Nim : C1101221013
Mata kuliah : Manajemen Sumberdaya Perairan
TUGAS TERSTRUKTUR
BUAT RANGKUMAN INFORMASI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT DI
INDONESIA
1. Tata cara pengelolaan SDA
2. Aturan pengelolaan SDA
3. Sanksi pengelolaan SDA
4. Campur tangan pemerintah dan LSM dalam pengelolaan SDA
Penduduk Kecamatan Sambalia terdiri dari Suku Sasak, Suku Bugis, dan Suku Jawa.
Masyarakat yang memanfaatkan laut sebagai nelayan umumnya berasal dari Suku Bugis.
Keberadaan Suku Bugis juga membawa nilai budaya dan norma dalam menjaga dan
menghormati laut sebagai sumber kehidupan. Beberapa norma budaya yang ada antara lain:
upacara syukuran terhadap laut (petik laut). Upacara ini dilakukan setiap tahun oleh masyarakat
nelayan yang berasal dari Suku Bugis sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan
rezeki yang diberikan dari hasil tangkapan mereka. Selain itu, upacara tersebut juga wujud dari
doa dan permohonan agar hasil laut tetap lestari dan melimpah pada tahun berikutnya. Prosesi
acara petik laut yang berlangsung selama 3 hari dipimpin oleh kepala adat (Sandro) dengan
menghaturkan sesajen, korban kepala kerbau dan doa-doa ritual. Pada saat prosesi tersebut
berlangsung maka akan dilakukan sepi laut, yaitu kegiatan tidak melaut/menangkap ikan selama
3 hari, dengan tujuan memberikan kesempatan bagi laut untuk memulihkan keadaannya.
1. Tata cara pengelolaan SDA
Pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) berdasarkan hukum adat awik-awik di kecamatan
Sambalia dapat dilakukan melalui berbagai upacara dan praktik adat yang telah digunakan oleh
masyarakat adat Sembalun Lombok. Beberapa contoh praktik adat yang dapat digunakan sebagai
referensi untuk pengelolaan SDA di kecamatan Sambalia antara lain:
1. Penyebaran Bibit dan Menanam : Setelah upacara Loh Makem selesai, kegiatan penyebaran
bibit, menanam, memperbaiki saluran air, memeriksa keadaan hutan dan tanaman kayu yang
akan ditebang, serta memperbaiki tempat-tempat yang terancam longsor dan merusak pada
musim hujan.
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam : Masyarakat Sembalun telah mengembangkan sebuah
pesantren pertanian sebagai tempat belajar untuk masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
alam dengan lebih baik, mengembangkan pertanian dan peternakan yang lebih ramah
lingkungan, serta pengembangan kewirausahaan di bidang pertanian.
3. Pengelolaan Hutan : Dalam kasus Meratus, Tim Riset Sistem Tata Ruang dan Aturan Adat
Dayak Meratus menganggap kerusakan hutan dan belum terwujudnya mekanisme pembagian
manfaat yang adil terhadap nilai sumber daya hutan sebagai salah satu tanda sistem pengelolaan
yang diatur oleh berbagai macam kebijakan pemerintah belum memberikan peluang yang cukup
lebar terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan.
4. Pengelolaan Wilayah Perairan : Pengelolaan Wilayah Perairan (Sumberdaya Perikanan) dapat
dilakukan melalui peraturan daerah tentang penataan ruang kawasan, aturan pengambilan
terumbu karang, dan hukum adat/awik-awik.
5. Pengelolaan Pesawat Terbang : Dalam pengelolaan pesawat terbang, masyarakat adat di Desa
Sembalun Lawang mengelola wilayah terbang melalui sistem perangkat pengamanan pesawat
terbang dengan sistem pemberitahuan yang berbasis adat.
Dalam pengelolaan SDA berdasarkan hukum adat awik-awik di kecamatan Sambalia, penting
untuk menyediakan informasi mengenai praktik adat yang telah digunakan oleh masyarakat adat
sebagai referensi, serta memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan SDA.
2. Aturan pengelolaan SDA
1. Pengaturan Mengusulkan Pengaturan : Dalam pengelolaan sumber daya ikan, masyarakat adat
di Desa Mahajandau, Kecamatan Mengkatip, Kabupaten Barito Selatan mengusulkan pengaturan
untuk mengatur penggunaan alat tangkap, pengaturan wilayah tangkap/areal budidaya,
pembuangan limbah, perlindungan terhadap hutan mangrove, dan pengaturan kegiatan lain yang
merusak sumber daya.
2. Pengelolaan Laut : Dalam pengelolaan laut, masyarakat adat di Desa Sembalun Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat mengangkat judul Peranan hukum adat dalam mempertahankan
gastronomi lokal sebagai daya tarik wisata.