Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem irigasi merupakan satu kesatuan yang tersusun dari berbagai

komponen yang menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan

pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian (Sudjarwadi,

1990). Subak sebagai lembaga irigasi petani tradisional diperkirakan sudah ada di

Bali kurang lebih sejak seribu tahun yang lalu. Subak merupakan organisasi

tradisional di bidang tata guna air dan tata tanaman di tingkat usaha tani pada

masyarakat adat di Bali yang bersifat sosio-agraris, religius, ekonomis yang secara

historis terus tumbuh dan berkembang, seperti dinyatakan dalam peraturan daerah

pemerintah daerah Provinsi Bali No.09/PD/DPRD/2012.

Masalah distribusi air irigasi sering terjadi apabila besaran debit yang

tersedia lebih kecil dari kebutuhan air irigasi, terutama pada saat musim kemarau.

Sehingga penggunaan air irigasi secara efisien sangat diperlukan. Pembagian air

yang kurang merata akibat dari pengelolaan sumber air irigasi yang kurang baik di

tingkat jaringan utama maupun di tingkat jaringan tersier merupakan sebab

terjadinya kekurangan air pada suatu daerah irigasi.

Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci

keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Produksi padi sawah akan

menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Tanaman padi

membutuhkan air yang volumenya berbeda untuk setiap pertumbuhannya. Dengan

demikian teknik pengelolaan air perlu secara spesifik dikembangkan sesuai

dengan sistem produksi padi sawah dan pola tanam (Subagyono, 2004).

1
2

Padi (Oryza sativa L) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting

dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak

jaman prasejarah. Pada saat ini produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari

semua serealia setelah jagung dan gandum (Purnamaningsih, 2006).

Pengolahan lahan sawah yang intensif serta pemanfaatan sarana dan

prasarana jaringan irigasi yang optimal, membutuhkan keseimbangan kuantitas

sumber daya air, lahan dan sumber daya manusia. Terkait masalah tersebut maka

diperlukan informasi tentang penetapan jadwal tanam yang efektif, sehingga

diperoleh kebutuhan air irigasi yang efisien sesuai dengan kondisi pertanian di

Subak Natak Tiyis.

Sumber air irigasi pada subak umumnya dari sungai, mata air dan

kombinasinya. Namun pada beberapa kasus terutama pada subak yang terletak di

hilir, air irigasinya bersumber dari air yang mengalir pada Pangkung. Pangkung

merupakan saluran drainase dari subak yang terletak di hulu. Dengan kata lain,

subak yang mengambil air dari Pangkung berarti memanfaatkan sisa air irigasi

dari subak yang terletak di hulu. Subak yang sumber air irigasinya berasal dari

sisa atau kelebihan air irigasi dari subak yang terletak di hulu disebut dengan

Subak Natak Tiyis. Sumber air irigasi Subak Natak Tiyis disamping dari

Pangkung juga bersumber dari air hujan.

Ketersediaan air irigasi pada Subak Natak Tiyis tergantung pada tingkat

kelebihan air irigasi dari subak di hulu. Saat musim kemarau, maka subak di hulu

memberikan surplus air yang sedikit, sedangkan pada musim hujan akan terjadi

kelebihan air irigasi. Kondisi tersebut dikarenakan pada subak di hulu air irigasi

melebihi debit yang diperlukan. Namun demikian, tingkat ketersediaan air pada
3

Subak Natak Tiyis tidaklah persis sama dengan kelebihan air dari subak di hulu,

bisa berlebih apabila ada tambahan air dari sumber lainnya atau bisa kurang

apabila adanya kebocoran pada Pangkung

Subak Jaka adalah salah satu Subak Natak Tiyis yang berlokasi di

wilayah Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Luas Subak Jaka

adalah 56 hektar dengan jumlah anggota (krama) 145 orang. Seperti telah

disebutkan di atas, Subak Jaka termasuk Subak Natak Tiyis, ada dua subak di

hulu yang sisa air irigasinya berpotensi sebagai sumber air irigasi bagi Subak Jaka

yaitu Subak Pacung dan Subak Jemong. Dengan demikian, Subak Natak Tiyis

termasuk Subak Jaka, sumber airnya tidak langsung dari sungai atau mata air

tetapi dari Pangkung.

Tingkat ketersediaan air untuk irigasi pada Subak Natak Tiyis akan

berubah-ubah sesuai waktu. Hal ini terjadi karena kondisi imbangan air irigasi

pada subak di hulu tidak menentu dalam siklus setahun, tergantung dengan jadwal

dan pola tanam yang diterapkan. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakpastian

jadwal tanam pada Subak Natak Tiyis, sehingga diperlukan penelitian untuk

menentukan jadwal tanam yang sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan air

irigasi di Subak Natak Tiyis. Dengan demikian, hubungan antara tingkat

ketersediaan atau kebutuhan air irigasi pada Subak Natak Tiyis dapat dijadikan

acuan dalam menetapkan jadwal tanam yang sesuai dengan umur tanaman.

.
4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa ketersediaan dan kebutuhan air irigasi selama satu tahun pada

Subak Jaka sebagai Subak Natak Tiyis?

2. Bagaimana alternatif jadwal tanam yang diusulkan untuk mendapatkan

defisit air irigasi paling kecil pada Subak Jaka sebagai Subak Natak Tiyis?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan air irigasi pada Subak Jaka

sebagai Subak Natak Tiyis.

2. Untuk memperoleh jadwal tanam dengan defisit air irigasi paling kecil

pada Subak Jaka sebagai Subak Natak Tiyis.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah

wawasan dalam menentukan alternatif jadwal tanam yang sesuai dengan debit air

irigasi yang tersedia pada Subak Natak Tiyis. Dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menentukan jadwal tanam yang tepat diterapkan bagi

masyarakat petani pada Subak Natak Tiyis. Memperbaiki perekonomian petani,

karena petani dapat menentukan jadwal tanam yang tepat diterapkan sehingga

tidak terjadi penurunan hasil panen.

Anda mungkin juga menyukai