Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
sistem irigasi subak, penerapan sila pertama ini terkandung dalam salah satu konsep
Tri Hita Karana yakni parahyangan yang merupakan hubungan harmonis antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pura
Bedugul atau Pura Uluncarik untuk memuja Dewi Sri, manifestasi Tuhan selaku Dewi
Kemakmuran.
Sila ketiga diterapkan dalam sistem irigasi subak ditandai dengan adanya organisasi
yang mengatur sistem irigasi subak. Adanya organisasi subak disesuaikan dengan
kepentingan petani sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan konflik yang
terjadi dalam subak dapat dihindari agar tercipta persatuan dan keharmonisan antara
masing-masing anggota subak.
Wujud nyata pengamalan sila kelima dalam sistem irigasi subak adalah pendistribusian
air. Pendistribusian air dilakukan secara adil dan merata untuk seluruh anggota. Saat
irigasi berjalan baik, mereka menikmati kecukupan air bersama-sama. Sebaliknya, saat
air irigasi sangat kecil mereka akan mendapat air dalam jumlah yang terbatas bersama-
sama.
Jadual tanam pun dilaksanakan secara ketat dan adil. Waktu tanam ditetapkan dalam
sebuah kurun tertentu. Umumnya, ditetapkan dalam rentang waktu 2 minggu. Petani
yang melanggar akan dikenakan sanksi. Dengan begitu akan tercipta keadaan yang
kondusif dari setiap anggota.