Anda di halaman 1dari 3

 Penerapan Nilai Pancasila Terkait Sistem Irigasi Subak

Pancasila telah terealisasikan dalam setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara sehingga Pancasila disebut sebagai dasar falsafah negara. Hal ini berdasarkan suatu
kenyataan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah melekat pada kebudayaan
maupun adat istiada bangsa Indonesia. Begitupun dalam sistem irigasi subak, selama ini subak
berjalan pada konsep Tri Hita Karana yang pada dasarnya konsep tersebut telah menjadi bagian
dari sila-sila yang terkandung dalam Pancasila.

Wujud Nyata Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Sistem Irigasi Subak

 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
sistem irigasi subak, penerapan sila pertama ini terkandung dalam salah satu konsep
Tri Hita Karana yakni parahyangan yang merupakan hubungan harmonis antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pura
Bedugul atau Pura Uluncarik untuk memuja Dewi Sri, manifestasi Tuhan selaku Dewi
Kemakmuran.

Persembahyangan di subak dilaksanakan secara perseorangan setiap harinya,


persembahyangan yang dilakukan yakni mebanten ( menghaturkan canang dan berdoa
memohon diberi kelancaran dalam bertani ) maupun bersama-sama pada perayaan
tertentu, contohnya saat Tumpek Wariga. Tumpek Wariga merupakan perayaan bagi
tumbuh-tumbuhan, dimana menurut kepercayaan umat Bali bahwa Tuhan telah
menganugerahkan tumbuh-tumbuhan untuk dikelola dan hendaknya jangan lupa
bersyukur pada Tuhan atas segala nikmat yang dianugerahkan-Nya.

 Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Dalam sistem irigasi subak, bukti nyata penerapan sila kedua adalah adanya konsep
pawongan dalam Tri Hita Karana. Pawongan adalah suatu hubungan harmonis antara
anggota subak (krama subak) dengan anggota lainnya. Tanpa adanya keharmonisan,
sistem irigasi subak tidak akan dapat berjalan karena dalam mengelola subak
diperlukan kerjasama dan partisipasi aktif seluruh krama subak.

 Sila Persatuan Indonesia

Sila ketiga diterapkan dalam sistem irigasi subak ditandai dengan adanya organisasi
yang mengatur sistem irigasi subak. Adanya organisasi subak disesuaikan dengan
kepentingan petani sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan konflik yang
terjadi dalam subak dapat dihindari agar tercipta persatuan dan keharmonisan antara
masing-masing anggota subak.

 Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan dan Perwakilan

Adanya rapat yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama merupakan


pengamalan sila keempat yakni sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Ketua subak (pekaseh)
bersama para petani, peternak, juga pengelola kegiatan yang terkait dengan air selalu
melakukan perencanaan dan melaksanakan pengairan baik untuk sawah, kolam ikan,
termasuk air bersih dengan sangat adil melalui musyawarah (di Bali disebut Sangkep
(Angkep = mendekat)) . Perencanaan matang disiapkan bagaimana nantinya sebuah
lahan akan diberi air, seberapa banyak, seberapa lama, dan bagaimana mereka bekerja
semua terencana dengan baik.
 Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Wujud nyata pengamalan sila kelima dalam sistem irigasi subak adalah pendistribusian
air. Pendistribusian air dilakukan secara adil dan merata untuk seluruh anggota. Saat
irigasi berjalan baik, mereka menikmati kecukupan air bersama-sama. Sebaliknya, saat
air irigasi sangat kecil mereka akan mendapat air dalam jumlah yang terbatas bersama-
sama.

Jadual tanam pun dilaksanakan secara ketat dan adil. Waktu tanam ditetapkan dalam
sebuah kurun tertentu. Umumnya, ditetapkan dalam rentang waktu 2 minggu. Petani
yang melanggar akan dikenakan sanksi. Dengan begitu akan tercipta keadaan yang
kondusif dari setiap anggota.

Anda mungkin juga menyukai