Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan
Dosen Pengampu:

Humaidi, M.Hum.

Oleh:
Ranggalawe Satriyo Nursalim (1502623045)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

1
Pendahuluan

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu


pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari
keberadaan pendidikan kewarganegaraan yang berstatus wajib dalam kurikulum
pendidikan. Keberadaan pendidikan kewarganegaraan terealisasi nyata disetiap
jenjang pendidikan dimulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan tinggi. Muatan materi
Pendidikan Kewarganegaraan hampir sama disetiap jenjang pendidikan, hanya saja
setiap tingkatan ada penambahan muatan materi yang lebih mendalam untuk dipahami
oleh siswa.
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “mencerdaskan
kehidupan bangsa” yang menjadi cita-cita bangsa indonesia merupakan suatu bukti
bahwa keberadaan pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam pembelajaran.
Mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan adanya suatu ikatan tujuan. Ikatan
tujuan ini dapat berwujud suatu ideologi nasional yaitu Pancasila yang menjadi suatu
objek dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan ideologi Pancasila
tersebut yang kemudian diturunkan menjadi lebih spesifik dalam tujuan pendidikan
nasional. Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan
nasional yaitu “Untuk berkembangnya potensi warga agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, yang berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Karena
salah satu tujuannya untuk membentuk karakter dan kepribadian masyarakat agar
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan kewarganegaraan atau civic education sudah diajarkan sejak era
Presiden Soekarno, tepatnya sekitar tahun 1901 hingga 1970. Menurut Edi Rohani
dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
dan Kewarganegaraan dalam Perspektif Santri) (2019), nama atau istilah untuk
pendidikan kewarganegaraan beberapa kali mengalami perubahan.
Pada 1968, Pendidikan Kewarganegaraan diubah menjadi Pendidikan
Kewargaan Negara. Namanya diubah lagi pada 1975 menjadi Pendidikan Moral
Pancasila atau PMP. Kemudian pada 1994, namanya mengalami perubahan menjadi

2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada 2000, namanya diubah
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan diberikan kepada peserta didik supaya dapat
menjadikan mereka warga Negara yang baik. Bagaimanakah pendidikan
kewarganegaraan berperan dalam pembangunan dan pengembangan karakter dalam
diri generasi muda, tentu dapat terjawab jika kontribusi yang diberikan pendidikan
kewarganegaraan berhasil mengarahkan generasi muda saat ini untuk berpartisipasi
mengusung karakter bangsa.

3
Konteks Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia

Indonesia, negara yang kaya akan keberagaman budaya dan lanskap geografis,
telah lama menyadari pentingnya pendidikan kewarganegaraan sebagai fondasi dalam
membentuk generasi masa depan yang bertanggung jawab dan berintegritas. Dalam
landasan sejarahnya, pendidikan kewarganegaraan telah menjadi pilar utama dalam
membentuk identitas bangsa yang kuat dan kesadaran akan hak serta kewajiban
sebagai warga negara.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia tidak hanya mengacu pada
pemahaman terhadap konstitusi negara atau simbol-simbol kebangsaan, tetapi juga
bertujuan untuk mendorong kesadaran akan hak asasi manusia, keberagaman budaya,
dan partisipasi dalam kehidupan berdemokrasi. Meskipun demikian, tantangan besar
menghadang di tengah upaya ini.
Salah satu tantangan yang mendasar adalah implementasi kurikulum pendidikan
kewarganegaraan di seluruh jenjang pendidikan. Meskipun sudah ada upaya untuk
menyelaraskan kurikulum dengan nilai-nilai kewarganegaraan, namun masih terdapat
kesenjangan antara kebijakan dan implementasi di lapangan. Hal ini sering kali
disebabkan oleh keterbatasan sumber daya, pemahaman yang kurang mendalam dari
pihak pengajar, serta hambatan-hambatan administratif.
Lebih dari itu, pendidikan kewarganegaraan dihadapkan pada tuntutan untuk
mengakomodasi keberagaman budaya dan agama yang melimpah di Indonesia.
Sementara pluralisme adalah salah satu kekuatan utama negara ini, namun juga
merupakan tantangan dalam mengembangkan kurikulum yang inklusif dan sensitif
terhadap perbedaan.
Peran guru dalam menyampaikan pendidikan kewarganegaraan juga tidak boleh
diabaikan. Guru, sebagai agen perubahan utama dalam proses pendidikan, memegang
peran kunci dalam membentuk pola pikir dan nilai-nilai siswa. Oleh karena itu,
pelatihan guru yang memadai dan pendekatan pembelajaran yang inovatif perlu
didorong untuk memastikan efektivitas pendidikan kewarganegaraan.
Di tengah tantangan dan kompleksitas yang ada, terdapat pula peluang besar
untuk memperkuat pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dapat menjadi alat yang powerful dalam menyebarkan
nilai-nilai kewarganegaraan kepada generasi muda. Melalui platform daring,

4
informasi dan materi pembelajaran dapat diakses secara luas, bahkan di daerah-daerah
terpencil sekalipun.
Dalam mengejar tujuan pendidikan kewarganegaraan yang inklusif dan
berkesinambungan, kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan
masyarakat sangatlah penting. Kolaborasi ini dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung, memperluas jaringan pengetahuan, dan mengintegrasikan nilai-nilai
kewarganegaraan ke dalam kehidupan sehari-hari.
.

5
Tantangan Utama Yang Dihadapi Dalam Menyampaikan
Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah-Sekolah

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman akan
pentingnya pendidikan kewarganegaraan di tengah-tengah masyarakat pendidikan.
Terkadang, pendidikan kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran tambahan
yang kurang relevan dibandingkan dengan mata pelajaran inti seperti matematika atau
ilmu pengetahuan alam. Kurangnya pemahaman ini dapat mengakibatkan kurangnya
dukungan dari para stakeholder, termasuk siswa, orang tua, dan guru, yang pada
akhirnya mempengaruhi kualitas implementasi pendidikan kewarganegaraan di
sekolah-sekolah.
Selain itu, tantangan lainnya adalah kurangnya pelatihan dan kesiapan guru
dalam menyampaikan materi pendidikan kewarganegaraan secara efektif. Guru sering
kali tidak memiliki pelatihan yang memadai atau sumber daya yang cukup untuk
mengintegrasikan pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum mereka dengan
cara yang menarik dan relevan bagi siswa. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya
perhatian terhadap pelatihan guru dalam aspek-aspek non-akademis, atau terbatasnya
sumber daya yang tersedia untuk pengembangan kurikulum dan materi pembelajaran.
Selanjutnya, pendidikan kewarganegaraan juga dihadapkan pada tantangan
dalam mencakup keragaman budaya, etnis, dan sosial di Indonesia. Negara ini dikenal
dengan keberagaman etnis, agama, dan budaya yang kaya, namun kurangnya
representasi dan pemahaman yang inklusif tentang keragaman ini dalam pendidikan
kewarganegaraan dapat mengurangi efektivitasnya. Materi pembelajaran yang tidak
mencerminkan keragaman masyarakat Indonesia dapat menyebabkan
ketidakmengertian dan ketidakmampuan siswa untuk mengaitkan nilai-nilai
kewarganegaraan dengan realitas sosial yang mereka alami.
Selain tantangan-tantangan tersebut, pendidikan kewarganegaraan juga
dihadapkan pada isu-isu kontemporer seperti pengaruh globalisasi, teknologi, dan
polarisasi politik. Globalisasi memperkenalkan tantangan baru terkait dengan identitas
nasional dan peran Indonesia dalam konteks global. Teknologi memberikan akses
yang lebih besar terhadap informasi namun juga membawa tantangan dalam
memfilter dan menilai informasi yang diterima oleh siswa.

6
Sementara itu, polarisasi politik dapat mengaburkan garis-garis antara
kewarganegaraan yang inklusif dan identitas politik yang eksklusif.Dalam
menghadapi semua tantangan ini, langkah-langkah konkret diperlukan untuk
memperkuat pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah. Diperlukan upaya
kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, dan masyarakat untuk
meningkatkan pemahaman akan pentingnya pendidikan kewarganegaraan. Pelatihan
dan pengembangan profesional yang terus-menerus harus diberikan kepada guru
untuk memperkuat keterampilan mereka dalam menyampaikan materi
kewarganegaraan dengan cara yang menarik dan relevan. Selain itu, materi
pembelajaran harus direvisi dan disesuaikan untuk mencerminkan keragaman budaya,
etnis, dan sosial Indonesia, sambil mempertahankan esensi nilai-nilai
kewarganegaraan yang universal.
Dalam era globalisasi dan kompleksitas sosial-politik, pendidikan
kewarganegaraan di sekolah-sekolah menjadi semakin penting dalam membentuk
warga negara yang berpikiran kritis, bertanggung jawab, dan inklusif. Dengan
mengidentifikasi dan mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi, pendidikan
kewarganegaraan dapat menjadi alat yang kuat dalam membangun masyarakat yang
demokratis dan berbudaya di Indonesia.

7
Kesimpulan

dapat disimpulkan bahwa perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia


menghadapi sejumlah tantangan yang perlu segera diatasi untuk mencapai tujuan
pembentukan warga negara yang aktif, beradab, dan berkepribadian Indonesia.
Meskipun telah ada upaya dalam menerapkan kurikulum dan kebijakan yang relevan,
implementasi yang efektif dan konsisten masih menjadi isu sentral. Isu-isu
kontemporer seperti multikulturalisme, keberagaman, dan tantangan global juga
membutuhkan perhatian khusus dalam pembentukan kewarganegaraan yang inklusif.
Namun, prospek pendidikan kewarganegaraan di Indonesia masih terbuka lebar
dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Melalui penguatan peran guru, integrasi nilai-nilai kewarganegaraan dalam
kurikulum, serta pengembangan program-program partisipatif, Indonesia dapat
meraih kemajuan signifikan dalam memperkuat kewarganegaraan dan membangun
masyarakat yang beradab dan demokratis. Oleh karena itu, kesinambungan dalam
reformasi pendidikan kewarganegaraan, pemantapan implementasi, serta partisipasi
aktif semua pemangku kepentingan adalah kunci untuk mewujudkan visi pendidikan
kewarganegaraan yang efektif dan berkelanjutan di Indonesia.

8
Daftar Pustaka

wp-content/uploads/2018/08/Nabila.-Universitas-Sebelas-Maret
www.kompas.com/skola/read/2021/02/17/173621769/hakikat-dan-latar-
belakang-pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan
doc/83855090/Problem-Dan-Tantangan-Pembelajaran-Pkn-Di-Sekolah

Anda mungkin juga menyukai