Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Dalam


Mengembangkan Kemampuan Utuh Sarjana atau Professional

Kelompok V
Andi Sri Wahyu Ningsih / 1513015104
Arie Rachmadani / 1513015046
Didi Fadilla /
Elisa / 1513015054
Maziyyah Husna / 1513015060
Definisi
Pendidikan
Kewarganegaraan
Esensi dan
Hakikat
Urgensi PKn
Pendidikan
untuk Masa
Kewarganegaraan
Depan

Tujuan dan
Dinamika
Fungsi
Pendidikan
Pendidikan
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan

Sumber
Perlunya
Pendidikan
Pendidikan
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
di Indonesia
Definisi Pendidikan Kewarganegaraan

Konsep PKn

Etimologis Yuridis Teoretis


Pendidikan berarti usaha sadar
dan terencana untuk UU RI No. 12 Tahun 2006 Program pendidikan yang berintikan
mewujudkan suasana belajar Pasal 1 Ayat 2 demokrasi politik yang diperluas dengan
dan proses pembelajaran agar Bahwa pendidikan sumber-sumber pengetahuan lainnya,
peserta didik secara aktif kewarganegaraan pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
mengembangkan potensi dimaksudkan untuk sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
dirinya. Sedangkan membentuk peserta kesemuanya itu diproses guna melatih para
kewarganegaraan adalah segala didik menjadi manusia siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap
hal yang berhubungan dengan yang memiliki rasa dan bertindak demokratis dalam
warga Negara. kebangsaan dan cinta mempersiapkan hidup demokratis yang
tanah air berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu upaya
sadar terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi
warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban
dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara.

Bertujuan membekali dan memantapkan mahasiswa dengan


pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga Negara Indonesia
yang Pancasialis dengan Negara dan sesame warga Negara. Dengan
kemampuan dasar tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan, memiliki kepribadian yang mantap,
berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis dan dinamis, berpandangan
luas, bersikap demokratis dan berkeadaban.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ialah program pendidikan yang


berfungsi untuk membentuk karakter warga negara Indonesia menjadi warga
negara yang memiliki nilai dan moral yang luhur, cerdas, terampil dan setia
kepada bangsa seperti yang diamanatkan Pancasila.
Lanjutan . . .
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Kep. Dirjen Dikti
No. 267/ Dikti/2000

Tujuan Umum Tujuan Pembelajaran Tujuan Pendidikan Nasional


Untuk memberikan Untuk menumbuhkan Untuk mengembangkan potensi
pengetahuan dan kemampuan wawasan dan kesadaran warga agar menjadi manusia
dasar kepada mahasiswa bernegara, juga sikap dan yang beriman dan bertakwa
mengenai hubungan antara perilaku cinta tanah air yang kepada Tuhan YME, berakhlak
warga Negara yang diandalkan bersendikan budaya bangsa. mulia, sehat, berilmu, mandiri
oleh bangsa dan Negara. cakap dan menjadi warganegara
yang demokratis serta
bertanggung jawab

Warga Negara yang baik (good citizen)


Alasan Diperlukannya Pendidikan
Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan sangat diperlukan di Indonesia. Sebagaimana yang ditegaskan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menekankan pada pembentukan warga negara agar memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Selain itu juga dapat meningkatkan secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan. Dapat berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak cerdas
dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa lainnya. Terakhir perlunya pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan agar
dapat berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Negara perlu menyelenggarakan pendidikan
PKn mengajarkan bagaimana
kewarganegaraan karena setiap generasi adalah
seseorang menjadi warga Negara yang lebih
orang baru yang harus mendapat pengetahuan,
bertanggung jawab. Karena PKn itu tidak dapat
sikap/nilai dan keterampilan agar mampu
diwariskan begitu saja, melainkan harus
mengembangkan warga negara yang memiliki watak
dipelajari dan dialami oleh masing-masing
atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good
orang. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa
citizen) untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat,
harus mempelajarinya, agar kita dapat menjadi
berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi
garda terdepan dalam melindungi Negara.
konstitusional.
Sumber Historis, Sosiologi dan Politik
Mengenai PKn di Indonesia
Secara historis, Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dilakukan oleh organisasi
pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaan dan cita-cita Indonesia
merdeka serta senantiasa mengalami perubahan baik istilah maupun substansi sesuai
dengan perkembangan peraturan perundangan, iptek, perubahan masyarakat, dan
tantangan global.
Secara sosiologis, Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia dilakukan pada tataran
sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah
air dan bangsa dan sudah sewajarnya mengalami perubahan mengikuti perubahan yang
terjadi di masyarakat.
Sedangkan secara politis, Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia lahir karena
tuntutan konstitusi dan UUD 1945 dan sejumlah kebijakan pemerintah yang berkuasa
sesuai dengan masanya dan akan terus mengalami perubahan sejalan dengan
perubahan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.
Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam


sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan
bernegara baik tujuan, orientasi, substansi, materi, metode pembelajaran bahkan sistem
evaluasi.Status warga Negara dapat meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat
Negara sampai dengan rakyat biasa.
Tentu peran dan fungsi warga Negara berbeda-beda. Oleh karena itu, mata kuliah PKn
harus selalu menyesuaikan/ sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap serta perilaku
warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi Negara yang
bersangkutann, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan.
Sebagai warga Negara muda, mahasiswa perlu memahami, memiliki kesadaran dan
partisipatif terhajadp gejala demikian.
Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat membangun karakter (Character Building)
bangsa Indonesia yang antara lain:
a. membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
b. menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis dan demokratis, namun tetap memiliki
komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa;
c. mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan
tanggungjawab.
Pendidikan Kewarganegaraan (Civics) merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa
Indonesia dalam membangun demokrasinya karena beberapa alasan berikut diantaranya: pertama,
meningkatnya gejala dan kecenderungan political illiteracy, tidak melek politik dan tidak mengetahui
cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya di kalangan warga negara; kedua, meningkatnya political
apathism (apatisme politik) yang ditunjukkan dengan sedikitnya keterlibatan warga negara dalam
proses- proses politik.
Dengan demikian, setelah mahasiswa mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan dengan baik dan
benar diharapkan mereka akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan di tengah masyarakat melakukan transfer of learning (proses pembelajaran),
transfer of values (proses pengejawantahan nilai-nilai) dan transfer of principles (proses pengalihan
prinsip-prinsip) demokrasi, HAM dan masyarakat madani dalam kehidupan nyata (Ubaedillah, 2008: 10).
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi merupakan arti dari pelaksanaan
dan atau penerapan dalam hal ini penerapan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kehidupan. Dimana
secara garis besar terdapat empat peran yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Keempat peran ini adalah
peran yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh mahasiswa, diantaranya yaitu :
1. Agent of change atau berperan dalam melakukan suatu perubahan terhadap kondisi bangsa.
2. Iron stock, merupakan peranan mahasiswa dengan idealism yang dimilikinya sehingga membuat
mahasiswa menjadi tangguh untuk menggantikan generasi-generasi sebelumnya.
3. Social control, yaitu mampu mengontrol ketika melihat adanya gejala yang tidak beres di tengah-
tengah masyarakat.
4. Moral force, yaitu memiliki akhlak yang baik karena mahasiswa berperan sebagai teladan di tengah-
tengah masyarakat.
Implementasi dari peran tersebut dapat terwujud apabila mahasiswa memahami dan menjalani
nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu; Pendidikan, penelitian dan
pengembangan serta pengabdian masyarakat.
Adapun salah satu penyebab gagalnya implementasi PKn yaitu masalah pelaksanaan
pembelajaran yang diterapkan dalam dunia pendidikan, selama ini banyak pengajar yang masih
menggunakan paradigma atau model pembelajaran ceramah, yaitu murid hanya dijejali materi dengan
guru hanya ceramah saja sehingga murid pasif hanya mendengar dan menghafal untuk menghadapi tes
akhir dimana soal-soal dalam tes tersebut hanyalah bersifat hafalan.
Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah melalui pendekatan
holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek
kehidupan kampus. Berikut ini ciri-ciri pendekatan holistik menurut Freeddy Elkind
dkk :
1. Segala sesuatu di Perguruan Tinggi diatur berdasarkan perkembangan hubungan
antara Mahasiswa, Dosen dan masyarakat.
2. Perguruan Tinggi merupakan masyarakat ilmiah yang peduli di mana ada ikatan
yang jelas yang menghubungkan mahasiswa, dosen, dan Lembaga.
3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik
4. Kerja sama dan kolaborasi di antara mahasiswa menjadi hal yang lebih utama
dibandingkan persaingan.
5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian
pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun di luar kampus.
6. Mahasiswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktekkan prilaku moralnya
melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan.
7. Disiplin menjadi fokus dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan
hukuman.
Terimakasih Atas Perhatiannya
Sekian,
Wassalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai