuan untuk bergambar multikultural anak-anak, keaslian
membangun anak-anak yang integratif, yaitu ilustrasi dan konten memiliki pengaruh besar
matang secara aspek perkembangan anak dan terhadap kognitif dan pemahaman anak-anak.
mampu dalam berbagai ilmu atau sesuai Dengan kata lain, keaslian dari setiap buku
dengan kecerdasannya masing - masing. bergambar tidak hanya menggairahkan respons
Menurut Hanum (2009), ada beberapa cara anak-anak terhadap buku bergambar, tetapi
untuk mengimplementasikan Pendidikan juga merangsang mereka untuk
multikultural dengan pendekatan kontribusi di mengekspresikan perasaan mereka sendiri
Taman Kanak-Kanak yaitu sebagai berikut : melalui bahasa yang matang.
1. Mengenalkan beragam bentuk rumah dan Untuk mendukung pengenalan beragam
baju adat dari etnis yang berbeda budaya pada anak usia dini maka pembelajaran
2. Mengajak siswa untuk mencicipi makanan melalui buku bergambar anak-anak
yang berbeda dari berbagai daerah secara membutuhkan guru untuk memiliki
bergantian pemahaman tentang perkembangan literasi
3. Mendengarkan pada siswa lagu-lagu daerah anak-anak, yang mengacu pada pentingnya
lain lingkungan yang kaya akan hasil dalam belajar
4. Menunjukkan cara berpakaian yang berbeda membaca, pengakuan peran buku bergambar
baik dari suku bangsa maupun dari negara dalam pembelajaran literasi, dan pentingnya
lain membaca untuk anak usia dini. Tidak
5. Mengenalkan tokok-tokoh pejuang dari diragukan lagi, buku bergambar menawarkan
berbagai daerah dalam dan luar negeri kesempatan bagi anak untuk mempraktekkan
6. Menunjukkan tempat-tempat dan cara apa yang sudah mereka ketahui tentang budaya
ibadah yang berbeda yang berbeda serta memperbaiki sosial dan
7. Meminta siswa yang berbeda etnis untuk kognitif dari kelompok yang berbeda karena
menceritakan tentang upacara perkawinan tampaknya, sejumlah karakteristik buku
di keluarga luasnya gambar memberikan motivasi dan peluang
8. Mengenalkan beberapa kosa kata yang khusus untuk pemahaman anak-anak usia dini
penting yang berasal dari suku bangsa atau tentang multikulturalisme. Saat guru
negara (ras) lain, misalnya : matur nuwun memberikan saran, mengajukan pertanyaan
(Jawa), muliate (Batak), Thank You terbuka, dan menggunakan bahasa yang
(Inggris), Inggris (Cina), dan sebagainya diuraikan, anak-anak dapat tetap mengerjakan
9. Mengenalkan panggilan-panggilan untuk tugas, dan menyelesaikan lebih banyak
anak laki-laki dan perempuan. Misalnya : masalah terkait dengan budaya yang berbeda.
upik (Padang), ujang (Sunda), Koko (Cina), Singkatnya, anak-anak usia dini akan
dan sebagainya. mempersiapkan keberhasilan pendidikan
Faktor lain yang turut mempengaruhi multikultural ketika terlibat dalam buku
keberhasilan pembelajaran berbasis Pendidikan bergambar yang berisi beragam masalah
multikultural pada anak usia dini yaitu budaya.
penggunaan media belajar yang tepat dan Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi
menarik bagi anak. Penelitian Ya-Huei (2014) pembelajaran berbasis pendidikan
di Taiwan mampu menjelaskan mengenai multikultural pada tahap anak usia dini adalah
keberhasilan Pendidikan multikultural dengan untuk menanamkan pada peserta didik bahwa
menggunakan media buku bergambar anak- manusia yang hidup di sekitarnya dan di
anak. Dari hasil penelitin ditemukan bahwa tempat lain serta di dunia ini sangat beragam.
anak-anak yang belajar merupakan gabungan Sebenarnya semua nilainya sama. Sama-sama

(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 8

rumah, makanan, lagu, berpakaian, tokoh, satunya melalui penerapan pendidikan yang
ibadah, perkawinan, maksud kata dan berbasis multikultural disekolah. Pendidikan
sebagainya. Dengan demikian siswa mulai multikultural adalah suatu kebijakan yang lahir
mengerti bahwa ada cara yang berbeda tetapi dari kesadaran yang mendalam bahwa
maksud dan nilainya sama sehingga mereka masyarakat harus menghargai dan menjunjung
dapat belajar untuk menerima perbedaan tinggi adanya berbagai perbedaan, antara lain
dengan proses rasa yang menyenangkan, realitas keberadaan berbagai macam etnis,
artinya siswa merasa bahwa perbedaan itu suku bangsa, bahasa, dan kultur masyarakat,
bukanlah masalah tetapi anugerah (Hanum, sehingga memerlukan keberadaan sistem dan
2009). Maka, untuk mengenalkan praktek pendidikan yang bersifat adil setara
keberagaman budaya tersebut pada anak usia sehingga semua siswa tanpa melihat latar
dini sangat diperlukan kreativitas guru untuk belakangnya bisa mendapatkan pelayanan
membuat strategi pembelajaran yang menarik pendidikan yang layak untuk mencapai prestasi
dan menyenangkan sehingga anak dengan optimal. Yang penerapanya disekolah
mudah bisa mencapai tujuan pembelajaran menggunakan empat pendekatan yaitu
yang diharapkan dan mampu bersosialisasi pendekatan kontribusi, pendekatan aditif,
dengan keberagaman budaya yang ada. pendekatan transformatif dan pendekatan aksi
sosial. Yang berpegang pada dimensi-dimensi
Pendidikan Multikultural untuk pendidikan multikultural yaitu Dimensi
Penanaman Karakter Anak Usia Dini integrasi isi/materi (content integration),
Pendidikan multikultural harus dimulai Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge
pada pendidikan anak usia dini karena construction), Dimensi pendidikan yang
pengajaran keragaman budaya sejak dini akan sama/adil ( an equity paedagogy), Dimensi
membantu anak-anak mengembangkan pengurangan prasangka (prejudice reduction),
identitas mereka serta meningkatkan Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan
pengetahuan dan pemahaman budaya mereka. stuktur sosial (Empowering school culture and
Menurut Tilaar (2002) pendidikan social structure) (Awaru, 2016).
multikultural sangat penting diterapkan sejak Pendidikan Multikultural selalu
dini untuk membangun self-awareness mengedepankan nilai karakter, karena dalam
multikultural pada diri seorang anak. Oleh pembelajaran sosial, seni, dan budaya yang
karena itu, nilai-nilai kesetaraan yang tidak terdapat dalam masyarakat selalu digali dan
menganggap diri dan kelompok sendiri sebagai dikenalkan kepada anak sejak dini,baik dalam
superior atas yang lain sangat penting kegiatan bersama masyarakat atau kegiatan
ditanamkan kepada anak sedini mungkin. Jika sekolah. Karakter keIndonesiaan dilandasi oleh
sejak dini, peserta didik dibiasakan untuk Pancasila dan nilai-nilai dasar karakter
memahami setiap perbedaan dan pluralitas keIndonesiaan, yaitu semangat kebangsaan dan
kelompok, maka setidaknya peserta didik akan cinta tanah air. Hal-hal demikian
mampu menata dan mengendalikan emosinya diperkenalkan dan ditanamkan sejak dini
ketika bersinggungan dengan perbedaan, dengan menggunakan permainan kreatif, yaitu
karena sudah dibekali perspektif dan dengan permainan tradisional, lagulagu
pandangan yang menghargai setiap perbedaan. tradisional dan modern, serta pemanfaatan dan
Hal ini dirasa penting karena di satu sisi penjagaan kelestarian lingkungan sekolah
keragaman di Indonesia adalah realitas yang secara bersama-sama. Penanaman nilai-nilai
pasti akan dialami anak-anak saat mereka karakter ini dilakukan dengan pembiasaan dan
tumbuh, namun di sisi lain, saat ini banyak mengajak untuk membaca lingkungan sekitar
bermunculan kelompok sosial keagamaan yang dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
menebarkan nilai-nilai intoleransi. pengetahuan yang diperoleh akan lebih
Untuk membangun karakter bangsa bermakna karena didapat dari pengetahuan dan
maka diperlukan upaya maksimal dan pengalamannya sendiri yang kemudian
dilakukan sejak dini pada setiap individu. Ada dikembangkan di sekolah (Wartini, 2015).
berbagai cara yang mesti di tempuh untuk Hasil penelitian Eliza (2017)
membangun karakter bangsa, dimana salah menunjukkan bahwa banyak cerita, legenda
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
9

dan dongeng beberbasis nilai-nilai kearifan bermasalah di masa dewasanya kelak.


lokal budaya Minangkabau yang dapat Pendidikan karakter ini sangat penting
membentuk karakter anak. Cerita bersumber dalam membangun bangsa yang beradab
dari buku yang sudah dicetak menjadi dan bermartabat, baik di mata Tuhan,
kumpulan beberapa cerita tradisional, dongeng, dunia internasional, dan manusia.
legenda, lagu-lagu dan permainan anak yang 3. Implementasi pembelajaran berbasis
dicetak seperti dongeng Malin Kundang. pendidikan multikultural pada tahap anak
Sedangkan kaba bersumber dari Kaba yang usia dini adalah untuk menanamkan pada
sudah dicetak dan hasil berbagai penelitian. peserta didik bahwa manusia yang hidup di
Kaba atau cerita seperti Sabai nan aluih, sekitarnya dan di tempat lain serta di dunia
Rancak Dilabuah, secara struktur cerita rumit ini sangat beragam. Sebenarnya semua
bagi anak-anak. Akan tetapi dari cerita tersebut nilainya sama yaitu sama-sama rumah,
kemudian dibuat parafrase, setelah itu barulah makanan, lagu, berpakaian, tokoh, ibadah,
diceritakan kepada anak dan disesuaikan perkawinan, maksud kata dan sebagainya.
bahasanya dengan kemampuan berpikir dan Dengan demikian siswa mulai mengerti
perkembangan bahasa anak. Dengan kata lain bahwa ada cara yang berbeda tetapi maksud
cerita tersebut terlebih dahulu dianalisis nilai- dan nilainya sama sehingga mereka dapat
nilai kearifan lokal budaya Minangkabau. belajar untuk menerima perbedaan dengan
Hasil analisis nilai-nilai dikelompokkan proses rasa yang menyenangkan, artinya
menjadi beberapa aspek, nilai kepada Allah, siswa merasa bahwa perbedaan itu bukanlah
nilai kepada sesama manusia dan nilai-nilai masalah tetapi anugerah
behubungan dengan alam. 4. Pendidikan Multikultural dapat
Penelitian Alves (2016) mendukung menanamkan nilai karakter pada anak usia
pentingnya pelaksanaan pendidikan dini karena dalam pembelajaran sosial, seni,
multicultural di Pendidikan Anak Usia Dini. dan budaya yang terdapat dalam masyarakat
Hasil penelitiannya dengan jelas menunjukkan selalu digali dan dikenalkan kepada anak
bahwa keterbukaan dan penghormatan sejak dini,baik dalam kegiatan bersama
terhadap perbedaan antara budaya yang sangat masyarakat atau kegiatan sekolah sehingga
berbeda dapat secara efektif ditangani melalui tertanam dalam diri anak karakter saling
instruksi multikultural yang disengaja di kelas menghargai dan rasa cinta tanah air.
prasekolah. Dari hasil penelitian ini dapat
diketahui bahwa dengan Pendidikan
multikultural dapat diterapkan sejak usia dini
dan terbukti menanamkan nilai karakter pada
anak usia dini, salah satunya yaitu telah Saran
mampu menanamkan nilai karakter toleransi Berdasarkan kesimpulan di atas maka
antar teman yang beragam budaya. disarankan kepada pengelola lembaga PAUD
agar mengimplementasikan pendidikan
SIMPULAN DAN SARAN multikultural pada pembelajaran di lembaga
Simpulan PAUD yang dikelola agar mampu
1. Pendidikan multikultural adalah usaha menanamkan nilai karakter pada anak usia
untuk penyadaran dan pengembangan dini. Selanjutnya, kepada guru PAUD agar
potensi seseorang agar dapat menghargai lebih kreatif memilih strategi pembelajaran
dan menghormati keberagaman budaya, ras, untuk mengenalkan keberagaman budaya
seksualitas dan gender, etnisitas, agama, kepada anak usia dini sehingga menumbuhkan
status sosial dan ekonomi yang dimiliki karakter toleransi saling menghargai dan rasa
orang lain. cinta tanah air sejak dini.
2. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk
dan dibina sejak dini karena banyak pakar
yang mengatakan bahwa kegagalan
penanaman karakter pada seseorang sejak DAFTAR PUSTAKA
usia dini akan membentuk pribadi yang

(Implementasi Pendidikan…)
Nelti Rizka 10

Alves, I. M. E. (2016). Teaching Pendidikan Karakter.


Multiculturalism in A Preschool Setiawati, N. A. (2017). Pendidikan Karakter
Classroom. Instituto Superior de sebagai Pilar Pembentukan Karakter
Educacao E Ciencias. Bangsa. In Prosiding Seminar Nasional
Andrianto, T. T. (2011). Mengembangkan Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Karakter Sukses Anak di Era Cyber. Negeri Medan (Vol. 1, pp. 348–352).
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sukoco. (2015). Kebijakan Pendidikan
Awaru, A. O. T. (2016). Membangun Karakter Multikultural Di Indonesia. Majalah
Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Ilmiah Pawiyatan, XXII(2), 1–23.
Multikultural di Sekolah. Seminar Suniti. (2014). Kurikulum Pendidikan Berbasis
Nasional Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Multikultural. Jurnal Edueksos, III(2),
Membentuk Karakter Bangsa Dalam 23–44.
Rangka Daya Saing Global, 221–230. Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan
Visi dan Arah Pembangunan Jangka Anak. Pesona Dasar, 1(3), 65–72.
Panjang (PJP) Tahun 2005 - 2025 (2007). Suryana, D. (2016). Stimulasi & Aspek
Banks, J. A., & Banks, C. A. M. (2010). Perkembangan Anak (I). Jakarta:
Multicultural Education Issues and Kencana.
Perspectives (Seventh). United States of Suryana, Y., & Rusdiana. (2015). Pendidikan
America: Wiley. Multikultural : Suatu Upaya Penguatan
Eliza, D. (2017). Pengembangan Model Jati Diri Bangsa. Bandung: CV. Pustaka
Pembelajaran Karakter Berbasis Cerita Setia.
Tradisional Minangkabau untuk Anak Tilaar, H. A. . (2002). Pendidikan,
Usia Dini. Pedagogi : Jurnal Ilmiah Ilmu Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Pendidikan, 3(3b), 153–163. Indonesia : Strategi Reformasi
Hadiyanto. (2015). Integrasi Pendidikan Pendidikan Nasional. Jakarta: Remaja
Karakter di SMP Pondok Pesantren Rosdakarya.
Modern Nurul Ikhlas Kabupaten Tanah Tilaar, H. A. . (2004). Multikulturalisme :
Datar Sumatera Barat. Pedagogi, Jurnal Tantangan - Tantangan Global Masa
Ilmiah Ilmu Pendidikan, Volume XV, 87– Depan dalam Transformasi Pendidikan
97. Nasional. Jakarta: Grasindo.
Hanum, F. (2009). Pendidikan Multikultural Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
sebagai Sarana Membentuk Karakter Sistem Pendidikan Nasional. Retrieved
Bangsa (Dalam Perspektif Sosiologi from
Pendidikan). In Seminar Regional DIY- http://eprints.dinus.ac.id/14666/1/uu_20-
Jateng dan sekitarnya oleh Himpunan 2003_sisdiknas.pdf
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Wartini, A. (2015). Pendidikan Multikultural
Universitas Negeri Yogyakarta (pp. 1– Berbasis Karakter Keindonesiaan pada
13). Universitas Negeri Yogyakarta. Pendidikan Anak Usia Dini Upaya
Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan Integrasi Ilmu Keislaman dan Karakter
Karakter : Membangun Peradaban Kebudayaan Indonesia. Toleransi : Media
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Komunikasi Umat Beragama, 7(1), 35–
Lickona, T. (2014). Pendidikan Karakter : 52.
Panduan Lengkap Mendidik Siswa Ya-Huei, H. (2014). Multicultural Education
Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa for Young Children-beginning from
Media. Children ’ s Picture Books. International
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Journal of Educational Planning &
RI No.146 Tahun 2014 tentang Administration, 4(1), 79–84.
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Yaqin, A. (2007). Pendidikan Multikultural :
Dini. Cross-Cultural Understanding untuk
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta:
87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pilar Media.
Pedagogi Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
11

(Implementasi Pendidikan…)

Anda mungkin juga menyukai