Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

“KEARIFAN LOKAL”

MINIATUR RUMAH ADAT KEBAYA BETAWI


(di ajukan untuk memenuhi tugas projek penguatan profil pelajar pancasila)

Susun Oleh

Ketua : Resnu Ahmad Fattahul Haq (E-8)

Anggota : Orri Raunia Widervi (E-4)


Muhammad Ridho (E-3)

KELAS E\10

SMA NEGERI 95 JAKARTA BARAT


Jl. Satu maret No.49 Pegadungan Kalideres RT 02/RW 04 11830
Tahun ajaran 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-nya. Kami dapat
menyelesaikan proposal projek penguatan profil pelajar pancasila dengan tema “Kearifan
Lokal” tepat pada waktunya.

Seperti kata pepatah, “tidak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari bahwa
proposal ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak hal yang kurang dalam penulisan
proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
penulis dapat memperbaikinya. Harapan penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Aamiin.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Umiarti, M.Pd selaku fasilitator dalam kelompok kami saran serta masukannya dalam
pengerjaan proyek ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................2

Daftar Isi....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................4


1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................6
1.4 Tujuan Masalah.........................................................................................6
1.5 Metode Penelitian......................................................................................6
1.6 Kerangka Penulisan...................................................................................7
1.7 Tinjauan Pustaka........................................................................................8
1.8 Sistematika Penulisan................................................................................9

BAB II TAHAP LANGKAH KERJA..................................................................10

2.1 Tahap pembuatan pondasi........................................................................10


2.2 Tahap lapisan dinding...............................................................................10
2.3 Tahap pembuatan atap..............................................................................10
2.4 Tahap pemasangan atap............................................................................10
2.5 Tahap penyelesaian...................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili


daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.
Menurut Koentjaraningrat (2002: 203) kebudayaan memiliki unsur-unsur universal seperti
bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Salah satu kebudayaan yang dimiliki
Indonesia adalah kebudayaan Betawi. Betawi berasal dari kata Batavia yang sebelumnya
bernama Jayakarta merupakan suatu kawasan yang merupakan perpanjangan kerajaan
Demak. Sebagai daerah pesisir yang memiliki pelabuhan internasional, masyarakat yang
mendiami kawasan Betawi zaman dulu banyak melakukan interaksi dengan pedagang dari
berbagai macam daerah. Para pedagang tersebut antara lain berasal dari Jawa, Melayu, Cina,
serta Arab, yang kemudian menetap dan turut meramaikan keberagaman budaya di kawasan
ini. Ketika Belanda menjadi penguasa kawasan ini, banyak orang dari daerah lain
didatangkan ke tanah Betawi. Hal ini mengakibatkan terjadinya percampuran budaya yang
kemudian dikenal hingga saat ini dengan kebudayaan Betawi.

Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan yang mewakili unsur sistem peralatan
hidup. Salah satu contoh arsitektur dari kebudayaan di

Indonesia adalah rumah Adat. Rumah adat sangatlah erat keterkaitan dengan keseharian sikap
hidup masyarakatnya. Sehingga peradaban suatu kebudayaan dapat diketahui dari sejarah
arsitekturnya (Soeroto. 2003: 11). Menurut Harun, Kartakusumah, Ruchiat, dan Soediarso
(1991: 12) masyarakat Betawi pada umumnya menempati pemukiman dengan pekarangan
yang ditumbuhi oleh pohon buah-buahan. Nampaknya hal ini turut mempengaruhi rumah
adat Betawi yang banyak menggunakan material kayu sebagai material elemen struktural
maupun non-struktural rumah pada rumah adat mereka. Menurut Ching (2008) elemen
struktural merupakan elemen-elemen dalam bangunan yang berfungsi sebagai penyangga,
seperti pondasi, kolom, dinding, dan bidang lantai. Sedangkan elemen non-struktural
merupakan elemen-elemen pengisi bangunan, seperti dinding pemisah,

pintu, dan jendela.

Ornamen sebagai salah satu bagian dari arsitektur rumah adat juga kerap ditemui pada
rumah adat Betawi. Bentuk-bentuk yang digunakan pada ornamen pada rumah adat Betawi
cukup beragam. Mulai dari ornamen dengan bentuk floral yang dekat dengan keseharian
masyarakat Betawi, hingga bentuk-bentuk lainnya yang merupakan stilasi dari motif yang
sudah ada sebelumnya. Ornamen-ornamen tersebut mengisi elemen struktural dan non-
struktural rumah. Seperti adanya ornamen yang menempel pada tiang rumah, ada juga
ornamen pada lisplang, kusen pintu dan lain-lain. Menurut Harun et al. (1991: 37)
Keberadaan ornamen pada rumah adat Betawi menunjukan adanya pengaruh dari berbagai
kebudayaan yang berhubungan dengan Betawi. Seperti yang terlihat dari cara pembuatan dan
penggunaan pola dalam proses pembentukan ornamen yang merupakan pengaruh dari
kebudayaan lain. Selain itu, ornamen pada rumah adat Betawi umumnya juga memiliki
4
simbolnya masing-masing yang mewakili pemaknaan bagi masyarakat Betawi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa terbentuknya ornamen pada rumah adat Betawi tidak hanya
dipengaruhi oleh sikap hidup masyarakatnya saja. Proses terbentuknya kebudayaan Betawi
juga berpengaruh terhadap ornamen pada rumah adat Betawi.

Gambar 1.1 Ornamen Pada Tiang Rumah


(Sumber : Bayu, 2014)

Pada saat ini memang rumah adat Betawi dengan cirikhas ornamen didalamnya agak sulit
ditemui di kota Jakarta. Namun bagi yang ingin melihat keanekaragaman ornamen khas
Betawi dapat mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk
tujuan pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Tempat ini juga ditujukan sebagai
sarana rekreasi dan pengetahuan bagi mereka yang ingin mengenal budaya Betawi lebih
dekat. Pada tempat ini dibangun beberapa bangunan yang menggunakan konsep Betawi
zaman dahulu, namun menggunakan beberapa material yang modern.

Salah satu bangunan yang ada di tempat ini adalah rumah yang dibangun sebagai
percontohan rumah Betawi. Pada rumah ini dapat ditemukan macam-macam ornamen dengan
bentuk, penempatan, dan dimensi beragam. Beberapa ornamen tersebut mempunyai motif
yang diambil dari bentuk-bentuk yang dekat dengan alam, seperti bunga, matahari, dan
bentuk-bentuk geometris lainnya. Ragam ornamen yang ada pada rumah inilah yang menjadi
objek telaah lebih lanjut. Dengan pendeskripsian bentuk ditambah dengan pendekatan
hermeneuntik guna mendapatkan pemahaman yang lebih dari tiap ornamen yang ada. Dengan
demikian tempat ini dirasa layak untuk dijadikan lokasi penelitian tentang tinjauan bentuk
ornamen rumah adat Betawi.

5
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, didapat identifikasi masalah bahwa


keragaman bentuk ornamen pada rumah adat Betawi merupakan salah satu cerminan dari
sikap hidup masyarakat Betawi dan proses terbentuknya kebudayaan Betawi, yang perlu
untuk ditelaah lebih lanjut.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk ornamen yang terdapat pada elemen struktural dan non-

struktural di rumah adat Betawi Setu Babakan.

2. Bagaimana menginterpretasikan pemahaman tentang kaitan terbentuknya ornamen

dengan unsur kebudayaan Betawi melalui simbol yang diwakilinya.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan ilmiah ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menguraikan bentuk ornamen yang ada pada rumah adat

Betawi Setu Babakan.

2. Menguraikan pemahaman tentang kaitan terbentuknya ornamen dengan unsur

kebudayaan Betawi melalui simbol yang

diwakilinya.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan


hermeneuntik. Hermeneuntik adalah ilmu tentang pemahaman. Hermeneuntik mempelajari
tentang fakta-fakta yang diduga memberikan pemahaman penting terhadap manusia dan
kemanusiaannya. Pemahaman

terdiri atas pengertian yang didapat dari simbol-simbol, tanda, atau ikon yang didapat
didalam sebuah komunitas tertentu (Rohman, 2012: 10). Sedangkan metode deskriptif adalah
sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya
kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang
berlangsung

6
(Sukmadinata, 2006).

Pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber dari :

1. Studi Literatur, yaitu penelusuran data melalui buku, jurnal akademik, skripsi, dan

internet.

2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan key person (sumber

kunci informasi) seperti pengurus Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, dan

anggota Lembaga

Kebudayaan Betawi.

3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada objek

penelitian yaitu rumah Betawi di

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Kelurahan Srengseng Sawah


Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

4. Observasi Mekanik, yaitu teknik observasi yang dilakukan dengan bantuan

peralatan mekanik, antara lain: kamera digital, dan aplikasi voice recording.

1.6 Kerangka Penulisan

Kebudayaan Betawi sebagai salah satu identitas yang dimiliki negara

Indonesia tercipta dari percampuran berbagai macam budaya lokal maupun asing. Akulturasi
tersebut salahsatunya turut mempengaruhi terbentuknya arsitektur rumah adat Betawi dengan
beragam ornamen didalamnya.

7
Kebudayaan

Kebudayaan Betawi Arsitektur Tradisional


Betawi

Rumah Adat Betawi


Setu Babakan

Deskriptif Ornamen Uraian

Gambar 1.2 Bagan Kerangka Penelitian


(Sumber : Bayu, 2014)

Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan wawancara untuk mendapatkan informasi
berdasarkan pengetahuan dan informasi yang lengkap. Sebelumnya juga dilakukan studi
literatur untuk menguasai pengetahuan yang diperlukan.

Pada proses analisis dideskripsikan ornamen-ornamen pada rumah adat Betawi Setu
Babakan dari segi bentuk, dimensi, material dan penempatannya.

Di akhir penelitian disimpulkan hasil dari pendeskripsian ornamenornamen tersebut.

1.7 Tinjauan Pustaka

Sebelum dilakukan penelitian ini, telah dilakukan perbandingan dengan penelitian


tentang rumah adat Betawi yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian pada skripsi antara
lain dilakukan oleh Albert, membahas prinsip-prinsip arsitektur dan interior rumah adat
Betawi, dengan ruang lingkup penelitian : bagian-bagian bangunan, konstruksi, bahan &
perlengkapan rumah tangga tradisional Betawi, diambil dari daerah cagar budaya Condet
Jakarta Timur. Oleh Abhu Bakar, membahas bangunan dan tata ruang rumah tinggal
tradisional Betawi, dengan ruang lingkup penelitian : jenis bangunan, bagian dari bangunan,
susunan ruang, & perkembangan dari tata ruang tradisional, diambil dari daerah cagar budaya
Condet Jakarta Timur. Kemudian oleh Ismail Saleh, membahas mengenai keberlanjutan
interior rumah Betawi dalam kemajuan zaman, dengan ruang lingkup penelitian :
kesinambungan dan kontinuitas rumah Betawi setelah perkembangan zaman, dan faktor
penyebab perubahan dan kesinambungan dalam interior rumah Betawi setelah adanya
perubahan, diambil dari daerah kamung budaya Betawi Setu Babakan. Penelitian pada Thesis

8
antara lain dilakukan oleh Ranu Scavia Ria Fitri, membahas megenai arsitektur dan ragam
hias dan elemen estetis rumah tradisional Betawi, dengan ruang lingkup penelitian : bentuk,
pola, dan fungsi fisik rumah tradisional Betawi, juga kandungan-kandungan nilai yang
bermakna etnis dan tercermin dalam arsitektur tradisional Betawi & elemen estetis yang ada,
dengan kasus di

Marunda, Bojong, Jembatan Lima, Kwitang dan Condet. Kemudian oleh Ratu Arum
Kusumawardhani, membahas mengenai liyan dalam arsitektur Betawi, dengan ruang lingkup
penelitian : Keterkaitan antara keliyanan yang terjadi dengan perubahan ruang hidup
masyarakat Betawi, dengan kasus Pada Rumah Betawi di Tangerang Selatan. Penelitian ini
sendiri membahas tentang faktor latar belakang budaya yang mempengaruhi terbentuknya
ornamen pada rumah adat Betawi dan tinjauan visual ornamen, dengan kasus pada rumah
adat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I : Merupakan BAB yang membahas tentang latar belakang masalah


mengenai objek penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah,
maksud dan tujuan penelitian, kerangka penelitian, dan sistematika
penulisan.

BAB II : Merupakan BAB yang berisi tentang Langkah-langkah mengenai


pembuatan miniature rumah ada kebaya tentang pembuatan pondasi,
pemasangan lapis dinding, pembuatan atap, dan tahap penyelesaian

9
BAB II

TAHAP LANGKAH KERJA

2.1. Tahap pembuatan pondasi

Pada tahap ini, bagian paling awal, dan penting adalah tahap pembuat pondasi
agar lebih kuat dan kokoh,keunikan pembuatan pondasi yang yang kami terapkan
yaitu dengan cara menempuk stick es krim menjadi bujur sangkar sebanyak 1 lapis,
lalu di hasil sebanyak 16 pondasi,lalu tiap 2 pondasi tersebut menjadi titik tumpuan
pembuatan dinding, loteng, maupun alas.

2.2. Tahap pemasangan lapis dinding

Pada tahap ini, tiap 2 pondasi yang telah dibuat, dijadikan tumpuan landasan 2
pondasi , lalu tiap- tiap ujung stick es krim ditempel di tiap- tiap landasan 2 pondasi
tersebut sehingga membentuk blok- blok kotak yang sudah ditentukan sedemikian
rupa sesuai perencanaan, juga dibuat pintu dan atap sesuai perencanaan kami.

2.3. Tahap pembuatan atap

Pada tahap ini cara pembuatan atap adalah dengan menyusun 14 stick secara
memanjang dengan 2 buah stick sebagai penguat agar tidak mudah melengkung atau
bengkok.

2.4. Tahap pemasangan atap

Pada tahap ini kuda- kuda dan atap yang telah dipersiapkan dipasang dengan
hati- hati, karena kemiringan atap bisa membuat proses pengeringan lem menjadi
sulit, pada bentuk atap, kami membuat atap yang satu sama lain menjadi unik dengan
sudut kemiringan yang berbeda, sehingga 1 atap ada yang lebih panjang tetapi
sudutnya lebih kecil, di lain atap ada yang pendek tapi sudutnya besar.

2.5. Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian ini, hal yang kami lakukan adalh dengan menyatukan blok -
blok diatas papan triplek sehingga menjadi ruamh yang seutuhnya ,lalu pembuatan
teras.

10
DAFTAR PUSTAKA

 http://digilib.unimed.ac.id/16614/8/209451006%20BAB%20I.pdf
oleh F Gunawan * 2014

 https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/44373/23/laporan%20akhir
%20maket%20bilbul.pdf
 https://id.scribd.com/document/428703274/MAKALAH-RUMAH-DARI-STIK-ES-
KRIM\
oleh novi natalia *2020
 https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=252218
 http://digilib.isi.ac.id/2546/5/JURNAL%20RUMAH%20KEBAYA%20ETNIS
%20TIONGHOA%20PANONGAN%20KABUPATEN%20TANGERANG
%20PROVINSI%20BANTEN.pdf
oleh puspha *2017

11

Anda mungkin juga menyukai