DAFTAR ISI
3
A. Latar Belakang
Ekosistem pesisir berada di daerah transisi antara daratan dan laut dipengaruhi oleh
proses-proses yang ada di darat, perairan tawar, dan laut. Ekosistem pesisir merupakan
wilayah perbatasan antara dua atau lebih komunitas yang memiliki kekayaan sumber daya
alam (high biodiversity) serta menyediakan jasa-jasa lingkungan (ecosystem services)
seperti: tempat rekreasi, pariwisata, perikanan tangkap, dan media transportasi. Ekosistem
kunci wilayah pesisir terdiri dari terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Ketiga
ekosistem tersebut membentuk suatu zonasi yang khas dan saling melengkapi dalam
menjaga keberlangsungan kehidupan dan fungsi ekologis di wilayah tersebut (Triyulianti
et al., 2020).
Ekosistem pesisir Taman Nasional Bali Barat merupakan bagian dari wilayah
teritorial ekosistem perairan laut Indonesia. Wilayah ini memegang peran penting, baik
bagi biota laut di dalamnya maupun kehidupan manusia di sekitarnya. Adapun, jasa-jasa
lingkungan yang disediakan oleh ekosistem pesisir Taman Nasional Bali Barat meliputi
sumber daya alam yang dapat diperbaharui, ikan dan rumput laut, serta sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui, pasir dan batu koral, (Triyulianti et al., 2020).
Namun, adanya intensitas pemanfaatan sumber daya pesisir yang tinggi, dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan laut. Perubahan yang terjadi pada
ekosistem pesisir sebagian disebabkan oleh kegiatan manusia di sekitarnya, seperti polusi
atau pencemaran, konversi lahan, dan eksploitasi sumber daya yang berlebihan. Sedangkan,
sebagiannya lagi disebabkan oleh pengaruh alam, seperti adanya perubahan iklim global
ataupun terjadinya sedimentasi akibat adanya peningkatan transpor sedimen (Triyulianti et
al., 2020).
B. Tujuan
Maksud dan tujuan dari dibuatnya laporan ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
ekosistem pesisir, mengidentifikasi interaksi antara manusia dengan unsur biotik dan
abiotik, serta mengetahui upaya yang sudah dilakukan oleh Taman Nasional Bali Barat.
4
C. Ruang Lingkup
Taman Nasional Bali Barat merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang
terletak di bagian barat pulau Bali Indonesia, yakni pada kabupaten Jembrana dan
kabupaten Buleleng. Secara geografis, taman ini berada diantara 114o26' - 114o35' Bujur
Timur dan 5o5' – 5o13' Lintang Selatan. Taman Nasional Bali Barat berbatasan langsung
dengan Laut Bali di arah utara dan barat, Selat Bali dan Pulau Jawa di arah timur, dan
Kabupaten Buleleng di arah selatan.
Taman Nasional Bali Barat memiliki luas area sebesar 19.002,89 Ha dan terbagi
menjadi beberapa kawasan, yaitu kawasan terestrial seluas 15.587,89 ha, kawasan perairan
seluas 3.415 ha, dan kawasan hutan produksi terbatas seluas 3.979,91 ha. Taman ini sendiri
merupakan rumah bagi ±160 spesies hewan dan tumbuhan yang dilindungi, seperti banteng,
rusa, lutung, kalong, jalak bali, dan spesies burung lainnya (Ayu Aryanti & Hermawan
Wicaksono, 2018).
5
konservasi yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali untuk menjamin
ketersediaan dan keberlanjutan penyediaan jasa lingkungan sumber daya laut.
Pengelolaan kawasan konservasi ditujukan untuk menyelaraskan kepentingan
perlindungan sumber daya laut sehingga proses pemanfaatan sumber daya konservasi
tersebut dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Lingkungan hidup memiliki dua komponen, yaitu biotik dan abiotik. Komponen
Abiotik pada Taman Nasional Bali Barat yaitu adalah Hutan Mangrove. Kawasan ini
memiliki 12 jenis habitat bentik pada ekosistem terumbu karang dengan total karang
hidup sekitar 30%. Peningkatan tutupan karang terjadi dari tahun 2002 sampai 2011 di
semua zona pengelolaan, namun tidak ada perbedaan tutupan karang di antara zona
pengelolaan. Hutan mangrove Taman Nasional Bali Barat memiliki karakteristik
vegetasi dan geomorfologi yang beragam dengan komposisi vegetasi didominasi oleh
Avicennia sp., Rhizophora sp, Lumnitzera sp dan Ceriops tagal. Salah satu elemen
abiotik dari Taman Nasional Bali Barat yaitu adalah hutan mangrove.
Hutan Mangrove pada Taman Nasional Bali Barat memiliki manfaat sebagai green
belt kawasan Taman Nasional Bali Barat dari gelombang dan angin, pelindung dari
abrasi dan penahan intrusi laut ke darat. Selain itu, hutan mangrove juga dipergunakan
sebagai habitat oleh ikan-ikan laut. Apabila habitat ini mengalami kerusakan, maka hal
ini akan berdampak buruk pada kelangsungan hidup biota laut dan terumbu karang di
sekitarnya. Mengingat kehidupan masyarakat pesisir bergantung kepada ekosistem ini,
maka kerusakan pada ekosistem hutan mangrove juga akan berdampak buruk bagi
warga sekitar yang tinggal di sekitar wilayah pesisir tersebut.
2. Hubungan ekologis antara elemen abiotik dan biotik di Taman Nasional Bali
Barat
Hubungan ekologi adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
sesamanya dan dengan benda-benda tidak hidup di sekitarnya. Pada ekosistem pesisir
di Taman Nasional Bali Barat ini terdapat beberapa interaksi ekologis antara manusia,
hewan, dan alam. Jenis interaksi ini berupa mencari makanan dan mencari tempat
habitat yang saling bergantung satu dengan lainya yang menciptakan sebuah hubungan
ekologi antara organisme dengan lingkungan disekitarnya. Untuk komponen abiotik
seperti kelembaban dan tanah sangat berpengaruh terhadap ekosistem tumbuhan bakau
yang ada di pesisir pantai. Sinar matahari juga berpengaruh untuk perkembangan
6
terumbu karang dan ikan karena semakin terang cahaya matahari maka suhu di lautan
akan semakin hangat.
Untuk rantai makanan dan daur hidup di wilayah pesisir, yaitu dimulai energi
matahari → lamun → udang kecil → ikan → manusia → pengurai. Sedangkan, untuk
daerah bakau energi matahari → alga → udang kecil → kepiting → manusia →
pengurai. Hubungan ekologis yang ada yaitu sebagai wilayah konservasi nasional yang
dikelola oleh pemerintah agar wilayah pesisir di Taman Nasional Bali Barat tetap
terjaga dan tidak tercemar / dirusak untuk sarana komersial.
E. Kesimpulan
Taman Nasional Bali Barat merupakan daerah konservasi yang terdiri atas ekosistem
pesisir dan ekosistem daratan. Ekosistem pesisir pada taman ini dilengkapi oleh tanaman
bakau, terumbu karang, dan padang lamun yang digunakan sebagai habitat biota laut.
Kegiatan yang ada di taman nasional ini dengan wilayah konservasi tidak menjamin tidak
adanya kerusakan yang disebabkan oleh alam itu sendiri maupun kegiatan manusia yang
mengambil sumber daya ekosistem yang ada di taman nasional ini.
Kondisi Taman Nasional Bali Barat sebagai lahan konservasi perairan didominasi
oleh keberadaan terumbu karang dan hutan mangrove sebagai komponen penyusunnya.
Pemerintah, dalam mengelola kondisi taman nasional ini, sangat memperhatikan tingkatan
ekosistem yang ada, sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk lingkungan, seperti
tanaman mangrove yang berguna untuk mencegah bencana abrasi yang terjadi di pesisir.
Hubungan antara komponen biotik dan abiotik dalam hal ekologi dapat dilihat dari
interaksi yang ada antara flora, fauna, dan manusia yang saling berkaitan dalam
8
pemanfaatan ekosistem pesisir ini. Dilihat dari adanya struktur timbal balik antara manusia
yang menjaga alam dan alam yang memberikan penghidupan seperti bahan makanan dan
perlindungan dari bencana membuat ekosistem yang ada tetap terjaga jika upaya
konservatif dilakukan antara masyarakat dan pemerintah.
Interaksi antara manusia dan ekosistem pesisir Taman Nasional Bali Barat membawa
bentuk positif dan negatif. Dampak positif yang diciptakan oleh interaksi manusia dengan
ekosistem taman ini, yakni menjadikannya lahan konservasi yang terlindungi dari segi
hukum dan menjadi sumber ekonomi masyarakat sekitarnya. Sedangkan, dampak
negatifnya interaksi manusia yang terlalu sering ini dapat mengakibatkan kerusakan pada
ekosistem yang ada dan juga berpengaruh ke kondisi satwa yang butuh tempat ketenangan
agar bisa berkembang biak dengan nyaman dan aman.
Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, terdapat beberapa strategi
yang digunakan untuk mengelola TNBB yaitu (1) bekerja sama dengan dinas terkait,
masyarakat, serta sektor swasta dalam mengatur wewenang pengembangan sarana
prasarana yang sesuai legalitas; (2) membagikan pendapatan sesuai tugas yang didapatkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Aryanti, N., & Hermawan Wicaksono, R. (2018). Karakteristik Pemanfaatan Pohon oleh Jalak
Bali (Leucopsar Rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat Wilayah SPTN III, Buleleng, Bali.
Biotropika - Journal of Tropical Biology, 6(1), 1–5.
https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2018.006.01.1
Triyulianti, I., Ampou, E., Sidik, F., Pradisty, N. A., Widagti, N., Yunanto, A., Hastuti, A., & Tito,
C. (2020). Kondisi perairan dan ekosistem pesisir di Kawasan Konservasi Bali Barat (pp. 1–
25).
Purnomo, H. K. (2017). Keanekaragaman spesies lamun pada beberapa ekosistem padang lamun di
Kawasan Taman Nasional Bali Barat. 3(April), 236–240.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m030213
10