Anda di halaman 1dari 20

MODUL 7

SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Irigasi Subak di Bali


I.B.Teken dan kawan-kawan
Tujuan Pembelajaran
1. Pendahuluan
2. Fungsi dan Kewajiban Subak
3. Organisasi Subak
4. Susunan Panitia Pengawas Subak
5. Keanggotaan Subak
6. Tata Pengaturan dan Penetapan Iuran
7. Tata Pengaturan Air dan Sistem Distribusi Air
8. Pertanyaan Diskusi

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :

Menjelaskan pengertian kelompok sosial dan organisasi sosial dalam


komunitas pedesaan/ pertanian

Menjelaskan perbedaan antara kelompok sosial dengan organisasi sosial


dalam komunitas pedesaan/ pertanian

Menjelaskan ciri-ciri (4 ciri) organisasi subak di Bali

Menjelaskan fungsi dan kewajiban subak sebagai organisasi social, struktur


organisasi subak, keanggotaan subak, hak dan kewajiban anggota subak,
mekanisme pembagian air irigasi antar subak dan antar anggota, sumber
keuangan dan mekanisme penetapan besarnya iuran dan pengawasanya .

1. Pendahuluan/ Sejarah Subak


Kapan dan oleh siapa subak didirikan, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Walaupun demikian, sejarah subak masih dapat dilihat secara tidak langsung dari
prasasti-prasasti yang menggambarkan sejarah kebudayaan Pulau Bali.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Ada orang mengatakan bahwa subak dimulai di masa Markandea, seorang


yogi yang datang dari Pulau Jawa pada abad pertama tahun Saka. Ketika itu ia,
bersama dengan para pengikutnya, mulai membuka hutan dan membuat sawah.
Seorang ahli Purbakala Belanda, Dr. R. Goris, menyebutkan bahwa di masa
prasejarah, yaitu sebelum tahun 600M, telah dikenal adanya kebudayaan pertanian
di Pulau Bali. Sapi dan kerbau merupakan ternak yang dipelihara untuk membantu
pengerjaan tanah. Pada masa tersebut telah pula ditemukan sistem pengairan
dengan terowongan yang terkenal. Dalam beberapa prasasti raja-raja, dapat dibaca
beberapa bukti yang menguatkan bahwa sistem persawahan telah lama dikenal di
Bali. Prasasti yang terdapat di Sukawana mengatakan bahwa dalam tahun Saka 800
(tahun 882 M) telah dikenal kata huma, yang artinya sama dengan sawah. Begitu
pula dalam prasasti Trunyan bertahun saka 813 (tahun 891 M) terdapat kata makah
aser, yang artinya sama dengan pekaseh (pengurus pengairan). Selanjutnya Dr.
Wertheim dan kawan-kawan mengemukakan bahwa subak telah dikenal dalam tahun
896 M dan 1022 M. Ada lagi satu prasasti yang menyebutkan bahwa subak dikenal
dan dikembangkan pada masa pemerintahan Raja Marakata Panghodja
Sthanuttunggadewa, yaitu pada tahun 994 (1022M).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa subak telah lama dikenal di Bali.
Dari manakah datang kata subak itu? Dalam prasasti Raja Purana di Klungkung,
bertahun saka 994 (1072 M), ditemukan kata kesuwakan, yang sama dengan kata
kesubakan, yang sekarang disingkat menjadi subak. Di Kabupaten Tabanan, kata
subak dianggap berasal dari kata seuwak, yang diartikan sebagai pembagian air
yang baik. Di Kabupaten Badung, kata Subak juga dianggap berasal dari kata
seuwak, tetapi diartikan sebagai aliran air yang masuk ke dalam petak sawah petani.
Penjelasan yang berlainan didapat dari pengurus subak Temblang di Kabupaten
Jembrana. Menurut beliau, kata subak berasal dari suba karma, yang diartikan
sebagai perbuatan yang baik. Dari uraian di atas dapatlah diduga bahwa kata subak
mungkin sekali berasal dari kata seuwak, walaupun di berbagai daerah artinya
sedikit berbeda-beda.
Bagaimana cara pemberian nama subak? Menurut pendapat pengurus subak
di Kabupaten-kabupaten di Bali, pada dasarnya cara pemberian nama subak
mengikuti:
a) Nama desa terdekat, seperti misalnya subak Basangka, subak Luwus, subak
Joanyar, dan sebagainya.
b) Nama tempat sumber air, seperti misalnya subak Yeh Poh, subak Yeh Empas,
subak Yeh Tangis, dan sebagainya.
c) Nama bangunan keagamaan yang terdekat, seperti misalnya subak Adeldewa, dan sebagainya.
d) Waktu dan cara pembukaan tanah, seperti misalnya subak Babakan Anyar,
dan sebagainya.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

e) Lain-lain.
Mengenai masalah siapa yang mengambil prakarsa terlebih dahulu untuk
membuat subak, tidak pula dapat dipastikan. Ada yang mengatakan rajalah yang
terlebih

dahulu

mengambil

prakarsa,

mengingat

subak

merupakan

sumber

pendapatan bagi kerajaan. Ada pula pendapat bahwa pertama-tama rakyatlah yang
membuka hutan, membuat dan mengatur sawah-sawah. Kemudian barulah raja-raja
mengambil alih untuk mengatur dengan lebih baik dan mengembangkan subak itu
dijaman dahulu. Jadi rupanya dijaman dahulu, baik raja maupun rakyatnya bersamasama membuat dan mengembangkan subak.
2. Fungsi dan Kewajiban Subak
Subak merupakan suatu badan yang mempunyai hak otonomi untuk
mengatur dirinya secara luas. Antara lain subak mempunyai hak untuk membentuk
pengurus, mengatur keuangan, membuat peraturan, melaksanakan sanksi terhadap
pelanggaran anggotanya, tanpa campur tangan pihak luar, dan yang terpenting
ialah menjaga ketertiban dan kesejahteraan para anggotanya.
Fungsi dan kewajiban subak yang sangat penting ialah mengatur pembagian
air bagi para anggotanya, agar masing-masing anggota memperoleh bagian air yang
cukup dan seadil-adilnya. Dengan demikian kesejahteraan semua anggota
merupakan tujuan pokok subak. Begitu juga subak wajib memelihara sumber-sumber
air, khususnya sumber air yang memberikan air kepadanya. Subak berkewajiban
mengatur jenis padi yang harus ditanam (baru belakangan ini), menetapkan waktu
penyiapan lahan, penaburan benih, dan penanaman padi, serta mengatur pergiliran
tanah.
Dalam rangka peningkatan produksi padi, pada tahun 1961 subak pernah
ditunjuk oleh pemerintah sebagai proyek pelaksana SSBM (swasembada bahan
makanan). Pada tahun 1964 subak dijadikan proyek pelaksana Demas (demonstrasi
massa) dan selanjutnya dijadikan proyek pelaksana Bimas (bimbingan masa) sampai
sekarang. Pada masa kini, ada subak yang telah berfungsi sebagai badan
perkreditan, yang meminjamkan uang pada para anggotanya dengan bunga rendah.
Subak berkewajiban membuat dan memelihara jalan-jalan subak atau jalan desa
yang sekaligus berfungsi sebagai jalan subak, sehingga komunikasi menjadi lancar.
Disamping kegiatan-kegiatan intern, subak merupakan suatu organisasi yang
boleh bergerak keluar, antara lain ia dapat berhubungan dengan pemerintah,
umpamanya dalam hal mengajukan usul-usul kepada pemerintah daerah yang
menyangkut hal peningkatan kemajuan subak. Sebaliknya subak dapat pula menjadi
perantara antara pemerintah dan petani dalam hal menyampaikan perintahperintahnya, memajukan/ menyampaikan penyuluhan, lebih-lebih pada masa kini,

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

yang menuntut agar teknologi baru di bidang pertanian harus segera diterapkan.
Sebagai misal, dalam penggunaan varietas unggul, insektisida dan pupuk di masa
belakangan ini, peranan terlihat dengan sangat jelas. Dengan demikian subak
merupakan jembatan yang efektif dalam melaksanakan modernisasi pertanian dari
pihak pemerintah (dinas pertanian, dinas koperasi, dan lain-lain) kepada para petani
di desa-desa di Bali.
Dalam bidang ekonomi subak mempunyai tugas untuk menjamin peningkatan
produksi padi. Dalam bidang rohani, subak berfungsi melaksanakan upacara-upacara
keagamaan yang berhubungan dengan persubakan. Dalam bidang sosial subak
berkewajiban membina dan meningkatkan kerja sama yang erat antara para
anggotanya, antara subak-subak dan para petani dan pemerintah. Bila ada
perselisihan mengenai antaranggota, subak berkewajiban untuk menyelesaikan
dengan bijaksana. Dalam hubungan kerja sama dengan pemerintah, subak menjadi
alat bantu untuk memungut Ipeda (Iuran Pembangunan Daerah).
3. Organisasi Subak
Subak merupakan suatu organisasi yang otonom. Penggunaan air dari sungai
untuk kepentingan sawah-sawah di suatu subak harus mendapat ijin dari
pemerintah. Kerap kali pemerintah membantu subak dengan jalan membuat
bendungan atau memberi dalam bentuk uang, dan lain-lain. Apabila bendungan
serta pemasukan air ke saluran subak dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Seksi
Pengairan. Pembuatan dan pemeliharaan saluran-saluran subak hingga air masuk ke
petak sawah petani merupakan tanggung jawab subak.
Kebebasan subak untuk mengantar pengairan diperolehnya sejak jaman rajaraja dahulu dan dilanjutkan hingga masa kini. Di jaman pendudukan Jepang
kebebasan tersebut lenyap karena tekanan-tekanan pemerintah Jepang waktu itu.
Semua gerak hidup penduduk pada masa itu diarahkan pada kepentingan perang.
Dalam melaksanakan tugasnya, subak mengkoordinasikan setiap gerak
anggota guna mencapai sasaran yang tepat, yaitu pembagian air yang cukup dan
adil. Peranan organisasi dan pengurus subak menjadi sangat penting.
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi subak adalah sedahan
agung.1 Ia pegawai negeri, berkedudukan di kantor bupati dan diangkat oleh bupati
dengan tugas:
a) Mengatur pengairan dan persediaan air irigasi di wilayah kabupaten
b) Memecahkan persoalan-persoalan yang timbul anatarsubak yang tidak
sanggup diselesaikan oleh petugas bawahannya.
c) Memungut pajak tanah.
d) Menjadi penghubung antara subak-subak dan pemerintah untuk menetapkan
tanggal pelaksanaan upacara-upacara untuk desa dan subak.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

e) Mengkoordinasi upacara adat yang berhubungan dengan subak di tingkat


kabupaten.
Sedahan agung digaji oleh pemerintah dan umumnya tidak memperoleh
tanah dan dana bukti (tanah bengkok di Jawa). Ia tidak mendapat bagian dari pajak
tanah yang dipungutnya. Luas subak-subak di bawah pimpinan seorang sedahan
agung berbeda di berbagai kabupaten, seperti ditunjukkan oleh daftar di bawah ini.
Tabel 1. Luas Subak-subak di Tiap Kabupaten di Bali, 1971
Kabupaten
Buleleng
Jembarana
Tabanan
Badung
Gianyar
Bangli
Klungkung
Karangasem
Jumlah seluruh
Bali

Jumlah
Kesedahan
10
5
27
10
10
3
5
10
80

Jumlah Subak

Jumlah Luas (ha)

255
73
310
146
181
46
44
138
1.1913

14.192,10
7.994,79
25.381,32
19.215,08
15.754,12
3.226,00
4.857,91
8.067,79
98.689,11

Sumber : Laporan Penelitian Tentang Strategi Pembangunan Daerah Propinsi Bali,1972, Jilid II,
Koordinasi Perguruan Tinggi VI, Surabaya.

Dari daftar diatas terlihat bahwa wilayah seorang sedahan agung berkisar
antara kira-kira tiga ribu sampai 25 ribu hektar sawah.
Dibawah sedahan agung terdapat sedahan2 seorang yang berstatus pegawai
negeri dengan gaji dari pemerintah. Ia tidak mendapat hak-hak istimewa. Tugasnya
sama saja dengan tugas sedahan agung, tetapi dengan wilayah yang lebih kecil,
yang disebut kasedahan.3 Di seluruh Bali terdapat 50 kasedahan, seperti ditunjukkan
dalam daftar di atas. Biasanya satu kasedahan terdiri dari belasan subak, yang
meliputi wilayah sekitar seribu hingga tiga ribu hektar. Di kabupaten Karangasem
sedahan disebut pengelurah.
Dibawah sedahan terdapat pekaseh, ia bukan pegawai negeri. Ia dipilih dari
dan oleh anggota subak dalam suatu rapat anggota. Syarat-syarat seseorang boleh
dipilih menjadi pekaseh ialah:
a) Harus merupakan anggota subak
b) Dapat membaca dan menulis
c) Bersedia memangku jabatan tersebut
d) Tidak boleh merangkap jabatan lain di desa

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

e) Memiliki keterampilan dan pengalaman dalam bertani


f) Sudah dewasa dan mempunyai sifat-sifat kepemimpinan.
Pekaseh umumnya tidak mendapat tanah dana bukti, kecuali pekaseh di
Kabupaten Badung. Luas tanah dana bukti untuk pekaseh di Kabupaten Badung itu
tergantung dari luas wilayah pegangannya.
Pekaseh bukanlah nama umum yang berlaku diseluruh Bali. Di Kabupaten
Buleleng disebut klian subak, yang hak dan kewajibannya sama dengan pekaseh
ditempat lain. Di Kabupaten Bangli pekaseh disebut klian gde, yang hak dan
kewajibannya sama dengan klian di kabupaten Buleleng atau pekaseh di tempat
lain.

Pemilihan pekaseh4 dilakukan secara musyawarah. Rapat pemilihan diadakan

antara pengurus dan anggota, yang sering dihadiri oleh sedahan dan kepala desa.
Suara terbanyak menentukan pilihan. Umumnya tidak ada ketentuan mengenai lama
masa jabatan seorang pekaseh. Selama ia jujur dan bekerja dengan baik, ia bisa
tetap memangku jabatannya. Tetapi pada saat ini beberapa subak di Kabupaten
Badung menetapkan masa jabatan lima tahun untuk pekaseh dan pengurus lainnya
dari subak. Sesudah masa itu diadakan pemilihan pekaseh baru. Dalam pemilihan ini
pekaseh lama dapat dipilih kembali.
Pada subak-subak kecil, pekaseh langsung membawahkan anggota subak.
Pada subak-subak yang luas, wilayah subak dibagi lagi dalam bagian-bagian yang
kecil, yang disebut tempek. Untuk tiap tempek dipilih seorang pemimpin dari
anggota subak dalam tempek bersangkutan, yang disbeut klian tempek. Pengesahan
jabatan klian tempek dilakukan oleh pekaseh. Klian tempek diadakan untuk
memudahkan kepengurusan hal-hal yang menyangkut pengairan dan pertanaman
padi di subak yang wilayahnya luas. Nama klian tempek ini pun nama umum di
seluruh Bali. Di kabupaten Buleleng ia dinamakan klian banjaran, sedang di
kabupaten tabanan ia disebut klian subak. Dengan demikian terdapat penggunaan
istilah

yang

sama

dengan

pengertian

yang

berbeda,

sehingga

dapat

membingungkan. Klian subak di kabupaten Buleleng berarti sama dengan pekaseh,


sedang klian subak di Kabupaten Tabanan berarti klian tempek, suatu jabatan
hierarki yang lebih rendah dari pekaseh.
Pada umumnya seorang pekaseh mempunyai beberapa orang pembantu.
Jumlah dan macam pembantu ini tidaklah sama untuk semua kabupaten di Bali. Di

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Kabupaten Buleleng seorang pekaseh dibantu oleh : a) wakil pekaseh, b) klian


banjaran (klian tempek di tempat lain, c) juru arah yang bertugas menyampaikan
perintah dan pengumuman dari pekaseh kepada anggota subak, dan d) kesinoman
yang bertugas sebagai pembantu umum. Di kabupaten Tabanan, selain pembantupembantu di atas, sering ada satu macam pembantu lagi, yaitu juru tibak, yang
khusus bertugas membagi air. Di subak Tamblang/Pangkung Gondang di Kabupaten
Jembrana, pembantu pekaseh lebih banyak lagi, yaitu a) wakil pekaseh, b) penulis,
c) bendahara, d) juru arah (pembantu untuk menyampaikan berita dan perintah),
dan e) pecelang atau petilik yang bertugas mengamankan jaringan irigasi dan
pembagian air.
Klian tempek5 juga mempunyai seorang juru arah sebagai pembantunya,
untuk menyampaikan berita dan perintah kepada para anggota.
Demikianlah digambarkan beberapa variasi pengurus subak. Mungkin sekali
masih ada variasi-variasi lainnya , yang menggambarkan daya penyesuaian subak
dengan lingkungan dan keperluannya, yang dimungkinkan oleh sifat otonom yang
dimiliknya. Ada baiknya apabila variasi yang dibahas didepan digambarkan dalam
bagan di bawah ini.

Tabel 2. Bagan Susunan Pengurus Subak


Umum

Kabupaten

Kabupaten Buleleng

Sedahan Agung

Sedahan agung

Kepala seksi pengairan


persubakan kabupaten/
sedahan agung

Sedahan
(pengelurahan
untuk
Kabupaten
Karangasem)

Sedahan

Mantra pengairan
persubakan
kecamatan/sedahan

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Pekaseh (klian
gde untuk
Kabupaten
Bangli) dan
pembantu

Pekaseh dan pembantu

Klian subak dan


pembantu

Klian tempek
dan pembantu

Klian subak dan


pembantu

Klian banjaran dan


pembantu

Anggota subak

Anggota subak

Anggota subak

Untuk subak-subak kecil, jabatan klian tempek atau klian subak untuk
Kabupaten Tabanan atau klian banjaran untuk Kabupaten Buleleng seringkali
ditiadakan.
4. Susunan Panitia Pengawas Subak
Untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap subak-subak di
Bali, maka di tiap kabupaten telah dibentuk Panitia Irigasi, dengan tugas sebagai
berikut:
1) Menyelenggarakan koordinasi penggunaan air seefisien mungkin,
jika perlu dengan penentuan prioritas penggunaan, baik secara
bergilir maupun secara bergolongan dalam rangka mencapai
produksi yang optimal.
2) Menyelenggarakan koordinasi tata-tanam dengan menetapkan
peraturan

tentang

waktu/musim,

tempat,

jenis

dan

luas

tanaman.
3) Mengatur kerjasama yang baik diantara dinas-dinas/jawatanjawatan

dan

instansi-instansi

lain

yang

berkaitan

dengan

penggunaan air.
4) Membantu gubernur kepala daerah dalam:
a) Mengkoordinasikan tugas-tugas pemeliharaan jaringan irigasi (bangunan
dan

saluran)

serta

bangunan

pengendali

(tanggul

dan

bangunan

pengendali banjir lainnya) dengan baik dan terus-menerus.


b) Mengkoordinasikan usaha pembinaan terhadap jaringan-jaringan irigasi,
termasuk jaringan tersier, irigasi desa, pompanisasi dan sebagainya, agar

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

dapat

memberi

manfaat

yang

sebesar-besarnya

bagi

usaha-usaha

pertanian.
c) Mengkoordinasikan usaha inventarisasi jaringan-jaringan dan sumber air,
baik yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan secara langsung untuk
irigasi maupun usaha-usaha pertanian lainnya.
d) Mempersiapkan dan mengajukan saran-saran untuk menentukan langkah
kebijaksanaan dalam penyediaan biaya untuk usaha eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Pembentukan panitia pengairan di Bali berdasar atas
1) Instruksi Presiden No. 1 tahun 1969 tanggal 22-1-1969,
2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 28-4-1972,
3) Surat Pejabat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 7-6-1973 No.
Perbang/150/II/C/1973, dan
4) Surat Keputusan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali tanggal 7-6-1973 No.
180/36/73.
Walaupun dasar pembentukan sama, namun terdapat sedikit perbedaan dalam
susunan pengurus panitia irigasi di berbagai kabupaten. Di semua kabupaten,
bupatilah yang menjadi ketua panitia bersangkutan.
Ada beberapa kabupaten yang panitia irigasinya mempunyai wakil ketua.
Dalam hal ini sedahan agunglah yang bertindak sebagai wakil ketua tersebut.
Jabatan sekretaris dipegang oleh kepala Pekerjaan Umum Seksi. Sebagai anggota
diambil kepala dinas pertanian kabupaten, kepala sub direktorat agraria kepala sub
direktorat PMD dan komandan resort kepolisian. Tetapi pada umumnya panitia irigasi
tidak mempunyai wakil ketua. Dalam hal ini sedahan agunglah yang bertindak
sebagai sekretaris panitia. Kecuali di Kabupaten Karangasem, tempat kepala
Pekerjaan Umum Seksi menjabat sebagai sekretaris panitia. Sebagai anggota diambil
kepala pertanian kabupaten, kepala pekerjaan umum seksi, kepala subdirektorat
Agraria, kepala subdirektorat PMD dan kepala Resort Kepolisian. Ada pula kabupaten
yang

tidak

mengikutsertakan

kepala

subdirektorat

agrarian

atau

kepala

subdirektorat PMD dalam keanggotaan panitia pengairan itu. Yang patut dicatat di
sini ialah panitia pengairan di kabupaten Karangasem, tempat sedahan agung hanya
duduk sebagai anggota.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Pada saat ini panitia irigasi di Bali baru berumur beberapa bulan saja,
sehingga tidak mungkin melihat efektivitas kerjanya. Namun panitia tersebut pada
saat ini telah mulai bekerja, antara lain membahas usul-usul proyek dari subaksubak atau permohonan bantuan dari subak-subak, kemudian memberikan
rekomendasi kepada pemerintah kabupaten, apakah usul-usul tersebut akan
diterima atau ditangguhkan, atau ditolak sama sekali.
5. Keanggotaan Subak
Tiap organisasi tentulah mempunyai sejumlah anggota, dan syarat untuk
menjadi anggota ditetapkan dalam anggaran dasar atau dalam anggaran rumah
tangga organisasi bersangkutan. Para petani yang bekrja di sawah dibedakan dalam
dua golongan menurut haknya atas tanah, yaitu: 1) pemilik sawah, dan 2) petani
yang mengerjakan sawah orang lain sebagai penyekap atau karena menggandai.
Dalam keanggotaan subak timbul suatu persoalan, yaitu siapakah yang
termasuk anggota subak? Para penyekap atau para pemilik tanah? Agaknya dahulu
kala tidaklah ada persoalan semacam ini, karena pada waktu itu rupanya belum ada
persoalan sakap-menyakap atau sewa menyewa tanah. Semua pemilik tanah pada
waktu itu mengerjakan tanah miliknya sendiri. Atau petani mengerjakan sawah milik
raja atau bangsawan lainnya sebagai kerja bakti. Sebagai upah mengerjakan sawah
raja/ bangsawan, mereka diberikan tanah pecatu oleh raja atau bangsawan itu.
Tanah ini akan menjadi tanah milik yang dapat diwariskan turun temurun.
Pada umumnya diterima anggapan bahwa petani yang menggarap sawah
yang terletak dalam wilayah suatu subak itulah yang menjadi anggota subak.
Penggarap dapat berupa pemilik tanah, penyakap atau penyewa. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan bahwa yang ikut bekerja dalam subak ini adalah para penggarap.
Pemiliki tanah yang tidak mengerjakan sawahnya seringkali tinggal di kota-kota dan
sama sekali tidak tahu-menahu mengenai keadaan subak. Di dalam hal penyakapan,
pemilik tanah dan penyakap itu merundingkan pembagian beban yang harus dipikul
oleh masing-masing pihak sebagai konsekuensi menjadi anggota subak. Hal ini
terjadi karena perjanjian sakap-menyakap tidaklah sama di semua tempat. Ada
pemilik tanah yang memikulkan segala beban kepada penyakap, tetapi ada juga
yang bebannnya ditanggung bersam-sama. Seringkali biaya untuk perbaikan
bendungan, terowongan, saluran, balai pertemuan subak untuk upacara keagamaan
yang berhubungan dengan subak , ditanggung oleh pemilik tanah, sedangkan kerja
yang harus disumbangkan oleh anggota untuk keperluan subak ditanggung oleh
penyakap.
Di beberapa tempat subak di Kabupaten Gianyar dan di Kabupaten Buleleng,
terdapat istilah formal bagi pemilik tanah dan anggota praktis bagi penggarap
sawah. Yang belakangan inilah yang dianggap sebagai anggota subak. Di beberapa
subak di Kabupaten Jembrana, terdapat istilah anggota tetap bagi pemilik tanah dan

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

anggota tak tetap bagi penggarap. Memang orang-orang yang menggarap sawah itu
mungkin berbeda-beda dari musim ke musim, sedangkan pemilik tanah lebih tetap
sifatnya. Di Kabupaten Badung dikenal istilah ngoot ngutang untuk pemilik sawah
yang tidak mengerjakan tanahnya (yang tidak turut menyumbangkan kerja untuk
subak, tetapi turut memikul beban dalam bentuk uang) dan ngoot ngayah untuk
penggarap (yang menyumbangkan kerja untuk subak). Yang belakangan inilah yang
dianggap sebagai anggota subak.
Dilihat dari segi tanggung jawabnya, anggota subak seringkali dapat dibagi
atas tiga golongan:
1) Anggota yang ikut menjalankan setiap kegiatan subak dalam urusan
pengairan. Anggota-anggota ini terhimpun dalam sekehe yeh (perkumpulan
air), dan sering disebut krama pekaseh.
2) Anggota yang tidak ikut dalam tugas menyelenggarakan pembagian air.
sebagai gantinya mereka membayar sejumlah uang, yang besarnya
ditetapkan dalam peraturan subak. Anggota semacam ini dinamakan
pengampel.
3) Anggota yang dibebaskan dari tugas menyelenggarakan pembagian air.
golongan ini disebut leluputan, yang terdiri dari para ahli agama yang
bertugas menyelenggarakan upacara keagamaan yang berhubungan dengan
subak.
Perlu dijelaskan bahwa wilayah-wilayah yang sebagian petaninya beragama lain
dari Hindu Dharma, misalnya beragama Islam atau Kristen, tidak terdapat kesulitan
apa-apa bagi petani yang memeluk agama bersangkutan untuk menjadi anggota
suatu subak. Mereka mengikuti segala peraturan subak, kecuali upacara-upacara
yang berhubungan dengan subak itu. Di beberapa subak ada yang menganjurkan
agar mereka dengan sukarela menyumbangkan ala kadarnya untuk kepentingan
upacara itu. Biasanya sumbangan itu berupa uang ataubarang. Hal ini terutama
dijumpai pada subak-subak di Kabupaten Jembrana.
Selanjutnya timbul pertanyaan apakah seorang anggota subak dapat berhenti
menjadi anggota? Seorang anggota subak hilang keanggotaannya, apabila ia
meninggal dunia, berhenti menggarap sawah di wilayah subak bersangkutan karena
sawah sekapannya telah diambil oleh pemiliknya atau apabila ia menggarap tidak
mematuhi subak. Jika seorang anggota meninggal dunia, maka pewarisnyalah yang
menggantikannya, apabila ia dianggap memenuhi syarat, yaitu laki-laki dewasa.
Kalau sawah itu digadaikan atau dijual, maka yang menjadi anggota subak ialah si
pemilik yang baru atau si penggadai, apabila ia sendiri yang menggarap sawah yang
bersangkutan.
Hak dan kewajiban Anggota Subak

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Tugas dan kewajiban Anggota Subak


Tugas dan kewajiban anggota subak pada dasarnya mencakup tiga bidang,
yaitu:
1) Bidang fisik:
a) Membuat, memelihara serta memperbaiki bangunan-bangunan pengairan
seperti bendungan, saluran dan sebagainya.
b) Membuat, memelihara serta memperbaiki bangunan-bangunan subak
selain bangunan pengairan, seperti jalan subak, balai subak dan tempat
upacara keagamaan yang berhubungan dengan subak.
2) Bidang sosial ekonomi:
a) Menaati dan melaksanakan peraturan subak, baik yang tertulis maupun
tidak;
b) Melaksanakan segala keputusan rapat anggota;
c) Menjalankan segala perintah pengurus berdasarkan peraturan berlaku;
d) Mengadakan pemilihan pengurus;
e) Menghadiri rapat anggota, baik yang bersifat rutin maupun insidental;
f) Memelihara kelancaran pembagian air;
g) Membayar denda serta iuran-iuran, baik yang berupa uang maupun
barang;
h) Membayar Ipeda yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada batas waktu
yang telah ditentukan;
i) Melaksanakan instruksi-instruksi pemerintah yang disalurkan lewat subak;
j) Menjaga air di bendungan agar tidak dicuri oleh anggota subak lain dan
mencari air apabila terjadi kecurian atau kebocoran;
k) Bilamana perlu, bersama-sama dengan anggota subak lainnya
mengadakan pemberantasan hama, misalnya dengan menangkapi tikus
yang sedang menyerang tanaman-tanaman milik subak.
3) Bidang keagamaan:
Upacara keagamaan dilakukan mulai dari saat lahan dipersiapkan sampai hasil
panen (padi) sudah ada di tempat penyimpanan (lumbung). Jenis serta waktu
menyelenggarakan upacara tidak sama untuk setiap subak. Ada upacara yang
dilakukan oleh anggota subak secara perorangan, tapi ada pula yang bersamasama.
Upacara-upacara yang dilakukan antara lain:
a) Ngendagin, yang dilakukan secara perorangan oleh anggota pada saat
mencangkul pertama di sawah. Penentuan waktunya tergantung dari
masing-masing anggota.
b) Pangwiwit, yang dilakukan pada waktu akan menebar benih. Upacara ini
dilakukan oleh pekaseh bersama pemuka agama;
c) Mapag toya, yang dilakukan pada saat akan menyalur air pertama kali ke
sawah pada musim menanam padi rendengan;

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

d) Nandur, yang dilakukan pada waktu menanam padi oleh masing-masing


anggota secara perorangan;
e) Neduh, yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit tangan.
Upacara ini dilakukan oleh beberapa pengurus subak setelah padi
berumur kira-kira 17 hari. Kemudian air suci dibagikan kepada para
anggota yang selanjutnya akan melakukan upacara di sawahnya masingmasing;
f) Pecaruan, yang dilakukan untuk menarik hama. Upacara ini dilakukan
secara bersama setelah padi berumur satu bulan;
g) Nyambutin, yang dilakukan pada waktu padi berumur satu setengah bulan
oleh anggota di sawahnya masing-masing;
h) Biyakukung, yang dilakukan pada saat padi sedang bunting;
i) Miseh, yang dilakukan oleh masing-masing anggota pada saat padi
berumur dua s/d dua setengah bulan;
j) Ngasaba, yang dilakukan secara bersama-sama kira-kira sepuluh hari
menjelang panen, dan khusus untuk rendengan. Upacara ini cukup mewah
karena disertai dengan pesta oleh seluruh anggota. Sebelum upacara ini
dilakukan, tidak diperkenankan untuk memungut hasil/ panen;
k) Mentenin, yang dilakukan secara perorangan di masing-masing lumbung
anggota beberapa hari setelah padi di taruh di lumbung.
Hak anggota subak
Sebagai imbalan dari tugas-tugas yang harus dilakukannya, para anggota
subak berhak untuk:
1) Mendapat bagian air secara adil dari subak. Banyaknya air yang diperoleh
tergantung dari luas sawah yang dimiliki/ digarap;
2) Memilih dan dipilih sebagai pengurus subak;
3) Mengeluarkan pendapat dan usul-usul dalam rapat anggota;
4) Diwakili oleh orang lain dalam melakukan segala kegiatan persubakan;
5) Melaporkan pelanggaran-pelanggaran kepada pengurus subak dengan
mendapat sebagian uang denda yang harus dibayar oleh si pelanggar yang
besarnya ditetapkan dalam peraturan subak;
6) Mendapat bagian dari kekayaan subak;
7) Mendapat pelayanan dan perlakuan yang baik dari subak.
6. Tata Pengaturan Dan Penetapan Iuaran
Sumber-Sumber Keuangan Subak
Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari subak sebagai suatu perkumpulan
memerlukan biaya yang tidak kecil jumlahnya. Mengenai berapa besar keperluan
atau pengeluaran rata-rata dari subak di Bali setiap tahunnya tidak diketahui dengan
pasti.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Adapun sumber-sumber dari subak adalah:


a) Iuran dari tiap anggota, baik dalam bentuk uang maupun barang;
b) Denda yang dikenakan kepada para anggota yang tidak hadir dalam rapat,
ataupun denda karena pelanggaran terhadap peraturan subak yang
sedang berlaku;
c) Uang pangkal yang ditarik dari anggota baru;
d) Upah panen yang diperoleh jika anggota subak yang bersangkutan
melakukan pemungutan hasil/ panen di lingkungan subaknya sendiri
maupun di lingkungan subak lain dengan menerima upah dalam bentuk
barang;
e) Hasil tanah milik subak;
f) Bunga uang dari anggota subak yang meminjam kepada kas subak;
g) Subsidi atau bantuan dari pemerintah;
h) Sumber-sumber lain, misalnya pengumpulan dana waktu mengadakan
tontonan, sabungan ayam dan lain-lain.
Cara-cara penetapan iuran
Besar iuran untuk tiap anggota subak tidak sama. Ini tergantung dari luas
pemilikan sawah. Juga cara penetapan iuaran per satuan luas sawah antara subak
satu dengan lainnya tidak ada keseragaman. Berapa besarnya iuran yang harus
dibayar persatuan luas sawah ditentukan dalam peraturan subak atau dalam rapat
anggota. Iuran ada yang berbentuk uang dan ada yang berbentuk barang. Macam
iuran dapat dibedakan menjadi:
1) Iuran yang dipungut secara insidental; jadi waktunya tidak tetap. Biasanya
iuran ini dibayar dalam bentuk uang dan dikenakan kepada para anggota
karena
adanya
keperluan-keperluan
mendadak,
seperti
misalnya
pembangunan ataupun perbaikan saluran irigasi, jalan subak dan lain
sebagainya, yang mengalami kerusakan akibat bencana alam. Untuk
beberapa subak besar iuran insidental sama untuk setiap anggota. Tapi untuk
kebanyakan subak besarnya ditentukan menurut luas pemilikan sawah. Iuran
ini ditentukan atas persetujuan rapat anggota dan pembayarannya dilakukan
pada rapat berikutnya.
2) Iuaran yang dipungut secara berkala. Biasanya iuran ini dipungut setiap habis
panen dan dibayar dalam bentuk barang. Ada beberapa macam iuran berkala,
yaitu:
a) Pengoot atau pengampel, ialah iuran untuk pembelian air oleh anggota
semacam ini dibayar dalam bentuk padi sehabis panen padi rendengan
(setahun sekali). Di beberapa subak di Kabupaten Badung, anggota yang
aktif (disebut anggota ngoot ngayah) dikenakan pengoot yang besarnya
setengah dari yang dikenakan pada anggota yang tidak aktif (disebut
ngoot ngutang). Anggota yang ngoot ngayah dikenakan 2 kg, sedangkan
yang ngoot ngutang 4 kg padi kering per 10 are luas sawah garapan.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Sebagian dari pengoot atau pengampel biasanya digunakan untuk biaya


upacara keagamaan di subak dan sebagian dibagikan kepada anggota
aktif sebagai balas jasa untuk jerih payah yang telah dikorbankan dalam
melakukan segala pekerjaan-pekerjaan subak.
b) Sarin tahun, ialah iuaran yang dikenakan kepada semua anggota subak
dalam bentuk padi setiap habis panen. iuran ini dipungut untuk keperluan
upacara-upacara keagamaan di subak. Ada subak-subak yang
memungutnya hanya sekali setahun yaitu sehabis panen padi rendengan
dan gadu. Besar kecilnya ditetapkan dalam rapat anggota. Misalnya, si
subak Pangembungan (Kabupaten Tabanan) besar sarin tahun 1 kg padi
per 5 are luas sawah.
c) Iuran untuk balas jasa pengurus subak. Subak-subak tertentu, seperti
subak Tamblang/ Pangkung Gondang (Kabupaten Jembrana) misalnya,
selain pengoot, sarin tahun dan iuran insidental, juga mengenakan kepada
para anggotanya semacam iuran dalam bentuk padi yang dibayar setelah
panen, khusus untuk digunakan sebagai balas jasa pengurus. Pada
prinsipnya untuk luas sawah kurang dari 75 are dengan satu tempat
pemasukan air digunakan 4 kg gabah. Untuk sawah yang luasnya lebih
dari 75 are dengan satu tempat pemasukan air dikenakan iuran lebih,
yang disesuaikan menurut kelebihan luas sawah. Besarnya ditentukan
atas persetujuan rapat.

Pengawasan terhadap Keuangan Subak


Pada umumnya keuangan subak dipegang oleh pekaseh sendiri. ada juga
beberapa subak yang mempunyai bendahara sebagai pemegang kas subak.
Kebanyakan subak sudah mempunyai catatan/ pembukuan mengenai pengeluaran
dan pemasukan subak dari musim ke musim, tetapi sifatnya masih sangat
sederhana dan tidak terpelihara dengan baik. Juga kontrol dari para anggota dapat
dikatakan tidak ada. Ini mungkin disebabkan oleh sifat ketimuran yang merasa
enggan untuk menanyakan secara langsung hal-hal yang dapat menyinggung
perasaan orang lain.
Subak-subak pada umumnya sudah membuat perancangan tentang apa yang
akan dikerjakan atas persetujuan anggotanya, tetapi jarang sekali yang tertulis.
Sejauh yang diketahui hampir tidak ada subak yang membuat rencana anggaran
belanja. Biasanya digunakan untuk menyesuaikan pengeluaran dengan pemasukan.
Untuk pengeluaran yang tak terduga sebelumnya, seperti perbaikan/ pembuatan
bangunan irigasi yang hancur/ rusak karena banjir, biasanya diusahakan untuk
menutupnya dengan jalan memungut iuran tambahan.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

7. Tata Pengaturan Air dan Sistem Distribusi Air


Propinsi Bali mempunyai banyak sungai dan mata air yang merupakan sumber
air bagi pertanian. dilihat dari segi debit air sepanjang tahun, maka terdapat sungaisungai yang berair pada musim hujan saja, seperti banyak di Kabupaten Jembrana
bagian barat. Sungai-sungai di Bali Selatan umumnya masih tetap berair sampai
pada musim kemarau, tetapi sudah menjadi kecil dibandingkan dengan musim
penghujan.
Subak-subak di Bali secara gotong royong dijaman dahulu membuat
bendungan di sungai untuk menyalurkan airnya ke subak mereka. Pada waktu itu
sebagian besar bendungan tidak permanen dan dibuat oleh anggota subak secara
bersama-sama dari bahan-bahan berupa batu, kayu batang kelapa, beronjong dan
lain-lain. Tetapi kini cukup banyak bendungan dibangun secara permanen dengan
bantuan penuh atau sebagian dari pemerintah pusat dan daerah. Pengaturan air
pada bendungan dan pemeliharaan bendungan merupakan tanggung jawab Dinas
Pekerjaan Umum Propinsi dan Pekerjaan Umum Seksi.
Air sebuah sungai sering melayani beberapa kasedahan atau beberapa subak.
Untuk menetapkan pembagian air bagi subak-subak tersebut maka ditempuhlah
jalam musyawarah antara kasedahan-kasedahan, atau antara subak yang dibimbing
oleh kasedahan. Dasar perhitungan besar kecilnya debit air yang dapat diambil oleh
subak ialah (a) luas subak yang bersangkutan, (b) jarak antara bendungan dengan
wilayah subak, (c) debit sungai sepanjang musim, (d) tinggi rendah letak subak
tersebut terhadap bendungan dan (e) keadaan tanah subak.
Umumnya makin luas suatu subak makin banyak air yang diperoleh. Makin jauh
jarak subak, makin banyak pula air yang didapat. Subak yang terletak di wilayah
hulu juga akan mendapat air lebih banyak dari subak yang letaknya di bagian hilir.
Tanah-tanah di pegunungan dianggap gembur dan lebih mudah meresapkan air.
karena itu subak-subak tersebut mendapat air lebih banyak daripada subak-subak di
dataran rendah. Besar kecilnya debit air sungai akan mempengaruhi cara
penggunaan air. Kalau debit air sungai kurang, maka akan diadakan sistem giliran.
Penggunaan air suatu sungai oleh subak harus mendapat ijin dari pemerintah.
Berkenaan dengan pembagian air dari suatu sungai, dapat dibedakan dua macam
pembagian air, yaitu:
a) Pembagian air antarsubak, dan
b) Pembagian air antaranggota subak
Pembagian air antarsubak
Baik pembagian air di antara subak maupun di antara para anggota subak,
dasar patokan yang dipakai sama, yaitu satu tektek (satuan dasar bagian air). yang
dimasud dengan satu tektek ialah besarnya debit atau volume air yang melalui
penampang (pintu air) dengan ukuran 5 cm x 1 cm (lebar 5 cm dan dalam 1 cm

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

pada dam kecil) untuk mengairi sawah seluas 35-50 are. Sawah yang luasnya sekian
itu memerlukan bibit satu tenah (satu ikat, kira-kira 25-30 kg). Karena itu luas sawah
yang dinyatakan dalam ukuran tenah, dimana luas sawah satu tanah adalah 35-50
are. Dijaman lampau sebelum adanya ukuran metrik, satu tektek diukur dengan
lebih kurang empat jari dalam (jari direbahkan). Karena jari orang itu berbeda-beda,
maka tentu besar ukuran tersebut akan tidak sama.
Selanjutnya pembagian air sungai di antara subak-subak didasarkan atas
perbandingan luas subak-subak. Kalau misalkan ada tiga subak, berturut-turut
luasnya A tenah, B tenah dan C tenah, maka pembagian air sungai tersebut menjadi

A
A+ B+C

bagian untuk subak A,

B
A+ B+C

bagian untuk subak B, dan

C
A+ B+C

bagian untuk subak C. Pembagian seperti diatas umum dilaksanakan di Bali.


Pembagian air tersebut dengan dihadiri oleh sedahan dan disahkan oleh sedahan
agung. Cara penggunaan air diantara subak-subak tergantung dari faktor-faktor a)
debit sumber air/ sungai, dan b) luas areal sawah dari subak-subak tersebut. Dilihat
dari sudut ini, maka kebijaksanaan penggunaan air antara subak-subak adalah
sebagai berikut:
a) Dalam hal sumber air mencukupi, dilakukan pembagian air yang sama
sepanjang tahun;
b) Dalam hal sumber air tidak mencukupi, diadakan pemberian air secara
bergiliran antara subak yang bersangkutan.
Biasanya bagi subak-subak yang belum mendapat gilirannya mendapat air
berupa:
1) Pebanyon, yaitu pemberian air untuk keperluan ternak, manusia dan tanaman
palawija;
2) Pungkatan, yaitu aliran air besar secara mendadak ke subak yang
bersangkutan selama satu hari atau satu hari satu malam. Ini biasanya
dilakukan dalam keadaan mendesak sekali.
Subak-subak yang mendapat giliran air selalu mengadakan penjagaan dekat
pintu air subak untuk menjaga keamanan air bersangkutan.
Pembagian air diantara anggota-anggota subak
Di sini pun pembagian bagi para anggota subak didasarkan atas luas sawah,
yang dinyatakan dalam tenah. Bila misalnya luas sebuah x tenah dan satu petak
sawah sama dengan x tenah, maka air yang diterima oleh petak bersangkutan ialah

x
x

bagian air yang tersedia untuk subak itu.

Kalau air tidak mencukupi, maka diadakan pergiliran pemakaian air. biasanya
hal ini dilaksanakan antara tempek. Tempek yang tidak mendapat giliran, seringkali

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

atas hasil musyawarah, diberikan air pungkatan. Kalau musim hujan datang, sistem
pergiliran dihentikan.
Di subak yang mengadakan sistem giliran, yang umumnya dilaksanakan di
Kabupaten Buleleng karena air sungai tidak cukup, penggunaan air oleh tempektempek diatur dalam tiga masa yaitu:
1) Ngulu (terdahulu). Tempek-tempek yang di hilir sumber air biasanya
mendapat giliran ini. Bulan subak-subak mendapat air berbeda-beda,
tergantung dari keadaan iklim setempat. Misalnya di Kabupaten Karangasem,
ngulu dimulai bulan November-Desember, di Kabupaten Buleleng dimulai
bulan Oktober dan di Kabupaten Bangli bulan Desember.
2) Maongin, (baong = leher, maksudnya pertengahan). Tempek-tempek turun ke
sawah pada masa pertengahan. Di Kabupaten Karangasem maongin mulai
bulan Januari-Februari, sedangkan di Kabupaten Buleleng mulai bulan Februari
sampai Maret dan akhirnya di Kabupaten Bangli dalam bulan Februari.
Tempek-tempek ini terletak di tengah-tengah antara hulu dan hilir sumber air.
3) Ngasep (kasep = terlambat, yang artinya paling akhir). Tempek-tempek ang
ngasep umumnya terletak di daerah hulu sungai/ sumber air). Tempektempek mulai turun ke sawah pada bulan Maret-April di Kabupaten
Karangasem serta bulan Juni-Juli di Kabupaten Buleleng.
Bagaimana cara distribusi air di suatu subak? Untuk menjelaskan hal ini,
disajikan skema pada Gambar berikut.
Pertama-tama subak membuat bendungan pada sungai (banyak juga
bendungan dibuat oleh pemerintah) (1), lalu air melalui tembuku (pintu air I) (2),
untuk kemudian dialirkan ke saluran primer (telabah gde) (3). Besar kecilnya debit
air yang boleh dimasukkan ke saluran primer ini ditetapkan antarsubak-subak yang
memakai air yang bersangkutan. Dari saluran primer (3) air dialirkan dan dibagi oleh
tembuku aya (pintu air II) (4) ke dalam saluran-saluran skunder dengan bagian air
yang sebanding dengan luas tempek masing-masing. Selanjutnya air dari saluran
sekunder ini dibagi oleh tembuku pemaron (pintu air III) (6) ke dalam saluran tersier
(7). Dari sini air dibagi lagi ke dalam saluran pengambilan atau saluran kuarter
(kekalen penyuangan) (9) melalui tembuku gde (pintu air IV) (8). Baru dari saluran
pengambilan inilah air langsung dialirkan ke petak-petak sawah dengan bantuan
temuku cerik (empangan kecil) (10) masuk penampang pemasukan (11). Luas
penampang pemasukan disesuaikan dengan luas sawah anggota. Sisa air dari petak
terakhir kemudian dibuang, atau kadang-kadang dapat dipakai lagi oleh petak-petak
lain yang letaknya di sebelah bawah.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Keterangan:
Bendungan
Tembuku (pintu air 1)
Telabah gde (saluran primer kadang-kadang berupa terowongan)
Tembuku aya (pintu air II)
Telabah (saluran sekunder)
Tembuku pemaron (pintu air III)
Telabah Pemaron (saluran tersier)
Tempek
Tembuku gde (pintu air IV)
Kekalem (saluran pengambilan/kuarter)
Tembuku cerik (empangan kecil)
Pengalapan (penampang pemasukan/semacam pintu masuk air ke petak usaha tani)

Tempek

Tempek

Catatan

Catatan :
1. Sejak tahun 1968 di Kabupaten Buleleng sedahan agung juga disebut kepala
seksi pengairan persubakan kabupaten
2. Di Kabupaten Buleleng sedahan juga dinamakan mantri pengairan persubakan
kecamatan
3. Seringkali juga disebut pasedahan
4. Istilah pekaseh dalam tulisan ini mencakup klian di subak di Kabupaten klian
gde di Kabupaten Bangli

Istilah klian tempek dalam tulisan ini mencakup klian banjaran di Kabupaten
Buleleng dan klian subak di Kabupaten Tabanan.

MODUL 7
SOSIOLOGI PERTANIAN
Lab. Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Pertanyaan Diskusi
1

Tunjukkan dan jelaskan bahwa Subak di Bali memiliki 4 ciri organisasi


social menurut Berelson dan Steiner.

Gambarkan dan jelaskan struktur organisasi subak di Bali

Apa saja fungsi dan kewajiban subak di Bali

Bagaimana mekanisme pengaturan pembagian air dalam organisasi


Subak?
S

Bagaimana sumber keuangan subak serta bagaimana mekanisme


penetapan dan pengawasan iuran/ keuangan Subak di Bali?

Bagaimana Proses dan mekanisme kerja Organisasi Subak di Bali


dijalankan?

E
L
FP
R
O
P
A
G
A
TI
N
G
E
N
T
R
E
P
R
E

Anda mungkin juga menyukai