Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM


KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA

Disusun oleh :
Anisa Puteri 1111016100069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

A. Tujuan
1. mendeskripsikan kawasan konservasi di Indonesia
Menjelaskan spesifikasi kawasan dengan perbandingan antara kawasan

B. Dasar Teori
lndonesia merupakan salah satu pusat keanekaragam hayati dunia. Dibandingkan
dengan negara-negara Asia-Pasifik, Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman
Hayati(Biodiversity Index) tertinggi (Paine, 1997). Wilayah lndonesia mencakup tiga
wilayah vegetasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, yaitu (Sormin, 1990)
:
1. Wilayah Asia: meliputi Sumatera dan Kalimantan yang didominasi oleh famili
Dipterocarpaceae.
2. Wilayah Australia: mencakup Irian Jaya, Maluku, dan Sunda Kecil yang dicirikan
oleh dominannya. Famili Araucariaceae dan Myrtaceae.
3. Wilayah Transisi, meliputi Sulawesi dan Jawa yang didominasi oleh famili Myrtacea
dan Verbenacea.
Walaupun kepulauan Indonesia hanya mewakili 1,3% luas daratan dunia, tetapi memiliki
25% species ikan dunia, 17% spesies burung, 16% reptil dan amphibi, 12% mamalia,
10% tumbuhan dan sejumlah invertebrata, fungi, dan mikroorganisme (Gautam et al.,
2000).
Kawasan konservasi, mempunyai peran yang sangat penting dalam melindungi
sumberdaya alam serta melestarikan keanekaragaman hayati. Berbagai bentuk kawasan
secara umum telah diuraikan dalam bab sebelumnya. Pada dasarnya. Setiap bentuk
kawasan konservasi mempunyai tujuan pengelolaan dan pelestarian tertentu, sehingga
dalam hal penetapan kawasan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penetapan wilayah konservasi antara lain ; Habitat, Keendimisan dan
keanekaan jenis , Biogeografi , Wilayah dan Luas kawasan, Faktor fisik dan manusia

Taman Nasional Laut Wakatobi adalah salah satu kawasan konservasi kelautan.
Tamnas ini merupakan taman nasional dengan luas 1.390.000 ha, ditetapkan sebagai
taman nasional melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 393/Kpts-VI/1996. Dengan
demikian maka Taman Nasional Kepulauan Wakatobi merupakan Taman Nasional Laut
terbesar kedua yang di miliki Indonesia setelah Taman Nasional Teluk Cendrawasih.
Berdasarkan studi oleh WWF dengan nama Rapid Ecological Assesment (REA) pada

tahun 2003 menunujukan bahwa Taman Nasional Kepulauan Wakatobi memiliki kondisi
ekosistem terbaik didunia.

C. Data Sekunder
1. Pembagian kawasan konservasi perairan dan dasar hukumnya
Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan konservasi sumberdaya pesisir,
laut, dan pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut:
1. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
2. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah direvisi denan UU No.
45 Tahun 2009
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
5. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
6. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan
8. Permen KP No. Per.16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil
9. Permen KP No. Per.17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil
10. Permen KP No. Per.02/Men/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan
11. Permen KP No. Per.03/Men/2010 tentang Tata Cara Penetapan Perlindungan Jenis
Ikan
12. Permen KP No. Per.04/Men/2010 tentang Pemanfataan Jenis dan Genetika Ikan
13. Permen KP No. Per.30/Men/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan
14. Kepmen KP No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pulau pulau
Kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat.

2. Deskripsi Zonasi Taman Nasional Wakatobi


Deskripsi zonasi TNW dibawah ini mengacu pada Permenhut Nomor: P.56/MenhutII/2006 tanggal 29 Agustus 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional yang telah
melalui proses sosialisasi di 64 desa serta konsultasi publik di tingkat
pulau/kecamatan se Wakatobi (dua kali), dan tingkat Kabupaten Wakatobi (dua kali),
yang dalam pelaksanaanya melibatkan para pihak yang berkepentingan yaitu
masyarakat nelayan/pengguna sumberdaya, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha
perikanan dan pariwisata serta unsur pemerintah daerah mulai dari tingkat
desa/kelurahan, kecamatan sampai dengan tingkat kabupaten. Disamping itu juga
proses revisi zonasi TNW telah melalui pembahasan di tingkat pusat (PHKA)
sebanyak 2 (dua) kali.
Dalam merumuskan zonasi dimaksud, selain dilakukan atas dasar data-data
potensi sumberdaya alam penting, kajian sosial, ekonomi dan budaya serta rangkaian
sosialisasi dan konsultasi publik mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan/pulau,
kabupaten sampai pada tingkat pusat (PHKA) juga tetap berpedoman pada peraturan
dan perundangan yang berlaku sehingga peruntukan dan fungsi taman nasional
sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaramanan jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam dan
ekosistemnya tetap terjaga.
Rumusan zonasi TNW diuraikan seperti dibawah ini :
a.

Zona Inti (Core Zone), bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik
biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang
mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati
yang asli dan khas.
Deskripsi
1. Memiliki tipe ekosistem khas sebagai keterwakilan tipe ekosistem taman nasional,
serta memiliki keanekaragaman jenis flora, fauna yang tinggi, endemik, langka,
terancam punah dan dilindungi.
2. Memiliki kenekaragaman hayati yang tinggi, gejala alam, fenomena alam,
peninggalan situs budaya/sejarah.
3. Zona ini merupakan bagian kawasan yang berada relatif jauh dengan akses yang
minimum.

Tujuan Penetapan
Untuk memberikan perlindungan mutlak terhadap :
1. Flora dan fauna penting, endemik, langka, terncam punah, peka dan dilindungi
terhadap berbagai bentuk gangguan/kerusakan.
2. Ekosistem khas yang merupakan contoh keterwakilan ekosistem dari suatu wilayah.
3. Keanekaragaman hayati yang tinggi.
4. Buku Zonasi Taman Nasional Wakatobi 6 (Gejala alam, fenomena alam, peninggalan
situs budaya/sejarah).
Fungsi dan Peruntukan
Zona inti berfungsi dan diperuntukan bagi:
1. Perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya
yang peka terhadap gangguan dan perubahan;
2. Sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya.
Kriteria
Zona inti adalah:
1. Bagian taman nasional yang mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya;
2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang merupakan ciri
khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan
belum diganggu oleh manusia;
3. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia;
4. Mempunyai luasan yang cukup dan bentuk tertentu yang cukup untuk menjamin
kelangsungan hidup jenis-jenis tertentu untuk menunjang pengelolaan yang efektif
dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
5. Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang keberadaannya
memerlukan upaya konservasi;
6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa liar beserta ekosistemnya yang
langka yang keberadaannya terancam punah;
7. Merupakan habitat satwa dan atau tumbuhan tertentu yang prioritas dan
khas/endemik;
8. Merupakan tempat aktivitas satwa migran

D. Hasil dan Analisa Data


a) Deskripsi Kawasan Konservasi
Letak Administrasi :
- Propinsi : Sulawesi Tenggara
- Kabupaten : Wakatobi
Letak Astronomis : 123 20' s/d 124 39' Bujur Timur 5 12' s/d 6 10' Lintang
Selatan
Batas Kawasan : Utara : Laut Banda
Selatan : Laut Flores
Barat : Pulau Buton
Timur : Laut Banda
Posisi yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan kawasan TN Wakatobi
beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson iklim di Kepulauan Wakatobi
termasuk tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April
Agustus) dan musim hujan (musim barat: September April) dengan suhu harian
berkisar antara 19 34oC. Musim angin barat berlangsung dari bulan Desember
sampai dengan bulan Maret yang ditandai dengan sering terjadi hujan, gelombang laut
cukup besar sehingga nelayan jarang yang melaut.
Sementara itu musim angin timur berlangsung bulan juni sampai dengan september
yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi
hujan sehingga nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut musim
pancaroba (bulan oktober- November dan bulan April-Mei) kondisi gelombang laut
tidak menentu sangat tergantung dengan cuaca.Jumlah curah hujan di kepulauan
Wakatobi juga tidak begitu tinggi, data 10 tahun terakhir menyebutkan jumlah curah
hujan terendah terjadi pad abulan September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan
tertinggi di bulan Januari mencapai 229,5 mm.

Gambar 1: Peta Kawasan Taman Nasional Wakatobi

b) Potensi Konservasi Taman Nasional Wakatobi


Secara umum perairan laut Taman Nasional Wakatobi mempunyai konfigurasi dari
mulai datar sampai melandai ke arah laut dan beberapa daerah terdapat yang bertubir
curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan
dasar perairan
sebagian besar berpasir dan berkarang. Sementara itu kekayaan sumberdaya laut di
Taman Nasional Wakatobi di kelompokkan menjadi 8 sumberdaya penting, yaitu :
terumbukarang,mangrove, padang lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur
burung pantai, dan pantai peneluruan penyu, cetacean. Kedelapan sumberdaya penting
tersebut merupakan bagian dari ekosistem Taman Nasional. Berikut ini beberapa tipe
ekosistem penyusun Taman Nasional Wakatobi :
1) Ekosistem Mangrove.
Kondisi ekosistem Mangrove bisa dikatakan tidak tersebar secara merata di
wilayah pesisir, hanya beberapa wilayah saja dengan kondisi ketebalan mangrove
yang tipis. Adapun jenis pohon bakau yang ditemukan di TNW tercatat 10 jenis,
yaitu : Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Osbornia octodonta, Ceriops tagal,
Xylocarpus moluccensis, Scyphiphora hydrophyllacea, Bruguiera gymnorrhiza ,
Avicennia marina dan Pemphis acidula, Avicennia officinalis , Rhizophora stylosa
(Operation Wallacea, 2001). Beberapa jenis anggrek juga dapat ditemukan di
vegetasi hutan bakau. Jenis biota yang berasosiasi dengan mangrove yang umum

ditemukan adalah bivalvia (tiram), gastropoda dan crustacea. Kelimpahan


organisme ini tergolong rendah.

2) Ekosistem Non-Mangrove
Vegetasi ekosistem non-mangrove di daerah pantai didiominasi oleh beberapa
jenis seperti : Baringtonia asiatica, Hibiscus tilliaceus. Ipomoea pescaprae,
Spinifax sp, Terminalia cattapa, Pandanus sp, dan Casuarina equisetifolia.
Sementara itu vegetasi yang ditemukan yang ke arah darat disekitar
perumahan/pekarangan antara lain: kelapa (Cocos nucifera), jambu mete
(Anacardium ocidentale), mangga (Mangifera indica), nangka (Arthocarpus
integra), ubi kayu (Manihot utilisima), uwi (Dioscorea spp.), jagung (Zea mays)
dan waru serta ekosistem semak belukar dan rumput.

3) Ekosistem terumbu karang.


Sampai saat ini di dalam ekosistem terumbukarang tercatat 396 jenis karang
keras, 28 marga karang lunak dan 31 jenis karang jamur. Berikut ini identifikasi
jenisnya:

Terumbu karang.. Jenis-jenis karang yang ditemukan antara lain Acrophora


spp, Dendrophyllia spp., Favia abdita, Echinopora horrida, Favites spp,
Heliofungia actiniformis, Holothuria edulis, Lobophylla spp., Montastrea
spp., Mycedium spp., Millepora spp, Nepthea spp., Oulophylla crispa,
Oxypora spp., Pavona clavus, P decussata, Platygira lamellina, P. pini,
Porites spp., Porithes spp., Spirobranchus giganteus, Symphyllia spp,
Turbinaria frondens, Xenia spp, dan lain-lain. Beberapa kawasan yang
memiliki terumbu karang seperti disebut diatas yaitu Karang Sempora, K.
Kapota, K Watulopa, K. Sawa Olo-Olo, K. Tokobau, dan Karang Waelale.

Karang lunak. Jenis soft corals yang terlihat antara lain Sarcophyton
throcheliophorum, Sinularia spp.

Ikan. Kekayaan jenis ikan sebanyak 93 jenis ikan yang dimanfaatkan untuk
konsumsi perdagangan dan ikan hias diantaranya argus bintik (Cephalopholus
argus), napolean (Cheilinus undulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus)
baronang (Siganus guttatus), Abudefduf leucogaster, A. saxatilis, Acanthurus
achilles, A. aliosa, A. mata, Amphiprion tricinctus, Chaetodon specullum,

Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, H. permutatus, Macolor macularis


(snapper), Napoleon wrasse, Paramia quinquelineata, Scarus qibbus,
S.taeniurus, dan masih banyak lagi.

Bivalvia yang terlihat adalah Tridacna spp seperti kima (Tridacna sp.), kima
tapak kuda (Hippopus hippopus), kima sisik (Tridacna squamosa), kima
lubang (Tridacna crocea) dan kima raksasa (Tridacna gigas).

Crinoidea yang terlihat adalah Comanthina schlegeli, Lily laut.

Ordo Echinodea yang terlihat adalah Acanthaser planci, Diadema setosum,


Echinotrix spp., Holothuria edulis, Parathicopus californicus, Stichopus
variegatus.

Spons yang terlihat adalah Tube sponges dan Cube sponges, Phyllospongia
foliascens.

Rumput laut. Jenis seagrass yang terlihat antara lain Thallisia spp., T. crocea,
dan Thalasodendron spp.

Jenis terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari terumbukarang cincin (atol reef),
terumbukarang tepi (fringing reef), terumbukarang penghalang (barrier reef) dan
karang gosong ( patch reef). Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas
terumbu karang di Kepulauan Wakatobi adalah 88.161,69 hektar. Adapun komponen
utama yang menyusun terumbu karang di Kepulauan Wakatobi yaitu karang hidup
(terdiri dari hard coral dan soft coral) dan karang mati (dead coral), serta organisme
lain yang bersimbiosis dengan karang. Pada kedalaman 1 meter dan 3 meter banyak
ditemukan jenis karang bercabang dari marga Acropora selain itu juga ditemukan
jenis karang masif (Haryono, 2002).
Sementara di daerah tubir karang cukup bervariasi jenisnya seperti Acropora
spp, Montipora spp, Porites spp, dan Stylophora pistillata. Lereng terumbu karang di
Kepulauan Wakatobi mempunyai kemiringan antara 60-70o dengan pertumbuhan
karang hidup yang tidak begitu rapat (patches) sampai kedalaman 40 meter dan
karang yang tumbuh hanya didominasi oleh Acropora hyacinthus Echinopora
mammiformis, Porites cylindrica dan beberapa Favia spp. (CRITC COREMAP-LIPI,
2001).
Pertumbuhan biota lainnya yang cukup menonjol adalah sponge dan soft coral
(karang lunak) dari jenis Sinularia sp. dan Dendronephthya sp. Sponge mempunyai
variasi ukuran, bentuk dan warna yang tinggi, umumnya tumbuh bergelantung dan

menempel dinding sehingga memberi kesan yang sangat artistik. Dendronephthya sp.
termasuk dalam golongan karang 6 lunak dengan pertumbuhan yang sangat khas serta
kaya akan warna dari putih, ungu sampai merah jingga dan menambah kesan yang
sangat menarik.

Gambar : Ikan hias di perairan dalam

Gambar : Terumbukarang di sekitar Pulau Hoga

c) Perbandingan Taman Nasional Wakatobi dengan Taman Nasional Lain


Pada

TN. Bogani

Nani

Wartabone;

Sulawesi

Utara,

Gorontalo,

(Bolaang

Mangondow, Gorontalo), Taman Nasional Bogani Nani Wartabone adalah taman


nasional yang terletak di Semenanjung Minahassa, Sulawesi. Taman nasional ini
memiliki luas sebesar 2.871,15 km. Nama taman nasional ini berasal dari Nani
Wartabone, Pahlawan Nasional Indonesia. Terdapat Sekitar 45 dari 80 jenis burung
yang terdapat dalam kawasan TNBNW merupakan jenis endemik, di mana jenis
endemik paling unik adalah burung Maleo(Macrocephalon maleo). Saat ini maleo
hanya dapat di temukan di Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Tengah. Burung Rangkong (Aceros cassidix) atau dikenal dengan nama burung
rangkong Sulawesi ekor putih. Tarsius spectrum merupakan salah satu primate yang
terkecil di dunia, mempunya berat tubuh hanya 100 gram tetapi memiliki mata besar,
yaitu sekitar 80% dari besarnya kepala, dengan panjang tubuh 10 cm (80 160 mm),
panjang ekor 25 cm. Tarsius adalah binatang malam, ia merupakan anggota kelas
mamalia. Di Sulawesi Utara dinamakan tangkasi. Anoa besar(Bubalus depsessicornis)
dan anoa kecil (bubalus quarlesi) sering juga disebut kerbau kerdil, jenis satwa ini
berbulu

lebat,

warnanya

coklat

muda

sampai

coklat

tua

atau

hitam. Babirusa(babyrouss babyrussa) bertubuh seperti babi, mempunyai dua pasang


taring panjang melengkung kearah muka. Taring yang sepesang tumbuh menembus
langit-langit rahang atas dan melengkung balik keatas mata. Hewan ini merupakan
binatang malam, memburu buah-buahan yang jatuh, dan membuka kayu yang lapuk
untuk mencari larva. Maka dapat dibandingkan dengan TamNas Wakatobi yang lebih
dominan keragaman Terumbu karang dan ikannya. Pada Tamnas Wakatobi tidak
banyak ditemukan mamalia.

Bila dibandingkan dengan TN. Lore Lindu yang juga berada di Sulawesi
Tengah ;, (Donggala, Poso), yang merupakan salah satu lokasi perlindungan hayati
Sulawesi.. Kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan habitat mamalia asli
terbesar di Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, kera hantu (Tangkasi), kera kakaktonkea,
kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang
Sulawesi hidup di taman ini. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki paling sedikit
5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya, termasuk jenis endemik.

Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk
maleo, 2 jenis enggang Sulawesi yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi.
Burung enggang benbuncak juga disebut rangkong atau burung allo menjadi penghuni
Taman Nasional Lore Lindu. Ribuan serangga aneh dan cantik dapat dilihat di sekitar
taman ini. Layak diamati adalah kupu-kupu berwarna mencolok yang terbang di
sekitar taman maupun sepanjang jalan setapak dan aliran sungai. Pada Tamnas
Wakatobi tidak ditemukan adanya variasi serangga.

G. Kesimpulan

1. Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu warisan yang ditunjuk sebagai cagar
biosfer karenan keragaman ikan , terumbu karang dan terdiri atas kepulauan.
2. Taman Nasional Wakatobi memiliki 3 tipe ekosistem , yakni : ekosistem mangrove,
ekosistem pantai dan ekosistem terumbu karang.
3. Taman Nasional Wakatobi di kelompokkan menjadi 8 sumberdaya penting, yaitu :
terumbukarang,mangrove, padang lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur
burung pantai, dan pantai peneluruan penyu, cetacean
4. Dibandingkan dengan Taman Nasional di Sulawesi lain , Tamnas Wakatobi memiliki
keistimewaan akan keragaman terumbu karang dan ikan yang sangat menakjubkan.

H. Daftar Pustaka
Dephutbun. Program pembangunan nasional (PROPENAS) perlindungan dan konservasi
dam tahun 2000-2004. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Direktorat Jenderal
Perlindungan dan Konservasi Alam. Jakarta. 2000.
IUCN. Protected areas of the world: a review of national system. Volume I: Indomalaya,
Oceania, Australia, and Antartic. Prepared by the World Conservation Monitoring Centre,
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.2012.
Setiawan , Agus dan Hadis Alikondra. TINJAUAN TERHADAP PEMBANGUNAN SISTEM
KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA (Review on the Development of Conservation
Area System in Indonesia). Media Konservasi Vol. VII, No. 2: 39 46. 2012.
Sormin, B.H. Indonesia (in) Blockhus, J.M., M. R.Dillenbeck, J. A. Sayer & P. Wegge (ed).
1992. Conserving biological diversity in managed tropical forest. Proceedings of a Workshop
held at the IUCN General Assembly Perth, Australia 30 November - 1 Desember 1990.
TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi. REPORT
MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI
KABUPATEN WAKATOBI. Wakatobi : WWF The Nature Conservaty. 2012

Anda mungkin juga menyukai