SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
e) Lain-lain.
Mengenai masalah siapa yang mengambil prakarsa terlebih dahulu untuk
membuat subak, tidak pula dapat dipastikan. Ada yang mengatakan rajalah yang
terlebih
dahulu
mengambil
prakarsa,
mengingat
subak
merupakan
sumber
pendapatan bagi kerajaan. Ada pula pendapat bahwa pertama-tama rakyatlah yang
membuka hutan, membuat dan mengatur sawah-sawah. Kemudian barulah raja-raja
mengambil alih untuk mengatur dengan lebih baik dan mengembangkan subak itu
dijaman dahulu. Jadi rupanya dijaman dahulu, baik raja maupun rakyatnya bersamasama membuat dan mengembangkan subak.
2. Fungsi dan Kewajiban Subak
Subak merupakan suatu badan yang mempunyai hak otonomi untuk
mengatur dirinya secara luas. Antara lain subak mempunyai hak untuk membentuk
pengurus, mengatur keuangan, membuat peraturan, melaksanakan sanksi terhadap
pelanggaran anggotanya, tanpa campur tangan pihak luar, dan yang terpenting
ialah menjaga ketertiban dan kesejahteraan para anggotanya.
Fungsi dan kewajiban subak yang sangat penting ialah mengatur pembagian
air bagi para anggotanya, agar masing-masing anggota memperoleh bagian air yang
cukup dan seadil-adilnya. Dengan demikian kesejahteraan semua anggota
merupakan tujuan pokok subak. Begitu juga subak wajib memelihara sumber-sumber
air, khususnya sumber air yang memberikan air kepadanya. Subak berkewajiban
mengatur jenis padi yang harus ditanam (baru belakangan ini), menetapkan waktu
penyiapan lahan, penaburan benih, dan penanaman padi, serta mengatur pergiliran
tanah.
Dalam rangka peningkatan produksi padi, pada tahun 1961 subak pernah
ditunjuk oleh pemerintah sebagai proyek pelaksana SSBM (swasembada bahan
makanan). Pada tahun 1964 subak dijadikan proyek pelaksana Demas (demonstrasi
massa) dan selanjutnya dijadikan proyek pelaksana Bimas (bimbingan masa) sampai
sekarang. Pada masa kini, ada subak yang telah berfungsi sebagai badan
perkreditan, yang meminjamkan uang pada para anggotanya dengan bunga rendah.
Subak berkewajiban membuat dan memelihara jalan-jalan subak atau jalan desa
yang sekaligus berfungsi sebagai jalan subak, sehingga komunikasi menjadi lancar.
Disamping kegiatan-kegiatan intern, subak merupakan suatu organisasi yang
boleh bergerak keluar, antara lain ia dapat berhubungan dengan pemerintah,
umpamanya dalam hal mengajukan usul-usul kepada pemerintah daerah yang
menyangkut hal peningkatan kemajuan subak. Sebaliknya subak dapat pula menjadi
perantara antara pemerintah dan petani dalam hal menyampaikan perintahperintahnya, memajukan/ menyampaikan penyuluhan, lebih-lebih pada masa kini,
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
yang menuntut agar teknologi baru di bidang pertanian harus segera diterapkan.
Sebagai misal, dalam penggunaan varietas unggul, insektisida dan pupuk di masa
belakangan ini, peranan terlihat dengan sangat jelas. Dengan demikian subak
merupakan jembatan yang efektif dalam melaksanakan modernisasi pertanian dari
pihak pemerintah (dinas pertanian, dinas koperasi, dan lain-lain) kepada para petani
di desa-desa di Bali.
Dalam bidang ekonomi subak mempunyai tugas untuk menjamin peningkatan
produksi padi. Dalam bidang rohani, subak berfungsi melaksanakan upacara-upacara
keagamaan yang berhubungan dengan persubakan. Dalam bidang sosial subak
berkewajiban membina dan meningkatkan kerja sama yang erat antara para
anggotanya, antara subak-subak dan para petani dan pemerintah. Bila ada
perselisihan mengenai antaranggota, subak berkewajiban untuk menyelesaikan
dengan bijaksana. Dalam hubungan kerja sama dengan pemerintah, subak menjadi
alat bantu untuk memungut Ipeda (Iuran Pembangunan Daerah).
3. Organisasi Subak
Subak merupakan suatu organisasi yang otonom. Penggunaan air dari sungai
untuk kepentingan sawah-sawah di suatu subak harus mendapat ijin dari
pemerintah. Kerap kali pemerintah membantu subak dengan jalan membuat
bendungan atau memberi dalam bentuk uang, dan lain-lain. Apabila bendungan
serta pemasukan air ke saluran subak dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Seksi
Pengairan. Pembuatan dan pemeliharaan saluran-saluran subak hingga air masuk ke
petak sawah petani merupakan tanggung jawab subak.
Kebebasan subak untuk mengantar pengairan diperolehnya sejak jaman rajaraja dahulu dan dilanjutkan hingga masa kini. Di jaman pendudukan Jepang
kebebasan tersebut lenyap karena tekanan-tekanan pemerintah Jepang waktu itu.
Semua gerak hidup penduduk pada masa itu diarahkan pada kepentingan perang.
Dalam melaksanakan tugasnya, subak mengkoordinasikan setiap gerak
anggota guna mencapai sasaran yang tepat, yaitu pembagian air yang cukup dan
adil. Peranan organisasi dan pengurus subak menjadi sangat penting.
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi subak adalah sedahan
agung.1 Ia pegawai negeri, berkedudukan di kantor bupati dan diangkat oleh bupati
dengan tugas:
a) Mengatur pengairan dan persediaan air irigasi di wilayah kabupaten
b) Memecahkan persoalan-persoalan yang timbul anatarsubak yang tidak
sanggup diselesaikan oleh petugas bawahannya.
c) Memungut pajak tanah.
d) Menjadi penghubung antara subak-subak dan pemerintah untuk menetapkan
tanggal pelaksanaan upacara-upacara untuk desa dan subak.
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Jumlah
Kesedahan
10
5
27
10
10
3
5
10
80
Jumlah Subak
255
73
310
146
181
46
44
138
1.1913
14.192,10
7.994,79
25.381,32
19.215,08
15.754,12
3.226,00
4.857,91
8.067,79
98.689,11
Sumber : Laporan Penelitian Tentang Strategi Pembangunan Daerah Propinsi Bali,1972, Jilid II,
Koordinasi Perguruan Tinggi VI, Surabaya.
Dari daftar diatas terlihat bahwa wilayah seorang sedahan agung berkisar
antara kira-kira tiga ribu sampai 25 ribu hektar sawah.
Dibawah sedahan agung terdapat sedahan2 seorang yang berstatus pegawai
negeri dengan gaji dari pemerintah. Ia tidak mendapat hak-hak istimewa. Tugasnya
sama saja dengan tugas sedahan agung, tetapi dengan wilayah yang lebih kecil,
yang disebut kasedahan.3 Di seluruh Bali terdapat 50 kasedahan, seperti ditunjukkan
dalam daftar di atas. Biasanya satu kasedahan terdiri dari belasan subak, yang
meliputi wilayah sekitar seribu hingga tiga ribu hektar. Di kabupaten Karangasem
sedahan disebut pengelurah.
Dibawah sedahan terdapat pekaseh, ia bukan pegawai negeri. Ia dipilih dari
dan oleh anggota subak dalam suatu rapat anggota. Syarat-syarat seseorang boleh
dipilih menjadi pekaseh ialah:
a) Harus merupakan anggota subak
b) Dapat membaca dan menulis
c) Bersedia memangku jabatan tersebut
d) Tidak boleh merangkap jabatan lain di desa
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
antara pengurus dan anggota, yang sering dihadiri oleh sedahan dan kepala desa.
Suara terbanyak menentukan pilihan. Umumnya tidak ada ketentuan mengenai lama
masa jabatan seorang pekaseh. Selama ia jujur dan bekerja dengan baik, ia bisa
tetap memangku jabatannya. Tetapi pada saat ini beberapa subak di Kabupaten
Badung menetapkan masa jabatan lima tahun untuk pekaseh dan pengurus lainnya
dari subak. Sesudah masa itu diadakan pemilihan pekaseh baru. Dalam pemilihan ini
pekaseh lama dapat dipilih kembali.
Pada subak-subak kecil, pekaseh langsung membawahkan anggota subak.
Pada subak-subak yang luas, wilayah subak dibagi lagi dalam bagian-bagian yang
kecil, yang disebut tempek. Untuk tiap tempek dipilih seorang pemimpin dari
anggota subak dalam tempek bersangkutan, yang disbeut klian tempek. Pengesahan
jabatan klian tempek dilakukan oleh pekaseh. Klian tempek diadakan untuk
memudahkan kepengurusan hal-hal yang menyangkut pengairan dan pertanaman
padi di subak yang wilayahnya luas. Nama klian tempek ini pun nama umum di
seluruh Bali. Di kabupaten Buleleng ia dinamakan klian banjaran, sedang di
kabupaten tabanan ia disebut klian subak. Dengan demikian terdapat penggunaan
istilah
yang
sama
dengan
pengertian
yang
berbeda,
sehingga
dapat
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Kabupaten
Kabupaten Buleleng
Sedahan Agung
Sedahan agung
Sedahan
(pengelurahan
untuk
Kabupaten
Karangasem)
Sedahan
Mantra pengairan
persubakan
kecamatan/sedahan
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Pekaseh (klian
gde untuk
Kabupaten
Bangli) dan
pembantu
Klian tempek
dan pembantu
Anggota subak
Anggota subak
Anggota subak
Untuk subak-subak kecil, jabatan klian tempek atau klian subak untuk
Kabupaten Tabanan atau klian banjaran untuk Kabupaten Buleleng seringkali
ditiadakan.
4. Susunan Panitia Pengawas Subak
Untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap subak-subak di
Bali, maka di tiap kabupaten telah dibentuk Panitia Irigasi, dengan tugas sebagai
berikut:
1) Menyelenggarakan koordinasi penggunaan air seefisien mungkin,
jika perlu dengan penentuan prioritas penggunaan, baik secara
bergilir maupun secara bergolongan dalam rangka mencapai
produksi yang optimal.
2) Menyelenggarakan koordinasi tata-tanam dengan menetapkan
peraturan
tentang
waktu/musim,
tempat,
jenis
dan
luas
tanaman.
3) Mengatur kerjasama yang baik diantara dinas-dinas/jawatanjawatan
dan
instansi-instansi
lain
yang
berkaitan
dengan
penggunaan air.
4) Membantu gubernur kepala daerah dalam:
a) Mengkoordinasikan tugas-tugas pemeliharaan jaringan irigasi (bangunan
dan
saluran)
serta
bangunan
pengendali
(tanggul
dan
bangunan
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
dapat
memberi
manfaat
yang
sebesar-besarnya
bagi
usaha-usaha
pertanian.
c) Mengkoordinasikan usaha inventarisasi jaringan-jaringan dan sumber air,
baik yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan secara langsung untuk
irigasi maupun usaha-usaha pertanian lainnya.
d) Mempersiapkan dan mengajukan saran-saran untuk menentukan langkah
kebijaksanaan dalam penyediaan biaya untuk usaha eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Pembentukan panitia pengairan di Bali berdasar atas
1) Instruksi Presiden No. 1 tahun 1969 tanggal 22-1-1969,
2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 28-4-1972,
3) Surat Pejabat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 7-6-1973 No.
Perbang/150/II/C/1973, dan
4) Surat Keputusan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali tanggal 7-6-1973 No.
180/36/73.
Walaupun dasar pembentukan sama, namun terdapat sedikit perbedaan dalam
susunan pengurus panitia irigasi di berbagai kabupaten. Di semua kabupaten,
bupatilah yang menjadi ketua panitia bersangkutan.
Ada beberapa kabupaten yang panitia irigasinya mempunyai wakil ketua.
Dalam hal ini sedahan agunglah yang bertindak sebagai wakil ketua tersebut.
Jabatan sekretaris dipegang oleh kepala Pekerjaan Umum Seksi. Sebagai anggota
diambil kepala dinas pertanian kabupaten, kepala sub direktorat agraria kepala sub
direktorat PMD dan komandan resort kepolisian. Tetapi pada umumnya panitia irigasi
tidak mempunyai wakil ketua. Dalam hal ini sedahan agunglah yang bertindak
sebagai sekretaris panitia. Kecuali di Kabupaten Karangasem, tempat kepala
Pekerjaan Umum Seksi menjabat sebagai sekretaris panitia. Sebagai anggota diambil
kepala pertanian kabupaten, kepala pekerjaan umum seksi, kepala subdirektorat
Agraria, kepala subdirektorat PMD dan kepala Resort Kepolisian. Ada pula kabupaten
yang
tidak
mengikutsertakan
kepala
subdirektorat
agrarian
atau
kepala
subdirektorat PMD dalam keanggotaan panitia pengairan itu. Yang patut dicatat di
sini ialah panitia pengairan di kabupaten Karangasem, tempat sedahan agung hanya
duduk sebagai anggota.
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Pada saat ini panitia irigasi di Bali baru berumur beberapa bulan saja,
sehingga tidak mungkin melihat efektivitas kerjanya. Namun panitia tersebut pada
saat ini telah mulai bekerja, antara lain membahas usul-usul proyek dari subaksubak atau permohonan bantuan dari subak-subak, kemudian memberikan
rekomendasi kepada pemerintah kabupaten, apakah usul-usul tersebut akan
diterima atau ditangguhkan, atau ditolak sama sekali.
5. Keanggotaan Subak
Tiap organisasi tentulah mempunyai sejumlah anggota, dan syarat untuk
menjadi anggota ditetapkan dalam anggaran dasar atau dalam anggaran rumah
tangga organisasi bersangkutan. Para petani yang bekrja di sawah dibedakan dalam
dua golongan menurut haknya atas tanah, yaitu: 1) pemilik sawah, dan 2) petani
yang mengerjakan sawah orang lain sebagai penyekap atau karena menggandai.
Dalam keanggotaan subak timbul suatu persoalan, yaitu siapakah yang
termasuk anggota subak? Para penyekap atau para pemilik tanah? Agaknya dahulu
kala tidaklah ada persoalan semacam ini, karena pada waktu itu rupanya belum ada
persoalan sakap-menyakap atau sewa menyewa tanah. Semua pemilik tanah pada
waktu itu mengerjakan tanah miliknya sendiri. Atau petani mengerjakan sawah milik
raja atau bangsawan lainnya sebagai kerja bakti. Sebagai upah mengerjakan sawah
raja/ bangsawan, mereka diberikan tanah pecatu oleh raja atau bangsawan itu.
Tanah ini akan menjadi tanah milik yang dapat diwariskan turun temurun.
Pada umumnya diterima anggapan bahwa petani yang menggarap sawah
yang terletak dalam wilayah suatu subak itulah yang menjadi anggota subak.
Penggarap dapat berupa pemilik tanah, penyakap atau penyewa. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan bahwa yang ikut bekerja dalam subak ini adalah para penggarap.
Pemiliki tanah yang tidak mengerjakan sawahnya seringkali tinggal di kota-kota dan
sama sekali tidak tahu-menahu mengenai keadaan subak. Di dalam hal penyakapan,
pemilik tanah dan penyakap itu merundingkan pembagian beban yang harus dipikul
oleh masing-masing pihak sebagai konsekuensi menjadi anggota subak. Hal ini
terjadi karena perjanjian sakap-menyakap tidaklah sama di semua tempat. Ada
pemilik tanah yang memikulkan segala beban kepada penyakap, tetapi ada juga
yang bebannnya ditanggung bersam-sama. Seringkali biaya untuk perbaikan
bendungan, terowongan, saluran, balai pertemuan subak untuk upacara keagamaan
yang berhubungan dengan subak , ditanggung oleh pemilik tanah, sedangkan kerja
yang harus disumbangkan oleh anggota untuk keperluan subak ditanggung oleh
penyakap.
Di beberapa tempat subak di Kabupaten Gianyar dan di Kabupaten Buleleng,
terdapat istilah formal bagi pemilik tanah dan anggota praktis bagi penggarap
sawah. Yang belakangan inilah yang dianggap sebagai anggota subak. Di beberapa
subak di Kabupaten Jembrana, terdapat istilah anggota tetap bagi pemilik tanah dan
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
anggota tak tetap bagi penggarap. Memang orang-orang yang menggarap sawah itu
mungkin berbeda-beda dari musim ke musim, sedangkan pemilik tanah lebih tetap
sifatnya. Di Kabupaten Badung dikenal istilah ngoot ngutang untuk pemilik sawah
yang tidak mengerjakan tanahnya (yang tidak turut menyumbangkan kerja untuk
subak, tetapi turut memikul beban dalam bentuk uang) dan ngoot ngayah untuk
penggarap (yang menyumbangkan kerja untuk subak). Yang belakangan inilah yang
dianggap sebagai anggota subak.
Dilihat dari segi tanggung jawabnya, anggota subak seringkali dapat dibagi
atas tiga golongan:
1) Anggota yang ikut menjalankan setiap kegiatan subak dalam urusan
pengairan. Anggota-anggota ini terhimpun dalam sekehe yeh (perkumpulan
air), dan sering disebut krama pekaseh.
2) Anggota yang tidak ikut dalam tugas menyelenggarakan pembagian air.
sebagai gantinya mereka membayar sejumlah uang, yang besarnya
ditetapkan dalam peraturan subak. Anggota semacam ini dinamakan
pengampel.
3) Anggota yang dibebaskan dari tugas menyelenggarakan pembagian air.
golongan ini disebut leluputan, yang terdiri dari para ahli agama yang
bertugas menyelenggarakan upacara keagamaan yang berhubungan dengan
subak.
Perlu dijelaskan bahwa wilayah-wilayah yang sebagian petaninya beragama lain
dari Hindu Dharma, misalnya beragama Islam atau Kristen, tidak terdapat kesulitan
apa-apa bagi petani yang memeluk agama bersangkutan untuk menjadi anggota
suatu subak. Mereka mengikuti segala peraturan subak, kecuali upacara-upacara
yang berhubungan dengan subak itu. Di beberapa subak ada yang menganjurkan
agar mereka dengan sukarela menyumbangkan ala kadarnya untuk kepentingan
upacara itu. Biasanya sumbangan itu berupa uang ataubarang. Hal ini terutama
dijumpai pada subak-subak di Kabupaten Jembrana.
Selanjutnya timbul pertanyaan apakah seorang anggota subak dapat berhenti
menjadi anggota? Seorang anggota subak hilang keanggotaannya, apabila ia
meninggal dunia, berhenti menggarap sawah di wilayah subak bersangkutan karena
sawah sekapannya telah diambil oleh pemiliknya atau apabila ia menggarap tidak
mematuhi subak. Jika seorang anggota meninggal dunia, maka pewarisnyalah yang
menggantikannya, apabila ia dianggap memenuhi syarat, yaitu laki-laki dewasa.
Kalau sawah itu digadaikan atau dijual, maka yang menjadi anggota subak ialah si
pemilik yang baru atau si penggadai, apabila ia sendiri yang menggarap sawah yang
bersangkutan.
Hak dan kewajiban Anggota Subak
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
pada dam kecil) untuk mengairi sawah seluas 35-50 are. Sawah yang luasnya sekian
itu memerlukan bibit satu tenah (satu ikat, kira-kira 25-30 kg). Karena itu luas sawah
yang dinyatakan dalam ukuran tenah, dimana luas sawah satu tanah adalah 35-50
are. Dijaman lampau sebelum adanya ukuran metrik, satu tektek diukur dengan
lebih kurang empat jari dalam (jari direbahkan). Karena jari orang itu berbeda-beda,
maka tentu besar ukuran tersebut akan tidak sama.
Selanjutnya pembagian air sungai di antara subak-subak didasarkan atas
perbandingan luas subak-subak. Kalau misalkan ada tiga subak, berturut-turut
luasnya A tenah, B tenah dan C tenah, maka pembagian air sungai tersebut menjadi
A
A+ B+C
B
A+ B+C
C
A+ B+C
x
x
Kalau air tidak mencukupi, maka diadakan pergiliran pemakaian air. biasanya
hal ini dilaksanakan antara tempek. Tempek yang tidak mendapat giliran, seringkali
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
atas hasil musyawarah, diberikan air pungkatan. Kalau musim hujan datang, sistem
pergiliran dihentikan.
Di subak yang mengadakan sistem giliran, yang umumnya dilaksanakan di
Kabupaten Buleleng karena air sungai tidak cukup, penggunaan air oleh tempektempek diatur dalam tiga masa yaitu:
1) Ngulu (terdahulu). Tempek-tempek yang di hilir sumber air biasanya
mendapat giliran ini. Bulan subak-subak mendapat air berbeda-beda,
tergantung dari keadaan iklim setempat. Misalnya di Kabupaten Karangasem,
ngulu dimulai bulan November-Desember, di Kabupaten Buleleng dimulai
bulan Oktober dan di Kabupaten Bangli bulan Desember.
2) Maongin, (baong = leher, maksudnya pertengahan). Tempek-tempek turun ke
sawah pada masa pertengahan. Di Kabupaten Karangasem maongin mulai
bulan Januari-Februari, sedangkan di Kabupaten Buleleng mulai bulan Februari
sampai Maret dan akhirnya di Kabupaten Bangli dalam bulan Februari.
Tempek-tempek ini terletak di tengah-tengah antara hulu dan hilir sumber air.
3) Ngasep (kasep = terlambat, yang artinya paling akhir). Tempek-tempek ang
ngasep umumnya terletak di daerah hulu sungai/ sumber air). Tempektempek mulai turun ke sawah pada bulan Maret-April di Kabupaten
Karangasem serta bulan Juni-Juli di Kabupaten Buleleng.
Bagaimana cara distribusi air di suatu subak? Untuk menjelaskan hal ini,
disajikan skema pada Gambar berikut.
Pertama-tama subak membuat bendungan pada sungai (banyak juga
bendungan dibuat oleh pemerintah) (1), lalu air melalui tembuku (pintu air I) (2),
untuk kemudian dialirkan ke saluran primer (telabah gde) (3). Besar kecilnya debit
air yang boleh dimasukkan ke saluran primer ini ditetapkan antarsubak-subak yang
memakai air yang bersangkutan. Dari saluran primer (3) air dialirkan dan dibagi oleh
tembuku aya (pintu air II) (4) ke dalam saluran-saluran skunder dengan bagian air
yang sebanding dengan luas tempek masing-masing. Selanjutnya air dari saluran
sekunder ini dibagi oleh tembuku pemaron (pintu air III) (6) ke dalam saluran tersier
(7). Dari sini air dibagi lagi ke dalam saluran pengambilan atau saluran kuarter
(kekalen penyuangan) (9) melalui tembuku gde (pintu air IV) (8). Baru dari saluran
pengambilan inilah air langsung dialirkan ke petak-petak sawah dengan bantuan
temuku cerik (empangan kecil) (10) masuk penampang pemasukan (11). Luas
penampang pemasukan disesuaikan dengan luas sawah anggota. Sisa air dari petak
terakhir kemudian dibuang, atau kadang-kadang dapat dipakai lagi oleh petak-petak
lain yang letaknya di sebelah bawah.
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Keterangan:
Bendungan
Tembuku (pintu air 1)
Telabah gde (saluran primer kadang-kadang berupa terowongan)
Tembuku aya (pintu air II)
Telabah (saluran sekunder)
Tembuku pemaron (pintu air III)
Telabah Pemaron (saluran tersier)
Tempek
Tembuku gde (pintu air IV)
Kekalem (saluran pengambilan/kuarter)
Tembuku cerik (empangan kecil)
Pengalapan (penampang pemasukan/semacam pintu masuk air ke petak usaha tani)
Tempek
Tempek
Catatan
Catatan :
1. Sejak tahun 1968 di Kabupaten Buleleng sedahan agung juga disebut kepala
seksi pengairan persubakan kabupaten
2. Di Kabupaten Buleleng sedahan juga dinamakan mantri pengairan persubakan
kecamatan
3. Seringkali juga disebut pasedahan
4. Istilah pekaseh dalam tulisan ini mencakup klian di subak di Kabupaten klian
gde di Kabupaten Bangli
Istilah klian tempek dalam tulisan ini mencakup klian banjaran di Kabupaten
Buleleng dan klian subak di Kabupaten Tabanan.
MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Pertanyaan Diskusi
1
E
L
FP
R
O
P
A
G
A
TI
N
G
E
N
T
R
E
P
R
E