Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Praktik Kerja Lapang atau disingkat PKL merupakan salah satu mata kuliah di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran yang wajib dilakukan
oleh semua mahasiswa FPIK.
PKL ini ditujukan agar mahasiswa mendapatkan ilmu yang seluas-luasnya di
tempat kerja atau lembaga yang diikuti oleh mahasiswa yang tidak didapat selama
bangku kuliah.
Taman Nasional Baluran sebagai tempat melaksanakan PKL karena sesuai
dengan bidang yang diminati yaitu tentang konservasi. Selaku Taman Nasional tentu
saja kegiatan di Baluran melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan perbaikan
alam, baik di darat maupun laut.
Dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan konservasi,
mahasiswa diharapkan mendapat pengalaman baru dan kerja secara rill bagaimana
caranya untuk menjaga kekayaan alam serta dapat mengetahui Iaktor-Iaktor penyebab
kerusakannya dan solusi untuk setiap permasalahan.

Tujuan
Tujuan dilakukannya PKL di Taman Nasional Baluran adalah untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya mengenai konservasi, khususnya
konservasi di bidang kelautan dan pengelolaan daerah pesisir.
Kegiatan PKL ini diIokuskan di daerah pesisir sesuai kajian ilmu yang
mencakup pengelolaan pesisir, konservasi mangrove, terumbu karang dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kelautan.

Tempat dan Waktu
Tempat
PKL dilakukan di Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Untuk mencapai lokasi dari Bandung cukup naik bis satu kali jurusan Bandung-
Denpasar, turun tepat di depan gerbang Taman Nasional Baluran. Bisa berangkat
menggunakan kereta dengan tujuan Bandung-Surabaya kemudian naik kereta lagi
tujuan Surabaya-Banyuwangi terakhir naik bis ke Situbondo.
Waktu
Sebelum PKL di Taman Nasional Baluran dilakukan persiapan sekitar 1-2 bulan
sebelum hari H (pelaksanaan PKL). Pertama menghubungi pihak Taman Nasional
Baluran apakah menerima mahasiswa yang melakukan PKL serta menanyakan
bidang apa saja yang terdapat di Taman Nasional Baluran tersebut.
Setelah diketahui bisa untuk melakukan PKL disana, mahasiswa sebelumnya
mengirim surat keterangan PKL dari Fakultas dan proposal PKL. Setelah disetujui
kemudian menghubungi pihak TN Baluran mengenai kapan pelaksanaan PKL dan
bidang apa saja yang akan dilakukan selama PKL. Setelah itu pihak TN Baluran akan
mengirim surat balasan yang menyatakan mahasiswa dapat PKL disana dan dari
pihak Iakultas membuatkan surat pengantar untuk mahasiswa.
Setelah sampai di TN Baluran dan akan melakukan kegiatan PKL, mahasiswa
diminta untuk membuat surat SIMAKSI (Surat Izin Masuk Daerah Konservasi) yang
mana akan dibuatkan oleh pihak kantor, mahasiswa hanya menyediakan satu materai
6000.
PKL dilaksanakan mulai dari tanggal 4 Juli 2011 sampai 4 Agustus 2011, diawali dan
diakhiri dengan presentasi kegiatan yang akan dilakukan dan yang sudah dilakukan
selama PKL berlangsung.







EADAAN UMUM TEMPAT PL

Lokasi
Taman Nasional Baluran terletak cukup jauh dari kota Situbondo
membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan bis. Kantor TN Baluran ini
terletak diantara hutan jati dimana disebelah kirinya terdapat rumah penduduk.
TN Baluran memiliki luas I 25.000 hektar yang didalamnya terdapat beberapa
daerah, yaitu hutan savana, hutan monsoon, hutan mangrove, gunung Baluran serta
panjang pantai I 43 km. TN Baluran ini dibagi menjadi 2 wilayah yaitu Bekol dan
Karangtekok, setiap wilayah memiliki 3 resort tersendiri sehingga jumlah resort yang
ada di TN Baluran berjumlah 6 resort ; Resort Bama, Balanan, Pererengan, Labuan
Merak, Butakol dan Batunumpuk.

rganisasi Perusahaan
Taman Nasional Baluran didirikan karena di daerah tersebut dahulu
merupakan habitat alami Bos Javanicus (Banteng) dan mamalia besar lain seperti
kerbau liar, rusa serta berbagai jenis burung oleh karena itu pemerintah memutuskan
untuk membuat Taman Nasional yang disebut sesuai dengan nama daerah tersebut
yaitu Baluran.
Taman Nasional Baluran dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang
membawahi Keuangan, Kepegawaian, Teknis dan Divisi. Bagian keuangan
mengurusi dan mengatur keuangan di TN Baluran, bagian kepegawaian mengurusi
berbagai hal dalam bidang kesekertariatan, bidang teknis mengurusi segala sesuatu
hal yang dibutuhkan para staInya dalam melaksanakan kegiatan sedangkan bagian
divisi dibagi lagi menjadi 4 divisi yaitu Divisi Perlindungan, Divisi Pengelolaan
SDA, Divisi Pelayanan Pengunjung dan Divisi Pemberdayaan Masyarakat.
Divisi Perlindungan bertujuan untuk memantau kegiatan-kegiatan di Taman
Nasional agar tidak ada pelanggaran yang terjadi seperti perburuan hewan dan
pencurian hasil hutan oleh masyarakat serta memantau bila terjadi kebakaran, divisi
Perlindungan ini beranggotakan PolHut (Polisi Hutan). Divisi Pengelolaan SDA
adalah divisi yang menangani masalah pengelolaan hasil SDA yang ada di Taman
Nasional, divisi pengelolaan SDA ini terdiri dari orang-orang PEH (Pengelolaan
Ekosistem Hutan). Divisi Pelayanan pengunjung berpusat di Visitor Center yang
bertugas untuk melayani pengunjung dan sebagai pusat inIormasi bagi pengunjung.
Divisi Pemberdayaan Masyarakat bertugas seperti seorang penyuluh dimana
mengajak masyarakat sekitar sadar akan kelestarian alam.
Selain membawahi kepengurusan yang berdasarkan struktur organisasi kantor
Kepala Balai juga dibantu dengan dua orang kepala seksi yang bertanggung jawab
atas wilayahnya masing-masing yaitu SPTWN I Bekol dan SPTWN II Karangtekok.
Setiap Seksi wilayah memiliki 3 Resort, untuk SPTWN I Bekol terdapat Resort
Bama, Pererengan dan Balanan sedangkan untuk SPTWN II Karangtekok terdapat
resort Labuan Merak, Butakol dan Batunumpuk dimana di setiap resort memiliki
kepala resort masing-masing.

Bidang Usaha
Di Taman Nasional Baluran memiliki satu bidang usaha yaitu Koperasi
Balupuri.










EGIATAN YANG DILAUAN
Kegiatan selama PKL di Taman Nasional Baluran terdiri dari beberapa sub kegiatan
yang diIokuskan pada kegiatan konservasi. Pada minggu awal PKL kita sebagai
mahasiswa PKL harus membaca literature dan pemberian materi sebelum terjun
langsung ke lapangan.
Identifikasi Ikan arang
Laut Indonesia merupakan pertemuan antara 2 samudera besar yakni samudera
Hindia dan Samudera PasiIik. Indonesia pun merupakan Negara tropis dimana
terdapat sinar matahari sepanjang tahun tanpa henti oleh karena itu keanekaragaman
biota laut Indonesia sangatlah besar.
Indonesia termasuk kedalam bagian dari coral-triangle karena jenis terumbu
karangnya yang banyak serta termasuk dalam kategori baik khususnya dibagian timur
Indonesia. Kondisi terumbu karang yang baik akan mempengaruhi jenis dan populasi
ikan karang, semakin baik kondisi terumbu karang maka semakin beragam dan
banyak pula populasi ikan karang. Karena Negara kita dihimpit oleh dua samudera
seperti dikatakan diatas maka terdapat dua kelompok besar ikan karang ; Jenis ikan
karang di samudera Hindia yang ada di bagian barat Indonesia akan digantikan
dengan jenis ikan karang yang hidup di Samudera PasiIik di bagian timur Indonesia.
Banyaknya keanekaragaman ikan karang maka diperlukan satu kegiatan identiIikasi
ikan karang di wilayah perairan Indonesia untuk mengetahui jenis-jenis apa saja ikan
karang yang ada. Hal ini penting dilakukan karena selain untuk database jenis ikan
karang juga berguna untuk menarik pengunjung nusantara maupun mancanegara yang
hobi diving atau sekedar snorkeling.

Metode Identifikasi Ikan arang
Dalam mengidentiIikasi jenis ikan karang terutama apabila ingin sampai tahap
spesies maka diperlukan keahlian khusus dan pengalaman yang banyak untuk dapat
melakukan hal tersebut, oleh karena itu dalam mengidentiIikasi ikan karang ini
diperlukan orang yang benar-benar ahli untuk menjadi pengamat atau pendamping.
Sebelum melakukan identiIikasi ikan karang terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu ; bentuk tubuh, bentuk mulut, bentuk ekor, warna tubuh, pola
garis, pola bintik, habitat, cara makan dan tingkah laku.

Terdapat beberapa metode untuk mengidentiIikasi ikan karang ini diantaranya ;
Metode ReeI Check, Program ReeI Chek metode MAQTRAC, Fish Recruitment
Method dan yang cocok dengan daerah tropis serta banyak dilakukan adalah metode
Global Coral ReeI Monitoring Network, metode ini juga yang dipakai untuk
mengidentiIikasi jenis ikan karang di Pantai Bama, Baluran.
Metode ini memiliki dua cara lagi yang pertama menggunakan LIT (Line Intercept
Transec) dan Belt Transec.

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Sebelum melakukan monitoring dan identiIikasi ikan karang, pertama pengamat
harus membicarakannya terlebih dahulu dengan pihak-pihak terkait tentang tujuan,
metode, tempat dan waktu pelaksanaan.
Tujuan dan metode biasanya dilakukan sama seperti kegiatan-kegiatan yang sama
yang telah dilakukan dulu, mengenai tempat sudah diputuskan untuk dilakukan di
Pantai Bama dimana pada tahun sebelumnya dijadikan tempat tranplantasi terumbu
karang.
Waktu kegiatan dilaksanakan dengan melihat kondisi udara dan laut, hal-hal yang
diperhatikan adalah udara harus cerah dengan hembusan angin normal (tidak sedang
angin kencang karena akan mempengaruhi kecepatan arus), beradasarkan data pasang
surut dipilih tanggal hari dimana saat pasang terjadi hal ini dikarenakan kita ingin
menghindari surut, apabila surut dikhawatirkan jarak permukaan air dan pengamat
terlalu pendek sehingga pengamat dapat menginjak terumbu karang dan membuat
kerusakan ekosistem.

3.2 Alat Kegiatan
Alat yang digunakan :
O Alat Scuba
O ADS
O Patok (Kayu)
O Tali rapia
O Roll meter
O Kamera underwater (Kamera Digital)
O Housing
O Sabak
O Pensil
O Contoh Ikan

3.3 Metode dan Prosedur
Metode Kegiatan
Dalam kegiatan identiIikasi ikan karamg digunakan metode Line Intercept Transec
(LIT), pada dasaranya metode LIT ini mencatat data-data dari lokasi sampel bisa
dilakukan dibeberapa titik namun biasanya dilakukan disatu titik saja, selain untuk
mengidentiIikasi ikan karang metode LIT juga lebih dikenal sebagai metode yang
sering dilakukan untuk memonitoring keadaan terumbu karang.
Prosedur Kegiatan
Penentuan Lokasi
Tempat pengambilan data diputuskan dekat dengan tempat transplantasi teumbu
karang yang telah dilakukan pada tahun 2010 hal ini agar mengetimasi waktu dan
dana sehingga pengamat juga dapat memonitoring terumbu karang.
Pengambilan Data
Setelah pengamat selesai dengan penyettingan alat scuba kemudian pengamat masuk
kedalam laut untuk mengambil data. Untuk masuk kedalam laut tempat pengambilan
data bisa menggunakan kapal atau berenang dari tepian, karena waktu pengambilan
data tidak memungkinkan menaiki kapal oleh karena itu diputuskan untuk berenang
dari tepi pantai.

Tim pengamat dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing memiliki tugas
sendiri, satu tim khusus untuk mengambil data tentang monitoring terumbu karang di
Pantai Bama sedangkan tim yang lain bertugas untuk mengidentiIikasi ikan karang,
dokumentasi dan membawa alat-alat yang dibutuhkan dalam pengamatan.
Khusus untuk kegiatan identiIikasi ikan karang, pengamat menulis beberapa nama
ikan karang yang umum ditemukan di Pantai Bama berdasarkan pengalaman atau
data sebelumnya hal ini bertujuan agar pengamat tidak membuang terlalu banyak
waktu pengamatan hanya untuk menulis nama-nama ikan karang yang biasanya
panjang-panjang.
Saat sudah berada ditempat pengambilan data yang ditunjukkan oleh GPS, pengamat
mulai mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pengamatan yaitu tongkat
kayu yang telah dipasang tali rapia sebagai patokan tempat awal untuk roll meter.
Patok ditanam di dasar perairan di daerah berpasir jangan sampai patok di pasang di
daerah berterumbu karang karena akan merusak.
Setelah patok berdiri tegak dan tidak akan goyang oleh arus roll meter dipanjangkan
sepanjang 50 meter membentuk garis lurus pada kedalaman 10 meter.

Pengamat kemudian menunggu selama 5-10 menit sebelum melakukan pengamatan
dan pencatatan data, hal ini agar ikan-ikan karang terbiasa dengan adanya pengamat
dan kembali ke keadaan normal.
Setelah keadaan diarasa normal lagi akibat gangguan saat pengamat mengulurkan roll
meter, pengamat kemudian menyelam sepanjang jalur roll meter dan mencatat
spesies-spesies ikan karang yang dijumpai saat menyelam, menyelam diharapkan
dengan perlahan-lahan saja tidak perlu buru-buru.

Ikan-ikan karang yang dicatat merupakan ikan karang yang berada pada jarak 2,5
meter kiri kanan dari roll meter.
Kemudian melakukan pengulangan pencatatan saat pengamata kembali pada titik
patok setelah mencapai ujung roll meter.
Spesies ikan karang sangat beragam macamnya bahkan untuk satu genus saja oleh
karena itu pengamat haruslah orang yang berepngalaman dan dapat membedakan
spesies-spesies tertentu dengan cepat serta hapal banyak nama spesies ikan karang,
bagi pemula seperti mahasiswa pkl berposisi sebagai asisten yang memasang alat
serta buddy selam bagi pengamat.
IdentiIikasi ikan akrang ini terkadang membutuhkan waktu yang lama karena
beberapa hal, biasanya karena pengamat kebingungan menentukan jenis dari ikan
karang. Biasanya ikan-ikan karang yang belum teridentiIikasi saat waktu pengamatan,
dokumentasi (Ioto) ikan karang tersebut diambil untuk ditentukan jenis spesiesnya.
Hasil dari data-data pengamatan tersebut kemudian diproses saat kembali ke kantor
balai TN Nasional. Untuk mengidentiIikasi ikan karang yang baru ditemui di Pantai
Bama diperlukan sumber-sumber dan buku IdentiIikasi Ikan Karang. Buku yang
dipakai untuk mengidentiIikasi ikan karang adalah Buku IdentiIikasi Ikan Karang
Ruider H. Kuiter dan Takamasa Honozuka, Indonesian ReeI Fishes.
Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut :

Iam||y Spes|es
CMACLN1kIDAL AboJefJof volqleosls
AboJefJof sexfosclotos
AmblyqlypblJoJoo cotocoo
AmblyqlypblJoJoo ooteos
Ampblptloo ocellotls
Ampblptloo petcolo
cbtomls motqotltlfet
cbtomls vltlJls
uoscyllos meloootos
uoscyllos tetlcolotls
NeoqltpblJoJoo polyocootbos
llecttoqlypblJoJoo loctymotos
lomoceottos bookooeosls
lomoceottos povo
ltemoos blocoleotos
Ampblptloo coltkll

A8kIDAL 8oJlooos mesotbotox
cbellloos cblotootos
cbellloos ttllobotos
cboetoJoo oocbotoqo
cotls qolmotJ
Compbosos votlos
nollcboetes bottolooos
nollcboetes motqlootos
nollcboetes meloootos
nollcboetes oebolosos
nollcboetes scopolotls
nemlqymoos meloptotos
nemlqymoos fosclotos
lobtlcbytbys oollloeotos
5tetbojolls ttllloeoto
1bolossomo botJwlckl
1bolossomo jooseoll
1bolossomo bmote
SLkkANIDAL pbloepbelos melooostlqmo
pbloepbelos metto
cepbolopolls otqos
lseoJootblos bocbll
ACnAN1UkIDAL Acootbotos lloeotos
Acootbotos qobbm
Acootbotos olqtlcoos
cteoocboetos stlotos
2ebtoscomo scopos
2ebtosomo vellfetom
SCAkIDAL 5cotos JlmlJlotos
5cotos fteootos
5cotos pooyl
ACGCNIDAL Atcbomlo focoto
CMACAN1nIDAL lyqoplltes Jlocootbos
lomocootbos sexsttlotos
SCCkALNIDAL ltetols ooteoooto
5cotpoeoopsls Jlobolos
nCCCLN1kIDAL Neoolpboo somoto
5otqoceottoo cooJlmocolotom
nALMUIDAL llectotblocbos cboetoJooolJes
llectotblocbos lessooll
CALSICNIDAL coeslo tetes
LnIIDAL llotox telto
1L1kACDCN1IDAL Atotbtoo stellotos
Atotbtoo moppo
Atotbtoo olqtopooctotos
MUkALNIDAL cblJoo oeboloso
Cymootbotox jovoolcos
IIS1UAkIIDAL llstolotlo commetsooll
DASA1IDAL 1oeoloto lymmo
MUIDAL lotopeoeos botbetloos
lotopeoeos ctossllobtls
lotopeoeos moltlfosclotos
upeoeos ttoqolo
CAL1CNIDAL coessloo cooloq
coessloo plsooq
coessloo ttllloeoto
L1nkINIDAL lettbloos etytbtoptetos
letbtloos botok
U1IANIDAL lotjooos Jecossotes
lotjooos ebteobetqll
Mocolot olqet
NLMI1nLkIDAL 5colopsls bllloeoto
5colopsls lloeoto
SIGANIDAL 5lqooos vltqotos
INGUILDIDAL lotopetcls mlllepooctoto
CIkknI1IDAL lotoclttbltes fotstetl
2ANCIDAL 2ooclos cotootos
CnAL1CDCN1IDAL cboetoJoo oJletqostos
cboetoJoo kelloll
cboetoJoo botooesso
cboetoJoo lloeolotos
cboetoJoo looolo
cboetoJoo tofflesll
cboetoJoo booolotos
cboetoJoo specolom
cboetoJoo ttlfosclolls
cboetoJoo llleteosls
cboetoJoo cbtysotomos
neolocbos votlos
voqobooJ 8ottetflyflsb

Sebaiknya saat pengamatan dihitung juga jumlah per spesiesnya seperti yang pernah
dilakukan pada tahum 1997 oleh LIPI, tapi tentunya untuk melakukan hal tersebut
dibutuhkan pengamat yang benar-benar ahli. Hasil yang didapat berdasar pengamatan
sebelumnya biasanya digunakan sebagai perbandingan.
Iam||y Spes|es Ium|ah
CMACLN1kIDAL AboJefJof
AmblyqlypblJoJoo cotocoo
Ampblptloo feootos
cbtomls tetooteosls
cbtomls vltlJls
cbtyslpeto spteoqetl
uoscyllos otoooos
uoscyllos meloootos
uoscyllos tetlcolotls
uoscyllos ttlmocolotos
ulscblstoJos petsplclllotos
ulscblstoJos ltosopoteolo
20
70
2
37
13
33
22
30
13
24
22
9
nemyqllplJoJoo
ploqlometopoo
leplJozyqos topeloosomo
lotoqlylplJoJoo melos
lomoceottos olexooJetoe
lomoceottos omboloeosls
lomoceottos bookooeosls
lomoceottos Jlckll
lomoceottos bemlcyooeos
lomoceottos loctymotos
lomoceottos lepyqoJeoys
lomoceottos motqotltlfet
lomoceottos mollocceosls
lomoceottos pblllpploos
lomoceottos tollooJl
lomoceottos ttlpooctotos
lemoos blocoleotos
23
43
30
10
80
21
41
30
10
14
20
22
40
3
10
8
4
A8kIDAL 8oJlooos oxllotls
cbellloos Jloqtommos
cbellloos fosclotos
cbellloos ttllobotos
cboetoJoo oocbotoqo
plbolos loslJlotot
Compbosos votlos
nellcboetes qymoocepbolos
nellcboetes meloootoss
nellcboetes scopolotls
nellcboetes motqlootos
nemlqymoos meloptotos
nemlqymoos fosclotos
lobtolJs blcolot
lobtolJs JlmlJlotos
5tetbojolls olbovltoto
1bolossomo botJwlckl
1bolossomo looote
1bollotos cblototos
1
2
6
2
13
8
1
3
1
9
7
2
1
1
2
3
6
7
2
SLkkANIDAL Aotblos spoomlplools
AoypetoJoo leocoqtommlcos
pbloepbelos fosclotos
cepbolopolls otqos
llecttoptomo leopotJos
cbtomlleptes oltlvells
10
3
1
3
3
2
ACnAN1UkIDAL cteoocboetos stlqosos
cteoocboetos stlotos
6
9
2ebtoscomo scopos
Acootbotos tbompsool
Acootbotos pytofetom
3
13
3
SCAkIDAL 5cotos JlmlJlotos
5cotos qbobboo
5cotos olqet
5cotos spp
3
17
4
36
ACGCNIDAL Apoqoo ooteos
Apoqoo moctoJoo
Apoqoo poeopoelloooto
Apoqoo comptessos
Atcbomlo focoto
5poetomlo otblcolotls
26
10
70
30
30
10
CMACAN1nIDAL cboetoJootoplos mesoleocos
ceottopyqe vtollckl
3
3
SNCDCN1nIDAL 5ootlJo qtosllls 1
SCCkANIDAL ltetols volltoos
ltetols zebto
1
3
nCCCLN1kIDAL noloceottos tobbtom 12
8AIS1IDAL 8olltopos ooJolotes 4
kIACnAN1IDAL ltlocootbos bomtot 2
CANCLIDAL cyooocejo botlJo 2
A1ACIDAL llotox otblcolotls 1
MUIDAL lotopeoeos botbetloos
lotopeoeos blfosclotos
upeoeos ttoqolo
7
8
9
CAL1CNIDAL coessloo cooloq
coessloo plsooq
coessloo ttllloeoto
40
13
13
L1nkINIDAL lettbloos etytbtoptetos
letbtloos botok
1
13
U1IANIDAL lotjooos Jecossotes
lotjooos jobol
10
1
NLMI1nLkIDAL leotopoJos cooloos 9
SCCCSIDAL 5colopsls bllloeotos
5colopsls motqotltlfet
5colopsls cllotos
3
17
13
SIGANIDAL 5lqooos cooollcolotos
5lqooos poelos
5lqooos vltqotos
4
2
13
CnAL1CDCN1IDAL cboetoJoo oJletqostos
cboetoJoo ootlqo
cboetoJoo botooesso
2
2
6
cboetoJoo epblplom
cboetoJoo meloootos
cboetoJoo tofflesll
cboetoJoo ttlfosclolls
cboetoJoo ttlfosclotos
cboetoJoo octofosclotos
cboetoJoo voqobooJos
cboetoJoo cbtysozooos
neolocbos votlos
2
4
4
2
4
8
8
4
8

SUB KEGIATAN
Monitoring Terumbu Karang
Dengan menggunakan metode yang sama dapat diketahui pula kondisi tutupan
terumbu karang. Dengan menghitung jarak tutupan karang berdasarkan liIe Iorm dan
mencatatnya di sabak (alat tulis bawah air).


Hasil monitoring kondisi Terumbu Karang di Pantai Bama :
Lifeform Transisi Panjang
CM 2 2
CMR 2,5 0,5
DC 3 0,5
ACB 9 6
CM 10 1
S 11 1
CMC 15 4
ACD 19 4
S 23 4
CMC 29 6
DC 31 2
ACD 36 5
CB 38 2
ACT 39 1
S 45 6
CSM 49 4

Keterangan :
O CM : Non-Acropora Massive (batu besar atau gundukan padat)
O CMR : Non-Acropora Mushroom (terumbu karang yang hidup bebas dari
Iungi)
O DC : Dead Coral (terumbu karang yang baru mati, berwarna putih)
O ACB : Acropora Branching (Bercabang paling sedikit 2
o
)
O S : Sand (Pasir)
O ACD : Acropora Digitate (bercabang kurang dari 2
o
)
O CB : Non-Acropora Branching (Bercabang minimal 2
o
)
O ACT : Acropora tabulate (Lempengan datar horizontal)

Langkah berikutnya adalah menghitung besar presentase penutupan karang mati,
karang hidup dan jenis liIeIorm lainnya, dihitung dengan menggunakan rumus :
C (a/A) x 100
Keterangan : C persentase penutupan liIeIorm i
a panjang transek liIeIorm i
A panjang total transek





Hasil :
Tahun 1997
Family 22, Spesies 108 dengan kelimpahan yang cukup tinggi
Tahun 2010 :
Family 2006, spesies 97

Anda mungkin juga menyukai