Anda di halaman 1dari 10

Jurnal EduFisika Vol. 02 No.

02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935


E-ISSN: 2548-6225

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL


BELAJAR FISIKA KELAS XI MIA
SMA N 1 MUARO JAMBI

Suci Amalia Utami1), Menza Hendri2), dan Darmaji3)


1,2,3)
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi
Email: suciamelia896@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lingkungan belajar yang berbeda-beda pada siswa yang
mengikuti pelajaran di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
lingkungan belajar terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI MIA SMAN 1 Muaro Jambi..
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kuantitatif korelasional. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah lingkungan belajar sedangkan hasil belajar sebagai variabel terikat. Populasi yang diambil
adalah Siswa kelas XI MIA SMA N 1 Muaro Jambi. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik
random sampling yaitu sampel diambil secara acak dari setiap kelas yang akan diteliti dengan taraf
kepercayaan 95% dengan ukuran sampel 122 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan
angket dan tes soal. Teknik analisis data uji asumsi dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
dengan bantuan software SPSS 22. Hasil uji hipotesis menggunakan uji korelasi product moment
dengan perhitungan secara manual pada taraf kepercayaan 95% α = 0,05 df=122 diperoleh nilai
korelasi pearson 0,569 artinya ada korelasi yang cukup antara lingkngan belajar dan hasil belajar
maka H0 ditolak hal ini dapat diartikan bahwa H1 diterima yaitu terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara lingkungan belajar dan hasil belajar fisika siswa.
Kata Kunci : Lingkungan Belajar, Hasil Belajar
Pendahuluan pengawasan guru”. Lingkungan belajar di
sekolah yang kondusif dan tenang dapat juga
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu mejadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan alam yang mempelajari gajala- minat dan ketertarika siswa dalam pelajaran
gejala alam yang terjadi disekitar kita. Ilmu fisika, lingkungan demikian dibutuhkan karena
fisika juga dapat digunakan untuk menjawab pelajaran fisika membutuhkan ketelitian dan
pertanyaan mengenai fenomena menarik yang kefokusan yang tinggi agar apa yang dipelajari
yang terjadi disekitar kehidupan manusia. siswa dapat diserap dan dipahami, sehingga
Selama proses belajar mengajar berlangsung, dapat memudahkan siswa dalam mencapai
tentunya akan ada sebuah tes yang bertujuan hasil belajar yang lebih baik lagi.
untuk melihat kemampuan dan hasil belajar Menurut Saroni dalam Jamal
siswa selama mengikuti pelajaran. Faktor (2011:110) menyatakan bahwa, “Lingkungan
eksternal pada lingkungan belajar siswa. belajar adalah segala sesuatu yang
Lingkungan belajar merupakan tempat di berhubungan dengan tempat proses
mana guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran dilaksanakan”. Selanjutnya
belajar mengajar guna meningkatkan Lingkungan belajar mencakup dua hal utama,
kemampuan akademis siswa, dan memberikan yaitu lingkungan fisik dan lingkungan social.
berbagai macam pelajaran yang akan diterima Lingkungan fisik adalah lingkungan
oleh siswa salah satunya adalah pelajaran yang ada di sekitar siswa belajar, berupa sarana
fisika. Suhardi (2012:6) menyatakan bahwa, fisik, baik yang ada di dalam sekolah maupun
“Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan di sekitar sekolah, termasuk masyarakat.
pendidikan dalam keluarga. Dan pendidikan Dalam hal ini lebih ditekankan pada
ini dilaksanakan secara mandiri dimana anak- lingkungan fisik dalam kelas, alat/media
anak tidak lagi dilayani oleh orang tuannya, belajar yang ada, dan alat/media belajar.
akan tetapi pendidikan di sekolah dibawah Lingkungan sosial berhubungan dengan pola

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 58


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

interaksi antarpersonal yang ada di lingkungan pembelajaran sebagai kerangka konseptual


sekolah secara umum. Kondisi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam
yang kondusif hanya dapat dicapai jika melakukan pembelajaran”. Dengan demikian,
interaksi sosial ini berlangsung dengan baik. model pembelajaran merupakan kerangka
Sekolah merupakan lembaga konseptual yang melukiskan prosedur yang
pendidikan formal yang secara sistematis sistematis dalam mengorganisasikan
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
dan/atau pelatihan dalam rangka membantu belajar.
para siswa agar mampu mengembangkan Kurikulum diartikan sebagai sejumlah
potensinya secara optimal, baik yang kegaiatan yang diberikan kepada siswa.
menyangkut aspek moral-sritual, intelaktual, Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan
emosional, social, maupun fisik motoriknya. bahan pelajaran agar siswa menerima,
Menurut Hakim (2000: 18) menjelaskan menguasai dan mengembangkan bahan
bahwa, “Kondisi lingkungan sekolah yang pelajaran itu. Perlu diingat bahwa sistem
dapat mempengaruhi kondisi belajar antara intruksional sekarang menghendaki proses
lain adanya guru yang baik dalam jumlah yang belajar mengajar yang mementingkan
cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang kebutuhan siswa, guru perlu mendalami siswa
studi yang ditentukan, peralatan belajar yang dengan baik, harus mempunyai pencernaan
cukup lengkap, gedung sekolah yang yang mendetail, agar dapat melayani siswa
memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya belajar secara individual. Menurut
proses belajar yang baik, adanya teman, dan Aunurahman (2016: 194) menyatakan bahwa,
keharmonisan di antara semua personil “Kurukulum merupakan panduan yang
sekolah”. Menurut Sudjana (2014:3) dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk
menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai aktifitas pembelajran, mulai dari penyusunan
hasil belajar dalam pengertian yang luas rencana pembelajaran, pemilihan materi
mencakup bidang kognitif, afektif, dan pembelajaran, menentukan
psikomotorik”. Akan tetapi, Sudjana (2014:23) pendekatan/metode, memilih dan menentukan
menyebutkan bahwa diantara ketiga ranah itu, media pembelajaran, menentukan teknik
ranah kognitif lah yang paling banyak dinilai evaluasi, kesemuanya harus berpedoman pada
oleh para guru karena berkaitan dengan kurukulum”,
kemampuan para siswa dalam menguasai isi Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang
dan bahan pengajaran. Menurut “Slameto baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan
(2013:54) menyatakan bahwa faktor-faktor menyukai mata pelajaran yang diberikan
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, sehingga siswa berusaha mempelajarinya
tetapi dapat digolongkan menjadi dua sebaik-baiknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya,
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor jika siswa membenci gurunya, maka ia segan
ekstern”. Adapun faktor ekstern yang dapat mempelajari mata pelajaran yang
mempengaruhi belajar siswa adalah faktor diberikannya, akibatnya pelajaran tidak maju.
sekolah. Faktor sekolah terdiri dari metode Menurut Davis (2003) dalam Schunk dkk
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, (2012:422) mengemukakan bahwa,
relasi siswa dengan siswa, waktu sekolah, ”Begabagai keyakinan yang dimiliki oleh guru
pelajaran, dan waktu sekolah, standar seperti tentang kemampuan mengajar dan
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tentang kemampuan belajar murid-murinya
tugas rumah. mempengaruhi relasi antara dirinya dengan
Model mengajar adalah suatu cara/ murid-muridnya”. Sedangkan menurut
jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Sardiman (2014: 147) menyatakan bahwa,
Model mengajar mempengaruhi belajar dan “Hubungan guru dan siswa/anak didik di
berakibat kepada hasil belajar. Agar siswa dalam proses belajar mengajar merupakan
dapat belajar dengan baik, maka model faktor yang sangat menentukan”.
mengajar yang digunakan harus diusahakan Bagaimananpun baiknya bahan pelajaran yang
yang tepat, efisien, dan seefektif mungkin. diberikan, bagaimnapun sempurnya metode
Menurut Joyce dan Weil dalam Sumantri yang digunakan, namun jika hubungan guru-
(2015:37) mendefinisikan, “Model siswa merupakan hubungan yang tidak

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 59


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

harmonis, maka dapat menciptakan hasil yang karena itu, belajar yang produktif diperlukan
tidak diinginkan. adanya waktu belajar. Jadi memilih waktu
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh
tingkah laku yang kurang menyenangkan yang positif terhadap belajar.
teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau Guru berpendirian untuk
sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan mempertahankan wibawanya, perlu memberi
diasingkan dari kelompok. Akibat makin parah pelajaran diatas ukuran standar. Bila banyak
masalahnya dan akan menganggu belajarnya. siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari
Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk mata pelajarannya, guru semacam itu merasa
sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak senang. Tetapi berdasarkan teori belajar yang
karena di sekolah mengalami perlakuan yang mengingat perkembangan psikis dan
kurang menyenangkan dari teman-temannya. kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal
Menciptakan relasi yang baik antar siswa tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam
adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh menuntut penguasaan materi harus sesuai
yang positif terhadap belajar siswa. Menurut dengan kemampuan siswa masing-masing.
Sage dan Knermann (1994) dalam Schunk dkk Yang penting tujuan yang telah dirumuskan
(2012:422) mengemukakan bahwa, dapat tercapai.
“Kelompok rekan sebaya cenderung Dengan jumlah siswa yang banyak
mendukung atau tidak mendukung perilaku serta karakteristik mereka masing-masing
rekan-rekan sebaya yang bergantung pada menuntut keadaaan gedung dewasa ini harus
apakah perilaku tersebut kosisten dengan memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana
norma kelompok”. mungkin mereka dapat belajar dengan enak
Kedisiplinan sekolah erat hubunganya kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap
dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga siswa. Keadaan gedung yang diantaranya
dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup memiliki ventilasi udara yang baik, sinar
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan matahari dapat masuk, penerangan lampu yang
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/ cukup, ruang kelas yang luas, kondisi gedung
karyawan dalam pekerjaan administrasi dan yang kokoh. Apabila suasana ruang gelap,
keberhasilan/ keteraturan kelas, gedung ruangan sempit, tidak ada ventilasi dan gedung
sekolah dan lain-lain. Dengan demikian agar rusak akan menjadikan proses belajar yang
siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin kurang baik sehingga memungkunkan proses
didalam belajar baik di sekolah, di rumah dan belajar menjadi terhambat. Menurut
perpustakaan, agar siswa disiplin haruslah guru Aunurrahman (2016:195) menyatakan bahwa,
beserta staf yang lain disiplin pula. Menurut “Sarana dan prasarana pembelajaran merupakn
Prijodarminto (2003:23) menyatakan bahwa, faktor yang turut memberikan pengaruh
“Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta terhadap hasil belajar siswa.” Keadaan gedung
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur,
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, tersediannya fasilitas kelas dan laboratorium,
dan atau ketertiban”. tersediannya buku-buku pelajaran, media/alat
Menurut Thobroni (2015:31) bantu belajar merupakan komponen-komponen
menyatakan bahwa, “Belajar yang digunakan penting yang dapat mendukung terwujudnya
terus menerus dalam jangka waktu yang lama kegiatan belajar-belajar siswa.
dan tanpa istirahat terbutkti tidak efektif dan Banyak siswa melaksanakan cara
efisien”. Waktu sekolah adalah waktu belajar yang salah. Dalam hal ini perlu
terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang
waktu itu dapat pagi, siang, sore/ malam hari. tepat dan efektif pula hasil belajar siswa itu.
Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar Juga dalam pembagian waktu belajar, kadang-
siswa, jika terjadi siswa terpaksa masuk kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus
sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat menerus, karena besok akan tes. Menurut
dipertanggung jawabkan, dimana siswa harus Sanjaya (2013:147) menyatakan bahwa,
istirahat tetapi terpaksa harus masuk sekolah “Metode adalah cara yang digunakan untuk
sehingga mereka masuk sekolah dengan mengimplementasikan rencana yang sudah
keadaan mengantuk dan sebagainya. Oleh disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 60


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

telah disusun tercapai secara optimal”. Waktu


belajar terutama adalah di sekolah, disamping
untuk belajar waktu di rumah biarlah
Alur Penelitian
digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka
diharapkan guru jangan terlalu banyak
memberi tugas yang harus dikerjakan di
rumah. Sehingga anak itu tidak mempunyai
waktu lagi kegiatan yang lain.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
lingkungan belajar terhadap hasil belajar fisika
siswa kelas XI MIA SMA N 1 Muaro Jambi.
Adapun manfaat yang diharapkan dapat
berguna sebagai acuan yang dapat digunakan
oleh pendidik sebelum menyajikan pelajaran
dihadapan siswa dengan memperhatikan
lingkungan belajar yang dihadapi siswa-siswa
didalam kelas atau setikar lingkungan belajar
di sekolah agar dapat tercapainya hasil belajar
yang lebih baik lagi di bidang mata pelajaran
fisika. Sehingga lingkungan belajar tidak
menjadi hambatan bagi seorang pendidik untuk
menyajikan mata pelajaran fisika didepan
siswa.
Hipotesis Penelitian Variabel Penelitian
Terdapat hubungan antara lingkungan belajar Variabel yang digunakan dalam penelitian
terhadap hasil bejar siswa pada mata pelajaran ini yaitu lingkungan belajar sebagai variabel
fisika di sekolah bebas (X) dan hasil belajar siswa sebagai
variabel terikat (Y).
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis
penelitian asosiatif kuantitatif jenis
korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk X = Lingkungan Belajar
mencari hubungan antara Lingkungan belajar Y= Hasil belajar
dan hasil belajar fisika siswa kelas XI MIA
SMA N 1 Muaro Jambi. Populasi dan Sampel
Populasi
Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi
populasi adalah siswa kelas XI MIA SMA N 1
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Muaro Jambi. Adapun jumlah siswa yang
Muaro Jambi Kecamatan Pijoan, Muaro Jambi akan dijadikan sebagai populasi dalam
pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 jumlah keseluruhan siswa kelas XI MIPA


SMA N 1 Muaro Jambi

No. Kelas Jumlah


1 MIPA 1 35 siswa
2 MIPA 2 34 siswa
3 MIPA 3 34 siswa
4 MIPA 4 34 siswa
5 MIPA 5 36 siswa
Jumlah total siswa 173 siswa

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 61


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

Sumber :Dokumen sekolah agar kemampuan siswa tidak berbeda jauh


dengan kemampuan siswa yang akan diteliti.
Responden untuk uji coba instrumen berjumlah
Sampel 34 siswa/i. Uji coba instrumen angket
Sampel akan diambil secara acak dengan dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12
cara melihat tabel penentuan jumlah sampel September 2017. Pengujian validitas dalam
dari populasi dengan taraf kesalahan 5%. Pada menganalisis hasil uji coba dilakukan dengan
penelitian ini mengambil taraf kesalahan menggunakan rumus korelasi product moment.
sebesar 5%, dengan jumlah sampel sebesar Instrumen angket yang digunakan setelah
119. Penentuan sampel dilakukan dengan cara diseleksi terdiri dari 34 item menggunakan
memberikan peluang yang sama kepada skala Likert dengan alternatif jawaban yang
anggota populasi untuk dipilih menjadi disediakan.
anggtoa sampel.
Penentuan jumlah sampel yang dapat Reliabilitas Angket
diambil dilakukan dengan membagi jumlah Untuk menghitung koefisien reliabilitas
siswa dalam kelas dengan jumlah keseluruhan tes uraian menggunakan rumus Alpha.
siswa kelas XI MIPA setelah itu dikalikan Menurut Arikunto (2010) adapun rumus Alpha
dengan jumlah sampel 5% yang terdapat pada itu sendiri adalah :
tabel penentuan jumlah sampel. 𝑛 ∑ 𝜎𝑖2
r11=[𝑛− ] [1 − ] ...............................(2)
Pada pecahan bilangan yang terdapat 𝜎𝑡2
koma, pecahan dibulatkan ke atas. Hal ini
dilakukan agar jumlah sampel yang didapatkan di mana :
lebih dari 119, hal ini menjadi lebih aman dari 𝑟 = Reliabilitas instrumen
pada jumlah sampel yang kurang dari 118 n = Banyaknya butir pertanyaan atau
sampel. Dari hasil perhitungan yang banyaknya soal.
didapatkan dari setiap kelas yang telah ∑𝜎𝑖 = Jumlah Varians butir
dijumlahkan, maka jumlah sampel yang akan 𝜎 = Varians total
diteliti pada penelitian ini sejumlah 122 siswa. Menghitung varians skor tiap-tiap
item dengan rumus :
∑𝑋 2
Instrumen Penelitian ∑ 2−
Adapun instrumen dalam penelitian ini 𝜎 = 𝑁
...........................................(3)
adalah (1) Angket Lingkungan Belajar (2) Tes Dimana : 𝜎 = varians skor tiap-tiap soal
Hasil Belajar ∑ = jumlah kuadrat item
 = jumlah item dikuadratkan
𝑁 = jumlah siswa
1. Lembar Angket
Untuk validitas angket digunakan rumus Dari analisis data yang telah dilakukan
korelasi product moment dikutip dari Arikunto dapat dilihat tingkat reliabilitas instrumen
(2013) dengan rumus: angket dengan menggunakan alpha cronbach’s
∑ − ∑ ∑ dengan nilai alpha sebesar 0,861. Berdasarkan
𝑟 = ...............(1)
√{ ∑ 2 − ∑ 2 2 }{ ∑ 2 − ∑ 2}
koefisien reliabilitas angket dapat disimpulkan
dengan: bahwa item secara keseluruhan dikatakan
𝑟 = koefisien korelasi antara x dan y memiliki reliabilitas sangat tinggi.
N = jumlah subjek
∑xy = jumlah perkalian antara skor x dan
skor 2. Soal Tes Hasil Belajar Fisika
x = jumlah total skor x Validitas Soal
y = jumlah total skor y Pada penelitian ini, soal yang diuji
= jumlah dkuadrat x cobakan sebanyak 40 soal. Dari soal yang
= jumlah dari kuadrat y diujikan tersebut, setelah dianalisis validitas,
Sebelum instrumen angket digunakan reliabilitas, daya beda, dan tingkat
dalam penelitian terlebih dahulu diujicobakan kesukarannya diambil 20 soal yang memenuhi
kepada responden. Responden yang dipilih indikator pembelajaran. Untuk menguji
dalam uji coba adalah siswa kelas XII SMA validutas soal digunakan rumus sebagai
tempat melakukan penelitian, hal ini bertjuan berikut:

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 62


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

𝑘 2 −∑
𝑟 = .................................(5)
2
............ (4) 𝑘−
Untuk mendapatkan nilai varians
Keterangan: total dapat digunakan rumus sebagai berikut:
n : jumlah reponden
x skor variable (jawaban responden) .......................................... (6)
y skor total dari variable untuk reponden ke –n Dari analisis data yang telah dilakukan
Suatu instrument penelitian dikatakan menggunakan metode kuder Richardson-20
valid, bila: dengan α = 0,05 dan kepercayaan 95% didapat
1. Koefisien korelasi product moment r11 = 0,596. Untuk jumlah responden (n = 34)
melebihi 0,3 (Azwar, 1992; maka dk = 33, sehingga untuk taraf
Soegiyono, 1999). signifikansi 0,05 didapat rtabel = 0,344.
2. Koefisien korelasi product moment R- Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir soal
tabel (α ; n – 2) n = jumlah sampel. reliabel karena r11 > rtabel, yakni 0,596 > 0,344
3. Nilai sig ≤ α. pada kategori reliabilitas sedang.
Sebelum instrumen tes hasil belajar
digunakan dalam penelitian terlebih dahulu Taraf kesukaran soal
diujicobakan kepada responden. Responden Untuk menentukan taraf kesukaran
yang dipilih dalam uji coba ini adalah siswa digunakan persamaan perikut.
kelas XII SMA N 1 Muaro Jambi berjumlah 34
siswa/i. Uji coba instrumen tes hasil belajar
dilaksanakan pada tanggal 27 September ..................................................... (7)
2017. Keterangan:
Dari analisis data yang telah dilakukan, I = indeks kesulitan unutk setiap butir soal
dapat dilihat butir soal mana saja yang valid B = banyaknya siswa yang mnjawab benar
dan memiliki validitas sangat tinggi, tinggi, setiap butir soal
sedang, rendah maupun sangat rendah pada N = banyaknya siswa yang memberikan
tabel berikut. jawaban pada soal yang dimaksudkan

Tabel 2 Tingkat Validitas Instrumen Tes Hasil Tabel 3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
Belajar
No. No. Butir soal Tingkat
No. Kriteria Nomor item soal kesukaran
1 Validitas sangat - 1 3, 4, 12, 25, 31, 33, 36, Sukar
2 1, 2, 6, 7, 8, 10, 13, 14, Sedang
tinggi
17, 18, 20, 21, 23, 24,
2 Validitas tinggi 9, 16, 26, 27, 28, 29, 30, 32,
3 Validitas cukup 6, 22, 24, 26, 27, 34, 35, 37, 38, 39, 40
tinggi 28, 29, 37, 39 3 5, 9, 11, 15, 16, 19, 22 Mudah
4 Validitas rendah 2, 3, 4, 8, 11, 12,
14, 17, 18, 19, 23, Daya beda soal
25, 31, 32 Untuk menentukan daya beda butir soal
5 Validitas sangat 1, 5, 7, 10, 13, 15, digunakan rumus menurut Purwanto (2014)
rendah 20, 21, 30, 33, 34, dengan persamaan berikut.
35, 36, 38, 40
......................................... (8)
Keterangan:
Reliabilitas Soal DB = Daya beda
Dalam penelitian ini untuk menentukan TB = Jumlah peserta yang menjawab
tingkat reliabel instrumen soal digunakan benar pada kelompok siswa yang
metode Kuder Richardson-20 (KR-20). mempunyai kemampuan tinggi
Metode KR-20 ini berguna untuk menentukan T = Jumlah kelompok siswa yang
tingkat reliabilitas intrumen soal yang mempunyai kemapuan tinggi
menggunakan penilaian jika jawaban benar RB = jumlah peserta yang menjawab benar
bernilai 1 dan jika jawaban salah bernilai 0. pada kelompok siswa yang
Adapun rumus KR-20 adalah (Purwanto 2014). mempunyai kemampuan rendah

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 63


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

R = jumlah kelopok siswa yang


mempunyai kemampuan rendah.
Dari analisis data yang telah dilakukan
dapat dilihat butir soal mana saja yang baik, Uji Asumsi
cukup, jelek maupun sangat jelek pada tabel 3 Uji Normalitas
berikut. Pada penelitian ini untuk mengetahui
apakah data penelitian berdistribusi normal
Tabel 4 Hasil Daya Beda Soal atau tidak digunakan uji normalitas dengan uji
No. No. Butir soal Daya One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
Beda bantuan program SPSS 22 dengan kriteria
1 26, 28 Baik pengambilan keputusan: Jika nilai Asymp Sig
Sekali (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi
2 1, 14, 17, 18, 19, 20, 22, 24, Baik
normal.
25, 27, 29, 34, 37, 39
3 2, 3, 6, 9 Cukup
4 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, Jelek Uji Homogenitas
16, 21, 23, 30, 31, 32, 33, Uji homogenitas peneliti menggunakan
35, 36, 38, 40 Uji Levene statistics dengan bantuan program
SPSS 22 dengan kriteria pengambilan
keputusan: Jika nilai Asymp Sig (2-tailed) >
Teknik Analisis data 0,05 maka data homogen.
Pada teknik analisis data Lingkungan
Belajar siswa dalam lembar angket. Skor hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
angket jika siswa memilih sangat setuju 4, Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui
setuju 3, tidak setuju 2 sangat tidak setuju 1. hubungan Lingkungan Belajar (X) dengan
Klasifikasi skor berdasarkan jumlah yang di hasil belajar (Y). Peneliti menggunakan uji
peroleh dapat di hitung menggunakan rumus korelasi secara manual dengan kriteria
menurut Widoyoko (2014) sebagai berikut: pengambilan keputusan: Jika, -ttabel ≤ thitung ≤
ttabel maka Ho diterima. Jika, thitung >ttabel
Jarak interval (i) = Skor Tertinggi – Skor maka Ho ditolak.
Terendah
4
= 140 – 35 Hasil dan Pembahasan
4 Penelitian ini dilakukan di SMA N 1
= 26,25 Muaro Jambi, dengan jumlah populasi
keseluruhan 173 siswa, dengan jumlah sampel
sebanyak 122 siswa yang diambil secara acak
Analisis data hasil belajar siswa kelas XI MIA dengan taraf kepercayaan 90%.
SMA N 1 Muaro Jambi.
Proses perhitungan data hasil belajar Deskriptif data
siswa diperoleh dari pemberian tes ulangan
harian pada tahap evaluasi, dimana soal-soal Descriptives
Std.
berbentuk objektif dengan empat alternatif Statistic
Error
pilihan. Untuk menganalisis data digunakan Mean 103,07 1,073
rumus yang dikemukakan oleh Arikunto 95% Lower
100,94
Confidence Bound
(2013).
Interval for Upper
105,19
= − − ..............................(9) Mean Bound
5% Trimmed Mean 103,30
Dengan: Medium 102,00
Lingkungan
S = Skor Belajar
Variance 140,508
R = Jumlah jawaban yang benar Std. Deviation 11,854
Minimum 73
W = Jumlah jawaban yang salah Maxsimum 125
Wt = Bobot soal Range 52
O = Banyaknya options Interquartile Range 17
Skewness -,153 ,219
Kurtosis -,486 435

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 64


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

Descriptives Statistic
Std.
N Range Minimum Maximum Sum Mean Variance
Deviation
Hasil
122 45 50 95 9180 75,25 ,847 9,358 87,542
Belajar
Valid N
122
(listwise)

Berdasarkan tabel diatas terlihat jumlah dalam penelitian yang bertujuan untuk
responden (N) ada 122, dari 122 responden ini mengetahui kekuatan atau bentuk arah
didapat skewness dan kurtosis masing-masing hubungan diantara dua variabel dan besarnya
-,153 dan 0,435 sehingga dapat disimpulkan pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang
bahwa data hasil belajar terdistribusi normal. satu (variabel bebas) terhadap varibael lainnya
(varibel terikat)”. Jadi korelasi digunakan
untuk menentukan seberapa kuat hubungan
Uji Asumsi
antara dua data apakah variabel bebas
Uji Normalitas
Tabel 5 uji normlitas
mempunyai hubungan yang kuat dengan
variabel terikat. Dalam penelitian
Test of Normality menggunakan taraf signifikasi 5%. Adapun
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wink hasil perhitungan hipotesis yang dilakukan
Statistic df Sig. Statistic df Sig. secara manual untuk hubungan lingkungan
Lingkungan
Belajar ,078 122 ,067 ,976 122 ,028 belajar dengan hasil belajar siswa r = 0,569 > α
= 0,05 maka Ho ditolak atau dapat dikatakan
Tabel diatas merupakan data hasil uji terdapat hubungan yang positif antara
normalitas data penelitian menggunakan lingkungan belajar dan hasil belajar. dan di
SPSS.22. Dari tabel Kolmogorov-Smirnov dapatkan pula hasil dari thitung = 9, 217 dan ttabel
dapat dilihat bahwa nilai Dhitung = 0,078 dan t(α, n-2) = 1,980, ternyata thitung = 9, 217 > =
nilai Dtabel = 0,124 ternyata nilai Dhitung = 0,078 1,980. Ttabel maka Ho ditolak. Artinya terdapat
< Dtabel = 0,124 Ho diterima. Untuk nilai hubungan antara lingkungan belajar terhadap
signifikansinya Asymp. Sig (2-tailed) = 0,067 hasil belajar siswa kelas XI MIA SMA N 1
dan α/2 = 0,05/2 = 0,025. Membandingkan Muaro Jambi.
(sig) dengan taraf signifikansi (α) dari tabel Dari data hasil penelitian yang telah
test statistics nilai sig = 0,067, ternyata sig = dilakukan dari 122 sampel terdapadat 37 siswa
0,067 > 0,025 Ho ditrima maka data yang memiliki lingkungan belajar yang sangat
berdistribusi normal. baik, 34 siswa yang memiliki lingkungan
belajar baik, 40 siswa yang memiliki
Uji Homogenitas lingkungan belajar yang kurang, dan 11 siswa
Tabel 6 uji homogenitas yang memiliki lingkungan belajar yg kurang
Levene baik. Dalam bentuk persentase 30% yang
df1 df2 Sig.
Statistic memiliki lingkungan belajar sangat baik, 28%
1,894 4 117 ,116
yang memiliki lingkungan belajar baik, 33%
yang memiliki lingkungan belajar cukup baik,
Berdasarkan hasil uji Homogenitas dan 9% yang memiliki lingkungan belajar
dengan menggunakan SPSS.22 dari tabel test kurang. Berikut diagram pie hasil angket
of homogeneity of variances dapat diketahui lingkungan belajar disekolah:
signifikansi sebesar 0,116. Nilai ini
menunjukkan bahwa nilai sig > α = 0,116 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
homogen atau mempunyai varian yang sama.

Uji Hipotesis Penelitian


Siregar (2014) menyatakan bahwa,
“Korelasi adalah suatu bentuk analisis data

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 65


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

Gambar 4.1 diagram pie persentase lingkungan Hal ini bertujuan agar siswa di sekolah merasa
belajar dari 122 siswa nyaman dan senang berada dilingkungan
sekolah sehingga dapat mendorong siswa
Sehingga dapat disimpulkan, dari hasil
untuk lebih semangat dan termotivasi dalam
penelitian didapat 30% atau 37 siswa yang
belajar sehingga hasil belajar siswa menjadi
memiliki lingkungan belajar sangat baik, 28%
lebih baik lagi.
atau 34 yang memiliki lingkungan belajar baik,
33 atau 40 siswa yang memiliki lingkungan
Simpulan dan Saran
belajar yang cukup baik, dan 9% atau terdapat
Simpulan
11 siswa yang memiliki lingkungan belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang
kurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
siswa kelas XI MIPA di SMA N 1 Muari
bahwa dengan melakukan uji hipotesis
Jambi rata-rata memiliki lingkungan belajar
menggunakan korelasi product moment secara
yang baik. Selain itu, peneliti juga mengukur
manual, yaitu melihat hubungan variabel
kemampuan siswa pada materi keseimbangan
independen terhadap variabel dependen
dan dinamika rotasi.
tersebut. Dengan menggunakan uji korelasi
Setelah didapat skor angket dan skor
didapatkan nilai dan pearson correlation
hasil belajar siswa, kedua hasil dianalisa
0,569 > 0,05 maka dapat dinyatakan Ho
dengan menggunakan analisis korelasi
ditolak atau terdapat hubungan yang positif
pearson. Untuk menjawab hipotesis penelitian,
antara lingkungan belajar terhadap hasil
yakni ada atau tidaknya hubungan yang positif
belajar fisika siswa kelas XI MIA SMA N 1
dan signifikan antara lingkungan belajar dan
Muaro Jambi.
hasil belajar siswa pada materi Keseimbangan
dan Dinamika Rotasi Bab I pada semester I.
Saran
Siregar (2014) menyatakan bahwa, “Korelasi
1. Bagi siswa, diharapkan siswa mampu
adalah suatu bentuk analisis data dalam
menciptakan lingkungan yang baik antara
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
siswa-siswa dilingkungan sekolah agar
kekuatan atau bentuk arah hubungan diantara
dapat terjalin keakraban dan kerja sama
dua variabel dan besarnya pengaruh yang
yang baik antara siswa-siswa dalam
disebabkan oleh variabel yang satu (variabel
pelajaran di kelas.
bebas) terhadap varibael lainnya (varibel
2. Bagi guru bidang studi fisika diharapkan
terikat)”. Berdasarkan hasil analisis data
mampu menciptakan lingkungan belajar
penelitian secara manual nilai signifikansi
yang harmonis dan menjalin keakraban
antara lingkungan belajar terhadap hasil belajar
antara guru dan siswa-siswa di lingkungan
fisika siswa sebesar 0,569. Dengan pearson
sekolah. Dan harapkan juga bagi guru-guru
correlation 0,569 > 0,05 maka Ho ditolak atau
fisika agar mampu menciptakan berbagai
dapat dikatakan terdapat hubungan yang positif
metode yang asik dan tepat guna sesuai
antara lingkungan belajar terhadap hasil belajar
dengan lingkungan yang dihadapi siswa
fisika siswa dengan kekuatan hubungan antar
agar siswa tidak cepat merasa jenuh
kedua variabel masuk dalam kriteria kuat.
dengan metode pelajaran yang di berikan
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
guru di setiap waktu pelajaran fisika.
hubungan kuat antara lingkungan belajar
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI
melakukan penelitian untuk mengetahui
MIA SMA N 1 Muaro Jambi dan kedua
faktor-faktor yang mempengaruhi
variabel mempunyai hubungan searah. Artinya
lingkungan belajar dan cara menciptkan
apabila nilai (X) lingkungan belajar naik, maka
lingkungan yang baik dan keakraban
nilai (Y) hasil belajar siswa juga naik
antara pendidik dan siswa agar guru dapat
Dari hasil penelitian yang diperoleh,
memahami dan mengetahui metode dan
lingkungan belajar memiliki hubungan yang
model yang tepat untuk digunakan selama
positif dan signifikan dengan hasil belajar.
pelajaran fisika berlangsung, sehingga
Oleh karena itu, akan lebih baik seorang guru
dapat mengasah kemampuan siswa
harus bisa menjadikan fisika mata pelajaran
menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.
yang disenangi dan menciptakan lingkungan
sekolah yang baik, baik itu selama proses
belajar mengajar berlangsung ataupun tidak.

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 66


Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 02, Desember 2017 P-ISSN:2477-7935
E-ISSN: 2548-6225

Daftar Pustaka

Aunurrahman. 2016. Belajar dan


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hakim, Thursan. 2000. Belajar secara efektif.
Jakarta: Puspa Swara.
Prijodarminto, 2003. Pembinaan Disiplin
Belajar Siswa. Jakarta : Balai
Pustaka.
Sardiman, A.M., 2014. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Schunk, Dale H, dkk. 2012. Motivasi dalam
Pendidikan, Teori, Penelitian, dan
Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka
Belajar.
Siregar, Syofian. 2015. Statistik Parametrik
untuk penelitian Kuantitatif. Jakatra.
PT. Bumi Aksara
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan
teori dan aplikasi. Kembangan,
Jakarta: Barat. PT. Indeks.
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekata Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D: Bandung. Alfabeta,cv.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi
pembelajaran teori dan taktik di
tingkat pendidikan dasar. Jakarta.
Rajawali Pers.
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran
Teori dan Ptakrik. Yogyakarta. Ar-
Ruzz Media.
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik
penyusunan instrument Penenlitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hu u ga Li gku ga Belajar ….(Su i A alia Uta i, dkk) hal 58-67 67

Anda mungkin juga menyukai