Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEARIFAN LOKAL

TEMA “Kearifan Lokal”

Kampung Sasirangan

Disusun oleh :
1.Thasya Andari
2. M. Reza Alfian Noor
3. Siti Helma
4. Ahmad Yamani
5. Berkat
6. Aini Syafiratul Ana

Guru pembimbing :
1. Rustamadji, A.Md
2. Khairani, S. Pd
3. Rusrinawati, S. Pd

SMAN 8 BANJARMASIN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa kami telah
menyelesaikan tugas kami dalam membuat makalah kearifan lokal ini dengan
tema kampung sasirangan. Dalam penyusunan tugas ini, tak sedikit hambatan
yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
proposal ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan Bapak dan Ibu
Guru.

Dalam penulisan tugas makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan
baik pada teknis maupun materi, makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
masih banyak hal yang kurang dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari Bapak Ibu guru, dan dari para pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi
sumber ilmu yang baru bagi kami, dan kami juga berharap tujuan yang kami
harapkan dapat tercapai. Kami akan berusaha untuk memberi kan hasil kerja yang
terbaik pada kelompok ini.

Banjarmasin, Oktober 2022

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II...................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kain Sasirangan.........................................................................3
2.2 Sejarah Kain Sasirangan..............................................................................3
2.3 Motif Kain Sasirangan.................................................................................4
2.4 Pemaknaan Motif Kain Sasirangan..............................................................5
2.5 Alat dan Bahan Kain Sasirangan.................................................................6
2.6 Proses Pembuatan Kain Sasirangan.............................................................7
2.7 Perbedaan Kain Sasirangan dengan Kain Tradisional Lainnya...................8
BAB III.................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam dengan keberagaman
budaya tersebut sering kali Indonesia disebut sebagai Negara yang kaya akan
budaya. Kekayaan budaya itulah yang dikenal oleh masyarakat internasional,
dengan memiliki keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan
memiliki keunggulan dibandingkan dengan negara lain. keragaman budaya
bangsa yang beragam yang dimiliki Indonesia diantaranya adat istiadat, pakaian,
rumah, makanan dan banyak lagi keragaman Indonesia termasuk keragaman
kain tradisional ada di negeri yang kaya ini. Jenis kain yang ada di Indonesia
sangat banyak sekali ragamnya dengan ciri khas dan keunikan masing-masing
yang mencerminkan budaya bangsa. Banyak orang yang hanya mengenal batik
saja kain yang ada di Indonesia, ternyata apabila digali lebih dalam lagi
keragaman kain di Indonesia, batik hanya satu dari keanekaragaman kain yang
ada di negeri ini.
Jenis-jenis kain yang ada di Indonesia selain batik adalah Kain
Sasirangan, Kain Ulos, Kain Songket, Kain Lurik dan banyak lagi yang lainnya.
Selain dari jenis kain yang bermacam-macam, untuk satu jenis kainnya juga
beraneka ragam motif dan keunikan sesuai dengan daerah asalnya. Salah satu
jenis kain tradisional yang memilki beraneka ragam motif dan corak adalah Kain
Sasirangan khas daerah Kalimantan selatan.
Di Banjarmasin terdapat banyak sekali usaha industri kain sasirangan,
salah satu tempat yang menjadi destinasi para wisatawan maupun turis yang
datang ke banjarmasin untuk membeli kain sasirangan biasanya adalah di
Kampoeng BNI Sasirangan atau yang lebih dikenal dengan kampung sasirangan
yang terletak di jalan seberang mesjid. Kampung Sasirangan menjual berbagai
produk yang terbuat dari kain sasirangan. Beberapa diantaranya kebaya, corden,
selendang, taplak meja, sprei, hingga sapu tangan. Pembeli juga bisa membeli
kain sasirangan untuk dijadikan sebagai baju sendiri. Kampung ini sangat mudah
ditemukan, karena letaknya memang tak jauh dari Pasar Lama. Ada berbagai
bahan kain yang bisa dipilih mulai dari kain katun hingga kain sutera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kain Sasirangan?
2. Bagaimana Sejarah Kain Sasirangan ?
3. Apa saja Motif Kain Sasirangan?
4. Apa Pemaknaan Motif Kain Sasirangan ?
5. Apa saja alat dan bahan Kain Sasirangan ?
6. Bagaimana Proses Pembuatan Kain Sasirangan ?
7. Apa perbedaan Kain Sasirangan dengan Kain tradisional lainnya ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian Kain Sasirangan.
2. Mengetahui Sejarah Kain Sasirangan.
3. Mengetahui Motif Kain Sasiranga.
4. Mengetahui Pemaknaan Motif Kain Sasirangan.
5. Mengetahui alat dan bahan Kain Sasirangan.
6. Mengetahui Proses Pembuatan Kain Sasirangan.
7. Mengetahui perbedaan Kain Sasirangan dengan Kain tradisional lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kain Sasirangan


Banjarmasin terkenal dengan kerajinan kain Sasirangan.Sasirangan adalah
kain khas suku Banjar di Kalimantan Selatan. Keunikan kain ini tampak pada
ragam motifnya yang kaya dan beragam. Nama sasirangan sendiri berasal dari
kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan
ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit dikenal dengan istilah dijelujur.
Kain sasirangan adalah sejenis kain yang diberi gambar dengan corak dan
warna tertentu yang sudah dipolakan secara tradisional menurut citarasa budaya
yang khas etnis Banjar di Kalsel. Secara etimologis istilah Sasirangan bukanlah
kata benda sebagaimana yang dikesankan oleh pengertian di atas, tapi adalah kata
kerja. Sa artinya satu dan sirang artinya jelujur. Ini berarti sasirangan artinya
dibuat menjadi satu jelujur. Kain sasirangan memang identik dengan kain yang
diberi gambar dengan corak warna-warm berbentuk garis-garis jelujur yang
memanjang dari bawah ke atas (vertikal). Sungguhpun demikian, istilah
sasirangan sudah disepakati secara social budaya (arbitrer) kepada benda
berbentuk kain (kata benda).

2.2 Sejarah Kain Sasirangan


Kain sasirangan dulunya adalah pakaian adat yang biasa dipakai pada
upacara-upacara adat. Bahkan kain ini mulanya digunakan untuk kesembuhan
bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Pada zaman dulu kain
sasirangan sebagai pakaian adat biasanya berupa ikat kepala (laung), sabuk untuk
lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) bagi kaum
wanita.Seiiring dengan perkembangan zaman, kain sasirangan kini tidak hanya
menjadi pakaian adat tapi juga menjadi sandang khas Kalimantan Selatan yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kain sasirangan kerap dijadikan bahan
bagi busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari, baik resmi atau non
resmi. Selain itu, sasirangan juga tampak pada produk lain, yaitu kebaya,
selendang, gorden, taplak meja, sapu tangan, sprei, dan lainnya.
Pada mulanya kain sasirangan disebut kain langgundi, yakni kain tenun
berwana kuning. Ketika Empu Jatmika berkuasa sebagai raja di Kerajaan Negara
Dipa pada tahun 1355-1362. Kain langgundi merupakan kain yang digunakan
secara luas sebagai bahan untuk membuat busana harian oleh segenap warga
negara Kerajaan Negara Dipa. Hikayat Banjar memaparkan secara tersirat bahwa
di kawasan yang sekarang ini dikenal sebagai pusat kota Amuntai banyak berdiam
para pengrajin kain langgundi. Keterampilan membuat kain langgundi ketika itu
tidak hanya dikuasai oleh para wanita yang sudah tua saja, tetapi juga dikuasai
oleh para wanita yang masih gadis belia. Paparan ini menyiratkan bahwa kain
langgundi ketika itu memiliki pangsa pasar yang besar. Jika tidak, maka sudah
barang tentu tidak bakal banyak warga negara Kerajaan Negara Dipa yang
menekuninya sebagai pekerjaan utama. Bukti bahwa di kota Amuntai ketika itu
banyak berdiam para pembuat kain langgundi adalah paparan tentang keberhasilan
Lambung Mangkurat memenuhi permintaan Putri Junjung Buih sebagai syarat
kesediaannya untuk dijadikan raja putri di Kerajaan Negara Dipa. Menurut
Hikayat Banjar, Putri Junjung Buih ketika itu meminta Lambung Mangkurat
membuatkan sebuah mahligai megah yang harus selesai dikerjakan dalam tempo
satu hari oleh 40 orang tukang pria yang masih bujangan. Selain itu, Putri Junjung
Buih juga meminta Lambung Mangkurat membuatkan sehelai kain langgundi
yang selesai ditenun dan dihiasi dalam tempo satu hari oleh 40 orang wanita yang
masih perawan. Semua permintaan Putri Junjung Buih itu dapat clipenuhi dengan
mudah oleh Lambung Mangkurat. Paparan ini menyiratkan bahwa di kota
Amuntai ketika itu banyak berdiam para tukang pria yang masih bujang, dan para
penenun wanita yang masih perawan. Jika tidak, maka sudah barang tentu
Lambung Mangkurat tidak akan mampu memenuhi semua permintaan Putri
Junjung Buih. Pada hari yang telah disepakati, naiklah Putri Junjung Buih ke alam
manusia meninggalkan tempat persemayamannya selama ini yang terletak di dasar
Sungai Tabalong. Ketika itulah warga negara Kerajaan Negara Dipa melihat Putri
Junjung Buih tampil dengan anggunnya. Pakaian kebesaran yang dikenakannya
ketika itu tidak lain adalah kain langgundi warna kuning basil tenuman 40 orang
penenun wanita yang masih perawan (Ras, 1968 : Baris 725-735, Hikajat Bandjar)
Merujuk kepada paparan yang ada di dalam Hikayat Banjar (selesai ditulis tahun
1635), kain langgundi sebagai cikal bakal kain sasirangan sudah dikenal orang
sejak tahun 1365 M. Namun, sudah barang tentu kain langgundi yang dibuat pada
kurun-kurun waktu dimaksud sudah tidak mungkin ditemukan lagi artefaknya.

2.3 Motif Kain Sasirangan


Motif kain sasirangan menggunakan bentuk jelujur atau garis-garis
vertikal dari atas ke bawah yang memanjang. Benda-benda alam di Kalimantan
Selatan menjadi landasan gambar motif. Kain sasirangan terbagi menjadi tiga
jenis motif utama, yaitu motif lajur, motif ceplok, dan motif variasi.
1. Motif lajur merupakan bentuk motif yang dirangkai memanjang. Contoh hiris
pudak, kangkung kaumbakan, kulat karikit, dan gigi haruan. Motif lajur yang
dirangkai memanjang yang berupa garis tegak lurus dan garis lengkung
merupakan ciri khas dari motif-motif yang terdapat dalam kain sasirangan.

2. Motif ceplok adalah bentuk motif yang biasanya tampil sendiri contohnya
hiris gagatas, tampuk manggis, pucuk rabung, kambang melati, dsb. Motif
ceplok adalah motif yang biasanya berdiri sendiri tanpa ada riasan pemanis
yang ditambahkan pada motif utama.
3. Motif variasi adalah motif penghias untunk menambah suatu penampilan.
Contohnya pinggiran motif hiris gagatas yang diberi hiasan tambahan agar
lebih cantik. Motif variasi yaitu motif sasirangan yang menambahkan
gambar-gambar lain disekitar motif utama yang berfungsi sebagai pemanis.
Sedangkan dilihat dari fungsinya, kain sasirangan dibagi menjadi 3 : kain
ritual, kain tradisional, dan kain gradasi atau modern. Tiap motif dapat
dipakai oleh seluruh masyarakat tanpa ada pembedaan dan pelanggaran
terhadap adat istiadat Suku Banjar.

2.4 Pemaknaan Motif Kain Sasirangan


Tiap motif kain sasirangan memiliki makna berikut :

Nomor Nama motif Pemaknaan

1 Sari Gading Kekuasaan, Martabat

2 Kangkung Kaokamban Pantang menyerah dan putus asa

3 Gigi Haruan Berpemikiran tajam

4 Daun Jeruju Menghindari bencana dan malapetaka

5 Kembang Kacang Kekerabatan dan keakraban

6 Tampuk Manggis Kejujuran

7 Hiris Pudak Tanaman khas masyarakat Banjar


8 Kembang Sakaki Keindahan

9 Bayam Raja Bermartabat dan dihormati

10 Ombak Sinapur Karang Ujian dalam kehidupan manusia

11 Naga Balimbur Kegembiraan dan kesenangan

12 Bintang Keagamaan

13 Jajumputan Persilangan budaya dengan budaya jawa

14 Daun Katu Keindahan

15 Gradasi Keindahan

16 Langsat Buah khas Tanjung

17 Naga Keindahan

18 Laba-laba Keindahan

19 Dara Menginang Keindahan

20 Bakantan Hewan khas Kalimantan Selatan

21 Pasar Terapung Budaya masyarakat Kalimantan Selatan

22 Ketupat Makanan khas Kandangan

2.5 Alat dan Bahan Kain Sasirangan


1. Alat yang dibutuhkan
● Gunting

● Pensil

● Benang jeans

● Kelereng
● Rafia

● Karet gelang

● Jarum

● 3 buah ember

● Kaos tangan karet


2. Bahan yang dibutuhkan
● Kain primisima

● Pewarna batik / pewarna naphtol

● Pernak Pernik pendukung

2.6 Proses Pembuatan Kain Sasirangan


1. Menyiapkan Kain Putih
Langkah pertama dalam membuat kain sasirangan yaitu mempersiapkan
bahan kain putih polos sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada awal
kemunculannya bahan baku yang digunakan untuk membuat kain
sasirangan yaitu berupa serat kapas (cotton), namun seiring berjalannya
waktu saat ini lebih banyak memanfaatkan material lain seperti santung,
balacu, kaci, king, satin, polyester, rayon, dan sutera.
2. Pembuatan Pola Desain Pada Media Kain
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan pola gambar tradisional sesuai
dengan motif yang dikehendaki. Pola-pola inilah yang kemudian dijadikan
patokan dalam menjahit kain tersebut.
3. Menjahit Jelujur
Selanjutnya pola-pola tersebut dijahit jelujur menggunakan benang atau
bahan perintang lainnya dengan jarak satu sampai dua mili meter atau dua
sampai tiga mili meter. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan-
jahitan pola tersebut ditarik sampai membentuk kerutan kerutan.
4. Membersihan Kain
Bila kain yang digunakan mengandung kanji maka harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah
dicampur dengan kaporit selama satu malam.
5. Pewarnaan Kain
Sedikitnya terdapat tiga cara pewarnaan kain sasirangan, diantaranya
pencelupan, pencoletan, serta kombinasi keduanya (pencelupan dan
pencoletan).
Teknik pencelupan digunakan untuk :
a. memperoleh satu warna saja, yaitu dengan cara mencelupkan kain ke
dalam larutan zat pewarna, kecuali pada bagian kain yang dijelujur.
Bagian yang dijelujur akan tetap berwarna putih.
b. Pewarnaan dengan cara dicolet biasanya dilakukan apabila motif yang
dibuat memerlukan lebih dari satu warna.
c. Pada teknik pencelupan dan pencoletan, untuk memperoleh warna
dasar yang bagus kain dicelup terlebih dahulu kemudian dicolet
dengan variasi direncanakan. warna sebagaimana telah direncanakan.

6. Melepas Jahitan Jelujur


Selanjutnya benang-benang jahitan atau ikatan pada kain yang digunakan
untuk menjelujur tersebut kemudian dilepaskan seluruhnya, apabila kain
dirasa sudah agak kering. Sehingga akan terlihat motif-motif bekas jahitan
yang tampak diantara kain tersebut.
7. Pencucian
Setelah seluruh perintang dilepaskan, barulah kemudian dicuci sampai
bersih ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih atau tidak
berwarna lagi.
8. Pengeringan
Tahap selanjutnya, kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena
paparan sinar matahari langsung.
9. Finishing/Disetrika
Sebagai penyempurnaan akhir dari proses pembuatan kainsasirangan, kain
tersebut kemudian di setlika agar menjadi halus, licin dan rapi.

2.7 Perbedaan Kain Sasirangan dengan Kain Tradisional Lainnya


Batik adalah bagian dari kebudayaan yang telah menjadi keseharian
masyarakat Indonesia. Batik juga telah menjadi salah satu ikon budaya Indonesia.
Selain itu juga, badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya
(UNESCO) mengukuhkan batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia pada
tanggal 2 Oktober. Sehingga pada tanggal 2 Oktober diperingati sebagai “Hari
Batik” di Indonesia. Sejak itu batik pun mulai berkembang, hampir setiap daerah
di Indonesia memiliki seni dan motif batiknya sendiri. Seperti halnya batik yang
merupakan salah satu warisan budaya Indonesia, ada juga kain sasirangan yaitu
kain khas Kalimantan Selatan. Kain sasirangan ini juga termasuk salah satu
warisan budaya Indonesia. Memang, kain sasirangan tidak seperti batik yang telah
dikenal oleh banyak orang. Bahkan tidak sedikit orang yang menyebut kain
sasirangan dengan “Batik Banjar”, padahal kain sasirangan itu bukan batik.
Perbedaan proses pembuatan kain sasirangan yang membuat sasirangan tidak
disebut batik. Proses pembuatan sasirangan dengan cara menjelujur atau
menyirang (menjahit), sedangkan batik proses pembuatannya dengan cara
menorehkan lilin atau malam dengan canting.
Bahan dasar sasirangan pada mulanya terbuat dari benang kapas atau dari
serat kulit kayu. Namun dengan seiring kemajuan teknologi, sasirangan dibuat
dari berbagai macam kain. Pada mulanya, kain sasirangan diberi warna dengan zat
pewarna yang dibuat dari bahan – bahan alami, yakni dibuat dari biji, buah, daun,
kulit atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau yang sengaja ditanam di
sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri. Namun seiring
berjalannya waktu, sekarang ini para pengrajin sasirangan banyak menggunakan
warna sintetis, sehingga sekarang sudah tidak banyak lagi pengrajin yang
menggunakan pewarna alam dalam memproduksi kain sasirangan.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Awalnya Kain Sasirangan merupakan kain yang dikenakan oleh para
bangsawan banjar yang diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya sejak
abad XII, saat Lambung Mangkurat menjadi Patih Negara Dipa. Kain
Sasirangan pada awalnya disebut bahan langgundi yang artinya kain tenun
kuning, dan hanya dipakai oleh para petinggi daerah terutama bagi mereka
yang masih keturunan bangsawan. Kemudian kain langgundi tersebut berganti
nama menjadi kain sasirangan dapat digunakan sebagai sarana peyembuhan
bagi penderita penyakit. Seiring perkembangan zaman, beragam motif yang
terdapat pada kain sasirangan masa kini berinovasi karena perkembangan
zaman dan permintaan pasar yang terus meningkat.
Ragam motif dalam sasirangan merupakan motif-motif yang berasal dari
Benda-benda alam yang terdapat di Kalimantan selatan. Motif sasirangan
merupakan perpaduan garis tegak lurus maupun garis lengkap yang
membentuk sebuah symbol. Motif sasirangan mengalami perkembangan, dari
pertama sasirangan sebagai kain ritual motif yang dipakai adalah motif ritual.
Berkembang menjadi motif tradisional dan berkembang lagi menjadi motif
modern atau modifikasi yang disesuaikan dengan permintaan pasar.
Keberadaan sasirangan berkembang sangat pesat di era tahun 1985. Hal ini
dikarenakan adanya pergeseran fungsi dari kain sasirangan yang semula
sebagai kain ritual/betamba menjadi kain tradisional dan akhirnya kain yang
digunakan oleh masyarakat umum sebagai fashion. Hal ini menjadikan,
sasirangan banyak dikenal oleh masyarakat umum yang kemudian berdampak
pada permintaan pasar yang cukup banyak. Permintaan pasar yang meningkat
yang menyebabkan banyaknya produksi-produksi rumah tangga yang membuat
kain sasirangan semakin banyak. Nilai-nilai yang berkembang baik pada motif
maupun warna yang terdapat pada kain sasirangan merupakan cerminan dari
budaya masyarakat banjar yang menjujung nilai agama, kebersamaan dan
toleransi, sehingga tampak jelas perbedaan pola perilaku masyarakat banjar
disbanding dengan masyarakat yang lain. Seperti kebudayaan sungai atau
air.Dengan demikian, kain sasirangan sangatlah penting karena makna dalam
nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai motif dari cerminan budaya
masyarakat banjar.
3.2 Saran
Hendaknya sebagai warga Indonesia khususnya warga Kalimantan Selatan
kita selalu melestarikan kebudayaan daerah khususnya kain sasirangan yang
menjadi salah satu corak/ciri khas warga kalsel. Serta hendaknya kita selalu
menghargai para pengrajin dengan cara membeli kain sasirangan asli buatan
tangan (manual) bukan yang berasal dari teknologi mesin.
DAFTAR PUSTAKA

https://jejakbanua.com/2022/02/15/mengenal-kampung-sasirangan-banjarmasin-
dan-sejarahnya/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sasirangan

Almas Zaidan. 2018. Nilai-nilai dalam motif kain sasirangan. Jurnal Pendidikan
dan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. 7(2) : 210-212.

Jannah NA. 2017. Batik dan sasirangan sebagai ide dasar penciptaan busana pesta
wanita remaja. Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia
Surakarta.
Nama Toko nya dan Apa yang dijual

Anda mungkin juga menyukai