Anda di halaman 1dari 34

PERSEPSI REMAJA HINDU DESA ADAT KUTA

TERHADAP PERAYAAN SIWARATRI

I GEDE PASEK MANCAPARA

UPT-PPKB
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batasan ruang dan waktu tidak lagi menjadi hal yang dipermasalahkan,

karena terbentuknya suatu kota besar yaitu kota dalam ruang lingkup dunia.

Sejalan dengan itu maka seiring datangnya pengunjung asing dari luar daerah

tertentu pasti membawa budaya asing pula, baik dari bahasa yang digunakan, gaya

busana, character attitude, religious attitude, dan hal lainnya sebagai kebiasaan-

kebiasaan mentradisi di daerah asalnya. Ditenggara daerah Kuta tepatnya di Desa

Adat Kuta Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Provinsi Bali Negara Kesatuan

Republik Indonesia menjadi salah satu lokasi sebagai titik perkembangan interaksi

sosial budaya tersebut.

Dengan adanya globalisasi tersebut, kalangan masyarakat yang terlalu

open minded, akan sangat mudah mengikuti, mengimitasi, dan larut dalam

kebudayaan asing yang masuk ke daerahnya, walaupun tidak hanya melalui

kunjungan wisatawan secara langsung ke daerah tersebut, misalnya juga ada

peranan dari perkembangan teknologi dan komunikasi yang sangat

mempengaruhinya, akan tetapi dalam hal ini kontak budaya secara langsung perlu

mendapat perhatian yang lebih mengingat bahwa Desa Adat Kuta ditenggara

menjadi lokasi interaksi sosial budaya secara langsung yang melibatkan beragam

budaya asing termasuk didalamnya budaya keagamaan.

Masuknya pengunjung asing tentu menimbulkan keheterogenan di

daerah Kuta, hal itu bisa dilihat dari beragamnya jenis suku, ras, kultur, dan etnis

1
2

masyarakat Kuta, maka mengakibatkan terjadinya modernisasi sehingga sedikit

tidaknya akan mempengaruhi pola berpikir penduduk Kuta terlebih lagi para

remajanya yang lebih terbuka dalam menerima perubahan. Terlebih lagi seperti

yang dikutip dari karya tulis Darmadi (10: 2011) yang menyatakan bahwa pentas-

pentas kesenian tradisional di Kuta mulai berhenti pada tahun 1980-an yang

disusul dengan bertambahnya tempat hiburan diskotik dan karaoke”.

Maka dari itu keheterogenan dan perkembangan pariwisata di Kuta

ditenggara menyebabkan terjadinya proses modernisasi yang jarang ditemui pada

daerah pariwisata lainnya di Bali, dan hal itu juga akan mengakibatkan perubahan

sosial serta ditenggara juga mengakibatkan terjadinya proses imitasi budaya

sehingga mengakibatkan pelaksanaan kebudayaan mengenai ajaran keagamaan

akan mengalami perbedaan dengan masyarakat Bali pada umumnya.

Peluang imitasi tersebut akan lebih besar terjadi pada remaja, mengingat

bahwa dalam psikologi, pandangan hidup yang dipilih remaja salah satunya yaitu

tipe sosial dan estetis, dimana tipe pandangan hidup sosial lebih kepada pergaulan

dan hubungan sosial termasuk juga perkembangan-perkembangan pergaulan, serta

pandangan hidup estetis lebih ke arah hal yang indah. Sejumlah kalangan remaja

biasanya sangat tertarik dengan hal-hal mencolok yang bisa menggambarkan jati

dirinya, dengan adanya dua pola pandangan hidup tersebut remaja senantiasa akan

hidup bergerombol dengan hal yang membuatnya nyaman, merasa tidak kurang

pergaulan, tidak ketinggalan jaman dengan proses saling berinteraksi, dan

tentunya juga saling memberi pengaruh yang beragam, bila remaja mengadopsi

pengaruh yang negatif, alhasil akan mengakibatkan konsep tiga kerangka dasar
3

agama Hindu yaitu Tattva, Susila, dan Acara akan mengalami gangguan sehingga

peristiwa tersebut akan menimbulkan aktivitas-aktivitas keagamaan yang

menyimpang berkelanjutan.

Melalui hal tersebut diatas tidak semata-mata mengakibatkan perhatian

remaja terputus terhadap kebudayaan-kebudayaan religi yang terdapat di Bali

salah satunya tradisi upacara agama Siwaratri. Ditenggara Remaja Hindu Desa

Adat Kuta masih memperhatikan tradisi tersebut dan sebagian kalangan masih

melaksanakannya, hal itu menjadi daya tarik tersendiri mengingat bahwa

keberadaan Desa Adat Kuta sedikit berbeda dengan desa-desa di Bali pada

umumnya.

Sehingga sangat menarik untuk peneliti mengetahui lebih jauh lagi,

mengenai persepsi remaja Desa Adat Kuta mengenai latar belakang atau alasan

melaksanakan Siwaratri, mengenai penting atau tidaknya perayaan Siwaratri, dan

mengenai manfaat perayaan Siwaratri bagi mereka.


4

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta terhadap latar

belakang melaksanakan perayaan Siwaratri?

2. Bagaimanakah persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta terhadap penting

atau tidaknya perayaan Siwaratri?

3. Bagaimana persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta terhadap manfaat

melaksanakan Siwaratri?

1.3 Tujuan Penelitian

Menurut Suyitno (2011: 45), Tujuan penelitian untuk memperoleh

gambaran, mendeskripsikan, memperoleh paparan atau mengetahui proses dan

hasil tindakan yang dilakukan dalam upaya memecahkan masalah. Sebagai suatu

kegiatan ilmiah, tujuan penelitian merupakan suatu titik temu bagi apa yang ingin

dicari oleh seorang peneliti, karena dengan ditetapkan tujuan yang jelas dan

terperinci maka akan memperjelas arah penelitian dan mempermudah penelitian,

maka dari itu tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Menemukan dan menganalisis persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta

terhadap latar belakang serta alasan remaja Hindu Desa Adat Kuta melaksanakan

ataupun tidak melaksanakan perayaan Siwaratri, menganalisis persepsi remaja


5

Hindu Desa Adat Kuta mengenai penting ataukah tidak penting dalam merayakan

upacara Siwaratri, menganalisis persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta mengenai

manfaat mengenai perayaan Siwaratri.

1.3.2 Tujuan Khusus :

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu menemukan jawaban atas

permasalahan yang telah dirumuskan, diantaranya agar mengetahui bagaimana

persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta mengenai upacara Siwaratri, baik itu dari

persepsi latar belakang melaksanakan Siwaratri, penting atau tidaknya

melaksanakan Siwaratri serta persepsi tentang manfaat melaksanakan Siwaratri

tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian ilmiah sudah tentu mengharapkan manfaat yang positif

dan konstruktif. Sehubungan dengan itu maka manfaat dari penelitian ini ada dua

yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi secara akademis dalam penelitian yang sejenis, memberikan hasil

penelitian mengenai bagaimana persepsi pada remaja Hindu Desa Adat Kuta

mengenai Siwaratri, memperkaya pustaka-pustaka yang berhubungan dengan

Siwaratri, terutama dalam hal ini mengenai persepsi dan memberikan gambaran

bagaimana fenomena hari raya Siwaratri jaman sekarang ini, sehingga bisa

digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan perkembangan pada penelitian


6

sejenis berikutnya, dan agar bermanfaat bagi siapa saja masyarakat yang

membutuhkan informasi bagaimana persepsi Remaja Desa Adat Kuta dalam hal

perayaan hari raya Siwaratri.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini agar bermanfaat ataupun berguna

bagi para remaja Hindu Desa adat Kuta khususnya, dan remaja Hindu diluar

daerah Kuta pada umumnya yang membutuhkan pengetahuan mengenai esensi

Siwaratri pada remaja Hindu Desa Adat Kuta, yang membutuhkan ilmu

pengetahuan kepustakaan Siwaratri.

Selain itu hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi orang tua agar

bisa mengetahui kondisi remaja mengenai persepsi, kemudian berguna instansi

pemerintahan terkait yang berhubungan dengan lokasi penelitian, baik itu Kelian

Banjar, Bendesa, Lurah, maupun Camat, untuk menyiapkan strategi

menanggulanginya sehingga tidak terjadi kesalahan serupa yang berulang kali dan

dapat mewujudkan pembangunan nasional seutuhnya yang berlandaskan

Pancasila, serta bermanfaat bagi masyarakat lokal khususnya, remaja maupun

yang sudah berkeluarga agar bisa mengetahui dan menyiasati apa yang harus

dilakukan untuk bersikap dan memilah-milah agar tattva, susila, dan acara dari

ajaran agama Hindu masih diketahui dengan baik oleh penerus bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Siwaratri

Malam Siwaratri sesuai dengan Kakawin Siwaratrikalpa yang dikarang

oleh Mpu Tanakung pada zaman Majapahit akhir yaitu kuartal ke-3 abad ke-15

(Watra, dkk, 2007: 52) secara garis besar menceritakan tentang Lubdaka yaitu

seorang pemburu setiap hari mengelilingi hutan dan gunung, hidupnya tidak

pernah susah, selalu bersenang-senang dengan anak-anak dan istrinya.

Secara umum dan garis besar, pelaksanaan Siwaratri mengenal 3 jenis

Brata dan 3 jenis tahapan pelaksanaannya. Adapun 3 jenis tingkatan Brata

tersebut yaitu terdiri dari; nista, madhya, utama. Pada nistaning brata hanya

melaksanakan aktivitas jagra (Tidak tidur/ terjaga), pada madhyaning brata

melaksanakan upawasa (Tidak makan dan tidak minum) dan jagra, kemudian

pada utamaning brata terdapat aktivitas mona brata (Berdiam diri dan tidak

berbicara), upawasa, dan jagra.

Tiga tahapan pelaksanaan Siwaratri yaitu dimulai dari pagi hari setelah

matahari terbit di panglong kapatbelas, sasih kapitu melaksanakan brata,

dilanjutkan hingga sore hari saat matahari terbenam hingga pagi hari esok harinya

tetap melaksanakan brata, kemudian dari pagi hari di keesokan harinya tersebut

yaitu di waktu tilem sasih kapitu tetap melaksanakan brata hingga matahari

terbenam, maka disanalah berahir brata Siwaratri tersebut, tepatnya selama 36

jam.

7
8

Dari rentetan brata tersebut, walaupun masih ada kaum konservatif yang

melaksanakan aktivitas pelaksanaan Siwaratri dengan sungguh-sungguh, namun

tidak jarang ditemui beberapa remaja merayakan hari raya ini dengan tidak

sebagaimana mestinya tattva yang ada. Maka dari itu penelitian ini membahas

mengenai pemahaman, persepsi, dan implikasi remaja Hindu Desa Adat Kuta

mengenai perayaan Siwaratri.

2.2 Remaja Hindu di Desa Adat Kuta

Remaja dalam kamus besar baha Indonesia berarti mulai dewasa, sudah

hampir umur untuk kawin, muda (Tim Pustaka Phoenix, 2013: 703). Remaja

Hindu yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu remaja yang masih terikat

oleh organisasi sekaa truna-truni khususnya yang beragama Hindu pada sistem

bebanjaran di Desa Adat Kuta. Dari segi psikologis remaja mulai memiliki

idealisme tersendiri, lebih memiliki pemikiran yang logis, serta lebih banyak

beraktivitas diluar lingkungan rumah.

Untuk lebih terorganisir dengan baik maka dalam penelitian ini yang

termasuk kategori remaja di Desa Adat Kuta tidak hanya yang berumur dari 10

hingga 23 tahun yang tinggal di lingkungan Desa Adat Kuta, tapi mereka yang

belum menikah, dan masih terorganisir dalam pemuda-pemudi banjar yaitu seka

truna-truni di pada bebanjaran yang ada di Desa Adat Kuta.

2.3 Teori Ideologi

Teori ideologi yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan

pemikiran dari Louis Althusser, lahir pada tahun 1918 di Algeria dan meninggal

di Paris tahun 1990. Jika menurut Marx, ideologi merupakan suatu konsep yang
9

tidak abstrak, ideologi merupakan piranti ide-ide dari kelas berkuasa, yang dapat

diterima di dalam masyarakat sebagai sesuatu yang normal dan natural.

Menurut Marx, ideologi kaum borjuis mempertahankan para pekerja

dalam status false consciousness (kesadaran palsu). Kesadaran masyarakat siapa

dirinya atau bagaimana hubungan mereka dengan bagian masyarakat lainya dan

pengertian yang mereka bangun tentang pengalaman sosialnya, diproduksi oleh

masyarakat. Kesadaran ditentukan dari masyarakat yang telah membesarakan

seseorang, bukan oleh watak ataupun psikologi individu (Althusser, 2008: x).

Sebaliknya Althusser mengembangkan teori ideologi dengan tesisnya

bahwa ideologi mempresentasikan hubungan imajiner dari individu-individu pada

kondisi eksistensinya yang nyata. Yang dimaksud Althusser bahwa ideologi

bersifat lebih efektif dibandingkan apa yang dikemukakan Marx. Karena ideologi

bekerja dari dalam diri, bukan dari luar dan secara mendalam mendeskripsikan

“Cara berpikir serta cara hidup tertentu” pada segenap kelas (Althusser, 2008: xi).

Teori ideologi pada penelitian ini dipergunakan untuk membedah permasalahan

pada rumusan masalah mengenai bagaimana remaja mempersepsikan esensi hari

raya Siwaratri.

Melalui cara berpikir serta cara hidup tertentu dalam hal ini pola pikir/

ideologi imajiner remaja Hindu Desa Adat Kuta mengenai perayaan Siwaratri,

maka dari ideologi imajiner tersebut yang terdapat pada masing-masing remaja

Hindu Desa Adat Kuta, akan bisa di persepsikan olehnya mengenai alasan mereka

dalam melaksanakan ataupun tidak melaksanakan upacara Siwaratri ini, serta

melalui ideologi imajiner tersebut juga bisa dipersepsikan olehnya penting atau
10

tidak pelaksanaan hari raya Siwaratri, hingga mampu mempersepsikan manfaat

dari pelaksanaan Siwaratri.

2.4 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada rancangan penelitian ini yaitu kualitatif. Metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang

mengandung makna, makna yang dimaksud adalah data yang sebenarnya, data

yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik suatu yang tampak (Sugiyono, 15:

2015). Menurut Creswell dalam Sugiyono, metode kualitatif dapat dibedakan

menjadi 5 jenis, yaitu fenomenologis, grounded, etnografi, studi kasus, dan

penelitian naratif (Sugiyono, 2015: 16). Adapun jenis penelitian yang terdapat

dalam usulan peneltian ini yaitu penelitian fenomenologis, meneliti mengenai

suatu fenomena tradisi keagamaan dalam merayakan upacara Siwaratri tepatnya

pada remaja Hindu Desa Adat Kuta.

2.5 Instrumen Penelitian

Metode penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

instrumen utama adalah sipeneliti sendiri/ key instrument (Usman dan Akbar,

2014: 99). Instrument memiliki peranan penting dalam menentukan berhasil

tidaknya penelitian dilaksanakan (Margono, 2000 : 155). Instrumen adalah

berbagai alat ukur yang digunakan secara sistematis untuk pengumpulan data,

seperti tes, kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi yang

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono,

2015: 156).
11

Menyikapi hal tersebut, instrument utama dalam penelitian ini yaitu

peneliti sendiri serta diperlukan jenis instrument pembantu dalam proses

pengumpulan data, antara lain pedoman observasi, pedoman wawancara, perekam

suara, camera, alat tulis, dan kertas, serta seperangkat laptop sebagai alat

penyusun rancangan, draft hasil penelitian, dan laporan penelitian.

2.6 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan diperlukan dalam proses penelitian untuk

mendapatkan data yang akurat, valid, dan jelas. Penentuan informan atau secara

ilmiah sering disebut dengan sampling, menurut Sugiyono (2015: 138-141) dapat

dibedakan menjadi dua yaitu Probality Sampling dan Nonprobality Sampling,

adapun prrobality sampling adalah teknik pengambilan sample yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota

sample sedangkan nonprobality sampling merupakan teknik pengambilan sample

yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sample. Beranjak dari hal tersebut, maka dalam

penelitian ini menggunakan jenis nonprobality sampling yaitu snowball sampling

meningat bahwa tidak semua anggota populasi di Desa Adat Kuta bisa dijadikan

narasumber, namun hanya para remaja yang sudah dan masih tergabung di sekaa

truna-truni Desa Adat Kuta saja.

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data yang

pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini karena dari

jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data

yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat diguakan sebagai
12

sumber data (Sugiyono, 2015: 144). Kemudian Nasution dalam Sugiyono (2015:

145) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (Responden) dianggap telah

memadai apabila telah sampai kepada taraf “Redundancy” (Datanya telah jenuh,

ditambah sample lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa

dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh

tambahan informasi baru yang berarti.

2.7 Tabulasi Data.

Table Tabulasi
Persepsi Remaja Hindu Desa Adat Kuta mengenai Siwaratri

No Nama Alasan Penting/ Tidaknya Manfaat


Narasumber Pelaksanaan Pelaksanaan pelaksanaan
Siwaratri Siwaratri Siwaratri

1 Ni Nyoman Saya wajib Bagi saya penting Manfaatnya


Hana Sherina melaksanakan karena Siwaratri sebagai penyucian
Putri sebagai umat adalah hari raya diri dan
Hindu karena penting bagi agama penghapusan dosa.
sudah wajib saya, selain itu
setiap tahun untuk penting untuk diri
melaksanakan. sendiri
2 Ni Wayan Saya Penting karena Mengurangi dosa
windhi Sari melakukannya sudah menjadi saya.
karena hal itu bagian dari hari
merupakan raya penting dalam
kewajiban bagi umat Hindu
umat Hindu
3 Ni Ketut Jika Penting, karena itu Manfaatnya untuk
Mega Lestari melaksanakan merupakan hari diampuninya
sembahyang dan bertapanya Dewa segala dosa-dosa
bertapa saat hari Siwa, jika kita ikut kita.
itu, sehingga dosa bertapa maka akan
kita diampuni jika mendapat
kita penyucian diri dari
bersembahyang Dewa Siwa.
13

dan bertapa saat


beliau bertapa,
jadi suatu saat
kita meninggal,
jika saya ikut
bersemedi, dosa
besar saya tidak
akan masuk
neraka, karena
Dewa Siwa akan
mencari atma
saya.
4 Kadek Rocky Untuk melebur Penting karena Menenangkan
Setiawan dosa saya ajaran agama pikiran.
Hindu.
5 I Wayan Karena saya Penting, biar tetap Manfaatnya yang
Andika diajak teman berada saya rasakan, dapat
dilindungan-Nya. berkumpul bersama
temandan dapat
mengunjungi Pura
yang jarang saya
kunjungi.
6 Ni Luh Putu Karena sebagai Penting karena Lebih lega jika
Yuli Mega umat Hindu harus punya-nya agama sudah sembahyang.
Utari melakukan ajaran Hindu.
agama.
7 Ni Made Karena terbiasa. Penting karena Saya merasa lebih
Tara Ismaya ajaran agama tenang jika
Hindu. melakukannya.
8 I Made Aron Saya bisa melebur Penting karena itu Melebur dosa.
Suardana dosa dengan salah satu hari raya
melaksanakannya. agama Hindu.
9 I Made Salah satu ajaran Penting karena Biasa saja.
Wisasmitha agama Hindu. bagian dari agama
Manggala Hindu.
10 I Wayan Memang niat dari Sebenarnya penting Lebih fresh, pikiran
Awidiya diri sendiri. karena kewajiban lebih tenang, bisa
Sutama Putra kita sebagai umat mengontrol nafsu
Hindu, namun dan pikiran
14

balik lagi dengan menjadi dewasa.


niat masing-
masing.
11 Anak Agung Karena sudah Penting untuk Biasa saja sih yang
Ketut Darma terbiasa, dilakukan sebagai saya rasakan.
Susila mengikuti tradisi. umat Hindu.
12 I Made Saya Penting karena Saya bisa
Suardika melaksanakannya setiap Dewa intropeksi diri.
karena alasan memiliki hari suci,
karena itu dan Siwaratri
merupakan hari merupakan harinya
raya Hindu, Dewa Siwa yang
disamping itu memiliki kekuatan
juga itu kesejahteraan umat
merupakan di tingkat niskala.
perayaan hari
raya untuk
Bhatara Siwa.
13 I Ketut Untuk bisa Menurut saya tidak Untuk bisa
Wijaya mengurangi dosa terlalu penting, mengurangi dosa
Kesuma yang saya buat. karena bisa kita di dunia ini.
dilakukan dengan
hari raya yang
selanjutnya, jadi
saya jarang
melaksanakannya.
14 I Made Untuk bisa Penting karena Agar bisa melebur
Sugira melebur dosa- penting untuk kita dosa saya.
Arimbawa dosa saya, dan merenungkan apa
saya bisa jadi saja yang telah kita
lebih tenang. perbuat selama ini.
15 I Made Pastinya untuk Menurut saya Untuk
Wawan Adi melakukan penting karena menghilangkan
Prawira penebusan dosa semua hari raya sedikit dosa yang
umat Hindu kita perbuat.
penting, terutama
Siwaratri yang
bertujuan melebur
atau
menghilangkan
15

dosa kita.
16 I Wayan Agar bisa Penting karena Untuk bisa lebih
Karjaya melebur dosa- bagian dari agama tenang dan melebur
dosa saya. Hindu. dosa saya.
17 Putu Erika Agar bisa menjadi Penting karena hari Manfaatnya ya
Dwiyani lebih sadar diri raya agama Hindu. saya sehabis
Agustya terhadap sembahyang
kesalahan kita. merasa lebih
tenang.
18 Ni Kadek Karena ajaran Penting karena Manfaatnya agar
Mirah agama jadi harus merupakan salah bisa lebih
Adnyani dijalankan. satu hari raya yang mengendalikan diri
diajarkan oleh dan percaya diri.
agama Hindu.
19 Nyoman Menyucikan diri. Penting karea itu Usaha penyucian
Arya merupakan ajaran diri, perbuatan dan
Arimbawa agama kita. pikiran agar selalu
dilindungi Ida Sang
Hyang Widhi
Wasa.
20 Ni Ketut Ayu Saya belum Menurut saya Manfaat
Suartini pernah melakukan upacara melakukan upacara
melaksanakannya. Siwaratri itu Siwaratri setahu
penting karena itu saya, kita bisa
juga merupakan merasakan
hari raya umat bagaimana
Hindu, dan pada susahnya orang
saat itu juga umat diluar sana yang
Hindu melakukan kesusahan mencari
puasa bagi yang sebutir beras untuk
melaksanakannya. makan, dan selain
itu juga kita
melakukan
pertapaan untuk
menenenangkan
pikiran.
21 Wayan Untuk Penting karena hal Manfaatnya
Rudita menjalankan itu kan diajarkan menurut saya yaitu
ajaran agama dalam ajaran untuk menebus
16

Hindu. agama Hindu. dosa-dosa.


22 Nyoman Untuk menebus Penting sekali Untuk
Widnyana dosa saya. karena kita bisa mengamalkan
melestarikan ajaran agama dan
kebudayaan agama menebus dosa.
Hindu di Bali, dan
ini merupakan
salah satu ajaran
yang menunjukkan
hari raya besar
salah satunya yang
agama Hindu
punya.
23 Wawan Untuk Penting karena itu Manfaatnya
Wirawan merenungkan merupakan salah sebagai pengingat
kegiatan yang satu hari besar jika saya telah
telah kita perbuat agama Hindu, dan melaksanakan
itu bisa kegiatan yang
mengingatkan kita menurut saya
terhadap perbuatan kurang baik, maka
kita yang telah kita saya tidak
lakukan. melakukannya lagi.
24 Ni Wayan Untuk Penting, karena Manfaatnya bisa
Puspa Astika merenungkan pada saat Siwaratri memilah hal
Kencana dosa-dosa yang kita bisa positive ataupun
telah dilakukan. menyucikan diri hal negative
dalam hal ini sadar sehingga tidak
akan dosa-dosa melakukan
yangtelah diperbuat pengulangan dosa
dan bisa dituntun yang telah
kea rah yang lebih diperbuat, dan yang
baik lagi. saya tahu jika
seorang wanita
melakukan puasa
dan tidak tidur
pada saat Siwaratri
akan ditemukan
jodoh laki-laki
yang bertanggung
jawab dan baik.
17

25 Arya Karena dengan Penting untuk Manfaatnya bagi


Wiradharma melakukannya dilakukan, karena saya biasa saja.
katanya saya bisa kita bisa Tidak terasa.
menebus dosa- melestarikan
dosa saya. kebudayaan, dan
juga kita bisa
merenungkan
kesalahan kita
sebelumnya agar
tidak diulangi
kembali.
26 Ayu Karena diingatkan Penting ya, karena Manfaatnya saya
Dewintasari oleh orang tua, kan ini merupakan bisa merasa lebih
kemudian hari raya agama tenang aja biasanya
diingatkan oleh Hindu juga, jadi setelah melakukan
kalender di hp penting untuk perembahyangan.
saya, dan itu dilaksanakan.
sudah kebiasaan
dan tradisi.
27 Dwi Harinata Karena saya ingin Sangat penting Lebih tenang.
menjadi lebih untuk menjadi
baik lagi. umat yang
menjalankan ajaran
agamanya.
28 I Nyoman Agar bisa Penting karena Untuk bisa
Agus Adi menebus dosa. ajaran agama menebus dosa.
Putra Hindu.
29 I Ketut Saya jarang Penting karena Tidak ada, biasa
Arimbawa melakukannya, bagian dari hari saja.
paling hanya raya agama Hindu.
sembahyang saja
dirumah, jadi saya
tidak tahu apa
alasannya, hanya
sudah kebiasaan.
30 Anak Agung Biasanya cuma Penting sebenarnya Belum pernah sih
Gede Ngurah melakukan karena merupakan merasakan
Manik persembahyangan bagian dari hari manfaatnya karena
dirumah sama di raya umat Hindu. belum pernah
Pura Kahyangan, begadang dan
18

mengapa ya sampai puasa.


karena percaya
dengan adanya
cerita dan
pelajaran yang
pernah diberikan
dulu.
31 I Made Agus Untuk melebur Penting menurut Belum tahu.
Wiranatha dosa. saya karena itu
merupakan ajaran
agama Hindu.
32 Anak Agung Untuk Menurut saya itu Agar bisa lebih
Bagus menjalankan penting untuk tenang.
Ambara ajaran agama. dilakukan karena
Wicaksana merupakan salah
satu ajaran yang
diajarkan oleh
agama.
33 Anak Agung Karena dengan itu Penting agar kita Bisa lebih tenang
Ngurah Adi saya bisa melebur bisa karena
Dharma dosa. menghilangkan melaksanakannya
Yoga dosa-dosa yang bisa lebih lega
pernah kita perasaan saya.
perbuat.
34 I Made Untuk Penting, karena Bisa merenungkan
Wirarya merenungkan ajaran agama kesalahan sehingga
Ekasta Pratila dosa. Hindu. tidak
mengulanginya
lagi.
35 Anak Agung Untuk saya bisa Penting karena Lebih merasa
Surya Wijaya menebus dosa. dengan nyaman dan
melaksanakannya tenang.
saya bisa lebih
tenang dalam jiwa
saya.
36 Ni Luh Putu Alasan saya yaitu Sangat penting agar Bisa merasa lega
Indah untuk kita bisa menjadi dan tidak was-was.
Pradnyanings memperbaiki lebih baik lagi.
ih perilaku kita
19

kedepannya.
37 Ni Luh Desi Saya hanya Penting, karena itu Menjadi lebih
Purwaningsih melakukan bisa tenang dan lebih
berpuasa waktu mengendalikan sabar.
itu hanya satu kali hawa nafsu kita,
saja, sisanya saya bisa menjadi lebih
tidak melakukan baik lagi, bisa
hkarena mengendalikan
berhalangan, dan semua pikiran kita
saya dengan berpuasa
melakukannya dan bermeditasi.
karena saya
meyakininya.
38 Ni Made Ayu Karena saya bisa Penting karena Saya merasa lebih
Maryani menebus dosa- diajarkan oleh fresh.
dosa saya. agama Hindu.
39 Sang Bagus Untuk menebus Menurut saya Saya merasa lebih
Made dosa. penting karena tenang jika
Prandika merupakan ajaran melakukannya.
Mayun agama Hindu.
40 Ni Putu Karena saya ingin Penting untuk saya merasa lebih
Nadya Arini menebus dosa dilakukan karena lega.
Prameswari saya. dengan itu kita bisa
merenungkan dan
saya yakini bisa
melebur dosa-dosa
saya.
41 Dewa Made Untuk menebus Penting agar kita Bisa lebih
bagus Danda dosa dan bisa lebih tenang mengendalikan
Anglikan mengendalikan dan tidak cepat diri.
diri agar tidak marah.
cepat marah.
42 Yoga Untuk melebur Penting untuk tidak terasa, hanya
Suardika yasa dosa. melebur dosa. seperti biasa saja
dan lebih tenang.
43 Sang Bagus Untuk Sangat penting Bisa lebih
Putu Widana mempelajari tata karena dari sini kita mengendalikan diri
Setiawan cara pengendalian bisa mempelajari terhadap hawa
diri, namun jika tata cara
20

saya sedang tidak pengendalian hawa nafsu.


enak bada maka nafsu, dan juga hari
saya tidak ini merupaka hari
melaksanakannya raya besar agama
karena tidak Hindu.
sanggup untuk
puasa.
44 Sang Bagus Agar bisa Penting untuk Bisa lebih tenang
Putu Tresna dileburkan dosa- dilakukan karena karena
Yasa dosa saya. hanya dengan melaksanakannya,
melakukan ini saja pernah saya tidak
kita akan melaksanakannya
setidaknya dan hasilnya saya
menghilangkan menjadi deg-degan.
sedikit dosa kita.
45 Kadek Agus Agar bisa Penting karena kita Bisa menjadi lebih
Widiarta melebur dosa. bisa menjadi baik lagi.
manusia lebih baik
lagi dengan
meleburkan dosa-
dosa kita, serta
merenungkan
segala dosa kita.
46 Sang Ayu Untuk menebus Penting karena Saya senang karena
Putu Mirah dosa. sebagai umat melaksanakan
Buana Hindu yang baik ajaran agama saya.
harus menjalankan
ajaran agama.
47 Sang Bagus Karena itu sebuah Penting karena Lebih tenang.
Made tradisi jadi saya sebagai tradisi
Purnama melakukannya. agama Hindu.
Yasa
48 Sang Bagus Merenungkan Penting karena hal Saya bisa
Made Sudarja segala perbuatan itu merupakan hari merenungkan dan
saya. raya besar agama mengetahui dimana
Hindu. kesalahan-
kesalahan saya, dan
berusaha
memperbaikinya.
21

49 Ni Made Memohon Penting karena Saya lebih merasa


Dewi Antari keselamatan. ajaran agama aman untuk
Hindu itu. melaksanakan
kegiatan saya.
50 Putri Juliana Untuk penebusan Sangat penting Sebenarnya biasa
dosa-dosa saya. karena Siwaratri saja, namun yang
merupakan hari namanya sehabis
raya umat Hindu. sembahyang pasti
saya merasa lebih
nyaman.
51 Yuni Antari Karena terbiasa. Menurut saya itu Bisa
penting untuk menghilangkan
dilakukan supaya hawa negatif pada
kita lebih mengerti diri dengan cara
apa itu Siwaratri bersemedi.
dan apa maknanya.
52 I Wayan Saya tidak Penting karena itu Tidak tahu karena
Indra melakukannya merupakan ajaran belum pernah
Pratama karena sulit agama Hindu. mencoba.
Putra dilakukan di
jaman sekarang.
53 I Made Rival Saya tidak pernah Penting karena Agar kita bisa
Raynata melakukannya, Siwaratri adalah mengontrol nafsu
Astika karena tidak ada ajaran agama. makan, agar tidak
kemauan untuk berlebihan.
melakukannya.
54 Ni Nyoman Karena itu Penting karena Biasa saja.
Triani merupakan hari dengan elakukan
Agustina raya agama ini kita
Hindu. melaksanakan
ajaran agama
Hindu.
55 Dewi Untuk Penting untuk Bisa menjadi lebih
Suniariati menyucikan diri melebur dosa yang baik karena kita
saya. telah diperbuat. mengintropeksi
diri.
56 Made Joshua Karena kebiasaan Penting karena Saya tidak
Karma saja. ajaran agama merasakan apa-apa.
22

Hindu.
57 Liyong Saya hanya Penting karena itu Biasa saja.
melakukan merupakan hari
persebahyangan raya agama Hindu.
seperti biasa
karena memang
kewajiban saya
untuk
sembahyang
setiap hari.
58 Ratna Karena terbiasa Penting karena Manfaat yang saya
Kumala Sari sudah tradisi. bagian dari ajaran rasakan biasa saja,
agama Hindu. karena saya setiap
hari sembahyang
juga.
59 Trisna Wulan Saya Menurut saya Saya bisa
melakukannya penting karena itu merasakan
karena memang sebagai tradisi penderitaan orang
ingin begitu saja. kebudayaan kita lain yang berpuasa
sebagai umat bukannya segaja
Hindu. tidak makan,
namun memang
tidak bisa makan,
jadi saya menjadi
lebih baik lagi.
60 Kiky Manika Karena ajaran Penting karea Biasa saja, hanya
Sari agama. dengan saya merasa lebih
melaksanakan itu nyaman.
kita bisa menjadi
lebih baik dalam
beragama Hindu.
61 Putri Samara Karena diingatkan Penting karena kita Biasa saja sih.
Dewi oleh orang tua, bisa melestarikan
karena kebetulan kebudayaan agama
bapak saya guru Hindu ini dengan
agama, jadi beliau salah stunya
mengingatkan melaksanakan
saya biasanya ajaran-ajaran
sebelum beliau agama tersebut
salah satunya
23

almarhum. siwaratri.
(Dok. Mancapara, 15 April 2017).

2.8 Hasil Analisis Data

Persepsi menurut kamus besar bahasa Indonesia dalam jaringan, berarti

tanggapan (Penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang mengetahui

beberapa hal melalui pancainderanya (http://kbbi.web.id/persepsi.html,

12/04/2017/8.42PM). Melalui hasil wawancara yang tertuang dalam tabulasi data

tersebut diatas, maka dapat dideskripsikan persepsi Remaja Hindu Desa Adat

Kuta mengenai perayan Siwaratri sebagai berikut :

2.8.1 Persepsi Remaja Hindu Desa Adat Kuta Mengenai Alasannya

Melaksanakan Upacara Siwaratri.

Menurut pernyataan dari Sari yang mempersepsikan bahwa alasannya

melaksanakan upacara Siwaratri karena sudah menjadi kewajibannya untuk

melaksanakan ajaran yang terdapat dalam agama Hindu, adapun hal tersebut

dipaparkannya dalam pernyataannya (Wawancara 13 Maret 2017), sebagai

berikut:

Saya melakukannya karena hal itu merupakan kewajiban bagi umat


Hindu

Hal yang dipaparkan Sari diatas menunjukkan bahwa ia melaksanakan

upacara Siwaratri karena ia merasa memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan

dalam beragama Hindu, dan hal itu salah satunya mengenai upacara Siwaratri.
24

Kemudian pernyataan sejenis diikuti oleh pernyataan Suardika (Wawancara, 13

Maret 2017) yang menyatakan sebagai berikut :

Saya melaksanakannya karena alasan karena itu merupakan hari raya


Hindu, disamping itu juga itu merupakan perayaan hari raya untuk
Bhatara Siwa.

Melalui pernyataan Suardika diatas bisa diketahui bahwa ia

mempersepsikan alasannya melaksanakan upacara Siwaratri karena hal tersebut

merupakan hari raya yang terdapat dalam ajaran agama Hindu, serta hari raya itu

merupakan hari untuk memuja Dewa Siwa. Berbeda dari beberapa pernyataan

diatas, terdapat juga remaja Hindu Desa Adat Kuta yang menyatakan bahwa ia

mempersepsikan alasannya sebagai sarana untuk melebur dosa. Hal tersebut

diantaranya disampaikan oleh Suardana (Wawancara 13 Maret 2017) sebagai

berikut :

Saya bisa melebur dosa dengan melaksanakannya

Kemudian diikuti pernyataan oleh Wijaya Kesuma (Wawancara, 13

Maret 2017) yang menyatakan bahwa :

Untuk bisa mengurangi dosa yang saya buat.

Arimbawa (Wawancara, 13 Maret 2017) juga menyatakan sebagai

berikut :

Untuk bisa melebur dosa-dosa saya, dan saya bisa jadi lebih tenang.

Selanjutnya diikuti pernyataan Karjaya (Wawancara 13 Maret 2017),

yang menyatakan sebagai berikut:

Agar bisa melebur dosa-dosa saya.


25

Melalui deskripsi hasil wawancara diatas menyatakan bahwa mereka

mempersepsikan alasannya melaksanakan upacara Siwaratri sebagai sarana

peleburan dosa. Hal itu juga didukung dengan pernyataan sejenis lainnya yang

tertuang dalam tabulasi data, walaupun terdapat juga jawaban yang menyatakan

persepsinya dalam alasan melaksanakan upacara Siwaratri karena sudah terbiasa,

sudah menjadi tradisi, niat begitu saja, dan bahkan ada juga yang menyatakan

tidak pernah melakukannya, namun secara umum bisa diketahui bahwa sebagian

besar persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta mempersepsikan alasannya

melaksanakan upacara Siwaratri untuk sarana melebur dosa.

2.8.2 Persepsi Remaja Hindu Desa Adat Kuta Mengenai Penting/ tidaknya

Melaksanakan Upacara Siwaratri.

Melalui hasil yang didapat dalam wawancara yang tertuang dalam

tabulasi data diatas, maka dapat diketahui bahwa persepsi remaja Hindu Desa

Adat Kuta mengenai penting ataupun tidaknya upacara Siwaratri itu dilaksanakan

dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Menurut Adnyani (Wawancara, 13 Maret 2017) menyatakan bahwa

perayaan Siwaratri itu enting untuk dilaksanakan karena merupakan salah satu

ajaran yang agama Hindu ajarkan, hal tersebut dipaparkannya dalam wawancara

sebagai berikut :

Penting karena merupakan salah satu hari raya yang diajarkan oleh
agama Hindu.

Kemudian diikuti dengan pernyataan sejenis oleh Agustya (Wawancara

13 Maret 2017) yang menyatakan bahwa pelaksanaan hari raya Siwaratri itu
26

penting karena merupakan hari rayanya agama Hindu, yang dipaparkannya secara

singkat sebagai berikut:

Penting karena hari raya agama Hindu.

Bisa diketahu bahwa menurut mereka pelaksanaan upacara Siwaratri itu

penting untuk dilaksanakan mengingat bahwa upacara tersebut merupakan bagian

dari pada hari raya dan ajaran agama Hindu. Dilanjutkan lagi dengan pernyataan

sejenis lainnya yang dikemukakan oleh Suartini (Wawancara, 13 Maret 2017)

sebagai berikut:

Menurut saya melakukan upacara Siwaratri itu penting karena itu juga
merupakan hari raya umat Hindu, dan pada saat itu juga umat Hindu
melakukan puasa bagi yang melaksanakannya.

Melalui pernyataan Suartini diatas diketahui bahwa ia mempersepsikan

perayaan Siwaratri penting untuk dilaksanakan hari tersebut sebagai salah satu

hari raya umat Hindu, kemudian sebaliknya satu remaja Hindu menyatakan

perayaan Siwaratri tidak penting untuk dilaksanakan mengingat bahwa agama

Hindu memiliki banyak hari raya yang bisa dilakukannya, hal itu diungkapkan

oleh Kesuma (Wawancara 13 Maret 2017) sebagai berikut:

Menurut saya tidak terlalu penting, karena bisa dilakukan dengan hari
raya yang selanjutnya, jadi saya jarang melaksanakannya.

Melalui pernyataan Kesuma diatas, ia mempersepsikan bahwa

pelaksanaan Siwaratri tidak terlalu penting untuk dilakukan, karena menurutnya

masih ada banyak lagi hari raya suci umat Hindu yang lainnya. Namun pernyataan

yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan Siwaratri itu tidak penting hanya

disampaikan oleh satu orang saja yaitu Kesuma sendiri, selanjutnya terdapat

persepsi yang menyatakan bahwa Siwaratri penting untuk dilakukan karena pada
27

hari itu bisa melaksanakan intropeksi diri untuk menjadi yang lebih baik lagi. Hal

itu dipaparkan oleh Arimbawa (Wawancara 13 Maret 2017) yang menyatakan

sebagai berikut:

Penting karena penting untuk kita merenungkan apa saja yang telah kita
perbuat selama ini.

Pernyataan Arimbawa diatas menunjukkan bahwa ia mempersepsikan

pentingnya melaksanakan upacara Siwaratri karena dengan melaksanakan itu, ia

bisa merenungkan perbuatan-perbuatan yang telah diperbuat, kemudian hal itu

didukung oleh pernyataan Wirawan (Wawancara 12 Maret 2017), yang

menyatakan bahwa :

Penting karena itu merupakan salah satu hari besar agama Hindu, dan itu
bisa mengingatkan kita terhadap perbuatan kita yang telah kita lakukan.

Sependapat dengan pernyataan Arimbawa, pernyataan Wirawan juga

menyatakan persepsinya mengenai pentingnya dilaksanakan upacara Siwaratri

karena dengan melaksanakannya, ia bisa merenungkan dan mengingat-ingat

perbuatan apa yang telah dilakukannya, serta ditambah lagi dalam pernyataanya

itu ia menambahkan pentingnya Siwaratri untuk dilakukan mengingat bahwa hari

raya Siwaratri merupakan salah satu hari besar agama Hindu. Melalui beberapa

deskripsi diatas dan melalui hasil wawancara yang tertuang pada table tabulasi,

secara umum remaja Hindu Desa Adat Kuta mempersepsikan pentinya

pelaksanaan Siwaratri karena hari itu merupakan hari raya bagi umat Hindu, serta

melalui pelaksanaan hari raya tersebut bisa melakukan intropeksi serta

perenungan atas dosa-dosa yang telah diperbuat, mengendalikan diri untuk

pengekangan hawa nafsu.


28

2.8.3 Persepsi Remaja Hindu Desa Adat Kuta Mengenai Manfaat

Melaksanakan Upacara Siwaratri.

Melalui pernyataan narasumber yang tertera pada tabulasi data maka

dapat dianalisis persepsi remaja Hindu Desa Adat Kuta mengenai manfaat

perayaan Siwaratri diantaranya sebagai sarana untuk menghapus dan melebur

dosa, bermanfaat sebagai penenang pikiran dan perasaan nyaman, aman,

bermanfaat sebagai ajang untuk intropeksi diri sehingga turut merasakan

penderitaan rang lain sebagai akibat dari berpuasa, da nada juga yang menyatakan

tidak tahu manfaatnya karena belum pernah melaksanakannya, serta ada juga

yang menyatakan biasa saja. adapun hal tersebut disampaikan oleh remaja Hindu

Desa Adat Kuta diantaranya dinyatakan oleh Karjaya (Wawancara 13 Maret

2017), menyatakan sebagai berikut:

Untuk bisa lebih tenang dan melebur dosa saya.

Kemudian diikuti pernyataan oleh Mega Lestari (Wawancara, 13 Maret

2017) yang menyatakan sebaga berikut:

Untuk bisa lebih tenang dan melebur dosa saya.

Putri juga menyampaikan hal yang sama (Wawancara 13 Maret 2017)

yang menyatakan sebagai berikut:

Manfaatnya sebagai penyucian diri dan penghapusan dosa.

Melalui pernyataan singkat Karjaya, Lestari, dan Putri diatas menyatakan

bahwa persepsinya mengenai manfaat perayaan Siwaratri yaitu bagi mereka

bermanfaat sebagai hari untuk menebus serta melebur dosa-dosa yang telah

diperbuat, hal itu juga dinyatakan oleh narasumer lainnya yang terdapat dalam
29

table tabulasi data. Kemudian pernyataan berbeda yaitu beranfaat sebagai sarana

untuk menenangkan pikiran disampaikan oleh Ismaya (Wawancara, 13 Maret

2017) yang menyatakan sebagai berikut :

Saya merasa lebih tenang jika melakukannya.

Kemudian disampaikan pernyataan yang sejenis oleh Putra (Wawancara,

13 Maret 2017) yang menyatakan bahwa :

Lebih fresh, pikiran lebih tenang, bisa mengontrol nafsu dan pikiran
menjadi dewasa.

Pernyataan demikian juga disampaikan oleh Agustya (Wawancara, 13

Maret 2017) sebagai berikut :

Manfaatnya ya saya sehabis sembahyang merasa lebih tenang.

Melalui pernyataan Ismaya, Sutama Putra, dan Agustya diatas

mengemukakan persepsinya mengenai manfaat dari perayaan Siwaratri bagi

mereka adalah mencapai suatu ketenangan psikologis sehabis melaksanakan

upacara persembahyangan Siwaratri tersebut. Hal yang berbeda disampaikan oleh

Suartini yang mempersepsikan manfaat Siwaratri sebagai hari untuk

menenangkan pikiran dengan bertapa dan dengan itu ia bisa merasakan

penderitaan orang lain yang kesusahan untuk mencari makan. Hal tersebut

disampaikannya (Wawancara, 13 Maret 2017) sebagai berikut:

Manfaat melakukan upacara Siwaratri setahu saya, kita bisa merasakan


bagaimana susahnya orang diluar sana yang kesusahan mencari sebutir
beras untuk makan, dan selain itu juga kita melakukan pertapaan untuk
menenenangkan pikiran.

Hal serupa juga disampaikan oleh Wulan (Wawancara, 13 Maret 2017)

yang menyatakan sebagai berikut :


30

Saya bisa merasakan penderitaan orang lain yang berpuasa bukannya


segaja tidak makan, namun memang tidak bisa makan, jadi saya menjadi
lebih baik lagi.

Pernyataan dari Suartini dan Wulan diatas mengemukakan bahwa

persepsinya mengenai manfaat perayaan Siwaratri mampu memberikan kesadaran

akan kehidupan sehingga turut merasakan penderitaan orang lain. Kemudian

terdapat juga pernyataan yang mempersepsikan perayaan Siwaratri sebagai hari

untuk mengintropeksi diri, hal tersebut disampaikan oleh Kencana (Wawancara,

13 maret 2017) yang menyatakan sebagai berikut:

Manfaatnya bisa memilah hal positive ataupun hal negative sehingga


tidak melakukan pengulangan dosa yang telah diperbuat, dan yang saya
tahu jika seorang wanita melakukan puasa dan tidak tidur pada saat
Siwaratri akan ditemukan jodoh laki-laki yang bertanggung jawab dan
baik.

Bisa dilihat pernyataan yang unik dilihat dari persepsi Kencana diatas, ia

menyatakan bahwa jika wanita lajang yang melakukan begadang dan berpuasa

maka akan menemui jodohnya yang baik kelak. Dan dari pernyataan tersebut

disampaikan bahwa manfaat perayaan Siwaratri sebagai hari untuk

mengintropeksi diri, memilah hal positif maupun negatif, sehingga tidak

melakukan perbuatan berdosa serupa. Sesuai dengan data yang diperoleh, secara

umum remaja Hindu Desa Adat Kuta mempersepsikan manfaat dari perayaan

Siwaratri sebagai perayaan yang bermanfaat untuk penghapusan/ peleburan dosa,

sebagai perayaan yang bermanfaat untuk menenangkan pikiran, dan bermanfaat

untuk intropeksi diri.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melalui hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi reaja

Hindu Desa Adat Kuta mengenai perayaan Siwaratri dapat diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu persepsi mengenai alasan pelaksanaannya, persepsi mengenai

penting atau tidaknya untuk dilaksanakan, kemudian perepsi mengenai manfaat

perayaan Siwaratri tersebut.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Walaupun terdapat juga

jawaban yang menyatakan persepsinya dalam alasan melaksanakan upacara

Siwaratri karena sudah terbiasa, sudah menjadi tradisi, niat begitu saja, dan

bahkan ada juga yang menyatakan tidak pernah melakukannya, namun secara

umum bisa diketahui bahwa sebagian besar persepsi remaja Hindu Desa Adat

Kuta mempersepsikan alasannya melaksanakan upacara Siwaratri untuk sarana

melebur dosa. (2) Secara umum remaja Hindu Desa Adat Kuta mempersepsikan

pentingnya pelaksanaan Siwaratri karena hari itu merupakan hari raya bagi umat

Hindu, serta melalui pelaksanaan hari raya tersebut bisa melakukan intropeksi

serta perenungan atas dosa-dosa yang telah diperbuat, dan mengendalikan diri

untuk pengekangan hawa nafsu. (3) Secara umum remaja Hindu Desa Adat Kuta

mempersepsikan manfaat dari perayaan Siwaratri sebagai perayaan yang

bermanfaat untuk penghapusan/ peleburan dosa, sebagai perayaan yang

bermanfaat untuk menenangkan pikiran, dan bermanfaat untuk intropeksi diri.

31
32

3.2 Saran

Melalui hasil penelitian tersebut, untuk persepsi yang mendekati sumber

sastra, disarankan agar Remaja Hindu Desa Adat Kuta memperdalam kembali

degan membaca sumber-sumber sastra yang berhubungan dengan Siwaratri, baik

itu dari sarana prasarana, esensi, ataupun tujuan pelaksanaan Siwaratri tersebut,

sehingga diharapkan peningkatan pengetahuan bisa diperoleh kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Althusser, Louis, 2008. Tentang Ideologi, Marxisme Strukturalis, Psikkoanalisis,


Cultural Studies. Yoyakarta: Jalasura.

Darmadi, Eka, Agung, Ngurah, I Gusti, 2011. Representasi Budaya Masyarakat


Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam Poskolonialitas
Kawasan Industri Pariwisata. Tesis (Tidak dipublikasikan). Denpasar:
Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Darmawan, 2017. Siwaratri ajang berburu Siwa dengan Gadget Hingga Bercinta.
Denpasar: Nusa Bali.

Janardana, 2011. Ragam Istilah Hindu. Denpasar: Bali Aga.

Pendit, Byoman, 2007. Filsafat Hindu Dharma Sad-Darsana Enam Aliran Astika
(Ortodoks) Buku Kedua. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Margono, 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyitno, Imam, 2011. Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan, Teori, Pelatihan,
Contoh. Bandung: Pt Refika Aditama.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan Research and
Development. Bandung: Alfabeta.

Swarsa, 2013. Eka Likita Desa Adat Kuta.

Tim Pustaka Phoenix, 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta
Barat: Pustaka Phoenix.

Watra, Wayan, dkk, 2007. Pandangan Filosofis, Etika, dan Upakara dalam
Siwaratri di Era Modern. Surabaya: Paramita.
http://kbbi.web.id/persepsi.html, 12/04/2017/8.42PM.
http://kbbi.web.id/pustaka.html/II/004/2017/7:14PM.

31

Anda mungkin juga menyukai