Anda di halaman 1dari 2

URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Sebagai generasi muda sudah seharusnya menyadari bahwa 10 tahun yang akan
datang generasi muda yang akan memimpin bangsa Indonesia. Baik buruknya
bangsa Indonesia berada pada tangan generasi muda, jadi sepatutnya generasi muda
mempelajari pendidikan kewarganegaraan sejak awal supaya tidak menyesal di
kemudian hari.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam berbagai bidang.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pelajar dan mahasiswa. Apalagi
pendidikan kewarganegaraan yang mempunyai banyak sejarah dan pengetahuan
penting bagi warga negara Indonesia.
Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 267/Dikti/Kep/200
tentang Penyempurnaan Kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi (Ubaedillah, 2008: 1) telah
terwujudkan pendidikan kewarganegaraan yang ada di perguruan tinggi.
Berdasarkan pengertiannya pendidikan kewarganegaraan atau biasa disebut dengan
PKN adalah salah satu mata kuliah yang wajib dipelajari bagi setiap mahasiswa,
bahkan Pendidikan Kewarganegaraan telah kita pelajari sejak dini tepatnya pada
saat kita masih berada di jenjang sekolah dasar.
Pendidikan kewarganegaraan diajarkan untuk menanamkan rasa nasionalisme,
menumbuhkan nilai-nilai moral bangsa, menjadi patokan dalam menjalankan
kewajiban dan memperoleh hak sebagai warga negara demi kejayaan dan kemuliaan
bangsa, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi warga negara
Indonesia.
Urgensi dan orientasi pendidikan kewarganegaraan sebenarnya sudah diajarkan oleh
guru-guru sejak di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah
menengah atas.
Urgensi merujuk dari pengertiannya sendiri adalah sesuatu yang memaksa atau
mendorong kita untuk melakukan sesuatu, dengan kata lain kita di haruskan untuk
melakukan tindakan yang di dorong untuk ditindak lanjuti.
Sedangkan urgensi pendidikan kewarganegaraan adalah keberlangsungan bangsa
dan negara yang didukung dengan dibentuknya generasi muda atau warga negara
yang cerdas (smart).
Jika kita mempelajari pendidikan kewarganegaraan menjadi hal wajib kita
mengetahui dasar negara Indonesia. Dengan keberagaman suku, ras, budaya, etnis,
agama, adat istiadat, bahasa menjadikan Indonesia sebagai negara yang majemuk.
Anggota yang tediri dari berbagai latar belakang agama dan budaya yang berbeda
membuat masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat multikultural.
Keberagaman suku, ras, agama, politik, budaya, adat istiadat, bahasa merupakan
kekayaan bangsa yang ternilai harganya, kekayaan harus dimanfaatkan dan
dikembangkan.
Seperti pada saat ini keberagaman malah menjadi sesuatu hal yang di pandang
berbeda. Banyak konflik yang sudah terjadi di Indonesia akibat kita tidak bisa
memanfaatkan perbedaan dengan baik seperti Konlflik Poso yang terjadi sejak 1998,
Bom Bali tahun 2000, Konflik Sampit yang terjadi Tahun 2001, dan Konflik Mesuji
2003. Oleh karena itu sudah sepatutnya Pancasila sebagai dasar negara kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari, diikuti dengan Bhinneka Tunggal Ika yang
memiliki makna berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Maka dari itu diperlukan pendidikan kewarganegaraan yang berbasis
multikulturalisme supaya keberagaman Indonesia bisa dimanfaatkan dengan baik.
Berdasarkan sejarahnya pendidikan kewarganegaraan (civic education) di dunia
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1790 di Amerika dengan tujuan suapaya
penduduk amerika yang latar belakang suku yang berbeda dari berbagai negara di
dunia memiliki satu identitas yang sama sebagai bangsa Amerika.
Pada tahun 1961 pelajaran di sekolah-sekolah mulai menerapkan civics. Civics
merupakan istilah dari pendidikan kewarganegaraan yang dimulai pada tahun 1967
pada saat pemerintahan Soekarno. Pada tahun 1968 istilah Civics berganti menjadi
pendidikan kewarganegaraan.
Perdebatan dan perbincangan di elit penentu kebijakan pendidikan terjadi pada saat
ini karena mulainya luntur nilai pancasila di kalangan generasi muda. Maka dari itu
penentu kebijakan pendidikan menyarankan untuk memasukkan kembali kata
Pancasila dalam pelajaran Pkn menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
atau disingkat PPKn.
Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila memiliki kaitan yang erat, karena peran
dan kedudukan serta kepentingan warganegara sebagai individu, anggota keluarga,
anggota masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia yang terdidik, serta
bertekad dan bersedia untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kesadaran penuh akan demokrasi dan hak asasi manusia diharapkan dimiliki
generasi muda dengan bekal pendidikan kewarganegaraan. Bekal tersebut akan
membuat generasi muda mengatasi masalah dengan cara damai dan cerdas yang
sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Tanggung jawab dan rasa cinta tanah air dari bekal pendidikan kewarganegaraan
menjadikan generasi muda pintar menyaring pengaruh dari luar, baik itu pengaruh
buruk atau pengaruh baik. Nilai-nilai positif juga diperlukan dalam pendidikan
kewarganegaraan supaya generasi muda tidak salah langkah dalam memajukan
tanah air Indonesia.
Sebagai warga negara Indonesia yang sudah ditanamkan pendidikan
kewarganegaraan sejak usia dini seharusnya bisa menerapkan pendidikan
kewarganegaraan salah satunya dengan memanfaatkan kemajemukan bangsa
indonesia.

Anda mungkin juga menyukai