Dosen Pengampu :
Fitra Wira Hadinata, S.Pi.,M.Si
Oleh :
HENI
C1101221013
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Implementasi
Sistem Zonasi dalam Pengaturan Aturan di KKPD Randayan dan Perairan Sekitarnya tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai ujian tengah
semester mata kuliah Kebijkan Pengelolaan SDI & Lingkungan Perairan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada bapak Fitra Wira Hadinata,
S.Pi.,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Kebijkan Pengelolaan SDI & Lingkungan
Perairan yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga penulis dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini.
HENI
C1101221013
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai tindak lanjut dari upaya percepatan tersebut maka Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak bekerja sama dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 menyusun
dokumen RPZ. Penyusunan dokumen RPZ tersebut mengacu pada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.
1.3 Tujuan
1. Dapat menegetahui peraturan yang ada di KKPD pulau Randayan dan
perairan sekitarnya berdasarkan zonasinya.
2. Potensi apa saja yang ada di Pulau Randayan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi
Potensi sumber daya alam yang terdapat di setiap wilayah perairan berbedabeda.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi biologis, geografis, dan fisik suatu perairan. Potensi
wilayah yang akan dilakukan zonasi perairannya meliputi potensi ekologis dan
potensi sosial ekonomi budaya. Kedua potensi tersebut dinilai dengan mengumpulkan
data lapangan secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder), selanjutnya
hasil pengumpulan tersebut dapat dijadikan dasar pengelolaan kawasan secara
berkelanjutan. Sebagian wilayah Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah
perairan laut, Kabupaten Bengkayang memiliki 12 pulau, 6 pulau belum berpenghuni
dan 6 pulau sudah berpenghuni. Semua pulau tersebut terletak di wilayah perairan
Kecamatan Sungai Raya. Pulau terbesar yang berpenghuni adalah Pulau Lemukutan
dan Pulau Penata Besar (KKJI-EKKP3K, 2016). Wilayah perairan Kabupaten
Bengkayang merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam perairannya.
Wilayah tersebut memiliki ekosistem perairan dengan tingkat keberagaman yang
tinggi seperti ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, ekosistem mangrove, dan
juga potensi sumber daya perikanan yang sangat potensial bagi masyarakat sekitar,
terkhusus masyarakat nelayan di wilayah Kepulauan Randayan.
3
Pengambilan data terumbu karang di perairan Bengkayang dilakukan dengan
penyelaman menggunakan alat Self Contained Underwater Breathing Apparatus
(SCUBA) dengan metode pengambilan data Underwater Photo Transect (UPT).
Selanjutnya, data hasil UPT dianalisis menggunakan Aplikasi Coral Point Count with
Excel extention (CPCE) (Lampiran 1). Proses penyelaman dilakukan di 4 lokasi,
yaitu di Pulau Kabung, Pulau Lemukutan, Pulau Penata Besar, dan Pulau Randayan.
B. Ikan karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang dan menjadikan
terumbu karang sebagai tempat bertumbuh dan hidup. Ciri khas ikan karang adalah
memiliki warna tubuh dengan corak yang beragam dan warna yang mencolok. Setiap
spesies ikan karang memiliki kemampuan penyesuaian akan lingkungan hidupnya
secara beragam. Beberapa dari ikan karang hidup di dasar substrat atau pasir dan
sebagian juga hidup di celah-celah karang. Hal ini sebagai bentuk adaptasi mereka
dalam menjaring mangsa.
C. Padang Lamun
Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae)
yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau
hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Secara
ekologis, padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem, antara lain sebagai
sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan, dan tempat
perlindungan dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan
penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi
ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
4
D. Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut air laut dan
masih tahan terhadap salinitas. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem
yang mempunyai produktivitas yang tinggi sebagai sumber makanan untuk sebagian
besar berbagai jenis ikan, udang, kepiting dan berbagai biota perairan pantai lainnya.
Selain itu, mangrove juga berperan sebagai spawning grounds, nursery grounds, dan
feeding ground. Semua fungsi mangrove tersebut tetap ada selama vegetasi mangrove
dapat dipertahankan keberadaannya.
5
F. Kualitas Perairan
Parameter kualitas perairan meliputi kondisi kimia perairan, seperti suhu, tingkat
keasaman (pH), kadar garam (salinitas), kecerahan, dan oksigen terlarut (DO).
Parameter perairan tersebut merupakan unsur penting yang menentukan kehidupan
suatu biota atau ekosistem di suatu perairan. Perairan Bengkayang memiliki 3
ekosistem penting perairan yakni mangrove, lamun, dan terumbu karang, dimana
masing-masing ekosistem memiliki standar baku mutu kualitas perairan untuk dapat
tumbuh dan bertahan hidup sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.
Untuk potensi ekonomi di pulau rendayan dilihat dari nilai penting perikanan,
produksi perikanan, aktivitas perikanan, pendapatan nelayan, pariwisata dan
aksebilitas.
B. Ketenagakerjaan
6
penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari pada suatu waktu
(Mala et al., 2017).
C. Pendidikan
D. Pemahaman Konservasi
E. Kelembagaan
7
2.2 Permasalahan Pengelolaan
1. Permasalahan Ekologis
Hal ini memungkinkan pencemaran perairan yang berasal dari buangan kapal
seperti minyak dan oli. Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat mengurangi
kualitas perairan di sekitar TPK Pulau Randayan. Selain itu di sekitar kawasan
konservasi tercatat 2 kali kejadian kematian hiu paus dalam kurun waktu 2017-2019.
Kematian tersebut terjadi dikarenakan terkena alat tangkap nelayan sekitar lokasi.
Kemunculan hiu paus di sekitar kawasan konservasi sering terlihat di sekitar bagan
tancap yang ada di Pulau Lemukutan dan Pulau Penata Besar, untuk itu diperlukan
program perlindungan dan penyelamatan hiu paus agar tidak lagi terjadi hal serupa.
8
Kabupaten Bengkayang. Masyarakat merasa dirugikan dengan aktivitas penangkapan
ikan menggunakan trawl di daerah fishing ground mereka.
TPK Pulau Randayan terbagi dalam 3 zona, yakni zona inti, zona pemanfaatan
terbatas, dan zona lainnya. Zonasi ditetapkan berdasarkan acuan regulasi penentuan
zonasi dalam pedoman E-KKP3K. Penentuan dan pembagian zona juga
memperhatikan karakteristik wilayah kajian dan sumber daya yang ditemukan, serta
faktor sosial ekonomi kemasyarakatan, khususnya masyarakat pesisir dan pulau
sekitar wilayah kajian. Salah satu factor penentu penyusunan zonasi ialah pendapat
dari masyarakat dan pemangku kepentingan terkait kawasan yang akan dikelola. Hal
ini menjadi perhatian khusus dalam penyusunan dokumen dan penentuan zonasi, agar
dalam tata kelola tidak terjadi konflik pengelolaan. Berdasarkan dari hal tersebut,
maka dilakukan jejak pendapat kepada masyarakat dan pemangku kepentingan di
kawasan TPK Pulau Randayan dalam kegiatan Focus Group discussion (FGD).
9
2.3.2 Peruntukan/Tujuan Zona
Peruntukan atau tujuan zona inti ialah untuk menjaga ekosistem terumbu karang,
padang lamun, dan mangrove, serta biota di dalamnya seperti ikan karang dan penyu,
serta daerah peneluran penyu agar terlindungi dari dampak aktivitas manusia yang
merusak. Pemanfaatan zona inti memiliki beberapa ketentuan antara lain, penelitian
48 terkait biota di dalam zona inti, pendidikan lingkungan laut dan sumber daya
perikanan, rehabilitasi ekosistem, dan kegiatan konservasi perairan lainnya.
Adapun aktivitas yang dapat dilakukan pada zona inti sebagai berikut :
Kegiatan lain yang bersifat merusak atau pengambilan biota dari zona inti
merupakan suatu tindakan pelanggaran dalam kawasan zona inti.
10
2.4 Zona Pemanfaatan Terbatas
11
2.4.2 Tata Kelola Zona
a) Kegiatan yang diperbolehkan
Penjagaan kawasan dengan prioritas ekosistem yang ada di dalam kawasan
seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang
Perlindungan dan pembatasan terhadap penangkapan jenis-jenis ikan yang
ada di dalam Kawasan.
b) Kegiatan yang tidak diperbolehkan
Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang bersifat destruktif atau
tidak ramah lingkungan
Kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab
Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti dan zona pemanfaatan yang dapat
ditetapkan sebagai zona perlindungan dan zona rehabilitasi, yang fungsinya
mendukung upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan kawasan konservasi
yang berkelanjutan.
2. Sebagai lokasi edukasi bagi masyarakat umum dan juga pemangku kepentingan
terkait.
12
2.5.2 Tata Kelola Zonasi
a. Kegiatan yang diperbolehkan
Kegiatan rehabilitasi ekosistem
Kegiatan penjagaan sumber daya alam di kawasan konservasi perairan
Edukasi lingkungan terkait kawasan konservasi
b. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
Kegiatan eksploitasi sumber daya alam
Kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan
Strategi pengelolaan yang digunakan pada TPK Pulau Randayan mengacu pada
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan yang terdiri dari:
1. Penguatan kelembagaan.
13
BAB III
KESIMPULAN
Penyusunan dokumen RPZ kawasan konservasi TPK Pulau Randayan
mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010
tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, dimulai
dengan tahapan: (1) pembentukan kelompok kerja, (2) pengumpulan data dan
informasi, (3) analisis data dan informasi, (4) penataan zonasi kawasan konservasi,
(5) penyusunan rencana jangka panjang dan menengah, (6) konsultasi publik pertama,
(7) konsultasi publik kedua, (8) perumusan dokumen final. Tahapan pengumpulan
data dan informasi beserta analisisnya menghasilkan data primer dan sekunder dari
potensi ekologi, ekonomi, serta sosial dan budaya. Potensi ekologi pada TPK Pulau
Randayan antara lain ekosistem terumbu karang dengan kategori tutupan sedang,
ekosistem lamun dengan kategori tutupan miskin, ekosistem mangrove dengan
kategori kerapatan padat, kesuburan perairan dengan kelimpahan plankton 90–1.644
ind/L, serta beberapa spesies target konservasi yang terdiri dari ikan karang, penyu,
kima, dan hiu paus. tujuan pengelolaan TPK Pulau Randayan antara lain terwujudnya
unit pengelola TPK Pulau Randayan yang mandiri, meningkatnya kualitas dan
kuantitas ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove, dan jenis biota dilindungi di
TPK Pulau Randayan, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat di dalam dan
sekitar TPK Pulau Randayan. Unit organisasi pengelola yang diusulkan untuk
mengelola TPK Pulau Randayan adalah Kepala Seksi Konservasi pada Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut Pontianak. 2019.Rencana
Pengelolaan Zonasi 2019. Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut
Pontianak Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Pontianak. 83 hal.
http ://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/status-ekkp3k-2013/97-artikel-ekkp3k/268-
statusekkp3k20162017 (diakses 27 september 2019 pkl.21.34 wib)
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Biologis. PT Gramedia.
Jakarta
Padmarsari, W., Rahayu, S., Hadinata, F. W., & Kurniadi, B. (2023). SOSIALISASI
ZONASI KKPD RANDAYAN DAN JENIS-JENIS IKAN DILINDUNGI DI
PULAU LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT. PKM Linggau: Jurnal
Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 3(2), 20-30.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan
Syahfriliani, L. R., & Sunarsi, D. (2020). Perlindungan hukum terhadap perdagangan
satwa liar jenis ikan hiu di Indonesia. SUPREMASI: Jurnal Hukum, 3(1), 76-85.
15