Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Implementasi Sistem Zonasi dalam Pengaturan Aturan di KKPD


Randayan dan Perairan Sekitarnya

Dosen Pengampu :
Fitra Wira Hadinata, S.Pi.,M.Si

Oleh :
HENI
C1101221013

PROGRAM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Implementasi
Sistem Zonasi dalam Pengaturan Aturan di KKPD Randayan dan Perairan Sekitarnya tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai ujian tengah
semester mata kuliah Kebijkan Pengelolaan SDI & Lingkungan Perairan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada bapak Fitra Wira Hadinata,
S.Pi.,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Kebijkan Pengelolaan SDI & Lingkungan
Perairan yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga penulis dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini.

Pontianak, April 2024

HENI

C1101221013

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat Pulau Kalimantan dengan letak
astronomis 2º08’ LU - 3º02’ LS dan 108º30’ BT - 114º10’ BT. Batas wilayah dari
provinsi ini di bagian utara adalah Serawak (Malaysia), bagian selatan adalah Laut
Jawa dan Kalimantan Tengah, bagian timur adalah Kalimantan Timur, dan bagian
barat adalah Laut Natuna dan Selat Karimata (Badan Pusat Statistik, 2019). Terdapat
tujuh kabupaten/kota dengan wilayah pesisir, empat kabupaten di antaranya telah
dicadangkan sebagai kawasan konservasi dengan potensi perikanan dan pariwisata
yang perlu dikelola secara berkelanjutan. Pengelolaan tersebut diwujudkan melalui
Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) pada kawasan konservasi di Kalimantan Barat
dalam rangka memenuhi target konservasi nasional sebesar 20 juta hektar pada tahun
2020. Sebagian wilayah perairan di empat kabupaten tersebut telah dicadangkan
sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah melalui Keputusan Gubernur
Kalimantan Barat No. 193/DKP/2017 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulaupulau Kecil di Provinsi Kalimantan Barat.

Kemudian Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menerbitkan Peraturan Daerah


No. 1 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
Provinsi Kalimantan Barat 2018 - 2038 yang di dalamnya terdapat alokasi wilayah
perairan menjadi Kawasan Konservasi, terdiri dari Taman Pulau Kecil Pulau
Randayan, Taman Pesisir Paloh, Taman Pesisir Kubu Raya, Kawasan Konservasi
Kubu Raya dan Kayong Utara, serta Taman Pulau Kecil Kendawangan. Meskipun
telah dialokasikan ke dalam peraturan daerah, kawasan-kawasan tersebut belum
memiliki pola ruang, rencana pengelolaan, dan unit pengelola. Sebagai upaya
percepatan penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut menerbitkan
surat No. 552/DJPRL.5/III/2019 dimana kawasan konservasi perairan di Kalimantan
Barat masuk ke dalam prioritas 3 sebagai kawasan yang belum mempunyai dokumen
Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ).

Sebagai tindak lanjut dari upaya percepatan tersebut maka Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak bekerja sama dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 menyusun
dokumen RPZ. Penyusunan dokumen RPZ tersebut mengacu pada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja peraturan yang ada di KKPD pulau Randayan dan Perairan sekitarnya.

1.3 Tujuan
1. Dapat menegetahui peraturan yang ada di KKPD pulau Randayan dan
perairan sekitarnya berdasarkan zonasinya.
2. Potensi apa saja yang ada di Pulau Randayan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi
Potensi sumber daya alam yang terdapat di setiap wilayah perairan berbedabeda.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi biologis, geografis, dan fisik suatu perairan. Potensi
wilayah yang akan dilakukan zonasi perairannya meliputi potensi ekologis dan
potensi sosial ekonomi budaya. Kedua potensi tersebut dinilai dengan mengumpulkan
data lapangan secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder), selanjutnya
hasil pengumpulan tersebut dapat dijadikan dasar pengelolaan kawasan secara
berkelanjutan. Sebagian wilayah Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah
perairan laut, Kabupaten Bengkayang memiliki 12 pulau, 6 pulau belum berpenghuni
dan 6 pulau sudah berpenghuni. Semua pulau tersebut terletak di wilayah perairan
Kecamatan Sungai Raya. Pulau terbesar yang berpenghuni adalah Pulau Lemukutan
dan Pulau Penata Besar (KKJI-EKKP3K, 2016). Wilayah perairan Kabupaten
Bengkayang merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam perairannya.
Wilayah tersebut memiliki ekosistem perairan dengan tingkat keberagaman yang
tinggi seperti ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, ekosistem mangrove, dan
juga potensi sumber daya perikanan yang sangat potensial bagi masyarakat sekitar,
terkhusus masyarakat nelayan di wilayah Kepulauan Randayan.

2.1.1 Potensi Ekologis


A. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem penting dalam kawasan suatu perairan.


Ekosistem terumbu karang merupakan habitat hidup sejumlah spesies binatang laut,
sebagai feeding ground, spawning ground, dan nursery ground. Ekosistem ini
menyediakan banyak makanan bagi ikan-ikan kecil. Ikan-ikan kecil tersebut juga
merupakan mangsa bagi predator yang lebih besar. Terumbu karang berfungsi sebagai
rumah bagi biota laut seperti ikan dan makrozoobenthos yang hidup di dasar perairan.

3
Pengambilan data terumbu karang di perairan Bengkayang dilakukan dengan
penyelaman menggunakan alat Self Contained Underwater Breathing Apparatus
(SCUBA) dengan metode pengambilan data Underwater Photo Transect (UPT).
Selanjutnya, data hasil UPT dianalisis menggunakan Aplikasi Coral Point Count with
Excel extention (CPCE) (Lampiran 1). Proses penyelaman dilakukan di 4 lokasi,
yaitu di Pulau Kabung, Pulau Lemukutan, Pulau Penata Besar, dan Pulau Randayan.

B. Ikan karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang dan menjadikan
terumbu karang sebagai tempat bertumbuh dan hidup. Ciri khas ikan karang adalah
memiliki warna tubuh dengan corak yang beragam dan warna yang mencolok. Setiap
spesies ikan karang memiliki kemampuan penyesuaian akan lingkungan hidupnya
secara beragam. Beberapa dari ikan karang hidup di dasar substrat atau pasir dan
sebagian juga hidup di celah-celah karang. Hal ini sebagai bentuk adaptasi mereka
dalam menjaring mangsa.

C. Padang Lamun
Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae)
yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau
hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Secara
ekologis, padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem, antara lain sebagai
sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan, dan tempat
perlindungan dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan
penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi
ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

4
D. Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut air laut dan
masih tahan terhadap salinitas. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem
yang mempunyai produktivitas yang tinggi sebagai sumber makanan untuk sebagian
besar berbagai jenis ikan, udang, kepiting dan berbagai biota perairan pantai lainnya.
Selain itu, mangrove juga berperan sebagai spawning grounds, nursery grounds, dan
feeding ground. Semua fungsi mangrove tersebut tetap ada selama vegetasi mangrove
dapat dipertahankan keberadaannya.

E. Kedalaman dan Oseonografi Fisik


Kedalaman perairan Indonesia terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah
perairan dangkal berupa paparan dan wilayah perairan laut dalam wilayah paparan
adalah zona di laut yang terhitung mulai dari garis surut terendah hingga kedalaman
sekitar 120 - 200 meter, yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang curam
ke arah laut dalam (Nontji, 1987). Berdasarkan data kedalaman perairan Kalimantan
Barat yang diperoleh dari dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWP3K) Kalimantan Barat pada tahun 2019. Kedalaman perairan
Kalimantan Barat berkisar 2 - 90 meter dengan tipe kontur dasar perairan yang
cenderung flat dengan tipe hamparan terumbu karang fringing reef yakni tipe terumbu
karang yang tumbuh di tepi pulau atau sepanjang pantai yang luas, dan langsung
menghadap ke pantai, tipe terumbu karang tersebut ditemukan di Pulau Lemukutan,
Penata Besar, dan Pulau Randayan. kedalaman perairan dapat mempengaruhi
perkembangan terumbu karang. Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan
yang lebih dalam dari 50 - 70 m. Kebanyakan terumbu karang tumbuh antara
kedalaman 25 atau kurang (Nybakken 1992).

5
F. Kualitas Perairan
Parameter kualitas perairan meliputi kondisi kimia perairan, seperti suhu, tingkat
keasaman (pH), kadar garam (salinitas), kecerahan, dan oksigen terlarut (DO).
Parameter perairan tersebut merupakan unsur penting yang menentukan kehidupan
suatu biota atau ekosistem di suatu perairan. Perairan Bengkayang memiliki 3
ekosistem penting perairan yakni mangrove, lamun, dan terumbu karang, dimana
masing-masing ekosistem memiliki standar baku mutu kualitas perairan untuk dapat
tumbuh dan bertahan hidup sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.

2.1.2 Potensi Ekonomi

Untuk potensi ekonomi di pulau rendayan dilihat dari nilai penting perikanan,
produksi perikanan, aktivitas perikanan, pendapatan nelayan, pariwisata dan
aksebilitas.

2.1.3 Potensi Sosial dan Budaya


A. Kependudukan

Analisis kependudukan dilakukan dengan teknik analisis deskriptif. Data


kependudukan merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat
Statistik. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan.

B. Ketenagakerjaan

Analisis ketenagakerjaan dilakukan dengan teknik analisis deskriptif. Analisis


yang dilakukan pada aspek ketenagakerjaan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja
dari penduduk di Kabupaten Bengkayang. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
merupakan suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang

6
penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari pada suatu waktu
(Mala et al., 2017).

C. Pendidikan

Analisis pendidikan untuk mengatahui tingkat pendidikan yang ada di perairan


rendayan dan sekitarnya dimana hal ini untuk melihat bahwa masyarakat disana
smpai ditingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA.

D. Pemahaman Konservasi

Analisis pemahaman konservasi dilakukan dengan menggunakan teknik analisis


deskriptif. Data yang dianalisis adalah data hasil wawancara 41 orang responden yang
dipilih secara acak (simple random sampling). Data yang digunakan merupakan data
primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden. Data
tersebut terdiri dari tingkat pendidikan, pemahaman konservasi dan partisipasi dalam
edukasi konservasi.

E. Kelembagaan

Terdapat tiga kelompok masyarakat yang bergerak pada bidang konservasi


khususnya ekosistem laut. Kelompok Laut Pesisir dan Bakau 2.0 berfokus pada
konservasi mangrove di Desa Karimunting. Sedangkan, Kelompok Masyarakat
Pengawas yang berlokasi di Desa Pulau Lemukutan berfokus pada konservasi
terumbu karang dan kima.Kelembagaan ini perlu di lakukan agar knservasi tetap
terlaksana secara tersuktur dan tetap berjalan dalam pengelolaan.

7
2.2 Permasalahan Pengelolaan
1. Permasalahan Ekologis

Penebangan mangrove masih dilakukan oleh beberapa masyarakat di sekitar TPK


Pulau Randayan. Penebangan tersebut dilakukan untuk membuat arang bakau yang
nantinya akan dijual. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memerlukan
pendapatan tambahan selain dari kegiatan penangkapan ikan. Penyu menjadi salah
satu hewan dilindungi yang ada di sekitar TPK Pulau Randayan. Namun, telur penyu
masih diambil oleh beberapa masyarakat untuk dijual. Meskipun sebagian besar
masyarakat sudah mengetahui bahwa pengambilan telur penyu dilarang oleh
pemerintah, tetapi praktik pengambilan telur penyu masih terjadi. Upaya
perlindungan habitat penyu diperlukan.agar populasinya tidak berkurang. Sebagai
daerah padat pelayaran, TPK Pulau Randayan sering dilalui oleh kapal penangkapan
ikan maupun kapal transportasi.

Hal ini memungkinkan pencemaran perairan yang berasal dari buangan kapal
seperti minyak dan oli. Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat mengurangi
kualitas perairan di sekitar TPK Pulau Randayan. Selain itu di sekitar kawasan
konservasi tercatat 2 kali kejadian kematian hiu paus dalam kurun waktu 2017-2019.
Kematian tersebut terjadi dikarenakan terkena alat tangkap nelayan sekitar lokasi.
Kemunculan hiu paus di sekitar kawasan konservasi sering terlihat di sekitar bagan
tancap yang ada di Pulau Lemukutan dan Pulau Penata Besar, untuk itu diperlukan
program perlindungan dan penyelamatan hiu paus agar tidak lagi terjadi hal serupa.

2. Permasalahan Sosial dan Budaya

Konflik antar nelayan juga terjadi di Kabupaten Bengkayang, berdasarkan hasil


wawancara, masih ada nelayan yang menggunakan trawl untuk menangkap ikan dan
udang. Karena sifatnya yang aktif, trawl sering membuat alat tangkap pasif lainya
rusak. Selain itu trawl juga merusak dasar perairan di sekitar TPK Pulau Randayan
yang berupa terumbu karang. Nelayan trawl tersebut berasal dari daerah lain di luar

8
Kabupaten Bengkayang. Masyarakat merasa dirugikan dengan aktivitas penangkapan
ikan menggunakan trawl di daerah fishing ground mereka.

2.3 Penataan Zonasi

TPK Pulau Randayan terbagi dalam 3 zona, yakni zona inti, zona pemanfaatan
terbatas, dan zona lainnya. Zonasi ditetapkan berdasarkan acuan regulasi penentuan
zonasi dalam pedoman E-KKP3K. Penentuan dan pembagian zona juga
memperhatikan karakteristik wilayah kajian dan sumber daya yang ditemukan, serta
faktor sosial ekonomi kemasyarakatan, khususnya masyarakat pesisir dan pulau
sekitar wilayah kajian. Salah satu factor penentu penyusunan zonasi ialah pendapat
dari masyarakat dan pemangku kepentingan terkait kawasan yang akan dikelola. Hal
ini menjadi perhatian khusus dalam penyusunan dokumen dan penentuan zonasi, agar
dalam tata kelola tidak terjadi konflik pengelolaan. Berdasarkan dari hal tersebut,
maka dilakukan jejak pendapat kepada masyarakat dan pemangku kepentingan di
kawasan TPK Pulau Randayan dalam kegiatan Focus Group discussion (FGD).

2.3.1 Zona Inti


Penentuan zona inti di TPK Pulau Randayan dilakukan berdasarkan kajian
ekosistem dalam kawasan, yaitu (1) keberadaan ekosistem terumbu karang, (2)
ekosistem padang lamun, (3) ekosistem mangrove, (4) keanekaragaman ikan karang,
(5) daerah peneluran penyu, (6) biota kima, (7) mamalia laut, serta (8) daerah
tangkapan nelayan tradisional, selain itu penentuan zona inti juga mempertimbangkan
prinsip konektivitas antara pesisir, luasan, keberadaan ekosistem pesisir dan efisiensi
dalam pengelolaan zona inti, serta analisis MARXAN.

9
2.3.2 Peruntukan/Tujuan Zona

Peruntukan atau tujuan zona inti ialah untuk menjaga ekosistem terumbu karang,
padang lamun, dan mangrove, serta biota di dalamnya seperti ikan karang dan penyu,
serta daerah peneluran penyu agar terlindungi dari dampak aktivitas manusia yang
merusak. Pemanfaatan zona inti memiliki beberapa ketentuan antara lain, penelitian
48 terkait biota di dalam zona inti, pendidikan lingkungan laut dan sumber daya
perikanan, rehabilitasi ekosistem, dan kegiatan konservasi perairan lainnya.

2.3.3 Tata Kelola Zona

Adapun aktivitas yang dapat dilakukan pada zona inti sebagai berikut :

a) Kegiatan yang diperbolehkan :


 Penelitian dengan kaidah-kaidah konservasi guna mengembangkan keilmuan
khusus.
 Kegiatan monitoring kesehatan kawasan perairan.
 Pendidikan lingkungan perairan
 Kegiatan rehabilitasi dalam rangka pemulihan kondisi ekosistem yang lebih
sehat.

b) Kegiatan yang tidak diperbolehkan :


 Penangkapan ikan dan budidaya
 Penyelaman yang merusak kondisi ekosistem dasar
 Kegiatan pariwisata perairan
 Pengambilan biota dan perusakan ekosistem

Kegiatan lain yang bersifat merusak atau pengambilan biota dari zona inti
merupakan suatu tindakan pelanggaran dalam kawasan zona inti.

10
2.4 Zona Pemanfaatan Terbatas

Zona pemanfaatan terbatas merupakan zona yang hadir sebagai penunjang di


dalam kawasan khususnya zona inti. Kegiatan pemanfaatan yang dapat dilakukan
ialah melakukan pengambilan data, pemanfaatan sumber daya alam/ikan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan dan tidak bersifat destruktif terhadap
lingkungan perairan dan biota yang hidup di dalamnya. Berdasarkan hasil jejak
pendapat nelayan dan pemangku kepentingan terkait perairan Bengkayang,
mengusulkan agar zona pemanfaatan terbatas diperluas hingga batas wilayah
konservasi, dengan pertimbangan alur pelayaran lokal masyarakat, serta banyaknya
daerah penangkapan ikan (DPI) yang tersebar di banyak titik perairan Bengkayang.
Zona pemanfaatan terbatas perairan Bengkayang memiliki potensi perikanan yang
cukup baik, hal ini dapat dilihat berdasarkan daerah penangkapan ikan oleh 50
nelayan yang tersebar hampir di seluruh titik perairan Bengkayang. Berdasarkan hasil
responden terkait potensi perikanan di TPK Pulau Randayan mencapai nilai Rp.
225.193.511.000 dengan total produksi perikanan hingga 9.105,36 ton/tahun (DKP
Provinsi Kalimantan Barat 2017), selain itu berdasarkan informasi dari nelayan
pernah dijumpai hiu paus di sekitar zona pemanfaatan terbatas.

2.4.1 Peruntukan/Tujuan Zonasi


Peruntukan Zona Pemanfaatan Terbatas perairan Bengkayang meliputi beberapa
item kegiatan, antara lain ialah, pembatasan pelaku perikanan yang melakukan
aktivitas perikanan tangkap maupun budidaya di dalam zona pemanfaatan terbatas,
pembatasan jumlah tangkapan ikan guna menjaga keberlanjutan sumber daya ikan
dan penjagaan ekosistem penting penunjang perikanan, kegiatan Pariwisata dan
rekreasi atau wisata minat khusus.

11
2.4.2 Tata Kelola Zona
a) Kegiatan yang diperbolehkan
 Penjagaan kawasan dengan prioritas ekosistem yang ada di dalam kawasan
seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang
 Perlindungan dan pembatasan terhadap penangkapan jenis-jenis ikan yang
ada di dalam Kawasan.
b) Kegiatan yang tidak diperbolehkan
 Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang bersifat destruktif atau
tidak ramah lingkungan
 Kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab

2.5 Zona Lainnya

Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti dan zona pemanfaatan yang dapat
ditetapkan sebagai zona perlindungan dan zona rehabilitasi, yang fungsinya
mendukung upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan kawasan konservasi
yang berkelanjutan.

2.5.1 Peruntukan/Tujuan Zonasi

Peruntukan zona lainnya ialah sebagai kawasan perlindungan dan kegiatan


rehabilitasi, guna mendukung kegiatan pemanfaatan dan penunjang zona inti, tujuan
dari zona ini ialah sebagai berikut :

1. Pusat kegiatan rehabilitasi ekosistem yang peranannya sangat penting bagi


kawasan konservasi

2. Sebagai lokasi edukasi bagi masyarakat umum dan juga pemangku kepentingan
terkait.

12
2.5.2 Tata Kelola Zonasi
a. Kegiatan yang diperbolehkan
 Kegiatan rehabilitasi ekosistem
 Kegiatan penjagaan sumber daya alam di kawasan konservasi perairan
 Edukasi lingkungan terkait kawasan konservasi
b. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
 Kegiatan eksploitasi sumber daya alam
 Kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan

2.6 Strategi Pengelolaan

Strategi pengelolaan yang digunakan pada TPK Pulau Randayan mengacu pada
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan yang terdiri dari:

1. Penguatan kelembagaan.

2. Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan.

3. Penguatan sosial, ekonomi, dan budaya.

13
BAB III
KESIMPULAN
Penyusunan dokumen RPZ kawasan konservasi TPK Pulau Randayan
mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010
tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, dimulai
dengan tahapan: (1) pembentukan kelompok kerja, (2) pengumpulan data dan
informasi, (3) analisis data dan informasi, (4) penataan zonasi kawasan konservasi,
(5) penyusunan rencana jangka panjang dan menengah, (6) konsultasi publik pertama,
(7) konsultasi publik kedua, (8) perumusan dokumen final. Tahapan pengumpulan
data dan informasi beserta analisisnya menghasilkan data primer dan sekunder dari
potensi ekologi, ekonomi, serta sosial dan budaya. Potensi ekologi pada TPK Pulau
Randayan antara lain ekosistem terumbu karang dengan kategori tutupan sedang,
ekosistem lamun dengan kategori tutupan miskin, ekosistem mangrove dengan
kategori kerapatan padat, kesuburan perairan dengan kelimpahan plankton 90–1.644
ind/L, serta beberapa spesies target konservasi yang terdiri dari ikan karang, penyu,
kima, dan hiu paus. tujuan pengelolaan TPK Pulau Randayan antara lain terwujudnya
unit pengelola TPK Pulau Randayan yang mandiri, meningkatnya kualitas dan
kuantitas ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove, dan jenis biota dilindungi di
TPK Pulau Randayan, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat di dalam dan
sekitar TPK Pulau Randayan. Unit organisasi pengelola yang diusulkan untuk
mengelola TPK Pulau Randayan adalah Kepala Seksi Konservasi pada Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut Pontianak. 2019.Rencana
Pengelolaan Zonasi 2019. Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut
Pontianak Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Pontianak. 83 hal.
http ://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/status-ekkp3k-2013/97-artikel-ekkp3k/268-
statusekkp3k20162017 (diakses 27 september 2019 pkl.21.34 wib)
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Biologis. PT Gramedia.
Jakarta
Padmarsari, W., Rahayu, S., Hadinata, F. W., & Kurniadi, B. (2023). SOSIALISASI
ZONASI KKPD RANDAYAN DAN JENIS-JENIS IKAN DILINDUNGI DI
PULAU LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT. PKM Linggau: Jurnal
Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 3(2), 20-30.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan
Syahfriliani, L. R., & Sunarsi, D. (2020). Perlindungan hukum terhadap perdagangan
satwa liar jenis ikan hiu di Indonesia. SUPREMASI: Jurnal Hukum, 3(1), 76-85.

15

Anda mungkin juga menyukai