Anda di halaman 1dari 5

Resume

Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Berbasis Masyarakat

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Masyarakat
Pesisir, (Dosen pengampuh Dr.LilanDama, S.Pd., M.Pd)

Disusunoleh :
Kelompok 1
- Sasmianti 432419041
- Windajakaria 432419015
- Ririnpaweni 432419027
- Sintiakadu 432419017

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Pengelolaan sumber daya perikanan berbasis masyarakat (PSPBM)
merupakan suatu proses pemberian wewenang, tanggung jawab dan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya perikanannya sendiri dengan
terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan dan keinginan, tujuan serta aspirasinya.
Proses pemberian tanggung jawab ini disadari bahwa masyarakat lebih
mengetahui keberadaan dan potensi sumber daya perikanan yang dimilikinya
sehingga masyarakat diharapkan dapat mengelola sumber daya perikanan
tersebut berdasarkan tujuan-tujuan yang telah disepakatinya bersama berdasarkan
kebutuhan dan keinginannya (Nikijuluw, 2002).

Secara mendasar, pengelolaan sumber daya perikanan berbasis masyarakat


harus mampu memecahkan dua persoalan utama yang secara luas telah diketahui
khalayak umum, yaitu : masalah sumber daya hayati (misalnya, tangkap lebih,
penggunaaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kerusakan ekosistem
serta konflik antara nelayan tradisional dan industry perikanan modern), dan
masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan keanekaragaman hayati laut
(misalnya, berkurangnya daerah mangrove dan padang lamun sebagai daerah
pembesaran sumber daya perikanan, penurunan kualitas air, pencemaran) (Dahuri,
2003). Dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya perikanan berbasis
masyarakat sangat ditentukan oleh beberapa factor antara lain aparat pengelola
sumber daya perikanan, pemerintah dan partisipasi masyarakat.

Di Pohe,Kecamatan Hulondalagi, Gorontalo dimana aparat pengelola


sumber daya perikanannya bekerja sama dengan pemerintah negeri dan
masyarakat untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya perikanan berbasis
masyarakat.

Dari hasil wawancara dimana keterbatasan pengelolaan sumber daya


perikanan oleh masyarakat di desa Pohedi atur oleh Pokmaswas, Koordinasi
instansi luar seperti pol air, dan Dinas-dinasterkait.
Teknik pengelolaan SD perikanan dinas kelautan dan perikanan desa pohe :

1. Produksi perikanan :hasiltangkap

2. Statistik perikanan :batastangkap

3. Kegiatan operasional :dilaksanakan Dinas melalui program kerja

- Perencanaan
Untuk perencanaannya di sini pemerintah melibatkan masyarakat yang
berprofesi sebagai nelayan untuk menangkapikan.

- Pelaksaan pengelolaan
Pengelolaan sumber daya perikanan tersebut nantinya akan langsung di
masukkan kepelelanganikan untuk di jual

- Pengawasan
Kegiatan operasi onalini di awasi oleh Pokmaswas, Koordinasi instansi
luar seperti pol air dan Dinas-dinasterkait

Sisi produksi :

1. Mencantumkan target sesuai jumlah armada dalam perikanan tangkap.

2. Pengawasan perikanan tangkap

3. Penggunaan batas tangkap oleh nelayan

Wilayah penangkapanikan :

Batas wilayah berdasarkan WPP 715 sesuai daerah masing-masing. Jika


sudah melewati batas wilayah, maka hasilnya akan diserahkan pada armada
terdekat.
Salah satu pendekatan dalam mengklasifikasikan model pengelolaan
sumber daya perikanan,adalah berdasarkan tingkat pengendalian stakeholder.
Dalam pendekatan ini,jentoft (1989) mengklasifikasikan menjadi tiga,yakni
Goverment (Command and control),Community based management,dan co-
management..

1. Pengelolaan oleh pemerintah


Model Command and control merupakan model konvensional dengan
pemerintah memang seluruh kendali pengelolaan sumber daya
perikanan,khususnya dalam hak inisiatif maupun pengawasan melalui
organisasi formal yang dimilikinya. Nelayan atau pelaku usaha
perikanan tidak mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
mengelola sumber daya perikanan. Dengan demikian,proses
pengelolaan sumber daya perikanan berlangsung ssecara sentralistis.
Contoh penerapan model ini adalah disebagian perikanan Denmark.
Pengelolaan berpusat pada pemerintahan didasarkan pada alasan
bahwa ada fungsi-fungsi tertentu dalam pengelolaan sumber daya,
yaitu fungsi alokasi,fungsi distribusi ,dan fungsi stabilisasi.² fungsi
alokasi melalui regulasi dimaksudkan untuk membagi sumber daya
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Fungsi distribusi dilakukan
pemerintahan dalam upaya menciptakan keadilan dan kewajaran sesuai
pengorbanan dan biaya yang dipikul setiap orang atau kelompok.
Sementara itu ,fungsi keadilan dilakukan dalam bentuk keberpihakan
kepada mereka yang posisinya lemah.
2. Pengelolaan oleh Masyarakat
Kegagalah praktik pengelolaan sumber daya yang berpusat pada
pemerintah tersebut mendorong munculnya kesadaran pentingnya
community based management ( CBM) atau pengelolaan berbasis
pada masyarakat, yang merupakan kebalikan ddari model command
and control. Dalam CBM, pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh
para nelayan atau pelaku usaha perikanan disuatu wilayah tertentu
melalui organisasi yang sifatnya informal dalam model ini, partisipasi
nelayan sangatlah tinggi dan mereka memliki ekonomi terhadap
pengelolaan sumber daya perrikanan tersebut. Efektivitas pengelolaan
sumberdaya dengan sistem CBM terlihat karena perencanaannya
bersifat bottom up dan mengunakan pendekatanpartisipatif,sehinga
meningkatkan rasa kepemilikan atas sumber daya( Satria dan
Matsuda,2004). Contoh yang paling mudah ditemukan di Indonesia
adalah sistem sasi di maluka.
3. Ko-manajemen
Model ko-manajement (co-management),yang akhir-akhir ini terus
disosialisasikan. Model ini merupakan sintesis dari dua model
ekstresm sebelumnya. Dalam model ini pemerintah dan masyarakat
yang sering diwakili organisasi nelayan atau koperasi perikanan sama-
sama terlibat dalam proses pengelolaan sumber daya: mulai dari
perencaan hingga pengawasan .

Anda mungkin juga menyukai